Anda di halaman 1dari 124

World Healthn

Organization

PETUNJUK TEKNIS
PENGENDALIAN SCHISTOSOMIASIS

Subdit Pengendalian Filariasis & Kecacingan


Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2015
Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 1
2 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

Pertama marilah kita bersama-sama mengucapkan syukur kehadirat Allah


SWT, atas berkah dan rahmatNya, sehingga Petunjuk Teknis Pengendalian
Schistosomiasis ini akhirnya dapat terselesaikan.
Schistosomiasis (bilharziasis) atau disebut juga demam keong merupakan
penyakit parasitik yang disebabkan oleh infeksi cacing yang tergolong
dalam genus Schistosoma dan hospes definitif adalah manusia. Penyakit
ini termasuk salah satu penyakit yang terabaikan atau Neglected Tropical
Diseases (NTD). Di Indonesia, Schistosomiasis disebabkan oleh cacing
Schistosoma japonicum dan keong perantaranya yaitu Oncomelania hupensis
lindoensis. Binatang mamalia juga dapat tertular Schistosomiasis japonika dan
menjadi hospes reservoir, misalnya tikus, sapi, kerbau dan mamalia liar lainnya
karena Schistosomiasis japonika merupakan zoonosis. Schistosomiasis masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat dan ditemukan endemis hanya
Lembah Lindu, Kabupaten Sigi dan Lembah Napu dan Bada, Kabupaten Poso.
Keduanya berada di Provinsi Sulawesi Tengah.
Berbagai kegiatan penelitian dan pengendalian telah dilaksanakan untuk
mengendalikan Schistosomiasis di Indonesia, diantaranya tahun 1975, Balai
Litbangkes menginisiasisi pilot control project Schistosomiasis di Lembah
Lindu dan Napu. Prevalensi skistosomiasi berhasil turun secara signifikan
dari 75 % menjadi 25%. Pada tahun 1982, pengendaliannya berfokus pada
partisipasi masyarakat secara intensif dalam pengendalian Schistosomiasis,
yaitu melalui penyedian air bersi dan jambanisasi. Dari tahun 1982 1993,
program pengendalian Schistosomiasis dikoordinir sektor kesehatan saja.
Namun tahun 1993 disadari bahwa Schistosomiasis yang terkait dengan
perilaku, lingkungan dan aspek ekonomi penduduk harus dikendalikan
dengan melibatkan multisektor.
Tahun 1998-2003, pengendalian Schistosomiasis mendapat ADB
(Asian Development Bank) - loan melalui Central Sulawesi Integrated Area
Development and Conservation Project (CSIAD-P). Proyek ini melibatkan
banyak sektor sehingga pengendalian schistosomiasis lebih terkoordinasi
dan terarah. Prevalensi schistosomiasis berhasil ditekan dengan range 0 - 4
%. Sedangkan rata rata prevalensi di dataran Tinggi Napu adalah 0.93% dan
di Lindu 0.20%. Berakhirnya CSIADCP tahun 2003 dicatat cukup berpengaruh
pada aspek operasional pengendalian schistosomiasis di kedua dataran tinggi

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis i


tersebut. Selanjutnya prevalensi Schistosomiasis pada manusia dan tikus
berfluktuasi sehingga tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Paska CSIAD-CP, pengendalian Schistosomiasis di Provinsi Sulawesi
Tengah dilaksanakan dengan inisiatif baru membentuk tim pengendalian
Schistosomiasis yang diketuai oleh Gubernur Sulawesi Tengah dan
beranggotakan lintas sektor terkait. Gerakan inisiatif pengendalian
Schistosomiasis ini terus berusaha menyempurnakan aspek pengendalian
yang bertujuan menurunkan prevalensi Schistosomiasis menjadi di bawah 1 %.
Berdasarkan keberhasilan yang pernah dicapai dalam pengendalian
tahun 1998-2003 maka pengendalian Schistosomiasis harus dilakukan
secara terpadu atau terintegrasi antara pemerintah pusat dan daerah, lintas
program maupun lintas sektor. Selain itu sebaiknya melibatkan sektor swasta
dan masyarakat. Dengan adanya upaya yang terintegrasi dari berbagai sektor
dan masyarakat maka diharapkan pengendalian penyakit ini dapat dicapai
sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Melalui pedoman ini diharapkan dapat menjadi petunjuk atau acuan dalam
pelaksanaan pengendalian Schistosomiasis di Indonesia. Besar harapan saya
agar pedoman teknis ini dapat bermanfaat bagi kita semua, sehingga upaya
pengendalian dapat dilaksanakan dengan standar yang ditetapkan dan
mencapai tujuan yang diharapkan.

Sekian dan terima kasih.

Jakarta, Oktober 2015


Direktur Jenderal PP dan PL

dr. H.M. Subuh, MPPM


NIP 196201191989021001

ii Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


KATA PENGANTAR

Penyakit demam keong atau Schistosomiasis di Indonesia sampai saat ini


masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Schistosomiasis adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh cacing Schistosoma japonicum yang
hidup dalam pembuluh darah. Penyakit ini ditularkan melalui hospes perantara
yaitu keong Oncomelania hupensis lindoensis yang sifatnya amphibius.
Schistosomiasis dapat menyerang semua umur, menghambat pertumbuhan,
menurunkan daya kerja, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Upaya pengendalian Schistosomiasis dilakukan melalui survei prevalensi
pada manusia, survei keong perantara, survei tikus dan pengobatan
massal di desa endemis Schistosomiasis. Pengendalian Schistosomiasis
saat ini ditujukan kepada : (a). Parasit Schistosoma pada manusia dengan
memberikan pengobatan kepada penduduk. Kegiatan ini ditunjang
dengan pemeriksaan klinis dan laboratoris. (b). Hospes perantara penyakit
yaitu keong Oncomelania hupensis lindoensis dengan usaha pengeringan,
pembakaran, penimbunan, drainase dan penyemprotan secara kimiawi pada
habitat (fokus) keong tersebut. (c). Penyediaan sarana kesehatan lingkungan
yang ada hubungannya dengan penularan penyakit (air bersih dan jamban)
(d). Penyuluhan kesehatan masyarakat agar memanfaatkan sarana air bersih
dan jamban yang sudah ada dan memeliharanya serta menghindari tempat-
tempat yang merupakan sumber penular Schistosomiasis.
Pedoman ini diterbitkan agar menjadi petunjuk teknis bagi para petugas
kesehatan dalam melaksanakan program pengendalian Schistosomiasis.
Kami berterima kasih kepada para kontributor yang memberikan masukan
dalam rangka pengayaan esensi pedoman ini. Semoga pedoman ini dapat
bermanfaat bagi kelancaran pelaksanaan upaya pengendalian penyakit
demam keong atau Schistosomiasis.

Jakarta, Oktober 2015


Direktur Pengendalian Penyakit
Bersumber Binatang

Drg. Vensya Sitohang, M.Epid


NIP. 196512131991012001

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis iii


DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN .................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Schistosomiasis ................................................................................................. 1
1.2. Pengendalian Schistosomiasis di Negara Endemis ...................................... 1
1.3. Schistosomiasis di Indonesia .......................................................................... 2
1.4. Epidemiologi Schistosomiasis ........................................................................ 4
1.5. Patologi Dan Gejala Klinis ................................................................................ 5
1.6. Morfologi ......................................................................................................... 8

BAB II. KEBIJAKAN NASIONAL ............................................................................. 12


2.1. Pendahuluan ..................................................................................................... 12
2.2. Tujuan ............................................................................................................... 12
2.3. Pengertian ........................................................................................................ 13
2.4. Kebijakan .......................................................................................................... 13
2.5. Strategi ............................................................................................................. 13
2.6. Kegiatan Pokok ............................................................................................... 13

BAB III. SURVEI PREVALENSI PADA MANUSIA ............................................. 14


3.1. Tujuan ................................................................................................................ 14
3.2. Metode ............................................................................................................. 14
3.3. Cara Survai ....................................................................................................... 15
Lampiran ................................................................................................................. 24

BAB IV. PENGOBATAN ........................................................................................ 31


4.1. Dosis.. ................................................................................................................ 31
4.2 Cara Pemberian Pengobatan .......................................................................... 31
4.3. Pelaporan ....................................................................................................... 37
Lampiran ................................................................................................................. 38
4.4. Surveilans Paska Pengobatan Schistosomiasis .......................................... 48

iv Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


BAB V SURVEI KEONG PERANTARA SCHISTOSOMIASIS ........................... 63
5.1. Pendahuluan ..................................................................................................... 63
5.2. Tujuan ............................................................................................................... 64
5.3. Metode ............................................................................................................. 64
5.4. Cara Survei ....................................................................................................... 66
5.5. Pencatatan dan Pelaporan .............................................................................. 69
Lampiran .................................................................................................................. 70

BAB VI PEMBERANTASAN KEONG PERANTARA SKISTOSOMIASIS ........ 80


6.1. Pendahuluan ..................................................................................................... 80
6.2. Tujuan ............................................................................................................... 80
6.3. Metode ............................................................................................................. 80
Lampiran .................................................................................................................. 90

BAB VII SURVAI TIKUS SEBAGAI HOSPES RESERVOAR


( RESERVOIR HOST) SKISTOSOMIASIS ........................................................... 91
7.1. Tujuan ................................................................................................................ 91
7.2. Metode .............................................................................................................. 92
7.3. Cara Survai ........................................................................................................ 92
7.4. Pencatatan dan Pelaporan ............................................................................. 95

Lampiran .................................................................................................................. 97
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 104
Data Fokus keong Perantara ................................................................................. 105

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis v


vi Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Schistosomiasis
Schistosomiasis atau bilharziasis, adalah penyakit parasit yang disebabkan
oleh cacing trematoda darah dari genus Schistosoma. Cacing ini hidup di
dalam pembuluh darah vena manusia dan binatang mamalia di beberapa
daerah tropik dan sub tropik. Ada tiga spesies cacing trematoda utama
yang menjadi penyebab Schistosomiasis yaitu Schistosoma japonicum,
schistosoma haematobium dan schistosoma mansoni. Sedangkan spesies
Schistosoma mekongi dan Schistosoma intercalatum lebih jarang dilaporkan
kasus infeksinya. Untuk kelangsungan hidupnya parasit membutuhkan
keong perantara. Bentuk larva dari parasit, dilepaskan dari keong perantara,
menembus kulit orang yang kontak dengan air tersebut. Di Indonesia
Schistosomiasis atau disebut demam keong disebabkan oleh cacing
Schistosoma japonicum. Cacing dewasa hidup di dalam vena hepatica dan
vena mesenterika superior serta cabang-cabangnya. Berbagai jenis binatang
dapat menjadi hospes reservoir, misalnya tikus, sapi, kerbau dan mamalia liar
lainnya karena Schistosomiasis japonika merupakan zoonosis.

1.2. Pengendalian Schistosomiasis di Negara Endemis

Pengendalian Schistosomiasis melalui pengobatan massal telah berhasil


dilaksanakan di Brazil dan negara Afrika bagian Utara. Namun negara Afrika
masih harus meningkatkan upaya pengendalian.
Burkina Faso adalah salah satu Negara memiliki berpenghasilan
terendah di Afrika. Kampaye pengobatan massal dapat dilaksanakan
berdasarkan komitmen yaitu dengan menggerahkan segala sumber daya
untuk mengendalikan schistosomiasis. Keberhasilan penurunan prevalensi
schistosomiasis pada anak sekolah dapat dicapai dengan cakupan pengobatan
massal yang tinggi yang didukung oleh partisipasi sekolah dan masyarakat.
Penurunan ini dapat dipertahankan selama dua tahun. Tingkat kehadiran
siswa di Burkina Faso dilaporkan cukup rendah sehingga strategi pengobatan
massal dilakukan melalui kombinasi school based dan community based.
Pengendalian Schistosomiasis di Cina terdiri dari tiga fase pengendalian
Schistosomiasis yang telah dilaksanakan selama lebih dari 50 tahun. Tahap
pertama adalah pengendalian pada keong perantara dari tahun 1950 hingga
tahun 1970-an. Tahap kedua adalah pengobatan pada manusia dan hewan
Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 1
dari tahun 1980 sampai 2004. Tahap ketiga adalah pengendalian pada
sumber penularan, yang telah berlangsung sejak tahun 2005, termasuk
survei keong, pengobatan pada manusia dan hewan domestik, pendidikan
kesehatan, dan pengendalian yang komprehensif yang melibatkan sektor
pertanian, Kehutanan, Pemeliharaan air dan tanah. Beberapa langkah strategi
pengendalian tahun 2005 telah mencakup:
(1) mekanisasi pertanian, menggantikan kerbau dengan traktor, memagari
daerah padang rumput dan melarang hewan ternak merumput di daerah
yang terdapat keong infektif,
(2) meningkatkan sanitasi rumah tangga dan akses ke air bersih, dan
(3 ) mengedukasi para nelayan dan pekerja perahu tentang bahaya air yang
terinfestasi cacing schistosoma
Berdasarkan laporan, pada tahun 2008, angka prevalensi manusia yang
terinfeksi Schistosomiasis di seluruh provinsi endemis telah menurun menjadi
kurang dari 5% dan endemisitas di Provinsi Sichuan, Yunnan dan Jiangsu telah
mencapai tingkat pengendalian transmisi yaitu <1% pada tahun 2008, 2009 dan
2010. Pada akhir 2011, dari 454 kabupaten/kota yang endemis Schistosomiasis,
103 kabupaten telah mencapai ambang pengendalian penularan dan 274
kabupaten/kota mencapai ambang pemutusan penularan.
Tujuan pengendalian Schistosomiasis Negara Cina tercapainya kriteria
eliminasi yaitu <1% di daerah endemis dan mencapai kriteria terhentinya
penularan di Provinsi Sichuan dan Yunnan pada akhir 2015.
Laporan pengendalian dari Filipina menunjukkan bahwa upaya
pengendalian Schistosomiasis dinilai kurang berhasil. Peran dan dukungan
tokoh masyarakat di desa dalam menggerakkan masyarakat dinilai tidak
maksimal karena cakupan pengobatan yang rendah yaitu kurang dari 50%.
Negara Filipina disarankan untuk lebih meningkatkan aspek promotif melalui
media edukasi seperti radio untuk meningkatkan awareness masyarakat.
Selain itu perlu meningkatkan advokasi dan sosialisasi pada para pemangku
jabatan sehingga meningkatkan komitmen dalam kaitan pengendalian
schistosomiasis.

1.3. Schistosomiasis di Indonesia

Schistosomiasis di Indonesia disebabkan oleh Schistosoma japonicum,


dengan keong perantara Oncomelania hupensis lindoensis, ditemukan tahun
1972di daerah bekas persawahan di Palu, daratan Lindu. Schistosomiasis

2 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


pertama kali ditemukan pada tahun 1935 oleh dr Brug dan Tesch hanya
ditemukan endemik di dataran tinggi Napu (Kabupaten Poso) dan dataran
tinggi Lindu ( sekarang Kabupaten Sigi).
Penelitian schistosomiasis di Indonesia sudah dimulai sejak tahun
1940 yaitu sesudah ditemukannya kasus schistosomiasis di Tomado,
Dataran Tinggi Lindu, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Donggala, Provinsi
Sulawesi Tengah tahun 1935. Pada tahun tersebut, Sandground dan Bonne
menemukan prevalensi pada manusia 53% dari 176 penduduk. Pemberantasan
Schistosomiasis dilaksanakan sejak tahun 1974 yaitu dengan pengobatan
dengan menggunakan obat Niridazole pada penderita dan pemerantasan
keong perantara Oncomelania hupensis lindoensis dengan molusisida serta
agroengineering. Dengan strategi tersebut dapat menurunkan prevalensi
menjadi 25%. Hampir semua mamalia yang ditemukan di daerah tersebut
terjangkit oleh parasit tersebut, misalnya sapi,kerbau, kuda, anjing, babi,
rusa, anoa, dan berbagai jenis tikus baik tikus rumah maupun tikus ladang
dan tikus hutan
Pada tahun 1982 kegiatan pemberantasan yang lebih intensif dengan
strategi pengobatan penduduk secara massal yang didukung penyuluhan,
peningkatan sarana sanitasi lingkungan, pemeriksaan tinja penduduk, survei
keong perantara dan tikus secara berkala dan rutin. Dengan startegi ini,
periode 1982-1988 prevalensi pada manusia dapat diturunkan dari 33,85%
menjadi 1,5%. Pengobatan masal dilakukan dengan pemberian obat baru
yaitu Praziquantel dengan dosis 60 mg/kg BB yang dibagi menjadi 2, dengan
tenggat waktu minum obat antara 4-6 jam. Pada saat itu disadari bahwa
pemberantasan schistosomiasis tidak dapat dilakukan oleh sektor Kesehatan
sendiri tetapi masyarakat harus ikut berpartisipasi untuk menolong diri
sendiri dalam mengobati dan menghindari penularan schistosomiasis.
Untuk mengetahui keberhasilan pengobatan dilakukan survailans secara
berkala yaitu dengan pemeriksaan tinja penduduk selama 6 bulan sekali.
Untuk mengetahui apakah masih terjadi penularan schistosomiasis di alam
maka dilakukan pula pemeriksaan tikus dan keong perantara setiap enam
bulan sekali bersama-sama dengan pemeriksaan tinja penduduk. Hasil
pemberantasan yang dilakukan dapat menurunkan prevalensi dengan sangat
signifikan. Tetapi tetap terjadi reinfeksi sehingga prevalensi schistosomiasis
baik pada manusia, tikus maupun keong perantara berfluktuasi. Hal ini
disebabkan karena siklus penularan masih berlangsung terus. Pemberantasan
terus berlangsung sampai dibentuknya proyek CSIADCP (Central Sulawesi
Integrated Area Development and Conservation Project) pada tahun 2001

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 3


yaitu proyek bantuan ADB untuk pengembangan wilayah daerah endemis
schistosomiasis. Dengan adanya dana bantuan ini maka pemberantasan
schistosamiasis lebih intensif dan lebih terarah. Pembagian jamban dan
penyediaan air bersih lebih ditingkatkan.

1.4. Epidemiologi Schistosomiasis


Diperkirakan 85% kasus Schistosomiasis di dunia berada di Afrika, di
mana prevalensi dapat melebihi 50% pada populasi lokal. Adapun spesies
cacing schistosoma di Afrika adalah Schistosoma mansoni dan Schistosoma
haematobium. Sedangkan Schistosoma haematobium ditemukan di wilayah
Timur Tengah dan Schistosoma japonicum ditemukan di Indonesia, Philipina,
Cina dan Jepang. Spesies Schistosoma mekongi ditemukan di Kamboja dan
Laos, dan Schistosoma intercalatum, ditemukan di bagian Tengah dan Barat
Afrika. Kedua spesies ini jarang dilaporkan kasus infeksinya. Banyak negara
endemik untuk schistosomiasis telah memulai program pengendalian. Di
negara-negara di mana pembangunan telah memperbaiki kualitas sanitasi
dan penyediaan air bersih berakibat pada berhasilnya program pengendalian
Schistosomiasis. Namun sampai saat ini tidak ada pedoman WHO untuk
sertifikasi eliminasi Schistosomiasis.
Semua kelompok umur berisiko terinfeksi melalui terpapar air tawar
terinfestasi di daerah endemis. Perilaku mandi, berenang, dan melintas
atau berendam di air yang terinfestasi dapat mengakibatkan infeksi.
Schistosomiasis pada manusia tidak tertular melalui kontak dengan air asin
(laut). Distribusi Schistosomiasis penularannya sangat ditentukan oleh adanya
keong perantara, sanitasi yang tidak memadai, dan manusia yang terinfeksi.
Distribusi Schistosomiasis secara geografis dimungkinkan melalui wisatawan
dan pola imigrasi. Kebanyakan wisatawan yang terinfeksi Schistosomiasis
terpapar di sub-Sahara Afrika. Tempat-tempat yang sering dikunjungi para
wisatawan di Afrika merupakan sumber infeksi. Tempat tempat tersebut
termasuk sungai dan sumber air di wilayah Banfora (Burkina Faso) dan
daerah yang dihuni oleh orang-orang Dogon (Mali); Danau Malawi; Danau
Tanganyika; Danau Victoria; Sungai Omo (Ethiopia); Sungai Zambezi; dan
Sungai Nil. Berikut penyebaran Schistosomiasis di dunia berdasarkan spesies
dalam tabel dan peta.

4 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


Tabel 1 : Spesie Parasit dan Distribusi Geografis, sumber ( WHO)

Jenis infeksi Species Distribusi Geografis


Intestinal schistosomiasis Schistosoma mansoni Africa, Asia Tengah, Karibia,
Brazil, Venezuela dan
Suriname
Schistosoma japonicum Cina, Indonesia, Filipina, Jepang
Schistosoma mekongi Cambodia dan Laos
Schistosoma guineensis Daerah hutan lindung,
dan S. intercalatum Afrika Tengah
Urogenital schistosomiasis Schistosoma Africa, Asia Tengah, Karibia,
haematobium Brazil, Venezuela, Suriname

Peta Penyebaran Schistosomiasis di Dunia

Sumber:http://wwwnc.cdc.gov/travel/images/map 3-14-distribution schistosomiasis.jpg

1.5. Patologi Dan Gejala Klinis


Serkaria masuk menembus kulit lalu dihancurkan dalam lapisan epitel
kulit, kadang-kadang lolos ke paru-paru. Dalam beberapa hari setelah menjadi
terinfeksi, dapat menimbulkan ruam atau kulit gatal, demam, menggigil,
batuk, dan nyeri otot dapat mulai dalam waktu 1-2 bulan setelah terinfeksi.
Kebanyakan orang tidak memiliki gejala pada tahap awal infeksi.
Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 5
Setelah parasit memasuki tubuh dan mulai memproduksi telur,
menggunakan system kekebalan host (granuloma) untuk transportasi
telur ke dalam usus. Granuloma, yang terdiri dari sel-sel motil, membawa
telur ke lumen usus. Ketika dalam lumen, sel-sel granuloma meninggalkan
telur dan akhirrnya keluar bersama tinja. Sekitar dua-pertiga dari telur
tidak dikeluarkan, melainkan berkembang di dalam usus. Hal ini dapat
menyebabkan fibrosis pada kasus kronis S. Japonicum dan merupakan
spesies paling patogen diantara spesies Schistosoma karena memproduksi
hingga 3000 telur per hari, sepuluh kali lebih besar dari Schistosoma mansoni.
dalam infeksi kronis, infeksi S. japonicum dapat menyebabkan demam
katayama, fibrosis hati, sirosis hati, hipertensi portal hati, splenomegali, dan
ascites. Beberapa telur bisa lewat hati dan masuk paru-paru, sistem saraf
dan organ lain yang berakibat mempengaruhi kesehatan individu terinfeksi.
Gejala Schistosomiasis disebabkan oleh reaksi tubuh terhadap telur yang
dihasilkan oleh cacing, bukan oleh cacing sendiri. Perubahan yang terjadi
disebabkan oleh 3 stadium cacing yaitu serkaria, cacing dewasa dan
telur. Perubahan-perubahan pada Schistosomiasis dibagi dalam 3 stadium:

1. Masa tunas biologik


Gejala kulit dan alergi : eritema, papula disertai rasa gatal dan panas hilang
dalam 2-3 hari
Gejala paru : batuk, kadang-kadang pengeluaran dahak yang produktif
Gejala toksemia : timbul minggu ke-2 sampai ke-8 setelah infeksi. Berat
gejala tergantung jumlah serkaria yang masuk
Gejala berupa : lemah, malaise, tidak nafsu makan, mual dan muntah.
Diare disebabkan hipersensitif terhadap cacing
Hati dan limpa membesar dan nyeri raba.

2. Stadium Akut
o Mulai sejak cacing bertelur
o Efek patologis tergantung jumlah telur yang dikeluarkan dan jumlah
cacing .
o Keluhan : demam, malaise, berat badan menurun
o Pada infeksi berat terjadi sindroma disentri
o Hepatomegali timbul lebih dini disusul splenomegali; terjadi 6-8 bulan
setelah infeksi.

6 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


3. Stadium menahun
o Penyembuhan dengan pembentukan jaringan ikat dan fibrosis
o Hepar kembali mengecil karena fibrosis. Hal ini disebut sirosis
o Sirosis menjadi sirosis periportal
o Gejala yang timbul yaitu : splenomegali, edema tungkai bawah dan alat
kelamin, asites dan ikterus.
o Stadium lanjut sekali dapat terjadi hematemesis.

