Anda di halaman 1dari 41

INFORMASI OBAT

ANTIDIABETES
Oleh:
Apt. Nerly Simanjuntak, S.Farm., M.Farm

Semester VI
Sarjana Farmasi Klinis
Universitas Prima Indonesia
TOPIK
• Gambaran Singkat Penyakit
• Golongan antidibetes
• Insulin
• Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin (Insulin Sensitizers)
• Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)
• Penghambat Alfa Glukosidase (Alpha Glucosidase Inhibitor)
• Penghambat enzim Dipeptidil Peptidase-4 (DPP4 Inhibitor)
• Agonis GLP-1 (Incretin Mimetic)
• Penghambat enzim Sodium Glucose co-Transporter 2 (SGLT-2 Inhibitor)

2
• Pengaturan kadar glukosa dalam darah :
 fisiologi pengaturan kadar glukosa darah dalam hal ini yang berperanan sangat penting adalah
hati dan pancreas.
• Hati : Setelah absorbsi makanan oleh usus, glukosa dialirkan kehati melalui pembuluh
darah vena, sebahagian dari glukosa tersebut disimpan sebagai glikogen. Dalam keadaan
normal, persediaan glikogen cukup untuk mempertahankan kadar glukosa darah.
• Pankreas :
 Dalam pankreas terdapat sekelompok sel yang dinamakan pulau2 Langerhans dan
terdiri dari sel-sel alfa dan sel-sel beta.
 Pada orang yang sehat sel-sel beta menghasilkan hormon insulin, yang mengatur
penggunaan glukosa oleh tubuh sebagai sumber energi dan mengubah kelebihannya
menjadi glikogen dan lemak ( glikogen = polisacaharida yang terdapat dalam sel sebagai
karbohidrat cadangan ).

 Dengan demikian insulin juga mengatur kadar glukosa dalam darah agar jangan terlalu tinggi
 Khasiat ini juga disebut hipoglikemik, yaitu menurunkan kadar glukosa dalam darah.

 Pada orang yang menderita penyakit Diabetes Melitus, sel-sel beta mengalami kemunduran
dalam kegiatannya dan produksi insulin berkurang. Akibatnya metabolisme glukosa terganggu,
sehingga kadar glukosa dalam darah naik. Bila kadar glukosa melampaui 180 mg per ml darah
yaitu nilai ambang ginjal, maka ginjal mengeluarkan gula yang berlebihan dalam air kemih,
maka terjadi glukosuria
Definisi
• Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
• Hiperglikemia adalah suatu kondisi medis berupa peningkatan kadar
glukosa darah melebihi normal yang menjadi karakteristik beberapa
penyakit terutama diabetes melitus di samping berbagai kondisi
lainnya

4
 Gejala  sering berkemih (poliuria), merasa haus (polidipsia), banyak makan
(polifagia), badan selalu letih, kurus, dan kelebihan senyawa keton dan asam
dalam darah.
 Penyebab diabetes : keturunan, obesitas
 Hal yang cukup bahaya pada diabetes adalah glukosuria ( adanya glukosa dalam
urin) yang timbul karena glukosa bersifat diuretik osmotik (diuretik yang
disebabkan tekanan osmotik dari tubuli ginjal)  diuresis berlebih disertai
hilangnya bebagai macam elektrolit menyebabkan dehidrasi + disertai
hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati
Patogenesis hiperglikemia

PRESENTATION TITLE 12/29/22


6
Klasifikasi Diabetes Melitus

7
INSULIN
• Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe 1.
• Pada DM Tipe I, sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas penderita
rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin.
• Sebagai penggantinya, maka penderita DM Tipe I harus mendapat
insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di
dalam tubuhnya dapat berjalan normal.
• Walaupun sebagian besar penderita DM Tipe 2 tidak memerlukan
terapi insulin, namun hampir 30% ternyata memerlukan terapi insulin
disamping terapi hipoglikemik oral.
Mekanisme Kerja Insulin
• Terapi insulin untuk substitusi ditujukan untuk melakukan koreksi terhadap
defisiensi yang terjadi.
• Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian
metabolisme.
• Insulin yang disekresikan oleh sel-sel β pancreas akan langsung diinfusikan ke
dalam hati melalui vena porta, yang kemudian akan didistribusikan ke seluruh
tubuh melalui peredaran darah.
• Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu transport glukosa
dari darah ke dalam sel.
• Kekurangan insulin menyebabkan glukosa darah tidak dapat atau terhambat
masuk ke dalam sel.
• Akibatnya, glukosa darah akan meningkat, dan sebaliknya sel-sel tubuh
kekurangan bahan sumber energi sehingga tidak dapat memproduksi energi
sebagaimana seharusnya.

8
Peningkat Sensitivitas
terhadap Insulin (Insulin
Sensitizers)
Biguanides
Tiazolidinedion (TZD)
Biguanides
Metformin
Mekanisme aksi
• Metformin satu-satunya golongan biguanid yang tersedia
• Metformin meningkatkan sensitivitas insulin pada jaringan hati dan
perifer (otot)memungkinkan peningkatan penyerapan glukosa ke
dalam jaringan yang sensitif terhadap insulin.
• Metformin tidak memiliki efek langsung pada sel β, meskipun kadar
insulin menurun, mencerminkan peningkatan sensitivitas insulin.
17
Farmakokinetik
• Metformin memiliki sekitar 50% sampai 60% bioavailabilitas oral,
kelarutan lemak rendah, dan volume distribusi yang mendekati air
tubuh.
• Metformin tidak dimetabolisme dan tidak berikatan dengan protein
plasma.
• Metformin dieliminasi oleh sekresi tubulus ginjal dan filtrasi
glomerulus.
• Waktu paruh rata-rata metformin adalah 6 jam, meskipun secara
farmakodinamik, efek antihiperglikemik metformin bertahan >24
jam.
18 Efek Samping
• Metformin menyebabkan efek samping gastrointestinal, termasuk ketidaknyamanan
perut, sakit perut, dan/atau diare pada sekitar 30% pasien.
• Anoreksia dan kepenuhan perut kemungkinan merupakan bagian dari alasan penurunan
berat badan dicatat dengan metformin.
• Efek samping ini biasanya ringan dan dapat diminimalkan dengan titrasi lambat.
• Efek samping gastrointestinal juga cenderung bersifat sementara, berkurang
keparahannya selama beberapa minggu.
• Jika ditemui, pastikan pasien menggunakan metformin dengan atau tepat setelah
makan, dan kurangi dosis sampai titik di mana tidak ada efek samping gastrointestinal
yang ditemui.
• Peningkatan dosis dapat dicoba lagi dalam beberapa minggu.
• Metformin extended-release (Glucophage-XR) dapat mengurangi beberapa efek
samping GI. Rasa logam, gangguan penyerapan vitamin B12, dan hipoglikemia selama
latihan intensif telah didokumentasikan, namun secara klinis jarang terjadi.
PRESENTATION TITLE
Thiazolidinediones

• Rosiglitazone
• Pioglitazone
20
Mekanisme aksi
• Thiazolidinediones juga disebut sebagai TZD atau glitazones.
• Pioglitazone dan rosiglitazone adalah dua thiazolidinediones yang saat ini disetujui untuk
pengobatan DM tipe 2.
• Thiazolidinediones bekerja dengan mengikat peroxisome proliferator activator
receptor- γ (PPAR-γ), yang terutama terletak pada sel lemak dan sel pembuluh darah.
• Tiazolidinedion merupakan agonis dari Peroxisome Proliferator Activated Receptor Gamma
 (PPAR-gamma), suatu reseptor inti yang terdapat antara lain di sel otot, lemak, dan hati
• Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah
protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di jaringan perifer.
21
Farmakokinetik
• Pioglitazone dan rosiglitazone diserap dengan baik dengan atau tanpa makanan.
Keduanya sangat (>99%) terikat protein dengan albumin.
• Pioglitazone terutama dimetabolisme oleh CYP2C8, dan pada tingkat yang lebih
rendah oleh CYP3A4 (17%), dengan sebagian besar dieliminasi melalui feses.
• Rosiglitazone dimetabolisme oleh CYP2C8, dan pada tingkat yang lebih rendah oleh
CYP2C9, kemudian terkonjugasi dengan dua pertiga ditemukan dalam urin dan
sepertiga dalam feses.
• Waktu paruh pioglitazone dan rosiglitazone masing-masing adalah 3 sampai 7 jam
dan 3 sampai 4 jam.
• Dua metabolit aktif pioglitazone dengan waktu paruh yang lebih lama memberikan
sebagian besar aktivitas pada kondisi mapan.
• Kedua obat tersebut memiliki durasi aksi antihiperglikemik lebih dari 24 jam.
22
Efek samping
• Tiazolidinedion menyebabkan retensi cairan
tubuhsehingga dikontraindikasikan pada pasien dengan
gagal jantung (NYHA fungsional kelas III-IV) karena dapat
memperberat edema/retensi cairan.
• Hati-hati pada gangguan faal hati, dan bila diberikan
perlu pemantauan faal hati secara berkala.

PRESENTATION TITLE 12/29/22


PemacuSekresi Insulin
(Insulin Secretagogue)

• Sulfonilurea
• Glinid
24
Mekanisme aksi
• Sulfonil urea mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin
oleh sel beta pancreas.
• Glinid merupakan obat yang cara kerjanya mirip dengan sulfonilurea,
namun berbeda lokasi reseptor, dengan hasil akhir berupa
penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama.
25
Efek Samping
• Efek samping utama Sulfonilurea adalah hipoglikemia dan
peningkatan berat badan. Hati-hati menggunakan sulfonilurea pada
pasien dengan risiko tinggi hipoglikemia (orang tua, gangguan fungsi
hati dan ginjal).
• Contoh obat dalam golongan ini adalah glibenclamide, glipizide,
glimepiride, gliquidone dan gliclazide.
• Efek samping glinid yang mungkin terjadi adalah hipoglikemia. Obat
golongan glinid sudah tidak tersedia di Indonesia.
PenghambatAlfa Glukosidase
• Acarbose
27
Mekanisme Aksi
• Obat ini bekerja dengan menghambat kerja enzim alfa
glukosidase di saluran pencernaan sehingga menghambat
absorpsi glukosa dalam usus halus
• Penghambat α-Glukosidase secara kompetitif
menghambat enzim (maltase, isomaltase, sukrase, dan
glukoamilase) di usus kecil, menunda pemecahan sukrosa
dan karbohidrat kompleks
28
Farmakokinetik
• Mekanisme kerja penghambat α-glukosidase terbatas pada sisi
luminal usus.
• Beberapa metabolit acarbose diabsorbsi secara sistemik dan
diekskresikan melalui ginjal, sedangkan sebagian besar miglitol
diabsorbsi dan diekskresikan melalui ginjal tanpa perubahan.
29
Efek Samping
• Efek samping gastrointestinal, seperti perut kembung, kembung,
ketidaknyamanan perut, dan diare, sangat umum dan sangat
membatasi penggunaan inhibitor α-glukosidase.
• Secara mekanis, efek samping ini disebabkan oleh degradasi usus
bagian distal dari karbohidrat yang tidak tercerna oleh mikroflora,
yang menghasilkan produksi gas (CO2 dan metana).
• Penghambat α-Glukosidase harus dimulai dengan dosis rendah dan
dititrasi secara perlahan untuk mengurangi intoleransi
gastrointestinal.
• Enzim α-glukosidase, dapat membantu mengurangi efek samping
gastrointestinal, tetapi dapat sedikit menurunkan kemanjuran
Penghambat enzim
Dipeptidil Peptidase- 4
(DPP4 Inhibitor)

• Vildagliptin
• Linagliptin
• Sitagliptin
• Saxagliptin
• Alogliptin
31
Mekanisme Aksi
• Dipeptidil peptidase-4 (DPP-4) adalah suatu serin protease, yang didistribusikan
secara luas dalam tubuh Enzim ini memecah dua asam amino dari peptida yang
mengandung alanin atau prolin di posisi kedua peptida N-terminal.
• Enzim DPP-4 terekspresikan di berbagai organ tubuh, termasuk di usus dan
membran brush border ginjal, di hepatosit, endotelium vaskuler dari kapiler villi,
dan dalam bentuk larut dalam plasma.
• Penghambat DPP-4 akan menghambat lokasi pengikatan pada DPP-4 sehingga
akan mencegah inaktivasi dari glucagon-like peptide (GLP)-1.
• Proses inhibisi ini akan mempertahankan kadar GLP-1 dan glucose-dependent
insulinotropic polypeptide (GIP) dalam bentuk aktif di sirkulasi darah, sehingga
dapat memperbaiki toleransi glukosa, meningkatkan respons insulin, dan
mengurangi sekresi glukagon

PRESENTATION TITLE 12/29/22


32
Farmakokinetik
• Sekitar 79% sitagliptin diekskresikan tidak berubah dalam
urin & metabolisme merupakan jalur minor untuk eliminasi.
• gangguan ginjal sedang (eGFR 30-45 ml/menit) telah diamati
untuk meningkatkan kadar plasma sitagliptin 2 kali lipat, dan
gangguan ginjal berat dapat meningkatkan kadar plasma 4 kali
lipat.
• dosis harus dikurangi pada pasien dengan gangguan ginjal
• tidak diperlukan penyesuaian dosis untuk insufisiensi hati
ringan sampai sedang

PRESENTATION TITLE 12/29/22


Agonis GLP-1 (Incretin M imetic)

• Liraglutide
• Exenatide
• Albiglutide
• Lixisenatide
• Dulaglutide
Mekanisme aksi
• Inkretin adalah hormon peptida yang disekresi gastrointestinal setelah makanan
dicerna, yang mempunyai potensi untuk meningkatkan sekresi insulin melalui
stimulasi glukosa.
• Dua macam inkretin yang dominan adalah glucose-dependent insulinotropic
polypeptide (GIP) dan GLP-1.
• Agonis reseptor GLP-1 meniru aksi GLP-1 endogen untuk meningkatkan sekresi
insulin dan menghambat sekresi glukagon dari sel pulau pankreas.
• GLP-1 reseptor agonist (RA) mempunyai efek menurunkan berat badan,
menghambat pelepasan glukagon, menghambat nafsu makan, dan
memperlambat pengosongan lambung sehingga menurunkan kadar glukosa darah
postprandial.
• GLP-1 RA adalah obat yang disuntikkan secara subkutan untuk menurunkan kadar
glukosa darah, dengan cara meningkatkan jumlah GLP-1 dalam darah.
35
Efek samping
• Gejala paling umum yang terkait dengan penggunaan
agonis reseptor GLP-1 adalah gejala gastrointestinal,
terutama mual.
• Efek samping umum lainnya termasuk reaksi di tempat
suntikan, sakit kepala, dan nasofaringitis, tetapi efek ini
biasanya tidak mengakibatkan penghentian obat.

PRESENTATION TITLE 12/29/22


Penghambat enzim
Sodium Glucose co-
Transporter 2 (SGLT-2
Inhibitor)
• Dapagliflozin
• canafliglozin
• empagliflozin
• Ipraglifozin

12/29/22 PRESENTATION TITLE


Mekanisme aksi dan Efek Samping
• Sistem Sodium Glucose Cotranspoter (SGLT) yang berperan dalam pemasukan glukosa ke dalam
sel pada sel tubulus proksimal.
• Intervensi terhadap hiperglikemia selama ini fokus pada restorasi aktivitas sel beta, sensitivitas
reseptor insulin, atau pengambilan glukosa oleh jaringan.
• Alternatif lainnya adalah meningkatkan eksresi glukosa melalui ginjal.
• Secara fisiologis semua glukosa yang terfiltrasi akan kembali di reabsorpsi di tubulus, kecuali bila
kadarnya melebihi maka akan terjadi glukosuria secara linier sesuai dengan peningkatan kadar
glukosa di darah
• Obat SGLT2 inhibitor bekerja dengan menghambat reabsorbsi glukosa di tubulus proksimal dan
meningkatkan ekresi glukosa di urin.
• Obat ini memiliki manfaat untuk menurunkan berat badan dan tekanan darah
• Efek samping yang dapat terjadi akibat pemberian obat ini adalah infeksi saluran kencing dan
genital. Pada pasien DM dengan gangguan fungsi ginjal perlu dilakukan penyesuaian dosis, dan
tidak diperkenankan menggunakan obat ini bila LFG kurang dari 45 ml/menit. Hati-hati karena
obat ini juga dapat mencetuskan ketoasidosis.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai