Anda di halaman 1dari 12

PENGANTAR PSIKOLOGI LINGKUNGAN

Disusun Oleh :

Fauzan Ashariyanto 15010116140160

M. Rizki Naufal 15010116140172

Habin Teguh K 15010116130145

Imam Adhi S 15010116130175

Denny Ari P 15010116130174

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020
I. Pengertian Psikologi Lingkungan
Emery dan Tryst (dalam Soesilo, 1989) mengemukakan bahwa hubungan antar
manusia dengan lingkungannya merupakan suatu jalinan transactional interdependency
atau terjadi ketergantungan satu sama lain.

Veitch dan Arkkelin (1995) mendefinisikan psikologi lingkungan sebagai ilmu


perilaku multidisplin yang memiliki orientasi dasar dan terapan, yang memfokuskan
interrelasi anatar perilaku dan pengalaman manusia sabagai individu dengan
lingkungan fisik dan sosial.

II. Karakteristik Psikologi Lingkungan


Psikologi Lingkungan sebagai salah satu cabang ilmu psikologi yang
mempunyai hal yang berbeda dengan cabang ilmu psikologi lainnya. Psikologi
lingkungan mempunyai keunikan tersendiri. Karakteristik psikologi adalah sebgai
berikut :

1. Manusia dengan lingkungan harus dilihat sebagai satu kesatuan.


Hal ini dimaksudkan bahwa disiplin ilmu psikologi lainnya sering kali
memisahkan antara stimulus, manusi, dan respon atau tingkah lakunya. Misalnya dalam
Psikologi Eksperimen yang membahas stimulus secara independen, dan harus dapat
dikontrol. Sedangkan apa yang terjadi dalam diri manusia merupakan bahasan
tersendiri. Demikian pula dengan tingkah laku yang terjadi. Sebagai ilustrasi
pembahasan persepsi tentang gedung bertingkat, Psikologi Eksperimen dapat memilih
stimulus gedung tersebut dengan mendasarkan perbedaan jarak pandang dan sudut
pandang dan kemudian dibandingkan. Tetapi, dalam Psikologi Lingkungan dari suatu
jarak dan sudut pandang tertentu merupakan satu kesatuan antara stimulus gedung
bertingkat dengan persepsinya. Dalam persepsi tersebut akan terkait pemaknaannya
mengenai struktur, kompleksitas, dan hal yang baru sebagai suatu kesatuan.
2. Psikologi Lingkungan mempelajari hubungan interelasi antara tingkah laku manusia
dengan lingkungan.
Dalam hal ini terjadi hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkungannya. Lingkungan dapat memengaruhi dan menghambat tingkah laku
manusia. Tingkah laku manusia dapat pula mengubah lingkungan. Masyarakat
tradisional yang masih mengandalkan kehidupannya dari ladang berpindah, maka ia
akan membabat hutan untuk dijadikan lahan pertaniannya. Ketika jumlah penduduk
yang akan melakukan pembabatan hutan dan lahan berpindah tidak terlampau banyak,
kelebatan hutan masih dapat terjaga dengan baik. Namun demikian, ketika jumlah
manusia yang melakukan pembabatan hutan bertambah banyak, maka kelebatan hutan
menjadi masalah. Sebagai akibatnya bencana banjir banyak terjadi di daerah tersebut.
Demikian pula cara membersihkan hutan yang paling mudah adalah dengan membakar,
maka kebakaran hutan pun terjadi.