Daur hidup Schistosoma japonicum

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 7


1.6. Morfologi

Cacing dewasa Schistosoma japonicum jantan berukuran kira-kira 1.5 cm,


lebih besar dari cacing betina, memiliki 6-8 buah testis, memiliki batil isap
kepala dan batil isap perut, intergumen halus, kanalis ginekoforus. Sedangkan
cacingdewasa betina kira-kira 1.9 cm, lebih langsing dibanding cacing jantan,
ovarium di tengah, uterus berisi telur, kelenjar vitelaria di posterios , terletak
dalam kanalis ginekoforus cacing jantan
Telur Schistosoma japonicum berukuran 90 x 70 mikron, memiliki duri
kecil, berisi mirasidium. Telur cacing Schistosoma japonicum lebih besar dan
lebih bulat dibanding jenis lainnya. Duri di telur S. japonicum lebih kecil dan
kurang mencolok dibandingkan spesies lainnya

Cacing Dewasa Betina Cacing dewasa Betina

Perbandingan morfologi cacing dewasa berdasarkan spesies

8 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


Morfologi telur cacing beberapa Trematoda

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 9


Tabel 2 : Perbandingan Morfologi Cacing Dewasa Schistosomiasis Berdasarkan Spesies

S. haematobium S. mansoni S. japonicum


Cacing jantan
Ukuran 10-15 x 1 mm 10 x 1 mm 12-20 x 0.5 mm
Kutikula Tuberkula halus Tuberkula kasar Tidak bertuberkel
Testis 4-5, berkelompok 8-9, deret zig-zag 6-7, berderet

Cacing betina
Ukuran 20 X 0.25 mm 14 x 0.25 mm 26 x 0.3 mm.
Ovarium Posterior pertengahan badan Anterior pertengahan badan Pertengahan badan
Telur dalam uterus 20-30 butir 1-3 butir 50 butir atau lebih
Sekum yang menyatu Panjang (menyatu di Terpanjang (menyatu di Pendek (menyatu di
pertengahan badan) anterior pertengahan posterior pertengahan
badan) badan)
Hospes perantara Bulinus (Physopsis dan Biomphalaria dan Oncomelania hupensis
Planorbarius) Australorbis
Hospes Definitif Manusia Manusia Manusia & hewan
Babon Babon domestik
Penyebaran Geografis Afrika, Timur Tengah & Afrika dan Amerika Timur Jauh (Oriental)
Timur Dekat Selatan
Habitat Pleksus vena vesikalis Plexus mesenterikus Plexus mesenterikus
dan prostatika daerah sigmoidorektal daerah ileocaecalis (v.
(v. mesenterika inferior mesenterika superior
dan cabang-cabangnya) dan cabang- cabangnya)
Telur Duri terminal Duri lateral Bejolan lateral

1.7 Diagnosis

Diangnosis ditegakkan dengan menemukan telur di dalam tinja atau dalam


jaringan biopsi seperti biopsi rectum, hati dan sebagainya.
Selain itu reaksi serologi dapat dipakai untuk membantu menegakkan
diagnosis. Reaksi serologi yang biasa di pakai ialah Circumoval Precipitin Test
(COPT), Indirect Haemagglutination Test (IHT), Complement Fixation Test,
Flourescent Antibody Test (FAT), dan Enzim Linked Immuno Surbent Assay.
Saat ini dikenal teknologi baru LAMP (Loop mediated isothermal
amplification) yang banyak digunakan dalam berbagai infeksi penyakit
termasuk Schistosomiasis. LAMP adalah amplifikasi asam nukleat isotermal.
Berbeda dengan polymerase chain reaction (PCR) teknologi di mana reaksi
dilakukan dengan serangkaian langkah dengan suhu tertentu atau siklus,

10 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


amplifikasi isotermal dilakukan pada suhu konstan, dan tidak memerlukan
thermal cycler. Deteksi produk amplifikasi dapat ditentukan melalui fotometri
untuk kekeruhan disebabkan oleh meningkatnya kuantitas Magnesium
pirofosfat dalam larutan sebagai produk sampingan dari amplifikasi atau
dengan penambahan SYBR green atau calcein, perubahan warna dapat dilihat
dengan mata telanjang tanpa perlu mahal peralatan.
Untuk pengendalian Schistosomiasis di lapangan, dipakai metode Kato
katz. Teknik sediaan tebal (cellophane covered thick smear techique) atau
disebut teknik Kato. Dengan menggunakan teknik ini lebih banyak telur cacing
dapat diperiksa sebab digunakan lebih banyak tinja. Teknik ini dianjurkan untuk
pemeriksaan secara massal karena lebih sederhana dan murah. Morfologi
telur cacing cukup jelas untuk membuat diagnosa. Kelebihan teknik ini dapat
mengidentifikasi tingkat cacing pada penderita berdasar jumlah telur dan
cacing, baik di kerjakan di lapangan, dapat digunakan untuk pemeriksaan
tinja masal karena murah dan sederhana, cukup jelas untuk melihat morfologi
sehingga dapat di diagnosis.

1.8. Pengobatan
Obat pilihan berdasarkan uji klinis adalah praziquantel, turunan kuinolon.
Praziquantel umumnya diberikan dalam dosis tunggal atau dibagi dua dari
60 mg / kg berat badan. Praziquantel yang paling efektif membunuh cacing
dewasa schistosoma.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 11


BAB II
KEBIJAKAN NASIONAL

2.1. Pendahuluan
Schistosomiasis hanya terdapat di Propinsi Sulawesi Tengah, di Kabupaten
Sigi, di Lembah Lindu dan di Kabupaten Poso, di Lembah Napu dan Bada. ini
erat kaitannya dengan lingkungan, yaitu pertanian, perkebunan . Umumnya
fokus keong perantara ditemukan di daerah pertanian dan perkebunan Keong
Perantara, Oncomelania hupensis lindoensis memiliki beberapa lingkungan
habitat. Di Kabupaten Sigi, habitat atau fokus keong perantara dominan
ditemui di kebun coklat yang berdekatan dengan lokasi hutan lindung, yang
jauh dari pemukiman penduduk. Hasil survei juga menunjukkan bahwa fokus
keong perantara infektif ditemukan di beberapa pemukiman masyarakat.

Peta penyebaran Schistosomiasis di Indonesia,


Sumber : Balai Lokalitbang P2B2 Donggala, Kemenkes RI

2.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Schistosomiasis tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
2. Tujuan Khusus
a. Menurunnya prevalensi Schistosomiasis pada manusia < 1% angka
b. Menurunnya prevalensi Schistosomiasis pada keong perantara <1%
c. Menurunnya prevalensi Schistosomiasis pada binatang (tikus, sapi,
kerbau, kuda,babi) < 1%

12 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


2.3. Pengertian
1. Pengendalian Schistosomiasis
Adalah tercapainya keadaan dimana penularan Schistosomiasis di
masyarakat minimal serendah-rendahnya sehingga penyakit ini tidak
menjadi masalah kesehatan masyarakat.
2. Pengobatan massal Schistosomiasis
Pemberian obat kepada semua penduduk di desa endemis berdasarkan
survei parasitologi pada manusia dengan prevalensi > 1% yang bertujuan untuk
memutuskan mata rantai penularan Schistosomiasis di daerah endemis.

2.4. Kebijakan
1. Pengendalian Schistosomiasis merupakan salah satu prioritas nasional
2. Pelaksanaan pengendalian Schistosomiasis di Indonesia dengan
menerapkan program pengendalian Schistosomiasis yaitu memutuskan
rantai penularan Schistosomiasis
3. Satuan lokasi pelaksanaan pengendalian Schistosomiasis adalah desa.

2.5. Strategi
1. Memperkuat peran Kab & Prop dlm upaya pengendalian Schistosomiasis
2. Memperkuat kerjasama LS & LP serta swasta dalam rangka pembangunan
terpadu daerah endemis Schistosomiasis
3. Memperkuat peran masyarakat di daerah endemis untuk mendukung
secara aktif upaya eliminasi Schistosomiasis
4. Meningkatkan kualitas SDM, sistem surveilans, monitoring dan evaluasi

2.6. Kegiatan Pokok


Untuk merealisasikan strategi pengendalian Schistosomiasis tersebut,
maka dilaksanakan berbagai kegiatan :
Penguatan program kegiatan pengendalian Schistosomiasis
Peningkatan manajemen SDM
Peningkatan promosi kesehatan
Survei prevalensi Schistosomiasis
Survei lingkungan
Pengobatan
Pengendalian keong perantara
Penguatan manajemen program
Evaluasi program eliminasi Schistosomiasis

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 13


BAB III
SURVEI PREVALENSI PADA MANUSIA

Kegiatan survai prevalensi pada penduduk merupakan salah satu kegiatan


pokok dalam Program pengendalian Schistosomiasis. Kegiatan survai ini
meliputi :
Sensus penduduk
Pengumpulan tinja penduduk yang berumur 2 tahun ke atas
Pembuatan sediaan/preparat sesuai metode modifikasi Kato Katz
Pemeriksaan secara mikroskopik di laboratorium.
Survai ini penduduk dilakukan secara rutin 6 bulan sekali dengan cakupan
survai minimal 80% dari jumlah penduduk.

3.1. TUJUAN
Survai tinja penduduk dimaksudkan untuk :
Menentukan derajat endemisitas (prevalensi) Schistosomiasis pada
penduduk di daerah yang diperiksa dan ditegakkan dengan menemukan
telur cacing Schistosoma japonicum dalam tinja.
Untuk menilai hasil kegiatan pengendalian Schistosomiasis yang
dilakukan, khususnya pengendalian terhadap cacing dewasanya dengan
melakukan pengobatan massal menggunakan praziquantel.
Mengamati penderita positif tinja dari setiap kegiatan survai yang
dilakukan untuk menentukan masih ada atau tidaknya transmisi
penularan.
Secara keseluruhan survai ini dapat dipergunakan sebagai tolok ukur untuk
menilai kebersihan program pengendalian Schistosomiasis yang telah
ditargetkan yaitu menurunkan prevalensi pada manusia dibawah 1%.

3.2. Metode
Survai tinja dilakukan secara massal (mass survey) pada penduduk yang
berumur 2 tahun ke atas di daerah endemis
Pengambilan sampel tinja penduduk dilakukan selama tiga hari berturut-
turut (3 kali pengambilan sampel) untuk setiap orang.
Setiap sampel tinja dibuat 3 sediaan (preparat) dengan menggunakan
metode modifikasi Kato Katz yang kemudian diperiksa di bawah mikroskop.
Sampel dinyatakan negatif (-) apabila 3 hari berturut-turut tidak ditemukan
telur Schitosoma Japonicum dalam tinjanya.

14 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


3.3. CARA SURVAI
1. Persiapan
Dengan persiapan yang baik diharapkan pelaksanaan survai akan dapat
mencapai sasaran yang diharapkan.
1.1. Persiapan lapangan :
Pemberitahuan kepada masyarakat melalui Kepala Wilayah Kecamatan,
Kepala Desa tentang pelaksanaan survai. Mengadakan penyuluhan pada
masyarakat tentang maksud, tujuan dan perlunya survai ini dilakukan
melalui atau dengan bantuan Kepala Desa, Pemuka Masyarakat ataupun
LKMD setempat. Persiapan lapangan ini dilakukan oleh Tim Pengendalian
Schistosomiasis bersama kepala puskesmas/ staf puskesmas dibantu
oleh unsur-unsur pemda setempat (camat, kades, pemuka masyarakat,
LKMD dan lembaga-lembaga masyarakat lainnya).
1.2. Persiapan bahan dan peralatan survai :
Persiapan ini dilakukan oleh tim pengendalian Schistosomiasis baik
tenaga Kesehatan maupun kader. Kebutuhan bahan maupun peralatan
yang perlu, dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan (dilihat lampiran).

2. Pelaksanaan Survai
A. Sensus penduduk

Semua penduduk di desa yang akan dilakukan survai dicatat dalam


daftar/form yang disediakan dengan lengkap, nama, umur, jenis
kelamin serta pekerjaannya (lihat Form- 2). Kemudian diberi nomor urut
dan hendaknya disusun menurut urutan susunan keluarganya (bapak/
ayah,ibu, anak ke 1, 2, 3 dst.). Dari hasil survai ini penduduk tersebut
digolongkan sebagai penduduk tetap (a).
Hal ini sangat penting artinya, untuk sebagai dasar melakukan
survai berikutnya, guna menilai dan mengamati hasil-hasil kegiatan
pengendalian selama program dilaksanakan.
Pada umumnya hasil pelaksanaan survai ke survai berikutnya
jumlah penduduk yang tercatat pada suatu desa selalu berubah-ubah
karena mobilisasi penduduk, kelahiran, pindah ataupun meninggal.
Tambahan penduduk dari jumlah penduduk hasil sensus yang pertama
digolongkan sebagai penduduk tambahan/tidak tetap (b). Dalam
kegiatan pengendalian semua penduduk mendapat perlakuan yang
sama. Dari sensus ini pula dapat ditentukan berapa sasaran yang akan
dicapai (penduduk yang ber umur 2 tahun ke atas).
Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 15
Pelaksanaan sensus ini dilakukan oleh kader bersama-sama dan
dibantu oleh Kades/Pamong desa setempat di bawah pengawasan
petugas Kesehatan.

B. Pembagian dan pengumpulan kotak spesimen (tinja)

Kotak spesimen atau tinja dibagikan kepada semua penduduk


yang berumur 2 tahun ke atas sesuai dengan daftar sensus penduduk.
Sebelum pelaksanaan pembagian kotak spesimen, di buat terlebih
dahulu daftar nama penduduk pada formulir pemeriksaan tinja sesuai
dengan sensus penduduk (lihat form 2). Pelaksanaan pembagian kotak
specimen (tinja) adalah sebagai berikut :
o Kotak tinja ditulis nama, nomor KK dan nomor urut sesuai dengan
daftar formulir pemeriksaan tinja dengan menggunakan spidol
water-proof masing-masing 3 kotak/orang.
o Dibagikan ke tiap-tiap penduduk atau melalui kepala keluarganya
untuk disampaikan kepada anggota keluarganya agar diisi tinjanya
masing-masing dan pengumpulannya supaya diantar ke suatu
tempat/pos-pos yang telah ditentukan.
o Para pelaksana survai harus selalu mengingatkan kepada penduduk
agar :
kotak jangan sampai tertukar dengan orang lain dan diisi tinjanya
sendiri.
satu kotak untuk sekali buang air besar/BAB (tidak dibenarkan
satu kali BAB dibagi untuk 2 atau 3 kotak).
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh kader dan dibantu oleh para
kader. Apabila Peran Serta Masyarakat (PSM) sudah cukup baik,
pembagian dan pengumpulan kotak tinja ini akan dilakukan oleh
masyarakat itu sendiri yakni masyarakat akan mengambil kotak tinja
dan menyerahkan kembali setelah diisi tinja ke pos pos survai atau pos
pelayanan terpadu (Posyandu) yang ditunjuk, selama 3 hari berturut-
turut (3 kali) di mana di pos tersebut masyarakat akan dilayani oleh
para kader.

16 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


C. Pembuatan sediaan/preparat tinja :
1. Tinja yang telah terkumpul diambil dengan batang lidi (stick)
sebanyak sebesar ujung ibu jari, diletakkan di atas kertas minyak
(yang tidak - tembus air) kemudian disaring dengan menggunakan
kasa yang halus terbuat dari bahan baja (screen wire).
Dengan menekan kasa menggunakan lidi, akan muncul dibagian
atas kasa, tinja yang telah tersaring.
2. Tinja yang telah tersaring diambil dengan batang lidi, kemudian
dicetak pada karton berlubang ukuran tertentu (karton kato) di
atas kaca benda (slide) yang telah diberi nomor kode yang sesuai
(sama) dengan kotak tinja pada labelnya. Dibuat 3 preparat
(sediaan) untuk setiap kotak tinja.
3. Kemudian tinja ditutup dengan cellophane-tape (ukuran + 22 x 30
mm) yang telah direndam dalam larutan glicerin malachit green
selama 24 jam.
Cara pembuatan larutan gliserin malachit green dapat dilihat pada
lampiran 4.
4. Tinja diratakan dengan pinggiran kaca benda (slide) sampai sediaan
tinja menjadi tipis dan rata.
5. Untuk menghisap kelebihan cairan, sediaan diletakkan terbalik di
atas kertas yang mudah menghisap air (tisu).

Metode Kato Katz

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 17


6. Selanjutnya sediaan/preparat diletakkan tersusun dalam kotak
kaca benda (slide-box) untuk kemudian dibawa dan diperiksa di
bawah mikroskop di laboratorium atau didesa yang bersangkutan
di mana tersedia tempat yang memungkinkan untuk melakukan
pemeriksaan. Pada slide-box agar diberi label dari desa mana
preparat tersebut dan tanggal pelaksanaannya.
Perlu diperhatikan bahwa dalam penyusunan preparat ke
dalam slide-box agar dilakukan dengan hati-hati, demikian pula
cara membawa ke tempat pemeriksaan (laboratorium) untuk
menghindarkan kontaminasi satu dengan lainnya serta kerusakan
preparat itu sendiri.
Pembuatan preparat/sediaan tinja ini dilaksanakan oleh kader yang
telah terlatih dibantu oleh para kader.

D. Pemeriksaan sediaan/preparat dengan menggunakan mikroskop


Pemeriksaan dengan mikroskop dimaksudkan untuk mencari bentuk
telur daripada cacing Schistosoma japonicum pada sediaan tinja.
Pemeriksaan sediaan dilakukan secara zig zag, yaitu dari sisi yang
satu ke sisi yang lain, kemudian kembali ke sisi semula dan demikian
seterusnya.
Tiap-tiap bertukar arah hendaklah digeser satu lapang pandang
mikroskop.
Mikrometer hendaklah selalu diputar turun naik selama
pemeriksaan dilakukan agar diperoleh gambaran dari benda-
benda yang ada dipermukaan dan yang ada di bagian dalam dari
preparat tersebut.

18 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


Untuk menyatakan bahwa sediaan itu negatif (-) pemeriksaan
dilakukan terhadap seluruh sediaan/preparat yang ada pada kaca
benda (slide ) tersebut.
Pemeriksaan dilakukan dengan pembesaran lemah (5 atau 10 kali),
apabila ditemukan benda-benda yang menyerupai bentuk telur,
maka pembesarannya dipertinggi (40 kali) untuk lebih jelas dan
untuk membedakan apakah benda yang dilihat itu telur Schistosoma
Japonicum, telur cacing-cacing lain (Ascaris lumbricoides, hookworm,
Trichuris trichiura, dll) ataukah gelembung udara.
Untuk membedakan macam-macam bentuk telur cacing, maka
untuk jelasnya dapat dilihat pada Lampiran berikut.

Stadium cacing Schistosoma japonicum

Gambaran Morfologi Telur Cacing Schistosoma japonicum & Cacing usus

Sumber: BMC infect Dis2013Biomed Central,Ltd


Gambaran morfologi telur cacing A, Schistosoma japonicum; B, Ascaris
lumbricoides; C. Hookworm/Cacing tambang; D, Diphyllobothrium latum;
E, Trichuris trichiura; F, Capillaria spp..; G, Taenia spp.; H, Enterobius
vermicularis
Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 19
Bagi seorang mikroskopis yang cukup berpengalaman dapat
menyelesaikan pemeriksaan spesimen/preparat sebanyak 35 - 40
preparat setiap jamnya. Pemeriksaan sediaan/preparat ini dilakukan
oleh petugas kesehatan dan kader yang telah mendapat pelatihan
mikroskopis Schistosomiasis

E. Hasil survai tinja :


Telur Schistosoma japonicum yang ditemukan pada setiap sediaan/
preparat dihitung jumlahnya, kemudian dimasukkan/dicatat pada
daftar formulir pemeriksaan tinja (Form 3) sesuai dengan nomor
kode yang tercantum pada preparat.
Telur cacing-cacing lain seperti Ascaris lumbricoides, hookworm,
Trichuris trichiura yang ditemukan juga dicatat/ dimasukkan pada
formulir tersebut di atas.
Apabila semua hasil pemeriksaan sediaan/preparat tinja telah
selesai dimasukkan ke dalam daftar formulir pemeriksaan tinja
tersebut, maka dapatlah ditentukan hasil-hasilnya sebagai berikut:
1. Jumlah penduduk yang harus diperiksa adalah
Jumlah penduduk seluruhnya dikurangi dengan jumlah penduduk
yang berumur di bawah 2 tahun.

2. Prosentase (%) penduduk yang diperiksa atau cakupan survai


adalah :
Jumlah penduduk yang diperiksa
x 100
Jumlah penduduk umur 2 tahun ke atas

3. Prosentase (%) penderita (positif tinja) Schistosomiasis atau


Prevalensi Schistosomiasis adalah :
Jumlah penduduk yang diperiksa
x 100
Jumlah penduduk umur 2 tahun ke atas

4. Prosentase (%) penderita (positif tinja) cacing-cacing lain atau


prevalensi cacing lain (Ascaris/hookworm/Trichuris trichiura)
adalah :
Jumlah pddk dgn tinja positif cacing lain ( Nematoda usus)
x 100
Jumlah penduduk yang diperiksa

20 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


Pelaksanaan ini dilakukan oleh petugas kesehatan dan atau kader yang
telah ditatar serta yang diberi tanggung jawab tentang kegiatan ini.
Contoh perhitungan :

Jmlh Jmlh % Cacing lain


Jmlah Jmlh pddk %
No. Desa pddk yg Pos Pos As/Hw/Tt.
Pddk 2 th ke atas dprks
dprksa S.J S.J jmlh %
1 a 396 386 316 81,8 6 1,9 13 4,1
b 86 79 17 21,5 0 0,0 0 0,0

1. Jumlah pendudukan yang harus diperiksa = jumlah penduduk usia 2


tahun ke atas.
Dalam contoh tercantum langsung dalam kolom : jumlah penduduk
usia 2 tahun ke atas.
2. Coverage survey dihitung dari :
316 x 100 = 81,87% (a)
386
17 x 100 = 21,25% (b)
79

3. Prevalensi Schistosomiasis dihitung dari :


17 x 100 = 1,9% (a)
316
0 x 100 = 0,00% (b)
17

4. Prevalensi cacing-cacing lain (Ascaris/Hookworm/Trichuris) dihitung dari :


13 x 100 = 4,1% (a)
316
0 x 100 = 0,00% (b)
17

Keterangan :
(a) = adalah penduduk daftar tetap
(b) = adalah penduduk daftar tambahan/tidak tetap.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 21


F. Pencatatan dan pelaporan
Dalam pelaksanaan survai tinja Schistosomiasis, mulai dari kegiatan
lapangan sampai pemeriksaan di laboratorium digunakan Daftar
Formulir Pemeriksaan tinja (Form-3). Untuk pelaporan semua hasil
survai diolah menjadi :
1. Dibuat/diisikan dalam formulir Laporan hasil pemeriksaan tinja
penduduk, seperti pada lampiran 3.
2. Dibuat laporan : Distribusi umur dan kelamin penderita (positif tinja)
Schistosomiasis pada form 4.
3. Untuk dapat lebih mudah dianalisa setelah kegiatan ini dilakukan
beberapa kali sebagai evaluasi kegiatan pengendalian yang
dilakukan, khususnya pengobatan dan kegiatan atau pengendalian
lain pada umumnya maka dibuat Daftar : Rekapitulasi hasil kegiatan
survai tinja yang dikombinasikan dengan kegiatan pengobatan,
seperti pada form 5.
Kegiatan ini dilakukan oleh tim pengendalian Schistosomiasis (baik
tenaga kesehatan maupun kader yang sudah terlatih) kemudian
dilaporkan oleh Ketua Tim atau Petugas yang ditunjuk kepada tingkat
Kabupaten, Provinsi maupun Pusat untuk di analisa.
Pada tingkat Kabupaten, Provinsi maupun Pusat agar dibuat
Rekapitulasi hasil kegiatan Survai Tinja sejak dari awal kegiatan sampai
dengan yang terakhir dilaksanakan, seperti pada form 6.

22 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


Tabel 1
DAFTAR BAHAN DAN PERALATAN UNTUK SURVAI TINJA : 1.000 PENDUDUK
Jumlah
No Jenis bahan/alat
Kebutuhan
1 Kotak tinja (stool box) 3.000 Buah
2 Kaca benda (slide) 9.000 Buah
3 Kasa dari baja (screen ware) 5 M2
4 Kato's standar 3.000 Buah
5 Cellophan tape (36 yard)-panfic 10 Roll
6 Magis transparant tape (1/2") 8 Roll
7 Malachit green (powder) 10 Gram
8 Gliserin 5 Liter
9 Kertas minyak 25 Lembar
10 Kertas isap (tisue) 10 Roll
11 Spidol water proof 12 Buah
12 Pinsil 12 Buah
13 Kantong plastik besar 20 Buah
14 Batang lidi (stick) 6.000 Buah
15 Kertas HVS 100 Lembar
16 Formulir survai 50 Lembar
17 Kotak kaca benda (slide-box) 45 Buah
18 Ember plastik besar (20 liter) 5 Buah
19 Ember plastik kecil (5 liter) 5 Buah
20 Pinset sedang (4") 5 Buah
21 Gunting besar 5 Buah
22 Sarung tangan tipis 6 Pasang
23 Gelas ukur (100 cc) 2 Buah
24 Becker glass (100 cc) 2 Buah

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 23


Form 1
Form 1

DAFTAR SENSUS PENDUDUK

DESA : __________ KECAMATAN : __________

KABUPATEN : __________ PROVINSI : __________

NO KODE UMUR
NAMA LENGKAP PEKERJAAN
KK URUT LK PR

24 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


FormForm
2 2
FORMULIR PEMERIKSAAN TINJA SCHISTOSOMIASIS

DESA : __________ CARA PEMERIKSAAN : __________


JLMH PDDK : __________ WKT. PELAKSANAAN : __________

NO KODE UMUR JLH. TELUR TELUR LAIN


NAMA
SCHISTO
LENGKAP
KK URUT LK PR I II III As Hw Tt

Keterangan : As = Ascaris lumbricoides


Hw = Hookworm
Tt = Trichuris trichiura

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 25


CARA PEMBUATAN LARUTAN GLISERIN MALACHITE GREEN

Malachiet green berbentuk serbuk berwarna hijau.

1. Cara pembuatan larutan dasar (stock solution) 3 % yaitu :


3 gram malachite green (serbuk ) + 100 cc akuades

2. Kemudian dibuat larutan pewarna sediaan tinja (gliserin malachite green)


dengan mencampur sebagai berikut :
99 1 cc stock solution
99 100 cc glyserin
99 100 cc akuades (air bersih)
Ketiga bahan tersebut dicampur dan diaduk sampai rata atau tercampur
dengan baik (homogen).

26 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


Form
Form 33

LAPORAN : HASIL PEMERIKSAAN TINJA PENDUDUK


PROVINSI : ____________________ WKT. PELAKSANAAN : ____________________
KABUPATEN : ____________________ METODA PEMERIKSAAN : ____________________
KECAMATAN : ____________________ SEBELUM/SESUDAH PENGOBATAN KE : ____________________

TELUR CAGING LAIN YG DDT


JLH JLH JLH %
DESA / % Ascaris
NO PENDU PDDK 2 PDDK Jlh positive Pos Hookworm Trichuris trichiura
KAMPUNG diperiksa lumbricoides
DUK TAHUN DPRKS S.japonicum
JLH % JLH % JLH %

1. a.
b.

2. a .

b.

