Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peredaran zat-zat gizi dari karbohidrat, lemak, dan protein dalam proses
metabolisme dipengaruhi oleh berbagai hormon, termasuk hormon insulin,
glukagon, ephineprin, kortisol, dan hormon pertumbuhan. Pada berbagai kondisi
insulin dan glukagon secara normal merupakan hormon pengatur yang paling
dominan mengubah jalur metabolik dari anabolisme netto menjadi katabolisme
netto bolak-balik dan penghematan glukosa, yang masing-masing bergantung
pada apakah tubuh berada dalam keadaan kenyang atau puasa.
Pankreas berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya
sebagai organ endokrin didukung oleh pulau-pulau Langerhans (Islets of
Langeerhans) yang terdiri tiga jenis sel yaitu; sel alpha (α) menghasilkan
glukagon, sel beta (β) menghasilkan insulin dan merupakan jenis sel pankreas
paling banyak, sel deltha (D) menghasilkan somatostatin namun fungsinya belum
jelas diketahui, dan sel PP menghasilkan polipeptida pancreas.
Bahkan keseimbangan kadar gula darah sangat dipengaruhi oleh kedua
hormon ini. Fungsi kedua hormon ini saling bertolak belakang. Kalau secara
umum, sekresi hormon insulin akan menurunkan kadar gula dalam darah
sebaliknya untuk sekresin hormon glukagon akan meningkatkan kadar gula dalam
darah. Perangsangan glukagon bila kadar gula darah rendah, dan asam amino
darah meningkat. Efek glukagon ini juga sama dengan efek kortisol, GH dan
epinefrin. Dalam meningkatkan kadar gula darah, glukagon merangsang
glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan
transportasi asam amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis
(pemecahan glukosa dari yang bukan karbohidrat).
Insulin adalah hormon yang mengubah glukosa menjadi glikogen, dan
berfungsi mengatur kadar gula darah bersama hormon glukagon. Kekurangan
insulin karena cacat genetik pada pankreas, menyebabkan seseorang menderita
diabetes melitus (kencing manis) yang berdampak sangat luas terhadap kesehatan,
mulai kebutaan hingga impotensi. Sebelum ditemukan teknik sintesis insulin,
hormon ini hanya bisa diperoleh dari ekstraksi pankreas babi atau sapi, dan sangat
sedikit insulin bisa diperoleh. Setelah ditemukan teknik sintesis insulin di bidang
bioteknologi inilah, harga insulin bisa ditekan dengan sangat drastis sehingga bisa
membantu para penderita diabetes melitus.

B. Rumusan Masalah
1. Apa dimaksud dengan insulin?
2. Apa saja fungsi dari insulin ?
3. Bagaiman mekanisme kerja insulin?
4. Bagaimana efek samping dari insulin?
5. Bagaimana pembuatan insulin manusia oleh bakteri?
6. Bagaimana penggolongan sediaan insulin?
7. Bagaimana cara pemberian insulin?
8. Bagaiman cara injeksi insulin dan dimna lokasi injeksi insulin ?
9. Apa saja penyakit akibat gangguan hormon insulin ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dengan insulin.
2. Untuk mengetahui fungsi dari insulin
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja insulin.
4. Untuk mengetahui efek samping dari insulin.
5. Untuk mengetahui pembuatan insulin manusia oleh bakteri
6. Untuk mengetahui penggolongan sediaan insulin.
7. Untuk mengetahui cara pemberian insulin.
8. Untuk mengetahui cara injeksi insulin dan lokasi innjeksi insulin
9. Untuk mengetahui penyakit akibat gangguan hormon insulin

D. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai suatu media
informasi bagi mahasiswa dan masyarakat umum terutama penderita dibetes
militus untuk mengetahui mengenai hormon insulin
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Insulin
Insulin adalah hormon utama yang mengendalikan glukosa dari darah ke
dalam sebagian besar sel (terutama sel otot dan lemak, tetapi tidak pada sel sistem
saraf pusat). Oleh karena itu, kekurangan insulin atau kekurangpekaan reseptor-
reseptor memainkan peran sentral dalam segala bentuk diabetes mellitus.
Sebagian besar karbohidrat dalam makanan akan diubah dalam waktu beberapa
jam ke dalam bentuk gula monosakarida yang merupakan karbohidrat utama yang
ditemukan dalam darah dan digunakan oleh tubuh sebagai bahan bakar. Insulin
dilepaskan ke dalam darah oleh sel beta (β-sel) yang berada di pankreas, sebagai
respons atas kenaikan tingkat gula darah, biasanya setelah makan. Insulin
digunakan oleh sekitar dua pertiga dari sel-sel tubuh yang menyerap glukosa dari
darah untuk digunakan sel-sel sebagai bahan bakar, untuk konversi ke molekul
lain yang diperlukan, atau untuk penyimpanan.
Insulin juga merupakan sinyal kontrol utama untuk konversi dari glukosa
ke glycogen untuk penyimpanan internal dalam hati dan sel otot. Tingkatan
insulin yang lebih tinggi menaikkan anabolic (rangkaian jalur metabolisme untuk
membangun molekul dari unit yang lebih kecil), seperti proses pertumbuhan sel
dan duplikasi, sintesa protein, lemak dan penyimpanan. Insulin adalah sinyal
utama dalam mengkonversi banyak bidirectional proses metabolisme dari
catabolic (rangkaian jalur metabolisme untuk membongkar molekul-molekul ke
dalam bentuk unit yang lebih kecil dan melepaskan energi) ke anabolic, dan
sebaliknya. Secara khusus, tingkatan insulin yang lebih rendah berguna sebagai
pemicu masuk keluarnya ketosis (fase metabolik pembakaran lemak).
Jika jumlah insulin yang tersedia tidak cukup, jika sel buruk untuk
merespon efek dari insulin (kekurangpekaan atau perlawanan terhadap insulin),
atau jika insulin cacat/defective, maka gula tidak akan diserap dengan baik oleh
orang-orang sel-sel tubuh yang memerlukannya dan tidak akan disimpan dengan
baik di hati dan otot. Efek selanjutnya adalah tingkat gula darah yang tetap tinggi ,
miskin sintesis protein, dan lainnya kekacauan metabolisme lainnya, seperti
acidosis yaitu meningkatnya keasaman (konsentrasi ion hidrogen) dalam darah.
Insulin telah digunakan sebagai terapi pada manusia sejak awal tahun 1990.
Tetapi tahukah Anda jika insulin memiliki beberapa jenis yang diklasifikasikan
berdasar pada durasi kerjanya? Yang dimaksud dengan durasi kerja insulin adalah
lamanya waktu yang diperlukan oleh insulin untuk mencapai aliran darah dan
mulai menurunkan kadar gula dalam darah sejak ia dimasukkan ke dalam tubuh
penderita. Berdasar waktu yang diperlukan dalam bekerja, insulin terbagi dalam 4
jenis insulin yaitu reaksi pendek, reaksi panjang, reaksi menengah dan reaksi
cepat.
Insulin reaksi pendek disebut juga sebagai clear insulin, ia adalah jenis
obat insulin yang memiliki sifat transparan dan mulai bekerja dalam tubuh dalam
waktu 30 menit sejak ia dimasukkan ke dalam tubuh. Obat insulin ini bekerja
secara maksimal selama 1 sampai 3 jam dalam aliran darah penderita, dan segera
menghilang setalah 6-8 jam kemudian. Maka penderita diabetes harus mengulang
beberapa kali dalam sehari jika menggunakan insulin jenis ini. Insulin reaksi
panjang merupakan jenis insulin yang mulai bekerja 1 hingga 2 jam setelah ia
disuntikkan ke dalam tubuh seseorang. Tetapi obat insulin ini tidak memiliki masa
reaksi puncak, sehingga ia bekerja secara stabil dalam waktu yang lama yaitu 24
sampai 36 jam di dalam tubuh penderita diabetes. Karena pengaruhnya dapat
bertahan dalam waktu yang lama, maka penderita dapat tetap mimiliki energi
meskipun ia tidak mengkonsumsi makanan.
Obat insulin yang termasuk jenis ini adalah Levemir dan Lantus. Sebuah
studi yang dilakukan oleh Russel Jones pada tahun 2007 mengungkapkan bahwa
Levemir lebih mampu ditoleransi oleh tubuh manusia dengan baik karena
menimbulkan efek penambahan berat badan yang minimal. Jenis insulin reaksi
menengah adalah insulin yang mulai efektif bekerja menurunkan gula darah sejak
1 sampai 2 jam setelah disuntikkan ke dalam tubuh. Obat ini bereaksi secara
maksimal selama 6-10 jam, dan berakhir setelah 10-16 jam setelahnya, contohnya
Humulin m3, Hypurin, dan Insuman. Insulin reaksi cepat akan langsung bekerja
5-15 menit setelah masuk ke dalam tubuh penderita. Ia memiliki tingkat reaksi
maksimal selama 30-90 menit, dan pengaruhnya akan segera menghilang setelah
3-5 jam kemudian. Contoh obat insulin ini berupa Lispro, Actrapid, Novorapid,
dan Velosulin.
Masa reaksi obat insulin juga dipengaruhi oleh kemampuan tubuh
seseorang dalam merespon obat ini. Maka diproduksi pual jenis insulin campuran,
yang merupakan kombinasi dari dua jenis-jenis insulin di atas. Selain itu
penggunaanya harus dibawah pengawasan dokter untuk menentukan dosis yang
sesuai dengan kebutuhan setiap penderita.
Indikasi Terapi dengan Insulin
· Semua penyandang DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena
produksi insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak ada.
· Penyandang DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi
jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
· Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark
miokard akut atau stroke.
· DM gestasional dan penyandang DM yang hamil membutuhkan insulinbila
diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
· Ketoasidosis diabetik.
· Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.
· Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan
suplemen tinggi kalori, untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat,
secara bertahap akan memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan
kadar glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau
ketika terjadi peningkatan kebutuhaninsulin.
· Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
· Kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemi oral.

Berdasarkan lama kerjanya, insulin dibagi menjadi 4 macam, yaitu:


1. Insulin kerja singkat
Yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin / CZI ). Saat ini
dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral. Preparat yang
ada antara lain : Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan 30
menit sebelum makan, mencapai puncak setelah 1– 3 macam dan efeknya dapat
bertahan samapai 8 jam.
2. Insulin kerja menengah
Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn ( NPH ),MonotardÒ,
InsulatardÒ. Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5 – 2.5 jam. Puncaknya tercapai
dalam 4 – 15 jam dan efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam.
3. Insulin kerja panjang
Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari
tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lam, yaitu sekitar 24 –
36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard
4. Insulin infasik (campuran)
Merupakan kombinasi insulin jenis singkat dan menengah. Preparatnya: Mixtard
30 / 40. Pemberian insulin secara sliding scale dimaksudkan agar pemberiannya
lebih efisien dan tepat karena didasarkan pada kadar gula darah pasien pada waktu
itu. Gula darah diperiksa setiap 6 jam sekali.
Dosis pemberian insulin tergantung pada kadar gula darah, yaitu :
· Gula darah < 60 mg % = 0 unit
· Gula darah < 200 mg % = 5 – 8 unit
· Gula darah 200 – 250 mg% = 10 – 12 unit
· Gula darah 250 - 300 mg% = 15 – 16 unit
· Gula darah 300 – 350 mg% = 20 unit
· Gula darah > 350 mg% = 20 – 24 unit

B. Fungsi hormon insulin

Fungsi hormon insulin yang utama adalah untuk melawan beberapa fungsi
hormon yang menyebabkan hiperglikemia dan sekaligus bersamaan dalam
mempertahankan jumlah glukosa dalam darah tetap normal. Insulin berperan
dalam penggunaan glukosa oleh sel tubuh untuk pembentukan energi. Apabila
tidak ada insulin maka sel tidak dapat menggunakan glukosa sehingga proses
metabolisme menjadi terganggu.Disamping fungsinya yang mengatur dalam
metabolisme glukosa, insulin juga berfungsi untuk:

 Merangsang terjadinya sintesis asam lemak (fatty acids), yang mana asetil
ko-enzim A dikonversi menjadi asam lemak. Inilah yang dinamakan
lipogenesis.
 Meningkatkan pengangkutan asam amino ke dalam sel.
 Mengurangi terjadinya pemecahan lipid (lemak) yang disebut lipolisis.
 Memodulasi transkripsi dan merangsang pemindahan protein, sintesis
DNA, pertumbuhan sel, dan penggandaan sel, yang semuanya terkait
dengan fungsi pertumbuhan.
 Membantu pembakaran dan penyerapan glukosa oleh sel badan.
 Menyeimbangkan paras glukosa di dalam darah dan mencegah kencing
manis.
 Membantu sel menyimpan tenaga dalam bentuk glukosa di dalam hati.
 Membantu proses penyimpanan glukosa berlebihan dalam bentuk lemak
didalam hati. Bila glukosa terlalu banyak dalam darah, hormone insulin
mendorong penyimpanan glukosa (glikogen) di hati (lever) dan sel otot.

