Disusun Oleh :
Ani Suryani
H2A011008
Auliana Putri W
H2A011010
Nadiatul Haque
H2A011031
Ahmad Auli R
H2A012032
H2A012009
dalam, dan berbeda pula dalam jenis serta banyaknya andeksa yang ada di
dalam lapisan kulitnya. Pada permukaan kulit terlihat adanya alur-alur atau
garis-garis halus yang membentuk pola yang berbeda di berbagai daerah
tubuh serta bersifat khas bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari
tangan, telapak tangan dan telapak kaki atau dikenal dengan pola sidik jari
(dermatoglifi).
Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening.
c. Lapisan berbutir (stratum granulosum) tersusun oleh sel-sel
keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir dalam
protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini
paling jelas pada kulit telapak tangan dan kaki.
d. Lapisan bertaju (stratum spinosum) disebut juga lapisan malphigi
terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan
jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan
saling berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi
filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada
lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa baris. Bentuk sel
berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal), dan makin ke
arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Di antara sel-sel taju
terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk peredaran cairan
jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di
bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang berada dalamsusunan
kimiawi yang khas; inti-inti sel dalam bagian basal lapis taju
mengandung kolesterol, asam amino dan glutation.
e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)
merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel
torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan
dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina
basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang
membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup
besar terhadap pengaturan metabolisme demoepidermal dan fungsifungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis bertambah
banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan
lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih
terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit)
pembuat pigmen melanin kulit.
2. Dermis
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat
keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau
kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot
penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada
di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk
batang rambut.
Kelenjar palit yang menempel di saluran kandung rambut,
menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara
kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 %
kulit jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat
diperkirakan antara 1-2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata
serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dantelapak kaki. Susunan
dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-serat, matriksinterfibrilar yang
menyerupai selai dan sel-sel.
Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat,
memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masingmasing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan fungsi
mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa
juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat
merugikan diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat takut atau sangat
tegang, otot penegak rambut yang menempel di kandung rambut, akan
mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri. Kelenjar
palit yan menempel di kandung rambut memproduksi minyak untuk
melumasi permukaan kulit dan batang rambut. Sekresi minyaknya
dikeluarkan
melalui
muara
kandung
rambut.
Kelenjar
keringat
nilai pH, perlu terus-menerus dipertahankan dan dijaga agar jangan sampai
menghilang oleh pemakaian kosmetika.
Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis
yang dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan
serat protein ini yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga
jaringan penunjang, karena fungsinya adalah membentuk jaringan-jaringan
kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit. Berkurangnya protein
akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis dan mudah mengendur
hingga timbul kerutan. Faktor lain yang menyebabkan kulit berkerut yaitu
faktor usia atau kekurangan gizi. Dari fungsi ini tampak bahwa kolagen
mempunyai peran penting bagi kesehatan dan kecantikan kulit. Perlu
diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit jangat dapat menimbulkan
cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak memilikikemampuan
memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari.
Di dalam lapisan dermis terdapat dua macam kelenjar yaitu
kelenjar keringat dan kelenjar palit.
a. Kelenjar keringat
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan
duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit,
membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan
kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat di permukaan telapak tangan,
telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu
badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh.
Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan
obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :
1) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih,
yaitu keringat yang mengandung 95 97 % air dan mengandung beberapa
mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan
sampingan dari metabolisma seluler. Kelenjar keringat initerdapat di
seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kakisampai ke kulit
kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14
liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar
keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara
langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
2) Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak, puting
susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital)
menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta
berbau khas pada setiap orang Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya
alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan
muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar keringat
apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang
disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil
baligh dan aktivitasnya dipengaruhi oleh hormon.
b. Kelenjar palit,
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan
dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang
bermuara
ke
dalam
kandung
rambut
(folikel).
Folikel
rambut
10
Eritema,
Telangiektasis
c. Diatas permukaan kulit: Urtika, Vesikel, Bula, Kista, Pustul, Abses, Papul,
Nodus, Tumor, Vegetasi
d. Bentuk peralihan: Sikatriks, Hipotrofi, Anetoderma, Erosi, Ekskoriasi,
Ulkus, Skuama, Krusta, Sel-sel asing dan hasil metabolism, Kotoran.
Berdasarkan Kejadiannya, UKK dibagi atas UKK primer, sekunder, dan
UKK khusus. UKK primer adalah bentuk lesi awal, sebelum mengalami
perubahan karena trauma, manipulasi (garukan, gesekan), infeksi sekunder,
atau perubahan alamiah. UKK khusus merupakan UKK yang terjadi pada
kondisi atau penyakit tertentu saja.
a. Lesi primer: Makula, Papula, Urtika, Patch, Plak, Vesikel, Bula,
Pustula, Nodul, Kista
b. Lesi sekunder: Krusta, Skuama, Ulkus, Erosi, Fisura, Ekskoriasi, Skar,
Likenifikasi, Atrofi
c. Lesi khusus: Teleangiektasia, Purpura, Ptekie, Komedo, Burrow, Lesi
target.
LESI PRIMER
a. Bulla dan Vesikel
Bulla adalah lesi yang terisi oleh cairan dengan ukuran > 0.5 cm
sedangkan vesikel > 0.5 cm.Dapat terjadi intraepidermal dan subepidermal.
11
Vesikel
b.
Bulla
Makula
Patch
12
Nodul
Papul
Plak
d. Kista
Kista adalah suatu ruangan berkapsul dengan epitel yang terdiri dari
cairan atau dari bahanbahansemi solid berupa sel-sel yang telah mati atau
produk-produk sel itu sendiri, sepertikeratin.
Patofisiologi: Terjadi karena peradangan sehingga komponen-komponen
peradangan tersebut membentukmasa yang semisolid.
Kista
e. Urtika
Urtika adalah penonjolan di atas permukaan kulit akibat edema
setempat
dan
dapat
hilangperlahan-lahan,
misalnya
pada
dermatitis
13
Urtika
f. Pustula
Pustula adalah lesi kulit yang terisi dengan pus dibagian epidermis
Patofisiologi: Terjadi karena infeksi bakteri menyebabkan penumpukan
eksudat purulen yang terdiridari pus, leukosit dan debris.
Pustula
g. Abses
Abses adalah efloresensi sekunder berupa kantong berisi nanah di
dalam jaringan.misalnya abses Bartholini dan abses banal.
Patofisiologi: Terjadi akumulasi bahan-bahan purulen di bagian dalam dermis
atau jaringanSubkutan
Abses
14
LESI SEKUNDER
a. Sikatriks
Sikatriks/scar adalah jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan
dermis yangsudah hilang. Jaringan ikat ini dapat lebih cekung dari kulit
sekitarnya (sikatriks atrofi), dapatlebih menonjol (sikatriks hipertrofi), dan
dapat normal (uetrofi/luka sayat). sikatriks tampaklicin, garis kulit dan
adneksa hilang.
Patofisiologi: Terjadi karena proliferasi jaringan fibrosa digantikan oleh
jaringan kolagen setelahterjadinya luka atau ulserasi.
Sikatrik
b. Erosi
Erosi adalah kerusakan kulit sampai stratum spinosum. kulit tampak
menjadi merahdan keluar cairan serosa, misalnya pada dermatitis kontak
Patofisiologi: Terjadi karena adanya trauma sehinggga terjadi pemisahan
lapisan epidermis denganlaserasi rupture vesikel atau bula dan nekrosis
epidermal.
Erosi
c. Likenifikasi
Likenifikasi adalah penebalan kulit sehingga garis-garis lipatan kulit
tampak lebih jelas.
15
Likenifikasi
d. Eksoriasi
Eksoriasi adalah kerusakan kulit sampai ujung stratum papilaris
sehingga kulit tampakmerah disertai bintik-bintik perdarahan. ditemukan pada
dermatitis kontak dan ektima
Patofisiologi: Terjadi karena adanya lesi yang gatal sehingga di garuk dan
dapat menyebabkan perdarahan.
Eksoriasi
e. Krusta
Krusta adalah onggokan cairan darah, nanah, kotoran, dan obat yang
sudah mongering diatas permukaan kulit misal impetigo krustosa. Krusta
dapat berwarna hitam, merah atau coklat.
Patofisiologi: Terjadi karena ketika papul, pustule, vesikel bulla mengalami
rupture atau pecah cairan ataubahan-bahan yang terkandung di dalamnya akan
mengering.
16
Krusta
f. Atrofi
Atrofi adalah pengurangan ukuran sel, organ atau bagian tubuh tertentu
Patofisiologi:
Penurunan
jaringan
ikat
retikuler
dermis
sehingga
Atrofi
Berbagai istilah ukuran, susunan kelainan/ bentuk serta penyebaran dan lokalisasi
dijelaskan berikut ini.
Ukuran
1. Miliar : sebesar kepata jarum pentul.
2. Lentikular : sebesar biji jagung
3. numular : sebesar uang logam 5 rupiah atau 100 rupiah
4. plakat : en plaque, lebih besar dari nummular.
Susunan kelainan/bentuk
1. Liniar : seperti garis lurus
2. sirsinar/anular : seperti lingkaran
3. arsinar : berbentuk bulan sabit
4. polisiklik : bentuk pinggiran yang sambung menyambung
5. korimbiformis ; susunan seperti induk ayam yang dikelilingi anakanaknya.
17
Bentuk lesi
1. teratur : misalnya bulat, lonjong, seperti ginjal dan sebagainya.
2. tidak teratur : tidak rnernpunyai bentuk teratur.
Penyebaran dan lokalisasi
1. sirkumskrip : berbatas tegas
2. difus : tidak berbatas tegas
3. genaralisata : tersebar pada sebagian besar bagian tubuh
4. regional : mengenai daerah tertentu badan
5. universalis : seluruh atau hampir seluruh tubuh (90%- 100%)
6. solitar : hanya satu lesi
7. herpetiformis : vesikel berkelompok seperti pada herpes zoster
8. konfluens : dua atau lebih lesi yang menjadi satu
9. diskret : terpisah satu dengan yang lain
10. serpiginosa : proses yang menjalar ke satu jurusan diikuti oleh
penyembuhan pada bagian yang ditinggalkan
11. irisformis : eritema berbentuk bulat lonjong dengan vesikel warna
yang lebih gelap di tengahnya.
12. simatrik : mengenai kedua belah badan yang sama
13. bilateral : mengenai kedua belah badan
14. unilateral : mengenai sebelah badan.
18
19
20
penyelidikan
ternyata
hampir
80%
tidak
diketahui
Obat
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara
imunologik maupun non-imunologik. Obat sistemik (penisilin,
sepalosporin, dan diuretik) menimbulkan urtikaria secara imunologik
tipe I atau II. Sedangkan obat yang secara non-imunologik langsung
merangsang sel mast untuk melepaskan histamin, misalnya opium dan
zat kontras.
2.
Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria akut,
umumnya
akibat
reaksi
imunologik.
Makanan
yang
sering
21
3.
Gigitan
atau
sengatan
serangga
Gigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan urtika
setempat, hal ini lebih banyak diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe
seluler (tipe IV).
4.
Bahan fotosenzitiser
Bahan semacam ini, misalnya griseofulvin, fenotiazin, sulfonamid,
bahan kosmetik, dan sabun germisid sering menimbulkan urtikaria.
5.
Inhalan
Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, asap,
bulu binatang, dan aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan
urtikaria alergik (tipe I).
6.
Kontaktan
Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang,
serbuk tekstil, air liur binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan,
bahan kimia, misalnya insect repellent (penangkis serangga), dan
bahan kosmetik.
7.
Trauma Fisik
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, faktor panas,
faktor tekanan, dan emosi menyebabkan urtikaria fisik, baik secara
imunologik maupun non imunologik. Dapat timbul urtika setelah
goresan dengan benda tumpul beberapa menit sampai beberapa jam
kemudian. Fenomena ini disebut dermografisme atau fenomena
Darier.
8.
9.
Psikis
Tekanan jiwa dapat memacu sel mast atau langsung menyebabkan
peningkatan permeabilitas dan vasodilatasi kapiler .
10.
Genetik
22
Penyakit sistemik
Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan
urtikaria, reaksi lebih sering disebabkan reaksi kompleks antigenantibodi.
Klasifikasi
Klasifikasi urtikaria paling sering didasarkan pada karakteristik
klinis daripada etiologi karena sering kali sulit untuk menentukan etiologi
atau patogenesis urtikaria dan banyak kasus karena idiopatik. 3 Terdapat
bermacam-macam klasifikasi urtikaria, berdasarkan lamanya serangan
berlangsung dibedakan urtikaria akut dan kronik.
1.
Urtikaria Akut
Urtikaria akut terjadi bila serangan berlangsung kurang dari 6 minggu
atau berlangsung selama 4 minggu tetapi timbul setiap hari.2 Lesi
individu biasanya hilang dalam <24 jam, terjadi lebih sering pada anakanak, dan sering dikaitkan dengan atopi. Sekitar 20%-30% pasien
dengan urtikaria akut berkembang menjadi kronis atau rekuren.
