Anda di halaman 1dari 7

Indera ini berfungsi untuk mengenali setiap perubahan lingkungan, baik yang terjadi di dalam

maupun di luar tubuh. Indera yang ada pada makhluk hidup, memiliki sel-sel reseptor khusus.

Sel-sel reseptor inilah yang berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan yang terjadi.

Berdasarkan fungsinya, sel-sel reseptor ini dibagi menjadi dua, yaitu interoreseptor dan

eksoreseptor. (Moriwaki, K. 2012).

Interoreseptor ini berfungsi untuk mengenali perubahan-perubahan yang terjadi di dalam

tubuh. Sel-sel interoreseptor terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi, dinding pembuluh

darah, dinding saluran pencernaan, dan lain sebagainya. Sel-sel ini dapat mengenali berbagai

perubahan yang ada di dalam tubuh seperti terjadi rasa nyeri di dalam tubuh, kadar oksigen

menurun, kadar glukosa, tekanan darah menurun/naik dan lain sebagainya.(Moriwaki,2012).


Eksoreseptor adalah kebalikan dari interoreseptor, eksoreseptor berfungsi untuk mengenali
perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi di luar tubuh. Yang termasuk eksoreseptor yaitu:
(1) Indera penglihat (mata), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti
sinar, warna dan lain sebagainya. (2) Indera pendengar (telinga), indera ini berfungsi untuk
mengenali perubahan lingkungan seperti suara. (3) Indera peraba (kulit), indera ini berfungsi
untuk mengenali perubahan lingkungan seperti panas, dingin dan lain sebagainya. (4) Indera
pengecap (lidah), indera ini berfungsi untuk mengenal perubahan lingkungan seperti mengecap
rasa manis, pahit dan lain sebagainya. (5) Indera pembau (hidung), indera ini berfungsi untuk
mengenali perubahan lingkungan seperti mengenali/mencium bau. Kelima indera ini biasa kita
kenal dengan sebutan panca indera.(Moriwaki, 2012).
Sistem indera pada manusia dibagi menjadi :
1. Indera Penglihatan (Mata)
Mata adalah organ penglihatan yang menerima rangsangan berupa cahaya. Bola mata
terletak di dalam rongga mata dan beralaskan lapisan lemak. Bola mata dapat bergerak dan
diarahkan kesuatu arah dengan bantuan tiga otot penggerak mata, yaitu (Arrington, 2010) :
1. Muskulus rektus okuli medial (otot di sekitar mata), berfungsi menggerakkan bola mata.
2. Muskulus obliques okuli inferior, berfungsi menggerakkan bola mata ke bawah dan ke dalam.
3. Muskulus obliques okuli superior, berfungsi memutar mata ke atas dan ke bawah.
Selain itu, ada otot mata yang berfungsi menutup mata dan mengangkat kelopak mata. Otot
yang berfungsi untuk menutup mata yaitu muskulus orbikularis okuli dan muskulus rektus okuli
inferior. Sedangkan otot mata yang berfungsi mengangkat kelopak mata, yaitu muskulus levator
palpebralis superior (Arrington, 2010).
2. Indera Pendengaran dan Keseimbangan (Telinga)
Telinga merupakan alat indera yang peka terhadap rangsangan berupa gelombang suara.
Telinga manusia mampu mendengar suara dengan frekuensi antara 20-20.000 Hz. Selain sebagai
alat pendengaran, telinga juga berfungsi menjaga keseimbangan tubuh manusia (Pearce, 2009).
a. Bagian-bagian telinga:
Telinga manusia dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu bagian luar, bagian tengah,
dan bagian dalam.

