Anda di halaman 1dari 25

Makalah Filsafat Ilmu (Aksiologi dalam Penggunaan Ilmu)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang
artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai dalam
berbagai bentuk.
Dalam kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi
kehidupan manusia tentang nilai-nilai khususnya etika.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai.
Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan
moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat
dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya menimbulkan bencana.

B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Apakah pengertian aksiologi?


Apa dasar dari aksiologi ilmu?
Bagaimanakah perkembangan metode ilmu?
Bagaimanakah evolusi ilmu dan konsep ilmu filsafat?

C. Tujuan
1.
2.
3.
4.

Dapat mengetahui pengertian aksiologi.


Dapat mengetahui dasar dari aksiologi ilmu.
Dapat menjelaskan perkembangan metode ilmu.
Dapat menjelaskan evolusi ilmu dan konsep ilmu filsafat.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Aksiologi

Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti
teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Sedangkan arti aksiologi yang terdapat didalam
bukunya Jujun S. Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi
diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama, moral conduct, yaitu tindakan
moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni etika. Kedua, esthetic expression, yakni
ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosio-political life, yaitu
kehidupan social politik, yang akan melahirkan filsafat sosio-politik. Dalam Encyclopedia of
Filosofi dijelaskan, aksiologi disamakan dengan Value and Valuation.
Dari definisi-definisi mengenai aksiologi diatas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan
yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia
untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam
filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.1[1]
Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia. Dalam
hal ini, ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup
manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian atau
manusia.2[2]
a. Nilai etika
Membicarakan pengertian etika tidak akan pernah terlepas dari sejarah kemunculannya yang
dimulai dari periode klasik, akan tetapi berdasarkan naskah-naskah kuno yang ditemukan dan
diterjemahkan ternyata karya-karya pemikiran Yunani klasik jauh lebih dulu ditulis. Itu diketahui
berdasarkan konteks mata rantai sejarah ketika bangsa Arab menaklukan sebuah wilayah, bahasa
asli Negara tersebut tidak dihilangkan perjalan sejarah tersebut sampai pada suatu kesimpulan
bahwa etika berasal dari kata ethos (Yunani) yang berarti adat kebiasaan, dalam istilah lain
para ahli dalam bidang etika menyebutkan dengan moral. Etika merupakan salah satu teori yang
dibicarakan ketika membahas teori tentang nilai dan ilmu kesusilaan yang membahas perbuatan
baik dan melakukan kebenaran. Sedangkan moral adalah bentuk pelaksanaannya dalam
kehidupan. Perkembangan etika tidak lepas dari substansinya bahwa etika merupakan suatu ilmu
yang membicarakan masalah perbuatan dan tingkah laku manusia, mana yang dinili baik dan
buruk. Istilah lain dari etika adalah moral, susila, budi pekerti atau akhlak. Etika dalam bahasa
Arab disebut Akhlaq, merupakan jamak dari kata khuluq yang berarti adat kebiasaan, perangai,
tabiat, watak, adab dan agama.3[3]
Adapun Al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya ulum ad-Din menyebutkan suatu sifat yang tetap pada
jiwa, yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak membutuhkan
kepada pikiran.4[4]
b. Teori estetika
Penilaian baik dan buruk kerap dikaitkan dengan tingkah laku dan moral atau tindakan manusia,
sedangkan nilai indah dan tak indah cenderung diarahkan ke dalam segala hal yang berkaitan
1
2
3
4

dengan seni. Estetika berusaha untuk menemukan nilai indah secara umum yang kemudian
dalam perkembangannya bermunculan beberapa teori yang berkaitan dengan estetika.
Estetika berasal dari bahasa Yunani aisthetika pertama kali digunakan oleh filsuf Alexander
Gotlieb Baumgarten pada 1735 yang diartikan sebagai ilmu tentang hal yang biasa diarasakan
lewat perasaan.5[5]
Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang berkaitan dengan seni. Secara sederhana diartikan
estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk dan bagaimana
seseorang bisa merasakan estetika sebagai sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris
yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentiment dan rasa.
Menurut Plato, keindahan adalah realitas yang sebenarnya dan tidak pernah berubah-ubah.
Bagi Plotinus keindahan itu merupakan pancaran akal ilahi. Bila yang hakikat (Ilahi), ia
menyatakan dirinya atau memancarkan sinar atau dalam realitas penuh, maka itulah keindahan. 6
[6] Kant dalam studi ilmiah psikologi tentang estetika menyatakan, akal itu memiliki indera
ketiga atas piker dan kemauan yaitu indera rasa yang memiliki kekhususan, kesenangan estetika. 7
[7]

B.Dasar aksiologi ilmu

Kegunaan ilmu adalah menghasilkan pengetahuan yang dapat digunakan untuk tujuan antara lain
:
Membuktikan kebenaran (truth).
Menemukan pengetahuan (knowledge).
Memperoleh suatu pemahaman fenomena (understanding, comprehention, insight).
Memberikan penjelasan (explanation).
Melakukan pengendalian (control).
Melakukan penerapan (application, invention, production).
Ilmu dikembangkan oleh ilmuwan untuk mencapai kebenaran atau memperoleh pengetahuan.
ilmu telah memberi kemudahan manusia dalam mengendalikan kekuatan alam. Ilmu adalah
netral, tidak mengenal sifat baik dan buruk. Manusia yang menjadi penentu untuk apa ilmu
digunakan.
Landasan aksiologi ilmu adalah analisis tentang penerapan hasil temuan ilmu (ilmu
pengetahuan). penerapan ilmu untuk memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhan dan
keluhuran hidupnya.

