Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia farmasi, kulit merupakan salah satu hal yang penting untuk dipelajari,
karena banyak hubungan antara anatomi kulit dengan bidang-bidang kesehatan. Dengan
mempelajari anatomi kulit, kita dapat membedakan obat yang bekerja di oral, dalam, dan luar
(topical), serta membantu pekerjaan dalam bidang forensik dalam mengidentifikasi manusia
dengan manusia yang lain, karena pada kulit manusia terdapat susunan DNA yang berbeda antara
satu manusia dengan yang lainnya.

B. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan penjelasan yang lebih mendalam
mengenai anatomi kulit.Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep-konsep dan teori
mengenai anatomi kulit.

C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode pustaka
dan studi literature, yaitu dengan mencari dan mengumpulkan informasi penting dari berbagai
sumber seperti buku buku perpustakaan dan website atau situs- situs internet yang terkait.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh,
membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata 2
meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak
atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang.
Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dan
rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari
yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta
pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet matahari.
Sifat-sifat anatomis dan fisiologis kulit di berbagai daerah tubuh sangat berbeda. Sifatsifat anatomis yang khas, berhubungan erat dengan tuntutan-tuntutan faali yang berbeda di
masing-masing daerah tubuh, seperti halnya kulit di telapak tangan, telapak kaki, kelopak mata,
ketiak dan bagian lainnya merupakan pencerminan penyesuaiannya kepad fungsinya masing masing. Kulit di daerah daerah tersebut berbeda ketebalannya, keeratan hubungannya dengan
lapisan bagian dalam, dan berbeda pula dalam jenis serta banyaknya andeksayang ada di dalam
lapisan kulitnya.
Pada permukaan kulit terlihat adanya alur-alur atau garis-garis halus yang membentuk
pola yang berbeda di berbagai daerah tubuh serta bersifat khas bagi setiap orang, seperti yang
ada pada jari-jari tangan, telapak tangan dan telapak kaki atau dikenal dengan pola sidik jari
(dermatoglifi).

B. Anatomi Kulit
Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu : epidermis (kulit ari), dermis (kulit jangat atau
korium) dan lapisan subkutan. Sebagai gambaran, penampang lintang dan visualisasi struktur
lapisan kulit tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

1. Epidermis (kulit ari)


Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik untuk
diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada bagian epidermis.
Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal
berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis
berukuran 0,05 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel
epidermis disebut keratinosit. Tidak ada terdapat pembuluh darah pada epidermis.
Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zatzat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding
kapiler dermis ke dalam epidermis. Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu:
a. Lapisan tanduk (stratum corneum)
Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi semua lapisan
epiderma lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak
memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit
mengandung air.
Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh lebih banyak,
karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal. Lapisan tanduk ini sebagian besar
terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten
terhadap bahan-bahan kimia. Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny, terdiri dari
milyaran sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu,
karena usia setiap sel biasanya hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit akan terasa
sedikit kasar sampai muncul lapisan baru.
Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup, menjadikan
kulit

ari

memiliki self

repairing

capacity atau

kemampuan

memperbaiki

diri.

Bertambahnya usia dapat menyebabkan proses keratinisasi berjalan lebih lambat. Ketika
usia mencapai sekitar 60 tahunan, proses keratinisasi, membutuhkan waktu sekitar 45 - 50
hari, akibatnya lapisan tanduk yang sudah menjadi lebih kasar, lebih kering, lebih tebal,
timbul bercak-bercak putih karena melanosit lambat bekerja dan penyebaran melanin tidak
lagi merata serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan tanduk baru.

Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif
untuk mencegah terjadinya penguapan air dari lapis-lapis kulit lebih dalam sehingga
mampu memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi lapisan tanduk memiliki daya serap air
yang cukup besar.
b. Lapisan bening (stratum lucidum)
Disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan dianggap
sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari
protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat
dilewati sinar (tembuscahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan
dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening.
c. Lapisan berbutir (stratum granulosum)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butirbutir di dalam protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak
paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki.
d. Lapisan bertaju (stratum spinosum)
Disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan
perantaraanjembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling
berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang
terdiri atas serabutprotein. Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa
baris.
Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal), dan makin ke
arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Di antara sel-sel taju terdapat celah antar sel
halus yang berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butirbutir melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang berada dalam
salah satu tahap mitosis. Kesatuankesatuan lapisan taju mempunyai susunan kimiawi yang
khas; inti inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung kolesterol, asam amino
dan glutation.

e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)


Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak
(silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini
bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur
halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar
terhadap pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam
lapisan ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke
lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat
pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit.

2. Dermis
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan
kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluhpembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel
umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam
membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di saluran kandung rambut,
menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit
jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk ketebalan kulit.
Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1 - 2 mm dan yang paling tipis terdapat di
kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Susunan dasar
kulit jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel.
Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat, memungkinkan membedakan
berbagai rangsangan dari luar. Masingmasing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti
saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa
juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri kita. Jika kita
mendadak menjadi sangat takut atau sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di
kandung rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri. Kelenjar
palit yan menempel di kandung rambut memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit
dan batang rambut. Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung rambut. Kelenjar
keringat menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-pori

kulit. Di permukaan kulit, minyak dan keringat membentuk lapisan pelindung yang
disebut acid mantel atau sawar asam dengan nilai pH sekitar 5,5. sawar asam merupakan
penghalang alami yang efektif dalam menangkal berkembang biaknya jamur, bakteri dan
berbagai jasad renik lainnya di permukaan kulit. Keberadaan dan keseimbangan nilai pH, perlu
terus-menerus dipertahankan dan dijaga agar jangan sampai menghilang oleh pemakaian
kosmetika.
Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastic yang dapat membuat
kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein ini yang disebut kolagen. Seratserat kolagen inidisebut juga jaringan penunjang, karena fungsinya dalam membentuk
jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit.
Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis dan mudah
mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor
usia atau kekurangan gizi. Dari fungsi ini tampak bahwa kolagen mempunyai peran penting
bagi kesehatan dan kecantikan kulit. Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit jangat
dapat menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak memiliki kemampuan
memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari.
Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu kelenjar keringat dan
kelenjar palit.
a. Kelenjar keringat
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu
saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk pori-pori keringat.
Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat
dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat
mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh.
Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu.
Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :
1) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu
keringat yang mengandung 95 97 persen air dan mengandung beberapa mineral,
seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari
metabolism seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari

telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan
sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang
dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya
bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
2) Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar,
daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang
agak kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel
kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau.
Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikelrambut.
Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan
yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil
baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.
b. Kelenjar palit (sebasea)
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan kandung
rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung rambut
(folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga
kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit. Terkecuali pada
telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama
pada bagian muka.
Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau
kelenjar sebaseayang

bermuara

pada

saluran folikel rambut.

Pada

kulit

kepala,

kelenjar palit atau kelenjar sebaseamenghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit
kepala.

Pada

kebotakan

orang

dewasa,

ditemukan

bahwa

kelenjar palit atau

kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan termasuk
pada

bagian

wajah,

jika

produksi

minyak

dari

kelenjar palit atau

kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih berminyak sehingga memudahkan
timbulnya jerawat.

3. Lapisan Subkutan / jaringan penyambung

Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe,
saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluhpembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi
sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk
kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.
Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh,
paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua,
kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya
berisi banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta makin
kehilangan kontur. Sel lemak ini dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan terdalam
banyak mengandung sel limposit yang menghasilkan banyak lemak. Disebut juga panikulus
adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Sel lemak berfungsi juga sebagai bantalan
antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan
kontur tubuh dan penyekatan panas.Sebagai bantalan terhadap trauma. Tempat penumpukan
energi.