3. a .

b.
SUB TOTAL : a.
b.
TOTAL

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


27
Form 44
Form
LAPORAN : DISTRIBUSI UMUR DAN KELAMIN PENDERITA (POSITIF TINJA)

SCHISTOSOMIASIS
DESA : __________ KECAMATAN : __________
KABUPATEN : __________ PROVINSI : __________
SEBELUM/SESUDAH PENGOBATAN KE :

GOLONGAN UMUR JUMLAH JUMLAH PRESEN


( TAHUN ) DIPERIKSA POSITIF POSITIF
LK PR LK PR LK PR
0-4
5-9
10 - 14
15 - 19
20 -24
25 -29
30 -34
35 -39
40 - 44
45 -49
50 -54
55 -59
60 - 64
65 - 69
70
JUMLAH

28 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


Form 5
REKAPITULASI KEGIATAN
SURVAI TINJA DAN PENGOBATAN SCHISTOSOMIASIS DI SULAWESI TENGAH

DESA : __________ JLH. PDDK : __________


KECAMATAN : __________
KABUPATEN : __________

NO KODE NAMA UMUR SURVAI TINJA & PENG.MASS KE


KK URUT LENGKAP LK PR SP P1 SE1 P2 SE2 P3 SE3

KETERANGAN : SP = Survai pendahuluan


P = pengobatan
SE = Survai evaluasi
S = diisi (-) bila negatif dan bila positif diisi jumlah telur/slide.
contoh :2/1/-
P = diisi (+) apabila diobati (minum obat praziquantel).

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 29


Form
Form66
REKAPITULASI HASIL KEGIATAN
SURVAI TINJA SCHISTOSOMIASIS DI SULAWESI TENGAH

KABUPATEN : KECAMATAN :
SURVAI PENDAHULUAN SURVAI EVALUASI I SURVAI EVALUASI II
DESA/ JLH ( )* ( )* ( )*
NO DST
KAMPUNG PDDK JLH JLH % JLH JLH % JLH JLH %
DPRKS POS POS DPRKS POS POS DPRKS POS POS
1. a.
b.
2. a.
b.

30 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


3.
a.
b.
4.
a.
b.
SUB TOTAL : a.
b.
TOTAL:
KETERANGAN : a. penduduk daftar tetap
b. penduduk daftar tidak tetap/tambahan
* waktu pelaksanaan.
BAB IV
PENGOBATAN

Pengobatan penduduk merupakan kegiatan pokok pada pengendalian


penyakit Schistosomiasis. Adapun kriteria pemberian pengobatan
Schistosomiasis adalah :
1. Pengobatan massal dilaksanakan bila prevalensi Schistosomiasis di
desa > 1%. Pengobatan ini dilaksanakan setiap 6 bulan diberikan kepada
penduduk umur mulai 5 tahun ke atas. Pada balita hanya diberikan pada
individu yang positif. Pengobatan ditunda pada wanita hamil, wanita
menyusui dan yang sakit berat.
2. Pengobatan selektif dilakukan bila prevalensi di bawah 1 %. Pengobatan
diberikan setiap 6 bulan pada penduduk yang positif dan serumah.
3. Pengobatan perorangan diberikan pada fasilitas pelayanan kesehatan
berdasarkan pemeriksaan klinis atau laboratorium

4.1. DOSIS
Obat yang digunakan yaitu praziquantel dengan dosis 30 mg/kg BB/dosis
diberikan 2 dosis dalam satu hari, total 60 mg/kg/BB. Jarak pemberian
dosis pertama dengan dosis kedua tidak boleh kurang dari 4 jam dan
tidak boleh lebih dari 6 jam. Obat diminum sesudah makan. Selain obat
praziquantel disediakan juga obat penawar karena obat praziquantel
menimbulkan efek samping antara lain, demam, sakit kepala, pusing,
mual, dan lain-lain.

4.2 CARA PEMBERIAN PENGOBATAN :


4.2.1. PENGOBATAN MASSAL.
Pengobatan massal pada penduduk dapat dibagi dalam 3 tahap yaitu :
1. Tahap Persiapan :
Dalam tahap persiapan ini dilaksanakan oleh petugas kesehatan dibantu
kader. Tahapan persiapan pelaksanaan adalah :
a. Penyusunan Rencana Kerja.
Lokasi dan jumlah penduduk yang akan diobati.
Tenaga pelaksana dan menyusun pembagian tim kerja.
Jumlah praziquantel yang akan digunakan.
Jumlah obat penawar, alat dan bahan administrasi yang akan
digunakan.
Penentuan jadwal pelaksanaan.
Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 31
b. Persiapan Bahan dan Alat.
Sehari sebelum dilaksanakan pengobatan massal perlu disiapkan :
Obat praziquantel sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan
Formulir pengobatan (Form1) dan bahan administrasi lainnya yang
dibutuhkan.
Peralatan pengobatan :
Timbangan berat badan.
Stetoskop, tensimeter, senter, tounge spatel.
c. Persiapan Lapangan.
Puskesmas melakukan koordinasi dengan Camat, PKK, Toma,
Toga, setempat mengenai rencana pengobatan sebelum kegiatan
dilaksanakan agar berperan aktif dalam kegiatan pengobatan yang
akan dilaksanakan.
Pemberitahuan kepada penduduk supaya makan dahulu sebelum
minum obat di pos pemberian obat
Pemilihan pos pemberian obat berdasarkan tempat yang mudah
dicapai oleh penduduk.
Mempersiapkan peralatan pengobatan
Dokter/Perawat yang bertugas menyiapkan alat periksa.
Pencatatan pengobatan penduduk dicatat dalam buku register pengobatan
Schistosomiasis dipegang oleh petugas kesehatan (bidan desa)

2. Pelaksanaan Kegiatan Pengobatan.


Pada tahap pelaksanaan kegiatan ini, tempat/ruang serta persiapan
lainnya sudah diatur di tempat yang semestinya, sesuai dengan urut-
urutannya :
a. Penduduk dikumpulkan di tempat tertentu dan diberikan pengarahan
seperlunya oleh petugas kesehatan dibantu kader.
b. Kader melaksanakan :
Pendaftaran dan pengambilan formulir pengobatan sesuai formulir
pengobatan masing-masing (dimana formulir pengobatan telah
disusun menurut nomor urut). Contoh formulir pengobatan lihat
Form2.
c. Pengukuran berat badan (BB) dilaksanakan oleh kader untuk
menentukan dosis obat.

32 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


Pengukuran Berat Badan dilakukan dengan cara:
99Memakai alat timbangan injak
99Periksa alat timbangan, harus dalam keadaan baik.
99Setiap kali sebelum menimbang, jarum penunjuk angka harus
selalu pada angka 0.
99Berat badan dicatat dalam formulir pengobatan.

d. Pemberian obat.
Kader memberikan obat praziquantel kepada orang yang ditentukan
sesuai dengan berat badan. Untuk memudahkan petugas dalam
menghitung jumlah obat yang akan diberikan dapat dipergunakan
daftar Form3.
Penduduk minum obat di hadapan petugas untuk dosis pertama.
Form pengobatan ditulis jam pemberian dosis pertama dan kedua.
(form catatan pengobatan)
Untuk penduduk yang tidak datang atau tidak datang kembali pada
pengobatan dosis kedua, petugas mendatangi rumah penduduk.

3. Pengawasan efek samping (side effect) pengobatan :


Efek samping pengobatan biasanya timbul 1 - 2 jam setelah pengobatan.
Gejala yang umumnya timbul antara lain : sakit kepala, pusing, mual,
muntah, sakit perut atau mules, demam, gatal-gatal/kelainan kulit.
Pengawasan dilakukan oleh petugas kesehatan.
a. Setelah pemberian pengobatan petugas kesehatan dan kader
mengawasi efek samping obat.
b. Memberikan obat penawar kepada penduduk mengalami efek samping
obat.
c. Petugas mencatat nama, umur, kelainan dan gejala yang timbul, serta
obat penawar yang diberikan pada formulir reaksi pengobatan (Form 4).
* Obat penawar.
Untuk mengatasi efek samping praziquantel pada penduduk disediakan
obat penawar. Pemberian obat penawar disesuaikan dengan efek
samping yang timbul.

4. Pelaporan Pengobatan
Hasil pengobatan massal dilaporkan setiap akhir pelaksanaan
pengobatan. Hal-hal yang harus dilaporkan :

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 33


Jumlah cakupan Pengobatan (Form5a, 5b)
Pemeriksaan klinis (Form6)
Reaksi samping pengobatan/rekapitulasi (Form7)
Selain laporan di atas perlu juga dilaporkan hal-hal yang ada kaitannya
dengan jalannya pelaksanaan pengobatan misalnya :
Hambatan/masalah yang dihadapi baik dari pihak petugas maupun
masyarakat.
Dukungan-dukungan apa saja yang telah diberikan oleh masyarakat
atau sektor-sektor lain.

4.2.2. PENGOBATAN PERORANGAN/SELEKTIP :


1. Pengobatan selektip :
1.1. Lokasi pelaksanaan : dilaksanakan pada desa-desa dengan
prevalensi di bawah 1%, dengan interval 6 bulan sekali
sebagaimana pengobatan massal sebelumnya.
1.2.
Pengobatan diberikan kepada seluruh keluarga dimana
keluarga tersebut terdapat penderita positif telur Schistosoma
dari hasil survei evaluasi pengobatan (Survei Prevalensi Pada
Manusia) dan penduduk yang menunjukkan gejala klinis
schisto.
1.3. Pengobatan selektip adalah kegiatan pengobatan di desa yang
merupakan follow up dari kegiatan Survei Prevalensi Pada
Manusia jika prevalensi di bawah 107o.
1.4. Pelaksana pengobatan ialah petugas puskesmas dibantu oleh
tim Schistosoma kalau perlu.

2. Pengobatan perorangan :
2.1. Pengobatan diberikan kepada :
Penderita menunjukkan gejala klinis Schistosomiasis.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya telur
Schistosoma japonicum.
Belum minum obat pada saat pengobatan massal/selektif
2.2. Pelaksana : petugas puskesmas (dokter, perawat)
Cara pemberian pengobatan :
o Dosis 30 mg/kg BB/dosis, 2 dosis seperti pada pengobatan massal.
o Disediakan obat penawar kalau timbul reaksi samping obat.

34 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


o Sebelum diobati juga diadakan anamnesa dan pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium.
o Pencatatan pengobatan ini tersendiri, datanya dimasukkan
ke dalam formulir pengobatan yaitu : pemeriksaan fisik, hasil
laboratorium, tanggal pengobatan dan jumlah tablet praziquantel,
reaksi samping obat, obat penawar yang diberikan. Formulir
pencatatan Form8.
e. Anamnesa :
Dilakukan oleh dokter/perawat/bidan
Mengenai anamnesa, ditanyakan keluhan atau gejala yang khas
Schistosomiasis antara lain :
Gatal-gatal
Demam terutama diwaktu sore hari
Sakit perut
Diare (berak-berak encer)
Sindroma disentri
Mual/muntah
Tak nafsu makan
Lemah tidak kuat kerja
Batuk/sesak
Perut membesar
Hematemesis (muntah darah)
Melena (buang air besar warna hitam)
Epilepsi.

f. Pemeriksaan Fisik :
Dilakukan oleh dokter/perawat.
Pemeriksaan fisik terdiri dari :
Pemeriksaan terutama mengenai keadaan umum penderita, apakah
ikterus, pelebaran vena di dinding perut (caput medusae) atau adanya
sesak nafas.
Palpasi dan perkusi menentukan adanya hepatomegali, splenomegali,
ascites dan oedema pada tungkai.
Auskultasi : pemeriksaan paru-paru dan jantung.
Penentuan pembesaran hati dan limpa, Pemeriksaan dilakukan
dengan cara :

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 35


Penentuan pembesaran hati dan limpa. Pemeriksaan dilakukan dengan
cara : Penduduk yang diperiksa terlentang dengan kedua kaki ditekuk.
Pemeriksa datang dari samping kanan, pemeriksaan dilakukan dengan
tangan kanan, sedang tangan kiri untuk menekan bagian belakang iga
kanan penderita.Penderita disuruh bernafas biasa.
a. Pada waktu penderita expirasi, telapak tangan kanan pemeriksa
diletakkan dibagian atas kanan perut sejajar iga terakhir, dan tangan
kiri pemeriksa ditempatkan di daerah ginjal kanan penderita dengan
sedikit mendorong ke atas. Pada waktu penderita inspirasi, tepi bawah
hati akan teraba. Dengan cara ini dapat ditentukan pembesaran hati
(ditentukan dengan cm).

b. Telapak tangan kanan pemeriksa ditempatkan pada daerah kiri atas


perut penderita, tegak lurus dengan arcus costarus. Pada waktu
inspirasi ujung jari pemeriksa akan menyentuh tepi bawah limpa
kalau ada pembesaran. Dengan cara ini (Schufner) pembesaran limpa
dapat ditentukan.
Untuk menentukan pembesaran hati dan limpa dipakai metode
Hackett yang telah dimodifikasi.Hasil pemeriksaan dicatat dalam
formulir pengobatan.

36 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


4.3. PELAPORAN :
Pelaporan dilaksanakan secara berjenjang, Dinas Kesehatan Kabupaten
melaporkan kepada Provinsi dan Provinsi melanjutkan pelaporan ke
pusat sesuai form yang telah ditetapkan.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 37


DIREKTORAT JENDERAL PP dan PL KEMENKES. R.I.
PENGENDALIAN SCHISTOSOMIASIS DI SULAWESI TENGAH

Form 1

KARTU PENGOBATAN

NO.:
Nama kepala keluarga No.kode KK

Nama : ..

Tgl. Lahir : ..

Jenis kelamin : LK / PR.

Desa/Kampung : ..

Kecamatan : ..

Kabupaten : ..

HARAP DISIMPAN DENGAN BAIK

38 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


CATATAN PENGOBATAN

JUMLAH WAKTU
BERAT
TANGGAL TABLET/ DOSIS I DOSIS II KETERANGAN
BADAN
KALI

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 39


Form 2
PEMBERANTASAN SCHISTOSOMIASIS
Formulir Pengobatan DI SULAWESI TENGAH
Schistosomiasis

nomor kode
NAMA PENDUDUK : ................................ DESA : .........................
UMUR : ......................... TH KECAMATAN : .........................
KELAMIN : ..........LK /PR KABUPATEN : ...............LK /PR nama kep. keluarga

DATA PARASITOLOGI SEBELUM S E S U D A H P E N G O B ATA N


(pemeriksaan na) PENGOBATAN I II III IV V VI
Tanggal pemeriksaan.
Metode : Kato
Stoll
FE. Conc
Direct
DATA-DATA PENGOBATAN
I II III IV V VI
(praziquantel)

Tanggal pengobatan

Anamnesa :
- Demam
- Mual/muntah
- Nafsu makan
- Lemah
- Batuk/sesak
- Perut membesar
- Riwayat disentri
- kapan
- frekwensi
- Keluhan gatal (urcaria)
- Epilepsi
- Melena
- Haematemesis
Pemeriksaan klinis :
- Hepatomegali (Cm di bawah arcuv-
custae)
- Splenomegali schufner (S)
- Ascites
- Odema
- Lain - lain

Keadaan Fisik :
- Tinggi badan (cm)
- Berat badan (kg)
DOSIS :
- Jumlah tablet / kali
- Dosis I, Dosis II DI D II DI D II DI D II DI D II DI D II DI D II
Reaksi Pengobatan :
- Gangguan abdomen (nyeri, mual)
- Muntah
- Demam
- Sakit kepala
- Kelainan kulit
- Lain-lain

40 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


Form
Form 3
3
DAFTAR DOSIS PEMBERIAN OBAT PRAZIQUANTEL
MENURUT BERAT BADAN
( DALAM TABLET )

DOSIS OBAT (Tablet)


NO. BERAT BADAN ( KG )
I II
1 10

2 15

3 20 1 1
1
4 25 1

5 30 1 1

6 35 1 1

7 40 2 2

8 45 2 2

9 50 2 2

10 55 2 2

11 60 3 3

12 65 3 3

13 70 3 3

14 75 3 3

15 80 4 4

16 85 4 4

17 90 4 4

18 95 4 4

19 100 5 5

Ket. : 1 tablet = 600 mg.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 41


DIREKTORAT JENDERAL PP DAN PL KEMENKES. R.I.
Form 4
PENGENDALIAN SCHISTOSOMIASIS
Form 4 DI SULAWESI TENGAH
Reaksi Pengobatan Schistosomiasis
ReaksiPengobatan Schistosomiasis

DESA : . TANGGAL : .
KECAMATAN : . PENGOBATAN : .
KABUPATEN : .

NOMOR UMUR REAKS ISAMPING PENGOBATAN


NO NAMA HARI I H A R I KE: : KETERANGAN
KODE LK PR DOSIS I DOSIS II 2 3 4 5 6 7
keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan

42 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


obat obat obat obat ohm obat obat obat

keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan I keluhan


obat obat obat obat ohm obat obat obat

keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan


obat obat obat obat obat obat obat obat

Penanggung jawab,
()
Form 5a Form 5a

LaporanLaporan
Hasil Hasil Pengobatan Massal
Pengobatan Massal Penduduk
Penduduk

Provinsi : Sulawesi Tengah Waktu Pelaksanaan : .


Kabupaten : Kecamatan : Pengobatan : .

Jml yang Penangguhan pengobatan


Jml Jml yang %
No. Desa / Kampung harus
pddk diobati diobati Umur lanjut
diobati hamil menyusui Absen Total Ket.
<5 th usia/skt
1. a.
b.
2. a.
b.
3. a.
b.
4. a.
b.
5. a.
b.

SUB TOTAL a.
b.

TOTAL

Keterangan : a = Penduduk daftar tetap

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


b = Penduduk daftar tidak tetap/tambahan.

43
Form 5b
Form 5b
Rekapitulasi Hasil Pengobatan Massal Schistosomiasis
Rekapitulasi Hasil Pengobatan Massal
Dengan Praziquantel
Schistosomiasis Dengan Praziquantel

PROVINSI : SULAWESI TENGAH


KABUPATEN :
KECAMATAN : PELAKSANAAN PENGOBATAN :

Pengobatan I Pengobatan II Pengobatan III Pengobatan IV Pengobatan V


Jumlah
No. Desa/Kampung Hrs Jml % Hrs Jml % Hrs Jml Wo Hrs Jml % Hrs Jml
Pddk %
diobati diobati diobati diobati diobati diobati diobati diobati diobati diobati diobati diobati diobati diobati
1. a.
b.
2. a.
b.

44 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


3. a.
b.
4. a.
b.
5. a.
b.
SUB TOTAL a.
b.
TOTAL

Keterangan : a = Penduduk daftar tetap


b = Penduduk daftar tidak tetap/tambahan.
Form 6 Form 6
Laporan : Hasil Pemeriksaan Gejala Klinis
Schistosomiasis
Laporan : Hasil Pemeriksaan Gejala Klinis Schistosomiasis

Provinsi : Sulawesi Tengah Waktu Pelaksanaan : .


Kabupaten : Kecamatan : Sebelum/sesudah Pengobatan ke : .

PEMERIKSAAN GEJALA KLINIS SCHISTOSOMIASIS


Jumlah
No. Desa / Kampung Hepato Lain-lain Riwayat Ket.
diobati Keluhan Hepato Spleto
dysentri epilepsi melena Spleto dysentri
utricaria megali megali
megali
1. a.
b.
2. a.
b.
3. a.
b.
4. a.
b.
5. a.
b.
SUB TOTAL a.
b.
TOTAL

Keterangan : a = Penduduk daftar tetap


b = Penduduk daftar tidak tetap/tambahan.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


45
Form 7 Form 7

Rekapitulasi
Rekapitulasi Laporan Reaksi
Laporan Reaksi Samping
Samping PengobatanPengobatan

PROVINSI : SULAWESI TENGAH


KABUPATEN : WAKTU PELAKSANAAN:
KECAMATAN : PENGOBATAN :
REAKSI SAMPING PENGOBATAN
Jumlah
No. Desa / Kampung Pddk yg Gangguan Ket.
Sakit Kelainan Total
diobati Abdm muntah demam Lain-lain %
kepala kulit (orang)
(nyeri, mual)
1. a.
b.
2. a.
b.

46 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


3. a.
b.
4. a.
b.
5. a.
b.
SUB TOTAL a.
b.
TOTAL

Keterangan : a = Penduduk daftar tetap


b = Penduduk daftar tidak tetap/tambahan.
Form 8 Form 8

Rekapitulasi
FORMULIRLaporan Reaksi
PENCATATAN Samping Pengobatan
PENDERITA/TERSANGKA
MENDERITA SCHISTOSOMIASIS ( DEMAM KEONG )
Diisi oleh Petugas Kesehatan

Penderita/tersangka penderita berasal dari : Pemeriksa * : Perawat/Bidan/Akper/Dokter


De s a :
Kecamatan : Nama Pemeriksa :
Kabupaten : Tanggal Periksa :
1. Nama Penderita/tersangka menderita Schistosomiasis : . , * LK / PR,
U m ur: .. th, BB : .. kg, TB : .. Cm.
2. Nama kepala keluarga : ..
3. Alamat : RT : .
4. Penderita/tersangka penderita :

Tidak ada kontak dengan daerah fokus ** :

Ada kontak dengan fokus ** : , pada bulan : ..


5. Pemeriksaan tinja :
Tanggal Code specimen Hasil pemeriksaan
(telur cacing Schisto)

6. Pemeriksaan :
Anamnesa ( lingkari kalau ada ) Physik
a. Tanggal mulai sakit : . a. Pembesaran hati
b. Gatal-gatal b. Pembesaran limpa :
c. Demam c. Ascites
d. Perut kern bung d. Anaemis
e. Mual e. Lain-lain sebutkan ) :
f. Nyeri uluati
g. Mencret : 1. ada darah dan lendir.
2. tak ada darah dan lendir.

7. Obat Praziquantel : 8. Side effect obat yang timbul :


..
..
..
..
..

9. Pengawasan side effect obat/obat penawar yang diberikan :


Keterangan : * Coret yang tidak perlu.


** Isilah kotak untuk jawaban yang sesuai.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 47


4.4. SURVEILANS PASKA PENGOBATAN SCHISTOSOMIASIS

4.4.1 Pendahuluan

Salah satu kegiatan utama dalam pengendalian schistosomiasis adalah


pengobatan massal. Dampak dari pengobatan diukur dengan jalan mengadakan
Survei Prevalensi pada manusia sebelum dan sesudah pengobatan yaitu
dengan membandingkan angka prevalensi (1%) dari penduduk yang tinjanya
mengandung telur Schistosoma japonicum, dimana angka mana merupakan
hasil dari masing-masing survei
Baik kegiatan survei prevalensi pada manusia maupun kegiatan pengobatan
massal pada penduduk, diadakan tiap enam bulan sekali. Sebagai suatu usaha
pencegahan dalam pengendalian penyakit menular, suatu sistem kewaspadaan
dini sangat diperlukan. Hal ini bisa dilakukan dengan jalan pengamatan penyakit
secara terus menerus (pengamatan rutin) yang merupakan usaha untuk
mengenali secara dini seseorang yang menderita atau dicurigai menderita
penyakit, sehingga bisa diambil suatu tindak lanjut yang cepat, antara lain
berupa pengobatan segera.

4.4.2 Tujuan
Tujuan Umum : Untuk menunjang kegiatan pengendalian Schistosomiasis.
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui situasi penyakit dari waktu ke waktu secara terus
menerus.
2. Untuk kewaspadaan dini agar bisa diketahui secara cepat adanya penderita
schistosomiasis yang dapat menjadi sumber penular penyakit, sehingga
dapat dilakukan tindak lanjut yang segera dan memutus penularan.

4.4.3. Cara Kerja


Dengan menggunakan kriteria klinis gejala dini Schistosomiasis yang telah
diajarkan baik kepada kader desa maupun pada masyarakat maka seorang
yang men-derita penyakit atau dicurigai menderita penyakit Schisto dengan
segera bisa dikenali pada awal penyakit.
Adapun kriteria klinis gejala penyakit Schistosomiasis ialah sebagai berikut:
1. Demam
2. Rasa gatal
3. Gangguan pada perut : mual, kembung, nyeri uluati.
4. Diare dengan atau tanpa disertai darah dan lendir (disentri).

48 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


Jika penduduk ada yang lolos dari pengobatan massal yang terakhir
dilaksanakan di desa dan menunjukkan gejala dini penyakit Schistosomiasis,
mereka diajak ke puskesmas untuk diperiksa secara fisik dan tinjanya. Demikian
juga jika ada di antara penduduk yang mengadakan kontak dengan fokus
(datang dari daerah fokus), sebulan sesudah datang diminta memeriksakan
tinjanya. Jika orang tersebut terus menerus bekerja di daerah fokus, maka
pemeriksaan tinja perlu diadakan sebulan sekali.
Mereka yang sesudah diperiksa secara fisik dan terdiagnosis
Schistosomiasis, segera diobati dengan praziquantel, selama sehari yang
diberikan dalam 2 dosis, sebanyak 30 mg/kg berat badan setiap dosisnya dan
jarak antara dosis pertama dan dosis kedua tidak boleh kurang dari 4 jam,
namun tidak boleh pula lebih dari 6 jam. Mereka juga diberi obat penawar,
jika ada efek samping dari obat praziquantel. Demikian pula mereka yang
pada tinjanya ditemukan telur cacing Schistosomiasis walaupun mereka tidak
sakit, tetap diberi obat seperti di atas dengan tujuan untuk memutus sumber
penularan penyakit.
Yang boleh memberikan pengobatan adalah petugas puskesmas (perawat,
bidan, akper atau dokter). Cara pemeriksaan fisik penderita/tersangka
penderita Schistosomiasis dan cara pengobatannya bisa dibaca pada buku
Petunjuk Tehnis Pengobatan Massal.
Pemeriksaan tinja bisa dilaksanakan oleh petugas yang sudah dilatih untuk
kegiatan ini (termasuk kader), sedang cara pemeriksaan tinja bisa dibaca
pada buku Petunjuk Teknis Survei Prevalensi Pada Manusia.
Pada bulan dimana ada kegiatan survei prevalensi Pada Manusia pada
penduduk, misalnya pada bulan April, maka khusus untuk bulan April
tersebut, tanggal dari pemeriksaan tinja orang-orang yang tercakup kegiatan
pengamatan rutin, dilaksanakan bersamaan pada tanggal survei Prevalensi
Pada Manusia diadakan di desa.
Demikian pula pada bulan dimana ada kegiatan pengobatan massal,
misalnya bulan Mei, maka khusus untuk bulan Mei ini, bagi orang-orang yang
tercakup kegiatan surveilans (pengamatan) rutin dan harus diobati pada
bulan Mei itu, tanggal pengobatannya ditetapkan bersamaan dengan tanggal
kegiatan pengobatan massal. Dengan demikian tidak akan ada orang yang
mendapat pengobatan dua kali pada bulan yang sama.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 49


PELAKSANAAN KERJA.
1. Kader terlatih atau petugas kesehatan mengadakan penyuluhan kesehatan
mengenai Schistosomiasis atau demam keong.
2. Masyarakat diminta kesadarannya serta partisipasinya untuk memeriksakan
diri ke puskesmas, jika merasa pada dirinya mengalami gejala-gejala
Schistosomiasis, baik gejala dini maupun gejala lanjut.
3. Masyarakat diminta partisipasinya untuk melaporkan kepada kader atau
petugas kesehatan jika ada penderita atau orang tersangka menderita
Schistosomiasis.
4. Kader menghubungi penderita/tersangka penderita schistosomiasis agar
mau menyerahkan tinja untuk diperiksa dan agar mau memeriksakan diri
ke puskesmas atau pos schisto atau pos lain yang sudah ditentukan untuk
keperluan ini. Sebagai pengantar digunakan formulir Laporan Tersangka
Penderita Schistosomiasis (Form1). Demikian pula kader menghubungi
orang yang Baru datang dari daerah fokus, agar ia mau menyerahkan
tinjanya pada hari genap satu bulan ia meninggalkan fokus. Sedangkan
untuk mereka yang selalu mondar-mandir ke daerah fokus, diminta sebulan
sekali menyerahkan tinjanya untuk diperiksa.
Sebagai pengantar juga digunakan formulir Laporan Tersangka Penderita
Schistosomiasis (Form1).
5. Ditempat pemeriksaan (puskesmas, pos Schisto atau pos lain), orang-orang
ini diperiksa dan dicatat pada Formulir Pencatatan Pengamatan Rutin
Schisto (Form2). Demikian pula pengobatan praziquantel yang diberikan
juga dicatat pada formulir ini, oleh petugas kesehatan yang memeriksa dan
mengobati orang yang bersangkutan.
6. Berdasarkan pencatatan ini, petugas puskesmas membuat laporan bulanan
Pengamatan Rutin Schistosomiasis menurut desa, dengan menggunakan
Formulir Laporan (Form3). Laporan dikirimkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Provinsi.
7. Pembuatan kompilasi data dan kegunaannya.
- Petugas puskesmas, membuat kompilasi data per desa, menurut bulan
dan nama Kepala Keluarga yang angota keluarganya sakit pada bulan
yang tersebut. Hal ini menjadi informasi yang berguna dalam upaya
pengendalian schistosomiasis.
Bila ada selalu ada anggota keluarganya yang terkena schistosomiasis
melalui ditemukannya telur cacing Schistosoma dalam tinjanya maka

50 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


hal itu menunjukkan adanya adanya infeksi yang berulang terjadi pada
keluarga tersebut. Selain itu hal itu dapat menjadi informasi yang
menunjukkan bahwa keluarga tersebut mungkin tinggal di daerah yang
berdekatan dengan fokus atau sering mondar-mandir ke daerah fokus.
Untuk kasus seperti ini pengobatan harus diprioritaskan bagi keluarga-
keluarga tersebut, selain itu upaya pengendalian keong di daerah fokus
tersebut merupakan upaya penting yang harus ditindaklanjuti terutama
setelah mengetahui letak fokusnya.
Form4 menunjukkan formulir kompilasi data Schistosomiasis di
puskesmas.
- Petugas Schistosomiasis di Dinas Kesehatan Kabupaten membuat
kompilasi data schistosomiasis berdasarkan laporan puskesmas yang
diterimanya, pada Formulir kompilasi Data Schisto Kabupaten (Form5).
Kompilasi data ini penting untuk mengetahui keadaan Schistosomiasis
per desa per bulan. Kompilasi laporan bulanan ini, tiap triwulan
dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan ke pusat,
Form 6.
- Wasor Schistosomiasis di Dinas Kesehatan Provinsi, membuat kompilasi
data berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten dengan
menggunakan Formulir Kompilasi/Laporan Triwulan Provinsi (Form7),
formulir mana berlaku sebagai formulir kompilasi dan sebagai formulir
laporan. Kompilasi data ini penting untuk memberi informasi distribusi
penderita/orang terinfeksi Schisto (tidak ada gejala klinis tetapi pada
pemeriksaan tinja ada telur Schisto) per desa per kecamatan, per
kabupaten, per bulan. Selain itu perlu dibuat peta sebaran (spot map)
yang menunjukkan jumlah kasus/orang terinfeksi per lokasi per bulan
(Form8).
Hasil kompilasi tiap triwulan beserta spot-map dilaporkan ke pusat.
8. Analisa data.
Berdasarkan laporan puskesmas, laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten
dan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi, maka pusat bersama tim
schistosomiasis mengadakan analisa data pengamatan rutin.
Analisa data pengamatan rutin berasal dari data pengamatan rutin maupun
hasil dari survei prevalensi pada manusia, keong perantara dan tikus serta
pengobatan, pengendalian keong. Data yang dikompilasi baik ini menjadi
acuan perencanaan pengendalian schistosomiasis selanjutnya.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 51


Form1

FORM 1
Formulir Laporan Tersangka Penderita Schistosomiasis
( Demam Keong )
Diisi oleh : Kader

DESA : NAMA KADER :


KECAMATAN : TANGGAL :

1. Nama tersangka penderita/tertular


Schistosomiasis : , Laki / Perempuan, *
Umur: th.
2. Nama kepala keluarga : .
3. Alamat ( sebut RT berapa ) : RT : .
4. Penderita/tersangka penderita ini :
tidak ada kontak dengan daerah fokus keong : **
mengadakan kontak dengan fokus keong :
. hari yang lalu.

Keterangan : * Coret yang tidak perlu


** Isilah kotak untuk jawaban yang sesuai.

52 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


FORM 2
Formulir Pencatatan Penderita/Tersangka Menderita Schistosomiasis
FORMULIR PENCATATAN PENDERITA/TERSANGKA
(Demam Keong)
MENDERITA SCHISTOSOMIASIS ( DEMAM KEONG )
Diisi oleh Petugas Kesehatan

Penderita/tersangka penderita berasal dari : Pemeriksa * : Perawat/Bidan/Akper/


De s a : Dokter.
Kecamatan : Nama Pemeriksa :
Kabupaten : Tanggal Periksa :
1. Nama Penderita/tersangka menderita Schistosomiasis : . , * LK / PR,
Umur: .. th, BB : .. kg, TB : .. Cm.
2. Nama kepala keluarga : ..
3. Alamat : RT : .
4. Penderita/tersangka penderita :

Tidak ada kontak dengan daerah fokus ** :


Ada kontak dengan fokus ** : , pada bulan : ..
5. Pemeriksaan tinja : (dirujuk ke lab. schistosomiasis)
Tanggal Code specimen Hasil pemeriksaan
(telur cacing Schisto)

6. Pemeriksaan :
Anamnesa ( lingkari kalau ada ) Physik
h. Tanggal mulai sakit : . a. Pembesaran hati
i. Gatal-gatal b. Pembesaran limpa :
j. Demam c. Ascites
k. Perut kern bung d. Anaemis
l. Mual e. Lain-lain sebutkan ) :
m. Nyeri uluati
n. Mencret : 1. ada darah dan lendir.
2. tak ada darah dan lendir.

7. Obat Praziquantel : 8. Side effect obat yang timbul :


..
..
..
..
..

9. Pengawasan side effect obat/obat penawar yang diberikan :


Keterangan : * Coret yang tidak perlu.


** Isilah kotak untuk jawaban yang sesuai.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 53


FORM 3 Form3

Laporan Bulanan Puskesmas


Pengamatan Rutin Schistosomiasis

PUSKESMAS :
KECAMATAN :

Nama Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah


Desa Penderita/ter- Penderita klinis Orang dengan Orang yang Keluarga yang
sangka yang di- Schistosomiasis tinja positif diobati anggotanya sakit
laporkan oleh Schistosomiasis schisto/tinjanya
kader positif

TOTAL

Puskesmas, . Dokter / Perawat :

Mengetahui,
Kepala Lab. Schistosomiasis Kepala Puskesmas
()

(....................................) (....................................)

54 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


FORM 4a Form4a
Formulir KompilasiFormulir
Data di Kompilasi Data di Puskesmas
PuskesmasPengamatan Rutin Schistosomiasis
Pengamatan Rutin Schistosomiasis
DESA :
KECAMATAN : JUMLAH PENDUDUK : JIWA TAHUN :
KABUPATEN :
BULAN Orang kontak dengan fokusJumlah ke luarga yang Keterangan
Penderita klinis Schisto
Jumlah Penduduk tersangka yang sebulan sebelumnya *) anggotanya
dilaporkan oleh kader Jumlah Lab Diobati Jumlah Lab Diobati Penderita/ tinja pos.
positif positif schisto
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

KETERANGAN : *) Contoh : Untuk bulan Februari yang dicatat ialah jumlah orang yang kontak fokus
pada bulan Januari.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


55
FORM 4b
Form4b
Kompilasi Data Triwulan Puskesmas Pengamatan Rutin Schistosomiasis
Kompilasi Data Triwulan Puskesmas Pengamatan Rutin Schistosomiasis
Daftar Nomor Kode Keluarga
Daftar Nomor Yang Anggotanya
Kode Keluarga Yang AnggotanyaPenderita/Tertular Schistosomiasis
Penderita/Tertular Schistosomiasis

KECAMATAN : TAHUN:

Bulan : * Bulan : * Bulan : *


No. Nama Desa
Daftar Code KK ** Daftar Code KK ** Daftar Code KK **
1.
2.
3.
4.

56 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


5.
6.
7.
8.
9.
10.

KETERANGAN : * = Isilah dengan nama bulan misalnya Januari atau Pebruari.


** = Hanya diisi nomor kode dari KK yang punya anggota keluarga penderita klinis
(Penderita baru) atau positif tinjanya pada bulan yang bersangkutan.
FORM 5
Form 5 TAHUN:
Formulir Kompilasi
FORMULIR KOMPILASI Data DATI
DATA DATIIIII
PENGAMATAN RUTIN SCHISTOSOMIASIS
Pengamatan Rutin Schistosomiasis
PENDERITA KLINIS/TERTULAR SCHISTO
Jumlah PenderitaJUMLAH
Klinis/Tertular Schisto Per Desa, Per Bulan Yang
PER DESA, PER BULAN YANG DILAPORKAN
di Laporkan
TAHUN: .............
KABUPATEN : .
KECAMATAN : .
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des JML
NO.
No NAMA DESA
NAMA DESA Jan Peb Mart Aprl Mei Juni Juli Agust Sept Oktob Nopem Desemb JML
K T K T K T K T K T K T K T K T K T K T K T K T K T
K K K K K K K K K K K K K
1

2 T T T T T T T T T T T T T
1.
3
2.
4 3.
4.
5
5.
6 6.

7 7.
8.
8 9.

9 10.

10

Keterangan : K = Klinis = Jumlah penderita klinis Schisto, tulis di pojok kiri atas.
T = Tertular = Jumlah yang tinjanya positip Schisto, tulis di pojok kanan bawah.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


57
FORM 6 Form 6
Laporan Triwulan Penderita/ Tertular Schisto
Pengamatan Rutin Schistosomiasis

DINAS KESEHATAN TAHUN : ..


Kab

Nama* Nama Desa Bulan ** : Bulan ** :


Bulan ** :
Kecamatan/
Lokasi Penderita Tertular *** Penderita Tertular *** Penderita Tertular ***
Klinis Schisto Klinis Schisto klinis Schisto
1.
2.
3.
4.
5.
6.

58 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


7.
8.
9.
10.

Keterangan : * Nama kecamatan/lokasi tulis, misalkan Kulawi/Lindu; Lore Utara/Napu atau Lore Utara/Besoa Kadinkes Kab
** Nama Bulan, tulis Maret atau April dsb.
*** Tertular Schisto = mereka yang tidak menunjukkan gejala klinis, tetapi tinjanya positip Schisto. ( )
FORM 7
Kompilasi/ Laporan Triwulan Provinsi Form 7
Pengamatan Rutin Schistosomiasis
PROVINSI : TAHUN :

Nama Nama Nama Bulan : * Bulan : * Bulan : *


Kabupaten Kecamatan/ Desa Klinis Tertular *** Klinis Tertular *** Klinis Tertular ***
Lokasi ** Schisto Schisto Schist() Schisto Schisto Schisto
1. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
2. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Keterangan : * Nama kecamatan/lokasi tulis, misalkan Kulawi/Lindu; Lore Utara/Napu atau Lore Utara/Besoa

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


** Nama Bulan, tulis Maret atau April dsb. Kadinkes Provinsi

59
*** Tertular Schisto = mereka yang tidak menunjukkan gejala klinis, tetapi tinjanya positip Schisto.
( )
Gambar 1
Gambar 1
SPOT MAP PENDERITA/TERTULAR
SCHISTOSOMIASIS

LEMBAH : NAPU
KECAMATAN : LORE UTARA
KABUPATEN : POSO
PROVINSI : SULAWESI TENGAH

KETERANGAN : Berarti penderita pada bulan Januari, April, Juli, Oktober


Penderita Berarti penderita pada bulan Februari, Mei, Agustus, Nopember
Tertular Berarti penderita pada bulan Maret, September, Desember

Satu bentuk atau atau berarti seorang tertular


Satu bentuk atau atau berarti penderita klinis

Warna merah = menunjukkan kwartal ke I


Warna kuning = menunjukkan kwartal ke II
Warna hijau = menunjukan kwartal ke III
Warna biru = menunjukkan kwartal ke IV

CONTOH :
= 1 orang penderita klinis schisto, pada bulan Oktober
= 2 orang positip tinja, bulan Februari
= 3 orang positip tinja bulan Desember

60 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


Gambar 2
Gambar 2
SPOT MAP PENDERITA/TERTULAR
SCHISTOSOMIASIS

LEMBAH : BESOA
KECAMATAN : LORE UTARA
KABUPATEN : POSO
PROVINSI : SULAWESI TENGAH

KETERANGAN : Berarti penderita pada bulan Januari, April, Juli, Oktober


Penderita Berarti penderita pada bulan Februari, Mei, Agustus, Nopember
Tertular Berarti penderita pada bulan Maret, September, Desember

Satu bentuk atau atau berarti seorang tertular


Satu bentuk atau atau berarti penderita klinis

Warna merah = menunjukkan kwartal ke I


Warna kuning = menunjukkan kwartal ke II
Warna hijau = menunjukan kwartal ke III
Warna biru = menunjukkan kwartal ke IV
Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 61
CONTOH :
= 1 orang penderita klinis schisto, pada bulan Oktober
= 2 orang positip tinja, bulan Februari
= 3 orang positip tinja bulan Desember
Gambar 3
Gambar 3
SPOT MAP PENDERITA/TERTULAR
SCHISTOSOMIASIS

LEMBAH : LINDU
KECAMATAN : KULAWI
KABUPATEN : DONGGALA
PROVINSI : SULAWESI TENGAH

KETERANGAN : Berarti penderita pada bulan Januari, April, Juli, Oktober

Penderita Berarti penderita pada bulan Februari, Mei, Agustus, Nopember


Tertular Berarti penderita pada bulan Maret, September, Desember

Satu bentuk atau atau berarti seorang tertular


Satu bentuk atau atau berarti penderita klinis

Warna merah = menunjukkan kwartal ke I


Warna kuning = menunjukkan kwartal ke II
Warna hijau = menunjukan kwartal ke III
Warna biru = menunjukkan kwartal ke IV

CONTOH :
= 1 orang penderita klinis schisto, pada bulan Oktober

= 2 orang positip tinja, bulan Pebruari


= 3 orang positip tinja bulan Desember

62 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


BAB V
SURVEI KEONG PERANTARA SCHISTOSOMIASIS

5.1. Pendahuluan

Schistosomiasis di Indonesia (di daerah Danau Lindu) telah dikenal sejak


tahun 1937 (Brug & Tesch), tetapi hospes perantaranya yang berupa keong
Oncomelania hupensis lindoensis ditemukan untuk pertama kalinya pada tahun
1971 (Carney & Pinardi). Hal ini menunjukkan bahwa bila tidak terdapat keong
Oncomelania hupensis lindoensis, Schistosomiasis tidak akan bisa menetap
penularannya di Indonesia.
Keong perantara ini bersifat amfibi, yakni dapat hidup di dalam air dan di
darat. Habitat keong ini dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu :
habitat alamiah dan habitat yang sudah dijamah oleh manusia.
A. Habitat alamiah :
Merupakan daerah-daerah pinggiran hutan, di dalam hutan atau di tepi
danau dimana tempat-tempat ini hampir selalu terlindung dari sinar
matahari karena adanya pohon-pohon besar maupun kecil dan selalu
basah karena adanya air yang keluar secara terus menerus dari lereng
di atasnya. Daerah ini selalu basah sepanjang tahun, dimana keong
Oncomelania hupensis lindoensis biasanya dijumpai di atas tanah atau
menempel pada daun-daun yang jatuh atau pada benda-benda lain yang
terdapat di tempat tersebut.
B. Habitat yang sudah dijamah oleh manusia :
Adanya habitat yang terdiri dari bekas-bekas sawah yang sudah lama
sekali ditinggal-kan dan tidak dikerjakan lagi, padang rumput bekas
daerah perladangan, tepi saluran pengairan dan lain-lain. Di habitat ini
keong dijumpai menempel pada akar, batang dan daun rumput-rumputan,
pada daun-daun yang jatuh disana atau pada benda-benda yang terdapat
ditempat tersebut ataupun berada di atas tanah dan lumpur. Ternyata di
sawah atau tanah yang dikerjakan secara aktif dan teratur tidak dijumpai
Oncomelania hupensis lindoensis tersebut.
Oleh karena Oncomelania hupensis lindoensis sebagai peran utama dalam
kehidupan Schistosomiasis di Indonesia maka survei terhadap keong ini
sangat penting artinya dan merupakan salah satu kegiatan pokok dalam
Program Pengendalian Schistosomiasis di Indonesia.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 63


5.2. Tujuan
Pelaksanaan Survei keong perantara Oncomelania hupensis lindoensis
bertujuan untuk :
a. Menentukan distribusi dan penyebaran keong tersebut di suatu daerah
khususnya di daerah Lindu, Napu dan Besoa, di Kabupaten Donggala
dan Poso, Sulawesi Tengah.
b. Menentukan prevalensi keong positif mengandung serkaria pada
daerah yang telah diketahui adanya keong perantara tersebut disetiap
fokus/tempat perindukan Oncomelania hupensis lindoensis.
c. Menentukan populasi dan kerapatan daripada Oncomelania hupensis
lindoensis pada setiap fokus (tempat perindukan).
d. Untuk menilai hasil kegiatan pengendalian Schistosomiasis yang
dilaksanakan, khususnya kegiatan pengendalian keong perantara
tersebut dan kegiatan-kegiatan lain pada umumnya.
e. Secara keselurhan dapat dipakai untuk menilai hasil Program
Pengendalian yang di-lakukan, karena telah diketahui bahwa selama
masih diketemukan keong tersebut dan positif mengandung serkaria,
walaupun dengan prosentase yang sangat rendah, ini menunjukkan
bahwa kemungkinan besar di daerah tersebut masih tetap/akan terjadi
transmisi/penularan Schistosomiasis.

5.3. Metode.
Untuk melakukan survei keong penular Schistosomiasis maka digunakan
metode-metode sebagai berikut :
1. Untuk menentukan distribusi dan penyebaran keong perantara
dilakukan dengan jalan mencari tempat-tempat perindukan (fokus)
keong. Karena mengingat luas wilayah yang cukup besar dan bentuk
daripada keong tersebut sangat kecil maka pencarian diprioritaskan
berdasarkan indikasi-indikasi :
a.
Daerah-daerah/tempat-tempat yang mempunyai habitat yang
memungkinkan keong dapat dengan baik hidup dan berkembang biak
seperti telah diuraikan di atas.
b. Indikasi tikus positif, sebagai hasil dari survei tikus.
Pada daerah sekitar diketemukannya tikus positif Schistosoma
japonicum dilakukan pencarian tempat perindukan keong lebih teliti,
karena biasanya tidak jauh dari tempat diketemukannya tikus positif
tersebut terdapat fokus (tempat perindukan) keong.
64 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis
c. Indikasi penderita tinja positif.
Dengan diketahuinya para penderita positif tinja yang berkelompok
dengan infeksi yang berkali-kali setelah diketahui dari hasil-hasil survei
sebagai evaluasi pengobatan yang telah dilakukan beberapa kali,
maka umumnya dimana para penderita tersebut melakukan kegiatan
sehari-harinya seperti mencuci, mandi, bersawah, mengambil kayu
bakar dan lain-lain. Di tempat-tempat inilah biasanya didapatkan
tempat perindukan/fokus keong perantara.
2. Untuk menentukan prevalensi keong positif mengandung serkaria,
digunakan metode "Crushing method" atau cara pemecahan yaitu
dengan memecah keong kemudian diperiksa dengan mikroskop untuk
dicari serkarianya.
3. Untuk menentukan populasi dan kerapatan keong digunakan metode
gelang besi yaitu pengambilan contoh keong dengan memakai sebuah
alat berupa cincin besi yang mempunyai ukuran luas tertentu, 1/70 cm2.
4. Survei ini dilakukan secara rutin setiap 6 bulan sekali, sejalan dengan
kegiatan-kegiatan lainnya.

CARA PEMERIKSAAN KEONG PERANTARA DENGAN Metode "CRUSHING"


1. Letakkan 3 (tiga) ekor keong Oncomelania hupensis lindoensis (terpisah
dengan jarak yang cukup jauh) pada sebuah kaca benda (slide) yang bersih.
2. Dengan menggunakan pinset sedang, secara hati-hati keong dipecahkan.
Dibersihkan dahulu sebelum dipakai untuk memecahkan keong berikutnya.
3. Tambahkan 1 atau 2 tetes air pada tiap-tiap keong yang telah dipecahkan.
4. Periksa tiap-tiap keong tersebut secara mikroskopik dengan pembesaran
lemah : 0,7 atau 1 x (menggunakan disecting-mikroskop).
5. Dengan menggunakan sepasang jarum jara atau mikro pinset, dicari
dengan teliti parasit-parasit yang ada di dalam tubuh keong, khususnya
bentuk-bentuk serkaria dari Schistosoma japonicum .Contoh bentuk-
bentuk serkaria seperti pada gambar. (jarum jara/mikro pinset dibersihkan
lebih dulu sebelum dipakai untuk mengerjakan keong berikutnya).
6. Parasit-parasit (benda) yang meragukan diambil dan dipindahkan dengan
mengunakan pipet ke kaca benda (slide) yang lain, tutup dengan cover
glass kemdian periksa di bawah mikroskop biasa.
7. Sarung tangan karet (tipis) yang sangat pas adalah baik untuk menghindari
tersentuhnya tangan dengan air keong.
Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 65
8. Catat hal-hal yang diketahui meliputi : jenis kelamin, bentuk-bentuk
schistosoma yang ditemukan seperti sporokista, serkaria muda ataupun
serkaria dewasa serta parasit lainnya seperti ciliata, nematoda, meta
sercaria dan lain-lain pada formulir yang telah disediakan.

5.4. Cara Survei.

A. Persiapan.
Bahan dan peralatan survei keong perantara Schistosomiasis perlu dipersiapkan
se-cukupnya baik untuk kegiatan di lapangan maupun di laboratorium.
Adapun jenis bahan dan peralatan yang diperlukan serta jumlah yang
diperlukan dapat dilihat secara terperinci pada Form1.
Pelaksanaan ini dilakukan oleh petugas kesehatan bersama-sama dengan
kader yang telah mendapat penataran.

B. Pelaksanaan lapangan.
1. Pencarian fokus (tempat perindukan) keong perantara.
a. Petugas harus terlindung dari kemungkinan terinfeksinya oleh serkaria
dengan menggunakan sepatu boot water-proof, sarung tangan karet
serta membawa peralatan berupa pinset, kantong keong, alat tulis,
kertas, kapas alkohol sebagai bahan disinfektan dan lain-lain.
b. Mencari informasi dari masyarakat setempat dimana daerah-daerah
yang dicurigai sebagai habitat yang cocok untuk kehidupan keong
Oncomelania hupensis lindoensis.
c. Pada tempat-tempat yang dicurigai dilakukan pencarian keong. dengan
mengunakan pinset untuk mengambilnya dan kantong dari kain
untuk menyimpannya. Jenis keong yang ditetemukan dikumpulkan,
khususnya yang dicurigai bentuknya sebagai Oncomelania hupensis
lindoensis. Keong tersebut selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk
diidentifikasi. Contoh jenis keong yang biasanya ditemukan bersama-
sama keong perantara Oncomelania hupensis lindoensis dapat dilihat
pada Lampiran2.

2. Pemetaan fokus/tempat perindukan keong perantara.


a. Fokus (tempat perindukan) keong perantara yang ditemukan
digambar lengkap situasi sekelilingnya seperti aliran air, sawah, jalan
dan lain-lain serta diukur untuk diperkirakan luasnya.
b. Situasi desa digambar secara lengkap dan gambarkan pula letak posisi
fokus yang telah diketemukan pada desa tersebut.
66 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis
3. Pengambilan sampel keong perantara.
a. Menggunakan gelang besi :
- Sebelum pengambilan sampel, ditentukan terlebih dulu jumlah
sampel yang akan diambil, disesuaikan dengan luasnya fokus (tempat
perindukan). Jarak sampel yang satu dengan lainnya 3 5 meter dan
jumlah sampel minimal 50. Contoh gambar pengambilan sampel seperti
pada Lampiran3.
- Gelang besi yang berukuran 1/70 m2 dilemparkan pada daerah fokus
yang akan disampling.
- Dengan menggunakan pinset dan bersarung tangan, petugas
mengambil keong yang ada di dalam gelang besi (hanya yang ada di
dalam gelang besi) kemudian dimasukkan ke dalam kantong keong dari
kain yang telah diberi nomor sampel, lalu diikat.
- Lakukan hal yang sama sampai jumlah sampel yang dikehendaki. Perlu
diperhatikan bahwa satu kantong keong hanya untuk satu gelang besi.
- Selanjutnya kantong-kantong tersebut dikumpulkan dan dibawa ke
laboratorium untuk pemeriksaan selanjutnya.
Pengambilan dengan menggunakan gelang besi dilakukan pada
fokus-fokus terbuka dengan keadaan rumput/semak yang tidak
terlalu tebal.

b. Koleksi keong hospes perantara.


