Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam filsafat ilmu, ada tiga landasan yang mendasari yaitu salah

satunya ontologi. Ontologi ini merupakan hakikat dalam mencari tahu

tentang keberadaan sesuatu. Atau sering dikaitkan dengan kata tanya

“apa?”.

Dan dilain pihak terdapat pula istilah metafisika yang membahas

mengenai sesuatu hal yang bersifat inmaterial. Metafisika biasanya

dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat mistik atau spiritual. Agama pun

bahkan terkadang dikaitkan dengan metafisika. Namun tidak semua hal-

hal yang terdapat dalam ilmu keagamaan itu bersifat inmaterial.

Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat banyak hal yang termasuk

dalam kajian metafisika dan keseluruhan dari sesuatu itu dapat diambil

sebagai pembelajaran dan juga kajian metafisika dapat dimanfaatkan atau

digunakan dalam berbagai bidang disiplin ilmu.

Namun bilamana kita terlalu jauh mendalami ilmu metafisika ini,

terkadang dapat membuat seseorang ini menjadi over dan pada akhirnya

akan menuju kesesatan. Maka perlu juga kita mengenali batasan-batasan

tertentu dalam mempelajari tentang ilmu ini. Dan juga merupakan suatu

tujuan dalam berfilsafat yakni menjadi pencinta kebijaksanaan. Maka dari

itu diharapkan bahwa setelah mendalam ilmu-ilmu yang terkumpul dalam

1
2

ranah filsafat, dengan luasnya wawasan kita sehingga –bukan tidak

mungkin- kita disebut sebagai orang yang bijak, bukan malah menjadi

orang yang tambah rusak karena kurang bijaknya kita dalam

memberdayakan ilmu pengetahuan itu.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah makna dari ontologi?

2. Apakah defenisi dari ontologi dan metafisika?

3. Bagaimanakah landasan-landasan metafisika?

4. Apa saja cabang-cabang dari metafisika?

5. Bagaimanakah sumber dalam kebenaran metafisika?

6. Apakah kegunaan dari metafisika?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang makna dari ontologi.

2. Untuk mengetahui dan memahami tentang defenisi dari ontologi dan

metafisika.

3. Untuk mengetahui dan memahami tentang landasan metafisika.

4. Untuk mengetahui dan memahami tentang cabang-cabang dari

metafisika.

5. Untuk mengetahui dan memahami tentang sumber kebenaran

metafisika.

6. Untuk mengetahui dan memahami tentang kegunaan dari metafisika.

2
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna Ontologi

Kata Ontologi berasal dari dua kata, yaitu “Ontos” yang berarti

“yang ada” dan “Logos” berarti “ilmu”. Ontologi dapat diartikan sebagai

ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada. Ontologi merupakan salah

satu di antara lapangan-lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling

kuno. Sejak awal dalam pemikiran Yunani telah menunjukkan munculnya

perenungan ontologi, sebagaimana Thales ketika ia merenungkan dan

mencari apa sesungguhnya hakikat ”yang ada” (being) itu, yang pada

akhirnya ia berkesimpulan, bahwa asal usul dari segala sesuatu (yang ada)

itu adalah air. Ontologi merupakan azas dalam menetapkan batas ruang

lingkup wujud yang menjadi objek penelaahan serta penafsiran tentang

hakikat realitas (metafisika) (Jujun, 1986 :2). Ontologi meliputi

permasalahan apa hakikat ilmu itu, apa hakekat kebenaran dan kenyataan

yang inheren dengan pengetahuan itu, yang tidak terlepas dari pandangan

tentang apa dan bagaiman yang ada (being) itu.

Dalam konsep filsafat ditegaskan bahwa setiap proses penciptaan,

selalu ada faktor-faktor yang menentukan adanya penciptaan, yaitu:

a. Adanya pencipta (subyek).

b. Adanya ciptaan (obyek).

c. Adanya bahan yang digunakan dalam penciptaan.

3
4

d. Adanya tujuan penciptaan, yaitu mengenai gagasan ideal

mengenai ciptaan, baik bentuk maupun apa yang dicapai dengan

bentuk itu.

