Anda di halaman 1dari 3

Zalsitabin

Zalsitabin merupakan inhibitor transkriptase balik analog sitosin sintetik yang aktif melawan
HIV dan virus Hepatitis B. Obat ini diserap dengan baik secara oral dan makanan tidak
mempengaruhi bioavailabilitas. Obat ini sebagian besar diekskresikan tidak berubah dalam
urine, dan dosis harus dikurangi pada pasien gagal fungsi ginjal. Untuk pasien dengan ginjal
normal diberikan setiap 8 jam.
Indikasi : infeksi HIV lanjut pada dewasa yang tidak tahan terhadap zidovudin (anemia,
netropenia) atau pasien yang gagal diobati dengan zidovudin (perburukan klinis, penurunan
status immunologis progresif).
Peringatan : pasien dengan resiko neuropati porifer ; pankreatitis monitor
amilaseserum,alkoholisme, nutrisi parenteral, kardiomiopati, riwayat gagal jantung
konggestif, hepatotopsisitas, kehamilan (wanita usia produktif harus menggunakan
kontrasepsi yang aman), gangguan ginjal. Neuropati perifer, hentikan obat dengan segera bila
timbul gejala-gejala neuropati (rasa kesemutan, baal, panas, rasa ditusuk-tusuk). Perhatikan
khusus dan pengawasan ketat harus dilakukan pada pasien dengan risiko neuropati (terutama
bila perhitungan sel CD4 rendah karena resikonya lebih besar).
Pankreatitis. Bila timbul pankreatitis, obat harus dihentikan secara permanen. Tangguhkan
pemberian obat bila terjadi peningkatan amilase, gula darah, trigliserida ; penurunan kalsium
serum atau gejala lain yang berhubungan dengan pankreatitis. Tunda pemberian obat bila
dalam waktu bersamaan diperlukan obat yang potensial toksik terhadap pankreas.
Hepatotoksisitas, pernah dilaporkan asidosis laktat yang potensial fatal dan hepatonegali,
hati-hati bila ada hepatitis, peningkatan enzim hati, riwayat alkoholisme. Hentikan obat bila
terjadi perburukan fungsi hati, hepatomegali atau asidosis laktat yang tidak bisa diterangkan.
Interaksi : lampiran 1 (zalsitabin)
Kontraindikasi : neuropati perifer, ibu menyusui
Efek samping : neuropati perifer, ulkus mulut, mual, muntah, disfagia, anoreksia, diare, sakit
perut, konstipasi; faringitis, sakit kepala, pusing, mialgia, artalgia, ruam, pruritus,
hiperhidrosis, penurunan berat badan, lesu, demam, nyeri dada, anemia, leukopenia,
trombositopenia, gangguan fungsi hati, pankreatitis, ulkus esofagus, ikterus dan kerusakan
hepatoselular. Gangguan pengecapan, takikardi, kardiomiopati, astenia, tremor, gangguan
pergerakan, gangguan penglihatan dan pendengaran, hiperurisemia dan gangguan ginjal.
Dosis : 750 mg tiga kali sehari, LANSIA dan ANAK di bawah 13 tahun keamanan belum
terbukti.
Hivid (Hoffman La Roche Switzerland) Tablet 0,75 mg (K)