2.
Urtikaria Kronik
Urtikaria kronik terjadi bila serangan berlangsung lebih dari 6 minggu,
pengembangan urtika kulit terjadi secara teratur (biasanya harian)
selama lebih dari 6 minggu dengan setiap lesi berlangsung 4-36 jam.
Gejalanya mungkin parah dan dapat mengganggu kesehatan terkait
dengan kualitas hidup.
3.
Urtikaria Kontak
Urtikaria kontak didefinisikan sebagai pengembangan urticarial wheals
di tempat di mana agen eksternal membuat kontak dengan kulit atau
mukosa. Urtikaria kontak dapat dibagi lagi menjadi bentuk alergi
(melibatkan IgE) atau non-alergi (IgE-independen).
4.
Urtikaria Fisik
23
a. Dermographism
Dermographism merupakan bentuk paling sering dari urtikaria
fisik dan merupakan suatu edema setempat berbatas tegas yang
biasanya berbentuk linier yang tepinya eritem yang muncul beberapa
detik setelah kulit digores.9,10 Dermographism tampak sebagai garis
biduran (linear wheal). Transient wheal atau biduran yang sementara
muncul secara cepat dan biasanya memudar dalam 30 menit; akan
tetapi, kulit biasanya mengalami pruritus sehingga bekas garukan dapat
muncul.
b. Delayed dermographism
Delayed dermographism terjadi 3-6 jam setelah stimulasi, baik dengan
atau tanpa immediate reaction, dan berlangsung sampai 24-48 jam. Erupsi
terdiri dari nodul eritema linier. Kondisi ini mungkin berhubungan dengan
delayed pressure urticaria.9
c. Delayed pressure urticaria
Delayed pressure urticaria tampak sebagai lesi erythematous, edema
lokal, sering disertai nyeri, yang timbul dalam 0,5-6 jam setelah terjadi
tekanan terhadap kulit. Episode spontan terjadi setelah duduk pada kursi yang
keras, di bawah sabuk pengaman, pada kaki setelah berlari, dan pada tangan
setelah mengerjakan pekerjaan dengan tangan.9
d. Vibratory angioedema
Vibratory angioedema dapat terjadi sebagai kelainan idiopatik
didapat, dapat berhubungan dengan cholinergic urticaria, atau setelah
beberapa tahun karena paparan vibrasi okupasional seperti pada pekerjapekerja di pengasahan logam karena getaran-getaran gerinda.Urtikaria ini
dapat sebagai kelainan autosomal dominan yang diturunkan dalam
keluarga.Bentuk keturunan sering disertai dengan flushing pada wajah.
e. Cold urticaria
Pada cold urticaria terdapat bentuk didapat (acquired) dan
diturunkan (herediter).Serangan terjadi dalam hitungan menit setelah
paparan yang meliputi perubahan dalam temperatur lingkungan dan kontak
langsung dengan objek dingin.Jarak antara paparan dingin dan onset
munculnya gejala adalah kurang lebih 2,5 jam, dan rata-rata durasi episode
adalah 12 jam.
f. Cholinergic urticaria
Cholinergic urticaria terjadi setelah peningkatan suhu inti
tubuh.Cholinergic urticaria terjadi karena aksi asetilkolin terhadap sel
mast. Erupsi tampak dengan biduran bentuk papular, bulat, ukuran kecil
kira-kira 2-4 mm yang dikelilingi oleh flare eritema sedikit atau luas
merupakan gambaran khas dari urtikaria jenis ini.
25
h. Solar urticaria
. Local
Heat Urticaria.
Solar urticaria Gambar
timbul sebagai
biduran
eritema dengan pruritus,
26
i. Exercise-induced anaphylaxis
Exercise-induced anaphylaxis adalah gejala klinis yang kompleks
terdiri dari pruritus, urtikaria, angioedema (kutaneus, laringeal, dan
intestinal), dan sinkop yang berbeda dari cholinergic urticaria. Exerciseinduced anaphylaxis memerlukan olahraga/exercise sebagai stimulusnya.
j. Adrenergic urticaria
Adrenergic urticaria timbul sebagai biduran yang dikelilingi oleh
white halo yang terjadi selama stress emosional. Adrenergic urticaria
terjadi karena peran norepinefrin. Biasanya muncul 10-15 menit setelah
rangsangan faktor pencetus seperti emosional (rasa sedih), kopi, dan
coklat.
k. Aquagenic urticaria and aquagenic pruritus
Kontak kulit dengan air pada temperatur berapapun dapat
menghasilkan urtikaria dan atau pruritus. Air menyebabkan urtikaria
karena bertindak sebagai pembawa antigen-antigen epidermal yang larut
air. Erupsi terdiri dari biduran-biduran kecil yang mirip dengan
cholinergic urticaria.
27
5.
Sindrom Khusus
a. Schnitzler syndrome
Schnitzler Syndromeadalah varian unik urtikaria kronis yang
ditandai oleh pruritic non-wheals yang berulang, demam intermiten, nyeri
tulang, arthralgias, atau radang sendi, terdapat peningkatan erythrocyte
sedimentation rate (ESR) dan monoclonal IgM gammopathy.
b. Muckle-Wells syndrome
Muckle-Wells syndrome adalah suatu kelainan yang berhubungan
dengan autoinflammatory yang ditandai dengan urtikaria, arthralgia,
ketulian sensorineural yang progresif, dan amiloidosis.
c. Pruritic Urticarial Papules and Plaques of Pregnancy
Pada wanita hamil dapat muncul erupsi papular urtikaria dan plak
disertai gatal yang dikenal dengan
sehingga
terjadi
transudasi
cairan
yang
mengakibatkan
28
29
FAKTOR NON
IMUNOLOGIK
FAKTOR IMUNOLOGIK
(inhalan, obat,
makanan, infeksi)
(morfin,kodein)
Reaksi tipe IV
(kontaktan)
Faktor fisik
Pengaruh komplemen
(panas, dingin,
trauma,
sinar X, cahaya)
SEL
MAS
BASOFI
L
Aktivasi komplemen
klasik alternatif
(Ag-Ab, venom,
toksin)
Reaksi tipe II
Efek kolinergik
Faktor genetik
(defisiensi C1 esterase
inhibitor)
PELEPASAN
MEDIATOR
Alkoho
l
(histamin, SRSA,
serotonin, kinin,
PEG, PAF)
VASODILATASI
Emosi
Dema
m
PERMEABILITAS
Idiopat
ik?
KAPILER
URTIKARIA
30
b.
Bentuknya
dapat
Jika
reaksi
ada
31
e.
Pemeriksaan
untuk
Diagnosis Banding
1. Angioedema
Angioedema
adalah
pembengkakan
yang
disebabkan
oleh
32
3. Urtikaria pigmentosa
Urtikaria pigmentosa adalah suatu erupsi pada kulit berupa
hiperpigmentasi yang
pembengkakan dan rasa gatal. Lokalisasi terutama pada badan, tapi dapat juga
mengenai ekstrimitas, kepala, dan leher. Efloresensi berupa makula coklatkemerahan atau papula-papula kehitaman tersebar pada seluruh tubuh, dapat
juga berupa nodula-nodula atau bahkan vesikel.
4. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah dermatitis pada individu dengan riwayat atopi
pada dirinya sendiri ataupun keluarganya, yaitu riwayat asma bronchial,
rhinitis alergika, dan reaksi alergi terhadap serbuk-serbuk tanaman. Gejala
utama adalah pruritus, dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya
lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan menggaruk sehingga
timbul papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi, dan krusta.
5. Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang disebabkan oleh
bahan/substansi yang menempel pada kulit pada seseorang yang telah
mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen. Pada yang akut dimulai dengan
bercak
eritematosa
yang
berbatas
jelas
kemudian
diikuti
edema,
papulovesikel, vesikel, atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan
erosindan eksudasi (basah). Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama,
papul, likenifikasi, dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah, urin, dan feses rutin untuk menilai ada tidaknya
infeksi yang tersembunyi atau kelainan pada alat dalam. 2 Pemeriksaan
darah rutin bisa bermanfaat untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit
penyerta.
Pemeriksaan-pemeriksaan
seperti
komplemen,
autoantibodi, elektrofloresis serum, faal ginjal, faal hati, faal hati, dan
urinalisis akan membantu konfirmasi urtikaria vaskulitis. Pemeriksaan C1
inhibitor dan C4 komplemen sangat penting pada kasus angioedema
33
Pemeriksaan
gigi,
telinga-hidung-
Tes Alergi
Adanya kecurigaan terhadap alergi dapat dilakukan konfirmasi dengan
melakukan tes kulit invivo (skin prick test) dan pemeriksaan IgE spesifik
(radio-allergosorbent test-RASTs). Tes injeksi intradermal menggunakan
serum pasien sendiri (autologous serum skin test-ASST) dapat dipakai
sebagai tes penyaring yang cukup sederhana untuk mengetahui adanya
faktor vasoaktif seperti histamine-releasing autoantibodies.
d.
Tes Provokasi
Tes provokasi akan sangat membantu diagnosa urtikaria fisik, bila testes alergi memberi hasil yang meragukan atau negatif. Namun demikian,
tes provokasi ini dipertimbangkan secara hati-hati untuk menjamin
keamanannya.
e.
f.
g.
h.
Tes fisik
Tes fisik ini bisa dengan es (ice cube test)atau air hangat apabila
dicurigai adanya alergi pada suhu tertentu.
i.
Pemeriksaan histopatologik
Pemeriksaan ini tidak selalu diperlukan, tetapi dapat membantu
diagnosis. Pada dermis mungkin menunjukkan peningkatan jarak antara
34
First-line therapy
First-line therapy terdiri dari:
a.
Edukasi
kepada
pasien:
b.
35
c.
Antagonis
reseptor
histamin
Antagonis reseptor histamin H1 dapat diberikan jika gejalanya
menetap. Secara klinis dasar pengobatan pada urtikaria dan angioedema
dipercayakan pada efek antagonis terhadap histamin pada reseptor H 1
namun efektifitas sering berkaitan dengan efek samping farmakologik
yaitu sedasi. Dalam perkembangannya terdapat antihistamin yang baru
yang berkhasiat yang berkhasiat terhadap reseptor H 1 tetapi nonsedasi
golongan ini disebut sebagai antihistamin nonklasik.
Antihistamin golongan AH1 yang nonklasik contohnya adalah
terfenadin, aztemizol, cetirizine, loratadin, dan mequitazin. Golongan ini
diabsorbsi lebih cepat dan mencapai kadar puncak dalam waktu 1-4 jam.
Masa awitan lebih lambat dan mencapai efek maksimal dalam waktu 4 jam
(misalnya terfenadin) sedangkan aztemizol dalam waktu 96 jam setelah
pemberian oral. Efektifitas lebih lama dibandingkan AH1 yang klasik.
Golongan ini juga dikenal sehari-hari sebagai antihistaminlong acting.
Keunggulan lain AH1 non klasik adalah tidak mempunyai efek sedasi
karena tidak dapat menembus sawar darah otak.
Antagonis reseptor H2 dapat berperan jika dikombinasikan dengan pada
beberapa kasus urtikaria karena 15% reseptor histamin pada kulit adalah
tipe H2. Antagonis reseptor H2 sebaiknya tidak digunakan sendiri karena
efeknya yang minimal pada pruritus. Contoh obat antagonis reseptor H 2
adalah cimetidine, ranitidine, nizatidine, dan famotidine.
b.
Second-line therapy
36
Jika gejala urtikaria tidak dapat dikontrol oleh antihistamin saja, second-line
therapy harus dipertimbangkan, termasuk tindakan farmakologi dan nonfarmakologi.
a.
Photochemotherapy
Hasil fototerapi dengan sinar UV atau photochemotherapy (psoralen
plus UVA [PUVA] telah disimpulkan, meskipun beberapa penelitian
menunjukkan peningkatan efektivitas PUVA hanya dalam mengelola
urtikaria fisik tapi tidak untuk urtikaria kronis.
b.
Antidepresan
Antidepresan trisiklik doxepin telah terbukti dapat sebagai antagonis
reseptor H1dan H2 dan lebih efektif dan lebih sedikit efek sedasi daripada
diphenhydramine dalam pengobatan urtikaria kronik. Dosis doxepin
bervariasi antara 25-150 mg/hari, tetapi hanya 10-30 mg/hari yang
dianjurkan untuk urtikaria kronis. Mirtazapine adalah antidepresan berefek
signifikan pada reseptor H1dan antipruritus. Pada kasus urtikaria fisik
dandelayed-pressure urticaria pada dosis 30 mg/hari.
c.