1. Telinga bagian luar


Telinga bagian luar terdiri atas:
§ Daun telinga, berfungsi untuk menampung getaran.
§ Saluran telinga luar atau lubang telinga, berfungsi menyalurkan getaran.
§ Kelenjar minyak, berfungsi menyaring udara yang masuk sebagai pembawa gelombang suara.
§ Membran timpani atau selaput gendang, berfungsi menerima dan memperbesar getaran suara.
2. Telinga bagian tengah
§ Telinga bagian tengah terletak di sebelah dalam membran timpani. Fungsi dari telinga bagian
tengah adalah untuk meneruskan getaran dari suara telinga bagian luar ke telinga bagian dalam.
Pada telinga tengah terdapat saluran Eustachius dan tiga tulang pendengaran.
§ Saluran Eustachius, berfungsi untuk mengurangi tekanan udara di telinga tengah sehingga tekanan
udara di luar dan di dalam akan sama. Keseimbangan tekanan ini akan menjaga gendang telinga
supaya tidak rusak. Saluran ini akan tertutup dalam keadaan biasa, dan akan terbuka jika kita
menelan sesuatu.
§ Tulang pendengaran, berfungsi untuk mengantarkan dan memperbesar getaran ke telinga bagian
dalam. Tulang pendengaran ada tiga, yaitu tulang martil, tulang landasan, dan tulang
sanggurdi. Tulangtulang ini menghubungkan gendang telinga dan tingkap jorong.
3. Telinga bagian dalam
Telinga bagian dalam berfungsi mengantarkan getaran suara ke pusat pendengaran oleh
urat saraf. Penyusun telinga bagian dalam adalah sebagai berikut.
§ Tingkap jorong, berfungsi menerima dan menyampaikan getaran.
§ Rumah siput, berfungsi menerima, memperbesar, dan menyampaikan getaran suara ke saraf
pendengaran. Di dalam saluran rumah sifut terdapat cairan limfe dan terdapat ujung-ujung saraf
pendengaran.
§ Tiga saluran setengah lingkaran, berfungsi sebagai alat untuk mengetahui posisi tubuh dan
menjaga keseimbangan. (Pearce, 2009)
b. Mekanisme kerja pendengaran
Suara yang kita dengar akan ditangkap oleh daun telinga, kemudian sampai ke gendang
telinga sehingga membuat gendang telinga bergetar. Getaran ini diteruskan oleh tiga tulang
pendengaran ke tingkap jorong dan diteruskan ke rumah siput. Di dalam rumah siput, cairan
limfe akan bergetar sehingga meransang ujung-ujung saraf pendengaran dan menimbulkan
impuls saraf yang ditujukan ke otak (Pearce, 2009).
3. Indera penciuman/pembau (Hidung)
Hidung adalah alat indera yang menanggapi rangsangan berupa bau atau zat kimia yang
berupa gas. Di dalam rongga hidung terdapat serabut saraf pembau yang dilengkapi dengan sel-
sel pembau. Setiap sel pembau mempunyai rambut-rambut halus (silia olfaktori) di ujungnya dan
diliputi oleh selaput lendir yang berfungsi sebagai pelembab rongga hidung. Daerah yang sensitif
terhadap bau terletak pada bagian atap rongga hidung. Pada daerah sensitif ini terdapat 2 jenis sel
sebagai berikut) :
1. Sel penyokong berupa epitel-epitel.
2. Sel-sel pembau sebagai reseptor yang berupa sel-sel saraf.
Sel-sel pembau mempunyai ujung dendrit berbentuk rambut. Adaptasi terhadap bau-
bauan mula-mula berjalan cepat dalam 2 – 3 detik, tetapi kemudian berjalan lebih lambat.
Keistimewaan indera pembau manusia adalah dapat membaui sesuatu walau kadarnya di udara
sangat sedikit. Beberapa hewan memiliki indera pembau yang lebih sensitif karena mempunyai
reseptor pembau lebih banyak. (Hau, 2003)
Pada saat kita bernapas, zat kimia yang berupa gas ikut masuk ke dalam hidung kita. Zat
kimia yang merupakan sumber bau akan dilarutkan pada selaput lendir, kemudian akan
meransang rambut-rambut halus pada sel pembau. Sel pembau akan meneruskan rangsangan ini
ke otak dan akan diolah sehingga kita bisa mengetahui jenis bau dari zat kimia tersebut. (Hau,
2003)
4. Indera Pengecap (Lidah)
Lidah adalah alat indera yang peka terhadap rangsangan berupa zat kimia larutan.
Lidah memiliki otot yang tebal, permukaannya dilindungi oleh lendir dan penuh dengan bintil-
bintil. Kita dapat merasakan rasa pada lidah karena terdapat reseptor yang dapat menerima
rangsangan. Reseptor itu adalah papilla pengecap atau kuncup pengecap. Kuncup pengecap
merupakan kumpulan ujung-ujung saraf yang terdapat pada bintil-bintil lidah. Papilla agak kasar
karena memiliki tonjolan-tonjolan pada permukaan lidah. Di dalam papila terdapat banyak
kuncup-kuncup pengecap (taste bud) yaitu suatu bagian berbentuk bundar yang terdiri dari dua
jenis sel yaitu sel-sel penyokong dan sel-sel pengecap yang berfungsi sebagai reseptor (Pearce,
2009).
Ganguan yang bersifat permanent misalnya terjadi padan orang yang mengalami
trauma pada bagian tertentu otak. Pada lidah juga sering terjadi iritasi karena luka atau
kekurangan vitamin C (Pearce, 2009).
5. Indera Peraba (Kulit)
Selain menghasilkan keringat, pada bagian dermis terdapat ujung saraf sebagai
reseptor peraba. Kulit adalah alat indera yang peka terhadap rangsangan berupa sentuhan,
tekanan, panas, dingin, dan nyeri atau sakit. Kepekaan tersebut disebabkan karena adanya ujung-
ujung saraf yang ada pada kulit. Biasanya ujung saraf indera peraba ada dua macam, yaitu ujung
saraf bebas yang mendeteksi rasa nyeri atau sakit, dan ujung saraf yang berselaput (berpapilia).
Sel peraba juga terdapat pada pangkal rambut. Sehingga bila rambut yang muncul di permukaan
kulit tersentuh oleh suatu benda, sel-sel saraf akan terangsang (Sulaksono, 2006).
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas, pada orang dewasa luasnya sekitar 1,9 m2.
Meskipun seluruh permukaan kulit mempunyai reseptor peraba, keberadaan ujung-ujung saraf
ini tidak merata pada berbagai alat tubuh. Permukaan kulit yang mempunyai banyak ujung-ujung
saraf peraba ialah ujung jari telunjuk, telapak tangan, telapak kaki, bibir, dan daerah kemaluan.
Oleh karena itu daerah-daerah ini sangat peka terhadap rangsangan berupa sentuhan. Seorang
tuna netra memanfaatkan kepekaan indera perabanya untuk membaca huruf Braille (Sulaksono,
2006).
Pedas bukan merupakan rasa yang dapat dirasakan oleh lidah, pedas
merupakan suatu sensasi yang muncul akibat zat kimia bernama capsaicin. Zat
inilah yang terkandung pada tumbuh-tumbuhan penyebab rasa pedas seperti
cabai. Lalu bagaimana capsaicinmemunculkan rasa pedas?