C. Sistem Proteksi dan Termoregulasi oleh Kulit


Fungsi utama dari kulit adalah sebagai pelindung tubuh atau protektor. Kulit merupakan
benteng pertahanan pertama dari berbagai ancaman yang datang dari luar, seperti bakteri. Sel-sel
langerhans yang terdapat dalam lapisan kulit epidermis kulit merupakan bagian dari sistem
kekebalan tubuh.
Kulit yang masih utuh merupakan rintangan yang secara normal tidal dapat ditembus
oleh bakteri atau virus, meskipun goresan yang sangat kecil sekalipun memungkinkan masuknya
mikroorganisme tersebut. Selain perannya sebagai rintangan fisik, kulit dan membran mukosa
juga menghadapi patogen dengan pertahanan kimiawi.
Pada manusia, misalnya, sekresi dari kelenjar minyak dan kelenjar keringat akan
memberikan pH kulit sekitar 3-5, yang cukup asam untuk mencegah kolonisasi oleh banyak
mikroba. (Bakteri yang merupakan flora normal kulit telah beradaptasi untuk hidup pada

lingkungan asam yang relatif kering tersebut). Kolonisasi mikroba juga dihambat oleh aktivitas
pencucian yang dilakukan oleh air liur (saliva), air mata dan sekresi mukosa yang secara terusmenerus membasahi permukaan epielium yang terpapar. Selain itu, semua sekresi tersebut
mengandung protein antimikroba. Salah satu protein yang melindungi tersebut adalah lisozim,
yaitu enzim yang mampu mencerna dinding sel dari banyak jenis bakteri sehingga merusak
berbagai jenis bakteri yang memasuki saluran respirasi bagian atas dan pembukaan di sekitar
mata..
Mukus yang dihasilkan membran mukosa juga menjerat mikroba dan partikel lain yang
mengadakan kontak dengannya. Di trakea, sel epitelium bersilia menyapu keluar mukus dengan
mikroba yang terjerat di dalamnya, sehingga mencegah mikroba memasuki paru-paru.
Kulit memiliki 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan subkutan. Epidermis
sebagai bagian terluar berfungsi untuk melindungi bagian di bawahnya. Lapisan ini juga masih
terbagi menjadi beberapa bagian. Lapisan yang paling bawah berfungsi untuk meregenerasi
lapisan di atasnya (dalam waktu kurang lebih 4 minggu).
Termoregulasi adalah pemeliharaan suhu tubuh di dalam suatu kisaran tertentu yang
menyebabkan sel tubuh mampu berfungsi secara efisien. Terdapat empat proses fisik utama yang
bertanggung jawab atas perolehan panas dan kehilangan panas. Keempat proses ini secara
langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan sistem integumen.
Tubuh akan secara terus-menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme
makanan yang memproduksi energi. Panas ini akan hilang terutama lewat kulit. Tiga proses fisik
yang penting terlibat dalam kehilangan panas dari tubuh ke lingkungan. Proses pertama, yaitu
radiasi, merupakan pemindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih rendah dan berada pada
suatu jarak tertentu. Proses kedua, yang dinamakan konduksi, merupakan pemindahan panas dari
tubuh ke benda lain yang lebih dingin yang bersentuhan dengan tubuh. Panas yang dipindahkan
lewat konduksi ke udara yang melingkupi tubuh akan dihilangkan melalui proses ketiga, yaitu
konveksi, yang terdiri atas pergerakan massa molekul udara hangat yang meninggalkan tubuh.
Evaporasi dari kulit akan membantu kehilangan panas lewat konduksi. Panas
dihantarkan lewat kulit ke dalam molekul-molekul air pada permukaannya sehingga air tersebut