3. Psikologi Lingkungan merupakan kajian yang bersifat interdisiplin.


Di dalam menganalisis interelasi antara tingkah laku manusia dan lingkungan,
tidak dapat dikaji dari satu disiplin ilmu. Sebagai contoh pembahasan mengenai
persepsi lingkungan, dan topik yang dibahas berkaitan dengan persepsi tentang
pemandangan maka disiplin ilmu yang akan terlibat adalah antara lain arsitektur
lanskap, perencana kota (planologi), teknik sipil, teknik lingkungan, dan disiplin ilmu
yang terkait. Dengan demikian, perlu adanya suatu kerja sama antarailmu bila akan
membahas tentang masalah lingkungan. Oleh karena itu, kajian diatas membahas
tentang masalah lingkungan. Kajian lintas ilmu harus dapat saling menghargai
antarilmu. Arogansi keilmuan sudah harus dihilangkan antarilmu. Arogansi keilmuan
sudah harus dihilangkan dalma kerja lintas ilmu. Masalah lingkungan yang muncul
dapat menyebabkan kesejahteraan umat manusia terganggu. Oleh karena itu,
pembahasan dan analisis yang berkaitan dengan masalah lingkungan bertujuan untuk
kesejahteraan manusia.
4. Metode penelitian dalam Psikologi Lingkungan menggunakan metode eklektik.
Hal ini disebabkan karena penelitian yang dilakukan dalam Psikologi
Lingkungan adalah untuk menyelesaikan masalah atau lebih bersifat terapan, sehingga
metode penelitiannya adalah terpilih yang sesuai dengan masalah yang harus diteliti.
Walaupun metode yang digunakan dalam Psikologi Lingkungan tidak jauh berbeda
dengan metode penelitian disiplin ilmu psikologi lainnya. Namun demikian, metode
dalam Psikologi Lingkungan ada pula yang khas, yaitu metode pemetaan tingkah laku.
Metode pengambilan data dalam Psikologi Lingkungan yang menggunakan teknik atau
metode pemetaan tingkah laku, merupakan pengerjaan menggambar oleh responden
mengenai suatu lokasi. Teknik pemetaan kognitif tersebut dapat menggambarkan
bagaimana pola pemikiran seorang responden dalam menggambarkan suatu ruang.

III. Ruang lingkup Psikologi Lingkungan


Menurut Fleury-Bahi, Pol, & Navarro (2017) menjelaskan bahwa dalam bukunya
beberapa ruang lingkup dalm psikologi lungkungan., yaitu :
1. Lingkungan Kerja
Menurut (Vischer & Wifi,2017) dalam beberapa kebudayaan, terutama budaya
barat, mayoritas individu menghabiskan 90% waktunya di dalam ruangan
Kenyataan ini menjadi alasan pentingya Psikologi Lingkungan dalam meneliti
lingkungan ruang kerja. Ruang kerja harus mempertimbangkan aspek seperti
habitabilitas (Preiser dalam Visccher & Wifi, 2017) yang dapat mempengaruhi
kepuasan dan kenyamanan pekerja.

2. Lingkungan Urban
Salah satu topik penelitian Psikologi Lingkungan adalah dampak dari
lingkungan perkotaan ke individu yang tinggal di dalamnya. Saat ingin meneliti
suatu perkotaan melalui sudut pandang Psikologi Lingkungan, seorang peneliti
dapat memulai dengan menyebutkan sifat-sifat suatu kota seberapa tingkat
kepadatan penduduk, polusi, dan alienasi individu. Setelah itu, sebuah kota dapat
didesain untuk memanfaatkan atau mengurangi karakteristik negatif yang
mengurangi kualitas hidup manusia di dalamnya.
IV. Kontribusi Psikologi Lingkungan

1. Mempelajari proses manusia dalam hubungannya dengan lingkungan.


Misalnya mengapa orang lebih lebih mudah menghafal peta lingkungannya
atau mempunyai peta kognitif di wilayahnya sendiri dari pada di tempat yang asing.
Mengapa orang Jakarta tidak merasa sesak tinggal di daerah yang sangat padat,
sementara orang dari luar Jawa tidak betah di Jakarta karena merasa sesak.

2. Sebagai solusi dalam pemecahan masalah.


Seperti bagaimana caranya agar masyarakat dapat memanfaatkan air sungai
(misalnya untuk keperluan industri) dengan tetap menjaga kebersihan dan debitnya,
bagaimana orang dapat tetap merasa sejuk dalam ruangan dengan menggunakan
pendingin udara yang hemat energi, dan bagaimana mengurangi pertumbuhan
penduduk agar tidak melampaui daya dukung sumber alam.

