Organization
PETUNJUK TEKNIS
PENGENDALIAN SCHISTOSOMIASIS
Lampiran .................................................................................................................. 97
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 104
Data Fokus keong Perantara ................................................................................. 105
1.1. Schistosomiasis
Schistosomiasis atau bilharziasis, adalah penyakit parasit yang disebabkan
oleh cacing trematoda darah dari genus Schistosoma. Cacing ini hidup di
dalam pembuluh darah vena manusia dan binatang mamalia di beberapa
daerah tropik dan sub tropik. Ada tiga spesies cacing trematoda utama
yang menjadi penyebab Schistosomiasis yaitu Schistosoma japonicum,
schistosoma haematobium dan schistosoma mansoni. Sedangkan spesies
Schistosoma mekongi dan Schistosoma intercalatum lebih jarang dilaporkan
kasus infeksinya. Untuk kelangsungan hidupnya parasit membutuhkan
keong perantara. Bentuk larva dari parasit, dilepaskan dari keong perantara,
menembus kulit orang yang kontak dengan air tersebut. Di Indonesia
Schistosomiasis atau disebut demam keong disebabkan oleh cacing
Schistosoma japonicum. Cacing dewasa hidup di dalam vena hepatica dan
vena mesenterika superior serta cabang-cabangnya. Berbagai jenis binatang
dapat menjadi hospes reservoir, misalnya tikus, sapi, kerbau dan mamalia liar
lainnya karena Schistosomiasis japonika merupakan zoonosis.
2. Stadium Akut
o Mulai sejak cacing bertelur
o Efek patologis tergantung jumlah telur yang dikeluarkan dan jumlah
cacing .
o Keluhan : demam, malaise, berat badan menurun
o Pada infeksi berat terjadi sindroma disentri
o Hepatomegali timbul lebih dini disusul splenomegali; terjadi 6-8 bulan
setelah infeksi.
Cacing betina
Ukuran 20 X 0.25 mm 14 x 0.25 mm 26 x 0.3 mm.
Ovarium Posterior pertengahan badan Anterior pertengahan badan Pertengahan badan
Telur dalam uterus 20-30 butir 1-3 butir 50 butir atau lebih
Sekum yang menyatu Panjang (menyatu di Terpanjang (menyatu di Pendek (menyatu di
pertengahan badan) anterior pertengahan posterior pertengahan
badan) badan)
Hospes perantara Bulinus (Physopsis dan Biomphalaria dan Oncomelania hupensis
Planorbarius) Australorbis
Hospes Definitif Manusia Manusia Manusia & hewan
Babon Babon domestik
Penyebaran Geografis Afrika, Timur Tengah & Afrika dan Amerika Timur Jauh (Oriental)
Timur Dekat Selatan
Habitat Pleksus vena vesikalis Plexus mesenterikus Plexus mesenterikus
dan prostatika daerah sigmoidorektal daerah ileocaecalis (v.
(v. mesenterika inferior mesenterika superior
dan cabang-cabangnya) dan cabang- cabangnya)
Telur Duri terminal Duri lateral Bejolan lateral
1.7 Diagnosis
1.8. Pengobatan
Obat pilihan berdasarkan uji klinis adalah praziquantel, turunan kuinolon.
Praziquantel umumnya diberikan dalam dosis tunggal atau dibagi dua dari
60 mg / kg berat badan. Praziquantel yang paling efektif membunuh cacing
dewasa schistosoma.
2.1. Pendahuluan
Schistosomiasis hanya terdapat di Propinsi Sulawesi Tengah, di Kabupaten
Sigi, di Lembah Lindu dan di Kabupaten Poso, di Lembah Napu dan Bada. ini
erat kaitannya dengan lingkungan, yaitu pertanian, perkebunan . Umumnya
fokus keong perantara ditemukan di daerah pertanian dan perkebunan Keong
Perantara, Oncomelania hupensis lindoensis memiliki beberapa lingkungan
habitat. Di Kabupaten Sigi, habitat atau fokus keong perantara dominan
ditemui di kebun coklat yang berdekatan dengan lokasi hutan lindung, yang
jauh dari pemukiman penduduk. Hasil survei juga menunjukkan bahwa fokus
keong perantara infektif ditemukan di beberapa pemukiman masyarakat.
2.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Schistosomiasis tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
2. Tujuan Khusus
a. Menurunnya prevalensi Schistosomiasis pada manusia < 1% angka
b. Menurunnya prevalensi Schistosomiasis pada keong perantara <1%
c. Menurunnya prevalensi Schistosomiasis pada binatang (tikus, sapi,
kerbau, kuda,babi) < 1%
2.4. Kebijakan
1. Pengendalian Schistosomiasis merupakan salah satu prioritas nasional
2. Pelaksanaan pengendalian Schistosomiasis di Indonesia dengan
menerapkan program pengendalian Schistosomiasis yaitu memutuskan
rantai penularan Schistosomiasis
3. Satuan lokasi pelaksanaan pengendalian Schistosomiasis adalah desa.
2.5. Strategi
1. Memperkuat peran Kab & Prop dlm upaya pengendalian Schistosomiasis
2. Memperkuat kerjasama LS & LP serta swasta dalam rangka pembangunan
terpadu daerah endemis Schistosomiasis
3. Memperkuat peran masyarakat di daerah endemis untuk mendukung
secara aktif upaya eliminasi Schistosomiasis
4. Meningkatkan kualitas SDM, sistem surveilans, monitoring dan evaluasi
3.1. TUJUAN
Survai tinja penduduk dimaksudkan untuk :
Menentukan derajat endemisitas (prevalensi) Schistosomiasis pada
penduduk di daerah yang diperiksa dan ditegakkan dengan menemukan
telur cacing Schistosoma japonicum dalam tinja.
Untuk menilai hasil kegiatan pengendalian Schistosomiasis yang
dilakukan, khususnya pengendalian terhadap cacing dewasanya dengan
melakukan pengobatan massal menggunakan praziquantel.
Mengamati penderita positif tinja dari setiap kegiatan survai yang
dilakukan untuk menentukan masih ada atau tidaknya transmisi
penularan.
Secara keseluruhan survai ini dapat dipergunakan sebagai tolok ukur untuk
menilai kebersihan program pengendalian Schistosomiasis yang telah
ditargetkan yaitu menurunkan prevalensi pada manusia dibawah 1%.
3.2. Metode
Survai tinja dilakukan secara massal (mass survey) pada penduduk yang
berumur 2 tahun ke atas di daerah endemis
Pengambilan sampel tinja penduduk dilakukan selama tiga hari berturut-
turut (3 kali pengambilan sampel) untuk setiap orang.
Setiap sampel tinja dibuat 3 sediaan (preparat) dengan menggunakan
metode modifikasi Kato Katz yang kemudian diperiksa di bawah mikroskop.
Sampel dinyatakan negatif (-) apabila 3 hari berturut-turut tidak ditemukan
telur Schitosoma Japonicum dalam tinjanya.
2. Pelaksanaan Survai
A. Sensus penduduk
Keterangan :
(a) = adalah penduduk daftar tetap
(b) = adalah penduduk daftar tambahan/tidak tetap.
NO KODE UMUR
NAMA LENGKAP PEKERJAAN
KK URUT LK PR
1. a.
b.
2. a .
b.
3. a .
b.
SUB TOTAL : a.
b.
TOTAL
SCHISTOSOMIASIS
DESA : __________ KECAMATAN : __________
KABUPATEN : __________ PROVINSI : __________
SEBELUM/SESUDAH PENGOBATAN KE :
KABUPATEN : KECAMATAN :
SURVAI PENDAHULUAN SURVAI EVALUASI I SURVAI EVALUASI II
DESA/ JLH ( )* ( )* ( )*
NO DST
KAMPUNG PDDK JLH JLH % JLH JLH % JLH JLH %
DPRKS POS POS DPRKS POS POS DPRKS POS POS
1. a.
b.
2. a.
b.
4.1. DOSIS
Obat yang digunakan yaitu praziquantel dengan dosis 30 mg/kg BB/dosis
diberikan 2 dosis dalam satu hari, total 60 mg/kg/BB. Jarak pemberian
dosis pertama dengan dosis kedua tidak boleh kurang dari 4 jam dan
tidak boleh lebih dari 6 jam. Obat diminum sesudah makan. Selain obat
praziquantel disediakan juga obat penawar karena obat praziquantel
menimbulkan efek samping antara lain, demam, sakit kepala, pusing,
mual, dan lain-lain.
d. Pemberian obat.
Kader memberikan obat praziquantel kepada orang yang ditentukan
sesuai dengan berat badan. Untuk memudahkan petugas dalam
menghitung jumlah obat yang akan diberikan dapat dipergunakan
daftar Form3.
Penduduk minum obat di hadapan petugas untuk dosis pertama.
Form pengobatan ditulis jam pemberian dosis pertama dan kedua.
(form catatan pengobatan)
Untuk penduduk yang tidak datang atau tidak datang kembali pada
pengobatan dosis kedua, petugas mendatangi rumah penduduk.
4. Pelaporan Pengobatan
Hasil pengobatan massal dilaporkan setiap akhir pelaksanaan
pengobatan. Hal-hal yang harus dilaporkan :
2. Pengobatan perorangan :
2.1. Pengobatan diberikan kepada :
Penderita menunjukkan gejala klinis Schistosomiasis.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya telur
Schistosoma japonicum.
Belum minum obat pada saat pengobatan massal/selektif
2.2. Pelaksana : petugas puskesmas (dokter, perawat)
Cara pemberian pengobatan :
o Dosis 30 mg/kg BB/dosis, 2 dosis seperti pada pengobatan massal.
o Disediakan obat penawar kalau timbul reaksi samping obat.
f. Pemeriksaan Fisik :
Dilakukan oleh dokter/perawat.
Pemeriksaan fisik terdiri dari :
Pemeriksaan terutama mengenai keadaan umum penderita, apakah
ikterus, pelebaran vena di dinding perut (caput medusae) atau adanya
sesak nafas.
Palpasi dan perkusi menentukan adanya hepatomegali, splenomegali,
ascites dan oedema pada tungkai.
Auskultasi : pemeriksaan paru-paru dan jantung.
Penentuan pembesaran hati dan limpa, Pemeriksaan dilakukan
dengan cara :
Form 1
KARTU PENGOBATAN
NO.:
Nama kepala keluarga No.kode KK
Nama : ..
Tgl. Lahir : ..
Desa/Kampung : ..
Kecamatan : ..
Kabupaten : ..
JUMLAH WAKTU
BERAT
TANGGAL TABLET/ DOSIS I DOSIS II KETERANGAN
BADAN
KALI
nomor kode
NAMA PENDUDUK : ................................ DESA : .........................
UMUR : ......................... TH KECAMATAN : .........................
KELAMIN : ..........LK /PR KABUPATEN : ...............LK /PR nama kep. keluarga
Tanggal pengobatan
Anamnesa :
- Demam
- Mual/muntah
- Nafsu makan
- Lemah
- Batuk/sesak
- Perut membesar
- Riwayat disentri
- kapan
- frekwensi
- Keluhan gatal (urcaria)
- Epilepsi
- Melena
- Haematemesis
Pemeriksaan klinis :
- Hepatomegali (Cm di bawah arcuv-
custae)
- Splenomegali schufner (S)
- Ascites
- Odema
- Lain - lain
Keadaan Fisik :
- Tinggi badan (cm)
- Berat badan (kg)
DOSIS :
- Jumlah tablet / kali
- Dosis I, Dosis II DI D II DI D II DI D II DI D II DI D II DI D II
Reaksi Pengobatan :
- Gangguan abdomen (nyeri, mual)
- Muntah
- Demam
- Sakit kepala
- Kelainan kulit
- Lain-lain
2 15
3 20 1 1
1
4 25 1
5 30 1 1
6 35 1 1
7 40 2 2
8 45 2 2
9 50 2 2
10 55 2 2
11 60 3 3
12 65 3 3
13 70 3 3
14 75 3 3
15 80 4 4
16 85 4 4
17 90 4 4
18 95 4 4
19 100 5 5
DESA : . TANGGAL : .
KECAMATAN : . PENGOBATAN : .
KABUPATEN : .
Penanggung jawab,
()
Form 5a Form 5a
LaporanLaporan
Hasil Hasil Pengobatan Massal
Pengobatan Massal Penduduk
Penduduk
SUB TOTAL a.
b.
TOTAL
43
Form 5b
Form 5b
Rekapitulasi Hasil Pengobatan Massal Schistosomiasis
Rekapitulasi Hasil Pengobatan Massal
Dengan Praziquantel
Schistosomiasis Dengan Praziquantel
Rekapitulasi
Rekapitulasi Laporan Reaksi
Laporan Reaksi Samping
Samping PengobatanPengobatan
Rekapitulasi
FORMULIRLaporan Reaksi
PENCATATAN Samping Pengobatan
PENDERITA/TERSANGKA
MENDERITA SCHISTOSOMIASIS ( DEMAM KEONG )
Diisi oleh Petugas Kesehatan
6. Pemeriksaan :
Anamnesa ( lingkari kalau ada ) Physik
a. Tanggal mulai sakit : . a. Pembesaran hati
b. Gatal-gatal b. Pembesaran limpa :
c. Demam c. Ascites
d. Perut kern bung d. Anaemis
e. Mual e. Lain-lain sebutkan ) :
f. Nyeri uluati
g. Mencret : 1. ada darah dan lendir.
2. tak ada darah dan lendir.
4.4.1 Pendahuluan
4.4.2 Tujuan
Tujuan Umum : Untuk menunjang kegiatan pengendalian Schistosomiasis.
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui situasi penyakit dari waktu ke waktu secara terus
menerus.
2. Untuk kewaspadaan dini agar bisa diketahui secara cepat adanya penderita
schistosomiasis yang dapat menjadi sumber penular penyakit, sehingga
dapat dilakukan tindak lanjut yang segera dan memutus penularan.
FORM 1
Formulir Laporan Tersangka Penderita Schistosomiasis
( Demam Keong )
Diisi oleh : Kader
6. Pemeriksaan :
Anamnesa ( lingkari kalau ada ) Physik
h. Tanggal mulai sakit : . a. Pembesaran hati
i. Gatal-gatal b. Pembesaran limpa :
j. Demam c. Ascites
k. Perut kern bung d. Anaemis
l. Mual e. Lain-lain sebutkan ) :
m. Nyeri uluati
n. Mencret : 1. ada darah dan lendir.
2. tak ada darah dan lendir.
PUSKESMAS :
KECAMATAN :
TOTAL
Mengetahui,
Kepala Lab. Schistosomiasis Kepala Puskesmas
()
(....................................) (....................................)
KETERANGAN : *) Contoh : Untuk bulan Februari yang dicatat ialah jumlah orang yang kontak fokus
pada bulan Januari.
KECAMATAN : TAHUN:
2 T T T T T T T T T T T T T
1.
3
2.
4 3.
4.
5
5.
6 6.
7 7.
8.
8 9.
9 10.
10
Keterangan : K = Klinis = Jumlah penderita klinis Schisto, tulis di pojok kiri atas.
T = Tertular = Jumlah yang tinjanya positip Schisto, tulis di pojok kanan bawah.
Keterangan : * Nama kecamatan/lokasi tulis, misalkan Kulawi/Lindu; Lore Utara/Napu atau Lore Utara/Besoa Kadinkes Kab
** Nama Bulan, tulis Maret atau April dsb.
*** Tertular Schisto = mereka yang tidak menunjukkan gejala klinis, tetapi tinjanya positip Schisto. ( )
FORM 7
Kompilasi/ Laporan Triwulan Provinsi Form 7
Pengamatan Rutin Schistosomiasis
PROVINSI : TAHUN :
Keterangan : * Nama kecamatan/lokasi tulis, misalkan Kulawi/Lindu; Lore Utara/Napu atau Lore Utara/Besoa
59
*** Tertular Schisto = mereka yang tidak menunjukkan gejala klinis, tetapi tinjanya positip Schisto.
( )
Gambar 1
Gambar 1
SPOT MAP PENDERITA/TERTULAR
SCHISTOSOMIASIS
LEMBAH : NAPU
KECAMATAN : LORE UTARA
KABUPATEN : POSO
PROVINSI : SULAWESI TENGAH
CONTOH :
= 1 orang penderita klinis schisto, pada bulan Oktober
= 2 orang positip tinja, bulan Februari
= 3 orang positip tinja bulan Desember
LEMBAH : BESOA
KECAMATAN : LORE UTARA
KABUPATEN : POSO
PROVINSI : SULAWESI TENGAH
LEMBAH : LINDU
KECAMATAN : KULAWI
KABUPATEN : DONGGALA
PROVINSI : SULAWESI TENGAH
CONTOH :
= 1 orang penderita klinis schisto, pada bulan Oktober
5.1. Pendahuluan
5.3. Metode.
Untuk melakukan survei keong penular Schistosomiasis maka digunakan
metode-metode sebagai berikut :
1. Untuk menentukan distribusi dan penyebaran keong perantara
dilakukan dengan jalan mencari tempat-tempat perindukan (fokus)
keong. Karena mengingat luas wilayah yang cukup besar dan bentuk
daripada keong tersebut sangat kecil maka pencarian diprioritaskan
berdasarkan indikasi-indikasi :
a.
Daerah-daerah/tempat-tempat yang mempunyai habitat yang
memungkinkan keong dapat dengan baik hidup dan berkembang biak
seperti telah diuraikan di atas.
b. Indikasi tikus positif, sebagai hasil dari survei tikus.
Pada daerah sekitar diketemukannya tikus positif Schistosoma
japonicum dilakukan pencarian tempat perindukan keong lebih teliti,
karena biasanya tidak jauh dari tempat diketemukannya tikus positif
tersebut terdapat fokus (tempat perindukan) keong.
64 Petunjuk Teknis Pengendalian Schistosomiasis
c. Indikasi penderita tinja positif.
Dengan diketahuinya para penderita positif tinja yang berkelompok
dengan infeksi yang berkali-kali setelah diketahui dari hasil-hasil survei
sebagai evaluasi pengobatan yang telah dilakukan beberapa kali,
maka umumnya dimana para penderita tersebut melakukan kegiatan
sehari-harinya seperti mencuci, mandi, bersawah, mengambil kayu
bakar dan lain-lain. Di tempat-tempat inilah biasanya didapatkan
tempat perindukan/fokus keong perantara.
2. Untuk menentukan prevalensi keong positif mengandung serkaria,
digunakan metode "Crushing method" atau cara pemecahan yaitu
dengan memecah keong kemudian diperiksa dengan mikroskop untuk
dicari serkarianya.
3. Untuk menentukan populasi dan kerapatan keong digunakan metode
gelang besi yaitu pengambilan contoh keong dengan memakai sebuah
alat berupa cincin besi yang mempunyai ukuran luas tertentu, 1/70 cm2.
4. Survei ini dilakukan secara rutin setiap 6 bulan sekali, sejalan dengan
kegiatan-kegiatan lainnya.
A. Persiapan.
Bahan dan peralatan survei keong perantara Schistosomiasis perlu dipersiapkan
se-cukupnya baik untuk kegiatan di lapangan maupun di laboratorium.
Adapun jenis bahan dan peralatan yang diperlukan serta jumlah yang
diperlukan dapat dilihat secara terperinci pada Form1.
Pelaksanaan ini dilakukan oleh petugas kesehatan bersama-sama dengan
kader yang telah mendapat penataran.
B. Pelaksanaan lapangan.
1. Pencarian fokus (tempat perindukan) keong perantara.
a. Petugas harus terlindung dari kemungkinan terinfeksinya oleh serkaria
dengan menggunakan sepatu boot water-proof, sarung tangan karet
serta membawa peralatan berupa pinset, kantong keong, alat tulis,
kertas, kapas alkohol sebagai bahan disinfektan dan lain-lain.
b. Mencari informasi dari masyarakat setempat dimana daerah-daerah
yang dicurigai sebagai habitat yang cocok untuk kehidupan keong
Oncomelania hupensis lindoensis.
c. Pada tempat-tempat yang dicurigai dilakukan pencarian keong. dengan
mengunakan pinset untuk mengambilnya dan kantong dari kain
untuk menyimpannya. Jenis keong yang ditetemukan dikumpulkan,
khususnya yang dicurigai bentuknya sebagai Oncomelania hupensis
lindoensis. Keong tersebut selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk
diidentifikasi. Contoh jenis keong yang biasanya ditemukan bersama-
sama keong perantara Oncomelania hupensis lindoensis dapat dilihat
pada Lampiran2.
Catatan :
CATATAN
Jenis keong: yang hampir sama dengan Oncomelania hupensis lindoensis
-Jenis keong yang
Melanoides hampir sama
sp. : cangkang lebihdengan Oncomelania
besar bahkan bergigi hupensis lindoensis
-Indopyrgus
Melanoides
sp : sp. : cangkang
mirip lebihOncomelania
dengan muda besar bahkan bergigi
h.p. hanya aperturanya lebih kecil.
Indopyrgus sp : mirip dengan muda Oncomelania h.p. hanya aperturanya lebih kecil.
KETERANGAN :
A, B, C, D, E, F, = kolektor (petugas survei)
x = tempat akan dilemparkan gelang besi (ring sample)
1, 2, 3, 4, dan seterusnya = nomor sampel
DENSITY
Jl. No Jl.
No No NoJl. NoNo Jl. No
No Jl. NoNo Jl. No No No Jl. No NoJl. NoNo Jl. No
No Jl. No JUMLAH RATA-
No KOLEKTOR
Keong Spl Keong Spl Keong Spl Keong Spl Keong Spl Keong Spl Keong Spl Keong Spl Keong Spl Keong Spl DENSITY
Spl Spl Spl Spl Spl Spl Spl Spl Spl Spl JUMLAH KEONG RATA PER
NO KOLEKTOR M2
RATA-RATA
Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. KEONG
1 1 3 4 8 9 0 PER M2
keong 2keong keong keong keong5 keong 6 keong 7keong keong keong
1.2 1 1 2 2 3 3 4 4 55 66 7 7 8 8 9 90 0
2.3 1 1 2 2 3 3 4 4 55 66 7 7 8 8 9 90 0
3.4 1 1 2 2 3 3 4 4 55 66 7 7 8 8 9 90 0
4.5 1 1 2 2 3 3 4 4 55 66 7 7 8 8 9 90 0
5.6 1
1 2
2 3
3 4
4 5
5 66 7 7
8 8
9 9
0 0
6. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
7. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1 2 3 4 5 7 8 9 0
8.8 1 2 3 4 5 66 7 8 9 0
9.9 1 1 2 2 3 3 4 4 55 66 7 7 8 8 9 90 0
10
10. 1 1 2 2 3 3 4 4 55 66 7 7 8 8 9 90 0
JUMLAH
JUMLAH
Ukuran Jenis No
No Kondisi Sercaria Ciliata Lain- lain
(mm) kelamin Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
JUMLAH
JUMLAH JUMLAH JUMLAH %
NAMA DAERAH TANGGAL FOKUS DENSITY KEONG KETE-
NO GELANG BESI KEONG DI- KEONG DI- POSITIF
(FOKUS) PLKS. (M2) PER M2 POS RANGAN
(1/70M2) DAPAT PERIKSA CERCARIA
CERCARIA .
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
JUMLAH
LUAS . RING
JLJUMLAH JL.KEONG KETERANGAN
NO. DESA/KAMPUNG BULAN JUMLAH SAMPLE
FOKUS GELANG JL.KEONG DENSITY JL . KEONG POS. CER- % POS
PLKS. FOKUS (M2) (1/70M2)
BESI DIDAPAT PER M2 DIPERIKSA CARIA CERCARIA .
(1/70M2) -
1.
2.
3.
JUMLAH
SURVEI KE 1 SURVEI KE 2
( )* ( )*
NAMA DAERAH
NO. Kepadat Jlh Jlh % Density Jlh Jlh % DST.**
(FOKUS)
an dprks pos Pos /m2 dprks pos Pos
/m2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
JUMLAH:
SURVEI KE 1 SURVEI KE 2
DESA/ KAMPUNG ( )* ( )*
NO. DST.**
Density Jlh Jlh % Density Jlh Jlh %
/m2 dprks pos Pos /m2 dprks pos Pos
11.
12.
13.
JUMLAH:
6.1. Pendahuluan
6.2. TUJUAN.
Pengendalian terhadap keong perantara bertujuan untuk menekan
serendah-rendahnya populasi keong perantara Oncomelania hupensis
lindoensis, dan yang paling penting adalah menekan angka penularan pada
keong perantara menjadi 0% sehingga tidak merupakan masalah lagi dalam
penularan Schistosomiasis di Sulawesi Tengah khususnya dan di Indonesia
pada umumnya. Sehingga schistosomiasis tidak merupakan masalah
kesehatan di Sulawesi Tengah (Indonesia).
6.3. Metode.
Dengan mempelajari habitat dari pada keong perantara, tempat dimana
keong tersebut dapat hidup dan berkembang biak dengan baik yaitu tempat
atau daerah yang selalu becek, yang selalu basah sepanjang tahun karena
adanya air yang selalu mengalir di sekitarnya dan selalu terlindung dari
sinar matahari oleh karena terdapat pohon-pohon besar maupun kecil serta
rumput-rumput tebal di tempat tersebut. Selain itu dengan mempelajari sifat
dari pada keong itu sendiri (bersifat amfibi), maka dapat diketahui metode
yang dapat digunakan dalam upaya pengendalian keong ini antara lain:
CARA PENGENDALIAN.
A. Pengendalian secara kimiawi.
Dalam usaha pengendalian keong penular Oncomelania hupensis lindoensis
di Sulawesi Tengah, saat ini digunakan zat kimia Niclosamide (Bayluscide).
Zat kimia ini bersifat racun terhadap keong perantara Schistosomiasis
maupun terhadap telurnya serta bersifat racun pula terhadap serkaria. Zat
yang bersifat racun ini (Bayluscide) berbentuk serbuk berwarna kuning,
diencerkan terlebih dahulu kemudian disebarkan dengan menggunakan
alat penyemprot di daerah tempat perindukan keong secara periodik
dan rutin. Dengan dosis/konsentrasi tertentu racun ini dapat membunuh
keong, anak-anaknya, telur-telurnya serta serkaria yang terkandung di
dalamnya.
Dosis yang dianggap efektif saat ini digunakan adalah :
150 ppm/m2 ( 0,2 gram/m2).
Kalau ternyata setelah 6 bulan (6 kali) penyemprotan dengan dosis
tersebut tidak efektif, dapat dinaikkan secara bertahap dari waktu ke
waktu, tetapi tidak boleh melebihi dosis 1 gram/m2.
Biasanya efektivitas dosis penyemprotan sangat dipengaruhi oleh habitat
tempat per-indukan (fokus) keong, terutama keadaan air dan rumputnya.
3. Penyemprotan.
Penyemprotan dimaksudkan untuk menaburkan racun keong (Bayluscide)
pada tempat perindukan (fokus) keong untuk membunuh keong dan
telurnya serta serkaria yang terkandung di dalamnya.
Dengan memakai alat semprot (spray-can) yang biasanya berkapasitas
10 liter dan racun keong Bayluscide, untuk mendapatkan dosis yang
diinginkan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Untuk memperoleh konsentrasi yang ditentukan, misalnya 150 ppm
maka dibuat larutan Bayluscide sebanyak 2,15 gram ditambah dengan
air 10 liter.
Caranya ialah : - bayluscide dilarutkan dulu dengan volume air yang
kecil (100 cc) kemudian diaduk sampai rata.
- masukkan larutan ini ke dalam tangki penyemprot
dan kemudian tambahkan air sehingga volumenya
menjadi 10 liter.
- dengan menggoyangkan tangki penyemprot maka
larutan dapat tercampur dengan baik.
b. Nozel yang dipakai dianjurkan untuk menggunakan nozel berukuran 0
3 mm (biasanya nozel diperbesar dari standardnya).
c. Tekanan dalam tangki dipakai 5 atm pada setiap awal penyemprotan
dan diakhiri pada tekanan 2 atm, kemudian dipompa kembali 5 atm dan
seterusnya sampai larutan dalam tangki habis (biasanya penyemprotan
dengan nozel 0 3 mm menggunakan spray-can Gloria type 172, akan
habis dalam waktu 6 menit dengan 2 kali memompa).
d. Jarak nozel dengan permukaan yang disemprot sebaiknya adalah 45
50 cm.
e. Untuk mencapai sasaran dosis yang ditentukan, maka larutan dalam 1
tangki (10 liter) harus disemprotkan pada areal seluas : 10 m2.
2. Pengeringan/pembakaran.
Kegiatan pengeringan/pembakaran ini dilaksanakan oleh para kader
bersama-sama masyarakat di bawah bimbingan dan petunjuk para
kader.
Tempat hidup keong yang selalu basah dan teduh menyebabkan keong
tidak tahan terhadap bahaya kekeringan dan panas.
Hal ini dilakukan dengan cara-cara antara lain :
a. Mengalirkan air yang ada di tempat perindukan keong tadi agar
menjadi kering.
b. Membabat/menebang pohon-pohon, semak dan rumput-rumput
di tempat perindukan keong agar sinar matahari dapat masuk ke
tempat tersebut dan daerah ini tidak teduh lagi.
c. Pembakaran dapat dilakukan apabila tempat perindukan telah
dilakukan pengeringan dan pembabatan disekitar tempat
perindukan tersebut.
2.
Tikus adalah salah satu jenis hewan liar menyusui yang berperan sebagai
tuan rumah (reservoir host) dari Schistosoma japonicum, seperti halnya
hewan-hewan menyusui lainnya seperti anjing, kucing, sapi, kerbau, rusa,
babi, babi rusa dan lain-lain. Ini berarti pula hewan tikus merupakan sumber
penularan dari Schistosoma japonicum seperti halnya manusia. Untuk itu perlu
dilakukan survei tikus untuk mengetahui prevalensinya.
7.1. TUJUAN
Kegiatan survai tikus dimaksudkan untuk mPengetahui hal-hal antara lain :
1. Prevalensi Schistosoma japonicum pada tikus di daerah endemis.
2. Gambaran populasi tikus di daerah endemis pada saat saat tertentu.
3. Jenis tikus yang sensitif (peka) terhadap infeksi Schistosomiasis.
Oleh sebab itu survai tikus merupakan salah satu bagian yang penting dalam
kegiatan Program Pengendalian Schistosomiasis karena dapat berfungsi
sebagai berikut
1. Indikator.
Untuk membantu pencarian tempat perindukan keong, mengingat daerah
pengendalian yang sangat luas. Bila dalam tubuh tikus ditemukan cacing
Schistosoma japonicum dan diketahui tempat tikus tersebut tertangkap,
hal itu dapat menjadi perkiraan bahwa tidak jauh dari tempat asal tikus
tersebut dapat dimungkinkan adanya tempat perindukkan (fokus) keong
perantara.
Dengan demikian bila diketahuinya tikus positif beserta asalnya, maka
menjadi prioritas tindak lanjut adalah melakukan pencarian tempat
perindukkan (fokus) keong di sekitar tempat tersebut secara intensif.
Hampir dapat dipastikan, biasanya tidak jauh dari tempat tersebut
ditemukan tempat perindukkan (fokus) keong Oncomelania hupensis
lindoensis.
7.2. Metode
Pengumpulan spesimen tikus dilakukan dengan memasang perangkap
tikus dilapangan (daerah endemis) baik menggunakan perangkap mati
(snap-trap) ataupun perangkap hidup (live-trap).
Di laboratorium tikus tersebut telah diidentifikasi jenisnya dan diukur baik
panjang maupun beratnya.
Pemeriksaan di laboratorium dengan melakukan pembedahan (autopsi)
specimen tikus dari lapangan, untuk dicari cacing Schistosoma japonicum
bentuk dewasanya. Dan sebelumnya
Survai tikus ini dilakukan secara rutin 6 bulan sekali sejalan dengan survai-
survai rutin lainnya seperti tinja dan survai keong perantara.
b. Persiapan lapangan.
Sebelum pelaksanaan survai tikus, penduduk/masyarakat sebaiknya
diinformasikan terlebih dahulu tentang pelaksanaan survai tersebut dan
diharapkan agar masyarakat ikut membantu menjaga agar perangkap
tikus yang akan dipasang tidak rusak atau hilang.
2. Pelaksanaan.
a. Lapangan.
Pelaksanaan lapangan berupa pemasangan perangkap tikus dan
pengambilan hasilnya dilakukan oleh kader dibantu para kader desa
dan masyarakat setempat.
Perangkap sebelum dipasang dilapangan diperiksa terlebih dahulu,
apakah rusak atau tidak dan bila ada yang rusak diperbaiki terlebih
dahulu bila memungkinkan, kemudian di hitung jumlahnya.
Pemasangan perangkap dilakukan secara merata di sekitar desa dan
terutama pada daerah di sekitar fokus dan secara rutin untuk dapat
menilai basil kegiatan pengendalian, khususnya pengendalian keong
perantara yang dilak,ukan.
Pada tempat-tempat pemasangan perangkap diberi tanda, demikian
pula pada perangkapnya diberi nomor untuk mempermudah untuk
mengeceknya.
Perangkap diberi umpan yang biasanya disukai oleh tikus setempat.
Pemasangan perangkap dilakukan selama 3 hari pada tempat yang
sama dan baru dipindah ketempat lain (berikutnya agar pemasangan
merata).
b. Laboratorium.
Kegiatan ini meliputi pengukuran, penimbangan, pemeriksaan parasit
(endo-parasit) dan dilakukan oleh kader yang sudah terlatih di bawah
pengawasan dan bimbingan petugas Kesehatan.
Tikus-tikus dari hasil kegiatan di lapangan diperlakukan sebagai berikut:
99 Setiap tikus diberi nomor urut, diidentifikasi jenis spesiesnya, diukur
panjang : seluruhnya (dari ujung kepala sampai dengan ujung ekor),
ekor, telinga, telapak kaki belakang sampai dengan kuku, ditimbang
beratnya serta ditentukan jenis kelaminnya.
Semua ini dicatat pada formulir seperti pada contoh Form- 1.
Pengukuran dan penimbangan ini sangat berguna untuk membantu
mengidentifikasi jenis spesiesnya apabila masih meragukan. Contoh
berbagai macam jenis tikus yang sering didapatkan seperti pada
Form- 2.
99 Dengan menggunakan tangan, tikus dibedah dan organ-organ bagian
dalam tubuhnya dikeluarkan, seperti paru-paru, hati dan usus dipisah-
pisahkan dan ditaruh dalam cawan petri serta diberi air sedikit.
99 Organ hati, paru-paru diambil sedikit kemudian dihancurkan di atas
kaca benda lalu ditutup dengan kaca tutup, selanjutnya diperiksa di
bawah mikroskop biasa untuk diperiksa dan mencari telur cacing
Schistosoma japoncium
6 Rattus muelleri 350 100 42 21s.d 2+2 = coklat putih coklat putih belukar pe
s.d s.d s.d 2/1 8 tua a- keco- to agak keco- gunungan dan
500 130 50 gak klat mengki klat rawa
le- mengki coklat lap coklat
bih lap an an
7 Rattus cremoriventer 220 135 24 18 2+2 == kuning putih coklat coklat pegunungan/ Rambutkeras,
s.d s.d s.d 2.d 8 pohon Ujungekor
330 145 30 21 berambut spt
pensil
8 Rattus white headi 220 80 2,1 16 2+2== merah pucat coklat putih Semakbelukar Tidakpernah
s.d s.d s.d s.d 8 coklat kelabu Dekatladang Masukrumah
275 105 32 20 kelabu
9. Rattus surffer 300 90 35 20 2+2 = coklat putih coklat putih dataran tinggi dan berbulu keras
s.d s.d s.d s.d 8 keme- keme- rendahberhutan dan kaku
400 110 40 24 rahan rahan
10. Rattus niviventer 260 125 26 18 ** kuning putih coklat putih Daerah berhulu keras
s.d s.d s.d s.d coklat pegunungan dan kaku
370 140 30 22 keme- Dirumpunbambu
rahan
11. Rattus sabanus 430 130 42 24 2+2 = coklat putih coklat putih Daerah
s.d s.d s.d s.d pucat sampai pegunungan
Survai ke - 1 Survai ke - 2
No Desa/ Kampung Jumlah Jumlah % Jumlah Jumlah %
Tikus Tikus Positif Tikus Tikus Positif
Diperiksa Pos. S.j S.j Diperiksa Pos. S.j S.j
1
No Kode Nama Fokus Jenis fokus Luas Kepadatan Jumlah Jumlah % Penanganan Sektor Keterangan
(m2) Keong diperiksa positif positif
Pinggir
A-1 Pongku sawah/aliran air 600 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tdk Ada Ohl
berumput
Pinggir
A-2 Anca # 1 kebun/aliran 500 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tdk Ada Ohl
air/berumput
Pinggir
A-3 Anca # 2 kebun/aliran 5 348 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
air/daun
Pinggir
A-4 Anca # 3 kebun/aliran 300 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
air/daun
Pinggir
5
A- Langkasa # 1 kebun/padang 768 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
rumput
Pinggir
A-6 Langkasa # 2 kebun/aliran 720 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
air/daun
Pinggir
A-7 Langkasa # 3 kebun/aliran 1536 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
air/daun
Pinggir
A-8 Langkasa # 4 kebun/aliran 510 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
air/daun
Pinggir
A-9 langkasa # 5 kebun/aliran 230 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
air/daun
Pinggir
A - 10 Langkasa # 6 kebun/aliran 500 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
air/daun
Pinggir
A - 11 Langkasa # 7 kebun/padang 990 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
114
(m2) Keong diperiksa positif positif
Pinggir
A - 12 Langkasa # 8 kebun/aliran 158 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
air/padang rumput
Pinggir
A - 13 Langkasa # 9 kebun/aliran 640 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
air/padang rumput
Pinggir
A -14 Langkasa # 10 kebun/aliran 250 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
air/padang rumput
A5
-1 Barubera Kebun/aliran air 250 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
Padang rumput
A - 16 Malapi 3750 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
berair
116
(m2) Keong diperiksa positif positif
T-1 Tomado # 1 Persawahan 25000 675,00 27 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
T-2 Tomado # 2 Kebun/aliran air 200 375,00 30 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
T-3 Tomado # 3 Kebun/aliran air 150 12,50 1 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
T-4 Tomado # 4 Kebun/aliran air 200 187,50 15 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
5T- Lombu # 1 Persawahan 4500 120,00 12 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
T-6 Lombu # 2 Persawahan 4500 12,50 1 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
T-7 Lombu # 3 Persawahan 4000 100,00 6 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
T-8 Powongia # 1 Kebun/aliran air 150 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
T-9 Powongia # 2 Kebun/aliran air 500 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
T - 10 Powongia # 3 Kebun/aliran air 450 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
T - 11 Powongia # 4 Kebun/aliran air 270 300,00 30 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
T - 12 Palili # 1 Kebun/aliran air 200 960,00 48 6 12,
5 Pengeringan Pertanian Ada Ohl
T - 13 Palili # 2 Kebun/aliran air 1000 820,00 41 4 9,76 Intensifikasi Pertanian Ada Ohl
T - 14 Palili # 3 Kebun/aliran air 200 760,00 38 2 5,62 Intensifikasi Pertanian Ada Ohl
118
(m2) Keong diperiksa positif positif
K - 13 Kanawu # 13 Persawahan 3000 66,66 4 0 0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
K - 14 Kanawu # 14 Persawahan 2000 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
K5-1 Kanawu5 #1 Persawahan 450 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
K - 16 Kanawu # 16 Persawahan 400 133,33 8 1 12,
5 Intensifikasi Pertanian Ada Ohl
L-1 Langko # 1 Persawahan 1000 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
L-2 Langko # 2 Persawahan 640 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
L-3 Langko # 3 Kebun/aliran air 200 0 0 0 0 Pengeringan Kesehatan Tidak Ada Ohl
L-4 Langko # 4 Persawahan 1000 1375,00 55 4 7,27 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
5L- Wongkodono # 1 Kebun/aliran air 1480 480,00 24 6 25,0 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
L-6 Wongkodono #2 Kebun/aliran air 200 360,00 18 2 11,11 Pengeringan Kesehatan Ada Ohl
II WATUMAETA
1 JALAN TUA Sawah 900 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
2 LIMPO Sawah 300 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
3 LENGKORI Sawah 280 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
4 FOKUS ADI Kebun/parit 500 0 0 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
5 TOWOTE Sawah /parapa 500 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
6 SAWAH #1 Bekas sawah 1.690 63 15 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
7 SAWAH #2 Bekas sawah 1.900 63 18 1 5,56 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
8 SAWAH #3 Bekas sawah 360 0 9 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
9 MANGKAPA #1 Pinggir sawah 500 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
10 MANGKAPA # 2 Bekas parit 700 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
11 F ACO 1 /PERKEBUNANKebun/parit 600 450 3 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
12 F ACO 2 /PERKEBUNANKebun/parit 1.550 450 9 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
13 F ACO 3 / PERKEBUNAN
Kebun/parit 270 450 26 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
14 F ACO 4 / PERKEBUNAN
Kebun/parit 250 450 17 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
15 F HARUNA/ PERKEBUNAKebun/parit 2.500 450 16 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
16 F MUKSIN/ PERKEBUNAN
Kebun/parit 150 450 7 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
17 F THAMRIN/PERKEBUNAKebun/parit 900 40 10 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
18 F OLENG / PERKEBUNAN
Kebun/parit 850 540 43 1 2,33 Pengaliran sal. Air PU BARU
19 F OPENG / PERKEBUNAN
Kebun/parit 900 145 35 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
20 F SAMSUDIN/ PERKEBUN
Kebun/parit 845 465 37 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
21 F IBHO/PERKEBUNANKebun/parit 1.680 500 40 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
22 PERKEBUNAN 6/OBINKebun/parit 750 80 7 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
23 PERKEBUNAN 1 / MESJID
Kebun/parit 1.260 30 7 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
24 PERKEBUNAN 2 /AMIRKebun/parit 350 50 12 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
25 F TISNO/PERKEBUNAN Kebun/parit 280 80 13 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
26 PERKEBUNAN 8 Kebun/parit 630 80 7 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
27 PERKEBUNAN 5 / BBI Kebun/parit 370 280 25 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
28 F RIZAL PERKEBUNANKebun/parit 650 0 0 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
29 F BASO/PERKEBUNANKebun/parit 750 0 0 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
III WUASA
1 TALUMBA # 1 Sawah 3.000 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
2 TALUMBA # 2 Bekas sawah/parapa 18.000 30 7 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
3 POTIWUA Parapa 20.000 400 9 0 0,00 Pemarasan Pertanian LAMA
4 KARAPUA # 1 Parit/sawah 2.000 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
5 KARAPUA # 2 Parit/sawah 2.700 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
6 KARAPUA # 3 Rawa-rawa 18.000 85 6 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
7 SISKA # 1/Karapua Kebun/parit 4.500 105 25 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
8 SISKA # 2/Karapua Rawa-rawa 7.700 75 18 0 0,00 Pengeringan PU BARU
9 SISKA # 3 /Karapua Rawa-rawa 3.500 75 9 0 0,00 Pengeringan PU BARU
10 SAWAH/SEM/PopahoduaSawah 5.000 60 14 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian BARU
11 POPAHODUA # 1 Sawah 2.600 40 10 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
12 POPAHODUA # 2 Sawah 5.000 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
13 POPAHODUA # 3 Sawah 5.000 40 9 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
14 POPAHODUA # 4 Sawah 7.800 50 12 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
15 SALUMPARAPA Rawa-rawa 77.500 0 0 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
16 KANALAGIWA Parit/kebun 10.000 0 0 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
17 NUNU # 1 Parit/kebun 1.600 0 0 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
18 NUNU # 2 Parit/kebun 800 250 30 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
19 NUNU # 3 Rawa-rawa 5.600 0 0 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
20 NANGKO Rawa-rawa 3.000 100 12 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
21 NTOWODO # 1 Rawa-rawa 3.750 0 0 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
22 NTOWODO # 2 Rawa-rawa 3.750 35 4 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
23 NTOWODO # 3 Rawa-rawa 1.500 0 0 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
JUMLAH 212.300 1345 165 0 0,00
IV KADUWAA
1 JALAN TUA Jalan/sawah 1.250 0 0 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
2 POTUMBA Pinggir sawah 720 1000 60 2 3,33 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
3 PAPA # 3 Sawah/parit 700 20 5 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian BARU
4 BONO # 1 Rawah/sawah 600 225 36 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian BARU
5 BONO # 2 Rawah/sawah 1.600 885 53 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian BARU
6 TOBU/TINTIMERI Parit/sawah 10.450 125 30 0 0,00 Perbaikan saluran Pertanian LAMA
7 LIMPO/TEBAT Kolam 1.400 0 0 0 0,00 Perbaikan saluran Pertanian LAMA
8 KANA # 1 Parit/kebun 3.000 685 41 0 0,00 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
9 KANA # 2 Parit/kebun 1.400 235 56 0 0,00 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
10 KANA # 3 Parit/kebun 1.500 375 60 0 0,00 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
11 HAHARAO # 1 Parit/sawah 8.100 85 20 0 0,00 Perbaikan saluran Pertanian LAMA
12 HAHARAO # 2 Parit/sawah 4.125 700 42 0 0,00 Perbaikan saluran Pertanian LAMA
13 POHANGKUA Parapa 1.275 835 50 1 2,00 Pemarasan Pertanian BARU
14 KAYUNDONGO Parapa 3.200 500 30 0 0,00 Pemarasan Pertanian BARU
15 BORU-BORU Parapa 3.150 465 28 0 0,00 Pemarasan Pertanian BARU
16 PAPA # 1 Kebun/parit 2.275 750 45 0 0,00 Pengaliaran sal. Air PU BARU
17 PAPA # 2 Kebun/parit 2.700 1085 65 0 0,00 Pengalira PU BARU
18 LENGKORI # 1 Parit/sawah 8.500 125 30 0 0,00 Perbaikan saluran Pertanian LAMA
19 LENGKORI # 2 Parit/sawah 2.970 485 59 1 1,69 Perbaikan saluran Pertanian LAMA
20 KALAHA Bekas sawah/rawa 1.300 210 50 1 2,00 Pembuatan sawah Pertanian BARU
21 POTUMBA /BARU Bekas sawah/rawa 1.500 950 57 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian BARU
22 PAMPABUHU # 1 Parit/kabun 2.940 315 19 0 0,00 Pengaliaran sal. Air PU BARU
23 PAMPABUHU # 2 Parit/kabun 1.500 400 24 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
JUMLAH 66.155 10455 860 5 0,58
V DODOLO
1 DANCE Parit/kebun 15.750 255 18 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
2 KALAHA # 1 Parit/kebun 67.500 285 17 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
3 KALAHA # 2 Parit/kebun 39.375 365 20 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU BARU
4 KALAHA # 3 Bekas sawah/rawa 45.500 215 13 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian BARU
5 RANTE ONOWA Bekas sawah/rawa 36.000 685 41 0 0,00 Pembuatan sawah Pertanian LAMA
112 Petunjuk
120 PedomanTeknis Pengendalian
Pengendalian Schistosomiasis
Schistosomiasis
JUMLAH
KEPADATAN JUMLAH %
NO KODE NAMA FOKUS JENIS FOKUS LUAS (M2) DIPERIKS PENANGANAN SEKTOR KET
KEONG/M2 POSITIF POSITIF
A
6 KOMBARI # 1 Parapah 15.750 300 21 0 0,00 Pemarasan Pertanian LAMA
7 KOMBARI # 2 Parapah 19.875 855 60 0 0,00 Pemarasan Pertanian LAMA
8 KOMBARI # 3 Parit/kebun 11.000 385 27 0 0,00 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
9 KOMBARI # 4 Parit/kebun 96.950 685 48 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
10 BADANTOMATE # 1 Parit/kebun 358.625 345 24 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
11 BADANTOMATE # 2 Parit/kebun 70.000 245 17 0 0,00 Pengaliran sal. Air PU LAMA
12 BANGGALI Sal.Pinggir hutan 9.625 0 0 0 0,00 Drainase PU LAMA
13 AREAL 1 Bak Toe 13.000 915 64 1 1,56 Pembersihan Masyarakat BARU
14 AREAL 2 Rawa-rawa 13.500 800 56 0 0,00 Pengeringan PU BARU
JUMLAH 812.450 6335 426 1 0,23
VI WANGA
1 BADANTOMATE Parit/kebun 9.000 1265 76 4 5,26 Pengaliaran sal. Air PU LAMA
2 BABAKA Parit/kebun 900 785 47 1 2,13 Pengaliaran sal. Air PU BARU
3 PEANA Parit pinggir sawah 15.000 315 19 0 0,00 Perbaikan saluran Pertanian BARU
4 TOWOTE Rawa-rawah 17.250 135 8 0 0,00 Pengeringan PU LAMA
JUMLAH 42.150 150 5 3,33
VIII ALITUPU
1 F # Baru Bekas sawah 4.000 83 5 0 0 Pembuatan sawah Pertanian Baru
2 KIE # 1 Bekas sawah Lama
3 KIE # 2 Bekas sawah Lama
4 KIE # 3 Bekas sawah Lama
5 MASIGI # 1 Bekas sawah 9.450 150 9 0 Pembuatan sawah Pertanian Lama
6 MASIGI # 2 Bekas sawah 13.855 317 19 0 Pembuatan sawah Pertanian Lama
7 SAWAH # 1 Bekas sawah 690 133 8 0 0 Pembuatan sawah Pertanian Lama
8 SAWAH # 2 Bekas sawah 1.470 383 23 1 4,34 Pembuatan sawah Pertanian Lama
9 SAWAH # 3 Bekas sawah 1.080 66 4 1 25 Pembuatan sawah Pertanian Lama
10 JOHAN Kebun / parit 780 217 13 1 7,69 Pengaliran sal. Air PU Baru
11 LIMPO # 2 Parapa 7.500 400 24 0 0 Pemarasan Pertanian Lama
12 PARAPA # 1 Parapa 301 450 27 0 0 Pemarasan Pertanian Lama
13 PARAPA #2 Parapa 9.860 200 12 0 0 Pemarasan Pertanian Lama
14 BARU # 5 Kebun / parit 6.570 267 16 1 6,25 Pengaliran sal. Air PU Baru
15 BARU Kebun / parit 2.500 350 21 2 9,52 Pengaliran sal. Air PU Baru
16 MARKUS Kebun / parit 1.050 67 4 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
17 P.LIA Kebun / parit 750 300 18 3 16,66 Pengaliran sal. Air PU Baru
18 P.ROSE Kebun / parit 2.800 400 24 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
19 KAKUBI Kebun / parit 750 83 5 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
20 H.KARSAM Kebun / parit 2.800 117 7 2 28,57 Pengaliran sal. Air PU Baru
21 SIMA Kebun / parit 2.800 400 24 0 0 Pengaliran sal. Air PU Baru
IX WINOWANGA
1 KABUREANA MATI-MATIParit/kebun 5.000 275 22 1 4,54 Pengaliran sal. Air PU BARU
2 KABUREANA MATI-MATIParit/kebun 375 888 71 1 1,4 Pengaliran sal. Air PU BARU
3 KABUREANA MATI-MATIParit/kebun 750 600 48 1 2,08 Pengaliran sal. Air PU BARU
4 BACO Parit/kebun 500 700 42 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
5 ALANG Parit/kebun 625 500 30 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
6 PAPA JUMA 1 Parit/kebun 750 467 28 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
7 PAPA JUMA 2 Parit/kebun 640 1.667 100 1 1 Pengaliran sal. Air PU BARU
8 PAPA JUMA 3 Parit/kebun 625 1.250 100 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
9 NOPU-NOPU Parit/kebun 1.150 317 19 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
10 DOPI-DOPI (BARU) 1 Parit/kebun 7.000 850 51 9 17,64 Pengaliran sal. Air PU BARU
11 DOPI-DOPI (BARU) 2 Parit/kebun 3.750 613 49 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
12 DOPI-DOPI LAMA Parit/kebun 740 583 35 0 0 Pengaliran sal. Air PU LAMA
13 BERITA Parit/kebun 6.900 117 7 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
14 MADA Parit/kebun 2.500 417 25 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
15 IDRIS Parit/kebun 2.250 100 6 1 16,66 Pengaliran sal. Air PU BARU
16 PAPA-LELE Hutan 1.500 1.050 63 0 0 Penyemprotan Kesehatan BARU
17 NAROBO 1 Sawah 4.000 567 34 0 0 Intensifikasi Pertanian BARU
18 NAROBO 2 Sawah 17.500 433 26 0 0 Intensifikasi Pertanian BARU
19 RAMPILO Irigasi 1.190 383 23 6 26,08 Pembersihan Masyarakat BARU
20 PAPA SANTI Kolam 400 717 43 2 4,65 Pembersihan Masyarakat BARU
21 PAPA ELA Sawah 300 200 12 0 0 Intensifikasi Pertanian BARU
22 TUKARAREMBA Parit/kebun 1.000 467 28 2 7,14 Pengaliran sal. Air PU BARU
23 IMAM SLAMET Parit/kebun 5.760 317 19 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
24 WULE-WULE Kolam 2.000 0 0 0 0 Pembersihan Masyarakat LAMA
25 YOSEP LOLAI Bekas Sawah 4.000 283 17 0 0 Pembuatan sawah Pertanian BARU
26 DOAMANU Kolam/Kebun 600 300 18 3 16,66 Pembersihan Masyarakat BARU
27 MARTINUS SIKOMBONG Kolam/Kebun 1.500 200 12 0 0 Pembersihan Masyarakat BARU
28 GILINGAN Pinggir Irigasi 500 367 22 2 9,09 Pembersihan Masyarakat LAMA
29 MPEMAU 3 Parit/kebun 1.000 233 14 2 14,28 Pengaliran sal. Air PU BARU
30 KETIMUN Parit/kebun 1.500 133 8 3 37,5 Pengaliran sal. Air PU BARU
122
114 Petunjuk
PedomanTeknis
Pengendalian Schistosomiasis
Pengendalian Schistosomiasis
JUMLAH
KEPADATAN JUMLAH %
NO KODE NAMA FOKUS JENIS FOKUS LUAS (M2) DIPERIKS PENANGANAN SEKTOR KET
KEONG/M2 POSITIF POSITIF
A
31 F-SUMUR Saluran air 2.000 567 34 2 5,88 Pembersihan Masyarakat BARU
32 F-SUDIRMAN Saluran air 750 1.217 73 18 24,65 Pembersihan Masyarakat BARU
33 ALPIN/CINA Saluran air 1.250 300 18 0 0 Pembersihan Masyarakat BARU
34 MATIUS Parit/Kebun 125 200 12 2 16,66 Pengaliran sal. Air PU BARU
35 BOBOLO WATU Saluran air/Kkebun 3.000 50 3 1 33,33 Pengaliran sal. Air PU LAMA
36 TANAH BONE Parit/kebun 1.050 200 12 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
37 HASDIN Parit/Kebun 275 217 13 3 23,07 Pengaliran sal. Air PU BARU
38 RANTE LAYU Parit/Kebun 2.000 200 12 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
39 NIPA Parit/Sawah 4.480 467 28 3 10,7 Perbaikan saluran Pertanian BARU
40 BARU IV Kebun/parit 8.840 417 25 1 4 Pengaliran sal. Air PU BARU
41 MPEMAU I Parit/Kebun 1.600 283 17 2 11,76 Pengaliran sal. Air PU BARU
42 JEMARI Parit/Kebun 575 250 15 0 0 Pengaliran sal. Air PU BARU
43 BAHARUDIN Parit/Kebun 500 200 12 1 5,88 Pengaliran sal. Air PU BARU
JUMLAH 102.750 19562 1246 67 5,38
X. MAHOLO
XII. TAMADUE
XII. WATUTAU
XIII. KALIMAGO