Disinilah letak perbedaan sensasi pedas ini dengan rasa lainnya. Jika rasa lain
memiliki reseptor sendiri dari saraf manusia untuk
merasakannya, capsaicin penyebab sensasi pedas diterima di papilla lidah oleh
reseptor saraf sensorik khusus panas tinggi.

Inilah yang menyebabkan sensasi pedas itu muncul. Reseptor saraf ini
menyampaikan isyarat ke otak berupa iritasi sel atau terbakarnya sel, hampir
sama seperti kulit yang terkena panas, sehingga otak mengirimkan respon
seperti kepanasan saat sensasi pedas ini terasa.

Padahal, panas yang muncul akibat pedas ini hanyalah sensasi dan bukan
benar-benar terbakar.

Selain itu memang pedas tidak diterima otak sebagai rasa layaknya rasa lain. Karena ketika

capsaicin sudah 'menyentuh' papila, saraf tersebut akan mengirim sinyal pada otak berupa

sinyal rasa sakit, seakan-akan lidah kita sedang terbakar. Otak kita menangkap justru rasa sakit

sebagaimana rasa pedas yang kita rasakan ketika makan sambal tersebut sedang membakar

lidah kita.
DAFTAR PUSTAKA

Arrington, L. 2010. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang: Media Prasetya.


DEPKES RI., 1979. Farmakope Indonesia Edisi lll : Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Hau, 2003. Anatomi dan Fisiologi manusia: Jakarta
Moriwaki, K. 2012. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC.
Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: EGC.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sulaksono, 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Kefarmasian: Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai