LATAR BELAKANG
1
Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan
pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan etika
keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggung jawab seorang
ilmuwan haruslah dipupuk dan berada pada tempat yang tepat, tanggung
jawab akademis, dan tanggung jawab moral.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
2
D. PEMBAHASAN
Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai
dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai.
Aksiologi bisa juga disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Dalam
pemikiran filsafat Yunani, studi mengenai nilai ini mengedepan dalam
pemikiran Plato mengenai idea tentang kebaikan, atau yang lebih dikenal
dengan Summum Bonum (kebaikan tertinggi) (Muntasyir dan Munir,
2007:26). Berikut ini dijelaskan beberapa definisi aksiologi. Menurut
Suriasumantri (1987:234) aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh. Menurut Kamus Bahasa
Indonesia (1995:19) dalam aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi
kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut
Wibisono aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan
moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian, serta penerapan
ilmu.1
1
Burhanuddin, Logika Materil; Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Raneka Cipta,
1997), hlm. 168
3
3. Socio-politcal life, yaitu kehidupan social politik, yang akan melahirkan
filsafat sosial politik.
1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, dalam pengertian yang lebih
sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang
lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban,
kebenaran dan kesucian.
2. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah
nilai atau nilai - nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang
bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.
3. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi
nilai atau dinilai.2
2
Amsal Bakthiar; Filsafat Ilmu, (Jakarta : PT Grafido Persada, 2004), hlm. 164
4
norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman
keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di
sekelilingnya.
1. Sifat Nilai
Sifat nilai atau paras nilai didukung oleh pengertian tentang pemenuhan
hasrat, kesenangan, kepuasan minat, kemauan rasional yang murni. Dan
segala pengalaman yang menunjang peningkatan nilai atau mutu
kehidupan. Dengan kata lain, paras nilai adalah pertalian yang erat
antarasesuatu sebagai sarana untuk menuju ke titik akhir atau untuk
menuju kepada tercapainya hasil yang sebenarnya.
2. Tipe Nilai
Didalam tipe nilai ada dua yaitu nilai intrinsik dan nilai instrumental. Nilai
interinsik adalah nilai yang terdapat pada diri sendiri sebagai martabat diri.
Yang tergolong ke dalam nilai intrinsik yaitu kebaikan dari segi moral,
kecantikan, keindahan, kesucian, dan kemurnian. Nilai instrumental adalah
nilai penunjang yang menyebabkan sesuatu memiliki nilai intrinsik.
Penerapan tipe nilai tersebut dapat diarahkan untuk menilai pentas drama,
3
Amsal Bakhtiar, op.cit., hlm. 166
5
karya seni, karya ilmiah. Sasaran penilaian tersebut dapat dikalsifikasikan
menjadi Sangat Baik, Baik, Kurang Baik dan sebagainya.
3. Kriteria Nilai
Kriteria nilai untuk menguji kadar nilai berdasarkan teori psikologi dan
teori logika. Penganut aliran yang disebut naturalis beranggapan bahwa
kelestarian hiduplah yang dapat dijadikan tolok ukur penilaian. Sedangkan
John Dewey dan pengikutnya beranggapan bahwa keseimbanganlah yang
dijadikan tolok ukurnya.
6
menemukan bahwa ukuran nilai terletak pada sejumlah kenikmatan yang
dilakukan oleh seseorang (Aristippus) atau masyarakat (Bentham). Penganut
intuisionist menunjukkan suatu wawasan yang paling akhir dalam keutamaan.
Beberapa penganut idealist mengakui sistem-sistem objektif norma-norma
rasional atau norma-nora ideal sebagai kriteria (Plato). Seorang penganut
naturalist menemukan keunggulan biologis sebagai ukuran yang standar.
7
Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai
tujuan hidupnya.
8
Berkaitan dengan hal ini, menurut Francis Bacon seperti yang dikutip
oleh Jujun. S. Suriasumatri yaitu bahwa pengetahuan adalah kekuasaan
apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi umat
manusia. Memang kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu,
bahwa kita tidak bisa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu,
karena ilmu itu sendiri merupakan alat bagi manusia untuk mencapai
kebahagiaan hidupnya, lagi pula ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak
mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam
menggunakannya.
9
4. ALIRAN / TOKOH FILSAFAT DALAM HUBUNGANNYA DENGAN
AKSIOLOGI KEILMUAN
10
sebagai transfer of value (pendidikan nilai-nilai) sehingga anak menjadi
terampil dan berintelektual.
11
perasaan yang mencerminkan adanya serba kesungguhan dan
kesenangan terhadap pakaian resmi yang dikenakan dapat
menunjukkan keindahan pakaian dan suasana kesungguhan tersebut.
Tokoh utama aliran ini diantaranya Aristoteles (394 SM) St. Thomas
Aquinas. Perenialisme memandang bahwa keadaan sekarang adalah
sebagai zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh
kekacauan, kebingungan dan kesimpangsiuran. Berhubung dengan itu
dinilai sebagai zaman yang membutuhkan usaha untuk mengamankan
lapangan moral, intelektual dan lingkungan sosial dan kultural yang lain.
Sedangkan menyangkut nilai aliran ini memandangnya berdasarkan asas-
asassupernatular, yakni menerima universal yang abadi. Dengan asas
seperti itu, tidak hanya ontologi, dan epistemolagi yang didasarkan pada
teologi dan supernatural, tetapi juga aksiologi. Tingkah laku manusia
dipengaruhi oleh potensi kebaikan dan keburukan yang ada pada dirinya.
Masalah nilai merupakan hal yang utama dalam perenialisme, karena ia
12
berdasarkan pada asas supernatural yaitu menerima universal yang abadi,
khususnya tingkah laku manusia. Jadi hakikat manusia terletak pada
jiwanya. Oleh karena itulah hakikat manusia itu juga menentukan hakikat
perbuatan-perbuatannya.
13
harus menjadi kenyataan, dan terlaksana dalam praktik. Hanya dengan
demikian dapat pula diwujudkan satu dunia yang dengan potensi-potensi
teknologi mampu meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, kemakmuran,
keamanan, dan jaminan hukum bagi masyarakat, tanpa membedakan
warna kulit, nasionalitas, kepercayaan, dan agama.
Konsekuensi dari segi aksiologi adalah ilmu itu bebas nilai (value free
of sciences) atau ilmu netral nilai, aksiologi ini juga memberikan
sumbangan terhadap ilmu pengetahuan dalam perspektif Islam. Bentuk
sumbangannya antara lain dapat dilihat dengan adanya konsep Islamisasi
ilmu pengetahuan. Bagi Syed M. Naquib al-Attas yang telah lama
memahami secara akurat akar kebudayaan dan pandangan hidup Islam di
Barat, menegaskan bahwa penyebab kemunduran umat Islam adalah
rusaknya ilmu pengetahuan (corruption of knowledge) sehingga mereka
tidak bisa lagi membedakan antara kebenaran dan kepalsuan. Dari
kajiannya yang sistematis, maka tokoh ini menawarkan agar ilmu
pengetahuan yang telah rusak itu, harus dibenahi secara fundamental yang
kemudian dia istilahkan dengan Islamisasi Sains. Terkait dengan itu,
maka berikut ini dikemukakan beberapa proposisi tentang kemungkinan
islamisasi sains, yakni :
14
yang inheren dalam dirinya akan membawa manfaat bagi manusia.
Maksud alam tersebut adalah suci (baik) sesuai dengan misi yang
emban dari Tuhan.
2. Ilmu pengetahuan adalah produk akal pikiran manusia sebagai hasil
pemahaman atas fenomena di sekitarnya. Sebagai produk pikiran
maka corak ilmu yang dihasilkan akan diwarnai pula oleh corak
pikiran yang digunakan dalam mengkaji fenomena yang diteliti.
3. Dalam pandangan Islam, proses pencarian ilmu tidak hanya berputar-
putar di sekitar rasio dan empiri, tetapi juga melibatkan al-qalb yakni
intuisi batin yang suci. Rasio dan empiri mendeskripsikan fakta
dan al-qalb memaknai fakta, sehingga analisis dan konklusi yang
diberikan sarat makna-makna atau nilai.
4
Syekhuddin. 2009. Aksiologi.http://jaringskripsi.wordpress.com/author/syekhu/.
(Diakses 10 September 2017)
15
E. KESIMPULAN
16
F. DAFTAR PUSTAKA
17