Kortikosteroid
Dalam beberapa kasus urtikaria akut atau kronik, terapi urtikaria
seharusnya respon dengan menggunakan kortikosteroid. Jika tidak
berespon, maka pertimbangkan kemungkinan proses penyakit lain
(misalnya, keganasan, mastocytosis, vaskulitis). Kortikosteroid juga dapat
digunakan dalam urticarial vasculitis, yang biasanya tidak respon dengan
antihistamin. Sebuah kursus singkat dari kortikosteroid oral (diberikan
setiap hari selama 5-7 hari, dengan atau tanpa tappering) atau dosis
tunggal injeksi steroid dapat membantu ketika digunakan untuk episode
urtikaria akut yang tidak respon terhadap antihistamin. Kortikosteroid
harus dihindari pada penggunaan jangka panjang pengobatan urtikaria
kronis karena efek samping kortikosteroid seperti hiperglikemia,
osteoporosis, ulkus peptikum, dan hipertensi.
Contoh
obat
kortikosteroid
adalah
prednison,
prednisolone,
37
dapat
membalikkan
peningkatan
permeabilitas
kapiler, diberikan dengan dosis dewasa 4-48 mg/hari PO dan dosis anakanak 0.16-0.8 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis dan 4 dosis.
d.
e.
dikombinasikan
dengan
antihistamin.
Mekanisme
nifedipin
terhadap
first-linedansecond-line
therapy.
Third-line
therapy
cyclophosphamide,
mycophenolate
mofetil,
danintravenous
38
a.
Immunomudulatory Agents
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa cyclosporine efektif dalam
Plasmapheresis
Plasmapheresis telah dilaporkan dapat bermanfaat dalam pengelolaan
Obat lainnya
Dapsonedan/atau
colchicine
mungkin
dapat
bermanfaat
dalam
First-line
Second-line
Third-line
mengelola
urtikaria
ketika
infiltrat
neutrophil
terlihat
secara histologis, tetapi
Therapy
Therapy
Therapy
Identifikasi dan
menghilangkan penyebab.
SedangBerat
Antihistamin H1 non
Antihistamin H1 non
sedatif
sedatif
Berat
(Distress pernapasan,
asma, edema laring)
Epinefrin subkutan
Antihistamin H1 non
sedatif
+
Kortikosteroid oral
NAC selama 3
minggu
Kortikosteroid
sistemik
(oral atau IV)
NA
Antihistamin
H1 (IM)
C
40
Identifikasi dan
1
dengan urtikaria akut sedang-berat, antihistamin
H1 non sedatif seharusnya juga
sedatif
H1 intramuskuler.
antihistamin H1 pada
malam hari,
antidepresan trisiklik,
Antihistamin
antihistamin
H2. H1 +
kostikosteroid oral
jangka pendek +
pencarian/penanganan
untuk urtikaria karena
vaskulitis, faktor
tekanan, dan lain-lain +
NAC: not adequately
dicoba obat lain
controlled
Gambar 13. Pedoman Penatalaksanaan Urtikaria Kronik.
41
42
a. Pengertian akne
Penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea
yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustule, nodus, dan kista pada
tempat predileksinya
b. Klasifikasi
Klasifikasi yang dibuat oleh Plewig dan Kligman dalam buku mereka
yaitu :
1) Akne vulgaris dan varietasnya
- Akne tropikals
- Akne fulminan
- Piderma fasiale
- Akne mekanika, dan lainnya
2) Akne venenata akibat kontaktan eksternal dan varietasnya
- Akne kosmetika
- Pomade akne
- Akne klor
- Akne akibat kerja
- Akne detergen
3) Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya
- Solar comedones
- Akne radiasi (sinar X, kobal)
Penggolongan ini membedakannya secara jelas dengan kelainan secara
jelas dengan kelainan yang irip akne, erupsi akneiformis, akibat induksi
obat yang digunakan secara lama, misalnya kortikostreroid, ACTH,
INH,
iodide
dan
bromide,
vitamin
B12,
difenil
hidantoin,
trimetadion,Phenobarbital.
Pada akne vularis terjadi perubahan jumlah dan konsistensi lemak
kelenjar, akibat pengaruh berbagai penyebab. Pada akne venenata
terjadi penutupan oleh massa eksternal. Pada akne fisis, saluran keluat
menyempit akibat radiasi sinar ultraviolet, sinar matahari, atau sinar
radioaktif.
c. Etiologi dan pathogenesis akne vulgaris
1) Perubahan pada keratinisasi dalam folikel yang biasanya berlangsung
longgar berubah menjdai padat sehingga sukar epas dari saluran foikel
tersebut.
2) Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan penigkatan unsure
komedogenik dan inflamatogeik penyebab lesi akne.
43
44
e. Gradasi
Gradasi menunjukkan berat ringannya penyakit diperlukan bagi pilihan
pengobatan. Ada berbagai pola pembagian gradasi penyakit akne vulgaris
yang dikemukakan, salah satunya sebagai berikut :
1) Komedo dimuka
2) Komedo, papul, pustule, dan peradangan lebih dalam dimuka.
3) Komedo, papul, pustule, dan peradangan lebih dalam dimuka, dada,
punggung.
4) Akne konglobata.
45
f. Diagnosis
Diagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan
ekskohleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo
ekstraktor (sendok unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai
massa padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya
kadang berwarna hitam.
Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik
berupa sebukan sel radang kronis di sekitar folikel pilosebasea dengan
massa sebum di dalam folikel. Pada kista, radang sudah menghilang diganti
dengan jaringan ikat pebatas massa cair sebum yang bercampur dengan
dara, jaringan mati, dan keratin yang lepas.
Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jassad renik yang mempunyai peran
pada etiologi dan pathogenesis penyakit dapat dilakukan dilaboratorium
mikrobiologi yang lengkap untuk tujuan penelitian, amun hasilnya sering
tidak memuaskan.
Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit dapat pula dilakukan
untuk tujuan serupa. Pada akne vulgaris kadar asam lemak bebas
meningkat dank arena itu pada pengobatan dan pencegahan digunakan cara
untuk mencegahnya.
g. Diagnosis banding
1) Erupsi akneiformis yang disebabkan oleh induksi obat, misalnya
kortikosteroid, INH, barbiturate, bromide, yodida, difenil hidantoin,
trimetadion, ACTH, dan lainnya. Klinis berupa erupsi papulo pustule
46
47
jasad renik.
2) Pengobatan sistemik
- Antibakteri sistemik, tetrasiklin (250mg-1.0mg/hari), azitromisin
250-500mg seminggu 3 kali, eritromisin 4x250mg/hari, dan
trimetroprim-sulfnetoksazol untuk akne yang parah dan tidak
responsive dengan obat lain, karena efek sampingnya. Obat lain
-
0,5mg/hari).
Vitamin A dan retinoid oral. Vitamin A digunakan sebagai
antikeratinisasi (50.000ui-150.000ui/hari) sudah jarang digunakan
karena
efek
sampingnya.
Isotretinoin
(0,5-1mg/kgBB/hari)
non-steroid/ibuprofen
yang dalam.
Bedah listrik dilakukan pada komedo tertutup untuk mempermudah
pengeluaran sebum atau pada nodulo-kistik untuk drainase cairan isi
48
49
pengobatan. Sediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit atau usapan dan
kerokan mukosa hidung yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap basil
tahan
asam
(BTA)
yaitu
dengan
menggunakan
Ziehl-Neelsen.
50
morfologi
(IM)
adalah
persentase
bentuk
solid
Syarat perhitungan :
- Jumlah minimal kuman tiap lesi 100 BTA
- IB 1 + tidak perlu dibuat IM-nya, karena untuk mendapat 100 BTA
harus mencari dalam 1000 sampai 10.000 lapangan
- Mulai dari IB 3 + harus dihitung IM-nya, sebab dengan IB 3 +
maksimum harus dicari dalam 100 lapangan.
Contoh Perhitungan IB dan IM
Tempat Pengambilan
IB
Solid
Nonsolid
IM
52
Telinga kiri
Telinga kanan
Ujung jari tangan kiri
Ujng Jari tangan kanan
Lesi I
Lesi II
4+
3+
1+
2+
3+
5+
18
9
8
0
1
7
8
33
91
92
5
22
93
92
395
9%
8%
0
1/23%
7%
8%
IB penderita : 18 : 6 = 3+
IM penderita : 33 : (33+395) = ....%
Ada pendapat, bahwa jika jumlah BTA kurang dari 100,
dapat pula dihitung IM-nya tetapi tidak dinatakan dalam %, tetap
dalam pecahan yang tidak boleh diperkecil atau diperbesar. Sebagai
contoh umpamanya solid ada 4, nonsolid ada 44, maka IM 4:48.
Sebaiknya diadakan standarisasi embuatan sediaan dan
pengamatan
sediaan
antar
laboratorium,
nasional
maupun
yang terdiri atas 50% tuberculoid dan 50% lepromatosa. Pada tipe BT
lebih banyak tuberculoid, sedangkan pada tipe BL lebih banyak
lepromatosa. Tipe-tipe campuran ini adalah tipe yang labil yang berarti
bahwa dapat dengan bebas beralih tipe, baik ke arah tipe TT maupun tipe
LL.
Menurut WHO pada 1981, lepra dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe
Multibasilar (MB) dan tipe Pausibasilar (PB).
1) Lepra tipe PB ditemukan pada seseorang dengan SIS baik. Pada
tipe ini berarti mengandung sedikit kuman yaitu tipe TT, tipe BT
dan tipe I. Pada klasifikasi Ridley-Jopling dengan Indeks Bakteri
(IB) kurang dari 2+.
2) Lepra tipe MB ditemukan pada seseorang dengan SIS yang
rendah. Pada tipe ini berarti bahwa mengandung banyak kuman
yaitu tipe LL, tipe BL dan tipe BB. Pada klasifikasi RidleyJopling dengan Indeks Bakteri (IB) lebih dari 2+.
Berkaitan dengan kepentingan pengobatan pada tahun 1987 telah
terjadi perubahan yaitu lepra PB adalah lepra dengan BTA negatif
pada pemeriksaan kerokan jaringan kulit, yaitu tipe I, tipe TT dan tipe
BT menurut klasifikasi Ridley-Jopling. Apabila pada tipe-tipe tersebut
disertai BTA positif maka akan dimasukkan kedalam lepra tipe MB.
Sedangkan lepra tipe MB adalah semua penderita lepra tipe BB, tipe
BL dan tipe LL atau apapun klasifikasi klinisnya dengan BTA positif,
harus diobati dengan regimen MDT (Multi Drug Therapy)-MB.
Manifestasi Klinis Lepra
Tanda dan gejala penyakit lepra tergantung pada beberapa hal yaitu
multiplikasi dan diseminasi kuman M. leprae, respon imun penderita
terhadap kuman M. leprae serta komplikasi yang diakibatkan oleh
kerusakan saraf perifer.
Karakteristik klinis kerusakan saraf tepi:
54
Lepramatosa
(LL)
Borderline
Lepromatosa
(BL)
Mid
Borderline
(BB)
Makula
Infiltrat difus
Papul
Nodus
Tidak terhitung,
praktis tidak ada
kulit sehat
Makula
Plakat
Papul
Plakat
Dome-shaped
(kubah)
Punched-out
Dapat
dihitung, kulit
sehat jelas ada
Lesi
-
Bentuk
Jumlah
Distribusi
Simetris
Permukaan
Halus berkilat
Batas
Anestesia
Tidak jelas
Tidak
ada
sampai
tidak
jelas
Agak jelas
Tidak jelas
Agak kasar,
agak berilat
Agak jelas
Lebih jelas
BTA
-
Lesi kulit
Banyak
globus)
Banyak
globus)
Negatif
(ada
Banyak
Agak banyak
(ada
Biasanya
negatif
Negatif
Negatif
Sekret
hidung
Tes lepromin
Sukar
dihitung,
masih
ada
kulit seha
Hampir
simetris
Halus berkilat
Asimetris
Biasanya
negatif
55
Tuberkuloid
(TT)
Borderline
Tuberkuloid
(BT)
Indeterminate
(I)
Makula saja;
makula
dibatasi
infiltrat
Satu, dapat
beberapa
Hanya makula
Lesi
-
Bentuk
Jumlah
Distribusi
Asimetris
Permukaan
Batas
Kering
bersisik
Jelas
Makula
dibatasi
infiltrat;
infiltrat saja
Beberapa
atau
satu
dengan
satelit
Masih
asimetris
Kering
bersisik
Jelas
Anestesia
Jelas
Jelas
BTA
-
Lesi kulit
Hampir
selalu negatif
Positif kuat
(3+)
Negatif atau
hanya 1+
Positif lemah
Tes lepromin
Satu
beberapa
atau
Variasi
Halus,
agak
berkilat
Dapat
jelas
atau tidak jelas
Tidak
ada,
sampai tidak
jelas
Biasanya
negatif
Dapat positif
lemah
atau
negatif
Klasifikasi
Pausibasilar (1-5 lesi kulit)
Multibasilar ( 6 atau lebih lesi
kulit)
56
57
Gejala/tanda
Keadaan umum
Peradangan di kulit
Saraf
Reaksi tipe 1
Umumnya
baik,
demam ringan (sub
febris)
atau
tanpa
demam
Bercak kulit lama
menjadi
lebih
meradang
(merah),
dapat timbul bercak
baru
Sering
terjadi,
umumnya berupa nyeri
tekan saraf dan atau
gangguan fungsi saraf
Reaksi tipe 2
Ringan sampai berat disertai
kelemahan
umum
dan
demam tinggi
Timbul nodul kemerahan,
lunak dan nyeri tekan.
