Anda di halaman 1dari 12

PAPER

OBAT ORAT DIABETES MILITUS

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Askep Edokrin

Dosen Pengampu : Dewi Prasetyani M.Kep

Disusun oleh :

1. Ahmad Rizki K (108115041)


2. Ganda Tri Mulyani (108115056)
3. Mirra Hanifah (108115063)
4. Ista Ziatiningrum (108115054)
5. Khorida Mutia (108115047)
6. Ahsan Isnawan (108115059)
7. Miftahul Janah (108115053)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
A. Pembahasan
PENGGOLONGAN ANTIDIABETIK ORAL/HIPOGLIKEMIK ORAL
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat hipoglikemik oral dapat dibagi
menjadi 5 golongan, yaitu:

B. Golongan Sulfonilurea
Bekerja dengan cara merangsang sekresi insulin di pankreas sehingga
hanya efektif bila sel beta pankreas masih dapat berproduksi. Terdapat
beberapa jenis sulfonilurea yang tidak terlalu berbeda dalam efektivitasnya.
Perbedaan terletak pada farmakokinetik dan lama kerja. Termasuk dalam
golongan ini adalah: Klorpropamid, Glikazid, Glibenklamid, Glipizid,
Glikuidon, Glimepirid, Tolazalim dan Tolbutamid.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat golongan ini :
1. Golongan sulfonil urea cenderung meningkatkan berat badan.
2. Penggunaannya harus hati-hati pada pasien usia lanjut, gangguan fungsi
hati dan ginjal. Klorpropamid dan glibenklamid tidak dianjurkan untuk
pasien usia lanjut dan pasien insufisiensi ginjal. Pada pasien insufisiensi
ginjal dapat digunakan glikuidon, gliklazid atau tolbutamid yang
kerjanya singkat.
3. Wanita menyusui, porfiria dan ketoasidosis merupakan kontraindikasi
bagi pemberian sulfonilurea.
4. Insulin kadang-kadang diperlukan bila timbul keadaan patologis tertentu
seperti infark miokard, infeksi, koma dan trauma. Insulin juga
diperlukan pada keadaan kehamilan.
5. Efek samping, umumnya ringan dan frekuensinya rendah diantaranya
gejala saluran cerna dan sakit kepala. Gejala hematologik termasuk
trombositopenia, agrunolositosis dan anemia aplastik dapat terjadi tetapi
jarang sekali. Hipoglikemi dapat terjadi bila dosis tidak tepat atau diet
terlalu ketat, juga pada gangguan fungsi hati/ginjal atau pada orang usia
lanjut. Hipoglikemia sering ditimbulkan oleh ADO kerja lama.

2
6. Interaksi, banyak obat yang berinteraksi dengan sulfonilurea sehingga
risiko terjadinya hipoglikemia dapat meningkat.
7. Dosis, sebaiknya dimulai dengan dosis lebih rendah dengan 1 kali
pemberian, dosis dinaikkan sesuai dengan respons terhadap obat.
a. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerjanya adalah merangsang pelepasan insulin dari
sel b, sehingga terjadi peningkatan sekresi insulin. Di dalam tubuh
sulfonilurea akan terikat pada reseptor spesifik sulfonilurea pada
sel beta pankreas. Ikatan tersebut menyebabkan berkurangnya
asupan kalsium dan terjadi depolarisasi membran. Kemudian
kanal Ca+ terbuka dan memungkinkan ion-ion Ca2+ masuk
sehingga terjadi peningkatan kadar Ca2+ di dalam sel.
Peningkatan tersebut menyebabkan translokasi sekresi insulin ke
permukaan sel. Insulin yang telah terbentuk akan diangkut dari
pankreas melalui pembuluh vena untuk beredar ke seluruh tubuh.
Obat ini hanya efektif bagi penderita NIDDM yang tidak begitu
berat, yang sel-sel betanya masih bekerja cukup baik. Golongan
ini mampu menurunkan kadar gula puasa 60-70 mg/dL dan
menurunkan HbA1c 1,5-2 %.
b. Indikasi
1) Pemilihan preparat sulfonilurea yang tepat untuk pasien
tertentu penting untuk suksesnya terapi.
2) Untuk mengatasi hiperglikemi diutamakan pengaturan diet
sampai berat badan ideal
3) Selama terapi pemeriksaan fisik dan laboratorium tetap
dilakukan secara teratur dalam keadaan gawat seperti stress,
komplikasi infeksi dan pembedahan serta kembali ke terapi
isulin.
8. Jenis Obat :
Klorpropamid (Diabenese)

3
a. Indikasi : NIDDM

b. Kontra-indikasi : diabetes juveil, NIDDM berat atau tidak stabil.


Ketoasidosis, pembedahan, infeksi berat, trauma, ggn fungsi hati,
ginjal atau tiroid. Hamil.
c. Bentuk sediaan & dosis : tablet 100 mg ; tablet 250 mg dan pasien
paruh baya 250 mg/hari, usia lebih tua 100-125 mg/hari. Aturan
pakai 3 x sehari bersama makanan.
d. Efek samping : ikterus kolestatik, reaksi seperti disulfiram, mual,
muntah, diare, anoreksia.
Resiko khusus : pada penderita gangguan fungsi ginjal dan wanita
menyusui.
9. Gliklazid
a. Indikasi: NIDDM (tipe 2) pada orang dewasa bila pengaturan
pola makan, olahraga dan penurunan berat badan belum
mencukupi untuk mengontrol kadar gula darah.
b. Kontraindikasi: hipersensitif terhadap gliklazid; diabetes tipe 1;
diabetes pre koma dan koma, diabetes ketoasidosis; kelainan
fungsi ginjal dan fungsi hati berat (dalam hal ini penggunaan
insulin direkomendasikan); pengobatan bersamaan dengan
mikonazol (lihat interaksi).
c. Efek Samping: reaksi pada kulit dan jaringan subkutan (rash,
pruritus, urtikaria, eritema, maculopapular rashes, bullous
reaction, allergic vasculitis dilaporkan pada penggunaan
sulfonilurea lain), gangguan hematologi, gangguan sistem hepato-
biliari, peningkatan kadar enzim hati, dan gangguan visual.
d. Dosis: dosis awal 40-80 mg 1 kali sehari; ditentukan berdasarkan
respon: hingga 160 mg diberikan bersama sarapan, dosis lebih
tinggi diberikan terbagi, maksimal 240 mg/hari dalam 1-2 kali.

4
C. Glibenklamid
1. Indikasi: diabetes mellitus tipe 2.
a. Dosis: dosis awal 5 mg 1 kali sehari; segera setelah makan pagi (dosis
lanjut usia 2.5 mg, tetapi hindari- lihat keterangan di atas) disesuaikan
berdasarkan respon: dosis maksimum 15 mg sehari).

b. Glikuidon
1) Indikasi: diabetes mellitus tipe 2.
2) Dosis: dosis awal 15 mg sehari; sebelum makan pagi, disesuaikan
hingga 45-60 mg sehari dalam 2 atau 3 kali dosis terbagi. Dosis
maksimum pemberian tunggal 60 mg, dosis maksimum 180 mg
sehari.
3) Glimepirid
c. Indikasi: diabetes mellitus tipe 2.
d. Peringatan: dianjurkan untuk monitoring fungsi hati dan hematologi
tetapi dibuktikan oleh batas nilai klinik.
e. Dosis: dosis awal 1 mg sehari; disesuaikan dengan respon pada tahap
pemberian interval 1 mg pada minggu 1-2: dosis maksimum harian 4
mg (kejadian luar biasa, sampai 6 mg sehari dapat digunakan),
diminum secepatnya sebelum atau suapan pertama makan.

D. Golongan Biguanid
Bekerja dengan cara menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan
penggunaan glukosa di jaringan. Termasuk dalam golongan ini adalah
Metformin, Fenformin, Buformin. Efek samping yang sering terjadi (20% dari
pemakai obat) adalah gangguan saluran cerna seperti anoreksia, mual,
muntah, rasa tidak enak di abdomen dan diare.

5
1. Mekanisme Kerja : Bekerja langsung pada hati (hepar),menghambat
glukoneogenesis di hati dan meningkatkan penggunaan glukosa di
jaringan.
2. Efek samping : Efek samping yang sering terjadi dari pemakaian obat
golongan biguanid adalah gangguan saluran cerna pada hari-hari
pertama pengobatan. Seperti : Asidosis laktat dan Mual muntah
3. Indikasi :
a. untuk terapi pada pasien diabetes yamh tidak tergantung insulin
dan kelebihan berat badab dimana kadar gula tidak dapat dikontrol
dengan diet saja.
b. Dapat dipaai sebagai obat tunggal atau dapat diberikan sebagai
obat kombinasi dengan sulfonilurea
c. Untuk terapi tambahan pada penderita diabetes dengan
ketergantungan terhadap insulin yang simptomnya sulit dikontrol.

4. Jenis Obat :
a. Metformin hidroklorida
Indikasi : diabetes mellitus tipe 2, terutama untuk pasien dengan
berat badan berlebih (overweight), apabila pengaturan diet dan
olahraga saja tidak dapat mengendalikan kadar gula darah.
Metformin dapat digunakan sebagai monoterapi atau dalam
kombinasi dengan obat antidiabetik lain atau insulin (pasien
dewasa), atau dengan insulin (pasien remaja dan anak >10 tahun).
Lihat juga keterangan di atas.
Peringatan: tentukan fungsi ginjal (menggunakan metoda sensitif
yang sesuai) sebelum pengobatan sekali atau dua kali setahun
(lebih sering pada atau bila keadaan diperkirakan memburuk).
Kontraindikasi: gangguan fungsi ginjal, ketoasidosis, hentikan
bila terjadi kondisi seperti hipoksia jaringan (sepsis, kegagalan
pernafasan, baru mengalami infark miokardia, gangguan hati),

6
menggunakan kontras media yang mengandung iodin (jangan
menggunakan metformin sebelum fungsi ginjal kembali normal)
dan menggunakan anestesi umum (hentikan metformin pada hari
pembedahan dan mulai kembali bila fungsi ginjal kembali normal),
wanita hamil dan menyusui.
Efek Samping: anoreksia, mual, muntah, diare (umumnya
sementara), nyeri perut, rasa logam, asidosis laktat (jarang, bila
terjadi hentikan terapi), penurunan penyerapan vitamin B12,
eritema, pruritus, urtikaria dan hepatitis.
Dosis: dosis ditentukan secara individu berdasarkan manfaat
dan tolerabilitas. Dewasa & anak > 10 tahun: dosis awal 500 mg
setelah sarapan untuk sekurang-kurangnya 1 minggu, kemudian
500 mg setelah sarapan dan makan malam untuk sekurang-
kurangnya 1 minggu, kemudian 500 mg setelah sarapan, setelah
makan siang dan setelah makan malam. Dosis maksimum 2 g
sehari dalam dosis terbagi.

b. Cara Pemberian Metformin dengan Benar


1) Pastikan Anda mengonsumsi metformin sesuai dengan
anjuran dokter. Baca informasi yang tertera pada kemasannya
sebelum mulai mengonsumsi obat ini. Jika ragu, hubungi
dokter.
2) Metformin dianjurkan untuk dikonsumsi saat makan atau
segera sesudah makan. Menjaga pola makan yang seimbang
dan berolahraga secara teratur akan membantu
memaksimalisasi efek metformin. Selama menggunakan obat
ini, hindari minuman keras karena dapat memengaruhi kadar
gula darah dan meningkatkan risiko asidosis laktat
(penumpukan asam laktat dalam tubuh).

7
3) Jika Anda mengonsumsi metformin dalam bentuk bubuk,
minumlah dengan sekitar 150 ml air putih. Jika Anda
mengonsumsi bentuk tabletnya, telan secara utuh dan jangan
menghancurkan atau mengunyah tablet metformin.
4) Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan
dosis berikutnya. Usahakan untuk mengonsumsi metformin
pada jam yang sama tiap hari untuk memaksimalisasi
efeknya.
5) Pemeriksaan secara rutin sebaiknya dilakukan untuk
memantau kadar gula darah serta kesehatan kaki dan mata.
Mengenali gejala-gejala hipoglikemia (kadar gula darah yang
terlalu rendah) serta hiperglikemia (kadar gula darah yang
terlalu tinggi) juga sangat penting sebagai langkah antisipasi
bagi penderita diabetes.
6) Bagi pasien yang lupa mengonsumsi metformin, disarankan
segera meminumnya begitu teringat jika jadwal dosis
berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan menggandakan dosis
metformin pada jadwal berikutnya untuk mengganti dosis
yang terlewat.

E. Golongan analog Meglitinid


Bekerja dengan cara mengikat reseptor sulfonilurea dan menutup ATP-
sensitive potassium chanel. Yang termasuk dalam golongan ini adalah
Repaglinid.
1. Mekanisme kerja : Bekerja dengan cara mengikat reseptor sulfonilurea
dan menutup ATP-sensitive potassium chanel.
2. Efek samping : jarang terjadi, hal ini disebabkan oleh efek rangsangan
pelepasan insulin yang hanya terjadi pada saat glukosa darah tinggi.

