Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Hormon merupakan zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang masuk
dalam peredaran darah untuk mempengaruhi jaringan secara spesifik. Pankreas adalah
suatu kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon peptide insulin, glukagon, dan
somatostatin. Hormon- hormon ini memegang peranan penting dalam pengaturan
aktivitas metabolik tubuh dan dengan demikian membantu memelihara homeostatis
dengan diabetes. Diabetes merupakan suatu grup sindrom heterogen yang semua
gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disesbabkan oleh defisiensi
insulin relative atau absolute.
Dalam bidang farmasi seringkali dilakukan penelitian untuk mengetahui khasiat dari
berbagai senyawa aktif yang dikandung dari berbagai bahan- bahan alam terlebih efek
farmakologinya. Seperti pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahui efek
farmakolgi dari obat metformin, glibenklamid dan glucovance terhadap hewan coba
mencit. Sehingga dari percobaan ini bisa diketahui golongan- golongan obat
antidiabetes, berdasarkan hal tersebut maka sangat penting dilakukan percobaan ini.

I.3 Maksud Percobaan


Mengetahui dan memahami efek farmakologi yang ditimbulkan obat-obat
antidiabetes terhadap mencit (Mus musculus).

I.3 Tujuan Percobaan


1. Untuk mengetahui pengaruh obat-obat antidiabetes seperti glibenklamid,
metformin dan glucovance terhadap kadar gula darah hewan coba mencit (Mus
musculus).
2. Untuk mengetahui penggolongan obat diabetes.
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja obt- obat golongan antidiabetes.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Dasar Teori


Diabetes melitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan kronis
yang khususnya menyangkut metabolisme glukosa di dalam tubuh. Tetapi metabolisme
lemak dan protein juga terganggu. Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin,
yang berfungsi memanfaatkan glukosa,sebagai sumber energi dan mensintesa lemak.
Akibatnya ialah glukosa menumpuk didalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya
dieksresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu produksi kemih
sangat meningkat dan pasien harus kencing, merasa amat haus, berat badan menurun,
rasa lelah (Tjay,2002).
Pankreas adalah suatu kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon peptide
insulin, glukagon dan somatostatin dan suatu kelenjar eksokrin yang menghasilkan
enzim pencernaan. Hormon Langerhans (A atau sel-B yang menghasilkan insulin alfa,
atau sel-A yang menghasilkan glukagon, dan alfa, atau sel-D yang menghasilkan
somatostatin). Hormon-hormon ini memegang peranan penting dalam pengaturan
aktivitas metabolic tubuh dan dengan demikian , meembantu memelihara homeostatis
glukosa darah. Hiperinsulinemia (misalnya disebabkan oleh suatu insulinoma) dapat
menyebabkan hipoglikemia berat. Umumnya, kekurangan insulin relatif ataupun
absolut (seperti pada diabetes melitus) dapat menyebabkan hiperglikemia berat.
Pemberian preparat insulin atau obat- obat hipoglikemia dapat mencegah morbiditas
dan mengurangi mentalitas yang berhubungan dengan diabetes (Mycek, 2003).
Diabetes melitus merupakan salah satu jenis penyakit yang dimulai dengan
meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) sebagai akibat dari rendahnya
sekresi insulin, gangguan efek insulin, atau keduanya. Diabetes melitus bukan
merupakan patogen melainkan secara etiologi adalah kerusakan atau gangguan
metabolisme. Gejala umum diabetes adalah hiperglikemia, poliuria, polidipsia,
kekurangan berat badan, pandangan mata kabur, dan kekurangan insuli sampai pada
infeksi. Hiperglikemia akut dapat menyebabkan sindrom hiperosmolar dan kekurangan
insulin dan ketoasidosis. Hiperglikemia kronik menyebabkan kerusakan jangka
panjang, disfungsi dan kegagalan metabolisme sel, jaringan dan organ. Komplikasi
jangka panjang diabetes adalah macroangiopathy, neuropathy, katarak, diabetes kaki
dan diabtes jantung.

2
Koma diabetik adalah koma pada penderita diabetes melitus akibat kadar glukosa
darah terlalu tinggi, biasanya 600 mg/dl atau lebih. Dalam praktik, gejala dan
penurunan berat badan inilah yang paling sering menjadi keluhan utama penderita
untuk berobat ke dokter. Kadang- kadang penderita diabetes melitus tidak menunjukkan
gejala akut (mendadak), tetapi penderita tersebut baru menunjukkan gejala setelah
beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit diabetes melitus. Gejala ini
dikenal dengan gejala kronik atau menahun.
Gejal kronik yang sering timbul pada penderita diabetes adalah seperti yang
disebut dibawah ini :
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas, atau seperti tertususk- tusuk jarum, rasa tebal pada kulit telapak
kaki, sehingga kalau berjalan seperti diatas bantal atau kasur.
c. Kram
d. Capai, pegal-pegal
e. Mudah mengantuk
f. Gatal di sekitar kemaluan, terutama wanita
g. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
h. Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten dan
i. Para ibu hamil sering mengalami gangguan dan kematian janin dalam kandungan
atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 3,5 kg.
Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel ß pulau Langerhans dalam pankreas.
Berbagai stimulus merupakaninsulin dari granula penyimpanan dalam sel ß, tetapi
stimulus yang paling kuat adalah peningkatan glukosa plasma (hiperglikemia). Insulin
terikat pada reseptor spesifik dalam membran sel dan memulai sejumlah aksi,
termasuk peningkatan ambilan glukosa oleh hati, otot, dan jaringan adiposa. Insulin
adalah polipeptida yang mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai
(Adan B) dan dihubungkan oleh ikatan sulfida. Suatu prekursor yang disebut
proinsulin, dihidrolisis dalam granula penyimpanan untuk membentuk insulin dan
peptida C residual. Granula menyimpan insulin sebagai kristal yang mengandung
zink dari insulin.
Glukosa merupakan stimulus paling kuat untuk pelepasan insulin dari sel- sel ß
pulai Langerhans. Terdapat sekresi basal yang kontinue dengan lonjakan pada waktu
makan. Sel-sel ß memiliki kanal K+ yang diatur oleh adenosin triphosfat (ATP)
intraselular. Saat glukosa darah meningkat, lebih banyak glukosa memasuki sel ß dan

3
metabolismenya menyebabkan peningkatan ATP intraselular yang menutup kanal ATP.
Depolarisasi sel, depolarisasi sel ß yang diakibatkannya mengawali influks ion Ca2+
melalui kanal Ca2+ yang sensitif tegangan dan ini memicu pelepasan insulin.
Reseptor insulin adalah glikoprotein pembentuk membran yang terdiri dari dua
subunit alfa dan dua subunit beta yang terikat secara kovalen oleh ikatan disulfida.
Setelah insulin terikat pada subunit alfa, kompleks insulin- reseptor memasuki sel,
dimana insulin dihancurkan oleh enzim lisosom. Internalisasi dari kompleks insulin –
reseptor mendasari down-regulation reseptor yang dihasilkan oleh kadar insulin tinggi
( misalnya pada pasien obesitas). Ikatan insulin pada reseptor mengaktivasi aktivitas
tirosin kinase subunit beta dan memulai suatu rantai kompleks reaksi-reaksi yang
menyebabkan efek insulin.
Sekretagok insulin mempunyai efek hipoglikemik dengan cara stimulasi sekresi
insulin oleh sel ß pankreas. Golongan ini meliputi:
1. Golongan sulfonilurea
Obat ini hanya efektif pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang tidak begitu
berat, yang sel-sel ß masih bekerja cukup baik. Mekanisme kerja dari golongan
sulfonilurea antara lain :
a. Merangsang fungsi sel-sel ß pulai Langerhans pankreas agar dapat
menghasilkan insulin.
b. Mencegah (inhibisi) konversi glikogen hati kembali ke glukosa.
c. Meningkatkan penggunaan glukosa darah.
Sulfonilurea dibagi dalam dua golongan/ generasi yaitu :
a. Generasi pertama meliputi: Tolbutamide, Acetohexamide, Tolazamide,
Chlorpropamide.
b. Generasi kedua meliputi : Glibenclamide, Gliclazide, Glipizide, Gliquidon dan
Glibonuride.
2. Golongan Glinida
Sekretagok insulin baru, yang kerjanya melalui reseptor sulfonilurea dan
mempunyai struktur yang mirip dengan sulfonilurea. Repaglinid dan nateglinid
kedua- duanya diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara orla. Repaglinid
mempunyai masa paruh yang singkat dan dapat menurunkan kadar glukosa darah
puasa. Sedangkan nateglinid mempunyai masa tinggal yang lebih singkat dan tidak
dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah puasa.

4
3. Sintizer Insulin
Golongan obat ini meliputi obat hipoglikemik golongan biguanida dan
thiazolidinedione, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara
efektif.
a. Golingan Biguanida
Saat ini golongan yang banyak dipkai adalah metformin. Mekanisme kerja
golongan biguanid (metformin) ;
1) Meningkatkan glikolisis anaerobik hati.
2) Meningkatkan uptake glukosa di jaringan perifer atau mengurangi
glukoneogenesis.
3) Menghambat absorpsi glukosa dari usus.
b. Golongan Thiazolidinedione atau Glitazon
Golongan obat ini mempunyai efek farmakologis untuk meningkatkan
sensitivitas insulin. Glitazon merupakan agonist perixisomeproliferator- activated
receptor gamma (PPAR) yang sangat selektif dan poten. Reseptor PPAR gamma
terdapat dijaringan target kerja insulin yaitu jaringan adiposa, otot sklet dan hati,
sedang reseptor pada organ tersebur merupakan regulator homeostatis lipid,
diferesiensi adiposit, dan kerja insulin.

II. 2 Uraian Bahan dan Obat


1. Uraian Bahan
a. Na- CMC (Ditjen POM, 1979: 401)
Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHYL CELLULOSUM
Nama Lain : Natrium karboksimetilselulosa
Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau kuning gading atau tidak
berbau, atau hampir tidak berbau, higroskopik.
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi koloidal,
tidak larut dalam etanol 95% P,dalam tere P, dalam pelarut
organik lain.
Kegunaan : Zat pensuspensi

5
b. Aqua Pro Injeksi (Ditjen POM, 1979; 97)
Nama Resmi : AQUA STERILE PRO INJECTION
Nama Lain : Air steril untuk injeksi
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : sebagai pelarut

c. Glukosa (Ditjen POM, 1979)


Nama Resmi : GLUCOSUM
Nama Lain : Glukosa
Pemerian : Hablur, tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran putih,
tidak berbau, rasa manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air
mendidih, agak sukar larut dalam etanol 95 % P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : sebagai penginduksi

2. Uraian Obat
a. Metformin
Nama sediaan : Metformin tablet
Nama paten : Eraphage, Glucophage, Glucotica
Indikasi : Pengobatan penderita diabetes yang baru terdiagnosis setelah
deawasa, dengan atau tanpa kelebihan berat badan atau diet
tidak berhasil.
Sebagai kombinasi terapi pada penderita yang tidak responsif
terhadap terapi tunggal sulfonilurea baik primer maupun
sekunder.
Sebagai obat pembantu untuk mengurangi dosis insulin
apabila dibutuhkan.
Konta indikasi : Penderita kardiovaskuler, gagal ginjal, gagal hati, dehidrasi
dan peminum alkohol, koma diabetik, ketoasidosis, infark
miokardial, keadaan kronik akut yang berhubungan dengan
asidosis laktat seperti syok, insufisiensi pulmonar, riwayat
asidosis laktat.

6
Efek samping : Efek samping bersifat reversible pada saluran cerna termasuk
anoreksia, gangguan perut, mual, muntah, rasa logam pada
mulut dan diare. Dapat menyebabkan asidosis tetapi
kematian akibat insiden ini lebih rendah dari kasus
hipoglikemia yang disebabkan oleh glibenklamid.
Kemasan : Metformin® 500 : kotak, 10 strip @ 10 tablet salut selaput,
Metformin® 850 : kotak, 10 strip @ 10 tablet salut selaput
No. REG : GKL 9805024917 A1
Produksi : Dexa medica.

b. Glibenklamid
Nama sediaan : Glibenklamid tablet
Nama Paten : Daonil, Euglucon, Prodiabet, Prodiamel
Indikasi : Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (Type II, matuary
onset diabetes) yang tidak responsif diet saja.
Konta indikasi : Glibenklamid tidak boleh diberikan pada diabetes melitus
juvenil, prekoma dan koma diabetes, gangguan fungsi ginjal
berat, fungsi tiroid atau adrenal. Penderita yang hipersensitif
terhadap glibenklamid.
Efek samping ; Kadang-kadang terjadi gangguan saluran pencernaan seperti,
mual, muntah dn nyeri apigastrik, sakit kepala, dema, reaksi
alergi pada kulit.
Kemasan : Glibenklamid® 5 mg, botol cap captab, Glibenklamid® 5 mg,
kotak 10 strip @ 10 captab.
No. REG : GKL 9520904004 A1
Produksi : Indofarma

c. Glucovance
Nama Sediaan : Glucovance tablet
Komposisi : Glibenklamid 1,25/250, metformin 5/500 mg,.
Indikasi ; Terapi tahap 2 untuk diabetes tipe 2 bila diet, olah raga dan
pengobatan awal dengan suatu sulfonilurea atau metformin
tidak menghasilkan kontrol glikemik yang cukup.

7
Kontra indikasi : Wanita hamil atau menyusui, sakit ginjal, gagal jantung
kongestif.
Efek Samping : Infeksi pernapasan atas, diare, pusing, mual, muntah.
Kemasan : 10 x 10 tab
Produksi : Merck Indonesia

8
BAB III
METODE KERJA

III. 1 Alat dan Bahan


III.1.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu: glukometer,
gelas kimia, hot plate, kanula, lumpang dan alu, neraca analitik, lap halus,
platform, pisau katter, dan timbangan kasar.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquadest,
glibenklamid, glukosa 50 %, glucovance, kertas perkamen, metformin HCL
dan Na. CMC.

III. 2 Cara kerja


IIl.2.1 Penyiapan Hewan Coba
1. Disiapkan hewan coba berupa mencit yang sehat.
2. Mencit dipuasakan kurang lebih 8 jam
3. Mencit ditimbang sebanyak 4 ekor.
4. Mencit diberi tanda.
5. Mencit siap digunakan.
IIl.2.2 Penyiapan Bahan
1. Na. CMC
- Ditimbang Na. CMC sebanyak 350 mg.
- Dipanaskan Air suling sebanyak 350 ml dipanaskan hingga 70° C,
diangkat dan dibiarkan hangat.
- Disiapkan lumpang dan alu, dimasukkan Na. CMC dan ditambahkan air
sedikit demi sedikit ad 350 ml.
- Digerus terus menerus hingga terbentuk suspensi.
2. Pembuatan sediaan glukosa 50 %
- Disiapkan alat dan bahan.
- Ditimbang sukrosa 50 gram.
- Dilarutkan dalam 100 ml aquadest ad homogen.

9
3. Pembuatan sediaan glibenklamid
- Disiapkan alat dan bahan.
- Ditimbang tablet glibenklamid satu persatu sebanyak 5 tablet, dihitung
rata- ratanya.
- Digerus kelima tablet tersebut ad halus, ditimbang lagi 154 mg
kemudiaan dicampurkn dengan 100 ml larutan Na. CMC ad larut.
- Dimsukkan sediaan ke dalam spoit oral 0,67 ml dan sediaan siap
digunakan.
4. Pembuatan sediaan metformin
- Disiapkan alat dan bahan.
- Ditimbang tablet metformin satu persatu sebanyak 5 tablet, dihitung
rata- ratanya.
- Digerus kelima tablet tersebut ad halus, ditimbang lagi 154 mg
kemudiaan dicampurkn dengan 100 ml larutan Na. CMC ad larut.
- Dimsukkan sediaan ke dalam spoit oral 0,63 ml dan sediaan siap
digunakan.
5. Pembuatan sediaan glucovance
- Disiapkan alat dan bahan.
- Ditimbang tablet gliucovance satu persatu sebanyak 5 tablet, dihitung
rata- ratanya.
- Digerus kelima tablet tersebut ad halus, ditimbang lagi 165 mg
kemudiaan dicampurkn dengan 100 ml larutan Na. CMC ad larut.
- Dimsukkan sediaan ke dalam spoit oral 0,67 ml dan sediaan siap
digunakan.
IIl.2.3 Perlakuan Hewan Coba
1. Mencit 1
- Diukur gula darah awal mencit dengan memakai glukometer.
- Diberi glukosa 50 % sebanyak 1 ml.
- Dibiarkan selama 15 menit.
- Diukur kadar gula darah mencit.
- Diberi Na. CMC sebanyak 1 ml.
- Diukur gula darah mencit pada menit ke 10, 20 dan 30.

10
2. Mencit 1
- Diukur gula darah awal mencit dengan memakai glukometer.
- Diberi glukosa 50 % sebanyak 1 ml.
- Diukur kadar gula darah mencit.
- Diberi sediaan metformin sebanyak 0,6 ml secara oral.
- Diukur gula darah mencit pada menit ke 10, 20 dan 30.
3. Mencit III
- Diukur gula darah awal mencit dengan memakai glukometer.
- Diberi glukosa 50 % sebanyak 1 ml.
- Diukur kadar gula darah mencit.
- Diberi sediaan glucovance sebanyak 0,7 ml secara oral.
- Diukur gula darah mencit pada menit ke 10, 20 dan 30.
4. Mencit 1V
- Diukur gula darah awal mencit dengan memakai glukometer.
- Diberi glukosa 50 % sebanyak 1 ml.
- Diukur kadar gula darah mencit.
- Diberi sediaan glibenklamid sebanyak 0,6 ml secara oral.
- Diukur gula darah mencit pada menit ke 10, 20 dan 30.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

Berat Kadar gula Sesudah Kadar gula darah


Zat uji Badan awal diinduksi (mg/dl) setelah menit
Mencit (mg/dl) (mg/dl) 15’ 30’ 45’
Na. CMC 21 gram 34 64 62 70 84
Metformin 21,3 gram 40 108 70 83 122
Glibenklamid 25 gram 46 100 80 96 110
Glucovance 22,6 gram 40 31 202 134 128

Perhitungan % penurunan

 Mencit 1 (metformin)
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 –𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Rumus = × 100 %
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

108−122
= × 100 % = - 12,96 %
108

 Mencit 2 (Glibenklamid)
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 –𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Rumus = × 100 %
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

100−110
= × 100 % = - 9,09 %
110

 Mencit 3 (Glucovance)
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 –𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Rumus = × 100 %
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

31−128
= × 100 % = - 312,90 %
31

12
IV.1 Pembahasan
Diabetes merupakan suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai
dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau
absolute. Adapun tujuan dari praktikum kali ini, yaitu mengetahui pengaruh obat-obat
antidiabetes,mengetahui penggolongan obat antidiabetes serta mengetahui mekanisme
kerja dari obat antidiabetes.
Sebelum dilakukan percobaan, hewan yang akan diuji (Mencit) dipuasakan dengan
cara tidak diberi makan atau minum. Hal ini bertujuan untuk menormalkan kadar
glukosa dalam darah mencit dan agar glukosa darah nantinya tidak dipengaruhi oleh
glukosa yang berasal dari makanan mencit. Pada praktikum kali ini dilakukan uji
kadar gula darah pada mencit (Mus musculus) dengan memakai alat glukometer yang
merupakan alat yang dipakai untuk mengukur kadar gula darah. Selanjutnya mencit
ditimbang dan diberi tanda pada bagian punggungnya. Mencit dikelompokkan
menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif (Mencit diberi Na.CMC),
Kelompok uji (kelompok 1 diberi metformin, kelompok 2 diberi glibenklamid dan
kelompok 3 diberi glucovance). Kemudian semua mencit di tes kadar gulanya dengan
alat glukometer dan dicatat hasilnya pada waktu 0 menit. Setelah iyu mencit diinduksi
dengan pemberian glukosa 50 % secara peroral untuk meningkatkan kadar gula dalam
darah mencit.
Selanjutnya mencit yang menjadi kontrolnegatif diberikan Na.CMC 50% secara
peroral sebanyak 1 ml, lalu dicek kadar gula darahnya tiap 10, 20 dan 30 menit;
mencit yang menjadi kontrol positif kelompok 1 diberikan metformin secara peroral
sebanyak 0,63 ml, lalu mencit 2 diberikan glibenklamid secara peroral sebanyak 0,67
ml dan kelmpok mencit 3 diberikan glucovance secara peroral sebanyak 0,67 ml.
Kemudian mencit didiamkan dan diukur kadar gulanya tiap menit ke 10, 20 dan 30.
Dari data pengamtan yang dilakukan, Na. CMC sebagai kontrol negatif didapatkan
peningkatan kadar glukosa setelah pemberian induksi glukosa dengan interval 10’,
20’, dan 30’ mengalami peningkatan sebesar 62 mg/dl, 72 mg/dl dan hingga 84 mg/dl.
Hal ini dikarenakan selain Na.CMC sebagai kontrol negative yang tidak memiliki
efek antidiabetik, Na.CMC juga merupakan selulosa yang tergolong polisakarida
sehingga dapat semakin meningkatkan kadar gula dalam darah.
Pada metformin setelah pemberian didapatkan peningkatan kadar glucosa setelah
pemberian obat dengan interval 15’, 30’ dan 45 mengalami peningkatan kadar glucosa
didalam darah, hal tersebut sesuai dengan literatur yang ada dimana metformin

13
merupakan obat turunan biguinida yang tidak dapat mensekresi insulin. Sehingga obat
ini digolongkan sebagai obat antihipoglikemia. Mekanisme kerja dari metformin itu
sendiri adalah berdaya mengurangi resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas
jaringan perifer untuk insulin.
Selanjutnya glibenklamid merupakan antidibetik efektif dimana didapatkan
peningkatan kadar glucosa setelah pemberian obat dengan interval 15’, 30’ dan 45’
mengalami peningkatan sebesar 80 mg/dl, 96 mg/dl dan 100 mg/dl. Glibenklamid
bekerja dengan cara menstimulasi sekresi insulin setiap pemakaian glukosa. Insulin
yang dihasilkan akan mengubah glukosa dalam darah menjadi glikogen yang akan
disimpan dalam jaringan otot dan adiposa.
Kemudian glucovance setelah pemberian terjadi peningkatan dan penurunan kadar
glucosa setelah pemberian obat dengan interval 15’, 30’ dan 45 mengalami
peningkatan dan penurunan sebesar 202 mg/dl, 134 mg/dl dan 128 mgg/dl hal tersebut
sesuai dengan literatur yang ada dimana glucovance bekerja untuk menunkan kadar
gula darah tinggi dalam beberapa cara. Komponen glibenklamid merangsang prankeas
untuk memproduksi banyak insulin dan membantu tubuh menggunakannya dengan
benar , komponen metformin juga mendorong pemanfaatan insulinyang tepat, dan
disamping bekerja untuk menurunkan produksi dan penyerapan gula.
Adapun faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi data yang diperoleh yaitu,
kurangnya mencit jantan yang diujikan sehingga praktikum tidak efisiensi, kurangnya
waktu puasa mencit, dan ketidak kelitian praktikan dalam pemberian volume injeksi
pada mencit.

14
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan pada praktikum antidiabetes maka dapat
disimpulkan bahwa obat yang paling bagus digunakan adalah glucovance dimana
glucovance memberikan reaksi yang cepat untuk menurunkan kadar gula pada
mencit.

15

Anda mungkin juga menyukai