Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN UMUM

TENTANG FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

Chandra Darusman S, S.H*)

A. Pendahuluan

Dunia ilmu pengetahuan ialah dunia fakta, sedangkan life world

mencakup pengalaman subjek-praktis manusia ketika ia lahir, hidup, dan

mati, pengalaman cinta dan kebencian, harapan dan putus asa, penderitaan

dan kegembiraan, kebodohan dan kebijaksanaan. Dunia ilmu pengetahuan

ialah dunia objektif, universal, rasional, sedangkan life world adalah dunia

sehari-hari yang subjektif, praktis dan situasional.

Lebih dari itu, yang mau ditunjukkan adalah bahwa kita memang

hidup dalam dua dunia ini : dunia ilmu pengetahuan dan dunia praktis. Ilmu

pengetahuan menawarkan cara kerja rasional. Prinsip kasualitas misalnya

menjadi prinsip rasional dari ilmu pengetahuan. Sementara itu kita juga tidak

bisa melepaskan diri dari dunia sehari-hari dan tradisi dengan segala macam

bentuk kepercayannya dan prakteknya.

Dampak ilmu pengetahuan terhadap life world masyarakat dapat

diklasifikasikan kedalam dua kategori. Yang pertama dampak intelektual

langsung, terutama perubahan cara pandang tradisional terhadap realitas; dan

yang kedua dampak tidak langsung, melalui mediasi teknik-teknik ilmiH,

terutama teknik-teknik produksi dan organisasi sosial.


*) Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh dan
Sekretaris Umum Lembaga Analisis Qanun, Hukum dan Perundang-undangan (La-QUHP) Aceh

1
Kita dapat menegaskan kembali bahwa tujuan sains ialah menemukan

pengetahuan yang benar mengenai berbagai keadaan alam semesta.

Kewajiban batiniah seorang ilmuwan ialah memberikan sumbangan

pengetahuan baru yang benar saja ke kumpulan pengetahuan benar yang

sudah ada, walaupun ada tekanan-tekanan ekonomi atau social yang

memintanya untuk tidak melakukan hal itu karena tanggung jawabnya ialah

memerangi ketidaktahuan, prasangka, dan takhayul di kalangan manusia

mengenai alam semesta ini.

Oleh karena itu di kalangan masyarakat ilmuwan ada sekumpulan

pedoman kerja yang disepakati harus diikuti oleh seorang ilmuwan yang

terhormat. Pedoman kerja itu secara ringkas mencakup butir-butir berikut :

1. Bekerjalah dengan jujur.

2. Jangan sekali-kali menunggangi data.

3. Selalulah bertindak tepat, teliti dan cermat.

4. Berlakulah adil terhadap pendapat orang lain yang muncul terlebih

dahulu.

5. Jauhilah pandangan berbias terhadap data dan pemikiran ilmuwan lain.

6. Jangan berkompromi tetapi usahakanlah menyelesaikan permasalahan

yang dihadapi dengan tuntas.

Seorang ilmuwan tidak boleh memutarbalikan penemuannya bila

hipotesisnya yang dijunjung tinggi yang disusun di atas kerangka pemikiran

yang terpengaruh preferensi moral ternyata hancur berantakan karena

beertentangan dengan fakta-fakta pengujian. Seorang ilmuwan yang di atas

2
landasn moral memilih untuk membuktikan bahwa generasi muda kita

berkesadaran tinggi (dia terikat pada generasi muda) atau membuktikan

bahwa hasil pembangunan itu efektif (dia terikat pada kebijaksanaan

pemerintah) maka dalam hasil penemuannya dia bersifat netral dan

membebaskan diri dari semua keterikatannya yang membelenggu dia secara

sadar atau tidak. Penyimpangan dalam hal ini merupakan pelanggaran moral

yang sangat dikutuk masyarakat ilmuwan. Kenetralan dalam hal di atas itulah

yang menjadikan ilmu bersifat universal. Ilmu mengabdi kemanusiaan dengan

menyumbangkan penemuan-penemuan yang didapatkannya lewat kegiatan

ilmiah.

B. Tujuan Penulisan

Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan etika ilmuan dalam

perspektif filsafat ilmu pengetahuan

C. Tinjauan Umum Tentang Filsafat Ilmu Pengetahuan

1). Pengertian Filsafat Ilmu Pengetahuan

Istilah filsafat mulai dikenal pada zaman Yunani kuno, berasal dari

kata philo yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebenaran. Jadi orang

yang mempelajari filsafat adalah orang yang cinta kebenaran. Untuk

mencapai kebenaran seseorang harus mempunyai pengetahuan. Sese-orang

yang mengetahui sesuatu, dapat dikatakan telah mencapai kebenaran tentang

3
sesuatu tersebut menurut dirinya sendiri, meskipun apa yang dianggapnya

benar itu belum tentu benar menurut orang lain.

Filsafat adalah dasar pijakan ilmu. Berbagai disiplin ilmu yang

berkembang dewasa ini, pada mulanya adalah filsafat. Ilmu fisika berasal dari

filsafat alam (natural philosophy) dan ilmu ekonomi pada mulanya bernama

filsafat moral (moral philosophy). Durant mengibaratkan filsafat sebagai

pasukan marinir yang bertugas merebut pantai, untuk mendaratkan pasukan

infanteri. Pasukan infanteri adalah pengetahuan yang diantaranya adalah

ilmu. Imulah yang membelah gunung dan merambah hutan,

menyempurnakan kemenangan filsafat menjadi pengetahuan yang dapat

diandalkan.

Filsafat ilmu pengetahuan membahas sebab musabab pengetahuan dan

menggali tentang kebenaran, kepastian, dan tahap-tahapnya, objektivitas,

abstraksi, intuisi, dan juga pertanyaan mengenai “dari mana asalnya dan

kemana arah pengetahuan itu.

Sebenarnya, pengertian tentang filsafat cukup beragam. Titus et.al

memberikan klasifikasi pengertian tentang filsafat, sebagai berikut :

1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan

dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal).

2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan

dan sikap yang sangat kita junjung tinggi (arti formal).

3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Artinya

filsafat berusaha untuk mengombinasikan hasil bermacam-macam sains

4
dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang

konsisten tentang alam (arti spekulatif)

4. Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata

dan konsep. Corak filsafat yang demikian ini dinamakan juga logosentris.

5. Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat

perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli

filsafat.

Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat

bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman

manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun

teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai

landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat

memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu

landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri,

dengan harapan pada penghapusan kesalahan.

Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa

filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan

mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis

maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari

epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat

ilmu, seperti :

5
1. Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari

obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya

tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)

2. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang

berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus

diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah

kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya?

Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan

pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)

3. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana

kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral?

Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan

moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan

operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ?

(Landasan aksiologis).

2). Ilmu dan Nilai

Ilmu dapat berkembang dengan pesat menunjukkan adanya proses

yang tidak terpisahkan dalam perkembangannya dengan nilai-nilai hidup.

Walaupun ada anggapan bahwa ilmu harus bebas nilai, yaitu dalam setiap

kegiatan ilmiah selalu didasarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Anggapan itu

menyatakan bahwa ilmu menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak

secara hakiki menentukan ilmu itu sendiri, yaitu ilmu harus bebas dari

6
pengandaian, pengaruh campur tangan politis, ideologi, agama dan budaya,

perlunya kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu terjamin, dan

pertimbangan etis menghambat kemajuan ilmu.

Pada kenyataannya, ilmu bebas nilai dan harus menjadi nilai yang

relevan, dan dalam aktifitasnya terpengaruh oleh kepentingan tertentu. Nilai-

nilai hidup harus diimplikasikan oleh bagian-bagian praktis ilmu jika

praktiknya mengandung tujuan yang rasional. Dapat dipahami bahwa

mengingat di satu pihak objektifitas merupakan ciri mutlak ilmu, sedang

dilain pihak subjek yang mengembangkan ilmu dihadapkan pada nilai-nilai

yang ikut menentukan pemilihan atas masalah dan kesimpulan yang

dibuatnya.

Setiap kegiatan teoritis ilmu yang melibatkan pola subjek-subjek

selalu mengandung kepentingan tertentu. Kepentingan itu bekerja pada tiga

bidang, yaitu pekerjaan yang merupakan kepentingan ilmu pengetahuan alam,

bahasa yang merupakan kepentingan ilmu sejarah dan hermeneutika, dan

otoritas yang merupakan kepentingan ilmu sosial.

Dengan bahasan diatas menjawab pertanyaan mengapa ilmu tidak

dapat dipisahkan dengan nilai-nilai hidup. Ditegaskan pula bahwa dalam

mempelajari ilmu seperti halnya filsafat, ada tiga pendekatan yang berkaitan

dengan kaidah moral atau nilai-nilai hidup manusia, yaitu:

1. Pendekatan Ontologis

Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada.

Dalam kaitan dengan ilmu, landasan ontologis mempertanyakan tentang

7
objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup

penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang berada dalam jangkauan

pengalaman manusia.