3. Membantu dalam membuat desain lingkungan yang nyaman.


Misalnya mengatur perancngan, arsitektur, prasarana, tata kota, peta bumi
dll yang disesuaikan dengan psikologi orang – orang yang akan menghuni, bekerja
atau memanfaatkan lingkungan tersebut.

4. Meningkatkan kesehatan masyarakat.


Seperti menghentikan kebiasaan merokok, mencegah AIDS, mnegurangi
kecemasan dan meningkatkan prognosis yang positif setelah pembedahan serta
memberikan alternatif psikologi lingkungan terhadap program – program kesehatan
yang selama ini hanya mengandalkan pendekatan medis.

V. Aliran Psikologi Lingkungan

Psikologi lingkungan dipenuhi dengan teori tentang bagaimana kita melakukan


sesuatu di lingkungan kita, tetapi mereka cenderung jatuh ke dalam beberapa perspektif
utama:

1. Geographical Determinism
Geographical Determinism adalah ide dasar dari kehidupan semua peradaban
tergantung pada faktor-faktor lingkungan, seperti topografi, iklim, vegetasi, dan
ketersediaan air. Para ahli teori dalam perspektif ini percaya bahwa tantangan
lingkungan yang terlalu besar menyebabkan kehancuran peradaban sementara
tantangan yang tidak cukup dapat menyebabkan stagnasi budaya. Lebih lanjut,
faktor-faktor lingkungan ini dapat memiliki dampak besar pada apa yang kita
hargai sebagai masyarakat dan bagaimana kita hidup dan bekerja bersama. Adanya
perbedaan lokasi tempat tinggal dan berkembang akan menghasilkan perilaku yang
berbeda.

2. Ecological Biology

Ecological Biology didasarkan pada teori saling ketergantungan biologis dan


sosiologis antara organisme dan lingkungannya. Dari sudut pandang ini, organisme
dipandang sebagai bagian integral dari lingkungan mereka daripada sebagai entitas
yang terpisah. Ini adalah tautan terbuka antara keduanya dan di seluruh sistem.

3. Behaviorism

Behaviorism menekankan pada konteks percakapan, bersikeras bahwa baik


konteks lingkungan dan konteks pribadi (mis., Kepribadian, sikap, pandangan,
pengalaman) adalah penentu penting perilaku. Meskipun behaviorisme pada umumnya
tidak sesuai gaya sebagai perspektif utama dalam psikologi, peningkatan fokusnya
pada faktor-faktor kontekstual tetap hidup. Perilaku terbentuk karena pengaruh umpan
balik (penguatan positif dan negatif) dan pengaruh modelling. Manusia diibaratkan
kotak hitam yang siap dibentuk menjadi apa saja.

Gestalt Psycholgy

Gestalt Psychology adalah sisi lain dari koin behaviorisme; sementara


behavioris sering menganggap perilaku dan tidak lain adalah perilaku, pemikir Gestalt
lebih cenderung mempertimbangkan persepsi dan kognisi. Alih-alih melihat
rangsangan lingkungan sebagai faktor obyektif 100%, fokusnya adalah pada orang
yang dianggap dan berpikir tentang rangsangan ini (Universitas Virtual Pakistan, nd.).
Bagi Gestalt, perilaku manusia lebih disebabkan oleh proses-proses persepsi. Objek,
perseptor, dan setting merupakan satu kesatuan dalam proses persepsi tampak nyata
(overt behavior). Proses persepsi dan kognisi manusia lebih penting daripada
mempelajari perilaku Dalam kaitannya dengan Psikologi Lingkungan, maka persepsi
lingkungan merupakan salah satu aplikasi dari teori Gestalt
VI. Hubungan Psikologi Lingkungan dengan Psikologi Lain