mengisat. Air pada permukaan kulit dapat berasal dari perspirasi yang tidak terasa, keringat
ataupun lingkungan.
Normalnya, ketiga mekanisme kehilangan panas ini akan digunakan semuanya. Namun
demikian, kalau suhu sekeliling sangat tinggi, maka radiasi dan konveksi tidak akan efektif
sehingga evaporasi merupakan satu-satunya cara untuk menghilangkan panas.
Dalam kondisi yang normal, produk panas dari metabolisme akan diimbangi oleh
kehilangan panas, dan suhu internal tubuh akan dipertahankan agar tetap konstan pada suhu
kurang-lebih 37C. kecepatan hilangnya panas tergantung terutama pada suhu permukaan kulit
yang ditentukan oleh aliran darah kulit. Dalam kondisi yang normal, jumlah total darah yang
beredar lewat kulit kurang-lebih sebanyak 450 ml/menit, atau antara 10 dan 20 kali jumlah darah
yang diperlukan untuk memberikan metabolit serta oksigen yang dibutuhkan (Scheuplein, 1991).
Aliran darah lewat pembuluh darah kulit ini terutama dikendalikan oleh system saraf simpatik.
Peningkatan aliran darah ke dalam kulit akan menyebabkan lebihbanyak panas yang dialirkan ke
kulit dan meningkatkan laju kehilangan panas dari tubuh. Di lain pihak, penurunan aliran darah
kulit akan menurunkan suhu tubuh dan membantu menyimpan panas untuk tubuh. Kalau suhu
tubuh mulai menurun, seperti yang terjadi pada hawa dingin, pembuluh darah kulit akan
mengalami konstriksi sehingga kehilangan panas dari tubuh berkurang.
Pengeluaran keringan merupakan proses lainnya yang digunakan tubuh untuk mengatur
laju kehilangan panas. Pengeluaran keringat atau persperasi tidak akan terjadi sebelum suhu
internal tubuh melampaui 37C tanpa tergantung pada suhu kulit (Scheuplein, 1991). Pada haa
lingkungan yang sangat panas, laju produksi keringat dapat setinggi 1 L/jam. Dalam keadaan
tertentu, misalnya pada stress emosional, perspirasi dapat terjadi secara refleks dan tidak ada
hubungannya dengan keharusan untuk menghilangkan panas dari tubuh.

Sistem Integumen
DEFINISI
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan
menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan
bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik,kuku, kelenjar
keringat

dan

produknya

(keringat atau lendir).

Kata

ini

berasal

dari bahasa

Latin "integumentum", yang berarti "penutup".


Kulit
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Diagram kulit manusia.


Kulit manusia terdiri atas epidermis dan dermis. Kulit berfungsi sebagai alat ekskresikarena
adanya kelenjar keringat (kelenjar sudorifera) yang terletak di lapisan dermis.

STRUKTUR ANATOMI
Epidermis
Epidermis tersusun atas lapisan tanduk (lapisan korneum) dan lapisan Malpighi. Lapisan
korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapat mengelupas dan digantikan oleh sel-sel baru.
Lapisan Malpighi terdiri atas lapisan spinosum dan lapisan germinativum. Lapisan spinosum
berfungsi menahan gesekan dari luar. Lapisan germinativum mengandung sel-sel yang aktif
membelah

diri,

mengantikan

lapisan

sel-sel

pada

lapisan

korneum. Lapisan

Malpighi mengandung pigmen melanin yang memberi warna pada kulit.


Dermis
Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung saraf, kelenjar keringat, dan
kelenjar minyak. Kelenjar keringat menghasilkan keringat. Banyaknya keringat yang dikeluarkan
dapat mencapai 2.000 ml setiap hari, tergantung pada kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu.
Keringat mengandung air, garam, dan urea. Fungsi lain sebagai alat ekskresi adalah sebgai organ
penerima rangsangan, pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, dan bibit penyakit, serta
untuk

pengaturan

suhu

tubuh.

Pada suhu lingkungan tinggi (panas), kelenjar keringat menjadi aktif dan pembuluh kapiler di
kulit melebar. Melebarnya pembuluh kapiler akan memudahkan proses pembuangan air dan sisa
metabolisme. Aktifnya kelenjar keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit
dengan cara penguapan. Penguapan mengakibatkan suhu di permukaan kulit turun sehingga kita
tidak merasakan panas lagi. Sebaliknya, saat suhu lingkungan rendah, kelenjar keringat tidak
aktid dan pembuluh kapiler di kulit menyempit. Pada keadaan ini darah tidak membuang sisa
metabolisme dan air, akibatnya penguapan sangat berkurang, sehingga suhu tubuh tetap dan
tubuh tidak mengalami kendinginan. Keluarnya keringat dikontrol oleh hipotalamus
FUNGSI
Kulit memiliki beberapa fungsi:

Sebagai alat pengeluaran berupa kelenjar keringat.