Dalam kaitannya dengan kaidah moral atau nilai-nilai hidup, maka

dalam menetapkan objek penelaahan, kegiatan keilmuan tidak boleh

melakukan upaya yang bersifat mengubah kodrat manusia, merendahkan

martabat manusia, dan mencampuri permasalahan kehidupan.

2. Pendekatan Epistemologi

Epistemologis adalah cabang filsafat yang membahas tentang asal

mula, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan.

Dalam kaitannya dengan ilmu, landasan epistemologi mempertanyakan

proses yang memungkikan dipelajarinya pengetahuan yang berupa ilmu.

Dalam kaitannya dengan moral atau nilai-nilai hidup manusia, dalam

proses kegiatan keilmuan, setiap upaya ilmiah harus ditujukan untuk

menemukan kebenaran, yang dilakukan dengan penuh kejujuran, tanpa

mempunyai kepentingan langsung tertentu dan hak hidup yang berdasarkan

kekuatan argumentasi secara individual. Jadi ilmu merupakan sikap hidup

untuk mencintai kebenaran dan membenci kebohongan.

3. Pendekatan Aksiologi

Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara

umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa

pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan. Pada dasarnya ilmu harus

digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia.

8
Dalam hal ini ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam

meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia,

martabat manusia, dan kelestarian atau keseimbangan alam. Untuk itu ilmu

yang diperoleh dan disusun dipergunakan secara komunal dan universal.

Komunal berarti ilmu merupakan pengetahuan yang menjadi milik bersama,

setiap orang berhak memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya. Universal

berarti bahwa ilmu tidak mempunyai konotasi ras, ideologi, atau agama.

D. Etika Keilmuan Dan Tanggung Jawab Social Ilmuan

1) Etika Keilmuan

Ilmu merupakan suatu cara berpikir tentang sesuatu objek yang khas

dengan pendekatan tertentu sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang

berupa pengetahuan ilmiah. Ilmiah dalam arti sistem dan struktur ilmu dapat

dipertanggungjawabkan secara terbuka. Suatu keharusan bagi ilmuwan

memiliki moral dan akhlak untuk membuat pengetahuan ilmiah menjadi

pengetahuan yang didalamnya memiliki karakteristik kritis, rasional, logis,

objektif, dan terbuka. Disamping itu, pengetahuan yang sudah dibangun harus

memberikan kegunaan bagi kehidupan manusia, menjadi penyelamat

manusia, serta senantiasa menjaga kelestarian dan keseimbangan alam. Di

sinilah letak tanggung jawab ilmuwan untuk memiliki sikap ilmiah.

Para ilmuwan sebagai profesional di bidang keilmuan tentu perlu

memiliki visi moral, yang dalam filsafat ilmu disebut sebagai sikap ilmiah,

yaitu suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang

9
bersifat objektif, yang bebas dari prasangka pribadi, dapat

dipertanggungjawabkan secara sosial dan kepada Tuhan.

Adapun sikap ilmiah yang perlu dimiliki oleh para ilmuwan sedikitnya

ada enam, yaitu:

1. Tiada rasa pamrih (disinterstedness), merupakan sikap yang diarahkan

untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif dan menghilangkan

pamrih.

2. Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan

mampu mengadakan pemilihan terhadap segala sesuatu yang dihadapi.

3. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun

terhadap alat-alat indera serta budi (mind).

4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief)dan dengan

merasa pasti ( conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang

terdahulu telah mencapai kepastian.

5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa ilmuwan harus selalu tidak puas

terhadap penelitian yang telah dilakukan, sehingga selalu ada dorongan

untuk riset. Dan riset atau penelitian merupakan aktifitas yang menonjol

dalam hidupnya

6. Memiliki sikap etis (akhlak) yang selalu berkehendak untuk

mengembangkan ilmu bagi kemajuan ilmu dan untuk kebahagiaan

manusia

Secara terminologi, etika adalah cabang filsafat yang membicarakan

tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik dan

10
buruk. Yang dapat dinilai baik dan buruk adalah sikap manusia yang

menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan, kata dan sebagainya. Dalam

etika ada yang disebut etika normatif, yaitu suatu pandangan yang

memberikan penilaian baik dan buruk, yang harus dikerjakan dan yang tidak.