Koleksi keong ini biasanya dilakukan pada fokus-fokus yang sukar/
tidak mungkin dilakukan dengan menggunakan gelang besi karena
habitatnya terlalu berumput/semak-semak tinggi atau di dalam hutan.
Keong diambil atau dikumpulkan secara bebas, ditempatkan ke
dalam kantong kain dari suatu fokus (tempat perindukan).
Paling sedikit keong dikumpulkan sebanyak 100 ekor setiap
fokusnya (lebih banyak akan lebih baik).
Kemudian keong tersebut dikumpulkan, selanjutnya dibawa ke
laboratorium untuk pemeriksaan secara mikroskopik. Kegiatan ini
dilakukan oleh tim dibantu oleh kader.

C. Pelaksanaan kegiatan di laboratorium.


Kegiatan di laboratorium merupakan kegiatan lanjutan dari pelaksanaan
survei di lapangan yaitu pengambilan sampel keong perantara.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 67


1. Pengambilan sampel dengan menggunakan gelang besi.
Keong dalam kantong-kantong kain dari lapangan dipindahkan ke dalam
cawan petri plastik yang diberi label sesuai dengan nomor sampel yang
tertera padakantong kain. Satu petri-dish hanya untuk satu kantong dan
jumlah keong di-hitung serta dicatat.
Setelah semua kantong-kantong sample dari lapangan diperiksa dan
keongnya dipindahkan ke dalam petri-dish kemudian dicatat/dimasukkan
pada formulir : Survei populasi dan kepadatan Oncomelania Oncomelania
hupensis lindoensis seperti pada Form 1.
Kemudian keong diukur panjangnya satu per satu, berurut mulai dari
nomor sampel (nomor cawan petri) yang terkecil dan seterusnya dan
dicatat pada formulir : Pemeriksaan keong perantara Schistosomiasis
seperti Form 2 untuk mengetahui umur keong.
Selanjutnya diperiksa secara mikroskopik dengan metode "Crushing," dan
hasilnya dimasukkan pula ke dalam form 2 tersebut di atas.

2. Koleksi keong perantara.


Keong hasil koleksi dari fokus (tempat perindukan) di lapangan
dipindahkan ke dalam petri-dish dan dihitung jumlahnya.
Kemudian diukur panjangnya dan diperiksa dengan metode crushing
serta hasilnya dicatat pada formulir seperti Form 2.
Kegiatan inidilaksanakan oleh Tim Pengendalian Schistosomiasis baik
tenaga kesehatan maupun kader yang telah terlatih.

D. Hasil survei keong perantara.


Setelah pelaksanaan survei ini selesai, baik di lapangan maupun di
laboratorium maka dapatlah dihitung/ditentukan hasilnya sebagai berikut :
1. Dari formulir Form4 dapat ditentukan densitas/kepadatan keong pada
suatu daerah (fokus) dengan menghitung :
Jumlah keong yang didapat atau diambil x70 = Jumlah keong/m2

2. Dari formulir Form5 dapat ditentukan Prevalensi keong perantara denga


meng-hitung :
Jumlah keong positif serkaria X100 %
Jumlah Keong yang diperiksa
3. Populasi keong perantara pada suatu daerah (fokus) dapat diperkirakan
dengan menghitung : Density/kepadatan keong/m2 x luas daerah (fokus).

68 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


Untuk survei keong dengan menggunakan gelang besi dapat ditentukan
populasi, density/kerapatan dan prevalensi dari keong perantara
sedangkan survei keong de-ngan cara koleksi/pengumpulan keong hanya
dapat ditentukan prevalensinya saja.
Pelaksanaan survei keong ini dilakukan oleh petugas kesehatan yang diberi
tanggung jawab untuk pelaksanaan kegiatan survei ini, dan dibantu oleh
Team Pengendalian Schistosomiasis.

5.5. PENCATATAN DAN PELAPORAN.


1. Hasil pelaksanaan survei populasi dan kepadatan Oncomelania hupensis
lindoensis di-catat pada formulir seperti Form3 dan kemudian dapat ditentukan
density/M2.
2. Hasil pemeriksaan keong Oncomelania hupensis lindoensis dicatat pada
formulir : Pemeriksaan keong perantara Schistosomiasis seperti pada Form 2.
3. Dari formulir seperti Form 2 dapat ditentukan besarnya prevalensi keong
perantara pada suatu daerah (fokus).
4. Dari formulir Form 1 dan Form5 dicatat sebagai hasil survei keong perantara
pada formulir : Laporan Survei Keong Perantara Oncomelania hupensis
lindoensis seperti Form 3. Pada formulir Form 3 ini dapat diketahui perkiraan
luas tiap-tiap fokus, densitas dan prevalensi keong perantara pada setiap fokus
di suatu desa serta dapat diketahui pula rata-ratanya pada desa tersebut.
5. Dari hasil rata-rata setiap desa baik jumlah fokus, luas fokus, kepadatan
maupun prevalensinya dicatat pada Laporan : Hasil Survei Keong Perantara
Oncomelania hupensis lindoensis seperti Form 4. Dari form 4 ini dapat diketahui
rata-ratanya per wilayah (kecamatan).
6. Setelah survei keong ini dilakukan berkali-kali pada suatu fokus, kemudian
dibuatkan rekapitulasinya baik per fokus pada setiap desa seperti pada Form
5, maupun rekapitulasi per desa seperti pada Form 6.
Hal ini sangat penting artinya untuk menilai hasil-hasil kegiatan pengendalian
yang telah dilakukan, baik yang berupa pengobatan maupun kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan secara lintas program maupun lintas sektoral
dalam upaya pengendalian Schistosomiasis.
Kegiatan survei ini dilaporkan oleh Ketua Team atau Petugas yang ditunjuk
kepada tingkat Kabupaten, Provinsi maupun ke Pusat untuk dianalisa.
Hasil analisa laporan ini selanjutnya diinformasikan kembali kepada Tim
Pelaksana Pemberantasan untuk pelaksanaan selanjutnya.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 69


Form1
Lampiran 1

Daftar bahan dan peralatan survei dan pemeriksaan keong/keong perantara


Schistosomiasis :

No. Jenis bahan/peralatan Jumlah kebutuhan


1. Sepatu boot water-proof 6 pasang (sesuai dengan petugas).
2. Sarung tangan karet (tebal) 6 pasang (sesuai dengan petugas).
3. Ring-sample (luas = 1/70m2) 6 buah (sesuai dengan petugas)
4. Pinset panjang (12") 6 buah (sesuai dengan petugas)
5. Kantong keong dari kain 60 buah (sesuai dengan sample
yang diambil)
6. Disecting mikroscope 2 buah
7. Finset sedang (4") 4 buah
8. Jarum jara 4 buah
9. Mikro pinset 4 buah
10. Kaca benda (slide) 10 doos
11. Cawan Petri plastik (0 6") 60 buah (sesuai dengan sample
yang diambil)
12. Pipet tetes 4 buah
13. Kapas/kertas tisue 100/1 gram/roll
14. Akuades/air bersih 1 liter
15. Alkohol 70% 1 liter
16. Botol spesimen (vial) 25 buah
17. Kaca tutup 1 doos
18. Label, pensil, spidol secukupnya
19. Kertas, formulir survei, formulir
pemeriksaan dan lain-lain secukupnya
20. Sarung tangan karet (tipis) 6 buah (sesuai dengan banyaknya
petugas).

70 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


Lampiran 2

Gambar. Perbedaan Morfologi keong Form2


Ocomelania
GAMBAR hupensis lindoensis
: JENIS KEONG/KEONG danDITEMUKAN
YANG BIASA spesies lainnya
BERSAMA
ONCOMELANIA HUPENSIS LINDOENSIS

Ocomelania hupensis lindoensis

Ciri-ciri Oncomelania hupensis lindoensis :


1. CANGKANG : - bentuk : kerucut, permukaan halus, 6,5 - 7,5 lingkaran
- warna : hitam, kelabu sampai coklat
- panjang : dewasa maksimal 6 mm.
2. UKURAN APERTURE : 2,38 x 1,75 mm.
3. ALIS : berwarna kuning muda sampai kuning jeruk.

Catatan :
CATATAN
Jenis keong: yang hampir sama dengan Oncomelania hupensis lindoensis
-Jenis keong yang
Melanoides hampir sama
sp. : cangkang lebihdengan Oncomelania
besar bahkan bergigi hupensis lindoensis
-Indopyrgus
Melanoides
sp : sp. : cangkang
mirip lebihOncomelania
dengan muda besar bahkan bergigi
h.p. hanya aperturanya lebih kecil.
Indopyrgus sp : mirip dengan muda Oncomelania h.p. hanya aperturanya lebih kecil.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 71


Form3
Lampiran 3

CONTOH : Gambar pengambilan sampel dalam kegiatan survei keong perantara


A. x x x x x x x x x x
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
B. x x x x x x x x x x
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
C. x x x x x x x x x x
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
D. x x x x x x x x x x
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
E. x x x x x x x x x x
41 42 43 44 45 46 47 48 48 50
F. x x x x x x x x x x
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60

KETERANGAN :
A, B, C, D, E, F, = kolektor (petugas survei)
x = tempat akan dilemparkan gelang besi (ring sample)
1, 2, 3, 4, dan seterusnya = nomor sampel

72 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


Form 1
Form 4
Formulir : Survei
Formulir : SurveiPopulasi/Kepadatan Keong Oncomelania
Populasi/Kepadatan Keong Oncomelania Hupensis Lindoensis
Hupensis Lindoensis

PROVINSI : SULAWESI TENGAH DESA : WAKTU PELAKSANAAN :


KABUPATEN : NAMA FOKUS : METODA :
KECAMATAN : LUAS FOKUS :

DENSITY
Jl. No Jl.
No No NoJl. NoNo Jl. No
No Jl. NoNo Jl. No No No Jl. No NoJl. NoNo Jl. No
No Jl. No JUMLAH RATA-
No KOLEKTOR
Keong Spl Keong Spl Keong Spl Keong Spl Keong Spl Keong Spl Keong Spl Keong Spl Keong Spl Keong Spl DENSITY
Spl Spl Spl Spl Spl Spl Spl Spl Spl Spl JUMLAH KEONG RATA PER
NO KOLEKTOR M2
RATA-RATA
Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. KEONG
1 1 3 4 8 9 0 PER M2
keong 2keong keong keong keong5 keong 6 keong 7keong keong keong
1.2 1 1 2 2 3 3 4 4 55 66 7 7 8 8 9 90 0
2.3 1 1 2 2 3 3 4 4 55 66 7 7 8 8 9 90 0
3.4 1 1 2 2 3 3 4 4 55 66 7 7 8 8 9 90 0
4.5 1 1 2 2 3 3 4 4 55 66 7 7 8 8 9 90 0
5.6 1
1 2
2 3
3 4
4 5
5 66 7 7
8 8
9 9
0 0
6. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
7. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1 2 3 4 5 7 8 9 0
8.8 1 2 3 4 5 66 7 8 9 0
9.9 1 1 2 2 3 3 4 4 55 66 7 7 8 8 9 90 0
10
10. 1 1 2 2 3 3 4 4 55 66 7 7 8 8 9 90 0
JUMLAH
JUMLAH

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


73
Form 2
Formulir Pemeriksaan Keong Perantara Oncomelania Hupensis Lindoensis

PROVINSI : SULAWESI TENGAH KECAMATAN : NAMA FOKUS :


KABUPATEN : DESA : LUAS FOKUS :

Ukuran Jenis No
No Kondisi Sercaria Ciliata Lain- lain
(mm) kelamin Sampel

1
2
3
4
5
6
7
8
9

74 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

KETERANGAN : Kondisi = hidup (+), mati ()


Form 3
Laporan Hasil Survei Keong Perantara Form 7
Oncomelania Hupensis Lindoensis Per fokus
PROVINSI : SULAWESI TENGAH KECAMATAN :
KABUPATEN : DESA : WAKTU PELAKSANAAN :

JUMLAH
JUMLAH JUMLAH JUMLAH %
NAMA DAERAH TANGGAL FOKUS DENSITY KEONG KETE-
NO GELANG BESI KEONG DI- KEONG DI- POSITIF
(FOKUS) PLKS. (M2) PER M2 POS RANGAN
(1/70M2) DAPAT PERIKSA CERCARIA
CERCARIA .
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

JUMLAH

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


75
Form 4
Form 8
Laporan : Hasil Survei Keong Perantara
OncomelaniaOncomelania
Hupensis Lindoensis lindoensis
hupensis Per wilayah Kecamatan

PROVINSI : SULAWESI TENGAH


KABUPATEN :
KECAMATAN :

LUAS . RING
JLJUMLAH JL.KEONG KETERANGAN
NO. DESA/KAMPUNG BULAN JUMLAH SAMPLE
FOKUS GELANG JL.KEONG DENSITY JL . KEONG POS. CER- % POS
PLKS. FOKUS (M2) (1/70M2)
BESI DIDAPAT PER M2 DIPERIKSA CARIA CERCARIA .
(1/70M2) -
1.
2.
3.

76 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

JUMLAH

KETERANGAN : * = Bulan pelaksanaan


** = Survei berikutnya dan seterusnya
Form 5
Rekapitulasi : Hasil Survei Keong Perantara Perfokus/ Desa
Rekapitulasi : Hasil Survei Keong Perantara Perfokus/ Desa
Oncomelania Hupensis Lindoensis
Oncomelania Hupensis Lindoensis Per fokus

PROVINSI : SULAWESI TENGAH KECAMATAN :


KABUPATEN : DESA :

SURVEI KE 1 SURVEI KE 2
( )* ( )*
NAMA DAERAH
NO. Kepadat Jlh Jlh % Density Jlh Jlh % DST.**
(FOKUS)
an dprks pos Pos /m2 dprks pos Pos
/m2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

JUMLAH:

KETERANGAN : * = Bulan pelaksanaan


** = Survei berikutnya dan seterusnya

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 77


Form 6 Form 10
Rekapitulasi : Hasil Survei Keong Perantara Per-Desa/ Kecamatan
Oncomelania Hupensis Lindoensis

PROVINSI : SULAWESI TENGAH


KECAMATAN :
KABUPATEN :

SURVEI KE 1 SURVEI KE 2
DESA/ KAMPUNG ( )* ( )*
NO. DST.**
Density Jlh Jlh % Density Jlh Jlh %
/m2 dprks pos Pos /m2 dprks pos Pos
11.
12.
13.

78 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

JUMLAH:

KETERANGAN : * = Bulan pelaksanaan


** = Survei berikutnya dan seterusnya
Lampiran 4
BENTUK SERKARIA DI DALAM TUBUH KEONG
ONCOMELANIA HUPENSIS LINDOENSIS

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 79


BAB VI
PEMBERANTASAN KEONG PERANTARA SCHISTOSOMIASIS

6.1. Pendahuluan

Pengendalian keong perantara Schistosomiasis Oncomelania hupensis


lindoensis, adalah merupakan salah satu usaha pemutusan mata rantai
penularan Schistosomiasis, disamping usaha-usaha pemutusan mata rantai
penularan lainnya seperti :
- Pengobatan penderita (terhadap manusia/hewan).
- Pengadaan jamban keluarga (W.C.)
- Penyediaan air bersih
- Perbaikan lingkungan
- Mencegah kontak antara manusia/hewan dengan air yang dekat dengan
sarang keong/ keong perantara.
Mengingat pentingnya peranan Oncomelania hupensis lindoensis dalam
rantai penularan Schistosomiasis, maka pengendalian keong perantara ini
mutlak harus dilakukan, karena dengan keberhasilan pengendalian keong
perantara ini maka Schistosomiasis akan dapat di eleminasi di Indonesia.

6.2. TUJUAN.
Pengendalian terhadap keong perantara bertujuan untuk menekan
serendah-rendahnya populasi keong perantara Oncomelania hupensis
lindoensis, dan yang paling penting adalah menekan angka penularan pada
keong perantara menjadi 0% sehingga tidak merupakan masalah lagi dalam
penularan Schistosomiasis di Sulawesi Tengah khususnya dan di Indonesia
pada umumnya. Sehingga schistosomiasis tidak merupakan masalah
kesehatan di Sulawesi Tengah (Indonesia).

6.3. Metode.
Dengan mempelajari habitat dari pada keong perantara, tempat dimana
keong tersebut dapat hidup dan berkembang biak dengan baik yaitu tempat
atau daerah yang selalu becek, yang selalu basah sepanjang tahun karena
adanya air yang selalu mengalir di sekitarnya dan selalu terlindung dari
sinar matahari oleh karena terdapat pohon-pohon besar maupun kecil serta
rumput-rumput tebal di tempat tersebut. Selain itu dengan mempelajari sifat
dari pada keong itu sendiri (bersifat amfibi), maka dapat diketahui metode
yang dapat digunakan dalam upaya pengendalian keong ini antara lain:

80 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


A. Pengendalian secara kimiawi
Dalam cara ini dipakai zat-zat kimia untuk membunuh keong.
B. Pengendalian secara mekanis.
Dalam cara ini dimaksudkan untuk merubah habitat-habitat yang
menguntungkan bagi kehidupan keong perantara menjadi daerah/habitat
yang tidak menguntungkannya dan tidak berkembang biak lagi.
Berbagai macam cara-cara ini dapat dilakukan antara lain :
1. Penimbunan tempat-tempat perindukan keong perantara (fokus) dan
habitat- habitat lain yang dicurigai.
2. Pengeringan/pembakaran habitat-habitat atau tempat perindukan
(fokus) dari pada keong perantara.
3. Mengubah cara mengolah sawah.
Misalnya dengan insentifikasi pertanian, memakai bibit unggul,
pemanfaatan lahan kering dan lain-lain.

CARA PENGENDALIAN.
A. Pengendalian secara kimiawi.
Dalam usaha pengendalian keong penular Oncomelania hupensis lindoensis
di Sulawesi Tengah, saat ini digunakan zat kimia Niclosamide (Bayluscide).
Zat kimia ini bersifat racun terhadap keong perantara Schistosomiasis
maupun terhadap telurnya serta bersifat racun pula terhadap serkaria. Zat
yang bersifat racun ini (Bayluscide) berbentuk serbuk berwarna kuning,
diencerkan terlebih dahulu kemudian disebarkan dengan menggunakan
alat penyemprot di daerah tempat perindukan keong secara periodik
dan rutin. Dengan dosis/konsentrasi tertentu racun ini dapat membunuh
keong, anak-anaknya, telur-telurnya serta serkaria yang terkandung di
dalamnya.
Dosis yang dianggap efektif saat ini digunakan adalah :
150 ppm/m2 ( 0,2 gram/m2).
Kalau ternyata setelah 6 bulan (6 kali) penyemprotan dengan dosis
tersebut tidak efektif, dapat dinaikkan secara bertahap dari waktu ke
waktu, tetapi tidak boleh melebihi dosis 1 gram/m2.
Biasanya efektivitas dosis penyemprotan sangat dipengaruhi oleh habitat
tempat per-indukan (fokus) keong, terutama keadaan air dan rumputnya.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 81


Maka untuk menentukan dosis pada awal penyemprotan disuatu tempat
perindukan (fokus) keong dapat dipilih sebagai berikut :
Untuk fokus-fokus :
- becek (sedikit air), rumput tipis : 150 ppm/m2.
- tergenang (banyak air, rumput tebal : 200 ppm/m2.

Contoh pengenceran racun keong (Bayluscide WP-70) :


1 gram bayluscide (WP-70) + 1 liter air = 700 ppm.
Atau : 0,1 gram bayluscide (WP-70) + 1 liter air = 70 ppm.
0,1428 gram bayluscide (WP-70) + 1 liter air = 100 ppm.
0,2856 gram bayluscide (WP-70) + 1 liter air = 200 ppm.
Atau : 2,86 gram bayluscide (WP-70) + 10 liter air = 200 ppm.
(dibulatkan) (1 tangki)
Untuk mempermudah lagi dalam pelaksanaannya di lapangan, maka
berikut ini contoh daftar pembuatan larutan berbagai macam konsentrasi
yang dikehendaki.

Daftar care pembuatan larutan Bayluscide (WP-70) dalam 1 liter air.

No. ppm Berat Bayluscide (gram)


1. 50 0,071 gram atau 0,71 gram dlm 10 ltr. air
2. 100 0,143 gram atau 1,43 gram dlm 10 itr. air
3. 150 0,215 gram atau 2,15 gram dlm 10 Itr. air
4. 200 0,286 gram atau 2,86 gram dlm 10 ltr. air
5. 250 0,358 gram atau 3,58 gram dim 10 hr. air
6. 300 0,429 gram atau 4,29 gram dim 10 ltr. air
7. 350 0,500 gram atau 5,00 gram dlm 10 ltr. air
8. 400 0,572 gram atau 5,72 gram dlm 10 hr. air
9. 450 0,644 gram atau 6,44 gram dim 10 ltr. air
10. 500 0,715 gram atau 7,15 gram dim 10 ltr. air
dan seterusnya

82 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


Pelaksanaan Penyemprotan.
1. Persiapan alat dan bahan di laboratorium oleh Petugas Kesehatan atau
kader yang ditunjuk.
Bahan dan alat yang perlu disiapkan adalah :
a. Bayluscide :
- bahan ditimbang dan dimasukkan ke dalam kantong plastik.
- berat bayluscide pada masing-masing kantong plastik sesuai dengan
dosis/ konsentrasi yang dikehendaki. Misalnya, untuk dosis 150 ppm/m2
diperlukan seberat 2,15 gram untuk dilarutkan dalam 10 liter (1 tangki)
air.
Larutan 1 tangki Bayluscide dipakai untuk areal 10 m2.
- jumlah bungkusan kantong plastik diperhitungkan sesuai dengan luas
daerah fokus yang akan dilakukan penyemprotan. Misalnya, untuk
daerah fokus seluas 1000 m2 memerlukan Bayluscide sebanyak :
100 m2 X 1 bungkus = 100 bungkus
10 m2
a. Alat penyemprot (Spray-can).
b. Gelas ukur plastik 1000 cc.
c. Ember plastik (10 liter).
d. Corong plastik.

2. Persiapan lapangan meliputi :


a. Tempat perindukan (fokus) yang akan disemprot diukur luasnya untuk
memperhitungkan kebutuhan Bayluscide yang akan diperlukan.
b. Memperhatikan/mengamati keadaan fokus/tempat perindukan untuk
menentukan dosis yang akan dipakai.
c. Pada fokus-fokus yang sangat terlindung dari sinar matahari karena
adanya pohon-pohon, semak-semak ataupun rumput-rumput yang
tebal, hendaknya diparas dahulu sebelum disemprot.
d. Demikian juga apabila pada fokus tersebut keadaan airnya mengalir
cukup deras/banyak, diusahakan agar keadaan fokus tersebut tenang
dan volume airnya dikurangi dengan terlebih dahulu membuat saluran-
saluran pengering di sekelilingnya.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 83


Hal ini sangat penting dilakukan agar racun keong yang kita gunakan/
disemprotkan efektif mencapai hasil sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Tahap persiapan ini dilakukan oleh para kader desa dan masyarakat serta
mendapat pengawasan dari kader yang ditunjuk dan diberi tanggung
jawab untuk pelaksanaan kegiatan ini.

3. Penyemprotan.
Penyemprotan dimaksudkan untuk menaburkan racun keong (Bayluscide)
pada tempat perindukan (fokus) keong untuk membunuh keong dan
telurnya serta serkaria yang terkandung di dalamnya.
Dengan memakai alat semprot (spray-can) yang biasanya berkapasitas
10 liter dan racun keong Bayluscide, untuk mendapatkan dosis yang
diinginkan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Untuk memperoleh konsentrasi yang ditentukan, misalnya 150 ppm
maka dibuat larutan Bayluscide sebanyak 2,15 gram ditambah dengan
air 10 liter.
Caranya ialah : - bayluscide dilarutkan dulu dengan volume air yang
kecil (100 cc) kemudian diaduk sampai rata.
- masukkan larutan ini ke dalam tangki penyemprot
dan kemudian tambahkan air sehingga volumenya
menjadi 10 liter.
- dengan menggoyangkan tangki penyemprot maka
larutan dapat tercampur dengan baik.
b. Nozel yang dipakai dianjurkan untuk menggunakan nozel berukuran 0
3 mm (biasanya nozel diperbesar dari standardnya).
c. Tekanan dalam tangki dipakai 5 atm pada setiap awal penyemprotan
dan diakhiri pada tekanan 2 atm, kemudian dipompa kembali 5 atm dan
seterusnya sampai larutan dalam tangki habis (biasanya penyemprotan
dengan nozel 0 3 mm menggunakan spray-can Gloria type 172, akan
habis dalam waktu 6 menit dengan 2 kali memompa).
d. Jarak nozel dengan permukaan yang disemprot sebaiknya adalah 45
50 cm.
e. Untuk mencapai sasaran dosis yang ditentukan, maka larutan dalam 1
tangki (10 liter) harus disemprotkan pada areal seluas : 10 m2.

84 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


f. Cara penyemprotan :
- Penyemprotan dilakukan secara merata dengan tujuan agar
tercapai dosis pada setiap m2 nya sama sesuai dengan dosis yang
dikehendaki.
- Penyemprotan dilakukan secara periodik dan rutin setiap bulan
selama 6 bulan, kemudian langkah selanjutnya ditentukan
berdasarkan hasil evaluasi penyemprotan selama 6 bulan tersebut.
Pelaksanaan kegiatan penyemprotan ini dilakukan oleh Para kader dan
masyarakat di bawah bimbingan dan pengawasan kader yang sudah
terlatih.
g. Evaluasi penyemprotan.
- Dilakukan secara rutin setiap bulan, sebelum dilakukan penyemprotan
yaitu terlebih dahulu melakukan survei keong menggunakan gelang
besi (setiap bulan jumlah gelang besi hendaknya sama).
- Setelah penyemprotan berlangsung 6 bulan, berdasarkan hasil evaluasi
penyemprotan tersebut maka dapat ditentukan langkah-langkah/
tindakan selanjutnya sebagai berikut :
Apabila ternyata dosis penyemprotan tidak efektif, maka pada bulan
berikutnya dosis penyemprotan dinaikkan secara bertahap dengan
menambah 50 ppm/m2 dari dosis sebelumnya. Dilakukan pula selama
6 bulan, dievaluasi dan demikian pula seterusnya sampai densitas
dan prevalensi keong mencapai 0.
Apabila terlihat penurunan densitas prevalensi keong cukup drastis,
tetapi belum mencapai 0 maka penyemprotan terus dilakukan
dengan dosis yang sama.
Apabila terlihat penurunan drastis dan telah mencapai angka 0,
maka penyemprotan berikutnya dilakukan dengan interval 3 bulan
sekali menggunakan dosis yang sama. Dan apabila hasil evaluasi
penyemprotan 3 kali berturut-turut hasilnya 0, maka fokus tersebut
dapat ditinggalkan dan diolah dijadikan lahan pertanian yang
intensif.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 85


B. Pengendalian secara mekanis.
Pelaksanaan pengendalian secara mekanis dilakukan oleh kader desa
dan masyarakat dengan petunjuk dan pengarahan dari kader yang sudah
dilatih.
1. Penimbunan :
Kegiatan penimbunan dilakukan oleh para kader dan masyarakat di
bawah bimbingan dan petunjuk para kader.
Dengan cara ini keong dapat terbunuh dengan cepat dan tidak
dipergunakan bahan kimia lagi. Dengan cara gotong royong maka suatu
tempat yang dikenal merupakan tempat perindukan (fokus), ditimbun
dengan tanah sampai beberapa puluh centimeter. Hasil galian yang
berupa lubang besar dijadikan kolam untuk memelihara ikan. Ada dua
keuntungan yang dapat diraih disini, Schistosomiasis habis dan kolam
ikan didapat.
Untuk dapat terlaksananya kegiatan ini mutlak diperlukan kesadaran
dan kekompakan yang tinggi dari masyarakat setempat untuk dapat
menumpas Schistosomiasis di wilayahnya.

2. Pengeringan/pembakaran.
Kegiatan pengeringan/pembakaran ini dilaksanakan oleh para kader
bersama-sama masyarakat di bawah bimbingan dan petunjuk para
kader.
Tempat hidup keong yang selalu basah dan teduh menyebabkan keong
tidak tahan terhadap bahaya kekeringan dan panas.
Hal ini dilakukan dengan cara-cara antara lain :
a. Mengalirkan air yang ada di tempat perindukan keong tadi agar
menjadi kering.
b. Membabat/menebang pohon-pohon, semak dan rumput-rumput
di tempat perindukan keong agar sinar matahari dapat masuk ke
tempat tersebut dan daerah ini tidak teduh lagi.
c. Pembakaran dapat dilakukan apabila tempat perindukan telah
dilakukan pengeringan dan pembabatan disekitar tempat
perindukan tersebut.

86 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


Dan yang paling penting dalam hal ini adalah memelihara apa yang
sudah dicapai, seperti memelihara agar saluran-saluran air tidak
mampat, rumput tidak tumbuh lagi dan ini memerlukan suatu
pengelolaan yang cukup serius. Bila hal yang sudah dicapai dengan
baik tidak dipelihara dan dipertahankan maka tenaga serta biaya
yang sudah dikeluarkan akan menjadi percuma. Sebab keong akan
kembali lagi menghuni daerah yang sudah menjadi rimbun, basah dan
sangat sesuai sebagai tempat hidupnya.

3. Mengubah cara mengolah sawah.


Pelaksanaan ini dilakukan oleh masyarakat, petani khususnya di bawah
bimbingan dan petunjuk dari pihak Departemen Pertanian serta
bantuan dari pihak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.
Seperti telah disebutkan bahwa sawah yang ditinggalkan, tidak digarap
dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan sawah ditumbuhi
rumput dan semak-semak. Daerah ini menjadi habitat keong perantara
Schistosoma japonicum. Untuk mencegah supaya keong jangan
mempunyai tempat hidup yang cocok untuk berkembang biak maka
harus dilakukan :
a. Menggarap sawah dengan terus menerus.
Kalau biasanya hanya digarap 1 kali dalam satu tahun, sekarang
harus 2 kali dalam satu tahun atau 5 kali dalam dua tahun. Daerah
yang digarap juga harus diperluas sehingga tidak ada satupun
daerah yang dapat dipakai oleh keong untuk berkembang biak.

b. Memperbaiki irigasi/saluran air.


Jangan dibiarkan air mengalir sembarangan ke segala arah tetapi
diatur sedemi-kian rupa sehingga dapat dipakai lebih hemat. Harus
dibuat saluran-saluran sekunder yang kemudian dengan pintu-pintu
atau dam-dam air kecil, air dialirkan ke parit-parit tersier. Dengan
demikian air dapat mengaliri seluruh daerah persawahan dengan
lebih hemat dan lebih baik karena tidak ada air yang terbuang.
Kalau sawah sedang tidak dikerjakan air dapat dialirkan langsung
sehingga seluruh daerah persawahan akan menjadi kering sama
sekali. Dengan cara ini pengolahan sawah akan dapat berjalan
dengan lebih baik dan hasilnya tentu akan lebih banyak.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 87


c. Penggunaan tenaga hewan untuk mengolah sawah.
Dalam mengolah sawah dianjurkan menggunakan hewan ternak
seperti sapi, kaerbau karena akan lebih mempercepat penggarapan
sawah dan dapat menimbun keong yang ada dengan lebih dalam
dan mematikannya.
Dengan cara-cara ini semua banyak hasil atau keuntungan yang
didapat, antara lain : sawah menjadi luas, penggarapan dapat
lebih dari satu kali dalam satu tahun, hasil padi akan menjadi lebih
banyak dan yang paling penting adalah hilangnya musuh besar kita
Schistosomiasis.

C. Pengendalian kombinasi secara kimiawi dan mekanis.


Dalam usaha pengendalian keong perantara akan lebih baik dengan cara
kombinasi antara mekanis dan secara kimiawi.
Dengan melakukan penimbunan atau pengeringan/pembakaran ataupun
dengan cara mengubah cara mengolah sawah, lebih sempurna bila diikuti
dengan penyemprotan menggunakan Bayluscide secara rutin.
Kehidupan keong akan lebih cepat menjadi merana dan kemudian akan
musnah selama-lamanya yang sekaligus berarti bahwa Schistosomiasis
akan musnah pula.

PENCATATAN DAN PELAPORAN.


Hasil pelaksanaan kegiatan pengendalian keong, hospes perantara,
khususnya pelaksanaan pengendalian menggunakan Bayluscide dicatat
dan dilaporkan dengan menggunakan formulir seperti pada Form1.
Untuk menilai hasil pengendalian yang dilakukan secara rutin, maka setiap
kali sebelum dilakukan penyemprotan dilakukan terlebih dulu survei keong
perantara dengan menggunakan gelang besi untuk menentukan populasi/
densitas, prevalensi dan prosentase kematian keong, hospes perantara
pada fokus tersebut.
Hasil survei keong ini untuk menilai dampak penyemprotan sebelumnya
dengan membandingkan hasil survei keong tersebut dengan hasil survei
keong sebelum disemprot pada bulan yang lalu.
Demikian seterusnya, sehingga setelah dilakukan penyemprotan berkali-
kali (berbulan - bulan) dapat dilihat hasilnya dengan mempelajari hasil
survei keongnya.
88 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis
Pelaporan dengan menggunakan formulir seperti Form1, harus dituliskan
kembali semua hasil-hasil kegiatan sebelumnya, karena dengan formulir
tersebut dapat dilihat sekaligus dampak pengendalian yang tengah
dilakukan dengan membandingkan hasil survei keong perantara.
Kegiatan pengendalian keong, hospes perantara ini dilaporkan oleh Ketua
Team atau petugas yang ditunjuk kepada tingkat Kabupaten, Provinsi
maupun ke Pusat untuk dianalisa. Tingkat Kabupaten, Provinsi ataupun
Pusat menganalisa laporan tersebut, kemudian hasilnya diinformasikan
kembali kepada Team Pelaksana Pengendalian untuk pelaksanaan
selanjutnya.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 89


Form 1 Form 1
PENGAMATAN DAN PENGENDALIAN KEONG PENULAR
SCHISTOSOMIASIS DI SULAWES TENGAH
NAMA FOKUS : DESA :
LUAS FOKUS : KECAMATAN : METODA PENGENDALIAN :
JUMLAH SAMPLE : Gelang KABUPATEN :

Pengamatan Keong Penular Oncomelania huspensis lindoensis Penyemprotan dgn.Bayluscide


Waktu
No. Density Jlh.keong Jlh.keong Jlh. keong % Jlh. keong % Keong Dosis Volume Berat
Pelaksanaan
per-m2 didapat diperiksa positif Positif mati mati ppm/m2 (liter) (gram)
1.

2.

90 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
BAB VII
SURVAI TIKUS SEBAGAI HOSPES RESERVOAR
(RESERVOIR HOST) SCHISTOSOMIASIS

Tikus adalah salah satu jenis hewan liar menyusui yang berperan sebagai
tuan rumah (reservoir host) dari Schistosoma japonicum, seperti halnya
hewan-hewan menyusui lainnya seperti anjing, kucing, sapi, kerbau, rusa,
babi, babi rusa dan lain-lain. Ini berarti pula hewan tikus merupakan sumber
penularan dari Schistosoma japonicum seperti halnya manusia. Untuk itu perlu
dilakukan survei tikus untuk mengetahui prevalensinya.

7.1. TUJUAN
Kegiatan survai tikus dimaksudkan untuk mPengetahui hal-hal antara lain :
1. Prevalensi Schistosoma japonicum pada tikus di daerah endemis.
2. Gambaran populasi tikus di daerah endemis pada saat saat tertentu.
3. Jenis tikus yang sensitif (peka) terhadap infeksi Schistosomiasis.

Oleh sebab itu survai tikus merupakan salah satu bagian yang penting dalam
kegiatan Program Pengendalian Schistosomiasis karena dapat berfungsi
sebagai berikut
1. Indikator.
Untuk membantu pencarian tempat perindukan keong, mengingat daerah
pengendalian yang sangat luas. Bila dalam tubuh tikus ditemukan cacing
Schistosoma japonicum dan diketahui tempat tikus tersebut tertangkap,
hal itu dapat menjadi perkiraan bahwa tidak jauh dari tempat asal tikus
tersebut dapat dimungkinkan adanya tempat perindukkan (fokus) keong
perantara.
Dengan demikian bila diketahuinya tikus positif beserta asalnya, maka
menjadi prioritas tindak lanjut adalah melakukan pencarian tempat
perindukkan (fokus) keong di sekitar tempat tersebut secara intensif.
Hampir dapat dipastikan, biasanya tidak jauh dari tempat tersebut
ditemukan tempat perindukkan (fokus) keong Oncomelania hupensis
lindoensis.

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 91


2. Tolok ukur pengendalian.
Prevalensi Schistosoma japonicum pada tikus dapat berperan sebagai
tolok ukur untuk menilai keberhasilan tindakan pengendalian. Walaupun
kegiatan pengobatan dapat menurunkan prevalensi pada manusia,
kegiatan pengendalian baik lintas program maupun lintas sektoral juga
dapat menekan prevalensi keong perantara pada sebagian fokus menjadi
0 % (khususnya di desa yang melaksanakan pengendalian program). Bila
ditemukan prevalensi pada tikus juga 0%, hal ini menunjukkan bahwa
schistosomiasis sudah dapat dikendalikan atau bahkan mungkin bebas.
Sebaliknya penularan Schistosomiasis masih terus berlangsung bila
prevalensi tikus yang terinfeksi schistosomiasis masih tinggi.

7.2. Metode
Pengumpulan spesimen tikus dilakukan dengan memasang perangkap
tikus dilapangan (daerah endemis) baik menggunakan perangkap mati
(snap-trap) ataupun perangkap hidup (live-trap).
Di laboratorium tikus tersebut telah diidentifikasi jenisnya dan diukur baik
panjang maupun beratnya.
Pemeriksaan di laboratorium dengan melakukan pembedahan (autopsi)
specimen tikus dari lapangan, untuk dicari cacing Schistosoma japonicum
bentuk dewasanya. Dan sebelumnya
Survai tikus ini dilakukan secara rutin 6 bulan sekali sejalan dengan survai-
survai rutin lainnya seperti tinja dan survai keong perantara.

7.3. CARA SURVAI


1. Persiapan.
Dilakukan oleh tim pengendalian Schistosomiasis baik tenaga kesehatan
maupun kader.

Kegiatan persiapan ini meliputi :
a. Persiapan alat dan bahan survai tikus.
Sebelum melakukan kegiatan survai tikus perlu di siapkan alat-alat dan
bahan sebagai berikut :

92 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


- perangkap tikus - kaca benda (slide)
- umpan tikus - kaca penutup (cover glass)
-
label - botol specimen
- kantong tikus - formalin 10 %
-
mikroskop - pensil
- gunting - sarung tangan tipis
- pinset sedang - timbangan
- pinset kecil - penggaris
- cawan petri - formulir/kertas

b. Persiapan lapangan.
Sebelum pelaksanaan survai tikus, penduduk/masyarakat sebaiknya
diinformasikan terlebih dahulu tentang pelaksanaan survai tersebut dan
diharapkan agar masyarakat ikut membantu menjaga agar perangkap
tikus yang akan dipasang tidak rusak atau hilang.

2. Pelaksanaan.
a. Lapangan.
Pelaksanaan lapangan berupa pemasangan perangkap tikus dan
pengambilan hasilnya dilakukan oleh kader dibantu para kader desa
dan masyarakat setempat.
Perangkap sebelum dipasang dilapangan diperiksa terlebih dahulu,
apakah rusak atau tidak dan bila ada yang rusak diperbaiki terlebih
dahulu bila memungkinkan, kemudian di hitung jumlahnya.
Pemasangan perangkap dilakukan secara merata di sekitar desa dan
terutama pada daerah di sekitar fokus dan secara rutin untuk dapat
menilai basil kegiatan pengendalian, khususnya pengendalian keong
perantara yang dilak,ukan.
Pada tempat-tempat pemasangan perangkap diberi tanda, demikian
pula pada perangkapnya diberi nomor untuk mempermudah untuk
mengeceknya.
Perangkap diberi umpan yang biasanya disukai oleh tikus setempat.
Pemasangan perangkap dilakukan selama 3 hari pada tempat yang
sama dan baru dipindah ketempat lain (berikutnya agar pemasangan
merata).

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 93


Pemasangan hendaknya dilakukan pada sore hari dan pengecekan
pada pagi harinya. Untuk menghindarkan hilang perangkap dan
gangguan binatang liar, sebaiknya pada pagi hari perangkap diangkat
dan dipasang kembali pada sore harinya.
Tikus yang didapat diberi label yang diikat pada kaki kanan
belakangnya. Label ditulis : tanggal, lokasi penangkapan, nomor
perangkap, nama kolektor. Kemudian tikus dimasukan ke dalam
kantong kain dan selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa.
Label ini sangat berguna karena bila tikus tersebut ternyata positif
Schistosoma japonicum maka dapat diketahui lokasi asalnya dan bila
ternyata lokasi tersebut sebelumnya belum diketahui adanya fokus,
maka dengan adanya indikator ini perlu dilakukan pencarian fokus
secara intensif di sekitar lokasi tersebut.

b. Laboratorium.
Kegiatan ini meliputi pengukuran, penimbangan, pemeriksaan parasit
(endo-parasit) dan dilakukan oleh kader yang sudah terlatih di bawah
pengawasan dan bimbingan petugas Kesehatan.
Tikus-tikus dari hasil kegiatan di lapangan diperlakukan sebagai berikut:
99 Setiap tikus diberi nomor urut, diidentifikasi jenis spesiesnya, diukur
panjang : seluruhnya (dari ujung kepala sampai dengan ujung ekor),
ekor, telinga, telapak kaki belakang sampai dengan kuku, ditimbang
beratnya serta ditentukan jenis kelaminnya.
Semua ini dicatat pada formulir seperti pada contoh Form- 1.
Pengukuran dan penimbangan ini sangat berguna untuk membantu
mengidentifikasi jenis spesiesnya apabila masih meragukan. Contoh
berbagai macam jenis tikus yang sering didapatkan seperti pada
Form- 2.
99 Dengan menggunakan tangan, tikus dibedah dan organ-organ bagian
dalam tubuhnya dikeluarkan, seperti paru-paru, hati dan usus dipisah-
pisahkan dan ditaruh dalam cawan petri serta diberi air sedikit.
99 Organ hati, paru-paru diambil sedikit kemudian dihancurkan di atas
kaca benda lalu ditutup dengan kaca tutup, selanjutnya diperiksa di
bawah mikroskop biasa untuk diperiksa dan mencari telur cacing
Schistosoma japoncium

94 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


99 Organ-organ lainnya diperiksa dengan mikroskop descending
99 Dengan menggunakan mikro-pinset, cari cacing Schistosoma
japonicum dewasa terutama pada vena hati dan vena mesentrika
(usus).
99 Contoh bentuk cacing dewasa Schictosoma japonicum dapat dilihat
pada gambar dalam lampiran 2.
99 Semua cacing yang ditemukan dipisah menurut jenisnya, diletakkan
pada cawan petri - kemudian diberi air dan dibunuh dengan
menambahkan air panas kemudian disimpan dalam botol yang berisi
larutan formalin 10 %. Lalu beri label yang ditulis : tanggal, nomor,
spesimen (tikus), jenis parasit (cacing) yang ditemukan, dari organ
mana serta lokasi penangkapan tikus.
99 Selanjutnya botol specimen disimpan dengan baik.

3. Hasil survai tikus.


Setelah pelaksanaan survai ini selesai, baik dilapangan maupun di
laboratorium, maka dapat dihitung/ditentukan hasilnya :
a. Prosentase hasil tangkapan tikus adalah :
Jumlah tikus yang tertangkap X100%
Jumlah perangkap yang dipasang

b. Prevalensi tikus positif Schistosoma japonicum adalah :


Jumlah tikus positif Schistosoma japonicum X100%
Jumlah perangkap yang diperiksa

7.4. PENCATATAN DAN PELAPORAN


1. Jumlah perangkap yang dipasang setiap harinya selama survai dilakukan
dicatat, sehingga pada akhir kegiatan survai, diketahui jumlah perangkap
yang dipasang seluruhnya pada suatu daerah/desa.
2. Jumlah tikus yang didapat setiap harinya juga dicatat, sehingga setelah
berakhirnya survai diketahui jumlah tikus yang ditangkap.
3. Hasil pemeriksaan laboratorium yang meliputi : jenis spesies, jenis
kelamin, panjang seluruhnya, panjang ekor, panjang telinga, panjang
telapak kaki belakang sampai dengan kuku, cacing Schistosoma japonicum
Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 95
dan cacing-cacing lain yang diketemukan dicatat menggunakan formulir
Pemeriksaan Tikus seperti pada Form 1.
4. Dari hasil pencatatan butir 1, 2, dan 3 dapatlah di hitung/ditentukan :
populasi (prosentase) tikus yang tertangkap, prevalensi dicatat pada
formulir : Hasil Survai Tikus (Form 2).
5. Untuk dapat lebih mudah dianalisis setelah survai di lakukan berkali-kali,
maka dibuat rekapitulasi kegi atan survai tikus menggunakan formulir
seperti pada Form 3.
Dari rekapitulasi ini dapat dilihat prevalensi tikus positif Schistosoma
japonicum dari waktu ke waktu sehingga dapat dipakai sebagai tolok
ukur penilaian pengendalian.
6. Untuk pelaporan survai ini digunakan formulir Form 2 dan Form 3,
dilaporkan oleh Kepala laboratorium ke Dinas Kesehatan Kabupaten,
Propinsi dan Subdit Pengendalian Filariasis & Kecacingan, Kemenkes RI.

96 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


Form 1
FORM - 1
FORMULIR PEMERIKSAAN TIKUS
PROVINSI : SULAWESI TENGAH KECAMATAN :
KABUPATEN : DE SA : :
Ukuran panjang (mm) Parasit
S.jap.
Tgl. Jenis Telapak Berat Telur Dewasa
No. Desa/ Lokasi Species Cacing Ket
Pelaksanaan kelamin kaki be- (grm)
Total Ekor Telinga lakang s.d. lain
kuku

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


97
Lampiran 1

CONTOH BEBERAPA JENIS TIKUS DENGAN CIRI-CIRINYA


FORM- 2

Ukuran Warna Bu1u .


No. Species M Badan Ekor Tempat Keterangan
tinggal lain
TL(mm) T(%) HF(mm) E(mm) Atas Bawah Atas Bawah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
1., Rattus rattus 220 95 33 19 2+3 = __
coklat coklat coklat coklat rumah, ....
diardi s.d s.d s.d s.d 10 tua ke tua ke tua ke tua ke gudang
370 115 38 23 labu labu labu labu kebun
dekat

98 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


rumah
2. Rattus argen tiventer 270 85 32 18 3+3 = coklat putih coklat putih sawah bersararg
s.d s.d s.d s.d 12 muda atau muda atau padang dalam tanah
370 105 39 21 coklat coklat alang-alang buatlobang
pucat pucat
3. Rattus tiomanicus 300 95 32 19 2+3 = coklat putih coklat putih dikebun jarang
s.d s.d s.d s.d 10 tua ke krem tua ke krem ditemukan
400 120 37 23 labu labu disawah/
rumah
4. Rattus exulans 220 95 24 17 2+2 = coklat putih coklat putih belukar Sebagai hama
s.d s.d s.d s.d 8 kelabu kelabu kelabu kelabu pinggirhutan padi
285 120 28 20 di ladang
. , /sawah
FORM- 2
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
, __ ....
5 Mus musculus spp. <175 80 12 8 3+2 = coklat coklat coklat coklat Dalamrumah
s.d s.d s.d 10 kelabu kelabu kelabu
120 18 12

6 Rattus muelleri 350 100 42 21s.d 2+2 = coklat putih coklat putih belukar pe
s.d s.d s.d 2/1 8 tua a- keco- to agak keco- gunungan dan
500 130 50 gak klat mengki klat rawa
le- mengki coklat lap coklat
bih lap an an
7 Rattus cremoriventer 220 135 24 18 2+2 == kuning putih coklat coklat pegunungan/ Rambutkeras,
s.d s.d s.d 2.d 8 pohon Ujungekor
330 145 30 21 berambut spt
pensil

8 Rattus white headi 220 80 2,1 16 2+2== merah pucat coklat putih Semakbelukar Tidakpernah
s.d s.d s.d s.d 8 coklat kelabu Dekatladang Masukrumah
275 105 32 20 kelabu

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


99
FORM - 2
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

9. Rattus surffer 300 90 35 20 2+2 = coklat putih coklat putih dataran tinggi dan berbulu keras
s.d s.d s.d s.d 8 keme- keme- rendahberhutan dan kaku
400 110 40 24 rahan rahan

10. Rattus niviventer 260 125 26 18 ** kuning putih coklat putih Daerah berhulu keras
s.d s.d s.d s.d coklat pegunungan dan kaku
370 140 30 22 keme- Dirumpunbambu
rahan
11. Rattus sabanus 430 130 42 24 2+2 = coklat putih coklat putih Daerah
s.d s.d s.d s.d pucat sampai pegunungan

100 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


520 145 50 29 ujung

Keterangan : TL = total panjang, dari ujung hidung sampai ujung ekor


T = prosentase panjang ekor terhadap panjang badan dari ujung sampai pangkal ekor
HF = panjang telapak kaki belakang sampai ujung kuku jari yang terpanjang
E = panjang telinga / ear
M = susunan dan jumlah puting susu
Form2 FORM 3
HAS IL SURVAI TIKUS
PROVINSI : SULAWESI TENGAH
KABUPATEN :
KECAMATAN :
No. Desa/Kampung Waktu Jumlah Jumlah % Jumlah Tikus % Keterangan
Pelaksanaan Perangkap Tikus yg Tikus yg yg terinfeksi Positif
dipasang tertangkap tertangkap S. Jap. S. jap.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
JUMLAH:

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 101


Form3

Rekapitulasi Hasil Survai Tikus

PROVINSI : SULAWESI TENGAH


KABUPATEN :
KECAMATAN :

Survai ke - 1 Survai ke - 2
No Desa/ Kampung Jumlah Jumlah % Jumlah Jumlah %
Tikus Tikus Positif Tikus Tikus Positif
Diperiksa Pos. S.j S.j Diperiksa Pos. S.j S.j
1

102 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


2
3
4
5
6
7
8
Jumlah
Lampiran 2

BENTUK CACING SCHISTOSOMA JAPONICUM DEWASA

Sumber : cc.shsmu.edu.cn (Shanghai Jiao Tong University School of Medical website)

Tanda cacing Schistosoma japonicum :

Tanda-tanda (spesifikasi) Cacing jantan Cacing betina

Panjang 5 - 12,7 mm 10 - 14,5 mm


Lebar 0,2 - 0,5 mm 0,15- 0,36 mm
Batil isap mulut 214 x 180 u 56 x 54 u
Batil isap perut 274 x 240 u 64 x 56 u
Testis 5-7 ------------------
Ovarium :
- Panjang 0,24- 0,62 mm
- lebar 0,09- 0,8 mm

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 103


Kepustakaan :
1. Myra Taylor, Global trends in schistosomiasis control Bulletin of the World
Health Organization, Vol. 86, No. 10, October 2008
2. Kepustakaan Rosmini, dkk, Penularan Schistosomiasis di Desa Dodolo
dan Mekar Sari Datatan Tinggi Napu Sulawesi Tengah, Media Litbang
Kesehatan Volume xx no 3 tahun 2010
3. Sudomo M, Pretty MD Sasono, Schistosomiasis Control in Indonesia,
Buletin Penelitian Kesehatan (Bulletin of Health Research, ISSN: 0125-
9695. EISSN: 2338-3453) is published by National Institute of Health
Research and Development, Ministry of Health of Republic of Indonesia
4. Ali Izhar, R. M Sinaga, M.Sudomo, dkk, Recent situation of schistosomiasis
in Indonesia, Acta Tropica, Volume 82, Issue 2, Mei 2002, Hal 283-288

104 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


Tabel 1. Fokus Oncomelania hupensis di Dataran Tinggi Lindu. Kab. Donggala

No Kode Nama Fokus Jenis fokus Luas Kepadatan Jumlah Jumlah % Penanganan Sektor Keterangan
(m2) Keong diperiksa positif positif
Pinggir
A-1 Pongku sawah/aliran air 600 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tdk Ada Ohl
berumput
Pinggir
A-2 Anca # 1 kebun/aliran 500 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tdk Ada Ohl
air/berumput
Pinggir
A-3 Anca # 2 kebun/aliran 5 348 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
air/daun
Pinggir
A-4 Anca # 3 kebun/aliran 300 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
air/daun
Pinggir
5
A- Langkasa # 1 kebun/padang 768 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
rumput
Pinggir
A-6 Langkasa # 2 kebun/aliran 720 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
air/daun
Pinggir
A-7 Langkasa # 3 kebun/aliran 1536 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
air/daun
Pinggir
A-8 Langkasa # 4 kebun/aliran 510 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
air/daun
Pinggir
A-9 langkasa # 5 kebun/aliran 230 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
air/daun
Pinggir
A - 10 Langkasa # 6 kebun/aliran 500 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
air/daun
Pinggir
A - 11 Langkasa # 7 kebun/padang 990 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl

Pedoman Pengendalian Schistosomiasis


rumput

Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 105


113
No Kode Nama Fokus Jenis fokus Luas Kepadatan Jumlah Jumlah % Penanganan Sektor Keterangan

114
(m2) Keong diperiksa positif positif
Pinggir
A - 12 Langkasa # 8 kebun/aliran 158 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
air/padang rumput

Pinggir
A - 13 Langkasa # 9 kebun/aliran 640 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
air/padang rumput

Pinggir
A -14 Langkasa # 10 kebun/aliran 250 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
air/padang rumput
A5
-1 Barubera Kebun/aliran air 250 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
Padang rumput
A - 16 Malapi 3750 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
berair

Pedoman Pengendalian Schistosomiasis


A - 17 Pandowalo # 1 Kebun/aliran air 2700 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl

106 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


A - 18 Pandowalo # 2 Kebun/aliran air 455 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A - 19 Tomporene # 1 Kebun/aliran air 250 366,66 22 5 2273 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
A - 20 Tomporene # 2 Kebun/aliran air 600 350,00 42 10 23,81 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
A - 21 Tomporene # 3 Kebun/aliran air 600 241,67 29 0 0 Pengeringan Pertanian Ada Ohl
A - 22 Kalomea Paku # 1 Persawahan 900 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A - 23 Kalomea Paku # 2 Persawahan 2642 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A - 24 Kalomea Paku # 3 Persawahan 4342 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A5-2 Kalomea Paku # 4 Persawahan 3526 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A - 26 Kalomea Paku5 # Kebun/aliran air 400 166,66 10 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
A - 27 Kalomea Paku # 6 Persawahan 420 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A - 28 Kalomea Paku # 7 Kebun/aliran air 400 166,66 34 1 2,94 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
A - 29 Kalomea Paku # 8 Kebun/aliran air 500 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A - 30 Paku # 1 Persawahan 396 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A - 31 Paku # 2 Persawahan 182 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A - 32 Paku # 3 Persawahan 130 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A - 33 Paku # 4 Persawahan 150 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
No Kode Nama Fokus Jenis fokus Luas Kepadatan Jumlah Jumlah % Penanganan Sektor Keterangan
(m2) Keong diperiksa positif positif
A - 34 Paku # 5 Persawahan 3300 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A5-3 Paku # 6 Persawahan 1260 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A - 36 Paku # 7 Persawahan 1971 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A - 37 Paku # 8 Persawahan 900 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A - 38 Paku # 9 Persawahan 6400 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A - 39 Paku # 10 Kebun/aliran air 750 987,00 79 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
A - 40 Paku # 11 Kebun/aliran air 450 775,00 62 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
A - 41 Paku # 12 Persawahan 4800 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A - 42 Paku # 13 Persawahan 1800 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A - 43 Lalombongi # 1 Kebun/aliran air 300 160,00 8 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
A - 44 Lalombongi # 2 Kebun/aliran air 1000 37,50 3 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
A5-4 Lalombongi # 3 Kebun/aliran air 250 520,00 26 2 7,67 Intensifikasi Pertanian Ada Ohl
A - 46 Lalombongi # 4 Kebun/aliran air 250 50,00 2 0 0 Intensifikasi Pertanian Ada Ohl
A - 47 Kalinco # 1 Persawahan 6000 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A - 48 Kalinco # 2 Persawahan 11250 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A - 49 Kalinco # 3 Persawahan 1500 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A - 50 Kalinco # 4 Persawahan 2400 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
A - 51 Kalinco # 5 Persawahan 400 480,00 24 0 0 Intensifikasi Pertanian Ada Ohl
A - 52 Muara # 1 Kebun/aliran air 5 37 1760,00 88 3 3,4 Pengeringan PU Ada Ohl
A - 53 Muara # 2 Kebun/aliran air 500 2080,00 104 4 3,85 Pengeringan PU Ada Ohl
A - 54 Muara # 3 Kebun/aliran air 400 2280,00 114 7 6,14 Pengeringan PU Ada Ohl
A - 55 Bamba # 1 Kebun/aliran air 225 780,00 39 2 5,13 Pengeringan PU Ada Ohl
A - 56 Bamba # 2 Kebun/aliran air 250 860,00 43 2 4,65 Pengeringan PU Ada Ohl
A - 57 Bamba # 3 Kebun/aliran air 1000 750,00 30 0 0 Pengeringan PU Ada Ohl
A - 58 Bamba # 4 Hutan/aliran air 600 900,00 5 4 0 0 Pengeringan PU Ada Ohl
A - 59 Bamba # 5 Hutan/aliran air 900 1000,00 40 3 5
7, Pengeringan PU Ada Ohl
A - 60 Bamba # 6 Hutan/aliran air 1800 1800,00 72 1 1,39 Pengeringan PU Ada Ohl
A - 61 Bamba # 7 Hutan/aliran air 2000 1250,00 50 2 4,0 Pengeringan PU Ada Ohl
A - 62 Bamba # 8 Hutan/aliran air 1800 1000,00 40 0 0 Pengeringan PU Ada Ohl
A - 63 Bamba # 9 Hutan/aliran air 1200 650,00 26 1 3,88 Pengeringan PU Ada Ohl

Pedoman Pengendalian Schistosomiasis


Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 107
115
No Kode Nama Fokus Jenis fokus Luas Kepadatan Jumlah Jumlah % Penanganan Sektor Keterangan

116
(m2) Keong diperiksa positif positif
T-1 Tomado # 1 Persawahan 25000 675,00 27 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
T-2 Tomado # 2 Kebun/aliran air 200 375,00 30 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
T-3 Tomado # 3 Kebun/aliran air 150 12,50 1 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
T-4 Tomado # 4 Kebun/aliran air 200 187,50 15 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
5T- Lombu # 1 Persawahan 4500 120,00 12 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
T-6 Lombu # 2 Persawahan 4500 12,50 1 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
T-7 Lombu # 3 Persawahan 4000 100,00 6 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
T-8 Powongia # 1 Kebun/aliran air 150 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
T-9 Powongia # 2 Kebun/aliran air 500 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
T - 10 Powongia # 3 Kebun/aliran air 450 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
T - 11 Powongia # 4 Kebun/aliran air 270 300,00 30 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
T - 12 Palili # 1 Kebun/aliran air 200 960,00 48 6 12,
5 Pengeringan Pertanian Ada Ohl
T - 13 Palili # 2 Kebun/aliran air 1000 820,00 41 4 9,76 Intensifikasi Pertanian Ada Ohl
T - 14 Palili # 3 Kebun/aliran air 200 760,00 38 2 5,62 Intensifikasi Pertanian Ada Ohl

Pedoman Pengendalian Schistosomiasis


T5-1 Palili # 4 Kebun/aliran air 100 140,00 7 2 28,57 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
T - 16 Palili # 5 Kebun/aliran air 350 1000,00 50 24 48,0 Irigasi PU Ada Ohl
T - 17 Palili # 6 Kebun/aliran air 250 300,00 15 0 0 Irigasi

108 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


PU Ada Ohl
T - 18 Uranga #1 Kebun/aliran air 2500 1460,00 73 0 0 Irigasi PU Ada Ohl
T - 19 Uranga # 2 Kebun/aliran air 5000 280,00 14 0 0 Irigasi PU Ada Ohl
T - 20 Luo # 1 Hutan/aliran air 5000 333,33 20 1 5,0 Irigasi PU Ada Ohl
T - 21 Luo # 2 Hutan/aliran air 1500 933,33 56 1 1,78 Irigasi PU Ada Ohl
T - 22 Luo # 3 Hutan/aliran air 900 83,33 5 0 0 Irigasi PU Ada Ohl
Padang
T - 23 Dono # 1 900 733,33 44 3 6,82 Irigasi PU Ada Ohl
rumput/berair
Padang
T - 24 Dono # 2 1000 83,33 5 0 0 Irigasi PU Ada Ohl
rumput/berair
Padang
T5
-2 Dono # 3 1500 133,33 8 0 0 Irigasi PU Ada Ohl
rumput/berair
T - 26 Uelida Hutan/aliran air 1500 250 15 0 0 Irigasi PU Ada Ohl
T - 27 Kana bete luo Hutan/aliran air 5000 816,66 49 2 4,08 Irigasi PU Ada Ohl
T - 28 Tineke Kebun/aliran air 500 433,33 26 1 3,85 Irigasi PU Ada Ohl
No Kode Nama Fokus Jenis fokus Luas Kepadatan Jumlah Jumlah % Penanganan Sektor Keterangan
(m2) Keong diperiksa positif positif
S-1 Salutui # 1 Persawahan 300 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
S-2 Salutui # 2 Persawahan 180 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
S-3 Salutui # 3 Persawahan 300 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
S-4 Salutui # 4 Persawahan 5 19 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
5S- Salutui
5 # Kebun/aliran air 300 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
S-6 Salutui # 6 Kebun/aliran air
5 19 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
S-7 Salutui # 7 Persawahan 400 133,33 4 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
S-8 Salutui # 8 Persawahan 3600 66,66 2 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
S-9 Salutui # 9 Kebun/aliran air 510 1060 53 0 0 Intensifikasi Pertanian Ada Ohl
S - 10 Kasapo Persawahan 7500 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
S - 11 Kasapo Persawahan 9600 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
S - 12 Malo Persawahan 600 233,3 14 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
S - 13 Malo Persawahan 1575 665,6 40 0 0 Intensifikasi Pertanian Ada Ohl
S - 14 Malo Persawahan 340 5 10 21 0 0 Intensifikasi Pertanian Ada Ohl
S5-1 Malo Persawahan 1500 170 17 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
S - 16 Malo Persawahan 2700 170 17 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
S - 17 Malo Persawahan 4800 80,00 8 1 12,
5 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
S - 18 Malo Persawahan 1500 230,00 23 1 4,3
5 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
S - 19 Malo Persawahan 2500 250,00 25 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
S - 20 Malo Persawahan 3000 220,00 22 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl

K-1 Kanawu # 1 Persawahan 750 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl


K-2 Kanawu # 2 Persawahan 500 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
K-3 Kanawu # 3 Persawahan 250 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
K-4 Kanawu # 4 Persawahan 500 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
5
K- Kanawu
5 # Kebun/aliran air 1000 850,00 51 2 3,92 Intensifikasi Pertanian Ada Ohl
K-6 Kanawu # 6 Persawahan 450 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
K-7 Kanawu # 7 Persawahan 1450 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
K-8 Kanawu # 8 Persawahan 900 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
K-9 Kanawu # 9 Persawahan 1500 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
K - 10 Kanawu # 10 Persawahan 1000 0 0 0 0
K - 11 Kanawu # 11 Persawahan 3600 66,66 4 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
K - 12 Kanawu # 12 Persawahan 5500 50,00 3 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl

Pedoman Pengendalian Schistosomiasis


Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 109
117
No Kode Nama Fokus Jenis fokus Luas Kepadatan Jumlah Jumlah % Penanganan Sektor Keterangan

118
(m2) Keong diperiksa positif positif
K - 13 Kanawu # 13 Persawahan 3000 66,66 4 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
K - 14 Kanawu # 14 Persawahan 2000 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
K5-1 Kanawu5 #1 Persawahan 450 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
K - 16 Kanawu # 16 Persawahan 400 133,33 8 1 12,
5 Intensifikasi Pertanian Ada Ohl
L-1 Langko # 1 Persawahan 1000 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
L-2 Langko # 2 Persawahan 640 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
L-3 Langko # 3 Kebun/aliran air 200 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
L-4 Langko # 4 Persawahan 1000 1375,00 55 4 7,27 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
5L- Wongkodono # 1 Kebun/aliran air 1480 480,00 24 6 25,0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
L-6 Wongkodono #2 Kebun/aliran air 200 360,00 18 2 11,11 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl

O-1 Owo # 1 Persawahan 9000 0 0 0 0 Intensifikasi Pertanian Tidak Ada Ohl


O-2 Owo # 2 Persawahan 6000 0 0 0 0 Intensifikasi Pertanian Tidak Ada Ohl
O-3 Owo # 3 Persawahan 12600 150,00 6 1 16,66 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl

Pedoman Pengendalian Schistosomiasis


O-4 Owo # 4 Persawahan 4800 15 3 20 52 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
Padang
5
O- Owo
5 # 13500 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
rumput/berair

110 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis


Padang
O-6 Owo # 6 8400 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
rumput/berair
Padang
O-7 Owo # 7 2048 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
rumput/berair
Padang
O-8 Owo # 8 1950 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
rumput/berair
Padang
O-9 Owo # 9 2790 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
rumput/berair
Padang
O - 10 Owo # 10 1800 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
rumput/berair
Padang
O - 11 Owo # 11 1200 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
rumput/berair

Keterangan Putih : Berhasil diberantas sektor Kesehatan


Merah : Tidak berhasil diberantas sektor Kesehatan
Biru : Fokus yang belum ditangani sektor Kesehatan
Ohl : Oncomelanium Hupensis Lindoensis
JUMLAH
KEPADATAN JUMLAH %
NO KODE NAMA FOKUS JENIS FOKUS LUAS (M2) DIPERIKS PENANGANAN SEKTOR KET
KEONG/M2 POSITIF POSITIF
A
I SEDOA
1 ANABERE # 1 Padang rumput 23.650 600 48 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
2 ANABERE #2 Padang rumput 15.000 515 41 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
3 ANABERE # 3 Padang rumput 23.650 400 27 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
4 SALODO # 1 Padang rumput 64.500 500 40 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
5 SALODO # 2 Rawa-rawah 24.000 125 10 1 10,00 Pengeringan PU LAMA
6 KANA ANABERE Padang rumput 24.500 900 70 0 0,00 Pengeringan PU BARU
7 PASAWUKU # 1 Kebun 9.000 515 31 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
8 PASAWUKU # 2 Kebun coklat 14.875 315 19 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
9 PASAWUKU # 3 Kebun coklat 20.350 300 17 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
10 POTUMBUA # 1 Kebun 11.375 750 45 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
11 POTUMBUA#2 Kebun 18.500 750 45 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
12 PADA KONDO # 1 Padang rumput 88.975 0 0 0 0,00 Penggalian r
sal. Ai PU LAMA
13 PADA KONDO # 2 Sawah/Pd.rumput 10.925 0 0 0 0,00 Penggalian r
sal. Ai PU LAMA
14 PETANAA Bekas sawah 19.975 390 47 1 2,13 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
15 PORATIA Bekas sawah/rawa 35.000 350 40 2 5,00 Pembuatan sawah PU BARU
16 KANA TAMBELONGA Kebun/parit 20.350 550 33 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
17 SIBONGKA Kb.coklat/hutan 3.050 0 0 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
18 SAKUTU # 1 Rawa/bekas sawah 46.350 450 37 1 2,70 Pembuatan sawah PU LAMA
19 SAKUTU # 2 Padang rumput 5.500 0 0 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
20 SALULAMBU # 1 Parapah 87.125 560 56 2 3,57 Pemarasan Pertanian BARU
21 SALULAMBU # 2 Kebun coklat/Padang 36.750 250 23 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
22 SALULAMBU # 3 Parapah 3.750 250 23 1 4,35 Pemarasan Pertanian BARU
23 BATUBALA Kb.coklat/hutan 2.500 450 27 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
24 SONGINA Kb.coklat/hutan 2.000 110 13 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
25 POTAWEA # 1 Sawah 2.625 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah PU LAMA
26 POTAWEA # 2 Sawah 4.950 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah PU LAMA
27 MALUO Kebun/parit 8.775 485 29 2 6,90 Pengaliran sal. Air PU LAMA
28 TINTIMERI # 1 Kebun kopi 28.050 400 40 1 2,50 Pemarasan Pertanian LAMA
29 TINTIMERI # 2 Padang rumput 15.250 850 53 0 0,00 Pemarasan Pertanian LAMA
30 BOBONA Bekas sawah 10.125 265 32 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian BARU
31 MALOME Kebun kopi 26.250 800 47 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
32 SALIBU # 1 Hutan /parapa 28.875 650 38 1 2,63 Pemaransan Pertanian LAMA
33 SALIBU # 2 Hutan /parapa 12.000 750 52 2 3,85 Pemarasan Pertanian LAMA
34 SALIBU # 3 Hutan /parapa 15.125 850 32 0 0,00 Pemarasan Pertanian LAMA
35 POSONGKUA # 1 Hutan 46.500 500 30 0 0,00 Penyemprotan Kesahatan LAMA
36 POSONGKUA # 2 Hutan 7.500 400 25 0 0,00 Penyemproran Kesehatan LAMA
37 SUMAWIA Kebun/parit 9.200 300 18 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU

JUMLAH 826.875 1088 14 1,29

II WATUMAETA
1 JALAN TUA Sawah 900 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
2 LIMPO Sawah 300 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
3 LENGKORI Sawah 280 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
4 FOKUS ADI Kebun/parit 500 0 0 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
5 TOWOTE Sawah /parapa 500 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
6 SAWAH #1 Bekas sawah 1.690 63 15 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
7 SAWAH #2 Bekas sawah 1.900 63 18 1 5,56 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
8 SAWAH #3 Bekas sawah 360 0 9 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
9 MANGKAPA #1 Pinggir sawah 500 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
10 MANGKAPA # 2 Bekas parit 700 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
11 F ACO 1 /PERKEBUNANKebun/parit 600 450 3 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
12 F ACO 2 /PERKEBUNANKebun/parit 1.550 450 9 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
13 F ACO 3 / PERKEBUNAN
Kebun/parit 270 450 26 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
14 F ACO 4 / PERKEBUNAN
Kebun/parit 250 450 17 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
15 F HARUNA/ PERKEBUNAKebun/parit 2.500 450 16 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
16 F MUKSIN/ PERKEBUNAN
Kebun/parit 150 450 7 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
17 F THAMRIN/PERKEBUNAKebun/parit 900 40 10 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
18 F OLENG / PERKEBUNAN
Kebun/parit 850 540 43 1 2,33 Pengaliran sal. Air PU BARU
19 F OPENG / PERKEBUNAN
Kebun/parit 900 145 35 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
20 F SAMSUDIN/ PERKEBUN
Kebun/parit 845 465 37 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
21 F IBHO/PERKEBUNANKebun/parit 1.680 500 40 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
22 PERKEBUNAN 6/OBINKebun/parit 750 80 7 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
23 PERKEBUNAN 1 / MESJID
Kebun/parit 1.260 30 7 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
24 PERKEBUNAN 2 /AMIRKebun/parit 350 50 12 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
25 F TISNO/PERKEBUNAN Kebun/parit 280 80 13 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
26 PERKEBUNAN 8 Kebun/parit 630 80 7 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
27 PERKEBUNAN 5 / BBI Kebun/parit 370 280 25 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
28 F RIZAL PERKEBUNANKebun/parit 650 0 0 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
29 F BASO/PERKEBUNANKebun/parit 750 0 0 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA

Pedoman Pengendalian Schistosomiasis 119


Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 111
JUMLAH
KEPADATAN JUMLAH %
NO KODE NAMA FOKUS JENIS FOKUS LUAS (M2) DIPERIKS PENANGANAN SEKTOR KET
KEONG/M2 POSITIF POSITIF
A
30 PERKEBUNAN UJUNGKebun/parit 16.500 20 2 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
31 F TAKSIM/BAMBU/PERK
Kebun/parit 500 85 20 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
32 PERKEBUNAN 3 Kebun/parit 450 0 0 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
33 PERKEBUNAN 4 Kebun/parit 450 Pengaliran sal. Air PU BARU
JUMLAH 41.065 5221 378 2 0,53

III WUASA
1 TALUMBA # 1 Sawah 3.000 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
2 TALUMBA # 2 Bekas sawah/parapa 18.000 30 7 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
3 POTIWUA Parapa 20.000 400 9 0 0,00 Pemarasan Pertanian LAMA
4 KARAPUA # 1 Parit/sawah 2.000 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
5 KARAPUA # 2 Parit/sawah 2.700 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
6 KARAPUA # 3 Rawa-rawa 18.000 85 6 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
7 SISKA # 1/Karapua Kebun/parit 4.500 105 25 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
8 SISKA # 2/Karapua Rawa-rawa 7.700 75 18 0 0,00 Pengeringan PU BARU
9 SISKA # 3 /Karapua Rawa-rawa 3.500 75 9 0 0,00 Pengeringan PU BARU
10 SAWAH/SEM/PopahoduaSawah 5.000 60 14 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian BARU
11 POPAHODUA # 1 Sawah 2.600 40 10 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
12 POPAHODUA # 2 Sawah 5.000 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
13 POPAHODUA # 3 Sawah 5.000 40 9 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
14 POPAHODUA # 4 Sawah 7.800 50 12 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
15 SALUMPARAPA Rawa-rawa 77.500 0 0 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
16 KANALAGIWA Parit/kebun 10.000 0 0 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
17 NUNU # 1 Parit/kebun 1.600 0 0 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
18 NUNU # 2 Parit/kebun 800 250 30 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
19 NUNU # 3 Rawa-rawa 5.600 0 0 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
20 NANGKO Rawa-rawa 3.000 100 12 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
21 NTOWODO # 1 Rawa-rawa 3.750 0 0 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
22 NTOWODO # 2 Rawa-rawa 3.750 35 4 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
23 NTOWODO # 3 Rawa-rawa 1.500 0 0 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
JUMLAH 212.300 1345 165 0 0,00

IV KADUWAA
1 JALAN TUA Jalan/sawah 1.250 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
2 POTUMBA Pinggir sawah 720 1000 60 2 3,33 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
3 PAPA # 3 Sawah/parit 700 20 5 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian BARU
4 BONO # 1 Rawah/sawah 600 225 36 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian BARU
5 BONO # 2 Rawah/sawah 1.600 885 53 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian BARU
6 TOBU/TINTIMERI Parit/sawah 10.450 125 30 0 0,00 Perbaikan saluran Pertanian LAMA
7 LIMPO/TEBAT Kolam 1.400 0 0 0 0,00 Perbaikan saluran Pertanian LAMA
8 KANA # 1 Parit/kebun 3.000 685 41 0 0,00 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
9 KANA # 2 Parit/kebun 1.400 235 56 0 0,00 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
10 KANA # 3 Parit/kebun 1.500 375 60 0 0,00 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
11 HAHARAO # 1 Parit/sawah 8.100 85 20 0 0,00 Perbaikan saluran Pertanian LAMA
12 HAHARAO # 2 Parit/sawah 4.125 700 42 0 0,00 Perbaikan saluran Pertanian LAMA
13 POHANGKUA Parapa 1.275 835 50 1 2,00 Pemarasan Pertanian BARU
14 KAYUNDONGO Parapa 3.200 500 30 0 0,00 Pemarasan Pertanian BARU
15 BORU-BORU Parapa 3.150 465 28 0 0,00 Pemarasan Pertanian BARU
16 PAPA # 1 Kebun/parit 2.275 750 45 0 0,00 Pengaliaran sal. Air PU BARU
17 PAPA # 2 Kebun/parit 2.700 1085 65 0 0,00 Pengalira PU BARU
18 LENGKORI # 1 Parit/sawah 8.500 125 30 0 0,00 Perbaikan saluran Pertanian LAMA
19 LENGKORI # 2 Parit/sawah 2.970 485 59 1 1,69 Perbaikan saluran Pertanian LAMA
20 KALAHA Bekas sawah/rawa 1.300 210 50 1 2,00 Pembuatan sawah Pertanian BARU
21 POTUMBA /BARU Bekas sawah/rawa 1.500 950 57 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian BARU
22 PAMPABUHU # 1 Parit/kabun 2.940 315 19 0 0,00 Pengaliaran sal. Air PU BARU
23 PAMPABUHU # 2 Parit/kabun 1.500 400 24 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
JUMLAH 66.155 10455 860 5 0,58

V DODOLO
1 DANCE Parit/kebun 15.750 255 18 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
2 KALAHA # 1 Parit/kebun 67.500 285 17 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
3 KALAHA # 2 Parit/kebun 39.375 365 20 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
4 KALAHA # 3 Bekas sawah/rawa 45.500 215 13 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian BARU
5 RANTE ONOWA Bekas sawah/rawa 36.000 685 41 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA

112 Petunjuk
120 PedomanTeknis Pengendalian
Pengendalian Schistosomiasis
Schistosomiasis
JUMLAH
KEPADATAN JUMLAH %
NO KODE NAMA FOKUS JENIS FOKUS LUAS (M2) DIPERIKS PENANGANAN SEKTOR KET
KEONG/M2 POSITIF POSITIF
A
6 KOMBARI # 1 Parapah 15.750 300 21 0 0,00 Pemarasan Pertanian LAMA
7 KOMBARI # 2 Parapah 19.875 855 60 0 0,00 Pemarasan Pertanian LAMA
8 KOMBARI # 3 Parit/kebun 11.000 385 27 0 0,00 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
9 KOMBARI # 4 Parit/kebun 96.950 685 48 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
10 BADANTOMATE # 1 Parit/kebun 358.625 345 24 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
11 BADANTOMATE # 2 Parit/kebun 70.000 245 17 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
12 BANGGALI Sal.Pinggir hutan 9.625 0 0 0 0,00 Drainase PU LAMA
13 AREAL 1 Bak Toe 13.000 915 64 1 1,56 Pembersihan Masyarakat BARU
14 AREAL 2 Rawa-rawa 13.500 800 56 0 0,00 Pengeringan PU BARU
JUMLAH 812.450 6335 426 1 0,23

VI WANGA
1 BADANTOMATE Parit/kebun 9.000 1265 76 4 5,26 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
2 BABAKA Parit/kebun 900 785 47 1 2,13 Pengaliaran sal. Air PU BARU
3 PEANA Parit pinggir sawah 15.000 315 19 0 0,00 Perbaikan saluran Pertanian BARU
4 TOWOTE Rawa-rawah 17.250 135 8 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
JUMLAH 42.150 150 5 3,33

VII UPT KADUWAA


1 TRANS KADUWAA # 1Perumahan 1.298 0 0 1.298 0 Pengeringan Masyarakat LAMA
2 TRANS KADUWAA # 2Perumahan 1.663 0 0 1.663 0 Pengeringan Masyarakat LAMA
3 TRANS KADUWAA # 3Perumahan 5.163 0 0 5.163 0 Pengeringan Masyarakat LAMA
4 TRANS KADUWAA # 4Perumahan 1.470 0 0 1.470 0 Pengeringan Masyarakat LAMA
5 TRANS KADUWAA # 5Perumahan 2.363 0 0 2.363 0 Pengeringan Masyarakat LAMA
6 TRANS KADUWAA # 6Perumahan 1.630 0 0 1.630 0 Pengeringan Masyarakat LAMA
7 TRANS KADUWAA # 7Perumahan 1.293 0 0 1.293 0 Pengeringan Masyarakat LAMA
8 TRANS KADUWAA # 8Kebun/parit 2.197 0 0 2.197 0 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
9 TRANS KADUWAA # 9Kebun/parit 3.668 0 0 3.668 0 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
10 TRANS KADUWAA # 10Kebun/parit 947 0 0 947 0 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
11 TRANS KADUWAA # 11Kebun/parit 1.318 0 0 1.318 0 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
12 TRANS KADUWAA # 12Kebun/parit 12.996 0 0 12.996 0 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
13 TRANS KADUWAA # 13Kebun/parit 2.913 0 0 2.913 0 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
14 TRANS KADUWAA # 14Kebun/parit 1.261 0 0 1.261 0 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
15 TRANS KADUWAA # 15Kebun/parit 2.325 0 0 2.325 0 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
16 TRANS KADUWAA # 16Kebun/parit 310 0 0 310 0 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
17 TRANS KADUWAA # 17Kebun/parit 1.660 0 0 1.660 0 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
18 TRANS KADUWAA # 18Kebun/parit 2.215 0 0 2.215 0 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
19 TRANS KADUWAA # 19Kebun/parit 3.583 0 0 3.583 0 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
20 TRANS KADUWAA # 20Persawahan 4.875 0 0 4.875 0 Perbaikan saluran Pertanian LAMA
21 TRANS KADUWAA # 21Persawahan 3.750 0 0 3.750 0 Perbaikan saluran Pertanian LAMA
22 TRANS KADUWAA # 22Persawahan 3.400 0 0 3.400 0 Perbaikan saluran Pertanian LAMA
23 TRANS KADUWAA # 23Persawahan 5.000 0 0 5.000 0 Perbaikan saluran Pertanian LAMA
JUMLAH 67.298 0 0 67.298 0

VIII ALITUPU
1 F # Baru Bekas sawah 4.000 83 5 0 0 Pembuatan sawah Pertanian Baru
2 KIE # 1 Bekas sawah Lama
3 KIE # 2 Bekas sawah Lama
4 KIE # 3 Bekas sawah Lama
5 MASIGI # 1 Bekas sawah 9.450 150 9 0 Pembuatan sawah Pertanian Lama
6 MASIGI # 2 Bekas sawah 13.855 317 19 0 Pembuatan sawah Pertanian Lama
7 SAWAH # 1 Bekas sawah 690 133 8 0 0 Pembuatan sawah Pertanian Lama
8 SAWAH # 2 Bekas sawah 1.470 383 23 1 4,34 Pembuatan sawah Pertanian Lama
9 SAWAH # 3 Bekas sawah 1.080 66 4 1 25 Pembuatan sawah Pertanian Lama
10 JOHAN Kebun / parit 780 217 13 1 7,69 Pengaliran sal. Air PU Baru
11 LIMPO # 2 Parapa 7.500 400 24 0 0 Pemarasan Pertanian Lama
12 PARAPA # 1 Parapa 301 450 27 0 0 Pemarasan Pertanian Lama
13 PARAPA #2 Parapa 9.860 200 12 0 0 Pemarasan Pertanian Lama
14 BARU # 5 Kebun / parit 6.570 267 16 1 6,25 Pengaliran sal. Air PU Baru
15 BARU Kebun / parit 2.500 350 21 2 9,52 Pengaliran sal. Air PU Baru
16 MARKUS Kebun / parit 1.050 67 4 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
17 P.LIA Kebun / parit 750 300 18 3 16,66 Pengaliran sal. Air PU Baru
18 P.ROSE Kebun / parit 2.800 400 24 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
19 KAKUBI Kebun / parit 750 83 5 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
20 H.KARSAM Kebun / parit 2.800 117 7 2 28,57 Pengaliran sal. Air PU Baru
21 SIMA Kebun / parit 2.800 400 24 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru

Petunjuk Pedoman PengendalianSchistosomiasis


Teknis Pengendalian 121
Schistosomiasis 113
JUMLAH
KEPADATAN JUMLAH %
NO KODE NAMA FOKUS JENIS FOKUS LUAS (M2) DIPERIKS PENANGANAN SEKTOR KET
KEONG/M2 POSITIF POSITIF
A
22 SUNARTO Kebun / parit 3.180 113 8 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
23 H.BAKARENGI # 1 Kebun / parit 4.875 117 7 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
24 H.BAKARENGI # 2 Kebun / parit 1.000 117 7 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
25 RICA / ANSAR Kebun / parit 540 483 29 5 17,24 Pengaliran sal. Air PU Baru
26 LILIS Kebun / parit 1.100 133 8 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
27 PAUTUH Mata air 1.125 167 10 0 0 Mollusciciding Kesehatan Baru
28 MUIN Mata air 5.070 200 12 0 0 Mollusciciding Kesehatan Baru
29 P.HENI Mata air 350 150 9 0 0 Mollusciciding Kesehatan Baru
30 P.TARIMA Mata air 495 283 17 10 58,82 Mollusciciding Kesehatan Baru
31 PAHURIA Mata air 520 200 12 0 0 Mollusciciding Kesehatan Lama
32 P.GOLA Kebun / parit 3.135 167 7 3 42,85 Pengaliran sal. Air PU Baru
33 FLORENS # 1 Kebun / parit 2.890 150 9 3 33,3 Pengaliran sal. Air PU Baru
34 FLORENS # 2 Kebun / parit 1.700 550 33 8 2424 Pengaliran sal. Air PU Baru
35 MOSES Kebun / parit 1.760 67 4 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
36 ANTON Kebun / parit 1.800 133 8 1 12,5 Pengaliran sal. Air PU Baru
37 SALUMPAKU # 1 Kebun / parapa 2.975 0 0 0 0 Pemarasan Pertanian Lama
38 SISKA # 1 Kebun / parapa 6.600 83 5 0 0 Pemarasan Pertanian Baru
39 SISKA # 2 Kebun / parapa 8.000 33 2 1 50 Pemarasan Pertanian Baru
40 SALUMPAKU BARU Kebun / parit 4.200 67 4 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
41 ARIANTO Kebun / parit 1.080 267 16 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
42 HENDRIK MUSI Mata air 2.970 500 30 2 6,66 Mollusciciding Kesehatan Baru
43 AKIB # 1 Mata air 1.830 333 20 0 0 Mollusciciding Kesehatan Baru
44 AKIB # 2 Mata air 900 67 4 2 0 Mollusciciding Kesehatan Baru
45 AKIB # 3 Mata air 1.494 150 9 0 0 Mollusciciding Kesehatan Baru
46 AKIB # 4 Mata air 2.160 267 16 1 6,25 Mollusciciding Kesehatan Baru
47 AKIB # 5 Mata air 5.600 283 17 0 0 Mollusciciding Kesehatan Baru
48 AKIB # 6 Mata air 9.375 217 13 2 15,38 Mollusciciding Kesehatan Baru
49 AKIB # 7 Mata air 5.335 483 29 3 10,34 Mollusciciding Kesehatan Baru
50 AKIB # 8 Mata air 6.875 183 11 0 0 Mollusciciding Kesehatan Baru
51 ROBONGA Kebun / parit 22.500 200 12 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
52 AMPANA # 1 Kebun / parit 800 50 3 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
53 AMPANA # 2 Kebun / parit 5.050 100 6 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
54 LANCIRANG Kebun / parit 600 117 7 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
55 SOPPENG Kebun / parit 500 167 10 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
56 ANWAR Kebun / parit 167 10 1 10 Pengaliran sal. Air PU Baru
57 MATI-MATI # 1 Kebun / parit 228 17 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
58 MATI-MATI # 2 Kebun / parit 117 10 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
59 SUDENG Kebun / parit 33 2 1 50 Pengaliran sal. Air PU Baru
60 AZIS Kebun / parit 83 5 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
JUMLAH 187.390 11608 701 54 7,70

IX WINOWANGA
1 KABUREANA MATI-MATIParit/kebun 5.000 275 22 1 4,54 Pengaliran sal. Air PU BARU
2 KABUREANA MATI-MATIParit/kebun 375 888 71 1 1,4 Pengaliran sal. Air PU BARU
3 KABUREANA MATI-MATIParit/kebun 750 600 48 1 2,08 Pengaliran sal. Air PU BARU
4 BACO Parit/kebun 500 700 42 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
5 ALANG Parit/kebun 625 500 30 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
6 PAPA JUMA 1 Parit/kebun 750 467 28 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
7 PAPA JUMA 2 Parit/kebun 640 1.667 100 1 1 Pengaliran sal. Air PU BARU
8 PAPA JUMA 3 Parit/kebun 625 1.250 100 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
9 NOPU-NOPU Parit/kebun 1.150 317 19 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
10 DOPI-DOPI (BARU) 1 Parit/kebun 7.000 850 51 9 17,64 Pengaliran sal. Air PU BARU
11 DOPI-DOPI (BARU) 2 Parit/kebun 3.750 613 49 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
12 DOPI-DOPI LAMA Parit/kebun 740 583 35 0 0 Pengaliran sal. Air PU LAMA
13 BERITA Parit/kebun 6.900 117 7 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
14 MADA Parit/kebun 2.500 417 25 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
15 IDRIS Parit/kebun 2.250 100 6 1 16,66 Pengaliran sal. Air PU BARU
16 PAPA-LELE Hutan 1.500 1.050 63 0 0 Penyemprotan Kesehatan BARU
17 NAROBO 1 Sawah 4.000 567 34 0 0 Intensifikasi Pertanian BARU
18 NAROBO 2 Sawah 17.500 433 26 0 0 Intensifikasi Pertanian BARU
19 RAMPILO Irigasi 1.190 383 23 6 26,08 Pembersihan Masyarakat BARU
20 PAPA SANTI Kolam 400 717 43 2 4,65 Pembersihan Masyarakat BARU
21 PAPA ELA Sawah 300 200 12 0 0 Intensifikasi Pertanian BARU
22 TUKARAREMBA Parit/kebun 1.000 467 28 2 7,14 Pengaliran sal. Air PU BARU
23 IMAM SLAMET Parit/kebun 5.760 317 19 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
24 WULE-WULE Kolam 2.000 0 0 0 0 Pembersihan Masyarakat LAMA
25 YOSEP LOLAI Bekas Sawah 4.000 283 17 0 0 Pembuatan sawah Pertanian BARU
26 DOAMANU Kolam/Kebun 600 300 18 3 16,66 Pembersihan Masyarakat BARU
27 MARTINUS SIKOMBONG Kolam/Kebun 1.500 200 12 0 0 Pembersihan Masyarakat BARU
28 GILINGAN Pinggir Irigasi 500 367 22 2 9,09 Pembersihan Masyarakat LAMA
29 MPEMAU 3 Parit/kebun 1.000 233 14 2 14,28 Pengaliran sal. Air PU BARU
30 KETIMUN Parit/kebun 1.500 133 8 3 37,5 Pengaliran sal. Air PU BARU

122
114 Petunjuk
PedomanTeknis
Pengendalian Schistosomiasis
Pengendalian Schistosomiasis
JUMLAH
KEPADATAN JUMLAH %
NO KODE NAMA FOKUS JENIS FOKUS LUAS (M2) DIPERIKS PENANGANAN SEKTOR KET
KEONG/M2 POSITIF POSITIF
A
31 F-SUMUR Saluran air 2.000 567 34 2 5,88 Pembersihan Masyarakat BARU
32 F-SUDIRMAN Saluran air 750 1.217 73 18 24,65 Pembersihan Masyarakat BARU
33 ALPIN/CINA Saluran air 1.250 300 18 0 0 Pembersihan Masyarakat BARU
34 MATIUS Parit/Kebun 125 200 12 2 16,66 Pengaliran sal. Air PU BARU
35 BOBOLO WATU Saluran air/Kkebun 3.000 50 3 1 33,33 Pengaliran sal. Air PU LAMA
36 TANAH BONE Parit/kebun 1.050 200 12 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
37 HASDIN Parit/Kebun 275 217 13 3 23,07 Pengaliran sal. Air PU BARU
38 RANTE LAYU Parit/Kebun 2.000 200 12 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
39 NIPA Parit/Sawah 4.480 467 28 3 10,7 Perbaikan saluran Pertanian BARU
40 BARU IV Kebun/parit 8.840 417 25 1 4 Pengaliran sal. Air PU BARU
41 MPEMAU I Parit/Kebun 1.600 283 17 2 11,76 Pengaliran sal. Air PU BARU
42 JEMARI Parit/Kebun 575 250 15 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
43 BAHARUDIN Parit/Kebun 500 200 12 1 5,88 Pengaliran sal. Air PU BARU
JUMLAH 102.750 19562 1246 67 5,38

X. MAHOLO

1 F BARU 1 Sawah 7.500 0 0 0 0 Intensifikasi Pertanian LAMA


2 F BARU 2 Sawah 4.080 0 0 0 0 Intensifikasi Pertanian LAMA
3 TOBAT (LAMA) Sawah 9.100 350 21 0 0 Intensifikasi Pertanian LAMA
4 F BARU 3 Sawah 250 450 27 0 0 Intensifikasi Pertanian BARU
5 F BARU 4 Sawah 6.000 383 23 0 0 Intensifikasi Pertanian BARU
6 BANGA - BANGA 1 Sawah/parit 1.400 467 28 0 0 Perbaikan saluran Pertanian BARU
7 ARE BOE 1 Kebun/parit 6.000 367 22 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
8 ARE BOE 2 Kebun/parit 3.000 483 29 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
9 ARE BOE 3 Kebun/parit 1.500 517 31 1 3,23 Pengaliran sal. Air Pu BARU
10 SALUA Kebun/parit 1.500 350 21 0 0 Pengaliran sal. Air PU LAMA
11 BANGA BANGA 2 Sawah/parapa 3.000 483 29 2 6,9 Pemarasan Pertanian BARU
12 SAWAH/P.LELI Sawah 7.200 483 29 1 3,45 Intensifikasi Pertanian LAMA
13 SAWAH/P.FELMA Kebun/parit 1.500 350 21 0 0 Pengaliran sal. Air PU LAMA
14 PINGGIR JALAN Sawah/parit 525 117 7 0 0 Perbaikan saluran Pertanian LAMA
15 NGKEWASE Sawah/parit 9.400 600 36 0 0 Perbaikan saluran Pertanian LAMA
16 F LAMA (TEBAT) Sawah/rawa 5.070 317 19 0 0 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
17 TOBU 1 Kebun/parit 3.000 300 18 1 5,55 Pengaliran sal. Air PU BARU
18 TOBU 2 Kebun/parit 6.000 383 17 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
19 PELINDO 1 Kebun/parit 5.250 150 9 0 0 Pengaliran sal. Air PU LAMA
20 PELINDO 2 Kebun/parit 2.160 0 0 0 0 Pengaliran sal. Air PU LAMA
21 PELINDO 3 Kebun/parit 6.000 233 14 1 7,14 Pengaliran sal. Air PU LAMA
22 BULI BULI 1 Kebun/parit 22.500 467 28 2 9,14 Pengaliran sal. Air PU BARU
23 BULI BULI 2 Kebun/parit 1.000 433 26 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
24 BULI BULI 3 Kebun/parit 450 317 19 1 5,26 Pengaliran sal. Air PU BARU
25 NAHE-NAHE 3 Kebun/parit 1.500 517 31 1 3,22 Pengaliran sal. Air PU BARU
26 NAHE NAHE 2 Sawah/parit 4.000 533 32 2 6,25 Perbaikan saluran Pertanian BARU
27 NAHE-NAHE LAMA Sawah 3.375 0 0 0 0 Intensifikasi Pertanian LAMA
28 KARAWOSI # 1 Sawah 5.000 450 27 0 0 Intensifikasi Pertanian BARU
29 KARAWOSI # 2 Sawah 7.000 483 29 1 3,45 Intensifikasi Pertanian BARU
30 KARAWOSI # 3 Sawah 3.750 383 23 0 0 Intensifikasi Pertanian BARU
31 KARAWOSI # 4 Sawah 4.800 533 32 0 0 Intensifikasi Pertanian BARU
32 KARAWOSI # 5 Sawah 8.800 417 25 0 0 Intensifikasi Pertanian BARU
33 KARAWOSI # 6 Sawah 4.675 283 17 1 5,88 Intensifikasi Pertanian BARU
34 KARAWOSI # 7 Sawah 475 483 29 0 0 Intensifikasi Pertanian BARU
35 KARAWOSI # 8 Sawah 2300 350 21 1 4,76 Intensifikasi Pertanian BARU
36 KARAWOSI # 9 Hutan 6.000 617 37 0 0 Mollusciciding Kesehatan BARU
37 KARAWOSI # 10 Sawah 2.550 383 23 0 0 Intensifikasi Pertanian BARU
38 SALU BARU #1 Sawah/Gilingan 3.000 467 28 0 0 Intensifikasi Pertanian BARU
39 SALU BARU # 2 Sawah 1.600 517 31 0 0 Intensifikasi Pertanian BARU
40 SALU BARU # 3 Sawah/parit 11.500 433 26 2 7,69 Perbaikan saluran Pertanian BARU
41 SALU LAMA Sawah/parit 43.000 617 37 1 2,7 Perbaikan saluran Pertanian LAMA
42 NAHE-NAHE # 2 Sawah/parit 2.000 450 27 0 0 Perbaikan saluran Pertanian BARU
JUMLAH 228.710 15916 949 18 1,90

XI. UPT TAMADUE

1 UPT TAMADUE 1 Sawah 180.000 0 0 0 0 LAMA


2 UPT TAMADUE 2 Sawah 100.000 0 0 0 0 LAMA
3 UPT TAMADUE 3 Sawah 32.000 0 0 0 0 LAMA
4 UPT TAMADUE 4 Kebun/Mata air 2.550 233 14 0 0 LAMA
5 UOT TAMADUE 5 Kebun/Mata air 875 383 23 0 0 LAMA
6 UPT TAMADUE 6 Kebun/Mata air 5.250 433 26 0 0 LAMA
7 UPT TAMADUE 7 Kebun/Mata air 5.000 317 19 1 5,26 LAMA
8 UPT TAMADUE 8 Kebun/Mata air 1.500 283 17 1 5,88 LAMA

Pedoman Pengendalian Schistosomiasis 123


Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis 115
JUMLAH
KEPADATAN JUMLAH %
NO KODE NAMA FOKUS JENIS FOKUS LUAS (M2) DIPERIKS PENANGANAN SEKTOR KET
KEONG/M2 POSITIF POSITIF
A
9 UPT TAMADUE 9 Kebun/Mata air 36.750 650 39 2 5,12 LAMA
10 UPT TAMADUE 10 Kebun 25.000 0 0 0 0 LAMA
11 UPT TAMADUE 11 Kebun 2.000 0 0 0 0 LAMA
12 UPT TAMADUE 12 Perumahan 45.000 0 0 0 0 LAMA
13 UPT TAMADUE 13 Perumahan 17.500 0 0 0 0 LAMA
14 UPT TAMADUE 14 Sawah/Parapa 15.000 500 30 0 0 LAMA
15 UPT TAMADUE 15 Kebun 200 117 7 0 0 LAMA
16 UPT TAMADUE 16 Kebun/Sawah 2.080 367 22 0 0 LAMA
17 UPT TAMADUE 17 Kebun/Sawah 2.500 183 11 0 0 LAMA
18 UPT TAMADUE 18 Kebun 3.000 400 24 0 0 LAMA
19 UPT TAMADUE 19 Kebun 1.875 450 27 0 0 LAMA
20 UPT TAMADUE 20 Kebun 2.625 317 19 1 5,26 LAMA
21 UPT TAMADUE 21 Sawah 2.500 250 15 0 0 LAMA
JUMLAH 483.205 4883 293 5 1,71

XII. TAMADUE

1 B.RENE Parit/Kebun 13.750 1133 68 2 2,94 Pengaliaran sal. Air PU BARU


2 B.MAO / POTINDIA Sawah/parit 8.550 325 23 0 0 Perbaikan saluran PU BARU
3 BULUWATU LAMA Parapa 1.500 129 9 0 0 Pemarasan Pertanian LAMA
4 POTINDIA BARU Sawah/rawa 4.500 17 2 0 0 Intensifikasi Pertanian BARU
5 PEMANGA MANU Sawah/rawa 11.050 458 55 1 1,8 Intensifikasi Pertanian BARU
6 PEMANGA MANU Sawah 4.800 154 20 0 0 Intensifikasi Pertanian LAMA
7 POTOEYA LAMA Sawah/Rawa 3.000 175 14 1 7,14 Intensifikasi Pertanian LAMA
8 B. KUMBO Parapa 3.900 243 17 0 0 Pemarasan Pertanian BARU
9 BULU MALIKO Sawah/Parit 2.700 186 13 0 0 Intensifikasi Pertanian LAMA
10 BULU MALIKO Sawah/parit 2.400 500 30 3 10 Intensifikasi Pertanian BARU
11 F.L.B PESUANGA Hutan/Padang 17.100 300 18 3 16,7 Pembuatan kebun Pertanian LAMA
12 L.TINIMBO Sawah/Parit 8.325 100 9 0 0 Intensifikasi Pertanian LAMA
13 B.WURA Sawah/Parit 7.875 383 23 0 0 Intensifikasi Pertanian BARU
14 SAWA 4 (SIU) LAMA Sawah/parit 3.375 250 15 0 0 Intensifikasi Pertanian LAMA
15 KATUHUA BOMGKA Kebun/Parit 8.505 113 9 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
16 TEBAT Kebun/Parit 12.675 588 37 0 0 Pengaliran sal. Air PU LAMA
17 PARAPA SAM BOLO2 Kebun/Parit 8.150 717 43 3 6,97 Pengaliran sal. Air Pertanian BARU
18 POHUNGKUA Sawah/Parit/Prp 3.000 267 16 1 6,25 Intensifikasi Pertanian BARU
19 PEHAKUA Sawah/parit 3.000 450 27 2 7,4 Intensifikasi Pertanian BARU
20 MBARANA Hutan 7.100 375 30 1 3,33 Penyemprotan Kesehatan BARU
21 L.POHAMBA Kebun/Parit 10.800 0 0 0 0 Pengaliran sal. Air PU LAMA
22 SAWAH 1 Sawah 8.000 0 0 0 0 Intensifikasi Pertanian LAMA
23 SAWAH 2 Sawah 7.000 0 0 0 0 Intensifikasi Pertanian LAMA
24 SAWAH 3 Sawah 5.600 14 1 0 0 Intensifikasi Pertanian LAMA
25 KANA Hutan 3.750 0 0 0 0 Penyemprotan Kesehatan LAMA
26 TAWAILIA Kebun/Parit 12.750 350 21 2 9,52 Pengaliran sal. Air PU BARU
27 PINGGIR HALULAI Kebun/Parapa 7.125 283 17 1 5,88 Pemarasan Pertanian BARU
JUMLAH 190.280 7510 517 20 3,87

XII. WATUTAU

1 BALAROA Kebun/partit 3.450 0 0 0 0 LAMA


2 HALUPUPU # 1.2 Sawah/parit 7.168 516 31 0 0 Intensifikasi Pertanian LAMA
3 HALUPUPU # 3.4 Sawah/parit 4.600 0 0 0 0 Intensifikasi Pertanian LAMA
4 POBAUA Parapa 6.669 333 20 2 10 Pemarasan Pertanian LAMA
5 SAMBALABA/BENGKI Sawah/parapa 8.092 83 5 1 20 Intensifikasi Pertanian LAMA
6 APARA Kebun/parit 680 517 31 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
JUMLAH 30.659 1449 87 3 3,45

XIII. KALIMAGO

1 KALIMAGO 1 Hutan/Mata air 5.100 533 32 4 12,5 Penyemprotan Kesehatan BARU


2 KALIMAGO 2 Belukar/rumput 1.720 1.033 62 3 4,83 Pembuatan sawah Pertanian BARU
3 KALIMAGO 3 Kebun/Parit 13.175 283 17 0 0 Pengaliran sal. Air Pertanian BARU
4 KALIMAGO 4 Sawah 1.000 450 27 0 0 Intensifikasi Pertanian BARU
5 KALIMAGO 5 Parit/Parapa 2.100 550 33 3 9,09 Pemarasan Pertanian BARU
6 KALIMAGO 6 Belukar/rumput 11.250 217 13 0 0 Pembuatan sawah Pertanian BARU
JUMLAH 34.345 3066 184 10 5,43

124 Pedoman Pengendalian Schistosomiasis


116 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis

Anda mungkin juga menyukai