Makna selanjutnya yang terdapat dalam ontologi ialah nyata (realis).

Pada dasarnya nyata merupakan bagian dari ada itu sendiri. Hakikat dari

nyata ialah inmaterial yang memateri dan suatu spiritual yang faktual.

Spiritualitas terletak pada adanya dinamika perubahan, sedangkan faktual

merupakan fakta-fakta empirik yang mencakup ruang dan waktu, di mana

keadaan satu dengan yang lainnya berbeda.

Sisi esensi dan sisi eksistensi merupakan dua sisi yang selalu ada

dalam pemaknaan setiap yang ada. Esensi selalu terbawa dalam setiap

perkembangannya, sedangkan eksistensi lebih menekankan pada

keberadaan dari sesuatu itu.

B. Ontologi dan Metafisika

Ontologi merupakan salah satu aspek filsafat yang menelaah tentang

obyek yang ada dalam telaah ilmu dan wujud yang hakiki dari obyek

tersebut serta hubungan antara obyek dengan daya tangkap manusia yang

pada intinya diharapkan membuahkan pengetahuan.

Istilah metafisika berasal dari bahasa Yunani meta ta physika yang

dapat diartikan sesuatu yang ada dibalik atau dibelakang benda-benda

fisik. Metafisika adalah cabang filsafat yang membahas persoalan tentang

keberadaan (being) atau eksistensi (excistence).

Kedua hal ini sangat berkaitan, dimana ontologi yang pada

hakikatnya mencari kebenaran, sedangkan dalam metafisika membahas

4
5

mengenai hal-hal yang bersifat gaib. Sehingga jika dikaitkan maka

keduanya membahas mengenai kebenaran terhadap sesuatu yang berada di

wilayah non fisik.

C. Landasan Metafisika

Ada dua hal yang dapat dijadikan sebagai landasan dari kajian

metafisika, yaitu sebagai berikut:

1. Prinsip Dualistik

Dualistik merupakan konsep filsafat yang menyatakan adanya

substansi. Contohnya dalam realitas objektif, terdapat siang dan

malam, terang dan gelap, kehidupan dan kematian.

2. Hukum Kehidupan (Sunnatullah)

Sunnatullah merupakan konsep yang menjadi penyangga berdirinya

kehidupan itu seperti halnya tiang yang menyangga sebuah bangunan

besar. Dan hukum kehidupan dibentuk oleh elemen-elemen yang

bercorak dualistik.

D. Cabang Metafisika

Cabang-cabang dari metafisika terdiri dari aliran yang menganut dari

segi kualitas dan dari segi kuantitas. Cabang metafisika yang melihat

keberadaan dari segi kualitas yaitu:

1. Materialisme

Suatu pandangan metafisika yang menganggap bahwa tidak ada hal

yang nyata selain materi. Bahkan pikiran dan kesadaran hanyalah

5
6

penjelmaan dari materi dan dapat dikembalikan pada unsur-unsur fisik.

Materi adalah sesuatu hal yang kelihatan, dapat diraba, berbentuk dan

menempati ruang. Hal-hal yang bersifat kerohanian seperti pikiran,

jiwa, keyakinan dan rasa emosional hanyalah ungkapan proses

kebendaan.

2. Spiritualisme

Suatu pandangan metafisika yang menganggap bahwa kenyataan

yang terdalam adalah roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam.

Cabang metafisika yang melihat keberadaan dari segi kuantitas

yaitu:

1. Monisme

Monisme ini berasal dari kata monas-adis, padanan kata dari monade

yang artinya kesatuan. Aliran yang menyatakan bahwa hanya ada satu

kenyataan fundamental. Kenyataan tersebet dapat berupa jiwa, materi,

Tuhan atau substansi lainnya yang tidak dapat diketahui.

2. Dualisme

Aliran ini menganggap adanya dua substansi yang masing-masing

berdiri sendiri.