ZIDOVUDIN
Zidovudin merupakan analog timidin sintetik dengan aktivitas kuat melawan retrovirus
berspektrum luas termasuk HIV-1, HIV-2, dan virus limfotrofik sel-T manusia (HTLV) I dan
II. Obat inni tidak memiliki efek terhadap sel yang sudah terinfeksi HIV. Zidovudin paling
efektif pada limfosit teraktivasi karena enzim fosforilasi, timidin kinase, spesifik fase-S.
Karena konversi zidovudin 5’-monofosfat menjadi difosfat sangat tidak efisien, monofosfat
dengan konsentrasi tinggi terakumulasi di dalam sel. Akibatnya, hanya terdapat sedikit
korelasi antara konsentrasi antara konsentrasi obat induk ekstraseluler dan konsentrasi spesies
aktif intraseluler. 5’-Trifosfat memutus pemanjangan DNA provirus karena diinkorporasikan
ke dalam DNA yang baru terbentuk, tetapi kekurangan gugus 3’-hidroksil, sedangkan
monofosfat secara kompetitif menghambat timidilat kinase.
Zidovudin dapat diminum bersamaan dengan makanan dan mengalami metabolisme hepatik
lintas pertama dengan cepat menjadi 5’-glukuronil zodovudin. Pasien-pasien yang memulai
pengobatan dengan zidovudin sering mengeluhkan kelelahan, malaise, mialgia, mual,
anoreksia, sakit kepala, dan insomnia, yang pada umumnya terjadi dalam beberapa minggu
pertama terapi. Toksisitas mitokondrial yang dihasilkan dari golongan ini umumnya dialami.
Stavudin dan zidovudin berkompetisi untuk fosforilasi intraseluler dan tidak boleh digunakan
bersamaan.
Zidovudin merupakan obat yang disetujui oleh FDA untuk penanganan orang dewasa dan
anak-anak dengan infeksi HIV dan untuk mencegah transmisi dari ibu ke anak; obat ini juga
direkomendasikan untuk profilaksis setelah terpajan infeksi. Pada tenaga medis yang terpajan
HIV, juga diberi kombinasi dengan senyawa antiretrovirus lain. Penanganan standar pasien
yang belum pernah menerima pengobatan adalah dengan mengombinasikan zidovudin
dengan inhibitor protease kuat dan analog nukleosida lain atau dengan NNRTI dan analog
nukleosida lain. Substitusi Mer-menjadi-Val pada transkriptase balik kodon 184 terkait
dengan penggunaan lamivudin mengembalikan secara bermakna sensivitas zidovudin, dan
obat-obatan ini sering dikombinasikan.
Indikasi : pengobatan infeksi HIV lanjut (AIDS), HIV awal dan HIV asimtomatik dengan
tanda-tanda risiko progresif, infeksi HIV asimtomatik dan simtomatik pada anak dengan
tanda-tanda imuno defisiensi yang nyata; dapat dipertimbangkan untuk transmisi HIV
maternofetal (mengobati wanita hamil dan bayi baru lahir); terapi kombinasi antiretroviral
untuk penanganan infeksi HIV pada pasien dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun.
Peringatan : gangguan fungsi ginjal; toksisitas hematologis (lakukan uji darah tiap 2 minggu
selama 3 bulan pertama, selanjutnya sebulan sekali; pemeiksaan darah dapat lebih jarang, tiap
1-3 bulan, pada infeksi dini dengan fungsi sumsum tulang yang baik ); defisiensi vitamin B12
(risiko neutropenia); kurangi dosis atau berikan terapi intermiten bila terjadi anemia atau
mielosupresi; gangguan fungsi hati, fungsi ginjal; awasi dengan ketat pasien dengan risiko
penyakit hati (terutama wanita gemuk) termasuk pasien dengan hepatomegali dan hepatitis;
risiko asidosis laktat; lansia; kehamilan; tidak dianjurkan menyusui selama pengobatan.
Interaksi : lampiran 1 (zidovudin)
Kontraindikasi : neutropenia dan/atau anemia berat; neonatus dengan hiper bilirubinemia
yang memerlukan terapi selain fototerapi atau dengan peningkatan transaminase.
Efek samping : anemia (adakalanya memerlukan transfusi), neutropenia dan lekopenia (lebih
sering pada dosis tinggi dan penyakit lanjut); mual, muntah, anoreksia, sakit perut, dispepsia,
sakit kepala, ruam, demam, mialgia, parestesia, insomnia, lesu. Pernah dilaporkan kejang,
miopati, pigmentasi pada kuku, kulit dan mukosa, pansitopenia (dengan hipoplasia sumsum
tulang dan kadang-kadang trombositopenia); gangguan hati berupa perlemakan dan kenaikan
bilirubin dan enzim hati (tangguhkan pengobatan bila terjadi hepatomegali atau peningkatan
transminase progresif); asidosis laktat.
Dosis : oral: dosis bervariasi, 500-600 mg/hari dalam 2-5 kali pemberian atau 1 gram/hari
dalam 2 kali pemberian. ANAK di atas 3 bulan 120-180 mg/m2 tiap 6 jam (maksimum 200
mg tiap 6 jam).
Pencegahan transmisi HIV maternofeal; Kehamilan lebih dari 14 minggu, oral, 100 mg 5 kali
sehari sampai saat persalinan, kemudian pada fase persalinan dan setelah bayi lahir.
Intravena, dimulai dengan 2 mg/kg bb selama 1 jam, kemudian 1 mg/kg bb sampai saat
penjepitan tali pusat. Untuk operasi sesar selektif, berikan 4 jam sebelum operasi.
NEONATUS, Mulai dalam 12 jam setelah lahir: per oral 2 mg/kg bb tiap 6 jam sampai
berumur 6 minggu. Atau intravena selama 30 menit dengan dosis 1,5 mg/kg bb tiap 6 jam.
Pasien yang sewaktu-waktu tidak dapat minum obat per oral, berikan injeksi intravena selama
1 jam dengan dosis 1-2 mg/kg bb tiap 4 jam, biasanya tidak lebih dari 2 minggu. Sediaan
kombinasi zidovudin 300 mg dan lamivudin 150 mg dapat diberikan dua kali sehari 1 tablet,
dapat diberikan dengan atau tanpa makanan.
Adovi (Tempo) Kapsul 100 mg
Avirzid (Kalbe) Kapsul 100 mg (K)
Retrovir (Glaxo Wellcome UK) Kapsul 100 mg, 250 mg; Sirup 50 mg/5mL (K)

Kombinasi dengan lamivudin :


Duviral (Kimia Farma) Kaptabs (150 mg lamivudin, 300 mg zidovudin( (K)
Hiveom (Glaxo Wellcome) Tablet salut selaput (K)
5.4.1.2 Penghambat protease
Peringatan. Pengahambat prosentase menyebabkan hiperglikemia dan sebaliknya digunakan
dengan hati-hati pada penderita diabetes melitus (lihat keterangan sindroma lipodistrofi).
Perhatian juga sebaiknya diberikan pada pasien hemofilia yang memiliki risikko tinggi
terjadinya pendarahan. Penghambat protease sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada
pasien dengan gangguan hati. Risiko efek samping pada hati meningkat pada pasien hepatitis
B atau C. Atazanavir dapat digunakan dengan dosis lazim pada pasien dengan gangguan
ginjal. Namun, penghambat protease lainnya sebaiknya digunakan secara hati-hati pada
pasien dengan gangguan ginjal. Penggunaan pada kehamilan juga sebaiknya hati-hati.
Efek samping : penghambat protease menyebabkan gangguan saluran cerna (termasuk diare,
mual, muntah, nyeri lambung, flatulen), anoreksia, disfungsi hati, pankreatitis, gangguan
darah termasuk anemia, neutropenia dan trombositopenia. Juga menyebabkan gangguan tidur,
kelelahan, sakit kepala, pusing, paraestesia, mialgia, miositis, rabdomiolisis, gangguan
pengecapan, ruam, pruritus, sindrom Stevens-Johnson, reaksi hipersensitivitas termasuk
anafilaksis.

Anda mungkin juga menyukai