Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP DASAR FILSAFAT ILMU


DAN DASAR-DASAR PENGETAHUAN

OLEH:
VACENACORLEONE

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia mempunyai pengetahuan, binatang mempunyai pengetahuan,
malaikat juga mempunyai pengetahuan. Mahluk selain manusia pemgetahuannya
bersifat statis, dari masa ke masa tetap begitu saja. Tetapi pengetahuan yang
dimilki manusia bersifat dinamis, terus berkembang dari zaman ke zaman, karena
manusia mempunyai kemampuan mencerna pengalaman, merenung, merefleksi,
menalar, dan meneliti dalam upaya memahami lingkungannya.

Kemampuan tersebut dimiliki manusia disebabkan manusia dibekali oleh


Tuhan berupa akal atau rasio untuk berpikir, sementara mahluk lainnya tidak.
Manusia berpikir dengan akalnya. Dengan akalmya manusia mempunyai rasa
ingin tahu (curiosity). Dari rasa ingin tahu inilah manusia selalu mempertanyakan
segala hal yang dipikirkannya, menyangsikan segala apa yang dilihat, dan
mencari segala bentuk permasalahan yang dihadapi. Manusia berusaha menjawab
semua pertanyaan yang dihadapi dan mengajukan alternatif pemecahan suatu
masalah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bidang Kajian Filsafat Ilmu


1. Epistemologi

Ilmu Epistemologi (filsafat ilmu) adalah pengetahuan sistematik mengenai


pengetahuan. Epitemologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang
terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, sarana,
metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan
(ilmiah).

Epistemologi ilmu, meliputi sumber, sarana dan tata cara menggunakan


sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Pengetahuan mengenai
pilihan landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan
dalam menentukan saran yang akan kita pilih. Pokok kajian epistemologi akan
sangat menonjol bila dikaitan dengan pembahasan mengenai hakekat
epistemologi itu sendiri. Secara linguistic kata Epistemologi berasal dari bahasa
Yunani yaitu: kata Episteme dengan arti pengetahuan dan kata Logos berarti
teori, uraian, atau alasan. Epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang
pengetahuan yang dalam bahasa Inggris dipergunakan istilah theory of
knowledge. Istilah epistemologi secara etimologis diartikan sebagai teori
pengetahuan yang benar dan dalam bahasa Indonesia lazim disebut filsafat
pengetahuan. Secara terminologi epistemologi adalah teori mengenai hakikat ilmu
pengetahuan atau ilmu filsafat tentang pengetahuan. Cara Memperoleh
Pengetahuan ialah :Empiris, Rasional, Positifisme, Fenomenaldialisme, Deduktif,
Induktif. Sumber Pengetahuan berasal dari :Indrawi, Akal budi, Hati nilai,
Wahyu, Otoritas.

Masalah utama dari epistemologi adalah bagaimana cara memperoleh


pengetahuan, sebenarnya seseorang baru dapat dikatakan berpengetahuan apabila

3
telah sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemologi artinya pertanyaan
epistemologi dapat menggambarkan manusia mencintai pengetahuan.

2. Aksiologi

Ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusai pada umumnya selalu


digunakan oleh manusia untuk bertindak. Dari tindakan-tindakan tersebut kita
tidak mengetahui apakah seseorang tersebut akan melakukan tindakan yang baik
atau sebaliknya tindakan yang dilakukannya tidak baik. Disinilah letak bagaimana
manusia menggunakan ilmu pengtahuannya. Berbagai permasalahan bagaimana
manusia menggunakan ilmu pengetahuan tersebut dapat kita cari solusinya
dengan mengenal aksiologi terleebih dahulu.

Aksiologi ialah menyangkut masalah nilai-nilai (values) yang bersifat


normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan
sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai
kawasan. Ilmu yang kita miliki tidak bebas dari nilai. Artinya pada tahap-tahap
tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu
masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh
masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan
sebaliknya digunakan untuk menimbulkan bencana. Lebih dari itu nilainilai juga
ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non yang wajib
dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam
menerapkan ilmu.

Dalam aksiologi juga teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada
permasalahan etika dan estetika. Etika merupakan lebih kepada manusia dalam
menilai perbuatan manusia terhadap manusia lainnya. Sedangkan estetika
merupakan nilai tentang pengalaman yang dimiliki oleh manusia terhadap
lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.

4
3. Ontologi

Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu, apa hakikat kebenaran dan
kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yng tidak terlepas dari
persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ada itu. Keyakinan kita
masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi
kebenaran yang akan kita cari. Disinilaah letak permasalahan ontologi dan
pemahaman seperti apa dan bagaimana ilmu ontologi.

Ontologi adalah cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang hakikat


ilmu pengetaahuan. Yang dibahas dalam ontologi adalah hakikat realitas. Adapun
dalam penelitian kualitatif, idealisme, rasionalisme, materiaslisme, dan
sebagainya. Keterkaitan antara penelitin kuantitatif dan kualitatif memang tidak
tidak perlu diragukan. Jadi ilmu ontologi itu adalah ilmu yang membahas seluk-
beluk ilmu.

Pembicaraan tetang hakikat sangatlah luas sekali, segala yang ada yang
mungkin ada. Hakikat adalah realitas; realitas adalah ke-real-an, artinya
kenyataan yang sebenarnya. Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu
berusaha untuk menjawab pertanyaan apa itu ada yang menurut Ariestoteles
merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda-
benda (sesuatu). Sebenarnya, bukan sekedar benda yang penting, tetapi fenomena
di jagad raya ini, apa dan mengapa ada. Di alam semesta ini, kalau mau merenung
secara hakiki, banyak hal yang menimbulkan tanda-tanda besar. Oleh karena itu
kita perlu memperjelas dikemukakannya pengertian dan aliran pemikiran dalam
ilmu ontologi ini.

B. Ciri-ciri pemikiran filsafat ilmu

Menurut Clarence L. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat


itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal. Sedangkan sisi yang

5
terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan/problema kehidupan
manusia. Tidak semua kegiatan atau berbagai problema kehidupan tersebut
dikatakan sampai pada derajat pemikiran filsafat, tetapi dalam kegiatan atau
problema yang terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran
filsafat adalah sebagai berikut :

1. Sangat umun atau universal

Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum, dan tingkat


keumumannya sangat tinggi. Karena pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan
objek-objek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep yang
sifatnya umum, misalnya tentang manusia, tentang keadilan, tentang kebebasan,
dan lainnya.

2. Tidak faktual

Kata lain dari tidak faktual aalah spekulatif, yang artinya filsafat membuat
dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan
pada bukti. Hal ini sebagai sesuatu hal yang melampaui tapal batas dari fakta-
fakta pengetahuan ilmiah. Jawaban yang didapat dari dugaan-dugaan tersebut
sifatnya juga spekulatif. Hal ini bukan berarti bahwa pemikiran filsafat tidak
ilmiah, akan tetapi pemikiran filsafat tidak termasuk dalam lingkup kewenangan
ilmu khusus.

3. Bersangkutan dengan nilai

C.J. Ducasse mengatakan bahwa filsafat merupakan usaha untuk mencari


pengetahuan, berupa fakta-fakta, yang disebut penilaian. Yang dibicarakan dalam
penilaian ialah tentang yang baik dan buruk, yang susila dan asusila dan akhirnya
filsafat sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nilai. Maka selanjutnya,
dibentuklah sistem nilai, sehingga lahirlah apa yang disebutnya sebagai nilai
sosial, nilai keagamaan, nilai budaya, dan lainnya.

6
4. Berkaitan dengan arti

Sesuatu yang bernilai tentu di dalamnya penuh dengan arti. Agar para
filosof dalam mengunkapkan ide-idenya sarat denga arti, para filosof harus dapat
menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa-bahasa yang tepat, semua itu
berguna untuk menghindari adanya kesalahan/sesat pikir (fallacy).

5. Implikatif

Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung implikasi


(akibat logis). Dari implikatif tersebut diharapkan akan mampu melahirkan
pemikiran baru sehingga akan terjadi proses pemikiran yang dinamis dari tesis ke
anti tesis kemudian sintesis, dan seterusnya...sehingga tidak ada habisnya. Pola
pemikiran yang implikatif (dialektis) akan dapat menuburkan intelektual.

C. Dasar-Dasar Pengetahuan

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yg diketahui manusia. Suatu hal


yang menjadi pengetahuan selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang
diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahui. Karena itu
pengetahuan menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk
mengetahui tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya
sebagai hal yang ingin diketahuinya.

Burhanuddin Salam mengklasifikasikan bahwa pengetahuan yang


diperoleh manusia dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu:

1. Pengetahuan biasa (common sense) yaitu pengetahuan biasa, atau dapat kita
pahami bahwa pengetahuan ini adalah pengetahuan yang karena seseorang
memiliki sesuatau karena menerima secara baik. Orang menyebut sesuatu itu
merah karen memang merah, orang menyebut benda itu panas karena memang
benda itu panas dan seterusnya.

7
2. Pengetahuan Ilmu (science) yaitu ilmu pengetahuan yang bersifat kuantitatif
dan objektif, seperti ilmu alam dan sebagainya.
3. Pengetahuan Filsafat, yakni ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran
yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih
menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu.
Pengetahuan Agama, yaitu pengetahuan yang hanya didapat dari Tuhan lewat
para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh
para pemeluk agama.

Jadi perbedaan antara pengetahuan dan ilmu adalah jika pengetahuan


(knowledge) adalah hasil tahu manusia untuk memahami suatu objek tertentu
sedangkan ilmu (science) adalah pengetahuan yang bersifat positif dan
sistematis. Menurut Bahm ada delapan hal penting yang berfungsi membentuk
struktur pikiran manusia sehingga menghasilkan suatu pengetahuan manusia
yaitu:

1. Mengamati (Observes)

Pikiran memiliki peran mengamati obyek-obyek dalam melaksanakan


pengamatan terhadap obyek, pikiran haruslah mengandung kesadaran,
pengamatan sering kali muncul dari rasa ketertarikan dalam obyek.

2. Kegiatan Menyelidiki (Inqures)

Ketertarikan pada obyek membuat seseorang mau untuk mempelajari


dan menyelidiki obyek tersebut. Bagaimana obyek tersebut ada dan
berkembang, manfaat dan obyek tersebut minat seseorang terhadap obyek
mendorong mereka mau terlibat untuk memahami dan menyelidiki obyek-
obyek tersebut.

8
3. Tahapan mempercayai obyek tersebut (Believes)

Setelah mereka mempelajari dan menyelidiki obyek yang muncul


dalam kesadaran mereka, biasanya obyek tersebut diterima sebagai obyek
yang tampak sikap percaya biasanya dilawankan dengan keraguan.

4. Hasrat (Keinginan) dan Desires

Hasrat atau keinginan timbul dari adanya ketertarikan pada


kesenangan, kehormatan, penghormatan, rasa aman dan lain-lain. Hasrat
biasanya melibatkan beberapa perasaan puas dan frustasi dan berbagai respon
terhadap perasaan tertentu.

5. Maksud dan Tujuan (Intends)

Walaupun seseorang memiliki maksud ketika akan mengobservasi,


menyelidiki, mempercayai dan berhasrat, namun perasaanya belum tentu mau
menerima dengan segera, terkadang mereka enggan atau malas untuk
melaksanakanya.

6. Mengatur (Organizes)

Setiap pikiran adalah suatu organisme yang teratur dalam diri


seseorang, pikiran mengatur melalui keadaran yang sudah jadi, disamping itu
pikiran mengatur melalui panggilan untuk memunculkan obyek serta melalui
pengingatan dan mendukung penampilan obyek-obyek.

7. Proses Penyesuaian (Adaptasi)

Menyesuaikan pikiran-pikiran yang ada sekaligus melakukan pembatasan-


pembatasan yang dibebankan pada pikiran melalui kondisi keberadaan yang
tercakup dalam otak da tubuh. Fikiran itu berasal dari fisik, biologis, lingkungan
dan kultural.

9
8. Proses Menikmati (Enjoys)

Pikiran-pikiran dapat mendatangkan keasyikan, seseorang yang asyik


dalam menekuni suatu persoalan, maka ia akan menikmati itu dalam pikirannya.