C.

Perkembangan Metode Ilmu

a. Tahap perkembangan ilmu

5
6
7

Ilmu dapat ditinjau dari sekumpulan pengetahuan ilmiah, dan sekumpulan aktivitas ilmiah,
dan/atau metode ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah. Berikut ini
merupakan perkembangan untuk mendapatkan pengetahuan, dimulai dari yang tidak ilmiah
menjadi metode ilmiah.8[8]
1) Common sense (akal sehat)
Berakar pada adat dan tradisi menjadi kebiasaan dan pengulangan (landasan kurang kuat).
Cenderung kabur dan samar-samar.
Pengetahuan tidak teruji, karena kesimpulan biasanya ditarik dengan asumsi yang tidak diuji
dulu.
Didukung metode trial and error serta pengalaman.
2) Seni
Applied art yang mempunyai kegunaan langsung pada kehidupan badaniah dan Fine art yang
dapat memperkaya kegunaan spiritual. Sifat seni adalah deskriptif dan fenomenologis serta ruang
lingkupnya terbatas. Oleh karena itu seni mencoba memberi makna sepenuhnya terhadap suatu
objek. Komunikasi merupakan inti dari seni.
3) Rasionalisme
Pembuktian kebenaran pengetahuan berdasarkan penalaran akal atau rasional. Premis dan
proposisi sebelumnya menjadi acuan berfikir rasionalisme, yaitu berpikir dari yang sifatnya
universal, kemudian mencoba melakukan kesimpulan pada fenomena yang sifatnya spesifik.
4) Empirisme
Jumlah observasi harus besar.
Observasi harus diulang-ulang pada variasi kondisi yang luas.
5) Falsifikasionisme
Namun suatu fakta/fenomena baru dapat menolak teori yang sudah ada atau menggagalkan teori
yang sudah ada. Kondisi ini dikenal dengan sebutan falsifikasi.
6) Relativisme
Pada relativisme, teori dikatakan baik harus dinilai relative dari segi standar yang diterima oleh
masyarakat, sedangkan standar itu secara tipikal akan berlainan sesuai dengan kultur dan historis
masyarakat masing-masing.
7) Pragmatis
John Dewey menyatakan bahwa tidak perlu mempersoalkan kebenaran suatu pengetahuan,
melainkan sejauh mana kita dapat memecahkan persoalan yang timbul dalam masyarakat.
8) Filsafat Ilmu
Filsafat meletakkan dasar-dasar suatu pengetahuan. landasan berpikir filsafat menggunakan
metode analisis dan sintesis. Analisis pengetahuan yang dihasilakn dari berpikir rasionalisme dan
empirisme, kemudian dilakukan suatu sintesis baru merupakan kajian Filsafat Ilmu.

D. Evolusi Ilmu
Sebuah metode ilmiah bergantung pada pengamatan yang objektif dalam mendifinisikan
subjek yang diteliti, memperoleh informasi tentang perilakunya dan didalam perobaannya.
Pengamatan melibatkan aktivitas persepsi, juga proses kognitif, artinya pengamatan tidak pasif,
8

tetapi secara aktif melibatkan aktivitas untuk membedakan objek yang diamati dengan
lingkungannya. Pengamatan empiris dapat mengacu pada hipotesa dalam sebuah teori.
Setiap ilmu dapat mengalami evolusi, bisa berubah menjadi ilmu baru, berkembang dan bahkan
hilang dengan berjalannya waktu. 9[9]

