Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Filsafat merupakan kajian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan hakekat, kenyataan,
ilmu, dan nilai. Filsafat membahas seluruh permasalahan kehidupan manusia, biaik yang
kongkrit maupun yang abstrak, bahkan persoalan yang mungkin dan yang tidak mungkin juga
menjadi kajian filsafat. Kedudukan filsafat pada dasarnya mencari hakekat dari segala sesuatu
yang ada. Hakekat adalah suatu bentuk kebeneran yang asli dan murni yang dapat
memberikan kepuasan bagi kehidupan manusia. Filsafat juga berfungsi menemukan landasan
dan sumber asa ilmu pengetahuan, mengena visi, orientasi, sumber pandangan, ide gagasan,
bagaimana ilmu itu diproses.
Filsafat membahas ha ikhwal kehidupan manusia, mulai dari pandangan, ide gagasan,
serta keyakinan. Selain itu filsafat mendorong kemajuan pemikiran dari tarap yang rendah
sampai ke tarat yang tidak terhingga. Sesuai dengan sifat filsafat menjelajah segala
kemungkinan yang ada secara menyeluruh dan mendalam agar supaya melahirkan
kebijaksanaan dari segala objek dab studi yang dilakukan, oleh karena itu filsafat tidak
bersifat stagnan. Filsafat mengerakkan dan menggairahkan seluruh bentuk kehidupan
manusia. Namun dari yang diharapkan kemajuan yang dicapai dalam pemikiran manusia
filsafat juga bertanggung jawab memberikan nilai, etika, sikap agar ilmu tersebut dapat sesuai
dengan arah kehidupan manusia yang idea. Dari kedudukan dan sifat filsafat, peran, dan
fungsinya tersebut yang menjadi bahasan studi ontology, epistimologi, dan aksiologi.

2. Rumusan Masalah
1. Apa itu Ontologi?
2. Apa itu Epistemologi?
3. Apa itu Aksiologi?

1
PEMBAHASAN

A. Ontologi
Secara etimologi ontologi berasal dari kata Yunani, On: being, dan Logos: ogic.
Sehingga ontology dapat dipahami sebagai imu yang membahas tentang yang ada, yang tidak
terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ia berusaha mencari inti dari setiap kenyataan yang
sebenarnya. Namun pada dasarnya ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf
Goclenius pada tahun 1636 M. untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang
bersifat metafisis. Dalam perkembanganya Cristian Wolff membagi metafisika menjadi dua,
yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah
lain dari ontologi.
Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang
berbeda dimana entitas (wujud) dari kategori-kategori yang logis yang berlainan (objek-
objek fisik, hal universal, abstraksi) dapat dikatakan ada dalam rangka tradisional. ontologi
dianggap sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal
pemakaianya akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada.
Ontologi sering diindetikan dengan metafisika yang juga disebut proto-filsafia atau
filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan yang bahasanya adalah hakikat sesuatu,
keesaan, persekutuan, sebab akibat, realita, atau Tuhan dengan segala sifatnya.Dengan
demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip
paling dasar atau dalam dari segala sesuatu yang ada.
Para ahli memberikan pendapatnya tentang realita itu sendiri, diantaranya Bramel. Ia
mengatakan bahwa ontologi ialah interpretasi tentang suatu realita dapat bervariasi, misalnya
apakah bentuk dari suatu meja, pasti setiap orang berbeda-beda pendapat mengenai
bentuknya, tetapi jika ditanyakan bahanya pastilah meja itu substansi dengan kualitas materi,
inilah yang dimaksud dari setiap orang bahwa suatu meja itu suatu realita yang kongkrit.
Plato mengatakan jika berada di dua dunia yang kita lihat dan kita hayati dengan kelima
panca indra kita nampaknya cukup nyata atau real.
Adapun mengenai objek material ontologi ialah yang ada, yaitu ada individu, ada
umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak, termasuk kosmologi dan
metafisika dan ada sesudah kematian maupun sumber segala yang ada. Objek formal ontologi
adalah hakikat seluruh realitas, bagi pendekatan kualitif, realitas tranpil dalam kuantitas atau
jumlah, telaahnya menjadi telaah monism, paralerisme atau plurarisme.