Sedangkan Unsur-Unsur yang dapat membantu manusia untuk memiliki


pengetahuan dalam hidupnya :

1. Pengalaman

Hal yang pertama dan paling utama yang mendasarkan pengetahuan


adalah pengalaman. Pengalaman adalah keseluruhan peristiwa yang terjadi dalam
diri manusia dalam interaksinya dengan alam, lingkungan dan kenyataan,
termasuk Yang Ilahi. Pengalaman terbagi menjadi dua: (1) pengalaman primer,
yaitu pengalaman langsung akan persentuhan indrawi dengan benda-benda
konkret di luar manusia dan peristiwa yang disaksikan sendiri; (2) pengalaman
sekunder, yaitu pengalaman tak langsung atau reflektif mengenai pengalaman
primer. Sekedar contoh, saya dapat melihat teman-teman dengan kedua mata saya
dan saya dapat mendengar komentar teman-teman dengan kedua telinga saya.
Inilah pengalaman primer. Adapun pengalaman sekunder, saya sadar akan apa
yang saya lihat dengan kedua mata saya dan sadar akan apa yang saya dengar
dengan kedua telinga saya.

Paling tidak, ada tiga ciri pokok pengalaman manusia. Pertama,


pengalaman manusia yang beraneka ragam. Kedua, pengalaman yang berkaitan
dengan objek-objek tertentu di luar diri kita sebagai subjek. Dan ketiga,
pengalaman manusia selalu bertambah seiring dengan pertambahan usia,
kesempatan, dan kedewasaan.

10
2. Ingatan

Pengetahuan manusia juga didasarkan pada ingatan sebagai kelanjutan


dari pengalaman. Tanpa ingatan, pengalaman indrawi tidak akan bertumbuh
menjadi pengetahuan. Ingatan mengandalkan pengalaman indrawi sebagai
sandaran ataupun rujukan. Kita hanya dapat mengingat apa yang sebelumnya
telah kita alami. Kendati ingatan sering kabur dan tidak tepat, namun kita dalam
kehidupan sehari-hari selalu mendasarkan pengetahuan kita pada ingatan baik
secara teoritis dan praktis. Seandainya ingatan tak dapat kita andalkan maka kita
tak dapat melakukan tugas sehari-hari seperti mengenal sahabat, pacar, dan lain-
lain. Tanpa ingatan, kegiatan penalaran kita menjadi mustahil. Karena untuk
bernalar dan menarik kesimpulan dalam premis-premisnya kita menggunakan
nalar.

Ingatan tidak selalu benar dan karenanya tidak selalu merupakan bentuk
pengetahuan. Agar ingatan dapat dijadikan rujukan dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya bagi pengetahuan, setidaknya ada dua
syarat yang harus dipenuhi yakni: (1) kesaksian dan (2) konsisten.

3. Kesaksian

Kesaksian dimaksudkan untuk penegasan sesuatu sebagai benar oleh


seorang saksi kejadian atau peristiwa, dan diajukan kepada orang lain untuk
dipercaya. Percaya dimaksudkan untuk menerima sesuatu sebagai benar yang
didasarkan pada keyakinan dan kewenangan atau jaminan otoritas orang yang
memberi kesaksian.

Dalam mempercayai suatu kesaksian, kita tidak memiliki cukup bukti


intrinsik untuk kebenarannya. Yang kita miliki hanyalah bukti ekstrinsik.
Menurut Descartes, beberapa pemikir menolak kesaksian sebagai salah satu dasar
dan sumber pengetahuan karena kesaksian bisa keliru dan bersifat menipu.

11
Walaupun demikian, ada beberapa pengetahuan yang kebenarannya dirujukkan
kepada kesaksian seperti sejarah, hukum, dan agama secara metodologis.

4. Minat dan Rasa Ingin Tahu

Tidak semua pengalaman dapat dijadikan pengetahuan atau tidak semua


pengalaman berkembang menjadi pengetahuan. Untuk berkembang menjadi
pengetahuan subjek yang mengalami harus memiliki minat dan rasa ingin tahu.
Minat mengarahkan perhatian ke hal-hal yang dialami dan dianggap penting
untuk diperhatikan. Ini berarti bahwa dalam kegiatan mengetahui terdapat unsur
penilaian. Orang akan memperhatikan dan mengetahui apa apa yang ia anggap
bernilai. Dan rasa ingin tahu mendorong untuk bertanya dan menyelidiki apa yang
dialaminya dan menarik minatnya. Inilah yang membedakan manusia dengan
makhluk lainnya.

Rasa ingin tahu terkait erat dengan pengalaman mengagumkan dan


mengesankan dengan keheranan yang dialami. Mengajukan pertanyaan yang tepat
mengandaikan bahwa orang tahu di mana ia tahu dan di mana ia tidak tahu. Maka,
mengajukan pertanyaan yang tepat adalah langkah pertama untuk memperoleh
jawaban yang tepat.

5. Pikiran dan Penalaran

Kegiatan pokok pikiran dalam mencari kebenaran dalam pengetahuan


adalah penalaran. Bagi seorang guru, nalar adalah latihan intelektual untuk
meningkatkan akal budi anak didik. Bagi seorang advokat, nalar adalah cara
membela dan menyanggah kesaksian. Bagi ekonom, nalar adalah sarana membagi
sumber daya untuk meningkatkan efisiensi, daya guna, dan kemakmuran. Sedang,
bagi ilmuwan, nalar adalah metode merancang percobaan untuk memeriksa
hipotesis. Nalar dalam kehidupan kita sehari-hari selalu diartikan rasionalitas.
Nicholas Rescher mengatakan, Bersikap rasional berarti menggunakan

12
kecerdasan untuk menentukan tindakan terbaik dalam suatu keadaan. Ini definisi
kasar, tapi berguna sebagai landasan untuk membangun suatu argumen.

Penalaran adalah proses penarikan kesimpulan dari hal-hal yang telah


diketahui sebelumnya. Setidaknya ada tiga metode dalam proses penalaran.
Pertama, induksi yakni penalaran yang menarik kesimpulan umum (universal)
dari kasus-kasus tertentu (partikular). Kedua, deduksi yakni penalaran untuk
merumuskan sebuah hipotesis berupa pernyataan umum yang kemungkinan
pernyataannya masih perlu untuk diuji coba.

6. Logika

Logika didefenisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara shahih.


Ada dua cara penarikan kesimpulan, yaitu logika deduktif dan logika induktif.
Logika deduktif adalah terkait dengan penarikan kesimpulan dari hal yang
bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus). Penarikan
kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir yang
dinamakan silogisme.

7. Bahasa

Di samping logika penalaran juga mengandaikan bahasa. Tanpa bahasa


manusia tidak dapat mengungkapkan pengetahuannya. Dalam eksperimen antara
bayi dan anak kera yang lahir secara bersama waktunya, pada awalnya keduanya
berkembang hampir sejajar. Tapi seorang anak mulai bisa berbahasa, daya
nalarnya menjadi amat berekembang dan pengetahuan tentang diri sendiri serta
lingkungannya menjadi jauh melampaui kera seusianya.

8. Kebutuhan Hidup Manusia

Dalam interaksinya dengan dunia dan lingkungannya manusia


membutuhkan pengetahuan. Maka, kebutuhan manusia juga dapat mendasari dan

13
mendorong manusia untuk mengembangkan pengetahuannya. Berbeda dengan
binatang, manusia memperoleh pengetahuan tidak hanya didasarkan pada
instingtif tapi juga kreatif. Manusia adalah makhluk yang mampu menciptakan
alat, memiliki strategi, dan kebijaksanaan dalam bertindak.

Walaupun kebutuhan manusia yang mendasari pengetahuan termasuk ke


dalam dimensi pragmatis pengetahuan, tapi juga terdorong oleh rasa
keingintahuan yang dimiliki oleh manusia itu sendiri.

Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Namun dari mana


pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan itu di dapat. Dari sana
timbul pertanyaan bagaimana kita memperoleh pengetahuan atau dari mana
sumber pengetahuan didapat. Sebelum membahas sumber pengetahuan, terlebih
dahulu mengetahui tentang hakikat pengetahuan.

Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental. Mengetahui sesuatu


adalah menyusun pendapat tentang suatu objek, dengan kata lain menyusun
gambaran tentang fakta yang ada diluar akal.

Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan, yaitu:

a. Realisme

Teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan


menurut realisme adalah gambaran atau copy yang sebenarnya dari apa yang ada
dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada
dalam akal adalah copy dari yang asli yang ada di luar akal. Hal ini tidak ubahnya
seperti gambaran yang terdapat dalam foto. Dengan demikian, realisme
berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan
kenyataan.

14
b. Idealisme

Idealisme adalah menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan


yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah
proses-proses mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Oleh karena
itu, pengetahuan bagi seorang idialis hanya merupakan gambaran subjektif dan
bukan gambaran objektif tentang realitas. Subjektif dipandang sebagai suatu yang
mengetahui, yaitu dari orang yang membuat gambaran tersebut. Karena itu,
pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran. Yang
diberikan pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan
orang yang mengetahui atau (subjek).

Setelah kita mengetahui tentang hakikat pengetahuan dan pemaparan


kedua madzhab yang menjelaskan hakikat ilmu itu sendiri, maka yang menjadi
pertanyaan lanjutan adalah dari mana pengetahuan itu bersumber? Pengetahuan
yang ada pada kita diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang merupakan
sumber pengetahuan tersebut.

Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan:

1. Empirisme

Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman.


Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya.
Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah
pengalaman inderawi.

Dengan inderanya, manusia dapat mengatasi taraf hubungan yang semata-


mata fisik dan masuk ke dalam medan intensional, walaupun masih sangat
sederhana. Indera menghubungkan manusia dengan hal-hal konkret-material.

15
Pengetahuan inderawi bersifat parsial. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan
antara indra yang satu dengan indra yang lainnya, berhubungan dengan sifat khas
fisiologis indera dan dengan objek yang dapat ditangkap sesuai dengannya.
Masing-masing indra menangkap aspek yang berbeda mengenai barang atau
makhluk yang menjadi objeknya. Jadi pengetahuan inderawi berada menurut
perbedaan indera dan terbatas pada sensibilitas organ-organ tertentu.

2. Rasionalisme

Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan.


Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh
pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek.

Dalam penyusunan ini akal menggunakan konsep-konsep rasional atau


ide-ide universal. Konsep tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata yang
bersifat universal. Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip universal adalah
abstraksi dari benda-benda kongkret, seperti hukum kausalitas atau gambaran
umum tentang benda tertentu. Kaum rasionalis yakin bahwa kebenaran hanya
dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.

3. Intuisi

Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses


penalaran tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu
masalah dan tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut.
Tanpa melalui proses berfikir yang berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah sampai
disitu. Jawaban atas permasalahan yang sedang dipikirkannya muncul dibenaknya
bagaikan kebenaran yang membukakan pintu. Atau bisa juga, intuisi ini bekerja
dalam keadaan yang tidak sepenuhnya sadar, artinya jawaban atas suatu
permasalahan ditemukan tidak tergantung waktu orang tersebut secara sadar
sedang menggelutnya. Namun intuisi ini bersifat personal dan tidak bisa

16
diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur maka
intuisi ini tidak bisa diandalkan.

4. Wahyu

Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada


manusia. Pengetahuan ini disalurkan oleh nabi-nabi yang diutusnya sepanjang
zaman. Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang
yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang
bersifat transedental seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian
di akhirat nanti. Pengetahuan ini didasarkan kepada kepercayaan akan hal-hal
yang ghaib ( supernatural ). Keparcayaan kepada tuhan yang merupakan sumber
pengetahuan, kepercayaan kepada nabi sebagai perantara dan kepercayaan
terhadap wahyu sebagai cara penyampaian, merupakan dasar dari penyusunan
pengetahuan ini. Kepercayaan merupakan titik tolak dalam agama. Suatu
pernyataan harus dipercaya dulu untuk dapat diterima: pernyataan ini bisa saja
selanjutnya dikaji dengan metode lain.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Bidang Kajian Filsafat Ilmu
1. Epistimologi
2. Aksiologi
3. Ontology
b. Ciri-ciri pemikiran filsafat ilmu

Menurut Clarence L. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat


itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal. Sedangkan sisi yang
terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan/problema kehidupan
manusia. Tidak semua kegiatan atau berbagai problema kehidupan tersebut
dikatakan sampai pada derajat pemikiran filsafat, tetapi dalam kegiatan atau
problema yang terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran
filsafat adalah sebagai berikut :

1. Sangat umun atau universal


2. Tidak faktual
3. Bersangkutan dengan nilai
4. Berkaitan dengan arti
5. Implikatif
c. Dasar-Dasar Pengetahuan

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yg diketahui manusia. Suatu hal yang menjadi
pengetahuan selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta
kesadaran mengenai hal yang ingin diketahui. Karena itu pengetahuan menuntut
adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan
objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal yang ingin
diketahuinya.

18

Anda mungkin juga menyukai