Penerapan dari ilmu membutuhkan dimensi etika sebagai

pertimbangan dan yang mempunyai pengaruh pada proses perkembangannya

lebih lanjut. Tanggung jawab etika menyangkut pada kegiatan dan

penggunaan ilmu. Dalam hal ini pengembangan ilmu pengetahuan harus

memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, keseimbangan ekosistem,

bersifat universal dan sebagainya, karena pada dasarnya ilmu pengetahuan

adalah untuk mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia dan

bukan untuk menghancurkannya. Penemuan baru dalam ilmu pengetahuan

dapat mengubah suatu aturan alam maupun manusia. Hal ini menuntut

tanggung jawab etika untuk selalu menjaga agar yang diwujudkan tersebut

merupakan hasil yang terbaik bagi perkembangan ilmu dan juga eksistensi

manusia secara utuh.

2) Tanggung Jawab Sosial Ilmuan

Kita dapat menegaskan kembali bahwa tujuan sains ialah menemukan

pengetahuan yang benar mengenai berbagai keadaan alam semesta. Tanggung

jawab etis seorang ilmuan dapat mengupayakan penerapan ilmu pengetahuan

dan teknologi secara tepat dalam kehidupan manusia. Tetapi harus menyadari

juga apa yang seharusnya dikerjakan atau tidak dikerjakan untuk

11
memperkokoh kedudukan serta martabat manusia yang seharusnya, baik

dalam hubungannya sebagai pribadi, dalam hubungan dengan lingkungannya

maupun sebagai makhluk yang bertanggung jawab terhadap Khaliknya.

Kesadaran etis ini memungkinkan manusia dapat memperhitungkan

akibat perbuatannya bahkan dapat mengetahui perkembangan-perkembangan

ataupun kejadian-kejadian yang tak terduga di masa depan. Tanggung jawab

etis beserta kesadaran etisnya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi akan dapat membimbing untuk menentukan dan memutuskan

apakah keputusan tindakan manusia yang berupa ilmu pengetahuan,

seharusnya dilakukan dan bagaimana “aturan main” yang diterapkan.

Tanggung jawab ilmu pengetahuan dan teknologi menyangkut juga

tanggung jawab terhadap hal-hal yang akan dan telah diakibatkan ilmu

pengetahuan serta teknologi di masa-masa lalu, sekarang maupun apa

akibatnya bagi masa depan berdasarkan keputusan-keputusan bebas manusia

dalam kegiatannya. Pene¬muan baru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi

terbukti ada yang dapat mengubah suatu aturan, baik alam maupun manusia.

Hal ini tentu saja menuntut tanggung jawab agar selalu menjaga apa yang

diwujudkan dalam perubahan tersebut yang menjadi perubahan terbaik bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri maupun bagi

perkembangan eksistensi manusia secara utuh.

Ilmuwan juga mempunyai kewajiban sosial untuk menyampaikan

kepada masyarakat dalam bahasa yang mudah dicerna. Tanggung jawab

sosial seorang ilmuwan adalah memberikan perspektif yang benar, untung

12
dan rugi, baik dan buruknya, sehingga penyelesaian yang objektif dapat

dimungkinkan.

E. Kesimpulan

1. Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa seorang ilmuan terikat pada

etika dan tanggung jawab dalam menetapkan suatu ilmu baru. Peran

terpenting seorang ilmuan adalah menyediakan bantuan agar manusia dapat

sungguh-sungguh mencapai pengertian tentang martabat dirinya. Ilmu

pengetahuan dan teknologi bukan saja sarana untuk mengem¬bangkan diri

manusia, tetapi juga merupakan hasil perkembangan dan kreativitas manusia

itu sendiri.

2. Tanggung jawab seorang ilmuan menyangkut kegiatan maupun penggunaan

ilmu pengetahuan dan teknologi di mana terjadi harus memperhatikan kodrat

manusia, martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bertanggung

jawab pada kepentingan umum, kepentingan generasi mendatang, dan bersifat

universal.

13
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Bakhtiar, Amsal .2007.Filsafat Ilmu. Jakarta.: M.A. PT Raja Grafindo Persada

Keraf, A.Sony dan M. Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis.
Bab IX Ilmu Pengetahuan dan Life-World (hal. 133-140) dan Bab XI
Masalah Bebas Nilai dalam Ilmu Pengetahuan (hal. 149-158). Penerbit
Kanisius: Yogyakarta .

Nasution, A.H.1999.Pengantar ke Filsafat Sains. Bab 4.0 Pengetahuan, Sains dan


Tanggungjawab Ilmuwan (hal.25-36). Bab 16.0 Tanggungjawab
Ilmuwan Terhadap Masa Depan Umat Manusia (hal.193-215). Litera
AntarNusa: Jakarta.

Suriasumantri, J.S.2001. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Bab VI


Aksiologi: Nilai Kegunaan Ilmmu (hal.229-260). Pustaka Sinar Harapan:
Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai