Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KELOMPOK

ANALISIS KASUS PENYIMPANGAN HAK ANAK

KEPERAWATAN ANAK

Dosen Pembimbing : Wiwi Kustio Priliana, A.Kep.,Spd.,MPH

Oleh :

1. Restu Putri Transmukti 2820173075


2. Retno Haryati 2820173076

KELAS 3B

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2019
KASUS

TANGERANG SELATAN - Malang dialami Zidni Khoiri Alfatir (10), bocah yang tinggal di
Kampung Setu, RT16/04, Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), ini dipasung oleh kedua
orang tuanya selama bertahun-tahun. Bocah dari keluarga tidak mampu ini terpaksa dipasung
karena sangat hiperaktif.

Selama dipasung, anak pasangan Suhin (43) dan Wagiati (46) ini dikurung di dalam kamar
tidur, tidak diperbolehkan melihat indahnya dunia luar. Makan dan minumnya, serta buang
besar dan kecil pun di kamar. Selama bertahun-tahun, bocah penderita hyperaktif itu dikurung
di dalam ruang kecil yang pengap dan penuh kotoran manusia.

Badannya pun sangat kurus dan banyak luka. Saat ini, bocah yang biasa dipanggil Fatir itu
sudah bebas, bisa menghirup udara bebas. Bermain dengan anak-anak seusianya di taman,
berlari-larian, dan main ayunan. Pasung rantai di kakinya pun sudah diputus.

Fatir dibebaskan oleh petugas kelurahan yang datang ke rumahnya melakukan pendataan.
Selanjutnya, bocah tersebut dibawa ke Rumah Singgah di Kampung Kademangan. Saat
ditemui di Rumah Singgah, Fatir tidak bisa diajak bebicara. Untuk berjalan pun, dia harus
dipandu. Tulangnya tidak sekuat anak-anak, pada usianya.

"Pemasungan terhadap Fatir baru terungkap setelah pihak Kelurahan Setu mendatangi
kontrakan yang ditempati keluarga tersebut," kata Daryuanto, anggota Satgas Perlindungan
Anak Kelurahan Setu saat ditemui di Rumah Singgah, Kamis (14/3/2019) sore.

Daryuanto menjelaskan, saat itu petugas kelurahan tengah membantu mengurus surat
administratif guna perawatan ibunda Fatir, yakni Wagiyati yang terkena diabetes."Jadi, Pak
Sekel (Sekretaris Kelurahan) saat itu datang ke rumah kontrakannya. Di situlah, baru tahu ada
anak yang dirantai itu. Terus dikoordinasikan dengan saya untuk segera ditindaklanjuti,"
sambung Daryuanto.

Tidak menunggu lama, pihak Dinas Sosial Kota Tangsel pun langsung bergerak ke rumah Fatir
dan melepas pasungan rantai di kakinya, pada Rabu 13 Maret 2019. Selanjutnya, Fatir dirawat
di Rumah Singgah.
"Kedua orang tuanya kini berada di RSU Kota Tangsel. Sedang menjalani perawatan diabetes.
Mereka tiga bersaudara, yang pertama ada di Malang," sambungnya. Selama dipasung, Fatir
lebih banyak tinggal sendiri di rumah.

Bapak dan ibunya kerap pergi keluar rumah, bekerja serabutan. Begitupun dengan adiknya
yang duduk di bangku Kelas 1 SD, sering menginap di luar.

"Dia itu sering sama adiknya yang sekarang duduk di bangku Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah
(MI). Tetapi, kata tetangganya, dia sering pergi dari rumah dan Fatir sendiri terkurung dan
terpasung rantai," jelasnya.

Pernah di 2014, Fatir tertimpa kecelakaan kebakaran. Saat itu, adiknya sedang bermain korek
api di kamar Fatir. Karena tanpa pengawasan, api menyambar kasur. "Saat apinya membesar,
Fatir yang kakinya dipasung dengan rantai, akhirnya ikut terbakar. Hampir sepatuh tubuhnya
mengalami luka bakar serius. Saat ini, luka bakarnya sudah mengering," sambungnya.