E. Konsep Ilmu
1. Ilmu Sebagai Aktivitas
Ilmu merupakan aktivitas pemikiran manusia (rasional dan logika) atau proses riset yang
digunakan untuk tujuan tertentu. Riset adalah istilah umum untuk penelitian, dalam kaitannya
dengan ilmu penegtahuan dan teknologi, maka riset atau penelitian dapat didefinisikan sebagai
suatu usaha yang sistematik untuk mencari kebenaran yang belum diketahui melalui metode
ilmiah.
2. Ilmu Sebagai Metode Ilmiah
Berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan mengikuti alur berpikir yang dikenal sebagai metode ilmiah. Metode
ilmiah adalah merupakan ekpresi mengenai cara berpikir. Metode ilmiah adalah prosedur untuk
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Metode adalah suatu prosedur atau cara
mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematik (terpola). Logika,
matematika, statistika dalam kajian filsafat ilmu merupakan sarana ilmu.
a. Definisi Metode Ilmiah
The Liang Gie mendefinisikan : metode ilmiah adalah prosedur yang dipergunakan oleh
ilmuwan dalam pencarian sistematik terhadap pengetahuan baru dan peninjauan kembali
pengetahuan yang telah ada. Proses dan langkah yang dengan itu ilmu memperoleh pengetahuan.
metode ilmiah dibangun oleh pola procedural, tata langkah, teknik dan peranti alat ukur.
Suriasumantri J.S. Metode ilmiah merupakan prosedur (langkah sistematik) dalam
mendapatkan penegtahuan yang disebut ilmu pengetahuan. metode ilmiah merupakan suatu
prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah yang sistematis.
b. Ragam Proposisi
Adalah pernyataan yang berupa kalimat, bisa lebih terdiri dari dari satu kalimat yang
kebenarannya sudah diuji.10[10]
1. Asas ilmiah
Asas ilmiah atau prinsip adalah proposisi yang mengandung kebenaran umum berdasarkan
fakta-fakta yang telah diamati dan menjadi pedoman dalam melakukan tindakan. Contoh : Etika
Kedokteran, Etika Keperawatan, gizi seimbang, efisiensi ekonomi (menghasilkan hasil yang
maksimal dengan penggunaan sumber daya yang tertentu atau menggunakan sumber daya yang
minimal).
2. Kaidah ilmiah
Kaidah ilmiah atau hukum, adalah sebuah proposisi yang mengungkapkan hubungan tertib
yang dapat diperiksa kebenarannya diantara fenomena, sehingga berlaku untuk berbagai
fenomena sejenisnya.
9
10

Contoh : hukum penawaran dan permintaan. Suhu panas meningkat diikuti pernapasan yang
meningkat pula.
3. Teori ilmiah
Teori ilmiah adalah sekumpula proposisi yang saling berkaitan secara logis untuk member
penjelasan mengenai sebuah objek, fenomena secara utuh dan menyeluruh. Contoh Teori
Kinerja, Teori pencemaran.
c. Ciri Pokok Ilmu
Ilmu penegtahuan adalah hasil (output) dari aktivitas riset dan logika ilmu dengan metode
ilmiah. Pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk
didalamnya adalah ilmu, seni dan agama. Pengetahuan dikumpulkan dengan tujuan untuk
menjawab permasalahan kehidupan yang sehari-hari dihadapi manusia dan untuk digunakan
dalam menawarkan berbagai kemudahan kepadanya. Pengetahuan ilmiah atas ilmu dapat
diibaratkan sebagai alat bagi manusia dalammemecahkan berbagai masalah atau persoalan yang
dihadapinya.11[11]
Ciri Pokok Pengetahuan Ilmiah :

Empiris : hasil yang diperoleh berdasarkan fakta actual yang bisa ditangkap oleh indera
(observasi, percobaan).
Sistematik : pengetahuan yang telah tersusun ada hubungan ketergantungan dan teratur dengan
pengetahuan sebelumnya (proposisi).

Objektif dan universal : apa yang diketahui sesuai dengan apa adanya, tanpa ada unsur
keinginan dan kecenderungan subjektif dari penelaahnya. Apa yang berlaku disatu Negara juga
berlaku dinegara lain.

Analisis : penegtahuan dapat diuraikan secara rinci kedalam bagian dapat dipelajari sifat,
hubungan dan peranannya.
-oleh ilmu yang lain, dapat diteliti kembali kebenarannya, bisa diuji ulang.
Dapat dikomunikasikan (communicable), dan diterima umum.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Aksiologi yaitu teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh. Nilai etika yati teori yang membahas tentang perbuatan baik dan melakukan
kebenaran. Estetika yaitu nilai keindahan yang biasa dirasakan lewat perasaan. Dasar aksiologi
Ilmu yaitu menghasilkan pengetahuan yang dapat digunakan untuk tujuan antara lain
membuktikan kebenaran, menemukan pengetahuan, dan memberikan penjelasan. Tahap
perkembangan ilmu yaitu akal sehat, seni, rasionalisme, empirisme, falsifikasionisme,
relativisme, pragmatis dan filsafat ilmu. Konsep ilmu dapat digunakan sebagai aktifitas dan
11

sebagai metode ilmiah. Adapun ciri pokok pengetahuan ilmiah atas ilmu yaitu empiris,
sistematik, objektif dan universal, analisis, dan dapat dikomunikasikan.

B.

Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya dan dapat mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Tafsir. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT Remaja Rosdakarya.
Amsal, Bachtiar. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Dedi Supriyadi. 2010. Pengantar Filsafat Islam Teori dan Praktik. Bandung : CV Pustaka Setia.
Muhammad Alfian. 2010. Filsafat Etika Islam. Bandung : Pustaka Setia.
Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Stefanus Supriyanto. 2013. Filsafat Ilmu. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A.2013. filsafat Ilmu. Jakarta:Rajawali Pers. Hal 162.
Drs. Surajiyo. 2007. Filsafat ilmu dan perkembangannya di Indonesia. Jakarta :Bumi
Aksara. Hal 152.
14
[3] Muhammad Alfian, Filsafat Etika Islam, (Bandung:Pustaka Setia, 2010) h.17.
15
[4] Ibid
16
[5] Estethika-wikipedia bahasa Indonesia. Ensklopediabebas.idWikipedia.org/wiki/estethika.
Diakses Minggu, 1 Juni 2014.
17
[6] Dedi Supriyadi. Pengantar Filsafat Islam Teori dan Praktik. (Bandung:CV Pustaka Setia
2010) h.93.
18
[7] Ibid.
12

[1]
[2]

13

12
13
14
15
16
17
18

[8] Prof. Dr,dr. Stefanus Supriyanti. Filsafat Ilmu. Jakarta:Prestasi Pustakaraya. 2013. Hal. 52.
[9] Prof. Dr,dr. Stefanus Supriyanto. Filsafat Ilmu. Jakarta:Prestasi Pustakaraya. 2013. Hal. 53.
21
[10] Prof.Dr,dr. Stefanus Supriyanto. Filsafat Ilmu. Jakarta:Prestasi Pustakaraya. 2013. Hal. 54.
22
[11] Prof.dr.Stefanus Supriyanto. Filsafat ilmu. Jakarta:Prestasi Pustakaraya. 2013. Hal 55.
19
20

MAKALAH AKSIOLOGI (FILSAFAT ILMU)

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua keperluan
dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara cepat dan mudah. Dan merupakan kenyataan yang
tak dapat dimungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak
mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai
wajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan
kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain
sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai
tujuan hidupnya.
Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan penyelamat
manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, manusia dapat
menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya, pembuatan bom yang pada awalnya untuk
19
20
21
22

memudahkan kerja manusia, namun kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif
yang menimbulkan malapetaka bagi umat manusia itu sendiri, seperti yang terjadi di Bali dan
Jakarta baru-baru ini. Disinilah ilmu harus di letakkan proporsional dan memihak pada nilainilai kebaikan dan kemanusian. Sebab, jika ilmu tidak berpihak pada nilai-nilai, maka yang
terjadi adalah bencana dan malapetaka.
Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan diterapkan
pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang benar-benar dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari si ilmuwannya. Seorang ilmuwan akan
dihadapkan pada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan
membawa pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggung jawab
seorang ilmuwan haruslah dipupuk dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab
akademis, dan tanggung jawab moral.
Pernyataan diatas berkaitan dengan wewenang penjelajahan sains, kaitan ilmu dengan
moral, nilai yang menjadi acuan seorang ilmuan, dan tanggung jawab sosial ilmuan telah
menempatkan aksiologi ilmu pada posisi yang sangat penting. Karena itu, salah satu aspek
pembahasan integrasi keilmuan ialah aksiologi ilmu.

B.

Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa itu Aksiologi


2. Sebagai pengetahuan mengenai teori nilai kegunaan ilmu.
C.

Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah Metode Pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Aksiologi
Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan logos artinya teori atau
ilmu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19) aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan
bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Dalam Encyclopedia of
Philosophy(dalam Amsal:164) dijelaskan aksiologi disamakan dengan value and valuation :

1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik,
menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan
segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.
2. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia
sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.

3. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai atau dinilai.
Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah
mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu
pada masalah etika dan estetika.
Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana dijumpai dalam kehidupan, yang menjelajahi
berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik material (Koento,
2003: 13).
Jadi, aksiologi adalah teori tentang nilai. Berikut ini dijelaskan beberapa definisi aksiologi :
a.

Menurut Suriasumantri (1990:234) aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan

dari pengetahuan yang di peroleh.


b. Menurut Wibisono (dalam Surajiyo, 2009:152) aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur
kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian, serta penerapan
c.

ilmu.
Scheleer dan Langeveld (Wiramihardja, 2006: 155-157) memberikan definisi tentang aksiologi
sebagai berikut. Scheleer mengontraskan aksiologi dengan praxeology, yaitu suatu teori dasar
tentang tindakan tetapi lebih sering dikontraskan dengan deontology, yaitu suatu teori mengenai

d.

tindakan baik secara moral.


Langeveld memberikan pendapat bahwa aksiologi terdiri atas dua hal utama, yaitu etika dan
estetika. Etika merupakan bagian filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku orang,
sedangkan estetika adalah bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang karya

e.

manusia dari sudut indah dan jelek.


Kattsoff (2004: 319) mendefinisikan aksiologi sebagai ilmu pengetahuan yang menyelediki

f.
1.
2.
3.

hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.


Menurut Bramel (dalam Amsal 2009: 163). Aksiologi terbagi tiga bagian :
Moral Conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika.
Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan.
Socio-political life, yaitu kehidupan social politik, yang akan melahirkan filsafat social politik.

B.

