Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Universitas Diponegoro
Fakultas Psikologi
2018/ 2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan baik . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya kami harap, kami dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3Tujuan Makalah ................................................................................. 1
1.4 Manfaat ............................................................................................ 2
BAB 2.PEMBAHASAN .................................................................................. 3
2.1 Sejarah Strukturalisme ...................................................................... 3
2.2 Tokoh Aliran Strukturalisme ............................................................ 3
2.3Ajaran Pokok dari Edward Bordford Titchener................................. 4
BAB 3. PENUTUP ........................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Memahami Aliran Psikologi terutama Strukturalisme
1.4 Manfaat
Adapun manfaat Makalah ini dibuat adalah untuk menjelaskan sejarah,
tokoh-tokoh, dan inti ajaran Strukturalisme
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.3 Poin dalam aliran strukturalisme
2.3.1 Subject matter dan tujuan psikologi
Titchener beranggapan bahwa semua subject matter dalam ilmu
pengetahuan sama. Yaitu pengalaman. Akan tetapi, terdapat perbedaan
pengalaman oleh setiap ilmu pengetahuan yang dilihat bergantung dari
sudut pandang masing-masing. Menurut Titchener (Hergenhahn, 2009;
Viney & King, 2003; Schultz & schultz, 2011), pengalaman yang
menjadi subject matter ilmu psikologi adalah pengalaman sadar, yaitu
pengalaman menurut orang yang dialaminya.
Terjadi perbedaan tujuan ilmu psikologi antara Titchener dan Wundt.
Titchener beranggapan tujuan psikologi adalah menganalisis kesadaran
menjadi komponen-komponen yang terpisah, dan menentukan
strukturnya (Schultz & Schultz, 2011). Ia tampak lebih tertarik pada
upaya menganalisis pengalaman sadar yang sifatnya kompleksmenjadi
elemen-elemen dan menyatukannya, sedangkan Wundt lebih tertarik
pada upaya penentuan elemen kesadaran dan menjadi kesadaran
kompleks (Schultz & Schultz, 2011:95). Titchener juga menggunakan
metode introspeksi pada penelitiannya yang bersifat subjektif dan
kuantitatif, sedangkan Wundt menggunakan intropeksi bersifat
kuantitatif dan terukur (Schultz & Schultz, 2011).
2.3.2 Elemen kesadaran
Terdapat tiga elemen kesadaran yang penting, yaitu sensasi (elemen
dari persepsi), kesan (elemen dari ide), dan afeksi (elemen dari emosi)
(Greenwood, 2009). Ditulis oleh Schultz & Schultz (2011) bahwa
pengertian dari sensasi adalah elemen persepsi yang terjadi ketika
dihadapkan pada objek fisik yang ada di lingkungan; kesan adalah
elemen ide yang muncul sebagai akibat dari proses refleksi dari
pengalaman; afeksi merupakan elemen emosi yang muncul ketika
mengalami suatu pengalman tertentu. Titchener tidak setuju dengan
pernyataan Wundt bahwa emosi terdiri dari satu dimensi yaitu senang-
tidak senang. Menurut Titchener, baik sensasi, kean, ataupun afeksi
memiliki kualitas, intensitas, durasi, kejelasan, dan jangkauan yang
beragam sehingga bisa menghasilkan emosi yang beragam pula
(Hergenhahn, 2009).
Meskipun begitu, Titchener memiliki keyakinan tentang apprecention
(proses pengorganisasian elemen-elemen mental) dengan Wundt. Akan
tetapi, apabila Wundt berpendapat jika kita bisa secara aktif mengontrol
4
asosiasi antar elemen kesadaran, Titchener justru berpendapat bahwa
proses asosiasi elemen kesadaran tersebut bersifat mekanistik, tanpa
kendali kesadaran (Hergenhahn, 2011).
Titchener menjelaskan bahwa ada 3 masalah kesadaran yang menjadi
fokus penelitian psikologi. Yaitu berhubungan dengan apa, mengapa,
dan bagaimana (Viney & King, 2003). Psikologi bertugas untuk
mengetahui apa bagaimana elemen tersebut menyatu, dan mengapa
kesadaran tersebut terbentuk (Hergenhahn, 2009; Schultz & Schultz,
2011).
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia dan
hubungannya dengan lingkungannya. Seiring dengan perkembangan zaman
dan berkembangnya rasa ingin tahu dalam memahami manusia, mulailah
bermunculan tokoh-tokoh dalam aliran psikologi beserta teori-teori dan aliran
psikologi yang mendukung penjelasan mengenai karakter, tingkah laku, serta
kejiwaan manusia. Salah satu aliran tersebut adalah strukturalisme. Aliran
strukturalisme sebenarnya sudah dipelopori oleh Wundt. Akan tetapi, saat itu
Wundt belum memiliki nama alirannya. Sehingga, beberapa sumber
menyatakan bahwa strukturalisme dipelopori oleh muridnya, Titchener.
Meskipun begitu, menurut Viney & King (2003), hubungan dari Wundt dan
Titchener tidak cukup kental, dan terjadi pperbedaan pemikiran diantara
keduanya. Selain Wundt dan Titchener, terdapat satu tokoh lagi dalam aliran
strukturalisme, yaitu Ebbinghaus. Terdapat dua poin yang terdapat dalam
aliran strukturalisme. Pertama, subject matter dan tujuan psikologi dan kedua,
elemen kesadaran
3.2 Saran
Banyaknya aliran psikologi menandakan bahwa manusia semakin
berkembang pola pikirnya setiap waktu. Hal ini patut dijadikan motivasi kita
untuk tidak pernah berhenti belajar terutama dalam perkembangan ilmu
psikologi. Melalui kisah dari Wundt dan Titchener pula dapat kita simpulkan
bahwa belum tentu murid memiliki pemikiran yang sama oleh gurunya. Oleh
sebab itu, kita harus selalu skeptis dalam menerima informasi apapun.
6
DAFTAR PUSTAKA
Viney, W. & King, D.B. (2003). History of Pshycology : Ideas and Context. USA:
Peason Education, Inc.