Zulkarnaen, relawan Rumah Singgah yang ikut merawat Fatir mengatakan, saat pertama kali
tiba, kondisi Fatir sangat tidak terawat. Rambut panjang, dan bau kotoran. "Kondisi fisiknya
sangat buruk. Rambutnya panjang tidak terawat, kulit wajah dan sebagian badannya penuh luka
bekas bakar. Dia kelaparan. Dia bahkan sempat memakan material kasur," ujar Zul.

Setibanya di Rumah Singgah, perlahan Fatir didekati. Dia lalu dibersihkan, lalu diberi makan
yang enak. Rantai besi yang berkarat di kakinya pun langsung dilepas petugas. "Rantainya baru
dilepas setelah sampai di Rumah Singgah, karena sudah karatan, dan kuncinya juga enggak
ada. Yang kami dengar, dia dipasung karena hiperaktif dan suka mengamuk di rumahnya,"
ungkapnya.

Saat ini, kondisi Fatir berangsur pulih. Dia mulai bisa berjalan, dan berlari meski terlihat lemah.
Dia juga bisa berteriak kecil, dan menunjukkan jarinya yang kecil-kecil. "Kami belum tahu
apakah karena menderita penyakit atau memang karena trauma, dia tidak bisa berbicara dan
terdengar gagu. Karena selama ini enggak pernah kena sinar matahari, sangat prihatin mas,"
ucapnya.
ANALISIS KASUS

Zidni Khoiri Alfatir, bocah berumur 10 tahun yang di pasung oleh ke dua orang tuanya
dirumahnya sendiri selama bertahun tahun, dan tidak di perlakukan selayaknya bocah berumur
10 tahun yang seharusnya sedang bermain dengan teman sebayanya. Fatir di pasung oleh orang
tuanya karena fatir hiperaktif dan suka mengamuk dirumahnya, akibatnya fatir menjadi tidak
bisa sepeerti anak seusianya, fatir mengalami gangguan berjalan, tidak bisa berbicara, serta
badanya kurang sangat kurus dan banyak luka, luka tersebut diakibatkan karena pada tahun
2014 badan fatir terkena api ketika adiknya bermain korek di kamarnya, api tersebut mengenai
separuh badannya, saat ini fatir sudah bebas dari pasungan orang taunya. Kondisinya berangsur
pulih mulai bisa berjalan dan berlari meski terlihat lemah.

Menurut kelompok kami, dari kasus diatas terdapat penyimpangan hak hak anak yang
dilakukan oleh orang tuanya. Banyak hak fatir yang tidak dapat terpenuhi seperti:

a. Anak tidak dapat bermain dengan teman temanya,


karena fatir di pasung akibatnya fatir tidak dapat keluar rumah dan bermain dengan
teman se usianya.
b. tidak mendapat hak pendidikan
selama di pasung fatir juga tidak mendapat pendidikan, karena orang tuanya kurang
mampu.
c. tidak mendapat makanan bergizi dan akses kesehatan
orang tua fatir kurang memperhatikan kondisi fatir selama di pasung, bahkan fatir
pernah memakan kasur karena tidak diberi makan oleh orang tuanya, seharusnya
fatir mendapatkan makanan yang bergizi guna mendukung perkembanga otak dan
tumbuh kembangnya
d. hak untuk memiliki peran
fatir tidak dapat menjalankan peranya sebagai anak, seperti membantu orang tua,
menjadi kakak dari seorang adik.
e. Hak mendapatkan kasih sayang
Fatir, kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, karena orang tuanya
terlalu sibuk mengurusi penyakitnya.
Dari beberapa hak fatir yang tidak terpenuhi, maka orangtua fatir telah melanggar :

a. Undang-undang nomor 23 tahun 2002 pasal 4 mengenai hak anak atas hidup,
tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi secara wajar
b. Undang-undang nomor 23 tahun 2002 pasal 9 ayat 1 mengenai hak anak
memperoleh pendidikan dan pegajaran
c. Undang-undang nomor 23 tahun 2002 pasal 11 mengenai hak untuk beristirahat dan
memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan teman sebaya bermain dan berekreasi
d. Undang-undang nomor 23 tahun 2002 pasal 8 mengenai hak memperoleh pelayanan
kesehatan

Menurut kelompok kami, orang tua fatir telah salah dalam melakukan tindakan tersebut
walaupun fatir anak yang hiperaktif namun dipasung selama bertahun-tahun bukan menjadi
solusi yang tepat karena akan berdampak buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak.

Anda mungkin juga menyukai