C. Mekanisme Kerja Insulin

Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu transpor
glukosa dari darah ke dalam sel. Kekurangan insulin menyebabkan glukosa darah
tidak dapat atau terhambat masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa darah akan
meningkat, dan sebaliknya sel-sel tubuh kekurangan bahan sumber energi
sehingga tidak dapat memproduksi energi sebagaimana seharusnya.
Sekresi insulin dapat dibagi menjadi sekresi insulin basal (saat puasa atau
sebelum makan) dan insulin prandial (setelah makan).
1) Sekresi insulin basal kira-kira 1 unit/jam dan terjadi diantara waktu makan,
waktu malam hari dan keadaan puasa.
2) Sekresi insulin prandial menghasilkan kadar insulin 5-10 kali lebih besar dari
kadar insulin basal dan diproduksi secara pulsatif dalam waktu 0,5-1 jam sesudah
makan dan mencapai puncak dalam 30-45 menit, kemudian menurun dengan
cepat mengikuti penurunan kadar glukosa basal. Kemampuan sekresi insulin
prandial berkaitan erat dengan kemampuan ambilan glukosa oleh jaringan perifer.
Pada pasien diabetes mellitus tidak memiliki kemampuan untuk
mengambil dan menggunakan gula darah, sehingga kadar gula darah meningkat.
Pada diabetes tipe I, pancreas tidak dapat memproduksi insulin. Sehingga
pemberian insulin eksogen diperlukan. Pada diabetes tipe 2, pasien memproduksi
insulin, tetapi sel tubuh tidak meerespon insulin dengan normal. Namun demikian,
insulin juga digunakan pada diabetes tipe 2 untuk mengatasi resistensi sel
terhadap insulin.

D. Efek Samping Insulin


· Hipoglikemia
· Lipoatrofi
· Lipohipertrofi
· Alergi sistemik atau local
· Resistensi insulin
· Edema insulin
· Sepsis
Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling berbahaya dan dapat
terjadi bila terdapat ketidaksesuaian antara diet, kegiatan jasmani dan
jumlah insulin. Pada 25-75% pasien yang diberikan insulin konvensional dapat
terjadi Lipoatrofi yaitu terjadi lekukan di bawah kulit tempat suntikan akibat atrofi
jaringan lemak. Hal ini diduga disebabkan oleh reaksi imun dan lebih sering
terjadi pada wanita muda terutama terjadi di negara yang memakai insulin tidak
begitu murni. Lipohipertrofi yaitu pengumpulan jaringan lemak subkutan di
tempat suntikan akibat lipogenikinsulin. Lebih banyak ditemukan di negara yang
memakai insulin murni. Regresi terjadi bila insulin tidak lagi disuntikkan di
tempat tersebut.
Reaksi alergi lokal terjadi 10x lebih sering daripada reaksi sistemik
terutama pada penggunaan sediaan yang kurang murni. Reaksi lokal berupa
eritem dan indurasi di tempat suntikan yang terjadi dalam beberpa menit atau jam
dan berlagsung. Selama beberapa hari. Reaksi ini biasanya terjadi beberapa
minggu sesudah pengobatan insulin dimulai. Inflamasi lokal atau infeksi mudah
terjadi bila pembersihan kulit kurang baik, penggunaan antiseptiK yang
menimbulkan sensitisasi atau terjadinya suntikan intrakutan, reaksi ini akan hilang
secara spontan. Reaksi umum dapat berupa urtikaria, erupsi kulit, angioudem,
gangguan gastrointestinal, gangguan pernapasan dan yang sangat jarang ialah
hipotensi dan shock yang diakhiri kematian.
Jika insulin diberikan lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk
metabolisme glukosa timbul reaksi hipoglikemia atau syok insulin dapat diatasi
dengan memberikan gula peroral atau intravena meningkatkan pemakaian insulin.
Pada keadaan dimana jumlah insulin tidak cukup, gula tidak dapat
dimetabolismesasikan sehinggga terjadi metabolisme lemak, pemakaian asam
lemak [ keton ] untuk energi menimbulkan ketoasidosis.

E. Pembuatan Insulin Manusia Oleh Bakteri


Pembuatan insulin secara komersial sangat bermanfaat dalam pengobatan
penyakit diabetes melitus yang disebabkan oleh gangguan produksi insulin. Proses
pembuatan insulin ini memanfaatkan teknik DNA rekombinan. Berikut tahapan
dalam proses pembuatan tersebut:
1 Pengisolasian Vektor (plasmid E.coli) dan DNA Pengkode Insulin.
Kode genetik insulin terdapat dalam DNA di bagian atas lengan pendek
dari kromosom ke-11 yang berisi 153 basa nitrogen (63 dalam rantai A dan 90
dalam rantai B). DNA pengkode insulin dapat diisolasi dari gen manusia yang
ditumbuhkan dalam kultur di laboratorium. Selain itu, dapat pula disintesis rantai
DNA yang membawa sekuens nukleotida spesifik yang sesuai karakteristik rantai
polipeptida A dan B dari insulin. Urutan DNA yang diperlukan dapat ditentukan
karena komposisi asam amino dari kedua rantai telah dipetakan. Enam puluh tiga
nukleotida yang diperlukan untuk mensintesis rantai A dan sembilan puluh untuk
rantai B, ditambah kodon pada akhir setiap rantai yang menandakan pengakhiran
sintesis protein.
Vektor yang digunakan adalah plasmid E.coli yang mengandung amp-R
sehingga sel inang akan resistan terhadap amphisilin serta mengandung lac-Z
yang menghasilkan β-galactosidase sehingga dapat menghidrolisis laktosa.
2 Penyelipan DNA Insulin ke dalam Vektor (plasmid E.Coli)
Masing-masing DNA insulin dan plasmid E.Coli dipotong dengan enzim
restriksi yang sama. Kemudian DNA insulin A dan B secara terpisah diselipkan
ke dalam plasmid berbeda dengan menggunakan enzim ligase.

3 Pemasukan Plasmid Rekombinan ke dalam Sel E.Coli


Plasmid yang telah diselipkan DNA insulin (plasmid rekombinan)
dicampurkan dalam kultur bakteri E.Coli. Bakteri-bakteri tersebut akan
mengambil plasmid rekombinan melalui proses transformasi. Akan tetapi, tidak
semua bakteri mengambil plasmid tersebut.

4 Pengklonan Sel yang Mengandung Plasmid Rekombinan


Sel yang mengandung plasmid rekombinan dapat diseleksi dari sel yang
tidak mengandung plasmid rekombinan. Medium nutrien bakteri yang digunakan
mengandung amphisilin dan X-gal. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya,
plasmid yang digunakan sebagai vektor ini mengandung amp-R dan lac-Z
sehingga sel bakteri yang mengandung plasmid rekombinan akan tumbuh dalam
medium tersebut karena resisten terhadap amphisilin serta akan berwarna putih
karena plasmid yang mengandung gen asing (gen insulin manusia) dalam gen lac-
Z tidak dapat memproduksi β-galactosidase sehingga tidak dapat menghidrolisis
laktosa.

5 Identifikasi Klon Sel yang Membawa Gen Insulin


Proses ini dilakukan melalui hibridisasi asam nukleat. Pada proses ini,
disintesis probe asam nukleat yang mengandung komplementer dari gen insulin,
probe dilengkapi dengan isotop radioaktif atau fluorosen.
6 Pomproduksian dalam Sekala Besar
Klon sel yang telah diidentifikasi diproduksi dalam skala besar dengan
cara ditumbuhkan dalam tangki yang mengandung medium cair. Gen insulin
diekspresikan bersama dengan sel bakteri yang mengalami mitosis. Rantai insulin
A dan rantai B yang dihasilkan kemudian dicampurkan dan dihubungkan dalam
reaksi yang membentuk jembatan silang disulfida.
Pada saat ini, peneliti mulai menggunakan vektor plasmid dari sel
eukariotik yaitu ragi bersel tunggal karena ragi merupakan sel eukariotik yang
memiliki plasmid, dapat tumbuh dengan cepat, serta hasil akhir proses pembuatan
insulin dengan ragi akan menghasilkan molekul insulin yang lebih lengkap
dengan struktur tiga dimensi yang sempurna sehingga lebih identik dengan insulin
manusia.
Perbedaan susunan asam amino pada insulin manusia, babi (pork), dan sapi (beef)
Spesies A8 A10 B28 B29 B30
Manusia Thr Ile Pro Lys Thr
Babi Thr Ile Pro Lys Ala
Sapi Ala Val Pro Lys Ala
Insulin manusia dan insulin babi hanya beda 1 asam amino yaitu pada
B30, sedangkan insulin manusia dan insulin sapi beda 3 asam amino yaitu pada
A8, A10, dan B30 sehingga pemakaian insulin babi kurang imunogenik
dibandingkan insulin sapi. Tapi masalahnya, 1 babi yang diekstraksi insulinnya
hanya cukup untuk 1 orang selama 3 hari padahal saat ini ada ± 60 juta orang di
dunia yang menderita diabetes tergantung insulin dan diduga meningkat 5-6 % per
tahunnya. Maka dari itu sekarang banyak dikembangkan teknologi rekombinan
untuk mendapatkan insulin.
Salah satu sumber insulin yang sudah tidak asing lagi digunakan dalam
dunia kedokteran adalah insulin babi. Untuk menghasilkan 1 pound insulin
didapatkan dari 60 ribu ekor babi serta diperkirakan mampu mengobati pasien
diabetes sebanyak 750-1.000 orang selama setahun . Jika produksi babi pertahun
sebanyak 85 juta maka insulin yang mampu dihasilkan selama setahun adalah
1.400 pound. Jumlah tersebut dapat mengobati pasien sebanyak 1, 050 juta sampai
1,4 juta pertahunnya. Jumlah yang cukup spektakuler.
Saat ini ada alternatif lain pengganti insulin seperti Humulin. Humulin
merupakan produk insulin manusia pertama yang dipasarkan perusahaan farmasi
Amerika serikat, Eli Lily pada tahun 1982. Walaupun lebih sedikit mahal, ternyata
cukup diminati oleh pasien untuk mengganti hormon insulin babi. Namun,
teknologi rekayasa genetika juga telah banyak berperan dalam produksi insulin,
dimana bakteri di rekayasa sedemikian rupa sehingga mamapu memproduksi
insulin. Dengan demikian insulin yang beredar pada dunia pengobatan merupakan
gabungan dari insulin babi dan insulin dari bakteri.
F. Penggolongan Sediaan Insulin
Insulin sampai saat ini dikelompokkan menjadi beberapa jenis antara lain:
1. Kerja cepat (rapid acting)
Bentuknya larutan jernih, efek puncak 1 - 3 jam setelah penyuntikan,
durasi kerja sampai 6 jam. Merupakan satu-satunya insulin yang dapat
dipergunakan secara intra vena. Bisa dicampur dengan insulin kerja menengah
atau insulin kerja panjang.Contoh: Actrapid, Humulin R,Reguler Insulin (Crystal
Zinc Insulin/ CZI). Saat ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk
asam dan netral. Contoh sediaan CZI misalnya Velosulin, Semilente.
2. Kerja menengah (intermediate acting)
Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5 – 2.5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4 –
15 jam dan efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam. Bentuknya terlihat
keruh karena berbentuk hablur-hablur kecil, dibuat dengan menambahkan bahan
yang dapat memperlama kerja obat dengan cara memperlambat penyerapan
insulin kedalam darah. Dengan menambah protamin (NPH / Neutral Protamin
Hagedom) atau zinc (pada insulin lente), maka bentuknya menjadi suspensi yang
akan memperlambat absorpsi sehingga efek menjadi lebih panjang. Bentuk NPH
tidak imunogenik karena protamin bukanlah protein. Contoh : Insulatard,
Monotard, Humulin N, NPH, Insulin Lente.
3. Kerja panjang (long acting)
Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat
dari tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lama, yaitu sekitar
24 – 36 jam. Insulin bentuk ini diperlukan untuk tujuan mempertahankan insulin
basal yang konstan. Semua jenis insulin yang beredar saat ini sudah sangat murni,
sebab apabila tidak murni akan memicu imunogenitas, resistensi, lipoatrofi atau
lipohipertrofi. Contoh: Insulin Glargine, Insulin Ultralente, PZI (Protamine Zinc
Insulin).
4. Insulin Eksogen campur antara kerja cepat & kerja sedang (Insulin premix)
Yaitu insulin yang mengandung insulin kerja cepat dan insulin kerja
sedang. Insulin ini mempunyai onset cepat dan durasi sedang (24 jam). Contoh :
Mixtard 30 / 40.
G. Cara Pemberian Insulin
Insulin kerja singkat :
· IV, IM, SC
· Infus ( AA / Glukosa / elektrolit )
· Jangan bersama darah ( mengandung enzim merusak insulin )
Insulin kerja menengah / panjang :
· Saat ini juga tersedia insulin campuran (premixed) kerja cepat dan kerja
menengah.

H. Cara injeksi Insulin


Insulin umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subkutan / SC
). Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena secara bolus atau
drip.Insulin dapat diberikan tunggal (satu macam insulin kerja cepat, kerja
menengah atau kerja panjang) tetapi juga dapat diberikan kombinasi insulinkerja
cepat dan kerja menengah, sesuai dengan respons individu terhadap insulin, yang
dinilai dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah harian.
Lokasi penyuntikan juga harus diperhatikan benar, demikian pula
mengenai rotasi tempat suntik. Apabila diperlukan, sejauh sterilitas penyimpanan
terjamin, semprit insulin dan jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh
pasien yang sama. Harus diperhatikan kesesuaian kosentrasi insulin (U40, U100)
dengan semprit yang dipakai. Dianjurkan dipakai konsentrasi yang tetap.
Penyerapan paling cepat terjadi di daerah abdomen yang kemudian diikuti oleh
daerah lengan, paha bagian atas bokong. Bila disuntikan secara intramuskular
dalam maka penyerapan akan terjadi lebih cepat dan masa kerja akan lebih
singkat. Kegiatan jasmaniyang dilakukan segera setelah penyuntikan akan
mempercepat onset kerja dan juga mempersingkat masa kerja.
Pemberiaan insulin pada pasien DM lanjut usia seperti pada non lanjut usia,
uyaitu adanya kegagalan terapi ADO, ketoasidosis, koma hiperosmolar, adanya
infeksi ( stress ) dll.
Dianjurkan memakai insulin kerja menengah yang dicampur dengan
kerja insulin kerja cepat, dapat diberikan satu atau dua kali sehari. Kesulitan
pemberiaan insulin pada pasien lanjut usia ialah karena pasien tidak mau
menyuntik sendiri karena persoalnnya pada matanya, tremor, atau keadaan fisik
yang terganggu serta adanya demensia. Dalam keadaan seperti ini tentulah sangat
diperlukan bantuan dari keluarganya.

Lokasi Injeksi Insulin


Tiap bagian tubuh yang ditutupi kulit yang longgar dapat dipakai sebagai
tempat injeksi insulin termasuk abdomen, paha, lengan atas, pinggang dan
kuadran atas luar dari bokong. Secara umum insulin akan lebih cepat
diabsorpsi dari bagian atas tubuh seperti bagian deltoid dan abdomen dibanding
dari paha dan bokong. Rotasi dari injeksi terus dianjurkan guna menghindari
absorpsi yang terhambat karena adanya fibrosis atau lipohipertropi akibat injeksi
berulang hanya pada satu tempat. Asosiasi Diabetes America menganjurkan
insulin dapat diinjeksikan pada satu daerah yang sama selama satu minggu
dengan jarak setiap injeksi 1 ½ inci [ satu ruas jari tangan ] dengan penyuntikan
insulin secara sub cutan atau tepat di bawah lapisan kulit.

I. Penyakit akibat gangguan hormon Insulin

Jika jumlah insulin dalam tubuh seseorang sedikit, sel-sel tubuh akan
kekurangan bahan sumber energi sehingga tidak dapat memproduksi energi
sebagaimana seharusnya. Berikut beberapa kelainan yang dapat terjadi jika
seseorang kekurangan insulin.

1. Kelainan pada pankreas sehingga insulin tidak dapat diproduksi. Keadaan


ini disebut penyakit diabetes tipe 1.
2. Pankreas tetap dapat menghasilkan insulin, tetapi jumlahnya tidak
memadai, atau jumlah produksi insulin masih normal, tetapi sel tubuh
tidak dapat menggunakannya (resisten). Keadaan terakhir ini disebut
diabetes tipe 2 (Warta Medika, 2008).
Diabetes tipe 1 maupun tipe 2, sama-sama mengakibatkan meningkatnya kadar
glukosa dalam darah. Jika keadaan ini berlangsung lama dan tidak diobati, akan
timbul berbagai komplikasi seperti kebutaan, kerusakan saraf, kerusakan ginjal,
dan luka yang tidak kunjung sembuh. Penderita diabetes tipe 1 biasanya mutlak
membutuhkan insulin. Berbeda halnya dengan diabetes tipe 2. Insulin baru
diberikan jika obat-obatan antidiabetes sudah tidak mempan lagi (Warta Medika,
2008).

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, insulin dapat diperoleh
dari luar tubuh dan diproduksi secara massal melalui rekayasa genetika. Pada
tahun 1978, para ilmuwan dari Genetch dan Duerte California Medical Center
berhasil melakukan kloning gen untuk insulin manusia. Dua tahun berikutnya,
para peneliti berhasil memasukkan gen manusia, yaitu gen pengkode produksi
protein interferon ke dalam bakteri. Tahun 1982, US FDA menyetujui obat
pertama hasil rekayasa genetika yaitu insulin yang diproduksi oleh bakteri.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

1. Insulin adalah hormon utama yang mengendalikan glukosa dari darah ke dalam
sebagian besar sel (terutama sel otot dan lemak, tetapi tidak pada sel sistem saraf
pusat).
2. Berdasarkan lama kerjanya, insulin dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1. Insulin kerja singkat
2. Insulin kerja menengah
3. Insulin kerja panjang
4. Insulin infasik (campuran)
3. Fungsi insulin:
· Membantu pembakaran dan penyerapan glukosa oleh sel badan
· Mengimbangkan paras glukosa didalam darah dan mencegah kencing
manis.
· Membantu sel menyimpan tenaga dalam bentuk glukosa didalam hati
· Membantu proses penyimpanan glukosa berlebihan dalam bentuk lemak
didalam hati.
4. Tahapan dalam proses pembuatan Insulin, yaitu:
a) Pengisolasian Vektor (plasmid E.coli) dan DNA Pengkode Insulin.
b) Penyelipan DNA Insulin ke dalam Vektor (plasmid E.Coli)
c) Pemasukan Plasmid Rekombinan ke dalam Sel E.Coli
d) Pengklonan Sel yang Mengandung Plasmid Rekombinan
e) Identifikasi Klon Sel yang Membawa Gen Insulin
f) Pomproduksian dalam Sekala Besar
B. SARAN
Semoga dapat dijadikan sumber informasi dan pengetahuan untuk para
pembaca dan masyarakat umum, dan selalu mencari sumber referensi lain agar
ilmu yang didapat selalu menjadi terbaru
DAFTAR PUSTAKA

Indah, Mutiara. 2004. Mekanisme Kerja Hormon.Medan : Universitas Sumatera


Utara.
Karyanto, Agus. 2005. Mekanisme KInerja Hormon. Lampung : UNILA
Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Montgomery, Rex. 1993. Biokimia. Yogyakarta : GMUP.
Poedjiadi, Anna, dkk. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press.
Saryono. 2009. Biokimia Hormon. Yogyakarta : Nuha Medika.
S.Colby. 1999. Ringkasan Biokimia Harper. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Ahmad. 2003. Kamus Lengkap Kedokteran Edisi Revisi. Gita Media Press,
Surabaya. h. 14, 80.
Amien, M. Et al. 1995. Biologi 2 untuk Sekolah Menengah Umum Kelas 2.
Penerbit Balai Pustaka, Jakarta. Encyclopaedia Britannica 2008 Ultimate
Reference Suite, Chicago.
Furqonita, D. 2007. Seri IPA BIOLOGI SMP Kelas IX. Quadra-Penerbit
Yudhistira, Jakarta.
Kadaryanto et al. 2006. Biologi 2. Penerbit Yudhistira, Jakarta. Lawrence, E.
1991.
Hendersdon’s Dictionary of Biological Terms Tenth Edition. Longman Scientific
& Technical. Longman Group (FE) Ltd. England. Mega, Jakarta. 14.

Anda mungkin juga menyukai