Sebagai alat peraba.

Sebagai pelindung organ dibawahnya.

Tempat dibuatnya Vit D dengan bantuan sinar matahari.

Pengatur suhu tubuh.

Tempat menimbun lemak.

ARTIKEL
SISTEM INTEGUMEN
A. Fisiologi Sistem Integumen
Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya yang membungkus seluruh bagian
luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia. Cahaya
matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga
keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk
memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit. Misalnya, menjadi
pucat, kekuning-kuningan kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat, memperlihatkan adanya
kelainan yang terjadi pada tubuh atau gangguan kulit karena penyakit tertentu.
Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit. Misalnya,
karena stres, ketakutan atau dalam keadaan marah, akan terjadi perubahan pada kulit wajah.
Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah seseorang telah lanjut usia atau masih muda.
Wanita atau pria juga dapat membedakan penampilan kulit. Warna kulit juga dapat menentukan
ras atau suku bangsa misalnya kulit hitam suku bangsa negro, kulit kuning bangsa Mongol, kulit
putih dari Eropa dll.
Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin kelangsungan
hidup secara umum yaitu:
a. Fungsi proteksi (melindungi). Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau
mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi
(lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi, sinar ultraviolet, gangguan
infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan
kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan
fisis. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan
mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).

b. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap
berbagai zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi
kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan
sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara pH 5-6,5. Ini merupakan perlindungan terhadap
infeksi jamur dan sel-sel kulit yang telah mati melepaskan diri secara teratur.
c. Fungsi absorbsi (menyerap). Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian
pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembapan dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah di antara sel,
menembus sel-sel epidermis, atau melalui saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui sel-sel
epidermis.
d. Fungsi kulit sebagai pengatur panas (regulasi) Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan
suhu lingkungan. Hal ini karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat
pengatur panas, medula oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu viseral 36-37,5 derajat
untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada
dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas
dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh) dan
vasokonstriksi (pembuluh darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat
dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).
Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat, kontraksi otot, dan pembuluh
darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi
yang cukup baik. Tonus vaskular dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi dinding
pembuluh darah belum terbentuk sempurna sehingga terjadi ekstra cairan karena itu kulit bayi
tampak lebih edema karena lebih banyak mengandung air dan natrium.
e. Fungsi ekskresi. Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau zat sisa
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang diproduksi
oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan berminyak yang
melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi
kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada kulit.

f. Fungsi persepsi. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons
terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin diperankan
oleh dermis, perabaan diperankan oleh papila dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan
diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
g. Fungsi pembentukan pigmen. Set pembentuk pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan
sel ini berasal dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosum dibentuk
oleh alat golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O 2 terhadap sinar matahari memengaruhi
melanosum. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit sedangkan lapisan di
bawahnya dibawa oleh melanofag. Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit
melainkan juga oleh tebal-tipisnya kulit, reduksi Hb dan karoten.
h. Fungsi keratinisasi. Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel basal
yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin ke atas sel ini
semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Semakin lama intinya menghilang dan
keratonosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus menerus seumur
hidup. Keratinosit melalui proses sintasis dan degenerasi menjadi lapisan tanduk yang
berlangsung kira-kira 14-21 hari dan memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara
mekanis-fisiologik.
i. Fungsi pembentukan vitamin D. Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar
matahari. Tetapi kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses tersebut. Pemberian
vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.
B. Sistem Integumen Pada Kehamilan
Perubahan keseimbangan hormonal dan mekanisme peregangan bertanggung jawab
terhadap derajat perubahan sistem integumen selama kehamilan. Perubahan yang umum terjadi
adalah meningkatnya ketebalan kulit dan lemak subdermal hypopigmentasi, pertumbuhan rambut
dan kuku, kecepatan aktifitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea, dan meningkatnya aktifitas
sirkulasi dan vasomotor. Adanya kerapuhan/kelemahan pada jaringan elastik cutaneus
menyebabkan timbulnya striae gravidarum atau tanda peregangan yang jelas. Respon alergi
cutaneus menjadi lebih tinggi.
a. Pigmentasi disebabkan oleh hormon pituitary anterior ; melanotropin, yang meningkat selama
kehamilan. Facial Melama, disebut juga chloasma atau topeng kehamilan, adalah bentuk seperti
jerawat, merupakan hyperpigmentasi berwarna kecokelatan di atas pipi, hidung dan kening.

Chloasma tampak pada 50% sampai 70% wanita hamil, dimulai setelah minggu ke 16 dan
meningkat terus hingga persalinan. Sinar matahari menambah pigmentasi pada wanita-wanita
yang rentan. Cloasma disebabkan oleh kehamilan normal biasanya memudar setelah persalinan.
Penggelapan warna niple, areola, axila dan vulva terjadi juga pada saat yang bersamaan.
b. Linea nigra merupakan garis pigmentasi yang terentang dari symphisis pubis sampai ke ujung atas
fundus pada garis tengah, garis ini dikenal dengan linea alba sebelum pigmentasi yang
disebabkan faktor hormonal. Pada primigravida, adanya linea nigra dimulai pada bulan ke 3,
sama cepatnya dengan kenaikan tinggi fundus ; pada multigravida munculnya garis ini sering
lebih awal dari bulan ke 3. Tidak semua wanita hamil muncul linea nigra.
c. Striae gravidarum, atau garis peregangan, tampak pada 50% sampai 90% wanita hamil selama
pertengahan kehamilan, mungkin disebabkan oleh aksi adrenocorticoid. Striae merefleksikan
perusakan jaringan penyambung di bawah kulit (collagen). Depresi lapisan yang jelas terjadi
pada area-area dengan peregangan maksimal (seperti abdomen, paha dan mamae). Peregangan
ini kadang-kadang menimbulkan sensasi menyerupai rasa gatal. Terdapat kecenderungan bahwa
striae bersifat familia. Setelah kelahiran striae biasanya memudar, walaupun striae tersebut tidak
menghilang secara keseluruhan. Variasi warna striae tergantung pada warna kulit ibu hamil.
Striae tampak berwarna pink pada wanita berkulit cerah, dan tampak berwarna kontras dari pada
kulit lainnya pada wanita berkulit gelap. Pada nulipara, striae pada umumnya berupa garis
berwarna perak kemilauan (pada wanita berkulit cerah) atau garis berwarna keunguan (pada
wanita berkulit gelap) Scar striae mungkin tampak akurat pada kehamilan sebelumnya.
d. Angiomas atau telangiectasia adalah istilah yang ditujukan pada bentuk vaskularisasi seperti
jaring laba-laba. Bentuknya kecil sekali, permukaannya seperti bintang atau bercabang-cabang,
terlihat jelas pada bagian akhir arteriola. Jaring laba-laba ini terbentuk sebagai akibat
meningkatnya sirkulasi estrogen, biasanya ditemukan pada leher thorax, muka dan lengan.
Angiomas dan teliangiestasia juga dijelaskan sebagai jaringan awal dilatasi arteriola yang
menyebar ke arah bagian tengah. Bentuk jaring-jaring ini berwarna kebiruan dan tidak menjadi
pucat bila dilakukan penekanan. Striae mungkin tampak jelas pada mamae sebagai akibat
peregangan pada mamae yang bertambah besar ukurannya. Jaring-jaring vaskuler tampak selama
bulan ke 2 sampai 5 kehamilan pada 55% wanita kulit putih dan 10% pada wanita AfrikaAmerika. Jaring-jaring vaskuler ini akan menghilang setelah melahirkan.

Adanya benjolan-benjolan kecil seperti jerawat, berwarna pink kemerahan dan mudah ditentukan
batasnya, sering terlihat pada permukaan palmar tangan pada sekitar 60% wanita kulit putih dan
35% pada wanita Afrika-Amerika selama kehamilan (Cunningham, Mac Donald, Gant, 1989).
Perubahan warna ini dan eritema pada palmar berhubungan dengan peningkatan sirkulasi perifer.
e. Epulis (Gingival Granuloma Gravidarum) berwarna kemerahan, berbentuk nodul dan mudah
berdarah. Lesi ini mungkin berkembang sekitar bulan ke 3 dan biasanya berlanjut sesuai dengan
perkembangan kehamilan. Treatment dilakukan dengan melakukan insisi apabila lesi tersebut
mengalami pembesaran, menyebabkan rasa nyeri atau berdarah yang agak banyak.
Pada minggu ke 6 beberapa wanita mencatat adanya menipis dan melunaknya kuku baik pada
tangan maupun kaki. Zat pewarna kuku harus dibersihkan dan kuku harus tetap dijaga pendek
untuk mencegah patah, kulit yang berminyak dan cabe vulgaris mungkin terjadi selama
kehamilan. Beberapa wanita lain kulitnya mengalami scar dan terlihat menyebar. Hirsutism
adalah pertumbuhan rambut yang berlebihan dan pertumbuhan rambut pada tempat yang tidak
biasanya, juga hal yang mungkin terjadi. Peningkatan pertumbuhan rambut biasanya juga terjadi.
Rambut kembali normal setelah kehamilan. Pertumbuhan rambut yang kasar biasanya tidak
menghilang setelah kehamilan. Beberapa wanita berkomentar bahwa rambut mereka menebal
dan tumbuh lebih banyak selama kehamilan.
C. Perubahan Pada Kulit
Perubahan pada kulit ibu hamil, terjadi karena terdapat hormon khusus. Perubahan kulit
dalam bentuk hiperpigmentasi dan hiperemi di beberapa tempat dapat dijabarkan sebagai
berikut :
Kulit

Bentuk Perubahan

Muka

Kloasma

gravidarum

Keterangan
atau

mask

of Bentuk seperti kupu-kupu, simetris

pregnancy disebabkan oleh kombinasi :


- Hormon seks

pada sisi kanan dan kiri.


Hiperpigmentasi

- Melanocyte stimulating hormon (MSH) yang


dikeluarkan oleh hipofisis anterior
Abdomen

Andeng-andeng dapat bertambah hitam


Striae lividae/nigra disebabkan oleh Hiperpigmentasi di garis tengah kulit
kombinasi :
- Melanocyte stimulating hormon

abdomen.
Hiperpigmentasi kulit abdomen bagian

- Estrogen dan progesteron


Mamae

bawah di atas simfisis pubis

- Hormon adrenokortikotropik
Puting susu dan areola mamae bertambah Salah
hitam,

kelenjar

menonjol.

Minogomery

Ketiganya,

satu

tanda

awal

kehamilan

makin khususnya pada kehamilan pertama

disebabkan

oleh

kombinasi peningkatan hormon seperti di


Spider

atas
Semakin jelasnya pembuluh darah kapiler Spider angioma sulit terlihat pada orang

angioma

dengan titik di tengahnya di beberapa Indonesia disebabkan warna kulitnya


tempat seperti yang dijumpai pada sirosis sawo matang.
hepatis.
Pembuluh darah tampak semakin jelas
keduanya

disebabkan

oleh

peningkatan

Eritema

estrogen.
Kulit telapak tangan merah dan kadang- Jarang terjadi pada wanita Indonesia

palmans

kadang mengelupas.
Peningkatan

Rambut

karena kulit telapak tangan menebal

estrogen

menyebab-kan akibat pekerjaannya.

jaringan ikat merenggang.


Fase
anagen/pertumbuhan
berlangsung

selama

2-6

rambut Sering
tahun

dijumpai

bahwa

setelah

dan persalinan rambut yang rontok semakin

selanjutnya beristirahat.

banyak, namun tumbuh kembali.

Fase telogen berlangsung selama 3 bulan. Situasi ini dipengaruhi oleh tingginya
Pada fase ini sebagian rambut rontok estrogen/progenteron
kemudian tumbuh kembali yang normalnya
sekitar 15-20%. Fase telogen turun menjadi
10% pada akhir kehamilan.
D. Penyakit Kulit
Prurigo pada kehamilan
Lesi-lesi ini memiliki banyak nama. Menurut Shornick (1998), penyakit ini mencakup prurigo
gestasionis dan dermatitis papular, yang tampaknya adalah varian-varian dari penyakit yang
sama dan tidak spesifik untuk kehamilan. Varian yang ringan dan lebih sering ditemukan, prurigo
gestasionis, ditandai dengan lesi-lesi kecil, gatal, dan cepat mengalami ekskoriasi yang terletak
di lengan bawah dan badan. Lesi biasanya muncul pada minggu ke 25 sampai 30, dan tidak

dijumpai vesikel atau bula. Dermatitis papular, yang diuraikan oleh Spangler dkk. Pada tahun
1962, adalah dermatitis pada kehamilan tahap lanjut yang jarang dijumpai. Penyakit ini ditandai
dengan erupsi pruntik generalisme. Lesi tampak sebagai papula-papula lunak, berwarna merah,
ungu sampai merah-coklat, dengan sebagian memiliki krusta hemoragik di bagian tengahnya.
Prutus biasanya dapat dikendalikan dengan antihistamin dan krim kortikosteroid. Hasil perinatal
tampaknya tidak terganggu oleh sindrom ini (Vaughan Jones dan Black, 1999).
Herpes gestasionis
Erupsi kulit berlepuh yang gatal ini biasanya timbul pada wanita nulipara pada kehamilan tahap
lanjut, walaupun dapat juga muncul sejak awal kehamilan atau sampai seminggu postpartum.
Herpes gestasionis kadang-kadang menyertai penyakit frofoblastik gestasional. Penyakit ini,
yang juga disebut sebagai pemfigoid gestasionis, serupa dengan pemfigoid bulosa yang dijumpai
pada pasien lansia (Fine, 1995). Secara imunologis, penyakit ini tidak dapat diberdakan dari
pemfigoid bulosa (Nousari dan Anhalt, 1999; Triffet dkk., 1999). Dengan demikian herpes
gestasionis yang spesifik organ (Engineer dkk., 2000).
Herpes gestasionis yang berat dapat berakibat serius, tetapi untungnya hal ini jarang dijumpai.
Impetigo herpetiformis
Ini adalah suatu erupsi pustular yang jarang dan mungkin timbul pada kehamilan tahap lanjut.
Sebagian penulis menganggapnya sebagai suatu bentuk psoriasis pustulosa yang timbul
bersamaan dengan kehamilan,s sementara penulis lain menganggapnya sebagai suatu dermatosis
kehamilan ersendiri (Arionson dan Alaska, 1995). Oumeish dkk. (1982) melaporkan seorang
wanita yang mengalami sekambuhan dermatosis ini pada sembilan kehamilannya. Pada tiga
kehamilan terjadi hidrosefalus janin. Juga terjadi dua kematian perinatal yang sebabnya tidak
diketahui. Wanita ini juga mengalami lesi kulit khas saat mendapat kontrasepsi oral estrogenprogesteron.
Tanda utama lesi impetigo herpetiformis adalah pustula-pustula steril yang terbentuk di
sekeliling tepi bercak eritematosa. Lesi-lesi eritematosa biasanya dimulai di daerah lipatan dan
meluas ke perifer. Selaput lendir biasanya terkena. Lesi histologi khasnya adalah mikroabses.
Rongga mirip spons di epidermis, yang terisi oleh neutrofil, diberi nama pustula spongiformis
Kogoj.
Pruritus tidak parah, tetapi sering timbul gejala konstitusi. Selain mual, muntah, diare, serta
menggigil dan demam, sering terjadi hipoalbuminemia dan hipokalsemia. Walaupun pada

awalnya steril, pustula dapat terinfeksi sekunder setelah pecah, dan sepsis merupakan penyulit
yang serius.
Terapi berupa kortikosteroid dan antimikroba sistemik untuk mengobati infeksi sekunder dan
sepsis. Penyakit mungkin menetap selama beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah
melahirkan. Morbiditas dan mortalitas janin berkaitan dengan keparahan infeksi pada ibu, tetapi
mungkin terjadi bahkan pada penyakit yang sudah terkendali (Vaughan-Jones dan Black, 1999;
Wolf dkk., 1995).
GAMBAR

Anda mungkin juga menyukai