Biasanya pada lengan dan
tungkai. Nodul dapat pecah
(ulserasi)
Dapat terjadi
58
Peradangan
organ lain
Waktu timbul
Tipe lepra
pada
Tabel Perbedaan reaksi ringan dan berat pada reaksi lepra tipe 1 dan tipe 2.
No
Gejala/tanda
Kulit
Saraf tepi
Keadaan
umum
Gangguan
pada organ
lain
Reaksi tipe 1
Ringan
Berat
Bercak: merah, Bercak: merah,
tebal,
panas, tebal,
panas,
nyeri*
nyeri
yang
bertambah parah
sampai pecah
Nyeri
pada Nyeri
pada
perabaan: (-)
perabaan: (+)
Gangguan
Gangguan fungsi:
fungsi: (-)
(+)
Demam: (-)
Demam:
Reaksi tipe 2
Ringan
Berat
Nodul: merah, Nodul:
merah,
panas, nyeri
panas, nyeri yang
bertambah parah
sampai pecah
Nyeri
pada
perabaan: (-)
Gangguan
fungsi: (-)
Demam:
Nyeri
pada
perabaan: (+)
Gangguan fungsi:
(+)
Demam: (+)
Terjadi
perdanngan pada:
Mata:
Iridocyclitis
Testis:
epididimoorchitis
Ginjal: nephritis
Kelenjar
limfe:
limfadenitis
Gangguan pada
tulang,
hidung
dan tenggorokan
*) Apabila ada reaksi pada lesi kulit yang dekat dengan saraf
dikategorikan sebagai reaksi berat.
4 A. TERANGKAN PENGOBATAN LEPRA MENURUT WHO DAN
JANGKA PENDEK
Penatalaksanaan Lepra menurut WHO
Obat-obatan yang digunakan dalam World Health OrganizationMultydrug Therapy (WHO-MDT) adalah kombinasi rifampisin,
klofazimin dan dapson untuk penderita lepra tipe MB serta rifampisin
dan dapson untuk penderita lepra tipe PB. Rifampisin ini adalah obat
antilepra yang paling penting dan termasuk dalam perawatan kedua
59
bulan.
Anak-anak diberikan selama 6 bulan dengan kombinasi
rifampisin 450 mg setiap bulan dan dapsone 50 mg setiap
bulan.
Note: anak-anak dengan usia dibawah 10 tahun,
rifampisin 10 mg/kg berat badan setiap bulan,
dapsone 2 mg/kg berat badan setiap hari
klofamizin 1 mg/kg berat badan diberikan pada
61
waktu
berhubungan
seksual.
Bau
tersebut
62
Trichomonas
vaginalis,
biasanya
ditularkan
melalui
63
dapat
diobati dengan anti jamur atau krim. Biasanya jenis obat anti jamur yang
sering digunakan adalah Imidazol yang disemprotkan dalam vagina
sebanyak 1 atau 3 ml. Ada juga obat oral anti jamur yaitu ketoconazole
dengan dosis 2x1 hari selama 5 hari. Apabila ada keluhan gatal dapat
dioleskan salep anti jamur.
64
bentuk larutan atau gel, selama 10 hari. (2) Povidone iodine, Merupakan
bahan aktif yang bersifat antibakteri maupun anti jamur. (3) Derivat
Polien; Nistatin 100.000 unit krim/tablet vagina selama 14 hari. Nistatin
100.000 unit tablet oral selama 14 hari. (4) Derivat Imidazole:
Topical( Mikonazol : 2% krim vaginal selama 7 hari, 100 mg tablet
vaginal selama 7 hari, 200 mg tablet vaginal selama 3 hari, 1200 mg tablet
vaginal dosis tunggal.
Ekonazol 150 mg tablet vaginal selama 3 hari. Fentikonazol 2%
krim vaginal selama 7 hari, 200 mg tablet vaginal selama 3 hari, 600 mg
tablet vaginal dosis tunggal. Tiokonazol 2% krim vaginal selama 3 hari,
6,5 % krim vaginal dosis tunggal. Klotrimazol 1% krim vaginal selama 7
14 hari, 10% krim vaginal sekali aplikasi, 100 mg tablet vaginal selama 7
hari, 500 mg tablet vaginal dosis tunggal. Butokonazol 2% krim vaginal
selama 3 hari. Terkonazol 2% krim vaginal selama 3 hari).Sistemik
( Ketokanazol 400 mg selama 5 hari. Trakanazol 200 mg selama 3 hari
atau 400 mg dosis tunggal. Flukonazol 150 mg dosis tunggal.
2) Terapi Nonfarmakologi
a) Perubahan Tingkah Laku
Fluor albus yang disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang
dilingkungan yang hangat dan basah maka sebaiknya menggunakan
pakaian dalam yang terbuat dari katun serta tidak menggunakan
pakaian dalam yang ketat.
b) Personal Hygiene
Menjaga daerah kewanitaan harus tetap bersih dan kering, seperti
penggunaan tisu basah atau produk panty liner harus steril.
65
SPECIFIC URETHRITIS)
a. Pengertian NSU
Peradangan terjadi hanya pada uretra yang disebabkan oleh kuman non
spesifik.
b. Etiologi
1) Chlamydia trachomatis
Lebih dari 50% dari semua kasus NSU disebabkan oleh kuman ini.
Kuman ini merupakan parasit intraobligat, menyerupai bakteri gram
negatif. Dalam perkembangannya, kuman ini mengalami 2 fase:
- Fase I (fase noninfeksiosa), terjadi keadaan laten, dapat
ditemukan pada genitalia maupun konjungtiva. Saat ini kuman
bersifat intraselular dan berada didalam vakuol yang letaknya
melekat pada inti sel hospes, disebut badan inklusi.
- Fase II (fase penularan), bila vakuol pecah kuman keluar dalam
bentuk badan elementer yang dapat menimbulkan infeksi pada sel
hospes yang baru.
2) Ureaplasma urealyticum
Merupakan 25% penyebab NSU dan sering bersamaan dengan
Chlamydia trachomatis.
3) Alergi
Ada dugaan bahwa NSU disebabkan oleh reaksi alergi terhadap
komponen sekret alat urogenital pasangan seksual apabila pada
pemeriksaan sekret ternyata steril dan pemberian antihistamin dan
kortikosteroid mengurangi gejala.
4) Bakteri
Staphylococcus dan Difteroid dapat tumbuh komensal dan
menyebabkan uretritis hanya pada beberapa kasus.
c. Gejala Klinis
1) Pria
66
Bartholini,
atau
uretra.
Umumnya
wanita
tidak
67
2 minggu.
5) Sulfa-trimetoprim: 2 x 2 tablet sehari selama seminggu
6) Azitromisin
: 1 gram dosis tunggal
7) Spiramisin
: 4 x 500mg/hari selama seminggu
8) Ofloksasin
: 2 x 200 mg/hari selama 10 hari.
f. Prognosis
Kadang tanpa pengobatan, penyakit lambat laun berkurang dan
akhirnya sembuh sendiri (50-70% dalam waktu kurang lebih 3 bulan).
Setelah pengobatan, lebih kurang 10% penderita akan mengalami
eksaserbasi/rekurens.
5
Treponema
telah
dapat
dibuktikan.
Terjadi
penundaan
68
69
Tes Treponemal
Tes ini menggunakan fragmen atau seluruh bagian T. pallidum sebagai
bahan antigen. Dibandingkan dengan tes non-treponemal, tes ini lebih tidak
praktis untuk dikerjakan. Akan tetapi, tes ini memiliki sensitivitas yang
lebih tinggi pada fase primer dan lanjut serta memiliki spesifisitas yang
lebih tinggi. Tes ini digunakan secara luas untuk mengkonfirmasi hasil tes
non-treponemal yang reaktif. Tes ini bersifat spesifik dan dapat digolongkan
menjadi empat kelompok :
a. Tes imobilisasi : TPI (Treponemal pallidum Imobilization Test)
TPI merupakan tes paling spesifik, tetapi mempunyai kekurangan;
biayanya mahal, teknis sulit, butuh waktu banyak, reaksi lambat (baru
positif pada akhir stadium primer), tidak dapat digunakan untuk menilai
hasil pengobatan, hasil dapat negatif pada sifilis dini dan sangat lanjut.
b. Tes fiksasi komplemen : RPCF (Reiter Protein Complement Fixation
Test).
RPCF sering digunakan untuk tes screening karena biayanya murah;
kadang-kadang didapatkan reaksi positif semu.
c. Tes imunofluoresen : FTA-Abs (Fluorecent Treponemal Antibody
Absorption Test) ada 2 yakni IgM dan IgG; FTA-Abs DS (Fluorecent
Treponemal Antibody Absorption Double Staining Test)
FTA-Abs merupakan tes antibodi imunofluoresensi tidak langsung dan
reaktivitasnya mulai muncul pada minggu ketiga infeksi. Serum yang
akan dites diencerkan 1/5 dalam sorben, yaitu ekstrak hasil kultur T.
pallidum strain Reiter. Sorben akan menyerap antibodi treponema
nonpatogen dalam serum. Kemudian serum diteteskan pada gelas objek
dengan permukaan telah terfiksasi antigen T. pallidum. Terakhir
diteteskan konjugat berupa globulin antihuman yang telah dilabel dengan
fluoresin. Jika dalam serum terdapat antibodi spesifik terhadap T.
pallidum, maka kuman akan bersinar dibawah mikroskop fluoresensi. Tes
ini sangat sensitif, sehingga memerlukan kontrol.
70
FTA-Abs paling sensitif (90%), terdapat 2 macam yaitu untuk IgM dan
IgG yang sudah positif pada waktu timbul kelainan. IgM sangat reaktif
pada sifilis dini, pada terapi yang berhasil titer IgM cepat turun,
sedangkan IgG lambat. IgM penting untuk mendiagnosis sifilis
kongenital.
d. Tes hemoglutisasi : TPHA (Treponemal pallidum Haemoglutination
Asssay); 19s IgM SPHA (Solid-phase Hemabsorption Assay); HATTS
(Hemagglutination
Treponemal
Test
for
Syphilis);
MHA-TP
71
72
P.S.B. atau Biologic False Positive (BFP) atau yang sering disebut
positif semu saja adalah suatu keadaan penderita tanpa menderita sifilis
atau treponematosis yang lain, akan tetapi pada pemeriksaan serum
memberi reaksi positif, terutama dengan tes nontreponemal.
Serum seseorang tanpa menderita treponematosis dapat mengandung
sedikit antibodi treponemal. Jika mendapat infeksi dengan berbagai
mikroorganisme, antibodi tersebut dapat bertambah hingga memberi hasil
tes nontreponemal positif; biasanya titernya rendah.
P.S.B. dibagi menjadi 2 macam; akut dan kronis.
P.S.B akut
Ciri khas pada P.S.B. akut: hasil tes nontreponemal positif lemah,
tidak ada persesuaian antara kedua tes; berakhir dalam beberapa
hari/minggu, jarang melebihi enam bulan sesudah penyakitnya sembuh.
P.S.B Kronis
Pada bentuk ini tes treponemal akan memberikan reaksi positif yang
berulang dalam beberapa bulan/tahun. Hasil tes likuor serebrospinalis
negatif. Contoh: Lepra terutama tipe LL, penyakit autoimun (misalnya
lupus eritematosa sistemik/diskoid, skleroderma, anemia hemolitik
autoimun), rheumatic heart disease, multiple sclerosis like neuropathy,
sirosis hepatis, poliarteritis nodosa, psikosis, nefritis kronis, adiksi heroin,
sklerosis sistemik dan penyakit vaskular perifer. Tes yang dianjurkan untuk
menyingkirkan P.S.B. ialah TPI, karena mempunyai spesifisitas yang
tinggi.
73
Positif Sejati
Positif sejati (true positive) pada T.S.S ialah penyakit treponematosis
yang menyebabkan tes nontreponemal dan tes treponemal positif. Penyakit
tersebut ialah penyakit tropis/subtropis seperti frambusia, bejel dan pinta.
Tes serologik yang dapat membedakan sifilis dengan infeksi oleh
treponema yang lain belum ada.
74
gejala
sifilis
primer
atau
sekunder,
maka
pasien
75
76
pengobatan
harus
diberikan.
Pada
saat
kehamilan,
ada
77
kulit. Pada fetus yang terkena sifilis, T. pallidum juga banyak ditemukan
dalam organ hati. Jika tidak dapat menemukan treponema, diagnosis
didasarkan atas hasil tes serologi. Tes nontreponemal positif yang
dikonfirmasi dengan tes treponemal positif dianggap sebagai sifilis,
sampai terbukti sesuatu yang lain. Untuk membedakan kemungkinan
transfer IgG pasif dari ibu, perlu dilakukan penentuan IgM total dan IgM
antibodi antitreponema dengan tes TFA-Abs. Seperti diketahui IgM tidak
dapat melewati sawar plasenta, namun jika sampai terjadi kontaminasi
darah fetus dengan IgM ibu akibat kerusakan plasenta, maka IgM ini akan
menghilang secara cepat dari peredaran darah begitu bayi lahir. Akan
tetapi IgM yang disintesis secara aktif dalam semester ketiga oleh fetus
yang terkena infeksi, akan menetap dalam darah selama masih ada infeksi.
Dalam waktu 5 hari setelah bayi lahir, kadar IgM akan meningkat sebagai
respons terhadap kolonisasi bakteri, sehingga untuk dapat menyatakan
adanya kenaikan, kadarnya harus lebih dari 50 mg/dl. Adanya kenaikan
kadar IgM bersamaan dengan hasil tes nontreponemal dan treponemal
positif menunjukkan petunjuk kuat adanya sifilis.
T.S.S. pada neurosifilis
Reaktivitas dengan tes treponemal, terutama FTA-Abs dan/atau
TPHA, dapat disebabkan oleh transudasi IgG dari serum pada penderita
yang telah diobati secara adekuat. Jadi tidak selalu berarti terdapat
neurosifilis yang aktif. Sebaliknya, jika hasilnya nonreaktif dapat
menyingkirkan
diagnosis
neurosifilis.
Tes
yang
berguna
untuk
mendiagnosis neurosifilis ialah 19S IgM SPHA, karena adanya IgM dalam
cairan serebrospinalis yang merupakan indikator tepat bagi neurosifilis.
6 A. TERANGKAN DAN PENGOBATAN SIFILIS
Definisi
Sifilis adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh Treponema
pallidum. Sifilis biasanya menular melalui hubungan seksual atau dari ibu
kepada bayi, akan tetapi sifilis juga dapat menular tanpa hubungan seksual
78
rupanya
79
80
Untuk
menegakkan
diagnosis
sifilis,
diagnosis
klinis
harus
81
82
Etiologi
Penyebabnya yang utama ialah staphylococcus aureus dan streptococcus B
hemolyticus, sedangkan staphylococcus epidermidis merupakan penghuninormal
di kulit dan jarang menyebabkan infeksi.
Faktor predisposisi
1. Higiene yang kurang
2. Menurunnya daya tahan misalnya; kekurangan gizi,anemia, penyakit kronik,
neoplasma ganas ,diabetes mellitus.
3. Telah ada penyakit lain di kulit karena terjadi kerusakan diepidermis, maka
fungsi kulit pelindung akan terganggu sehingga memudahkan terjadinya
infeksi.
Klasikasi
1. Pioderma Primer
83
kuning
kehijauan,
pembesaran
kelenjar
getah
bening
84
tidak karena potensi antibakterialnya lebih sedikit, pada pemberian per oral
tidak terlalau dihambat oleh adanya makanan dalam lambung.
d) Eritromisin
Dosisnya 4 kali 500 mg perhari per os. Efektivitasnya kurang
dibandingkan dengan linkomisin/klindimisin dan obat golongan penisilin
resisten-penesilinase dan obat golongan penisilin. Obat ini cepat
menyebabkan resisistensi sering member rasa tak enak di lambung.
e) Sefalosporin
Pada pioderma yang betat atau yang tidak member renspons dengan obatobatan tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin . Ada empat generasi
yang berkhasiat untuk kuman positif-gram ialah generasi I, Juga generasi
Iv. Contohnya sefadroksil yang generasi 1 dengan dosis untuk orang
dewasa 2 kali 500% mg atau 2 kali 100 mg perhari.
2. Topikal
Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengobatan
pioderma. Obat topikal anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara
sistemik agar kelak tidak terjadi resistensi dan hiversensitivitas, contohnya
ialah basitrasin,neomisin, dan mipirosin. Niomisin juga berkasiat untuk kuman
negative-gram. Neomisin , yang di negeri Barat dikatakan sering menyebabkan
sensitisasi, menurut pengalaman penulis jarang, teramisin dan kioramfenikol
tidak begitu efektif,banyak digunakan karena harganya murah. Obat-obat
tersebut sebagai salap atau krim.
Sebagai obat topikal juga kompres terbuka, contohnya; larutan
permanganas kalikus 1/500, larutan rivanol 1 o/oo dan yodium povidon 7,5%
yang dilarutkan 10 kali. Yang terakhir ini lebih efektif hanya pada sebagian
kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempuyai kekurangan
karena mengotori seprei.
Pemeriksaan Pembantu
Pada pemeriksaan laboratorik terdapat leukositosis. Pada kasus-kasus
yang kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada
kemungkinan penyebabnya bukan stafilokokus atau streptokokus melainkan
85
86
Diagnosis banding
Jika vesikel/bula telah pecah dan hanya terdapat koleret dan eritema,
maka mirip dematofitosis. Pada anamnesis hendaknya ditanyakan,
apakah sebelumnya terdapat lepuh. Jika ada, diagnosisnya ialah
impetigo bulosa.
Pengobatan
Jika terdapat hanya beberapa vesikel/bula, dipecahkan lalu diberi
salap antibiotic atau cairan antiseptic. Kalau banyak diberi pula
antibiotic sistemik. Faktor predisposasi dicari, jika karena banyak
keringat, ventilasi diperbaiki.
3. Imfetigo neonatorum
Penyakit ini merupakan varian impetigo bulosa yang terdapat
pada neonates. Kelainan kulit serupa impetigo bulosa hanya lokasinya
menyeluruh, dapat disertai demam.
Diagnosis banding
Sifilis congenital. Pada penyakit ini bula juga terdapat ditelapak
tangan dan kaki, terdapat pula snuffle nose, saddle nose, dan pseudo
paralisis parrot.
Pengobatan
87
88
F. Erisipelas konsitusi
a. Definisi
Erysipelas ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh
streptococcus, gejala utamanya ialah eritema berwarna cerah. Dan
berbatas tegas serta disertai gejala konstitusi.
89
b. Etilogi
Biasanya streptococcus B hemolyticus.
c. Gejala klinis
Terdapat gejala konsititusi; demam,malese. Lapisan kulit diserang
ialah epidermis dan dermis. Penyakit ini didahuluka trauma, karena itu
biasanya tempat predileksinya tungkai bawah. Kelainan kulit yang utama
ialah eritema yang berwarna merah cerah, terbatas tegas, dan pinggirnya
meninggi
dengan
tanda-tanda
radang
akut.
Dapat
disertai
b. Etiologi
Biasanya staphylococcus aureus.
c. Gejala klinis
Didapati pada anak. Faktor predisposisi ialah daya tahan yang menurun
(misalnya;malnutrisi,morbili), juga banyak keringat, karena itu bersamasama miliaria. Gambaran klinisnya berupa nodus eritematosa, multipel,
tsk nyeri, berbentuk kubah, dan lama memecah. Lokasinya ditempat yang
banyak keringat.
d. Diagnosis banding
Furunkulosis, pada penyakit ini terasa nyeri batuknya seperti kerucut
dengan pustule di tengah dan relative lebih cepat memecah.
e. Pengobatan
Antibiotik sistematik dan tropical. Ingat faktor predisposisi.
K. Hidraadenitis
a. Definitis
Hidraadenitis ialah infeksi kelenjar apokrin, biasanya
oleh
staphylococcus aureus.
b. Etiologi
Staphylococcus aureus.
c. Gejala klinis
Infeksi terjadi pada kelenjar apokrin, karena itu terdapat pada usia
sesuatu akil balik sampai dewasa muda. Sering didahului oleh
trauma/mikrotrauma, misalnya; banyak keringat, pemakaian Deodorant
atau rambut ketiak digunting.
Penyakit ini disertai gejala konstitusi; demam,malese. Awalnya
berupa nodul
91
tampak
daerah-daerah
erosive.
Akibat
eidermolisis
pemeriksaan
bakteriologik.
Juga
sebaliknya
diperiksa
93
utama
kematian
ialah
tidak
adanya
keseimbangan
Tzancksmear
95
Preparatdiambildaridiscrapingdasarvesikelyangmasihbaru,kemudian
diwarnaidenganpewarnaanyaituhematoxylineosin,Giemsas,Wrights,
toluidineblueataupunPapanicolaous.Denganmenggunakanmikroskop
cahayaakandijumpaimultinucleatedgiantcells.
Pemeriksaaninisensitifitasnyasekitar84%.
Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan
herpessimpleksvirus
2. Directfluorescentassay(DFA)
Preparatdiambildariscrapingdasarvesikeltetapiapabilasudahberbentuk
krustapemeriksaandenganDFAkurangsensitif.
Hasilpemeriksaancepat.
Membutuhkanmikroskopfluorescence.
Testinidapatmenemukanantigenvirusvaricellazoster
PemeriksaaninidapatmembedakanantaraVZVdenganherpessimpleks
virus.
3.
Polymerasechainreaction(PCR)
Pemeriksaandenganmetodeinisangatcepatdansangatsensitif.
Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti
scraping dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga
digunakansebagaipreparat,danCSF.
Sensitifitasnyaberkisar97100%.
Testinidapatmenemukannucleicaciddarivirusvaricellazoster.
4. Biopsikulit
Hasilpemeriksaanhistopatologis:tampakvesikelintraepidermaldengan
degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas
dijumpaiadanyalymphocyticinfiltrate.
Pengobatan
Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik, untuk nyerinya diberikan
analgetik. Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.
Indikasi obat antiviral ialah herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan
defisiensi imunitas mengingat komplikasinya. Obat yang biasa digunakan
ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir. Obat yang lebih baru
ialah famsiklovir dan pensiklovir yang mempunyai waktu paruh eliminasi
96
97
98
penonjolan yang tegak lurus pada permukaan kulit dan permukaannya verukosa
disebut sebagai verukosa filiformis.
Veruka Plana Juvenilis
Kutil ini besarnya miliar atau lentikular, permukaan licin dan rata,
berwarna sama dengan warna kulit atau agak kecoklatan. Penyebarannya
terutama di daerah muka dan leher, dorsum manus dan pedis, pergelangan
tangan, serta lutut. Juga terdapat fenomen Kbner dan termasuk penyakit yang
dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Jumlah kutil dapat sangat banyak.
Terutama terdapat pada anak dan usia muda, walaupun juga dapat ditemukan
pada orang tua.
Veruka Plantaris
Kutil ini terdapat di telapak kaki terutama di daerah yang mengalami
tekanan. Bentuknya berupa cincin yang keras dengan di tengah agak lunak dan
berwarna kekuning-kuningan. Permukaannya licin karena gesekan dan
menimbulkan rasa nyeri pada waktu berjalan, yang disebabkan oleh penekanan
oleh massa yang terdapat di daerah tengah cincin. Kalau beberapa veruka
bersatu dapat timbul gambaran seperti mozaik.
Pemeriksaan
Jika
gambaran
histopatologik
klinis
melalui
tidak
biopsi
jelas
kulit.
dapat
dilakukan
Gambaran
pemeriksaan
histopatologis
dapat
C. Kondiloma Akuminatum
99
Definisi
Kondiloma akuminatum ialah vegetasi oleh human papilloma virus tipe
tertentu, bertangkai, dan permukaannya berjonjot.
Etiologi
Virus penyebabnya adalah Virus Papilloma Humanus (VPH), ialah virus
DNA yang tergolong dalam keluarga virus Papova. Sampai saat ini telah
dikenal sekitar 70 tipe VPH, namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan
kondiloma akuminatum. Tipe yang pernah ditemui pada kondiloma
akuminatum adalah tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39, 41, 42, 44, 51, 52, dan
56.
Beberapa tipe VPH tertentu mempunyai potensi onkogenik yang tinggi,
yaitu tipe 16 dan 18. Tipe ini merupakan jenis virus yang paling sering
dijumpai pada kanker serviks. Sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai
pada kondiloma akuminatum dan neoplasia intraepitelial serviks derajat ringan.
Gejala Klinis
Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di
daerah genitalia eksterna. Pada pria tempat predileksinya di perineum dan
sekitar anus, sulkus koronarius, glans penis, muara uretra eksterna, korpus, dan
pangkal penis. Pada wanita di daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina,
kadang-kadang pada porsio uteri. Pada wanita yang banyak mengeluarkan fluor
albus atau wanita yang hamil pertumbuhan penyakit lebih cepat.
Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan
kalau masih baru, jika telah lama agak kehitaman. Permukaannya berjonjot
(papilomatosa) sehingga pada vegetasi yang besar dapat dilakukan percobaan
sondase. Jika timbul infeksi sekunder warna kemerahan akan berubah menjadi
keabu-abuan dan berbau tidak enak.
Pemeriksaan
1.
Tesasamasetat
Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang dicurigai.
Dalam15menitlesiakanberubahwarnamenjadiputih(acetowhite).
2.
Kolposkopi
100
akuminatayangsubklinis.Kolposkopimenggunakansumbercahayayangkuat
dan lensa binokular sehingga lesi dari infeksi HPV dapat diidentifikasi.
Biasanya kolposkopi digunakan bersama asam asetat untuk membantu
visualisasidarijaringanyangterkena.
3.
CervikalIntraepithelialNeoplasia(CIN)
Penggunaantessitologitidakberperanuntukmendiagnosakutilkelamin,
tetapiwanitayangterkenakutilkelamintetapharusdiskriningdengantespap.
SamadenganhubunganantarakondilomaakuminatadenganCIN,adaresiko
dari anal intra epithelial neoplasia pada pria dan wanita dengan kutil
anogenital.
4.
Histologi
Pemeriksaanhistologismenunjukkankelainanpadaepidermis,termasuk
akantosis(menebalnyastratumspinosum),parakeratosis(retensinukleidisel
stratum korneum), dan hiperkeratosis (menebalnya stratum korneum),
menyebabkanpembentukanpapillomatosisyangkhas.Karakteristiklainyang
ditemukandaripemeriksaanjaringanyangdibiopsiadalahkoilosit(selepitel
squamousdengannukleusabnormaldidalamhalositoplasmayangbesar).
Pengobatan
1. Kemoterapi
a. Podofilin
Yang digunakan ialah tingtur podofilin 25%. Kulit di sekitarnya
dilindungi dengan vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi, setelah 4-6
jam dicuci. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangin setelah 3 hari.
Setiap kali pemberian jangan melebihi 0,3 cc karena akan diserap dan
bersifat toksik. Gejala toksisitas ialah mual, muntah, nyeri abdomen,
gangguan alat napas, dan keringat yang disertai kulit dingin. Dapat pula
terjadi supresi sumsum tulang yang disertai trombositopenia dan
leukopenia. Pada wanita hamil sebaiknya jangan diberikan kerena dapat
terjadi kematian fetus.
101
dibandingkan elektrokauterisasi.
6. Interferon
Dapat diberikan dalam bentuk suntikan (i.m. atau intralesi) dan topikal
(krim). Interferon afa diberikan dengan dosis 4-6 mU. i.m. 3 kali seminggu
selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5 mU. i.m. selama 6 minggu.
Interferon beta diberikan dengan dosis 2x106 unit i.m. selama 10 hari
berturut-turut.
7. Imunoterapi
Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan
dapat diberikan pengobatan bersama dengan imunostimulator.
D. Moluskum Kontagiosum
Definisi
102
E. Varisela
Definisi
103
Infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan
mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama
berlokasi di bagian sentral tubuh.
Etiologi
Virus varisela-zoster. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa
infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit varisela, sedangkan reaktivasi
menyebabkan herpes zoster.
Gejala Klinis
Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14 sampai 21 hari. Gejala klinis
mulai gejala prodormal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, malese dan
nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul
eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk
vesikel ini khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan berubah
menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini
berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel yang baru sehingga menimbulkan
gambaran polimorfi.
Pemeriksaan
Sama seperti pemeriksaan herpes zoster
Pengobatan
Pengobatan bersifat simtomatik dengan antipiretik dan analgesik, untuk
menghilangkan rasa gatal dan diberikan sedativa. Lokal diberikan bedak yang
ditambah dengan zat anti gatal (mentol, kamfora) untuk mencegah pecahnya
vesikel secara dini serta menghilangkan rasa gatal. Jika timbul infeksi
sekunder dapat diberikan antibiotika berupa salap dan oral. Dapat pula
diberikan obat-obat antivirus (lihat pengobatan herpes zoster). V.Z.I.G.
(varicella zoster immunoglobuline) dapat mencegah atau meringankan
varisela, diberikan intramuskular dalam 4 hari setelah terpajan.
Vaksinasi
104
105
Patogenesis
Banyak dermatitis yang belum diketahui dengan pasti patogenesisnya, terutama
yang penyebabnya daktor endogen. Yang telah banyak dipelajai adalah dermatitiis
kontak (baik tipe alergik maupun iritan), dan dermatitis atopik.
A. Gejala klinis
Pada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal. Kelainan kulit
bergantung pada stadium penyakit, batasnya sirkumskrip, dapat pula difus.
Penyebarannya dapat setempat, generalisata, dan universalis.
Pada stadium akut kelainan kulit berua edema, vesikel, atau bula, erosi dan
eksudasi, sehingga tampak basah (madidans). Stadium subakut, eritema dan
edema berkurang, eksudat mengering menjadi krusta. Sedang pada stadium
kronis lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul, dan likenifikasi,
mungkin juga terdapat erosi dan ekskoriasi karena garukan. Stadium tersebut
tidak selalu berurutan, bisa saja suatu gambaran dermatitis sejak awal
memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis. Demikian pula
jenis efloresensi tidak selalu harus polimorfik, mungkin hanya oligomorfik.
B. Tata nama (nomenklatur) dan klasifikasi
Hingga kini belum ada kesepakatan internasional mengenai tatanama dan
klasifikasi dermatitis, tidak hanya karena penyebabnya ang multi faktor, tetapi
juga karena seseorang dapat menderita lebih dari satu janis dermatitis pada
waktu yang bersamaan atau bergantian.
Ada yang memberi nama berdasarkan etiologi (contoh: dermatitis kontak,
radiodermatitis, dermatitis medikamentosa), morfologi (contoh: dermatitis
papulosa, dermatitis vesikulosa, dermatitis madidans, dermatitis eksfoliativa),
bentuk (contoh: dermatitis tangan, dermatitis intertriginosa), dan ada pula
yang berdasarkan stadium penyakit (contoh: dermatitis akut, dermatitis
kronis).
C. Histologi
Perubahan histologik dermatitis terjadi pada epidermis dan dermis,
bergantung pada stadiumnya. Pada stadium akut kelinan di epidermis berupa
spongiosis, vesikel, atau bula, edema intrasel, dan eksositosis terutama sel
mononuklear, kadang eosinofil juga ditemukan, bergantung pada penyebab
dermatitis.
106
107
arti umum,
Etiologi Dermatomikois
Dermatofit merupakan kelompok fungi patogen terbesar pada manusia.Ada
tiga genera penyebab dermatomikosis yaitu; Trichophyton, Microsporum, dan
Epidermophyton. Fase aseksual pada kapang-kapang tersebut menghasilkan
mikrokonidia amerospora ( hanya satu sel ) yang tidak berpigmen, berbentuk
seperti tetesan air mata, dan berdinding halus. Di samping itu juga dihasilkan
makro-konidia yang terbentuk pada bagian tepi atau pada ujung hifa, berbentuk
silindris atau seperti cerutu, berdinding halus atau kasar, dan bersepta lebih dari
satu.
Ketiga
genera
tersebut
dihasilkan.Trichophyton
makrokonidia, sedangkan
dapat
dibedakan
danMicrosporum
Epidermophyton
dari
memiliki
tipe
konidia
mikrokonidia
yang
dan
Klasifikasi Dermatomikosis
Ada dua golongan jamur yang menyebabkan mikosis superfisialis yaitu non
dermatofita dan dermatofita
Jamur
Lokasi
Penyakit
Dermatofita
Microsporum canis
rambut, kulit
Microsporum audouini
rambut
Microsporun gypseum
kulit, rambut
Trychophyton tonsurans
Trychophyton rubrum
rambut, kulit,
Trychophyton mentagrophytes
rambut, kulit
Trychophyton violaceum
Rambut,kulit,kuku
Epidermophyton flocosum
kulit
kuku
Non-Dermatofita
Pityrosporum orbiculare
kulit
Tinea vesikolor
(Malasezia furfur)
109
Clasdoporium werneckii
kulit
Tinea nigra
Piedraia
rambut
Piedra hitam
Trichosporon beigelii
rambut
Piedra putih
a. Dermatofitosis
Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang menjadi zat
tanduk, seperti kuku, rambut, dan sratumkorneum pada epidermis yang
disebabkan oleh jamur dermatofita.
Dermatofitosis
(Tinea)
adalah
infeksi
jamur
dermatofit
(species
Trichophyton
menyerang
rambut, kulit
dan kuku.
beberapa bentuk klinik yang khas, satu jenis dermatofita menghasilkan klinis
yang berbeda tergantung lokasi anatominya.
110
Adalah kelainan kulit pada daerah kepala rambut yang disebabkan jamur
golongan dermatofita. Disebabkan oleh species dermatofita trichophyton dan
microsporum. Gambaran klinik keluhan penderita berupa bercak pada kepala,
gatal sering disertai rambut rontok ditempatlesi. Ditemukan juga Grey patch ring
worm, kerion, blck dot, dan favus.
Mikosis pada rambut dapat dibedakan sebagai penyakit rambut ;
a) ektoriks (fungi ada di bagian luar rambut) misalnya; Microsporum
audouinii, M, canis, M. ferrugineum, Trichophyton verrucosum, T.
mentagrophytes, T. megnini, dan T. rubrum.
b) endotriks (fungi ada di dalam rambut) misalnya; Trichophyton tonsurans,
t. violaceum, T. soudanensis, T. gourvilli, dan T. youndei.
111
kulit kepala, lesi menjadi sikatrik alopecia permanen. Gambaran klinik mulai
dari gambaran ringan berupa kemerahan pada kulit kepala dan terkenanya
folikel rambut tanpa kerontokan hingga skutula dan kerontokan rambut serta
lesi menjadi lebih merah dan luas kemudian terjadi kerontokan lebih luas,
kulit mengalami atropi sembuh dengan jaringan parut permanen.
Diagnosis dengan pemeriksaan mikroskopis langsung. Prinsip pengobatan
tinea
anak peroral griseofulvin 10-25 mg/kg BB perhari, pada dewasa 500 mg/hr
selama 6 minggu. Higienitas harus dijaga.
3) Tinea Korporis
112
tetapi tetap
dan gatal.
tinea
korporis. Lesi bermula sebagai macula eritematosa yang gatal, kemudian timbul
skuama agak tebal terletak konsensif dengan susunan seperti genting, lesi tambah
melebar tanpa meninggalkan penyembuhan dibagian tangahnya.
113
Adalah penyakit jamur dermatifita didaerah lipat paha, genitalia dan sekitar
anus, yang dapat meluas kebokong
obat
topical
salp
white
field,
tolsiklat,
haloprogin,
114
tersering T.rubrum,
115
lama.
Pemberian griseofulvin 500mg sehari selama 3-4 bulan untuk jari tangan untuk
jari kaki 9-12 bulan. Obat topical dapat diberikan dalam bentuk losion atau krim.
8) Kandidiasis
Adalah suatu penyakit kulit akut atau subakut, disebabkan jamur
intermediate yang menyerang kulit, kuku, selaput lender dan alat- alat dalam.
Penyebab jamur golongan candida yang pathogen dan merupakan kandidiasis
116
b)
Perleche berupa retakan sudut mulut, pedih dan nyeri bila tersentuh
c)
kadang
seperti
susu
pecah
terasa
gatal
serta
117
d) Balanitis biasanya terjadi pada laki-laki yang tidak sunat, terasa gatal
disertai timbulnya
membran
penis.
Kandidiasis kulit terdiri dari:
a)
b) Kandidiasis kuku infeksi jamur pada kuku dan jaringan sekitar terasa
nyeri dan peradangan sekitar, kuku rusak dan menebal lesi berwarna
c)
kehijauan.
Kandidiasis granulomatosa
hipertropi
mukokutan dengan larutan KOH 10% atau pewarnaan gram yang terlihat sel ragi,
blastospora atau hifa semu. Pengobatan kandidiasis kulit dan kandidiasis selaput
lendir yang lokal dengan memberi obat anti jamur topikal.
Pengobatan
kandidiasis
oral
118
terapi
sistemik.
Idealnya,
konfirmasi
diagnosis
mikologi
Rekomendasi
Alternatif
unguium Terbinafine 250 mg/hr 6 Itraconazole 200 mg/hr /3-5 bulan atau
(Onychomycosis)
minggu untuk kuku jari 400 mg/hr seminggu per bulan selama 3tangan, 12 minggu untuk 4
kuku jari kaki
bulan
Fluconazole
berturut-turut.
150-300
mg/
mgg
s.d
Griseofulvin
(
sampai
500mg/day Terbinafine
10mg/kgBB/hari) Itraconazole
sembuh
250
mg/hr/4
100
mg/hr/4mgg
mgg
minggu)
Tinea corporis
Griseofulvin
sampai
500
sembuh
minggu),
mg/hr
selama
2-4
imidazol.
mgg.
Griseofulvin
sampai
250
dikombinasikan
Tinea cruris
mg/hr Terbinafine
500
sembuh
minggu)
Tinea pedis
Griseofulvin
119
sampai
sembuh
minggu)
Chronic
and/or Terbinafine
widespread
250
non-responsive
tinea.
b. Non Dermatofitosis
Pitiriasis versikolor (Panu)
Adalah penyakit
120
B.
Bentuk oral
Desoksikortikosteron asetat
0,1 mg
Kortisol/hidrokortison
5-20 mg
Kortisol asetat
Kortison asetat
Prednisone
Topical
Topical pada
mata
5 mg/ml (minyak)
Fluodrokortison asetat
Kortisol sipionat
Parenteral
2 mg/ml
(suspens
i)
5-25 mg
25, 50 mg/ml
0,1-2% (krim, 0,2% (suspensi,
(suspensi)
salep,
salep)
losion)
25 mg/5 ml
0,1-1% (krim, 1,5% (salep)
(suspensi)
salep,
losion)
25, 50 mg/ml
(suspensi)
5 mg
121
Prednisolon
5 mg
Metilprednisolon
4 mg
40 mg/ml
6-metil prednisolon
4 mg
Metilprednisolon Na suksinat
Deksametason
0,5 mg
(eliksir)
Deksametason asetat
0,01-0,1%
0,1%
0,1%
0,05; 0,1%
2-16 mg/ml
(suspensi)
4-24 mg/ml
Deksametason Na-fosfat
Parametason asetat
0,25, 1%
1,2 mg
Flusinolon asetonid
0,01-0,2%
Flumetason pivalat
0,025% (krim)
Betametason
0,6 mg
Betametason dipropionat
0,05; 0,1%
Betametason valerat
0,01; 0,1%
Triamsinolon
4 mg
Triamsinolon asetonid
Triamsinolon diasetat
40 mg/ml
(suspensi)
2 dan 4 mg/ 5
ml
(sirup)
0,1; 0,5 mg
(krim,
dll)
25, 40 mg/ml
(suspensi)
Halsinonid
0,025; 0,1%
Metilprednisolon
Dosis
Anak: 0,006-0,4
mg/kgBB/hari
Dewasa : 0,2-0,5
mg/kgBB/hari
0,4-1,6 mg/kgBB/hari
Prednison
Sediaan
Tab 0,5 mg
Inj 5 mg/ml
Nama paten
Cortidex
Kalmetason
Tab 4, 8, 16 mg
Inj 125mg/2ml,
500mg/ml
Tab 5 mg
Lameson
Medixon
Pehacort
122
Obat
Potensi
(kelompok)
GenericUmum
Merek
Dosage
vehicle Tersedia ukuran
Diprolene*
Diprolene *
Temovate*
Temovate *
Temovate E* C C
Temovate E *
Diflorasone diacetate
Apexicon*
0.05% Diflorasone diasetat Apexicon *
0,05%
OO
Fluocinonide
0.1%Fluocinonide 0,1%
CC
30, 60 g 30, 60 g
TT
24 3 and 80
3 rolls 24 " 3"
dan 80 " 3"
gulungan
Halobetasol propionate
0.05% Halobetasol
propionat 0,05%
Ultravate*
Ultravate *
C, O C, 15, 50 g 15, 50 g
O
OO
Vanos Vanos
123
Obat
Potensi
(kelompok)
GenericUmum
Merek
Dosage
vehicle Tersedia ukuran
Diprolene AF *
Betamethasone
Diprosone* O O
dipropionate 0.05%
Diprosone *
Betametason dipropionate
0,05%
Desoximetasone
Desoximetasone
15, 45 g 15, 45 g
Topicort
C, O C, 15, 60 g 15, 60 g
0.25%*
O
Topicort 0,25%
*
Topicort
GG
0.05%*
Topicort 0,05%
*
Diflorasone diacetate
Apexicon E* C C
0.05% Diflorasone diasetat Apexicon E *
0,05%
15, 60 g 15, 60 g
Fluocinonide 0.05%
Fluocinonide 0,05%
Halcinonide 0.1%
Halcinonide 0,1%
Halog Halog
Cyclocort
Cyclocort
CC
4, 15, 30, 60 g 4,
15, 30, 60 g
Betanate*
Betanate *
CC
15, 45 g 15, 45 g
Cutivate*
Cutivate *
OO
124
Obat
Potensi
(kelompok)
GenericUmum
Merek
Dosage
vehicle Tersedia ukuran
Triamcinolone acetonide
0.5% Asetonid
triamcinolone 0,5%
Cinalog*
Cinalog *
C, O C, 15 g 15 g
O
FF
Desoximetasone 0.05%
Desoximetasone 0,05%
Topicort LP* C C
Topicort LP *
Fluocinolone acetonide
0.025% Fluocinolone
asetonid 0,025%
Synalar*
Synalar *
100 g 100 g
15, 60 g 15, 60 g
C, O C, 15, 60 g 15, 60 g
O
Fluticasone propionate
Cutivate*
0.05% Flutikason propionat Cutivate *
0,05%
CC
Hydrocortisone butyrate
Locoid*
0.1% Hidrokortison butirat Locoid *
0,1%
OO
Hydrocortisone probutate
0.1% Probutate
hidrokortison 0,1%
Pandel Pandel C C
Hydrocortisone valerate
Westcort*
0.2% Valerat hidrokortison Westcort *
0,2%
Triamcinolone acetonide
0.025% Triamcinolone
asetonid 0,025%
Kenalog*
Kenalog *
125
Obat
Potensi
(kelompok)
GenericUmum
Merek
Dosage
vehicle Tersedia ukuran
60 mL (L)
Triamcinolone acetonide
0.1% Asetonid
triamcinolone 0,1%
Low (VI)
Rendah (VI)
Triderm*
Triderm *
GG
Desowen*
Desowen *
Fluocinolone 0.01%
Fluocinolone 0,01%
C, O C, 15, 60 g 15, 60 g
O
Lokara Lokara L L
Verdeso
Verdeso
FF
100 g 100 g
CC
15, 60 g 15, 60 g
CC
Hydrocortisone butyrate
Locoid*
0.1% Hidrokortison butirat Locoid *
0,1%
Least potent
Hydrocortisone 1%, 2.5% (VII) Least kuat Hidrokortison 1%, 2,5%
(VII)
126
Steroid topikal
Nama obat
Sediaan
Hydrocortisone acetat 1% Cream 5gr
Betamethasone
valerat Cream 5gr
Merek
Molason
1mg/gr
Fluocinolon
Esinol, dermasolon
0,025%
Cobetasol
propionat Cream
5gr,
10
gr Clobesan,
kloderma,
0,05%
ointment, gel
Desonide cream 0,05%
Cream 5gr
Momethasone
furoate Cream 5gr, 10 gr
Lotasbat
Desolex
Dermovel
0,1%
Desoximethasone 0,25%
Dexigen, Dexosyn
Cream 5gr
Antihistamin
127
molekular
ini
akan
mencegah
untuk
sementara
128
129
Obat
Peroral
Sediaan
Injeksi
Dosis
Topikal
AKRIVASTIN
Oral : 3 x 8 mg/hari
Semprex
AZATADIN MELEAT
8 mg kap
Bufazad
1 mg kap
Zadin
1 mg tab
0,5-1 mg / hari
DEKSBROMFENIRAMIN
MELEAT
Bufarasmin
2 mg kap
Dece
2 mg tab
Dexteem
2 mg tab
Fentika
Dewasa : 2 mg
2mg kaptab
Histaclor
2mg tab
6-12 th : 1 mg.
Polaris
2 mg tab
Berikan 3 4 x/hari
Vilergi
2 mg tab
Ramahist
2 mg tab
Polaramin
2 mg tab
DEFENHIDRAMIN
2 mg /5 mL syr
12,5 mg/5mL
10mg/mL
HIDROCLORIDA
Adidryl
Drimpy
Neo Utradip
10mg/mL
25 mg tabsal
Dewasa : 3 x 25 50mg/hari
50mg kap
Novadryl
Otede
50 mg tab
Recodryl
DENEBHIDRINAT
50 mg tab
Amnum
50 mg tab
Antimab
50mg tab
Antimo
50mg tab
hari,
10mg/mL
-
12,5mg/5mL
susp
Dramamim
KLOFERAMIN MELEAT
CTM (generik)
50 mg tab
4 mg tab
50 mg/ mL
4 mg kaptab
Aficitom
4 mg tab
Allergen
4 mg kaptab
130
Alleron
4 mg kaptab
Bephenon
Bernamin
Anak 1-2 th : 2 x 1 mg
10 mg/mL
2mg/5mL syr
Ceteem
4 mg kap
Chlophenon
4 mg tab
Cohistan
4 mg tab
Decaphenon
4 mg tab
Defemin
4 mg tab
Histacure
4 mg tab
NaCl 0,9%
Hufaphenon
4 mg tab
Metachlor
4 mg tab
Paraphenon
LORATADIN
4 mg tab
10 mg tab
10 mg/mL
10 mg/mL
10 mg kap
1 mg / mL syr
5 mg / 5mL syr
Alernitis
10 mg tab
Oral : 10 mg /hari
Allohex
10 mg tab
5mg/5mL syr
Claradin
10 mg tab
Dinazen
10 mg tab
Folerin
10 mg tab
5mg/hari,
> 30kg 10 mg/hari
5 mg/5mL syr
Imunex
5 mg/5mL syr
10 mg tab
SETIRIZIN HCL
Cetirizin (generik)
10mg kapsalsel
10mg tabsalsel
10 mg kap
Alergin
10 mg tap
Cerini
10 mg kap
bersama makanan.
Cetymin
10 mg tab
Cetryn
5 mg/mL syr
10 mg tabsal
10mg/mL drop
Rydian
ASTEMIZOL
Hismanal
10 mg tabsalsel
10 mg tab
131
5mg/5mL syr
Ikazol
10 mg tab
Scanthis
10 mg tab
mg/hari
5mg / 5mL
Talensip
susp
10 mg tab
2.
Nama Obat
Sediaan
Amoxillin
500 mg
Ampicilin
500 mg
Sultamisilin tesilat
375 mg
Tetrasiklin Hcl
250 mg
Sulbenisilin
Na kloksasilin
250 mg
Oksitetrasiklin Hcl
50 mg
Levoflaksasin
500 mg
1g
Golongan Aminoglikosida
No
Nama Obat
Sediaan
132
Amikasin Sulfat
500 mg
Tobramisin
40 mg / ml
Gentamisin
40 mg / ml inj
Paromomisin Basa
Kenamisin Sulfat
1 g / vial
3. Golongan Kloramfenikol
No
4.
Nama Obat
Kloramfenikol
Tiamfenikol
Golongan Kuinolon
No
5.
Sediaan
Nama Obat
Sediaan
Pefloksasin
400 mg
Ofloksasin
200 mg , 400 mg
Siprofloksasin
250 mg , 500 mg
Levoflaksasin
500 mg
Getifloksasin
400 mg
Norfloksasin
400 mg
Golongan Makrolid
133
No
Nama Obat
Sediaan
Klaritromisin
250 mg , 500 mg
Roksitromisin
150 mg
Azitromisin basa
250 mg
Eritromisin
250 mg
Siprofloksasin
500 mg
6.
Golongan Sefalosporin
No
7.
Nama Obat
Sediaan
Sefuroksim
500 mg
Sefadroksil
250 mg , 500 mg
Sefotaksim
1g
Na . Seftriakson
1g
Na . Sefazolin
1g
Sefaklor
500 mg
Sefditoren Pivoksil
100 mg
Sefpironil
Sefdinir
1g
100 mg
Golongan Tetrasiklin
No
Nama Obat
Sediaan
Tetrasiklin Hcl
250 mg , 500 mg
Oksitetrasiklin
250 mg
Doksisiklin
100 mg
134
8. Golongan Lain-lain
No
Nama Obat
Sediaan
Klindamisin
150 mg , 200 mg
Metronidazol
250 mg , 500 mg
Lincomisin
500 mg
Etrinidazol
200 mg
Sekridazol
500 mg
Spiramisin
500 mg
Merupeneum
100 mg , 1 g
GENE
RIK
Strepto
misin
NAMA
DAGANG
Diagon
Stop
(Sreptomisi
n Sulfat 65
mg,
ftalilsulfati
azol, 250
mg, CaPantotenat
50 mg,
kliokinol
100mg)
SEDIAAN
FUNGSI
DOSIS
Sirup (60
mL)
Antiefektikum
saluran cerna
Botol (60
mL)
Pengobatan
penyakit infeksi
usus, termasuk
diare pada bayi
maupun diare
karena infeksi yag
disebabkan oleh
mikroorganisme
yang peka atau zat
beracun
Bayi: sehari
3-4 x 1
sendok the,
anak: sehari
4-6 x 1
sendok teh,
dewasa:
sehari 6x 2
sendok teh
Entromix
Botol (60
mL)
Gastroenteritis
disebabkan kuman
yang pake obat ini
dan berbagai toksin
Viostreptin
Botol (60
mL)
Kaolana
Dewasa 6 x
sehari 10
mL, anak 6 x
sehari 5 mL,
bayi 4 x
sehari 5 mL
Dewasa 1-2
sendok takar
3 x sehari;
anak-anak 1
sendok takar
135
2-3 x sehari
2.
3.