Psikologi lingkungan memiliki dampak serta pengaruh pada bidang psikologi lainnya,
diantaranya adalah:

1. Psikologi Sosial

Pengertian psikologi sosial menurut Gordon W. Allport yaitu ilmu pengetahuan


yang berusaha mengerti bagaimana pikiran, perasaan, dan tingkah laku individu
dipengaruhi oleh kenyataan atau kehadiran orang lain (Mustafa, 2011).
Contohnya adalah kehidupan bertetangga di pinggiran kota dengan rumah dan
halaman yang besar, kehidupan bertetangga didasarkan pada ikatan tertentu,
seperti misalnya anggota sports club ataupun komunitas motor Harley.
Sedangkan kehidupan bertetangga di pemukiman pekerja yang umumnya
mereka cukup kompak dalam aktivitas bertetangga. Mereka lebih menyukai
kegiatan diluar rumah seperti lapangan yang terbuka, sehingga interaksi
diantara penghuni sangat dimungkinkan terjadi. Kekompakkan penghuni lebih
didasarkan adanya figur tertentu daripada orientasi status atau gaya hidup
tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Muller (dalam Iskandar, 2016)
mengenai ciri kehidupan bertetangga di daerah pinggir kota.

2. Psikologi Pendidikan

Pendidikan individu atau kelompok dipengaruhi oleh beberapa faktor,


salah satu faktor utamanya adalah faktor lingkungan. Apabila lingkungan
belajar individu tidak memadai, maka hasil belajarnya juga tidak maksimal.
Contohnya adalah, kondisi fisik salah satu sekolah di Semarang, dimana salah
satu kelasnya cukup terpencil dan berada di dalam lorong namun tidak
dilengkapi dengan kipas angina, kursi tidak memiliki senderan dan tidak kokoh,
terdapat beberapa jendela di sisi kiri kelas yang terhalang oleh bangunan, selain
itu lampu kelas juga tidak menyala. Kondisi seperti itu mengurangi keefektifan
proses pembelajaran karena siswa tidak merasa nyaman saat belajar. Oleh
karena dibutuhkan ilmu psikologi lingkungan dalam merancang fasilitas
pendidikan.
3. Psikologi Klinis

Psikologi klinis merupakan ilmu yang mengintegrasikan ilmu


pengetahuan, teori, dan praktek untuk memahami, memprediksi, dan
mengurangi maladjustment, disabilitas, dan rasa tidak nyaman. Seperti
meningkatkan adaptasi, penyesuaian dan perkembangan pribadi manusia.
Contohnya adalah, kondisi stres pada pengungsi korban tsunami tidak berhenti
setelah para korban memperoleh tempat berteduh di pengungsian, yaitu di tenda
Bagi korban yang tidak terbiasa berinteraksi dengan orang lain akan mengalami
kesulitan dalam proses akulturasi, kehidupan pengungsian sangat berbeda
dengan kehidupan pribadi di rumah sendiri. Hal tersebut disebabkan oleh
perasaan trauma terhadap kejadian tsunami serta ketidakmampuan untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang baru, yaitu di tempat pengungsian.

VII. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam suatu ilmu harus dipahami oleh orang lain,
sehingga orang lain dapat mengikuti perkembangan ilmu tersebut. Tahapan
pengungkapan fenomena dalam Psikologi Lingkungan adalah sama seperti ilmu
lainnya, yaitu:

1. Penelitian eksploratif

Tahapan penelitian ini dapat dilakukan oleh peneliti apabila fenomena yang
akan diteliti belum diketahui sama sekali, atau informasi penelitiannya masih
sangat kurang, sehingga dapat memahami variabel-variabel yang terkait dengan
fenomena tersebut.

2. Penelitian deskriptif

Merupakan tahapan penelitian yang menggambarkan hubungan antarvariabel-


variabel penelitian yang dilihat pada fenomena di lingkungan. Sehingga dengan
menggunakan kerangka teoretik penelitian, maka dapat dijelaskan hubungan
antara variabel tersebut.
3. Penelitian pengujian, dalam tahap penelitian ini, akan diuji kebenarannya
hubungan antarvariabel tersebut. Pada penelitian yang akan menguji teori, dapat
menggunakan desain penelitian eksperimen atau desain lain yang dapat menguji
teori.

Setelah mengetahui posisi penelitiannya berada pada tahapan yang mana,


maka ia perlu membuat desain penelitian. Desain penelitian psikologi penelitian
didasarkan pada beberapa hal, yaitu:

1. Desain penelitian berdasarkan diketahui atau tidak diketahuinya populasi


penelitian. Desain yang dapat digunakan, yaitu:
a. Desain Survei, rancangan penelitian yang populasinya diketahui dan sampel
yang diambil dari populasi memiliki jumlah yang besar. Desain survei dapat
digunakan pada masalah lingkungan yang memiliki populasi besar, seperti
dalam Psikologi Lingkungan.
b. Desain Studi Kasus, rancangan penelitian yang populasinya tidak diketahui
sehingga data yang diambil berdasarkan gejala yang sama dengan masalah
penelitiannya. Hal ini membuat data yang diambil tidak dapat dibuat
generalisasi penelitiannya.
2. Desain penelitian yang mengawasi perubahan. Bentuk dari desain penelitian ini
yaitu:
a. Desain longitudinal, yaitu desain penelitian yang mengamati perubahan yang
lama seperti perubahan pada lingkungan. Pengamatan yang dilakukan peneliti
mengikuti dari perubahan sejak awal penelitian hingga waktu yang telah
ditentukan. Peneliti mencatat perubahan yang terjadi sebagai data terdapatnya
perubahan sehingga peneliti dapat menyimpulkan aspek- aspek yang
mempengaruhi perubahan tersebut.
b. Desain cross sectional, yaitu desain penelitian yang hanya dilakukan pada suatu
peristiwa tertentu sehingga peneliti dapat mendeskripsikan aspek apa saja yang
berpengaruh pada waktu yang telah ditetapkan. Peneliti menggambarkan apa
yang terjadi pada saat penelitian dilakukan, seperti penelitian di lingkungan.
c. Desain penelitian yang mengikuti perubahan secara berurutan dengan
menggunakan desain penelitian ini, peneliti dapat menggambarkan proses
perubahan yang terjadi pada lingkungan yang ia teliti. Pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti dalam desain penelitian ini lebih ketat apabila
dibandingkan dengan desain “longitudinal”, karena peneliti mengikuti proses
perubahan secara berurutan.
3. Penelitian Pembandingan
Desain penelitian ini dilakukan dengan membedakan dua lingkungan yang
berbeda, yaitu dengan membandingkan dua kelompok sampel yang berbeda yang
berasal dari populasi yang berbeda. Hal itu dilakukan agar peneliti dapat
mendeskripsikan variabel-variabel pembedanya.
4. Penelitian Korelasi
Pada desain penelitian ini, peneliti melihat hubungan antar variabel yang diteliti,
pada umumnya akan menggunakan statistik. Dari penelitian korelasi dapat
diketahui jenis hubungan yang dimiliki oleh variabel-variabel yang secara teoritis
memiliki hubungan, yaitu apakah hubungan bersifat sebab akibat ataupun hubungan
timbal balik.
DAFTAR PUSTAKA

Mustafa, H. (2011). Perilaku Manusia Dalam Perspektif Psikologi Sosial. Jurnal Administrasi
Bisnis. 7(2). 143-156

Iskandar, Z. (2013). Psikologi Lingkungan: Metode dan Aplikasi. Bandung: PT Refika


Aditama.

Iskandar, Z. (2016). Psikologi Lingkungan: Teori dan Konsep. Bandung: PT Refika Aditama.

Virtual University of Pakistan. (n.d.). Theories in Enviromental Psychology

Anda mungkin juga menyukai