Aksiologi: Nilai Kegunaan Ilmu


Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika dimana makna
etika memiliki dua arti yaitu merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian

terhadap perbuatan manusia dan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan perbuatan,
tingkah laku, atau yang lainnya.
Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika
nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan
berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung
pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai
menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi
tolak ukur penilaian. Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan
yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak
suka, senang atau tidak senang.
Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang kepada
ilmu dan teknologi, sains dan teknologi dikembangkan untuk memudahkan hidup manusia agar
lebih mudah dan nyaman. Peradaban manusia berkembang sejalan dengan perkembangan sains
dan teknologi karena itu kita tidak bisa dipungkiri peradaban manusia berhutang budi pada sains
dan teknologi. Berkat sain dan teknologi pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan dengan
lebih cepat dan mudah. Perkembangan ini baik dibidang kesehatan, pengangkutan, pemukiman,
pendidikan dan komunikasi telah mempermudah kehidupan manusia.
Sejak dalam tahap- tahap pertama ilmu sudah dikaitkan dengan tujuan perang, disamping
lain ilmu sering dikaitkan dengan faktor kemanusiaan, dimana bukan lagi teknologi yang
berkembang seiring dengan perkembangan dan kebutuhan manusia, namun sebaliknya
manusialah yang akhirnya yang harus menyesuaikan diri dengan teknologi. Menghadapi
kenyataan ini ilmu yang pada hakikatnya mempelajari alam sebagai mana adanya mulai
mempertanyakan hal yang bersifat seharusnya, untuk apa sebenarnya ilmu itu harus digunakan?
Dimana batasnya? Kearah mana ilmu akan berkembang?
Kemudian bagaimana dengan nilai dalam ilmu pengetahuan. Perkembangan dan kemajuan
ilmu pengetahuan telah menciptakan berbagai bentuk kemudahan bagi manusia. Namun apakah
hal itu selalu demikian? Bahwa ilmu pengetahuan dan teknologinya merupakan berkah dan
penyelamat baagi manusia, terbebas dari kutuk yang membawa malapetaka dan kesengsaraan?
Memang mempelajari teknologi seperti bom atom, manusia bisa memanfaatkan wujudnya
sebagai sumber energi bagi keselamatan umat manusia, tetapi dipihak lain hal ini bisa juga
berakibat sebaliknya, yakni membawa mausia pada penciptaan bom atom yang menimbulkan

malapetaka. Menghadapi hal yang demikian, ilmu pengetahuan yang pada esensinya
mempelajari alam sebagaimana adanya, mulai dipertanyakan untuk apa sebenarnya ilmu itu
harus dipergunakan?
Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu dan teknologi yang
bersifat merusak ini para ilmuan terbagi kedalam golongan pendapat yaitu golongan pertama
yang menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis
maupun aksiologi. Sebaliknya golongan kedua bahwa netralisasi terhadap nilai- nilai hanyalah
terbatas pada metavisis keilmuan sedangkan dalam penggunaanya ilmu berlandaskan pada
moral.golongan kedua mendasarkan pendapatnya pada beberapa hal yakni:

Ilmu secara factual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia yang telah dibuktikan

dengan adanya dua perang dunia yang mempergunakan teknologi- teknologi keilmuan.
Ilmu telah berkembang pesat dan makin eksetoris sehingga ilmuan telah mengetahui apa yang

mungkin terjadi apabila adanya penyalahgunaan.


Ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus revolusi
genetika dan tehnik perubahan sosial.
Berkenaan dengan nilai guna ilmu, tak dapat dibantah lagi bahwa ilmu itu sangat
bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah dunia.
Berkaitan dengan hal ini, menurut Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun S. Suriasumatri
yaitu bahwa pengetahuan adalah kekuasaan apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau
justru malapetaka bagi umat manusia. Memang kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan
oleh ilmu, bahwa kita tidak bisa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena ilmu
itu sendiri merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagi pula ilmu
memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada
pemilik dalam menggunakannya.

BAB III
PENUTUP
A.
1.

Kesimpulan
Aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai
nilai khususnya etika. Ilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat.
Teknologi dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga
bisa menjadi bencana bagi manusia. Disinilah pemanfaatan pengetahuan dan teknologi harus
diperhatikan sebaik baiknya. Dalam filsafat penerapan teknologi meninjaunya dari segi
aksiologi keilmuan.Seorang ilmuwan mempunyai tanggungjawab agar produk keilmuwan
sampai dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.

2. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika dimana makna
etika memiliki dua arti yaitu merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian
terhadap perbuatan manusia dan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan perbuatan,
tingkah laku, atau yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Admojo,Wihadi, et.al. 1998. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Amsal, Bakhtiar. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali pers.
Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia.Jakarta: Bumi Aksara.
Suriasumantri, Jujun S.1990. Filsafat ilmu: Sebuah Pengantar Populer.Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Soetriono, & Hanafie,Rita.2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi.

Makalah Aksiologi Filsafat Ilmu

AKSIOLOGI

Oleh Kelompok 8 :
1. Mohammad Ayyub Khant ( 10110131 )
2. Ely Kusumawati ( 10110102 )
3. Agung Budiono ( 10110084 )
4. Indah Dwi Nursanti ( 10110118 )
IKIP PGRI BOJONEGORO
2011
KATA PENGANTAR
Pertama kami panjatkan rasa puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah - Nya kepada kami sehingga makalah ini dapat dikerjakan dengan lancar dan
baik.
Makalah ini dikerjakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu. Makalah ini dapat
tersusun dengan baik karena tidak lepas dari bantuan semua pihak, untuk itu kami mengucapkan
terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :
1. Bapak Drs. H. Budi Irawanto, M. Pd. Selaku Rektor IKIP PGRI Bojonegoro Jawa Timur

2. Bapak Abdul Ghoni Asror. Selaku Dosen Mata Kuliah Filsafat Ilmu
3. Kepada teman - teman yang telah memberikan motivasi, bantuan baik langsung maupun
tidak langsung sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini sampai selesai.
Sehubungan dengan adanya bantuan tersebut, kami berdoa semoga amal perbuatannya diterima
Allah SWT dan dijadikan amal sholeh.
Walaupun makalah ini telah diselesaikan dengan baik, namun penulis menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu kami mengharap adanya kritik dan
saran yang konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat berguna khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi semua pihak yang
membaca.

Bojonegoro, 18 Oktober 2011


ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN.1
1.1 Latar Belakang1
1.2 Rumusan Masalah...1
1.3 Tujuan Penulisan.1
BAB II KAJIAN PUSTAKA2
2.1 Pengertian Aksiologi...2
2.2 Kategori Dasar Aksiologi....3
2.3 Penilaian Dalam Aksiologi..4
2.4 Kegunaan Aksiologi Terhadap Tujuan Ilmu Pengetahuan..6
2.5 Kaitan Aksiologi Dengan Filsafat Ilmu...7
BAB III PEMBAHASAN..8
BAB IV PENUTUP....9
4.1 Kesimpulan...9
4.2 Saran.9
DAFTAR PUSTAKA....10

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Dewasa ini, perkembangan ilmu sudah melenceng jauh dari hakikatnya, dimana ilmu bukan lagi
merupakan sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan
kemungkinan menciptakan tujuan hidup itu sendiri. Disinilah moral sangat berperan sebagai
landasan normatif dalam penggunaan ilmu serta dituntut tanggung jawab sosial ilmuwan dengan
kapasitas keilmuwannya dalam menuntun pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
sehingga tujuan hakiki dalam kehidupan manusia bisa tercapai.
1.2 Rumusan Masalah
- Apakah pengertian Aksiologi?
- Bagaimanakah kaitan antara Aksiologi dengan Filsafat Ilmu?
1.3
-

Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui arti Aksiologi.
Ingin mengetahui hubungan atau kaitan antara Aksiologi dengan Filsafat Ilmu.

1
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Aksiologi
Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan logos artinya teori atau
ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi bisa juga disebut sebagai the theory of
value atau teori nilai. Berikut ini dijelaskan beberapa definisi aksiologi. Menurut Suriasumantri
(1987:234) aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
di peroleh. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19) aksiologi adalah kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut
Wibisono aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai
dasar normative penelitian dan penggalian,serta penerapanilmu. Jadi Aksiologi adalah bagian
dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah
(right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and and). Aksiologi mencoba
merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis.
Menurut Bramel, Aksiologi terbagi tiga bagian, yaitu:
1. Moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yaitu etika.
2. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan.
3. Sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial

politik.
Dari definisi-definjisi aksiologi di atas terlihat dengan jelas bahwa permasalah utama adalah
mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan
berbagai prtimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu
pada permasalahan etika dan estetika . Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau
dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat
dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak
baik di dalam suatu kondisi yang normative, yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma.
Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh
manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.

2
Dalam Encyslopedia of philosophy dijelaskan aksiologi disamakan dengan value and valuation :
1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang lebih sempit seperti
baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai
tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.
2. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai
dia.
3. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai atau dinilai. Dari
definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah mengenai nilai.
Nilai yang dimaksud adalahs esuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Teori tentang nilai yang yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika.
2.2 Kategori Dasar Aksiologi
Terdapat dua kategori dasar axiologi :
1. Objectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa adanya sesuai keadaan
objek yang dinilai.
2. Subjectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu dimana dalam proses penilaian terdapat unsur
intuisi (perasaan).
Dari sini muncul empat pendekatan etika, yaitu :
1. Teori nilai intuitif
2. Teori nilai rasional
3. Teori nilai alamiah
4. Teori nilai emotif
Teori nilai intuitif dan teori nilai rasional beraliran obyectivis sedangkan teori nilai alamiah dan
teori nilai emotif beraliran subyektivis.
1. Teori Nilai intuitif (The Intuitive theory of value ). Teori ini berpandangan bahwa sukar jika
tidak bisa dikatakan mustahil untuk mendefinisikan suatu perangkat nilai yang absolut.
Bagaimanapun juga suatu perangkat nilai yang absolute itu eksis dalam tatanan yang bersifat
obyektif. Nilai ditemukan melalui intuisi karena ada tatanan moral yang bersifat baku.
3

Mereka menegaskan bahwa nilai eksis sebagai piranti obyek atau menyatu dalam hubungan antar
obyek, dan validitas dari nilai tidak bergantung pada eksistensi atau perilaku manusia. Sekali
seseorang menemukan dan mengakui nilai tersebut melalui proses intuitif, ia berkewajiban untuk
mengatur perilaku individual atau sosialnya selaras dengan preskripsi moralnya.
2. Teori nilai rasional ( Therational theory of value ). Bagi mereka janganlah percaya padanilai
yang bersifat obyektif dan murni independent dari manusia. Nilai tersebut ditemukan sebagai
hasil dari penalaran manusia. Fakta bahwa seseorang melakukan suatu yang benar ketika ia tahu
degan nalarnya bahwa itu benar, sebagai fakta bahwa hanya orang jahat atau yang lalai yang
melakukan sesuatu berlawanan dengan kehendak atau wahyu tuhan. Jadi dengan nalar atau peran
tuhan nilai ultimo, obyektif, absolut yang seharusnya mengarahkan perilakunya.
3. Teori nilai alamiah ( Thenaturalistic theory of value ). Nilai menurutnya diciptakan manusia
bersama dengan kebutuhan-kebutuhan dan hasrat-hasrat yang dialaminya. Nilai adalah produk
biososial, artefak manusia, yang diciptakan , dipakai, diuji oleh individu dan masyarakat untuk
melayani tujuan membimbing perilaku manusia. Pendekatan naturalis mencakup teori nilai
instrumental dimana keputusan nilai tidak absolute tetapi bersifat relative. Nilai secara umum
hakikatnya bersifat subyektif, bergantung pada kondisi manusia.
4. Teori nilai emotif ( Theemotive theory of value ). Jika tiga aliran sebelumnya menentukan
konsep nilai dengan status kognitifnya, maka teori ini memandang bahwa konsep moral dan etika
bukanlah keputusan factual tetapi hanya merupakan ekspresi emosi dan tingkah laku. Nilai tidak
lebih dari suatu opini yang tidak bisa diverivikasi, sekalipun diakui bahwa penelitian menjadi
bagian penting dari tindakan manusia.
2.3 Penilaian Dalam Aksiologi
Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan, yaitu etika dan estetika. Etika adalah
cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika
lebih fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat manusia. Etika merupakan salah-satu cabang
filsafat tertua. Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa Sokrates dan para
kaum shopis. Di situ dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan dan
sebagianya. Etika sendiri dalam buku Etika Dasar yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno
diartikan sebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandanganpandangan moral. Isi dari pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan di atas
adalah norma-norma, adat, wejangan dan adat istiadat manusia. Berbeda dengan norma itu
sendiri, etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah
pemikiran yang kritis dan mendasar.
4
Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahi dan mampu mempertanggungjawabkan apa
yang ia lakukan.
Didalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan. Maksudnya
adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab, baik tanggung jawab terhadap diri
sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap tuhan sebagai sang pencipta.
Dalam perkembangan sejarah etika ada empat teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu,
hedonisme, eudemonisme, utiliterisme dan deontologi. Hedoisme adalah padangan moral yang
menyamakan baik menurut pandangan moral dengan kesenangan. Eudemonisme menegaskan
setiap kegiatan manusia mengejar tujuan. Dan adapun tujuan dari manusia itu sendiri adalah
kebahagiaan.
Selanjutnya utilitarisme, yang berpendapat bahwa tujuan hukum adalah memajukan kepentingan
para warga negara dan bukan memaksakan perintah-perintah ilahi atau melindungi apa yang

disebut hak-hak kodrati. Selanjutnya deontologi, adala h pemikiran tentang moral yang
diciptakan oleh Immanuel Kant. Menurut Kant, yang bisa disebut baik dalam arti sesungguhnya
hanyalah kehendak baik. Semua hal lain disebut baik secara terbatas atau dengan syarat.
Misalnya kekayaan manusia apabila digunakan dengan baik oleh kehendak manusia.
Sementara itu, cabang lain dari aksiologi, yakni estetika. Estetika merupakan bidang studi
manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa
didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam
satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah
bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai
kepribadian.
Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu kualitas objek, melainkan sesuatu yang
senantiasa bersangkutan dengan perasaan. Misalnya kita bengun pagi, matahari memancarkan
sinarnya kita merasa sehat dan secara umum kita merasaakan kenikmatan. Meskipun
sesungguhnya pagi itu sendiri tidak indah tetapi kita mengalaminya dengan perasaan nikmat.
Dalam hal ini orang cenderung mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya
memandang keindahan sebagai sifat objek yang kita serap. Padahal sebenarnya tetap merupakan
perasaan.

5
2.4 Kegunaan Aksiologi Terhadap Tujuan Ilmu Pengetahuan
Berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak dapat dibantah
lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang
dapat mengubah wajah dunia.
Berkaitan dengan hal ini, menurut Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun.S.Suriasumatri
yaitu bahwa pengetahuan adalah kekuasaan apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau
justru malapetaka bagi umat manusia. Memang kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan
oleh ilmu, bahwa kita tidak bisa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena ilmu
itu sendiri merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagi pula ilmu
memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada
pemilik dalam menggunakannya. .
Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu
digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu:
1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang membentuk
suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem
politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teoriteori filsafat ilmu.
2. Filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan
dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk
petunjuk dalam menjalani kehidupan.
3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui didepan pintu, setiap keluar

dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak
bila masalah masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari
cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana maka
biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang detail itu biasanya dapat
mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.
6
2.5 Kaitan Aksiologi Dengan Filsafat Ilmu
Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilainilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada
pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada
kebenaran pada pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi
subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak
ukur penilaian. Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang
dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak suka,
senang atau tidak senang.

7
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelediki hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari
sudut pandang kefilsafatan. Dalam arti tertentu, jika nilai merupakan esensi yang dapat ditangkap
secara langsung, maka sudah pasti hubungan antara nilai dengan eksistensi merupakan bahan
yang sesuai benar bagi proses pemberian tanggapan dan memberikan sumbangan untuk
memahami secara mendalam masalah-masalah yang berhubungan dengan nilai.
4.2 Saran
Sebelum Mempelajari Ilmu, hendaknya kita mempelajari terlebih dahulu tentang aksiologi.
Karena aksiologi mempelajari tentang kegunaan ilmu bagi kehidupan manusia, selain itu juga

mempelajari tentang teori nilai - nilai tolok ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar
normative penelitian dan penggalian serta penerapan ilmu.

9
DAFTAR PUSTAKA
1.

http://blog.uin-malang.ac.id/abrorainun/2010/10/15/pengertian-aksiologi/

Azra Azyumardi, Integrasi Keilmuan, (Jakarta: PPJM dan UIN Jakarta Press)
Bidin Masri Elmasyar, MA, dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Hukum, (Jakarta: UIN
Jakarta Press)
Salam Burhanuddin, Logika Materil, Filsapat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Reneka Cipta,
1997), cet. Ke-1
Sumatriasumatri Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar Harapan,
1988)
2.

http://edyy-sant.blogspot.com/2010/03/axiologi.html

Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka


Endrotomo, Ir. 2004. Ilmu dan Teknologi. Information System ITS.
Poedjawijatna, Prof. Ir. 2004. Tahu dan Pengetahuan. Jakarta : Rineka Cipta.
S. Suriasumantri, Jujun. 1996. Filsafat Ilmu sebuah pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan
Jujun S. Suriasumantri, Filsafah Ilmu Sebuah Pengantar Populer,
3.

http://dinulislami.blogspot.com/2009/10/aksiologi.html

4.

http://ikartiwa.wordpress.com/2011/03/04/makalah-aksiologi/

10

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Apakah pengertian aksiologi?
Aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi bisa juga disebut sebagai the theory of value atau
teori nilai. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19) aksiologi adalah kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Jadi Aksiologi
adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar
dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and and).
3.2 Bagaimanakah kaitan antara Aksiologi dengan Filsafat Ilmu?
Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu
digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu:
1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
2. Filsafat sebagai pandangan hidup.
3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilainilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada
pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada
kebenaran pada pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi
subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak
ukur penilaian. Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang
dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak suka,
senang atau tidak senang.

8
Pengertian Aksiologi
Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan logos artinya teori atau
ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi bisa juga disebut sebagai the theory of
value atau teori nilai. Berikut ini dijelaskan beberapa definisi aksiologi. Menurut Suriasumantri
(1987:234) aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
di peroleh. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19) aksiologi adalah kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut
Wibisono aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai
dasar normative penelitian dan penggalian,serta penerapanilmu. Jadi Aksiologi adalah bagian
dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah
(right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and and). Aksiologi mencoba
merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis.
Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan, yaitu etika dan estetika. Etika adalah

cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika
lebih fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat manusia. Tujuan dari etika adalah agar manusia
mengetahi dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan. Sementara itu, cabang
lain dari aksiologi, yakni estetika. Estetika merupakan bidang studi manusia yang
mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala
sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan
hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata
bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian.
Kegunaan Aksiologi Terhadap Tujuan Ilmu Pengetahuan
Berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak dapat dibantah
lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang
dapat mengubah wajah dunia.Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau
untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga
hal, yaitu:
1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran
2. Filsafat sebagai pandangan hidup.
3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
Kaitan Aksiologi Dengan Filsafat Ilmu
Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilainilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada
pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada
kebenaran pada pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi
subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak
ukur penilaian. Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang
dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak suka,
senang atau tidak senang.

Anda mungkin juga menyukai