8
F. Golongan Thiazolidindion
Bekerja dengan cara meningkatkan sensitivitas jaringan perifer terhadap
insulin. Berikatan dengan PPARγ (peroxisome proliferators activated
receptor-gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati untuk menurunkan
resistensi insulin. Golongan ini merupakan golongan baru dari ADO.
Termasuk kedalam golongan ini adalah Pioglitazone, Rosiglitazone.
1. Mekanisme Kerja : Meningkatkan kepekaan tubuh/sensitivitas terhadap
insulin di jaringan perifer.Berikatan dengan PPARγ(peroxisome
proliferators activated receptor-gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati
untuk menurunkan resistensi insulin.
2. Manfaat : Thiazolidinedione (sering juga disebut TZDs atau glitazone)
berfungsi memperbaiki sensitivitas insulin dengan mengaktifkan gen-gen
tertentu yang terlibat dalam sintesa lemak dan metabolisme karbohidrat.
Thiazolidinedione tidak menyebabkan hipoglikemia jika digunakan
sebagai terapi tunggal, meskipun mereka seringkali diberikan secara
kombinasi dengan sulfonylurea, insulin, atau metformin.Beberapa studi
menunjukkan thiazolidinediones mengakibatkan berbagai efek baik pada
jantung, termasuk penurunan tekanan darah dan peningkatan trigliserida
dan kadar kolesterol (termasuk peningkatan kadar HDL, yang dikenal
sebagi kolesterol baik). Obat ini juga meredam molekul yang disebut
11Best HSK-1 yang berperan penting pada sindrom metabolik (kondisi
pre diabetes, termasuk tekanan darah tinggi dan obesitas) dan diabetes
melitus tipe 3. Efek Samping : Thiazolidinediones bisa menyebabkan
anemia dan bersama obat diabetes oral lainnya bisa menaikkan berat
badan meski masih dalam skala moderat. Obat ini juga meningkatkan
risiko peningkatan cairan yang akan memperburuk gagal jantung.
Faktanya, troglitazone (Rezulin), agen pertama golongan ini ditarik dari
pasaran setelah ditemukan laporan gagal jantung, gagal hati, dan
kematian. Tetapi thiazolidinedione saat ini tidak menunjukkan efek yang
sama pada hati meskipun ada beberapa laporan liver injury.

9
Jenis Obat :
a. Pioglitazon
1) Nama Paten :Actos takeda pharmaceutical
2) Komposisi :Pioglitazon 15 mg; 30 mg
3) Indikasi:Hiperglikemia
4) Kontraindikasi:Hipersensitivitas terhadap pioglitazon
5) Efek samping :Udem, sakit kepala, hipoglikemia, mialgia,
faringitis, sinusitis, gangguan gigi, infeksi saluran pernapasan
atas.
6) Peringatan :Hentikan terapi jika ditemukan gangguan hati,
gangguan jantung, kehamilan.
7) Interaksi :Alovartastin dan ketokonazol mempengaruhi
pioglitazon dan pioglitazon mempengaruhi atorvastatin,
midazolam, nifedipine, kontrasepsi oral.
8) Dosis :1 dd 15-30 mg a.c atau p.c.
b. Rosiglitazon
1) Nama Paten :Avandia Glaxo Smith Kline
2) Komposisi: Rosiglitazon
3) Indikasi : Hiperglikemia
4) Kontraindikasi: Hipersensitivitas terhadap rosiglitazon
5) Efek samping : Nyeri punggung, sakit kepala, hiperglikemia, luka,
sinusitis, anemia, ketika digunakan bersamaan dengan metformin,
udem ketika digunakan bersamaan dengan insulin.
6) Peringatan :Hentikan terapi jika ditemukan gangguan hati,
gangguan jantung, kehamilan.
7) Dosis :Bersama metformin atau sulfonilurea, 1-2 dd 4 mg a.c atau
p.c
8) Pabrik : Smithkline Beckham

10
G. Golongan penghambat alphaglukosidase
Yang termasuk dalam golongan ini adalah Akarbosa dan Miglitol yang
bekerja dengan cara menghambat alphaglukosidase yang mengubah
di/polisakarida menjadi monosakarida, sehingga memperlambat dan
menghambat penyerapan karbohidrat.
1. Mekanisme Kerja : Menghambat kerja enzim alfaglukosidase yang
mengubah di/polisakarida menjadi monosakarida, sehingga
memperlambat absorpsi glukosa kedalam darah
2. Indikasi : sebagai tambahan pada terapi OHO sulfonilurea atau
biguanida pada DM yang tidak dapat dikendalikan dega diet dan
obat0obat tersebut. Golongan ini sangat bermanfaat bagi pasien DM
yang cenderung meningkat kadar gula darahnya segera setelah makan.
Pasien DM yang diterapi dengan insulin, umumnya akan menurun
penggunaan insulinnya jika dikombinasikan dengan golongan inin.
Obat-obat pada golongan ini dapat diberika sebagai obat tunggal ata
dlam bentuk kombinasi dengan obat diabetes lainnya.
3. Efek samping : perut kembung, banayak kentut, diare.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://yosefw.wordpress.com/2007/12/27/penggunaan-antidiabetik-oral-gol-
sulfonilurea-pada-diabetes-mellitus/

http://pionas.pom.go.id/monografi/gliklazid

http://pionas.pom.go.id/monografi/klorpropamid

http://obatdiabetes.exl.me/mengenal-jenis-terapi-oral-untuk-penderita-diabetes/

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/61-diabetes/612-antidiabetik-
oral/6121-sulfonilurea

12

Anda mungkin juga menyukai