Neomis
yn
Kanami
syn
Bevalex
(Betametas
on 17
Valerat
0,1%,
Neomisin
Sulfat
0,5%)
Krim tube 5
g
Neocenta
(Neomisin
Sulfat
0,5%,
Ekstrak
Plasenta
10%)
Krim tube 15
g
Neosinol
(Neomisin
Sulfat 5mg,
Fluosinolon
asetonida
0,25 mg per
g)
Nabacetin
Serbuk
(Neomisin
sulfat 5 mg,
basitrasin
250 UI per
g)
Oleskan pada
tempat yang
sakit sehari
2-3 x
Oleskan pada
daerah yang
sakit sehari
4-6 x
Krim tube 10
g
Untuk mengobati
dermatitis yang
terinfeksi oleh
kuman yang peka
terhadap neomisin
Oleskan tipis
sehari 2-3 x
Botol 5 g
serbuk
Untuk pencegahan
dan pengobatan
infeksi lokal pada
kulit dan mukosa
Sehari
beberapa
kali, taburkan
pada bagian
yang sakit
NB Topical
(Neomisisn
sulfat 5 mg,
Zn
Basitrasin
500 UI per
g)
Salep 5g
Kanabiotic
(Kanamisin
sulfat 1000
mg/vial)
Injeksi Dus
10 Vial
Kanamycin
INJ MEIJI
Untuk mengobati
inflamasi dari
dermatosis
responsif terhadap
kortikosteroid bila
terkomplikasi
dengan infeksi
sekunder
disebabkan
organisme rentan
terhadap neomisin
Untuk mengobati
terapi luka bakar,
Ulkus kronik, ulkus
dekubital, eksim
pioderma,
impetigo,
furunkulosis dan
penyakit kulit
lainnya
Injeksi: Vial
Untuk mengobati
impetigo, terbakar,
pioderma,
folikulitis barbae,
furunkolitis, akne
nekrotika, ulse
dekubitus, eksema
disertai infeksi
Infeksi kuman peka
kanamisisn atau
kuman yang
resisren terhadap
antibiotik lain
Infeksi saluran
nafas, TB, ISK, GO
Oleskan
langsung
pada daerah
lesi
Sehari 15
mg/KgBB
dalam 2-4
dosis
Infeksi akut:
Sehari 1-2 g,
136
4.
Gentami
syn
(Kanamisin
500 mg, 1g,
2g)
dan supuratif,
petusis, disentri
basiler, diare akut,
adnektisis, peny.
Weil, profilaksis
infeksi paska
operasi
TB:
Seminggu
sehari 3 x 1 g
atau
semingggu
sehari 2x 2 g,
Go: Dosis
tunggal
Kanarco
(Kanamisin
sulfat 1g)
Infeksi saluran
nafas, taringtis,
bronkitis
bronkopneumonia,
ISK, sistitis, GO,
uretritis, otitis
media,
osteomielitis dan
karbunkel
10mg / kgBB
/ hari terbagi
dalam 2 dosis
Injeksi: Vial
Kanoxin
(Kanamisin
sulfat 1g)
Injeksi: Vial
Garamycin
(Gentamisi
n Sulfat 1
mg/g krim
Tube 5g dan
15g Krim,
Tube 5 g dan
15 g salep
Digenta
(Gentamisi
n 1 mg,
betametaso
n 0,5 mg)
Tube 10 g
krim
Derticort
(Gentamisi
n sulfat,
betametaso
n
Tube 5 g
Krim dan 10
g
Dewasa: IM
sehari 1-2 g
dalam dosis;
anak, Im, 1030
mg/kgBB/har
i dalam 2
dosis ;
gonore, IM 2
g, TBC paru,
IM seminggu
2x 2 g dalam
2 dosis
Oleskan tipis
pada bagian
yang sakit
sehari 3-4 x
Oleskan tiap
hari 2-3 x
Oleskan tipis
dan merata
pada bagian
yang sakit
137
dipropriona
t
sekunder oleh
organisme yang
sensitif terhadap
gentamisin sulfat
Topifram
(Gramisisdi
na 0,25 mg,
desoksimet
on 2,5 mg,
framisetina
7,5 mg)
Krim
Eksem, Dermatitis,
epidermatitis, luka
bakar,
fotosensitisasi yang
terinfksi bakteri
1-4 x sehari
oleskan paa
bagian yang
sakit
Amp 1,5
mL/60 mg;
vial 2 mL/80
mg
Septikimia, sepsis
neonatus, infeksi
pernapasan bawah
dan
gastrointestinum
salurran kemih,
kulitt, tulang,
jaringan lunak
terutama oleh
Pseudomonas
aeruginosa E.Coli,
Klebsiela,
Streptococcus
faecalis,
staphylococcus;
aereus
Infeksi
sedang, 2-3
mg/kgBB/har
i; infeksi
berat 3
mg/kgBB/har
i; Infeksi
paling berat:
>5
mg/KgBB/ha
ri
Injeksi: Dus
1 Vial
Infeksi gigi T,
peritinitis, Infeksi
saluran nafas
bawah, kulit, tulang
dan jaringan lunak
35mg/kgBB/h
ari dalam 3
dosis terbagi;
anak-anak
1,5-1,9
mg/kgBB
tiap 12 jam
Salep
Infeksi mata
Injeksi: Vial
500 mg
Infeksi kuman
gram negatif pada
intra abdominal,
jaringan lunak,
combustio, jaringan
tulang dan sendi.
Saluran nafas
bawah, saluran
kemih, paska
operasi.
IM:
15mg/kgBB/
hari dibagi 2
dosis.
Neonatus dan
prematur:
Dosis Awal
10mg/kgBB/
hari
dilanjtkan 15
Nebcin
(Tobramisi
n sulfat 60
mg/1,5 mL
Tobryne
(Trobramisi
sn sulfat
40mg/mL)
5.
Amikas
yn
Tobradex
(Tobramisi
n 0,3%,
deksametas
on 0,1%)
Alostil
(Amikasin
Sulfat 500
mg)
138
Amikin
(Amikasin
Sulfat 250
mg, 500 mg
dan 1g)
Mikasin
(Amikasin
sulfat 250
mg, 500
mg)
Injeksi: Vial
Injeksi: Vial
Terapi pendek
infeksi parah
disebabkan kuman
gram negatif yang
peka termasuk
spesies
pseudomonas,
E.Coli, Proteus Sp,
Providencia,
Klebsiella,
Enterobacter
serratia, sp, dan
acinobacter sp
Bakteremia,
septikemia, infeksi
saluran nafas,
tulang dan sendi
berat, infeksi SSP,
kulit,
intraabdominal,
luka bakar
terinfeksi, infeksi
paska OP, ISK
dengan komplikasi
dan ISK berulang
mg/kgBB/har
i dibagi 2
dosis. IV:
500 mg
alostin
dilarutkan
dalam
NaCl/dekstro
sa 5%
Dewasa/anak
: IV dalam 12 jam. Dosis
maksimal
sehari 1,5 g,
pengobatan
jangan lebih
dari 10 hari
Sehari
15mg/kgBB
dibagi dalm 2
dosis. Bayi
baru lahir
atau byi
prematur.
Dosis awal:
10mg/kgBB/
hari diikuti
dengan
sehari
15mg/kgBB
dibagi dalam
2 dosis
Dewasa,
anak dan
bayi yang
lebih besar:
7,5 mg/kgBB
tiap 12 jam
atau 5
mg/kgBB
tiap 8 jam,
bayi baru
lahir:
10mg/kgBB/
hari
kemudian 7,5
mg/kgBB
tiap 12 jam.
Maksimal 15
mg/kgBB/
139
6.
10
Netilmis
yn
Netromycin
Injeksi: Vial
Infeksi bakteri
serius karena strain
yang resisten
gentamisin
hari. Lama
terapi 7-10
hari; ISK:
sehari 2x
250mg
BB> 50 kg,
Sehari:
2x150mg
atau sehari 1
x 300mg,
BB<50kg
sehari:
2x100mg
atau sehari
1x200 mg.
Dosis ratarata 4-6
mg/kgBB/har
i
pada
kulit.
Penyakit
ini
tergolong
dalam
dermatosis
140
besar dari lentikular. Selain kulit badan, psoriasis juga menyerang kulit
kepala, kuku, sendi dan mukosa (geographic tounge).
Psoriasis berat adalah psoriasis yang luas, psoriasis pustulosa
generalisata, psoriasis eritroderma, dan psoriasis arthritis,dan umumnya
1/3 kasus termasuk dalam kategori ini. Kualitas hidup pasien menjadi
perhatian utama. Lesi sering terasa gatal, panas dan kering. Garukan atau
trauma akan memicu reaksi Koebner, yaitu timbul lesi baru pada daerah
tersebut. Berbagai faktor dapat menimbulkan kekambuhan antara lain:
trauma, infeksi, faktor endokrin, hipokalsemia, stress emosional, obatobatan (antimalaria, litium, beta andrenergic blocking agent) dan alkohol.
Penatalaksanaan
Saat ini terdapat berbagai pengobatan psoriasis yang aman dan efektif.
Pengobatan tersebut memperbaiki keadaan kulit serta mengurangi keluhan
gatal. Dari banyaknya jenis pengobatan, hanya sebagian kecil saja
pengobatan psoriasis dapat membersihkan kelainan kulit. Proses tersebut
dinamakan clearance atau remisi. Setelah remisi masih diperlukan
pengobatan lanjutan (pengobatan pemeliharaan) yang diberikan dalam
jangka waktu lama untuk mempertahankan remisi atau mengontrol
timbulnya kelainan kulit baru. Semua pengobatan yang ada hanya dapat
menekan gejala psoriasis. Sebagian besar penderita tidak pernah mencapai
suatu keadaan remisi yang bebas pengobatan.
Pengobatan psoriasis terdiri dari:
a. Pengobatan Sistemik
1. Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, dengan dosis kira-kira
ekuivalen dengan prednison 30 mg/hari, setelah membaik, dosis
diturunkan perlahan kemudian diberikan dosis pemeliharaan.
2. Obat Sitostatik
141
2. Kortikosteroid
142
petanda
143
Gambar 1. Psoriasis
10 B. TERANGKAN DAN JELASKAN PENATALAKSANAAN ULKUS
Ulkus digolongkan berdasarkan penanganannya, yaitu ulkus akut,
ulkus kronik, ulkus complicated dan ulkus rekuren. Ulkus akut adalah
ulkus yang menunjukkan adanya infeksi akut dan peradangan akut. Daerah
terkena menjadi bengkak dan hiperemi, dan dasarnya kotor. Mungkin
dijumpai limfadenitis inguinal dan tanda serta gejala infeksi akut seperti
demam, leukositosis dsb. Ulkus kronik lebih tenang, sedikit discharge,
terdapat hiperkeratotik, dengan jaringan fibrosa yang padat dan dasar
ulkus berwarna pucat tertutup jaringan granulasi yang tidak sehat.
Ulkus complicated, dapat akut atau kronik memperlihatkan gambaran
yang kompleks seperti osteomielitis, artritis septik, dan tenosinovitis
septik, sebagai akibat penyebaran infeksi ke tulang, sendi dan tendon.
Infeksi yang mengancam jiwa seperti gangren, tetanus dan septikemia
adalah komplikasi lain yang dapat terjadi. Lebih lanjut, gambaran
komplikasi adalah adanya deformitas yang dapat mengakibatkan ulkus,
atau deformitas terjadi akibat ulkus terdahulu, yang saat ini menimbulkan
terjadinya ulkus rekuren. Kebanyakan ulkus plantar menjadi rekuren
karena tidak dilakukan perawatan. Tetapi ada pula yang meskipun telah
dirawat dengan baik ulkus tetap timbul dengan mudah walau hanya
berjalan jarak dekat, dan ini memerlukan perawatan khusus, yang
ditujukan untuk mencegah ulkus rekuren.
144
145
amputasi.
Bila
ulkus
dan deformitas,
ulkus
DAFTRA PUSTAKA
146
Ariani, Cindy. 2012. Kadar Profil Lipid Serum sebagai salah satu faktor pada
kejadian Psoriasis. Thesis Univeristas Udayana Bali.
Departemen Kesehatan RI. Buku pedoman nasional pengendalian penyakit kusta.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2007.
Djuanda, Adhi. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi keenam. Badan
penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Freddberg IM, Elsen AZ, Wolff K, et al: Fitzpatricks Dermatology General
Medicine, 7th edition. New York: McGraw-Hill, 2008.
Ganiswarna G Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Kosasih A, Wisnu IM, Sjamsoe-Daili ES, Menaldi SL.Kusta. Dalam: Adhi
Djuanda. (ed). Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi 6. Jakarta:Badan Penerbit
FKUI;2013.p.73-88.
Movita, Theresia. 2013. Acne Vulgaris. Cermin Dunnia Kedokteran Volume 40
nomor 3 tahun 2013. Hal. 269-271.
Rosmelia. 2010.
Leprosy
elimination:
classification
of
leprosy.
http://www.who.int/lep/classification/en/index.html
147
148