2
Fungsi dan manfaat mempelajari ontologi sebagai cabang filsafat ilmu antara lain:
Pertama: berfungsi sebagai refleksi kritis atas objek atau bidang garapan, konsep-
konsep, asumsi-asumsi dan postulat-postulat ilmu. Di antara asumsi dasar keilmuan antara
lain:
1. Dunia ini ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia ini benar-benar ada.
2. Dunia empiris itu dapat diketahui oleh manusia dengan pancaindera.
3. Fenomena yang terdapat di di dunia ini berhubungan satu dengan lainnya secara kausal.
Kedua: Ontologi membantu ilmu untuk menyusun suatu pandangan dunia yang
integral, komphrehensif dan koheren. Ilmu dengan ciri khasnya mengkaji hal-hal yang khusus
untuk dikaji secara tuntas yang pada akhirnya diharapkan dapat memperoleh gambaran
tentang objek telaahannya, namun pada kenyataannya kadang hasil temuan ilmiah berhenti
pada simpulan-simpulan yang parsial dan terpisah-pisah. Jika terjadi seperti itu, ilmuwan
berarti tidak mampu mengintegrasikan pengetahuan tersebut dengan pengetahuan lain.
Ketiga: Ontologi memberikan masukan informasi untuk mengatasi permasalahan yang
tidak mampu dipecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Pembagian objek kajian ilmu yang satu
dengan lainnya kadang menimbulkan berbagai permasalahan, di antaranya ada kemungkinan
terjadinya konflik perebutan bidang kajian, misalnya ilmu bioetika itu masuk disiplin etika
atau disiplin biologi. Kemungkinan lain adalah justru terbukanya bidang kajian yang sama
sekali belum dikaji oleh ilmu apa pun. Dalam hal ini ontologi berfungsi membantu
memetakan batas-batas kajian ilmu. Dengan demikian berkembanglah ilmu-ilmu yang dapat
diketahui manusia itu dari tahun ke tahun atau dari abad ke abad.

B. Epistemologi
Epistimologi berasal dari bahasa Yunani; episteme dan logos. Episteme: pengetahuan
atau kebenaran, dan logos: pikiran, kata atau teori. Epistemology secara etimologi (sebab-
sebab) berarti teori pengetahuan yang benar dan lazimnya hanya disebut teori pengetahuan
atau theory of knowledge. Landasan epitemologi imu tercermin secara operasional dalam
metode ilmih. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun
tubuh pengetahuannya berdasarkan:
Kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten
dengan pengetahuan sebeumnya yang teah berhasi disusun. Menjabarkan hipotesis yang
merupakan deduasi dari kerangkah peikiran tersebut. Melakukan vertifikasi terhadap
hipotesis yang dimaksud untuk menguji kebenaran pernyataannya secara factual.

3
Epistemologi adalah bagian dari filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, asal
ilmu pengetahuan, batas-batas, sifat, meode dan keshahihan pengetahuan. Jadi objek material
epistemologi adalah pengetahuan dan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan itu. Jadi
sistematika penulis episteologi adalah arti pengetahuan, terjadinya pengetahuan, jenis-jenis
pengetahuan dan asal-usul pengetahuan.

1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh manusia melalui pancaindera,
perasaan, pikiran,intuisi, dan lainnya. Sesuatu yang menjadi pengetahuannya adalah yang
terdiri dari unsur yang mengetahui dan diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin
diketahui. Maka pengetahuan selalu menuntut adanya subyek yang mempunyai kesadaran
untuk ingin mengetahui tentang sesuatu dan objek segala hal yang ingin diketahuinya. Jadi
pengetahuan adaah hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Semua
pengetahuan hanya dikena dan ada daam pikiran manusia, tanpa pikiran pengetahuan tidak
bisa eksis. Jadi keterkaitan antara pengetahuan dengan pikiran merupakan sesuatu yang
kodrati. Untuk mendapatkan pengetahuan dengan pikiran merupakan sesuatu yang kodrati.
Untuk mendapatkan pengetahuan bisa melalui berbagai cara berikut:
a. Mengamati (observes)
b. Menyelidiki (inquires)
c. Percaya (believes)
d. Hasrat (desires)
e. Maksud (intends)
f. Mengatur (organizes)

2. Cara Pengetahuan di dapatkan


Cara pengetahuan adaah masaah yang amat penting. Aat untuk mengetahui
pengetahuan ada 6 yaitu:
a. Pengalaman indera (sense experinse)
b. Nalar (reason)
c. Otoritas (authority)
d. Intuisi (intuition)
e. Wahyu (revelation)
f. Keyakinan (faith)
g. Peneitian ilmiah

4
3. Jenis-jenis pengetahuan
Menurut Soejono Soemargono (1983), ada 2 jenis pengetahuan antara lain:
a. Pengetahuan ilmiah: segenap hasil pemahaman manusia yang peroeh dengan
menggunakan metode ilmiah.
b. Pengetahuan Non-ilmiah: segenap hasip pemahaman manusia atas mengenai obyek
tertentu yang terdapat pada kehidupan sehari-hari.

4. Alat dalam memperoleh pengetahuan.


Untuk mendapatkan bagaimana pengetahuan itu diperoleh bisa dilihat dari aliran-aliran
filsafat. Filsuf terdahulu telah mengawali pembicaraan tentang bagaimana ilmu pengetahuan
itu diperoleh dan apa saja alat untuk mendapatkan pengetahuan itu. Tentunya para Filsuf
berbeda pandangan daam bidang itu, seperti berikut ini.
Aliran Materialisme, aliran ini beranggapan bahwa kebenaran dalam ilmu pengetahuan
hanya bersumber pada hal-hal yang kongkrit yang bersifat material, yang bersumber atau
didpatkan semata-mata dari panca indera lahiriah saja. Aliran Idelisme beranggapan bahwa
segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia tidaklah selalu harus berkaitan dengan hal-hal
yang bersifat lahiriah, tetapi harus berdasarkan prinsip kerohanian atau idea. Oleh sebab itu
idealism sangat mementingkan persaan dan fantasi manusia sebagai sumber pengetahuan.
Aliran Rasionalisme, memiiki pandangan bahwa ilmu pengetahuan hanya didapatkan
oleh akal pikiran atau logika manusia. Selanjutnya, Aliran Empirisme beranggapan bahwa
untuk medapatkan ilmu pengetahuan alat yang paling dominan adalah pengalaman. Aliran
Kritisme adalah aliran yang menggabungkan Aliran Rasionalisme dan Empirisme, aliran ini
beranggapan bahwa pengetahuan manusia tidak bisa utuh jika diperoleh dengan saah satu
cara saja, seperti zara akal pikiran semata, atau hanya dengan cara pengalaman saja. Tetapi
harus menggabungkan kedua cara tersebut, dan harus dibuktikan dengan satu cara yaitu
berpikir ilmiah.
Aliran Positivisme, aliran ini memiiki pandangan bahwa pengetahuan hanya dihasilkan
logika manusia dan juga dengan bantuan ainnya seperti dunia ilmiah. Kebenaran menurut
aliran ini hanya diperoleh dari pengetahuan itu sendiri atau ditentukan system pengetahuan.
Aliran Pragmatisme, aliran ini memiliki pemikiran bahwa kebenaran ditentukan oleh hal-hal
praktis dan bermanfaat lagsung daam kehidupan manusia.
Aliran Nihilisme, berasal dari bahasa latin yang berarti “nothing” atau tidak ada.
Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternative yang positif. Aliran Agnostisisme,

5
paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat
benda, materi, maupun ruhani. Kata Agnostisisme berasal dari bahasa Grik Agnostos, yang
berarti unknown. A artiny not, gno rtinya know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum
dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara kongkret akan adanya kenyataan
yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.
Selain hal diatas menurut filsuf kebenaran itu memiliki tingkatan sebagaimana dibawah
ini:
1) Kebenaran yang diperoleh melalui pancaindera.
2) Tingkat yang sangat sederhana karena tahap baru mencapai gerbang kesadaran
manusia.
3) Kebenaran Ilmiah
4) Kebenaran filosofi
5) Kebenaran religious
6) Teori Koherensi

C. Aksiologi
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti nilai.
Sedangkan logos yang berarti teori atau ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai.
Aksiologi ilmu (nilai) adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, yang
umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan (Kattsoff: 1992). Nilai yang dimaksud
adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa
yang dinilai.
Aksiologi meliputi nilai-nilai, parameter bagi apa yang disebut sebagai kebenaran atau
kenyataan itu sebagaimana kehidupan kita yang menjelajahi kawasan, seperti kawasan sosial,
kawasan fisik materiil, dan kawasan simbolik yang masing-masing menunjukan aspeknya
sendiri-sendiri.
Dari definisi aksiologi di atas, terlihat jelas bahwa permasalahan utama adalah
mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat
mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal
etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika

6
mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu
kondisi yang normative, yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma.
Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki
oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Aksiologi adalah bagian
dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk, benar dan salah, serta tentang
cara dan tujuan. Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku
etis.
Kattsoff (2004: 323) menyatakan bahwa pertanyaan mengenai hakekat nilai dapat
dijawab dengan tiga macam cara yaitu:
1. Subyektivitas yatu nilai sepenuhnya berhakekat subyektif. Ditinjau dari sudut pandang
ini, nilai merupakan reaksi yang diberikan manusia sebagai pelaku dan keberadaannya
tergantung dari pengalaman.
2. Obyektivisme logis yaitu nilai merupakan kenyataan ditinjau dari segi ontologi, namun
tidak terdapat dalam ruang dan waktu.Nilai-nilai tersebut merupakan esensi logis dan
dapat diketahui melalui akal.
3. Obyektivisme metafisik yaitu nilai merupakan unsur obyektif yang menyusun
kenyataan.

B. Adapun Fungsi Asiologi:


Aksiologi ilmu pengetahuan sebagai strategi untuk mengantisipasi perkembangan dan
teknologi (IPTEK) tetap berjalan pada jalur kemanusiaan. Oleh karena itu daya kerja
aksiologi antara lain :
1. Menjaga dan memberi arah agar proses keilmuan menemukan kebenaran yang hakiki.
2. Dalam pemilihan objek penelaahan dapat dilakukan secara etis, tidak mengubah kodrat
manusia, dan tidak merendahkan martabat manusia.
3. Pengembangan ilmu pengetahuan diarahkan untuk dapat meningkatkan taraf hidup
yang memperhatikan kodrat dan martabat manusia serta memberikan keseimbangan
alam lewat pemanfaatan ilmu.
PENUTUP

1. Kesimpulan
Ontologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang hakekat segala sesuatu
yang menjadi objek kajian studi filsafat. Seluruh yang ada dan mungkin ada di alam ini
memiliki hal yang hakiki baik wujud awal, sifat kebenarannya, dan keberakhirannya.

7
Manusia dan alam juga memiliki hakekat baik pada wujud keberadaannya maupun
kedudukannya. Manusia dan alam sebagai dua ha yang ada dan sama-sama diciptakan
memiliki hubungan dan ketergantungan dengan yang menciptakannya.
Epistemology adalah bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya
pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan keshahihan pengetahuan.
Jadi objek material epistemology adalah pengetahuan dan objek formalnya adalah hakikat
pengetahuan itu. Epistemology membicarakan tentang bagaimana dan dengan cara apa
pengetahuan itu diperoleh, apa yang paling dominan dalam pencapaian pengetahuan, serta
dengan metode apa ilmu itu diperoleh. Epistemology juga membahas tentang bagaimana
batas-batas serta sifat-sifat kebenaran ilmu pengetahuan apakah ia bersifat absolute, relatif
atau positif.
Aksiologi cabang filsafat yang membicarakan tentang nilai atay disebut juga dengan
teori nilai. Nilai adalah suatu bentuk pandangan tertentu dalam masyarakat, nilai bersifat
abstrak dan melekat pada sesuatu atau pekerjaan. Nilai mengandung hal yang baik dan yang
buruk. Nilai juga melekat pada ilmu pengetahuan. Nilai berguna untuk mengukur kualitas
ilmu pengetahuan, apakah ilmu pengetahuan itu bermanfaat atau tidak ditentukan oleh nilai
yang dibawa atau dikandung oleh ilmu pengetahuan. Nilai mengandung hal yang prinsip
bersumber dari hal yang azazi bagi manusia, atau bersumber dari keyakinan tertentu. Nilai
dari sifatnya ada yang abadi ada yang sementara karena bergandung dari mana sumber nilai
muncul.

2. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah lagi ilmu pengetahuan kita
tentang Kerajaan Dinasti Fathimiyah yang sebelumnya tidak kita ketahui. Apabila terdapat
kesalahan dan kekurangan pada penulisan atau penyajian makalah ini, kami mengharapkan
kritik dan saran para pembaca yang bersifat membangun agar makalah ini lebih baik dan
bermanfaat lagi untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

A, Susanto. 2001. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara.


Tafsir, Ahmad. 2003. Filsafat Umum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jalaluddin, Abdullah Idi. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Umar, Jamalludin. 2015. Filsafat Umum. Palembang: NoerFikri.

8
Muhmidayeli. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama
www.hariszubaidillah.com/2015/10/makalah-ontoogi-epistemologi-dan.html?m=1
https://www.academia.edu/36773458/Filsafat_Ilmu_Makalah_Ontologi

Anda mungkin juga menyukai