Anda di halaman 1dari 5

KONSEP DASAR FILSAFAT ILMU: PENGERTIAN FILSAFAT ILMU,

TUJUAN FILSAFAT ILMU, SEJARAH FILSAFAT ILMU, RUANG


LINGKUP FILSAFAT ILMU

Hasna Miftakhul Janah


hasnamiftakhuljanah@gmail.com
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
UIN Raden Mas Said
Surakarta

Abstract: Philosophy of science is a part of philosophy that answers several


questions about the nature of science. Philosophy of science seeks to be able
to explain issues such as: what and how a concept and statement can be
called scientific, how the concept is born, how science can explain, predict
and utilize nature through technology, how to determine the validity of
information, formulation and use scientific method; kinds of reasoning that
can be used to draw conclusions; and the implications of scientific methods
and models for society and for science itself. Knowledge is the result of the
process of human effort to know. Knowledge is developed by humans
because of two main things, namely first, humans have a language that is
able to communicate information and the way of thinking that lies behind this
information. The second is the ability to think according to a certain frame of
mind. Broadly speaking this way of thinking is called reasoning. Philosophy
of science provides a logical basis for the scientific method. Every scientific
method developed must be logically and rationally accounted for, so that it
can be understood and used in general.
Keywords: Philosophy, Science

PENDAHULUAN
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun
historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat dan juga sebaliknya
perkembangan ilmu dapat memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat telah berhasil
merubah pola pikir bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris
menjadi logosentris. Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia beranggapan
bahwa semua kejadian di alam ini dipengaruhi para dewa. Karena itu para dewa harus
dihormati dan sekaligus ditakuti kemudian disembah. Dengan filsafat pola pikir yang
selalu tergantung pada dewa diubah menjadi pola pikir yang bergantung pada rasio.
Kejadian alam seperti gerhana tidak lagi dianggap sebagai kegiatan dewa yang
tertidur, tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari, bulan. Dan
bumi pada garis yang sejajar, sehingga bayang-bayang bulan menimpa sebagian
permukaan bumi.
Menurut Lewis White Beck, filsafat ilmu bertujuan membahas dan mengevaluasi
metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan nilai dan pentingnya
upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
Pembahasan filsafat ilmu sangat penting karena akan mendorong manusia untuk
lebih kreatif dan inovatif. Filsafat ilmu memberikan spirit bagi perkembangan dan
kemajuan ilmu dan sekaligus nilai-nilai moral yang terkandung pada setiap ilmu baik
pada tataran ontologis, epistemologis maupun aksiologi
Untuk itulah penulis mencoba memaparkan mengenai tujuan dan manfaat filsafat
ilmu sehingga diharapkan para pembaca dapat memahami pentingnya filsafat ilmu
dalam kehidupan umat manusia.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang
memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya. Salah satu
ciri dari penelitian pustaka adalah peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash)
atau data angka dan bukan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata
berupa kejadian, orang atau benda-benda lainnya.

PEMBAHASAN
Pengertian Filsafat Ilmu
Secara sederhana filsafat ilmu terdiri dari dua kata, yaitu filsafat dan ilmu. Filsafat
dapat diartikan sebagai berpikir bebas, radikal, dan berada pada tataran makna.”
Bebas artinya tidak ada yang menghalangi kerja pikiran. Radikal, artinya berpikir
mendalam sampai akar masalah, bahkan melewati batas-batas fisik atau disebut
metafisis. Adapun berpikir da- lam tahap makna berarti menemukan makna terdalam
dari sesuatu yang terkandung di dalamnya berupa kebenaran, keindahan maupun
kebaikan.
Adapun istilah “ilmu” dalam bahasa Arab berasal dari kata ‘alima yang artinya
mengetahui. Dalam kamus Webster New World Dictionary, dijumpai kata science
berasal dari kata Latin, scire yang artinya mengetahui. Secara bahasa science (sains)
berarti “keadaan atau fakta mengetahui” dan sering dimaknai dalam arti pengetahuan
(knowledge) yang dikon- traskan melalui intuisi atau kepercayaan. Jadi, ilmu secara
harfiah tidak terlalu berbeda dengan science, hanya ilmu memiliki ruang lingkup yang
berbeda dengan sains. Sains hanya dibatasi pada bidang-bidang empirisme-
positivisme, sedangkan ilmu melampuinya dengan non-empirisme seperti matematika
dan metafisika. Dari pengertian ini, maka filsafat ilmu adalah filsafat yang
menjadikan ilmu-ilmu sebagai objek kajiannya. Tidak mengherankan apabila filsafat
ilmu dianggap sebagai bidang yang unik, lantaran yang dipelajari adalal dirinya
sendiri.
Beberapa rumusan tentang filsafat ilmu dikemukakan oleh para pakar, antara lain
Peter A. Angeles, bahwa filsafat ilmu merupakan suatu analisis tentang ilmu dari
berbagai tinjauan termasuk logika, metodologi, sosiologi, sejarah ilmu dan lain lain.
Sementara itu, A. Cornelis Benyamin mendefinisikan filsafat ilmu sebagai disiplin
filsafat yang merupakan stud kritis dan sistematis mengenai dasar-dasar ilmu
pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan metode-metode, konsep konsep,
praduga-praduganya, serta posisinya dalam kerangka umum cabang-cabang
intelektual,
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa filsafat ilmu adalah segenap pemikiran
reflektif, radikal dan mendasar atas berbagai persoalan mengenai ilmu pengetahuan,
landasan dan hubungannya dengan segala segi kehidupan. Atau dapa dikatakan bahwa
filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwa dinamika proses kegiatan memperoleh
pengetahuan secara ilmiah. Ini berarti bahwa terdapat pengetahuan ilmiah dan tidak
ilmiah. Adapun yang tergolong ilmiah ialah yang dise but ilmu pengetahuan atau
disebut ilmu, yaitu akumulas pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi
se demikian rupa sehingga memenuhi asas pengaturan secara prosedural, metologis,
teknis, dan memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, serta dapat
dipertanggungjawabkan.
Sementara itu, penyebutan pengetahuan ilmiah menyisa kan istilah lainnya, yaitu
pengetahuan tidak ilmiah. Yaitu, pengetahuan yang masih tergolong pra-ilmiah.
Dalam hal ini berupa pengetahuan hasil serapan indriawi yang secara sada diperoleh,
baik yang telah lama maupun baru didapat. Di sam ping itu termasuk yang diperoleh
secara pasif atau di luar ke sadaran, seperti ilham, intuisi, wangsit, atau wahyu.

Tujuan Filsafat Ilmu


Tujuan dari filsafat ilmu, yaitu:
1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi
kritis dan cermat terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang ilmuwan harus
memiliki sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat
menghidarkan diri dari sikap yang menanggap bahwa hanya pendapatnya yang
paling benar.
2. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan
metode keilmuan. Sebab kecenderungan yang terjadi di kalangan ilmuwan
modern adalah menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur
ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan disini adalah
menerapkan metode ilmiah yang sesuai atau cocok dengan struktur ilmu
pengetahuan, bukan sebaliknya. Metode hanya saran berpikir, bukan merupakan
hakikat ilmu pengetahuan.
3. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap
metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum. Semakin
luas penerimaan dan penggunaan metode ilmiah, maka semakin valid metode
tersebut. Pembahasan mengenai hal ini dibicarakan dalam metodologi, yaitu ilmu
yang mempelajari tentang cara-cara untuk memperoleh kebenaran.
4. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita bisa
memahami, sumber, hakekat, dan tujuan ilmu. Memahami sejarah pertumbuhan,
perkembangan dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mendapat
gambaran tentang proses ilmu kontemporer seera historis.
5. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di
perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non
ilmiah.
6. Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami
ilmudan mengembangkannya.
7. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama
tidak ada pertentangan.
8. Memahami dampak kegiatan ilmiah (penelitian) yang berupa teknologi ilmu
(misalnya alat yang digunakan oleh bidang medis, teknik, komputer) dengan
masyarakat yaitu berupa tanggung jawab dan implikasi etis. Contoh dampak
tersebut misalnya masalaheuthanasia dalam dunia kedokteran masih sangat
dilematis dan problematik, penjebolan terhadap sistem sekuriti komputer,
pemalsuan terhadap hak atas kekayaan intelektual (HAKI), plagiarisme dalam
karya ilmiah.

Sejarah Filsafat Ilmu


Sejarah perkembangan filsafat ilmu, yaitu
1. Zaman Yunani Kuno merupakan zaman di bawah pengaruh kehadiran kekuatan
mitos-mitos serta mitologi. Namun dengan munculnya kebudayaan baru (polis).
Keterbukaan warganya untuk menerima unsur-unsur baru dari luar. Kondisi ini.
Menjadikan mitologi-mitologi tradisional mulai hilang kewibawaannya. Dalam
mempelajari peristiwa alam, masyarakat mulai muncul keingintahuannya. Mulai
mencari apa yang ada dibalik fenomena.
2. Zaman Yunani merupakan zaman filsafat, karena pada zaman ini para filsuf
menggunakan sikap Aninquiring Attitude” dan tidak menerima pengalaman yang
didasarkan pada sikap Receptive attitude”. Dan di zaman ini banyak bermunculan
filsuf terkenal seperti Thales, Phytagoras, Socrates, Demokritus, Plato, dan
Aristoteles.
3. Zaman pertengahan merupakan zaman kemajuan pesat bagi agama islam, dimana
banyaknya bermunculan para ilmuwan islam dari theolog-theolog islam seperti
Al Farabi, Al-Khawarizmi, Al-Kindi. Al Ghazali, Ibnu Shina, Ibnu Rusdy. Ibnu
Khaldun, Jabir Ibnu Hayyan. Al-razi, dll.
4. Zaman Rennaisance merupakan kebangkitan para filsuf yang bebas berfikir tanpa
adanya pengaruh ajaran agama. Tokoh tokohnya yang – terkenal seperti Nicolaus
Copernicus, Galilio Galilei, Johanes Kepler, dan Frasisco Bacon.
5. Zaman modern dikenal sebagai masa rasionalisme yang tumbuh dizaman modern
karena munculnya berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang dengan baik.
Tokoh yang menjadi pioner pada masa ini adalah Rene Decrates, Isaac Newton,
Charles Darwin, dan J.J. Thomson.
6. Zaman kontemporer merupakan zaman kemajuan ilmu pengetahuan, di mana
Fisika menjadi titik pusat perkembangannya. Tokoh yang sangat populer di masa
ini adalah Albert Eintein yang mengemukakan teori relatifitas.

Ruang Lingkup Filsafat Ilmu


Ruang lingkup filsafat ilmu meliputi beberapa bidang, antara lain seperti yang
dikemukakan para ahli di bawah ini:
a. Peter Angeles, yang merumuskan filsafat ilmu terbagi ke dalam empat bidang
kajian, yaitu: (1) telaah mengenai berbagai konsep, pra anggapan dan metode
ilmu, berikut analisis, perluasan, dan penyusunannya untuk memperoleh
pengetahuan yang lebih ajeg dan cermat: (2) telaah dan pembenaran mengenal
proses penalaran dalam ilmu, berikut struktur perlambangannya; (3) telaah
mengenai saling kaitan diantara berbagai ilmu; (4) telaah mengenai akibat-akibat
pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penerapan dan
pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika dan matematika dengan
realitas, entitas teoretis, sumber dan keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar
kemanusiaan.
b. A. Cornelius Benjamin, merumuskan filsafat ilmu ke dalam tiga bidang kajian,
yaitu: (1) telaah mengenai metode ilmu, lambang ilmiah dan struktur logis dari
perlambangan ilmiah. Telaah ini banyak menyangkut logika dan teori
pengetahuan dan teori umum tentang tanda; (2) penjelasan mengenai konsep
dasar, pra anggapan dan pangkal pendirian ilmu, berikut landasan-landasan
empiris, rasional atau pragmatis yang menjadi tempat tumpuannya. Segi ini
banyak hal yang berkaitan dengan metafisika, karena mencakup telaah terhadap
berbagai keyakinan mengenai dunia kenyataan, keragaman alam dan rasionalitas
dari proses alamiah; (3) aneka telaah mengenai saling kait diantara berbagai ilmu
dan implikasinya bagi suatu teori alam semesta, seperti idealism, materialism,
monism, atau pluralism.
c. Edward Madden, merumuskan lingkup filsafat ilmu ke dalam tiga bidang kajian,
yaitu: (1) probabilitas; (2) induksi dan; (3) hipotesis.
d. Ernest Nagel, memberikan rumusan luang lingkup filsafat ilmu ke dalam tiga
bidang kajian, yaitu: (1) pola logis yang ditunjukkan oleh penjelasan dalam ilmu;
logical pattern exhibited by explanations in the sciences; (2) pembentukan konsep
ilmiah; construction of scientific concepst; (3) pembuktian keabsahan kesimpulan
ilmiah; validation of scientific conclusions. (Susanto, 2014:55-57).

Dengan memerhatikan beberapa pendapat ahli, seperti yang dikemukakan di atas,


maka ruang lingkup filsafat ilmu pada dasarnya mencakup dua pokok bahasan utama,
yaitu membahas sifat-sifat pengetahuan ilmiah (epistimologi). Dan. Menelaah cara-
cara mengusahakan pengetahuan ilmiah (metodologi). Sehingga filsafat ilmu ini pada
akhirnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu sebagai berikut: (1)
filsafat ilmu umum, yang mencakup kajian tentang persoalan kesatuan, keseragaman,
serta hubungan diantara segenap ilmu. Kajian ini terkait dengan masalah hubungan
antara ilmu dengan kenyataan, kesatuan, perjenjangan, susunan kenyataan, dan
sebagainya; (2) filsafat ilmu khusus, yaitu kajian filsafat ilmu yang membicarakan
kategori-kategori serta metode-metode yang digunakan dalam ilmu-ilmu tertentu atau
dalam kelompok-kelompok ilmu tertentu, seperti dalam kelompok ilmu alam,
kelompok ilmu kemasyarakatan, kelompok ilmu tehnik dan sebagainya.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai