Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENGERTIAN DAN CAKUPAN FILSAFAT ILMU

A. Pengertian Filsafat Ilmu


Filsafat ilmu merupakan penelusuran pengembangan filsafat pengetahuan.
Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu
itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaaan. Pengetahuan lama
menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru.
Filsafat ilmu adalah ikhtiar manusia untuk memahami pengetahuan agar
menjadi bijaksana. Dengan filsalat ilmu ke absahan atau cara pandang harus
bersifat ilmiah. Filsalat ilmu memperkenaIkan knowledge dan science yang dapat
ditransfer melalui proses pembelajaran atau pendidikan. Filsalat ilmu merupakan
bagian dan epistemologi yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu. Sedangkan
Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mernpunyai ciri-ciri tertentu, Menurut
The Liang Gie Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap
persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun
hubungan ilmu dengan segala segi dan kehidupan manusia.
Menurut Muchsin, dalam kajian filsafat ilmu dikenal adanya beberapa
dimensi, yaitu:
1. Dimensi ontologis (hakekat ilmu). Ontologi adalah hakikat yang ada (being,
sein) yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai kenyataan
dan kebenaran. dalam perspektif ilmu, ontologi ilmu dapat dimaknai sebagai
teori tentang wujud dalam perspektif objek materil ke-ilmuan, konsep-konsep
penting yang diasumsikan oleh ilmu ditelaah secara kritis dalam ontologi ilmu.
2. Dimensi epistomologis (cara mendapatkan pengetahuan). Epistemologi
derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan.
Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme, pengetahuan dan
logos, theory. Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menenggarai
masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan. Dengan
kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi
dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu

1
penting dalam menentukan sebuah model filsafat. Dengan pengertian ini
epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan
“kebenaran” seperti apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut
ditolak. Aspek epistemology adalah kebenaran fakta / kenyataan dari sudut
pandang mengapa dan bagaimana fakta itu benar yang dapat diverifikasi atau
dibuktikan kembali kebenarannya.
3. Dimensi aksiologis (manfaat pengetahuan). Aksiologis (teori tentang nilai)
sebagai filsafat yang membahas apa kegunaan ilmu pengetahuan manusia.
Aksiologi menjawab, untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu
dipergunakan? Bagaimana kaitan antar acara penggunaan tersebut dengan
kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral

B. Metode Filsafat Ilmu


Susanto (2011:13) mengatakan sebagian ahli mengelompokkan metode
yang dipergunakan dalam mempelajari filsafat ini menjadi tiga macam, yaitu:
1. Menggunakan metode sistematis, para pelajar akan menghadapi karya-karya
filsafat, misalnya mempelajari tentang teori-teori pengetahuan yang terdiri atas
beberapa cabang filsafat. Setelah itu ia mempelajari teori hakikat yang
merupakan cabang ilmu lainnya, kemudian ia akan mempelajari teori nilai atau
filsafat nilai. Ketika para pelajar membahas setiap cabang atau subcabang
filsafat melalui metode sistematis ini perhatiannya akan terfokus pada isi
filsafat, bukan pada tokoh ataupun pada zaman serta periodenya.
2. Metode historis, digunakan bila para pelajar mengkaji filsafat dengan mengikuti
sejarahnya. Ini dapat dilakukan dengan cara membicarakan tokoh demi tokoh
menurut kedudukannya dalam sejarah. Sebagai contoh, jika kita ingin
membicarakan tokoh filsafat atau filosof Thales, berarti kita membicarakan
riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori pengetahuan, teori
hakikat, maupun dalam teori nilai. Kemudian dilanjutkan dengan
membicarakan Anaximandros, Socrates, Rousseau, Immanuel Kant dan

2
seterusnya sampai pada tokoh-tokoh filsafat ini memang sangat perlu karena
ajarannya biasanya berkaitan erat dengan lingkungan, pendidikan dan
kepentingannya. Dapat disimpulkan bahwa metode filsafat historis ini berarti
mempelajari filsafat secara kronologis, mulai dari mempelajari filsafat kuno,
filsafat pertengahan dan selanjutnya filsafat abad modern.
3. Metode kritis, metode ini digunakan untuk mereka yang mempelajari filsafat
tingkat intensif. Para pelajar haruslah memiliki bekal pengetahuan tentang
filsafat secara memadai. Dalam metode ini pengajaran filsafat dapat
menggunakan metode sistematis atau historis. Langkah pertama adalah
memahami isi ajaran, kemudian para pelajar mencoba mengajukan kritiknya.
Kritikan itu boleh bersifat menentang atau menolak paham atau pendapat para
tokoh, namun dapat juga berupa dukungan atau memperkuat terhadap ajaran
atau paham filsafat yang sedang dikajinya. Dalam mengkritik mungkin
menggunakan pendapat sendiri atau pendapat para filosof lainnya.

C. Tujuan Filsafat Ilmu


Dari kutipan Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A, tujuan fisafat ilmu adalah:
1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat
memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu diberbagai
bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer
secara historis.
3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di
perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non-
ilmiah
4. Mendorong pada calon ilmuan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami
ilmu dan mengembangkannya.
5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama
tidak ada pertentangan.

3
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU
A. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu
Kata filsafat ilmu merupakan hal yang sangat penting utamanya dalam
pengkajian ilmu pengetahuan, karena filsafat ilmu merupakan keinginan
mendalam untuk mengetahui sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya. Berdasar
kepada pengertian filsafat tersebut, dapat didefenisikan bahwa filsafat itu memang
sudah ada sejak adanya manusia pertama yaitu nabi Adam AS. Berikut
periodesasi filsafat ilmu menurut Amien (1983:23)

B. Pra Yunani Kuno (Abad 15-7 SM)


Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia. Yakni ketika belum
mengenal peralatan seperti yang dipakai sekarang ini. Pada masa itu manusia
masih menggunakan batu sebagai peralatan. Masa zaman batu berkisar antara 4
juta tahun sampai 20.000 tahun sebelum masehi. Sisa peradaban manusia yang
ditemukan pada masa ini antara lain: alat-alat dari batu, tulang belulang dari
hewan, sisa beberapa tanaman, gambar-gambar digua-gua, tempat-tempat
penguburan, tulang belulang manusia purba. Evolusi ilmu pengetahuan dapat
diruntut melalui sejarah perkembangan pemikiran yang terjadi di Yunani,
Babilonia, Mesir, China, Timur Tengah dan Eropa.

C. Zaman Yunani kuno (Abad-7-2 SM)


Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena
pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide atau
pendapatnya, Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudangnya ilmu dan
filsafat. Menurut Anshari (1985:30), bangsa Yunani juga tidak dapat menerima
pengalaman-pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima saja (receptive
attitude) tetapi menumbuhkan anquiring attitude (senang menyelidiki secara
kritis). Salah satu tokoh Yunani yang terkenal pada waktu itu parmenides.

4
D. Zaman Pertengahan (Abad 2- 14 SM)
Zaman pertengahan (middle age) ditandai dengan para tampilnya theolog
di lapangan ilmu pengetahuan. Ilmuwan pada masa ini adalah hampir semuanya
para theolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan.
Semboyan pada masa ini adalah Anchila Theologia (abdi agama). Peradaban
dunia Islam terutama abad 7 yaitu Zaman bani Umayah telah menemukan suatu
cara pengamatan astronomi, 8 abad sebelum Galileo Galilie dan Copernicus.
Sedangkan peradaban Islam yang menaklukan Persia pada abad 8 Masehi, telah
mendirikan Sekolah kedokteran dan Astronomi di Jundis hapur.

E. Masa Renaissance (14-17 M)


Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran
yang bebas dari dogma-dogma agama, Renaissanse adalah zaman peralihan ketika
kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern.
Tokoh-tokohnya adalah: Roger Bacon, Copernicus, Tycho Brahe, yohanes
Keppler, Galilio Galilei. Roger Bacon berpendapat bahwa pengalaman empirik
menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan.
Menurut Bacon, filsafat harus dipisahkan dari theologi. Sedangkan Copernicus
adalah tokoh gereja ortodok, yang menerangkan bahwa matahari berada di pusat
jagat raya, dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu perputaran sehari-hari pada
porosnya dan gerakan tahunan mengelilingi matahari. Teori ini disebut
Heliosentrisme. Namun teorinya ditentang kalangan gereja yang mempertahankan
prinsip Geosentrisme yang dianggap lebih benar dari pada prinsip Heliosentrisme.

F. Perkembangan Filsafat Zaman Modern (17-19 M)


Zaman ini ditandai dengan berbagai dalam bidang ilmiah, serta filsafat dari
berbagai aliran muncul. Pada dasarnya corak secara keseluruhan bercorak sufisme
Yunani. Paham–paham yang muncul dalam garis besarnya adalah Rasionalisme,
Idialisme, dengan Empirisme. Paham Rasionalisme mengajarkan bahwa akal
itulah alat terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Tokohnya
yaitu Descartes, Spinoza, dan Leibniz.

5
Sedangkan aliran Idialisme mengajarkan hakekat fisik adalah jiwa., spirit,
Para pengikut aliran/paham ini pada umumnya, sumber filsafatnya mengikuti
filsafat kritisisismenya Immanuel Kant. Fitche (1762-1814) yang dijuluki sebagai
penganut Idealisme subyektif. Pada Paham Empirisme mengajarkan bahwa tidak
ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman. ini bertolak
belakang dengan paham rasionalisme. Pelopor aliran ini adalah Thomas Hobes
Jonh locke, dan David Hume.

G. Zaman Kontemporer
Yang dimaksud dengan zaman kontemporer adalah zaman yang sedang
kita jalani. Pada periode ini, terlihat kemajuan iilmu dan teknologi. Namun,
dibalik keberhasilan itu, ternyata telah memunculkan persoalan baru yang tidak
sederhana, dalam bentuk kekacauan, krisis yang hampir terjadi di setiap belahan
dunia ini. Kesuksesan manusia dalam menciptakan teknologi-teknologi raksasa
ternyata telah menjadi bumerang bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Berbagai persoalan baru sebagai dampak dari kemajuan ilmu dan
teknologi yang dikembangkan oleh kaum positivisme-empirik, telah
memunculkan berbagai kritik di kalangan ilmuwan tertentu. Kritik yang sangat
tajam muncul dari kalangan penganut “Teori Kritik Masyarakat”, sebagaimana
diungkap oleh Ridwan Al Makasary. Kritik terhadap positivisme, kurang lebih
bertali temali dengan kritik terhadap determinisme ekonomi, karena sebagian atau
keseluruhan bangunan determinisme ekonomi dipancangkan dari teori
pengetahuan positivistik. Positivisme juga diserang oleh aliran kritik dari berbagai
latar belakang dan didakwa berkecenderungan meretifikasi dunia sosial.
Pandangan teoritikus kritik dengan kekhususan aktor, di mana mereka menolak
ide bahwa aturan aturan umum ilmu dapat diterapkan tanpa mempertanyakan
tindakan manusia. Akhirnya “Teori Kritik Masyarakat” menganggap bahwa
positivisme dengan sendirinya konservatif, yang tidak kuasa menantang sistem
yang eksis.

6
BAB III
FILSAFAT ILMU DAN PENGEMBANGAN METODE ILMIAH

A. Pengertian Filsafat Ilmu


Pendapat Sidi Gazalba ini memperlihatkan adanya tiga ciri pokok dalam
filsafat yaitu:
1. Adanya unsur berfikir yang dalam hal ini menggunakan akal.
2. Adanya unsur tujuan yang ingin dicapai melalui berfikir tersebut.
3. Adanya unsur ciri yang terdapat dalam pikiran tersebut, yaitu mendalam.
Uraian diatas menunjukkan dengan jelas ciri dan karakteristik berfikir
secara filosofis. Intinya adalah upaya secara sungguh-sungguh dengan
menggunakan akal pikiran sebagai alat utama untuk menemukan hakikat segala
sesuatu yang berhubungan dengan ilmu. Bedanya, filsafat menggarap bidang yang
luas dan umum, sedangkan ilmu membahas bidang-bidang yang khusus dan
terbatas. Tujuannya pun lain, filsafat bertujuan mencari pemahaman dan
kebijaksanaan atau kearifan hidup. Sedangkan ilmu, bertujuan untuk mengadakan
deskripsi, prediksi, eksperimentasi, dan mengadakan kontrol.

B. Pengertian Metodologi
Metodologi merupakan hal yang mengkaji perihal urutan langkah-langkah
yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoloh memenuhi ciri-ciri. Pada
dasarnya di dalam ilmu pengetahuan dalam bidang dan disiplin apa pun, baik
ilmu-ilmu humaniora, sosial maupun ilmu-ilmu alam masing-masing
menggunakan metode yang sama.
Metodologi berasal dari kata metodologi dan logos. Metodologi bisa
diartikan ilmu yang membicarakan tentang metode-metode. Kata metode berasal
dari kata yunani methodes, sambungan kata depan meta (menuju, melalui,
mengikuti, sesudah) dan kata benda hodos (jalan, perjalanan, cara, dan arah).
Metode ialah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu.

7
C. Metode Ilmiah
Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah,
yaitu:
1. Masalah
Masalah diartikan sebagai suatu situasi dimana fakta yang terjadi sudah
menimpang dari batas-batas toleransi dari sesuatu yang diharapkan. Langkah
paling awal yang harus dilakukan oleh peneliti, setelah ia menentukan topik
penelitiannya, penguraian latar belakang permasalahan di maksudkan untuk
mengantarkan dan menjelaskan mengenai latar belakang mengapa sesuatu di
anggap sebagai permasalahan.
2. Rumusan Masalah
Penguraian permasalahan harus berangkat dari latar belakang yang bersifat
umum, yaitu berada dalam kerangka pemikiran yang luas dengan mengaitkan
topik penelitian pada banyak hal yang relevan menuju permasalahan yang lebih
spesifik dan terpusat pada pokok persoalan nya. Dengan demikian pembaca
tergiring dari sudut pandang permasalahan yang luas menuju kepada satu topik
tertentu yang hendak di teliti saja.
Menurut Saifudin (2013:30), suatu rumusan masalah harus memenuhi ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Menanyakan mengenai hubungan antara paling tidak dua variabel
b. Ditanyakan secara jelas dalam bentuk kalimat tanya
c. Harus dapat di uji oleh metode empirik, yaitu data yang digunakan untuk
menjawabnya harus dapat di peroleh
d. Tidak boleh berisi pertanyaan mengenai moral atau etika
3. Tujuan dan Manfaat
Dalam setiap penelitian pasti mempunyai tujuan dan termasuk mempunyai
manfaat didalam sebuah metode. Apalagi dalam metode ilmiah,saat kita
melakukan penelitian tentang sesuatu hal, maka pastilah kita akan mempunyai
tujuan dan tentulah penelitian kita tadi juga harus memiliki manfaat.

8
4. Landasan Teori
Landasan merupakan ciri yang penting bagi penelitian ilmiah untuk
mendapatkan data. Yang dimaksud landasan teori disini adalah teori yang
terkait dengan variabel yang terdapat dalam judul penelitian atau yang tercakup
dalam paradigma penelitian sesuai dengan hasil perumusan masalah. Teori
dipergunakan sebagai landasan atau alasan mengapa suatu yang bersangkutan
memang bisa mempengaruhi variable tak bebas atau merupakan satu penyebab.
(Juliansyah 2015:323)
5. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatan pengumpulan data agar menjadi lebih mudah dan
sistematis. Instrumen penelitian memegang peranan penting dalam usaha
memperoleh informasi yang akurat dan terpercaya. bahkan validitas hasil
penelitian sebagian besar sangat tergantung pada kualitas instrument
pengumpulan datanya. Diantara bentuk-bentuk instrument pengumpulan data
contohnya dalam soal penelitian sosial dan psikologi adalah:
a. Wawancara
b. Angket, atau kuesioner
c. Tes
d. Skala-skala psikologis dan sebagainya
Apapun bentuk instrument pengumpulan data yang di gunakan, masalah
ketepatan tujuan dan penggunaan instrumen dan kerterpercayaan hasil ukurnya
merupakan dua karakter yang tidak dapat di tawar-tawar.
Hasil pembahasan tidak lain adalah kesimpulan. Kesimpulan adalah langkah
terakhir dalam setiap kegiatan penelitian. Penelitian yang tidak dipublikasikan
atau di sebarluaskan akan kurang bermanfaat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak memiliki nilai praktis yang tinggi. oleh karna itu adalah
kewajiban setiap peneliti untuk menyelesaikan rangkaian kegiatan ilmiah
menjadi suatu bentuk laporan ilmiah tertulis yang dapat di pertanggung
jawabkan.

9
SUMBER RANGKUMAN

Sumarto, et.al. (2017). Filsafat Ilmu. Jambi: Pustaka Ma’arif Press.

Daftar pustaka dalam buku Filsafat Ilmu oleh Dr. Sumarto

Amien, Miska M. (1983). Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam. Jakarta: UI


Press,

Juliansyah (2015). Metodologi Penelitian. Jakarta: Prenada Media.

Susanto, A (2011). Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,


Epistomologis dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.
Anshari, Endang S. (1985). Ilmu, filsafat, dan Agama. Surabaya: Bina ilmu.
Saifudin, Azwar (2013). Metode Penelitian. Yoyakarta: Pustaka Pelajar.

10

Anda mungkin juga menyukai