3. Pluralisme

Yaitu aliran yang tidak mengakui adanya satu atau dua substansi,

melainkan mengakui banyak substansi. Salah satu teori yang dapat

dimasukkan dalam pluralisme diantaranya teori para filsuf Yunani

Kuno yang menganggap kenyataan terdiri dari udara, tanah, api dan

air.

6
7

E. Sumber Kebenaran Metafisika

Sumber dari kebenaran metafisika terdiri dari beberapa hal, yaitu:

1. Wahyu

Wahyu berarti bisikan, isyarat atau petunjuk, ilham, perintah.

Wahyu secara istilah berarti pengetahuan yang diperoleh oleh Nabi

dan Rasul. Para Nabi dan Rasul memperoleh pengetahuan dari Tuhan

tanpa upaya, bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk

memperolehnya.

2. Mitos

Mitos merupakan kemampuan yang ada pada diri manusia yang

diperoleh melalui kepercayaan. Mitos akan hidup bilamana

sekelompok orang merasa tertekan dan penuh harap. Mitos ini

diturunkan secara subyektif, artinya kebenaran ini hanya berlaku

dalam sekelompok masyarakat.

3. Mistik/Spiritual

Mistik adalah teori yang supranatural. Mistik merupakan

pengetahuan yang tidak rasional, karena bebas dari ketergantungan

indra dan rasio. Dan pengetahuan yang berkaitan dengan mistik ini

biasanya hanya diketahui hakikatnya oleh pemilik atau pengaplikasi

dari ilmu itu sendiri.

Namun, adapula sebagian para ahli filsafat yang mengemukakan

bahwa sumber-sumber metafisika dalam bertujuan untuk mencari

kebenaran itu berasal dari alam semesta itu sendiri, alam akal (penalaran),

dan hati (intuisi).

7
8

F. Kegunaan Metafisika

1. Sebagai media pengobatan penyakit.

2. Sebagai media perlindungan diri dari serangan fisik.

3. Sebagai media perlindungan diri dari serangan non-fisik.

4. Sebagai media peningkatan kepekaan dan pengendalian diri.

5. Sebagai media pendeteksi atau prakiraan cuaca.

6. Sebagai media pengendalian massa.

8
9

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan dapat ditarik kesimpulan bahwa ontologi

mempelajari mengenai objek yang ditelaah ilmu, perwujudannya dan

hubungannya dengan daya tangkap manusia, sehingga dapat menghasilkan

ilmu pengetahuan. Pembahasan ontologi tidaklah mencakup pada proses,

prosedur dan manfaat dari suatu objek yang ditelaah oleh ilmu, melainkan

lebih kepada perwujudannya atau eksistensinya.

B. Penutup

Mempelajari dan memperdalam ilmu tentang sesuatu, sangatlah

baik bagi kita. Dalam mempelajari suatu ilmu maka kita harus memahami

batasan-batasan kita dalam mempelajari dan mendalami ilmu tersebut,

jangan sampai kita terbawa arus oleh sesuatu yang kita pelajari yang pada

akhirnya akan menyesatkan kita.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini dan jauh dari

kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah ini dengan berpedoman

pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu

penulis mengharapkan tanggapan, kritik dan saran mengenai pembahasan

makalah dalam kesimpulan di atas serta doa dan dukungan dari para

pembaca agar kami dapat lebih mengembangkan karya tulisan kami.

9
10

DAFTAR PUSTAKA

Mustansyir, Rizal. 1997. Aliran-Aliran Metafisika. Jurnal Filsafat. 1-13.

http://fathianafha.blogspot.com/2018/12/kebenaran-non-ilmiah.html?m=1

https://www.kompasiana.com/ujangbandeung/5a4331d4bde5756bca06ab22/meng

apa-metafisika-menjadi-sedemikian-rumit-tuan-deridda?page=all#section2

Pradipto, Yosef Dedy. 2013. Filsafat Ilmu sebagai Landasan Holistis

Pengembangan Ilmu Psikologi. Humaniora. 4(1): 539-546.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Metafisika

https://yipay.blogspot.com/2017/04/metafisika-dalam-agama-dan-manfaat

10

Anda mungkin juga menyukai