Anda di halaman 1dari 45

BAB I

SKENARIO 2
BAB DARAH
Seorang laki-laki datang dengan keluhan sejak 1 bulan terakhir hampir tiap minggu keluar
darah saat BAB. Keluhan keluar darah yang menetes saat buang air besar ini sebenarnya
sudah sejak 1 tahun terakhir tetapi kambuh-kambuhan.

BAB II
KATA KUNCI
2.1 Berak Darah
Berak darah merupakan gejala awal dari penyakit yang menyerang sistem pencernaan.
Terdapat jenis berak darah yang disesuaikan berdasarkan warna darah, yaitu berwarna
gelap menunjukkan adanya perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa
hematemesis melena dan berwarna terang (darah segar) menunjukkan adanya perdarahan
saluran cerna bagian bawah ( SCBB) yaitu berupa pseudo-melena dan hematokezia.
Perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah perdarahan yang terjadi atau
bersumber pada saluran cerna di bagian distal dari ligamentum Treitz. Jadi dapat berasal
dari usus kecil dan usus besar. Pada umumnya perdarahan ini (sekitar 85%) ditandai
dengan keluarnya darah segar per anum/per rektal yang bersifat akut, transient, berhenti
sendiri, dan tidak mempengaruhi hemodinamik.
Perdarahan SCBB dapat bermanifestasi dalam bentuk hematoskezia, maroon stool,
melena, atau perdarahan tersamar.
-

Hematoskezia adalah darah segar yang keluar lewat anus/rektum. Hal ini
merupakan manifestasi klinis perdarahan SCBB yang paling sering. Sumber
perdarahan pada umumnya berasal dari anus, rektum, atau kolon bagian kiri
(sigmoid atau kolon descendens), tetapi juga dapat berasal dari usus kecil atau
saluran cerna bagian atas (SCBA) bila perdarahan tersebut berlangsung masif
(sehingga sebagian volume darah tidak sempat kontak dengan asam lambung) dan
masa transit usus yang cepat.
Pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian bawah datang dengan keluhan
darah segar sewaktu buang air besar.

Maroon stool adalah darah yang berwarna merah hati (kadang bercampur dengan
melena) yang biasanya berasal dari perdarahan di kolon bagian kanan (ileo-caecal)
atau juga dapat dari SCBA/usus kecil bila waktu transit usus cepat.

Melena adalah buang air besar atau feses yang berwarna hitam seperti kopi (bubuk
kopi) atau seperti ter (aspal), berbau busuk dan hal ini disebabkan perubahan
hemoglobin menjadi hematin.

Perubahan ini dapat terjadi akibat kontak hemoglobin dengan asam lambung atau
akibat degradasi darah oleh bakteri usus. Misalnya pada perdarahan yang
bersumber di kolon bagian kanan yang disertai waktu transit usus yang lambat.
Perdarahan SCBB akan tersamar bila jumlah darah sedikit sehingga tidak mengubah
warna feses yang keluar. Sebagian besar perdarahan SCBB (lebih kurang 85%)
berlangsung akut, berhenti spontan, dan tidak menimbulkan gangguan hemodinamik.
2.2 Berulang
Berulang dapat diartikan terus-menerus atau berkali-kali (terjadi lebih dari sekali).

BAB III
PROBLEM
1. Apakah yang menyebabkan terjadinya berak darah?
2. Bagaimana prinsip anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang bagi
3.
4.
5.
6.
7.

pasien tersebut?
Bagaimana cara diagnosis pasti pada pasien tersebut?
Bagaimana prinsip penatalaksanaan pada pasien tersebut?
Bagaimana tanda-tanda merujuk untuk pasien tersebut?
Apa saja komplikasi yang mungkin timbul pada pasien tersebut?
Bagaimana prognosis pada pasien tersebut?

BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan
4.1 Batasan
Makalah ini membahas tentang penyakit yang berhubungan dengan keluhan BAB
keluar darah.
4.2 Anatomi / Histologi / Fisiologi / Patofisiologi / Patomekanisme
A. Anatomi
Intestinum tenue merupakan organ pencernaan yang sering juga disebut
sebagai small intestine atau usus kecil/ usus halus. Intestinum tenue
menghubungkan dari gaster hingga valvulla ileocaecal (bauhini) yang merupakan
batas antara intestinum tenue dengan intestinum crassum. Seluruh organ yang
termasuk dalam intestinum tenue juga merupakan organ2 intraperitoneal.
Intestinum tenue terdiri atas:

a. Duodenum
Duodenum atau juga disebut dengan usus 12 jari merupakan usus yang berbentuk
seperti huruf C yang menghubungkan antara gaster dengan jejunum. Duodenum
melengkung di sekitar caput pancreas. Duodenum merupakan bagian terminal/
muara dari system apparatus biliaris dari hepar maupun dari pancreas. Selain itu
duodenum juga merupakan batas akhir dari saluran cerna atas. Dimana saluran
cerna dipisahkan menjadi saluran cerna atas dan bawah oleh adanya lig. Treitz (m.
suspensorium duodeni) yang terletak pd flexura duodenojejunales yang
merupakan batas antara duodenum dan jejunum. Di dalam lumen duodenum
terdapat lekukan2 kecil yang disebut dengan plica sircularis. Duodenum terletak
di cavum abdomen pada regio epigastrium dan umbilikalis. Duodenum memiliki
penggantung yang disebut dengan mesoduodenum.

Vaskularisasi Duodenum
Vaskularisasi

duodenum

baik

arteri

maupun vena nya terbagi menjadi 2.


Untuk duodenum pars superior hingga
duodenum

pars

descendens

diatas

papilla duodeni major (muara ductus


pancreticus major), divaskularisasi oleh
R. superior a. pancrearicoduodenalis
cabang dari a. gastroduodenalis, cabang
dari a. hepatica communis, cabang dari
triple hallery yang dicabangkan dari aorta setinggi Vertebae Thoracal XII Vertebrae
Lumbal I. dan aliran venanya langsung bermuara ke system portae. Sedangkan
dibawah papilla duodeni major, duodenum divaskularisasi oleh R. duodenalis a.
mesenterica superior yang dicabangkan dari aorta setinggi Vertebrae Lumbal I.
Sedangkan

aliran

vena

nya

bermuara

ke

v.

mesenterica

superior.

Innervasi Duodenum
Duodenum di innervasi oleh persarafan simpatis oleh truncus sympaticus segmen
thoracal VI-XII, sedangkan persarafan parasimpatis nya oleh n. vagus (n. X)

b. Jejunum dan Ileum


Jejunum dan ileum juga sering disebut dengan usus halus / usus penyerapan
membentang dari flexura duodenojejunales sampai ke juncture ileocacaecalis.
Jejunum dan ileum ini merupakan organ intraperitoneal. Jejunum dan ileum
memiliki penggantung yang disebut sg mesenterium yang memiliki proyeksi ke
dinding posterior abdomen dan disebut dengan radix mesenterii. Pada bagian akhir
dari ileum akan terdapat sebuah katup yang disebut dengan valvulla ileocaecal
(valvulla bauhini) yang merupakan suatu batas yang memisahkan antara
intestinum tenue dengan intestinum crassum. Selain itu, juga berfungsi untuk
mencegah terjadinya refluks fekalit maupun flora normal dalam intestinum
crassum kembali ke intestinum tenue, dan juga untuk mengatur pengeluara zat sisa
penyerapan nutrisi. Berikut adalah perbedaan antara jejunum dan duodenum:

Vaskularisasi Jejunum Ileum


Jejunum divaskularisasi oleh vasa. Jejunales dan ileum divaskularisasi oleh
vasa ileales. Dimana a. jejunales dan a. Ileales merupakan cabang dari a.
mesenterica superior yang dicabangkn dari aorta setinggi Vertebrae Lumbal I.
Sedangkan v. jejunales dan v. ileales juga bermuara ke v. mesenterica superior.
Anatomi Kolon
Usus besar atau kolon
berbentuk

tabung

muskular

berongga

dengan panjang sekitar


1,5 m yang terbentang
dari

sekum

hingga

kanalis ani. Diemeter


usus besar sudah pasti
lebih besar sari usus
halus, yaitu sekitar 6,5
cm, tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil. Usus besar terdiri dari
sekum, kolon, dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang
melekat pada ujung sekum. Sekum menepati dua atau tiga inci pertama dari usus

besar. Katup ileosekal mengendalikan aliran kimus dari ileum ke dalam sekum dan
mencegah terjadinya aliran balik bahan fekal ke dalam usus halus. Kolon dibagi
lagi menjadi kolon asenden, tranversum, desesnden dan sigmoid. Tempat kiolon
membentuk kelokan tajam pada abdomen kanan dan kiri atas secara berturut-turut
disebut sebagai feksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai
setinggi krista iliaka dan membentuk lekukan berbentuk-S. bagian utama usus
besar yang terakhir disebut sebagai rektum, yang membentang dari kolon sigmoid
hingga anus. Satu inci dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh
sfingter ai internus dan an eksternus. Panjang rektum da kanalis ani adalah sekitar
15

cm.

Lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga
pita yang disebut sebagi taenia koli. Panjang taenia lebih pendek daripaa usus,
sehingga usus tertarik dan berkerut mebentuk kanting-kanting kecil yang disebut
haustra. Apendises epiploika adalah kantong-kantong kecil peritonium yang berisi
lemak dan melekat sepanjag taenia.
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan berdasarkan
pada suplai darah yang diterima. Arteria mesentrika superior memperdarahi
belahan kanan (sekum, kolon asenden, dan duapertiga proksimal kolon
tranversum), dan arteria mesentrika inferior mendarahi bagian kiri (sepertiga distal
kolon tranversum, kolon desenden, kolon sigmoid, dan bagian proksimal rektum).
Suplai darah tambahan ke rektum berasal dari arteri hemoroidalis media an inferior
yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.
Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dngan pengecualian
sfingter eksterna yang bersda dalam pengendalian volunter. Serabut parasimpatis
bejalan melalui saraf vagus ke bagian tengah kolon tranversum, dan saraf pelvikus
yang berasal dari daerah sakra menyuplai bagian distal. Serabut simpatis
meninggalkan medula spinalis melalui saraf splangnikus. Serabut saraf ini
bersinaps dalam ganglia seliaka dan aortikorenalis, kemudian serabut pasca
ganglionik menuju kolon. Rangsangan simpatis menghambat sekresi dan kontraksi,
serta merangsang sfingter rektum. Rangsangan parasimpatis mempunyai efek yang
berlawanan.
Suplai pembuluh darah untuk usus besar berasal dari arteri mesenterica
inferior dan superior. Pembagian suplai darah usus besar yaitu sebagai berikut:

1. Caecum kolon asenden, dan kolon transversus proksimal disuplai oleh cabang dari
arteri mesenterica superior,
2. Kolon transversus distalis, kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum bagian atas
disuplai oleh cabang dari arteri mesenterica inferior,
3. Sisa rektum disuplai oleh arteri rektalis tengah dan inferior yang merupakan
cabang dari arteri iliaca interna dan arteri pudenda interna
Kanalis analis adalah akhir dari usus besar dengan panjang 4 cm dari
rektum hingga orifisium anal. Setengah bagian ke bawah dari anal canal dilapisi
oleh epitel skuamosa dan setengah bagian ke atas oleh epitel kolumnar. Pada
bagian yang dilapisi oleh epitel kolumnar tersebut membentuk lajur mukosa (lajur
morgagni). Suplai darah bagian atas anal canal berasal dari pembuluh rektal
superior sedangkan bagian bawahnya berasal dari pembuluh rektal inferior. Kedua
pembuluh tersebut merupakan percabangan pembuluh darah rektal yang berasal
dari arteri pudendal interna. Arteri ini adalah salah satu cabang arteri iliaka
interna. Arteri-arteri tersebut akan membentuk pleksus disekitar orifisium anal.

B. Histologi

Duodenum

Jejunum

Ilium

Muscularis

Epitel berderet silindris

Epitel berderet

Epitel berderet

externa

dan berlapis pipih dengan

silindris dan berlapis

silindris dan berlapis

plexus Auerbachs

pipih dengan plexus

pipih dengan plexus

(myenteric) diantaranya

Auerbachs

Auerbachs

(myenteric)

(myenteric)

Terdapat kelenjar

diantaranya
Tidak ditemukan

diantaranya
Tidak ditemukan

Meissner dan Brunner

kelenjar Meissner

kelenjar Meissner dan

Normal

dan Brunner
Normal

Brunner
Normal

mucosae
Mucosa: Lamina

Tidak terdapat Peyers

Tidak terdapat

Terdapat Peyers

Propia
Mucosa: Epitel

patches
Selapis silindris yang

Peyers patches
Hampir sama dengan

patches
Hampir sama dengan

Intestinal

terdapat sel goblet dan sel

duodenum namun

duodenum namun

paneth

memiliki vili yang

memimiliki vili yang

panjang

pendek

Submucosa

Mucosa:
Muscularis

1.Rectum
1) Tunika Mukosa

Terdiri epitel kolumner simpleks, mempunyai sel goblet dan mikrovili, tapi tidak
mempunyai plika sirkularis maupun vili intestinalis. Pada lamina propia terdapat kelenjar
intestinal lieberkuhn, sel lemak, dan nodulus limpatikus. Dibawah lamina terdapat
muskularis mukosa.
2) Tunika Submukosa
Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah, sel lemak dan saraf
pleksus meissner
3) Tunika Muskularis
Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar). Otot
sirkular berbentuk utuh tapi otot longitudinal terbagi tiga untaian besar (taenia koli).
Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.
4) Adventisia
Merupakan jaringan ikat longgar yang menutupi rectum, sisanya ditutupi serosa.
2. Anus
1) Tunika Mukosa
Terdiri epitel squamosa non keratin, lamina propia tapi tidak ada terdapat muskularis
mukosa.
2) Tunika Submukosa
Menyatu dengan lamina propia. Jaringan ikat longgar banyak mengandung
pembuluh darah, saraf pleksus hemorroidalis dan glandula sirkum analis.
3) Tunika Muskularis
Bertambah tebal. Terdiri atas sfingter ani interna (otot polos, perubahan otot
sirkuler), sfingter ani eksterna (otot rangka) lalu diluarnya m. levator ani. Otot sirkular
berbentuk utuh tapi otot longitudinal terbagi tiga untaian besar (taenia koli).
Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.

4) Adventisia
Terdiri jaringan ikat longgar

C. Fisiologi
Fisiologi Jejunum Ileum
Jejunum dan ileum memiliki vili vhorialis yang berfungsi untuk menyerap zatzat gizi hasil akhir dari proses pencernaan seperti glukosa, fruktosa, galaktosa,
peptide, asam lemak, dan 2 asilgliserol
Fisiologi Duodenum
Pada duodenum pars superior secara histologist terdapat adanya sel liberkeuhn
yang berfungsi untuk memproduksi sejumlah basa. Basa ini berfungsi untuk
menaikkan pH dari chymus yang masuk ke duodenum dari gaster, sehingga
permukaan duodenum tidak teriritasi dengan adanya chymus yang asam tadi.
Selain itu, pada duodenum terjadi proses pencernaan karbohidrat secara enzymatic
yang telah berbentuk disakarida. Dimana duodenum mendapatkan muara dari
ductus pancreaticus, dimana pada pancreas diproduksi enzyme maltase, lactase dan
sukrase. Dimana enzyme maltase akan berfungsi untuk memecah 1 gugus gula
maltose menjadi 2 gugus gula glukosa. Sedangkan lactase akan merubah 1 gugus
gula laktosa menjadi 1 gugus glukosa dan 1 gugus galaktosa. Sementara itu,
enzyme sukrase akan memecah 1 gugus sukrosa menjadi 1 gugus fruktosa dan 1
gugus glukosa.
Sementara itu,di dalam duodenum juga terjadi pencernaan lipid secara
enzymatic. Dimana lipid dalam bentuk diasilgliserol akan teremulsi oleh adanya
getah empedu yang dialirkan melalui ductus choledocus dari vesica fellea dan
hepar. Setelah itu, emulsi lemak tadi akan diubah oleh enzyme lipase pancreas
menjadi asam lemak dan 2 diasilgliserol.
Fisiologi Kolon
Fungsi utama kolon adalah absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk
membentuk feses yang padat dan penimbunan bahan feses sampai dapat
dikeluarkan. Setengah bagian proksimal kolon berhubungan dengan absorbsi dan
setengah distal kolon berhubungan dengan penyimpanan. Karena sebagai 2 fungsi

tersebut gerakan kolon sangat lambat. Tapi gerakannya masih seperti usus halus
yang dibagi menjadi gerakan mencampur dan mendorong.
a. Gerakan Mencampur Haustrasi.
Gerakan segmentasi dengan konstriksi sirkular yang besar pada kolon, 2.5
cm otot sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan lumen hampir
tersumbat. Saat yang sama, otot longitudinal kolon (taenia koli) akan
berkontraksi. Kontraksi gabungan tadi menyebabkan bagian usus yang tidak
terangsang menonjol keluar (haustrasi). Setiap haustrasi mencapai intensitas
puncak dalam waktu 30 detik, kemudian menghilang 60 detik berikutnya,
kadang juga lambat terutama sekum dan kolon asendens sehingga sedikit isi
hasil dari dorongan ke depan. Oleh karena itu bahan feses dalam usus besar
secara lambat diaduk dan dicampur sehingga bahan feses secara bertahap
bersentuhan dengan permukaan mukosa usus besar, dan cairan serta zat terlarut
secara progresif diabsorbsi hingga terdapat 80-200 ml feses yang dikeluarkan
tiap hari.
b. Gerakan Mendorong Pergerakan Massa.
Banyak dorongan dalam sekum dan kolon asendens dari kontraksi haustra
yang lambat tapi persisten, kimus saat itu sudah dalam keadaan lumpur
setengah padat. Dari sekum sampai sigmoid, pergerakan massa mengambil
alih peran pendorongan untuk beberapa menit menjadi satu waktu,
kebanyakan 1-3 x/hari gerakan.
c. Absorpsi dalam Usus Besar
Sekitar 1500 ml kimus secara normal melewati katup ileosekal, sebagian
besar air dan elektrolit di dalam kimus diabsorbsi di dalam kolon dan sekitar
100 ml diekskresikan bersama feses. Sebagian besar absorpsi di pertengahan
kolon proksimal (kolon pengabsorpsi), sedang bagian distal sebagai tempat
penyimpanan feses sampai akhirnya dikeluarkan pada waktu yang tepat
(kolon penyimpanan)
d. Absorbsi dan Sekresi Elektrolit dan Air
Mukosa usus besar mirip seperti usus halus, mempunyai kemampuan
absorpsi aktif natrium yang tinggi dan klorida juga ikut terabsorpsi. Ditambah
taut epitel di usus besar lebih erat dibanding usus halus sehingga mencegah
difusi kembali ion tersebut, apalagi ketika aldosteron teraktivasi. Absorbsi ion

natrium dan ion klorida menciptakan gradien osmotic di sepanjang mukosa


usus besar yang kemudian menyebabkan absorbsi air.
Dalam waktu bersamaan usus besar juga menyekresikan ion bikarbonat
(seperti penjelasan diatas) membantu menetralisir produk akhir asam dari
kerja bakteri didalam usus besar
e. Kemampuan Absorpsi Maksimal Usus Besar
Fisiologi rectum
Fungsi utama dari rektum dan kanalis anal ialah untuk mengeluarkan
massa feses yang terbentuk di tempat yang lebih tinggi dan melakukan hal
tersebut dengan cara yang terkontrol. Rektum dan kanalis anal tidak begitu
berperan dalam proses pencernaan, selain hanya menyerap sedikit cairan. Selain
itu sel-sel Goblet mukosa mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai pelicin
untuk keluarnya massa feses. Pada hampir setiap waktu rektum tidak berisi feses.
Hal ini sebagian diakibatkan adanya otot sfingter yang tidak begitu kuat yang
terdapat pada rectosimoid junction, kira-kira 20 cm dari anus. Terdapatnya
lekukan tajam dari tempat ini juga memberi tambahan penghalang masuknya feses
ke rektum. Akan tetapi, bila suatu gerakan usus mendorong feses ke arah rektum,
secara normal hasrat defekasi akan timbul, yang ditimbulkan oleh refleks
kontraksi dari rektum dan relaksasi dari otot sfingter. Feses tidak keluar secara
terus-menerus dan sedikit demi sedikit dari anus berkat adanya kontraksi tonik
otot sfingter ani interna dan eksterna (Sobiston, 1994).

D. Patofisiologi
Berak darah merupakan sebuah keluhan yang menjadi tanda berbagai jenis
penyakit yang mengenai saluran pencernaan. Berak darah ditandai dengan
keluarnya darah berwarna merah terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan atau
telah bercampur dengan tinja. Sebagian besar berak darah berasal dari luka di usus
besar, rektum, atau anus. Warna darah pada tinja tergantung dari lokasi perdarahan.
Pseudo melena (maroon stool), kotoran bercampur darah yang warnanya
merah kehitaman. Melena (occult bleeding), biasanya darahnya hitam seperti kopi
dan kalau disiram air baru ada bagian yang berwarna merah. Darah segar yang
keluar melalui anus atau hematokezia.

Umumnya, semakin dekat sumber perdarahan dengan anus, semakin terang


darah yang keluar. Oleh karena itu, perdarahan di anus, rektum dan kolon sigmoid
cenderung berwarna merah terang dibandingkan dengan perdarahan di kolon
transversa dan kolon kanan (lebih jauh dari anus) yang berwarna merah gelap.
Pada beberapa penderita, darah yang keluar berwarna hitam, lengket, dan
berbau busuk. Tinja yang hitam lengket dan berbau tersebut disebut melena.
Melena terjadi jika darah berada dalam usus besar dalam jangka waktu lama
sehingga bakteri akan mengurainya menjadi senyawa kimia (hematin) yang
berwarna hitam. Oleh karena itu, melena biasanya menandakan perdarahan dari
saluran cerna bagian atas (misalnya, perdarahan dari ulkus lambung atau
duodenum).
Mekanisme terjadinya berak darah ialah adanya invasi benda asing baik
bakteri maupun tumor pada mukosa. Pertama, invasi yang terjadi akan merusak sel
epitel mukosa. Ini terjadi sebagian besar di kolon dan bagian distal ileum. Invasi
kemudian diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superficial yang
menimbulkan eritrosit dan leukosit sehingga terjadi perdarahan yang terdapat pada
feses. Pada beberapa kasus, proses peradangan yang terjadi juga menyebabkan
kerusakan jaringan dan kemungkinan juga peningkatan sekresi air dan elektrolit
dan mukosa, sehingga dapat terjadi berak darah yang disertai dengan lendir.
Pola makan tidak suka makan sayur dan hanya suka makan daging dapat
menyebabkan timbulnya berbagai penyakit. Lemak daging sapi, kerbau, kambing,
babi memfasilitasi pertumbuhan sel yang tidak normal. Sedangkan sayuran sangat
penting untuk kesehatan juga melawan berbagai jenis penyakit karena terdiri dari
vitamin, mineral, dan serat yang penting bagi tubuh.
Pada banyak kasus, penyebab berak darah adalah hemarrhoid yaitu pembuluh
darah yang bengkak di dubur. Adanya darah pada feces merupakan gejala pada
banyak penyakit seperti Ca Colon, kolitis ulseratif, hemarrhoid, penyakit Chrohn,
divertikulitis.
Pada kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak
ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang
tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah.
Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun
sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relative lama dan pada kondisi tertentu

berpotensi menjadi kanker yang dapat pada semua bagian dari usus besar (Davey,
2006:335).
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguanaliran
balik dari vena hemoroidalis. Telah diajukan beberapa factor etiologi yaitu
konstipasi, diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran
prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi
portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis superior
mengalirkan darah ke sistem portal. Selain itu system portal tidak mempunyai
katup, sehingga mudah terjadi aliran balik. Hemoroid dapat dibedakan atas
hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid eksterna di bedakan sebagai bentuk akut
dan kronis. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus
dan sebenarnya merupakan suatu hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid
thrombosis eksternal akut. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena
ujungujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Kadang-kadang perlu
membuang trombus dengan anestesi lokal, atau dapat diobati dengan kompres
duduk panas dan analgesik. Hemoroid eksterna kronis atau skin tag biasanya
merupakan sekuele dari hematom akut. Hemoroid ini berupa satu atau lebih lipatan
kulit anus yang terdiri dari jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah. (Price, 2005)
Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas : derajat 1, bila
terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus, hanya dapat
dilihat dengan anorektoskop. Derajat 2, pembesaran hemoroid yang prolaps dan
menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontan. Derajat 3,
pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan
dorongan jari. Derajat 4, prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung
untuk mengalami thrombosis dan infark. (Sudoyo, 2006)

E. Patomekanisme
Berak darah sudah berulang kali
dialami sejak lebih kurang
1tahun yang lalu

Pasien Normal

Berak darah berulang

Hemoroid

Setiap kali buang air besar


bercampur dengan darah
segar dan menetes yang
jumlahnya sedikit.
Sejak satu bulan terakhir, pasien hampir
setiap minggu keluar darah saat buang
air besar, kadang mengalir deras

Tidak
suka
makan
sayur, sukanya makan
daging

Kadang kambuh saat makanmakanan pedas atau sate/gule


kambing

Colonoscopy (teropong usus


besar),gFOBT (Guaiac Fecal Occult Blood
Test), Barium Enema-tablet Barium test,
DRE (Digital Rectal Examination)

4.3 Jenis- jenis Penyakit yang Berhubungan


4.3.1 Ca Colon
.

Pengertian
Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering
ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid.
Prognosa optimistik, tanda dan gejala awal biasanya tidak ada (Susan Martin Tucker,
1998).
Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam
permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari
pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma yang dalam stadium awal
membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat) (www.republika.co.id).
Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian sekum, asendens, dan
kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan membuat kolostomi
untuk mengeluarkan produksi faeces.
Patofisiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan
merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi
dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar
serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan
asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang
beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma
(muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai
sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta
merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat
berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke
sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi
pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada
sekum dan kolon asendens.
Tumor dapat menyebar melalui :

1.

Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih


(vesika urinaria).

2.

Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan


mesokolon.

3.

Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan


darah balik ke sistem portal.

Gejala Klinis
Gejala klinis kanker usus besar yang paling sering adalah perubahan pola
defekasi adanya perdarahan per anus, nyeri, anemia, anoreksia dan penurunan berat
badan tanda dan gejala penyakit ini bervariasi sesuai dengan letak kanker, dan sering
menjadi kanker yang mengenai bagian kanan dan kiri usus besar .
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan sejalan dengan
suplai darah yang diterima. Arteri mesenterika superior memperdarahi belahan bagian
kanan (caecum, kolon ascendens dan duapertiga proksimal kolon transversum), dan
arteri mesenterika inferior yang memperdarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon
transversum, kolon descendens dan sigmoid, dan bagian proksimal rektum).
Tumor yang berada pada kolon kanan, dimana isi kolon berupa cairan,
cenderung tetap tersamar hingga lanjut sekali. Sedikit kecenderungan menyebabkan
obstruksi karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer.
Gejala klinis
Sering berupa rasa penuh,
Nyeri abdomen, nyeri alih ke umbilikus atau punggung
Perdarahan dan symptomatic anemia (menyebabkan kelemahan, pusing dan

penurunan berat badan).


Tumor yang memproduksi mukus dapat menyebabkan diare dan warna

feses menjadi gelap


Tumor seringkali menyebabkan perdarahan samar yang tidak disadari oleh

pasien.
Kehilangan darah dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan

anemia defisiensi besi.


Masa abdomen yang dapat diraba di kuadran kanan bawah.

Tumor yang berada pada kolon kiri


Gejala klinis

Perubahan pola defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks, perdarahan.
Perubahan yang nyata pada kebiasaaan usus (konstipasi atau diare, tinja

berbentuk pensil/ pita tenesmus)


Darah makroskopis pada tinja
Nyeri rektal , punggung, kuadran kiri bawah
Anemia ,penurunan berat badan
Massa yang dapat diraba dan terdeteksi dengan pemeriksaan digital /

endoskopik
Adanya masa pada fosa iliaca kiri
Mengecilnya ukuran feses

Metastase
Metastase ke kelenjar limfa regional ditemukan pada 40-70% kasus pada saat
direseksi. Invasi ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih 60% kasus. Metastase
sering ke hepar, cavum peritoneum, paru-paru, diikuti kelenjar adrenal, ovarium dan
tulang.

Dukes

TNM

Derajat

Deskripsi histopatologi

Bertahan 5 th

T1N0M0

Kanker terbatas pada mukosa

(%)
> 90 %
85
70-80

B1
B2

T2 N0M0
T3 N0M0

I
II

submukosa
Kanker mencapai muskularis
Kanker cenderung masuk /

C
D

TXN1M0
TXNXM1

III
IV

melewati lapisan serosa


Tumor melibatkan KGB regional
Metastasis

36-65

Stadium
Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1997) diantaranya:
1.
2.
3.
4.

Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus
besar (lapisan mukosa).
Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah
lapisan mukosa.
Pada stadium III sel kanker sudah menyebur ke sebagian kelenjar limfe yang
banyak terdapat di sekitar usus.
Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe
atau bahkan ke organ-organ lain.

Gambar 1. Stadium pada Ca Colon


Komplikasi
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
1.

Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.

2.

Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran


langsung.

3.

Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon
yang menyebabkan hemorragi.

4.

Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.

5.

Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.

Pencegahan Kanker Kolon.


1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan
menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi
2.
3.
4.
5.

dalam usus besar.


Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
Konsentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk

buang air besar.


6. Hidup rileks dan kurangi stress.

Penatalaksanaan Medis

1. Pengobatan
Bila sudah pasti ditemukan karsinoma kolorektal, maka kemungkinan
pengobatannya adalah:
a. Pembedahan Reseksi
Satu-satunya pengobatan definitif adalah pembedahan reseksi dan biasanya
diambil sebanyak mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5 cm di sebelah distal
dan proksimal dari tempat kanker. Untuk kanker di sekum dan kolon asendens
biasanya dilakukan hemikolektomi kanan dan dibuat anastomosis ileo-transversal.
Untuk kanker di kolon transversal dan di pleksura lienalis, dilakukan kolektomi
subtotal dan dibuat anastomosis ileosigmoidektomi. Pada kanker di kolon
desendens dan sigmoid dilakukan hemikolektomi kiri dan dibuat anastomosis
kolorektal transversal. Untuk kanker di rektosigmoid dan rektum atas dilakukan
rektosigmoidektomi dan dibuat anastomosis. Desenden kolorektal. Pada kanker di
rektum bawah dilakukan proktokolektomi dan dibuat anastomosis kolorektal
b. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut),
stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.
Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah.
Untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai
anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau
penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi
berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara).
Jenis-Jenis Kolostomi.
1.

Jenis kolostomi berdasarkan sifatnya:


a.

Sementara
Indikasi untuk kolostomi sementara :
1). Hirschprung disease
2). Luka tusuk atau luka tembak
3). Atresia ani letak tinggi
4). Untuk mempertahankan kelangsungan anastomosis distal usus
setelah tindakan operasi (mengistirahatkan usus).

5). Untuk memperbaiki fungsi usus dan kondisi umum sebelum


dilakukan tindakan operasi anastomosis.
b.

Permanen
Indikasi untuk kolostomi permanen :
Penyakit tumor ganas pada kolon yang tidak memungkinkan tindakan
operasi reseksi-anastomosis usus.

2.

Jenis kolostomi berdasarkan tekhnik pembuatan :


a.

Single Barreled Colostomy

b.

Double Barreled Colostomy

c.

Loop Colostomy

Perawatan Pasca Operasi Kolostomi


1. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Asenden colostomy atau colostomy yang diikuti dengan reseksi mungkin
faecesnya cair diperlukan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Perawatan kulit
3. Diet
Dianjurkan mengkonsurnsi diet yang seimbang terutama dengan stoma permanen.
Diet yang dikonsurnsi sifatnya individual asal tidak menyebabkan diare,
konstipasi dan menimbu1kan gas.
5.

6.

Irigasi kolostomi bertujuan untuk:


a. Mengeluarkan faeses, gas dan lendir/mukus yang memenuhi kolon.
b. Membersihkan saluran pencernaan bagian bawah.
c. Menetapkan suatu pengeluaran sehingga dapat melakukan aktivitas normal.
Membantu pasien stoma.
a. Pertemuan grup
b. Penyuluhan untuk pasien dan keluarga serta, support mental
c. Radioterapi
Setelah

dilakukan

tindakan

pembedahan

perlu

dipertimbangkan

untuk

melakukan radiasi dengan dosis adekuat. Memberikan radiasi isoniasi pada


neoplasma. Karena pengaruh radiasi yang mematikan lebih besar pada sel-sel kanker
yang sedang proliferasi, dan berdiferensiasi buruk, dibandingkan terhadap sel -sel
normal yang berada di dekatnya, maka jaringan normal mungkin mengalami cidera
da1am derajat yang dapat ditoleransi dan dapat diperbaiki, sedangkan sel-sel kanker
dapat dimatikan, selanjutnya dilakukan kemoterapi.

c.

Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering

dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan


ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin.
Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan
kemoterapi.
4.3.2

Haemmoroid
Pengertian
Suatu penyakit yang terjadi pada anus di mana bibir anus mengalami bengkak
yang kadang disertai pendarahan. Penyakit ambeien ini tidak hanya memberikan rasa
sakit kepada penderitanya, tetapi juga rasa tidak nyaman. Pada penderita wasir
umumnya sulit untuk duduk dan buang air besar karena terasa sakit apabila bibir anus
atau spinchter anus mendapat tekanan.
Jenis Haemorroid
Ada 2 macam :
1. Haemorroid Interna (dalam) : Terdapat pembuluh darah pada anus yang ditutupi
oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditanganin bisa terlihat muncul
menonjol keluar
Diklasifikasikan dalam 4 derajat :

Derajat I : Varisesnya tidak menonjol ke luar anus dan hanya dapat di temukan

dengan protoskopi, tampak sebagai pembengkakan globular kemerahan.


Derajat II : Dapat terjadi plorapsus melalui anus setelah defekasi dapat
mengecil secara spontan atau dapat di reduksi (di kembalikan ke dalam )

secara normal.
Derajat III : Plorapsus secara permanen.
Derajat IV : Hemoroid yang keluar tapi tidak dapat masuk kembali atau tidak
dapat keluar kembali tetapi biasanya tidak sakit.

2. Haemorroid Eksterna (luar) : Merupakan varises di bawah otot yang umumnya


berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak kebiruan
pada pinggir anus.

Akut : Nampak bengkak kebiru-biruan pada pinggir anus dan sebenarnya


merupakan hematoma. Bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena ujung syaraf
pada kulit merupakan reseptor nyeri dan diobati dengan kompres duduk panas,

Analgesik. Bahkan anastesi lokal untuk mengangkut trombus.


Kronik : Berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan
penyambung dan sedikit pembuluh darah.

Gejala Haemorroid
a. Adanya suatu benjolan yang terdapat didalam anus atau di bibir anus, kadang
disertai dengan BAB (buang air besar) darah warna merah bercampur dengan
feses.
b. Disertai dengan nyeri saat duduk atau BAB, kadang disertai dengan gatal pada
anus akibat virus dan bakteri yang membuat infeksi.
c. Jika benjolan keluar dan tidak bisa masuk sendiri ataupun dimasukkan, nyeri tidak
berkurang dengan obat maka tindakan yang dilakukan adalah operasi atau
pengangkatan benjolan.
d. Oleh sebab itu wasir perlu diwaspadai dan ditangani dengan baik agar mudah
diobati.
Faktor Pemicu
Faktor pemicu yang menjadi penyebab Haemorroid, dapat diakibatkan oleh hal-hal
berikut dibawah ini :
1. Terlalu banyak duduk
2. Diare menahun
3. Mengejan yang kronis
4. Kurang olahraga
5. Batuk kronis
6. Portal hipertensio
7. Stuing vena
8. Kehamilan ibu hamil yang diakibatkan perubahan hormon
9. Hubungan seks yang tidak lazim
10. Sembelit atau konstipasi atau susah BAB
Pencegahan

Untuk mencegah atau mengurangi gejala haemorroid sebaiknya anda menjalankan


beberapa tips :
1.

Jalankan pola hidup sehat

2.

Olah raga secara teratur

3.

Makan makanan berserat, buah

4.

Jangan mengejan berlebihan saat BAB

5.

Minum air putih yang cukup

6.

Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba

7.

Jangan melakukan aktivitas hubungan seks yang tidak wajar

8.

Jangan menahan kencing dan BAB

9.

Jangan suka menggosok dan menggaruk dubur berlebihan

10.

Minum obat sesuai anjuran dokter

Penatalaksanaan Heammoroid
Tergantung tingkat / stadium :
1. Untuk stadium I dan II
Dilakukan tindakan konservatif dengan pemberian medika mentosa pernyuntikan
bahwa sklerotan.
Bahannya : larutan fenol oli 5 % dengan dosis 3 5 / tiap tonjolan dosis
maxsimal 15 21 cc
Evaluasi dalam 3 - 4 minggu
2. Untuk stadium III dan IV
Dilakukan pembedahan haemoroidectomy
Pemeriksaan Penunjang
1.

Colok dubur (Recial Toucher)


Dilakukan pada haemorrhoid interna bila tidak ada komplikasi tidak teraba
benjolan.
Ditemukan : Tumor, rasa nyeri, perdarahan.

2.

Protoskopi
Tujuan :

Ada tidaknya haemorrhoid


Letak haemorrhoid
Besar / kecil haemorrhoid
Stadium haemorrhoid
Renentuan diagnosa / tindakan.

4.3.3 Disentri
Pengertian
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan
buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan
darah. Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan
tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai
sindroma disentri, yakni: sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus, berakberak, dan tinja mengandung darah dan lendir.
Penyebab
1. Disentri basiler, disebabkan oleh Shigella sp
Ada 4 spesies Shigella, yaitu S.dysentriae, S.flexneri,S.bondii dan S.sonnei.
Penyakit ini kadang-kadang bersifat ringan dan kadang-kadang bersifat ringan dan
kadang-kadang berat. Suatu keadaan lingkungan ynag jelek akan menyebabkan
mudahnya penularan penyakit. Secara klinis mempunyai tanda-tanda berupa diare,
adanya lender dan darah dalam tinja, perut terasa sakit dana tenesmus.
2. Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan oleh Entamoeba hystolitica
E.histolyticamerupakan protozoa usus, sering hidup sebagai

mikroorganisme

komensal (apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan


dapat berubah menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di dinding usus
dan menembus dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi.
Gejala Klinis
a. Disentri Basiler
Pada fase awal pasien mengeluh nyeri perut bawah, diare disertai demam yang
mencapai 40 derajat. Selanjutnya diare berkurang tetapi tinja masih mengandung
darah dan lendir, tenesmus, dan nafsu makan menurun. Bentuk klinis dapat

bermacam-macam

dari

yang

ringan,

sedang

sampai

yang berat.

Sakit perut terutama di bagian sebelah kiri, terasa melilit diikuti pengeluaran tinja
sehingga mengakibatkan perut menjadi cekung.
Bentuk yang berat (fulminating cases) biasanya disebabkan oleh S. dysentriae.
Gejalanya timbul mendadak dan berat, berjangkitnya cepat, berak-berak
seperti air dengan lendir dan darah, muntah-muntah, suhu badan subnormal, cepat
terjadi dehidrasi,renjatan septik dan dapat meninggal bila tidak cepat ditolong.
Akibatnya timbu rasa haus, kulit kering dan dingin, turgor kulit berkurang karena
dehidrasi. Muka menjadi berwarna kebiruan, ekstremitas dingin dan viskositas
darah

meningkat

(hemokonsentrasi). Kadang-kadang gejalanya tidak khas,

dapat berupa seperti gejala kolera atau keracunan makanan.


b. Disentri Amuba
Carrier (Cyst Passer)
Pasien ini tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. Hal ini disebabkan
karena amoeba yang berada dalam lumen usus besar tidak mengadakan invasi
kedinding usus.

Disentri amoeba ringan


Timbulnya penyakit (onset penyakit) perlahan-lahan. Penderita biasanya
mengeluh perut kembung, kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang.
Dapat timbul diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau busuk. Kadang
juga

tinja bercampur darah dan lendir. Terdapat sedikit

nyeri tekan

di daerah sigmoid, jarang nyeri di daerah epigastrium. Keadaan tersebut berga


ntung pada lokasi ulkusnya. Keadaan umum pasien biasanya baik, tanpa atau
sedikit demam ringan (subfebris). Kadang dijumpai hepatomegali yang tidak
atau sedikit nyeri tekan.

Disentri amoeba sedang


Keluhan pasien dan

gejala

klinis

lebih

berat

dibanding

disentri

ringan,tetapi pasien masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Tinja


biasanya disertai lendir dan darah. Pasien mengeluh perut kram, demam dan

lemah badan disertai hepatomegali yang nyeri ringan.


Disentri amoeba berat
Keluhan dan gejala klinis lebih berta lagi. Penderita mengalami diare disertai
darah yang banyak, lebih dari 15 kali sehari. Demam tinggi 40-40,5 derajat

disertai mual dan anemia.


Penyakit lain yang berhubungan.
1. Kanker/polip kolon (usus besar)

Kanker kolon atau kanker usus besar, adalah kanker bagian terbawah dari sistem
pencernaan. Kanker kolon sering terkait dengan dengan kanker pada rektal (dubur),
disebut juga dengan colorectal cancers. Sebagian besar kasus kolon, dimulai dengan
adanya tumor jinak atau polip
2. Kolitis ulseratif (radang kolon)
Kolitis ulseratif adalah penyakit kronis dimana usus besar atau kolon mengalami
inflamasi dan ulserasi menghasilkan keadaan diare berdarah, nyeri perut, dan demam.
Kolitis ulseratif dikarakteristikkan dengan eksaserbasi dan remisi yang intermiten dari
gejala. Serangan pertama dari penyakit ini masih mempunyai diagnosis banding yang
luas sehingga untuk menegakkan diagnosisnya dilakukan dengan penapisan berbagai
penyebab lain (terutama penyebab infeksi) dan dengan pemeriksaan sigmoidoskopi
atau kolonoskopi dengan biopsi.
3. Penyakit Crohn
Penyakit Crohn merupakan penyakit peradangan granulomatosa kronik yang
etiologinya tidak diketahui dan mengenai saluran pencernaan, mulai dari esophagus
sampai anus, namun lebih sering mengenai ileum terminalis dengan pembentukan
jaringan gigi paru perut dan penebalan dinding usus; sering kali menyebabkan
obstruksi usus dan fistula pembentukan abses serta sering kambuh setelah diberikan
pengobatan. Penyakit ini juga mempengaruhi daerah tertentu dari usus, kadang
terdapat daerah normal diantara daerah yang terkena. Terdapat banyak persamaan
antara Penyakit Crohn dan Colitis Ulseratif, sehingga keduanya disebut sebagai
Inflamatory Bowel Disease (IBD).
4. Infeksi bakteri, misalnya amubiasis
Amubiasis adalah penyakit usus yang biasanya ditularkan melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi oleh parasit mikroskopis yang disebut Entamoeba
histolytica (E. histolytica). Parasit amuba, organisme bersel tunggal. Pada umumnya,
parasit ini tinggal di usus besar seseorang tanpa menyebabkan gejala apapun. Akan
tetapi terkadang, parasit ini menyerang lapisan usus besar, menyebabkan diare
berdarah, sakit perut, kram, mual, kehilangan nafsu makan, atau demam.
5. Divertikulitis
Diverticulitis adalah penyakit pencernaan yang umum terutama ditemukan di usus
besar. Diverticulitis berkembang dari diverticulosis, yang melibatkan pembentukan
kantong (diverticula) di luar usus besar. Diverticulitis hasil jika salah satu divertikula
ini menjadi meradang. Pasien sering hadir dengan tiga serangkai klasik nyeri kuadran
kiri bawah, demam, dan leukositosis (elevasi jumlah sel darah putih dalam tes darah).
Pasien juga mungkin mengeluh mual atau diare; orang lain mungkin akan sembelit.
6. Penyakit Tifus

Tifus merupakan penyakit yang sukar dideteksi. Sehingga banyak diantara penderita
tifus atau tipes yang terlambat mendapat pertolongan dan akan menyebabkan
komplikasi seperti perdarahan usus, usus bisa berlubang serta akan menimbulkan
komplikasi pada sistem peredaran darah, gangguan paru-paru, ginjal, hati dan sistem
kesadaran. Penyakit tifus pada umumnya ditandai dengan demam tinggi tanpa disertai
batuk maupun pilek yang berlangsung selama satu minggu atau lebih dimana demam
tersebut sukar untuk diturunkan meskipun telah diberi obat penurun demam.
4.4 Gejala Klinis
DATA PASIEN
Nama

: Tn. Rita

Umur

: 35 tahun

Alamat

: dukuh kupang

Pekerjaan

: Guru

ANAMNESA
Keluhan Utama : Berak darah
RPS :
a. Keluar darah menetes saat buang air besar sejak 1 tahun terakhir
b. Kadang kambuh saat makan-makanan pedas atau sate/gule kambing
c. Sejak satu bulan terakhir, pasien hampir setiap minggu keluar darah saat buang air
d.
e.
f.
g.
h.
i.

besar, kadang mengalir deras


Warna darah segar dan menetes setelah buang air besar
Suka makan pedas
Jarang makan sayur dan minum air putih
Tidak memiliki riwayat diabetes dan penyakit lain
Pasien sudah pernah berobat ke puskesmas, tetapi keluhan kambuh lagi
Ayah sering keluar darah dan benjolan saat BAB keras

RPD:
Dulu tidak pernah seperti ini
RIWAYAT OBAT : Tidak minum obat-obatan
RIWAYAT KELUARGA: Ayahnya meninggal saat umur 65 tahun karena kanker usus
RIWAYAT SOSIAL :

1.

Menikah umur 25 tahun

2.

Tidak suka makan sayur, sukanya makan daging

3.

Memiliki 2 orang anak, laki umur 34 tahun dan wanita umur 30 tahun

4.

Pekerjaan pegawai swasta Surabaya

4.5 Pemeriksaan Fisik


a. Kesadaran
: composmentis
b. Keadaan umum : Keluar darah menetes saat buang air besar
c. Kepala Leher
:
A/I/C/D
:-/-/-/d. Thoraks
Cor
: dbn
Pulmo
: dbn
e. Abdomen
- Hepar, ren, lien tidak teraba
- BU normal
f. Ekstremitas
: dbn
g. Anus
: disekitar anus edema, kulit sekitar tampak iritasi
h. Rectal touchter : tidak teraba massa dan ampula rekti tidak kolaps

4.6

Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan pada Hemoroid sebagai berikut :
Setelah dokter melakukan pemeriksaan secara fisik (dengan melihat apakah ada wasir

yang prolaps), maka setelah itu akan dilakukan pemeriksaan colok dubur guna meraba wasir
yang letaknya didalam. Konfirmasi secara visual dari wasir dapat dilakukan dengan tehnik
anuskopi, yaitu dengan memasukkan suatu alat yang dinamakan anuskop (suatu tabung
panjang yang diujungnya terpasang lampu) melalui anus sehingga memungkinkan dokter
melihat secara langsung wasir yang letaknya didalam (hemorrhoid interna).
Untuk pemeriksaan lebih lanjut (menyingkirkan kemungkinan penyakit lain seperti
polip, infeksi usus, atau tumor), sigmoidoskopi atau kolonoskopi dapat dilakukan. Pada
sigmoidoskopi, sekitar 60 cm dari usus besar dapat terlihat. Sedangkan dengan kolonoskopi,
seluruh usus dapat terlihat.

Anoscopy

Sigmoidoskopi

Proktosigmoidoskopi, perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan


disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan ditingkat yang lebih tinggi, karena
hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus
diperiksa terhadap adanya darah samar.

BAB V
HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)
Melihat dari anamnesa dan jenis-jenis penyakit yang berhubungan pada pasien Tn.
Rita umur 36 tahun tersebut, dapat ditarik hipotesis awal (differential diagnosis) sebagai
berikut :
1. Adeno Ca Colon
2. Hemorrhoid
3. Disentri

BAB VI
ANALISIS TEORI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
6.1 Gejala Klinis
1. Keluar darah menetes saat buang air besar sejak 1 tahun terakhir
2. Kadang kambuh saat makan-makanan pedas atau sate/gule kambing
3. Sejak satu bulan terakhir, pasien hampir setiap minggu keluar darah saat buang air
besar, kadang mengalir deras
4. Warna darah segar dan menetes setelah buang air besar

Tabel 1. Pembanding Differential Diagnosis

Ada polip
Ada penonjolan pada anus
Berak darah
Berak darah + lender
Berak encer (diare)
Warna feses gelap
Warna feses merah segar
Berat badan menurun
Nafsu makan menurun
Demam
Pendarahan anus
Anus bengkak
Nyeri pada anus
Anemia defisiensi besi
Perubahan kebiasaan BAB
Nyeri abdomen dan massa
Keringat malam
Pusing

Adeno Ca

Haemoroid

Disentri

Colon
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

Lemas
Sulit duduk
Rasa tidak nyaman
Sulit BAB
Gatal
Tenesmus
Dehidrasi

+
-

+
+
+
+
-

+
+
+

BAB VII
HIPOTESA AKHIR
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap anamnesa, gejala klinis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada Tuan Rita terhadap ketiga hipotesis awal

(differential diagnosis) yaitu Hemmorhoid, Disentri dan Adeno Ca Colon dapat dilihat dalam
tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis yang tepat pada pasien tersebut adalah
penyakit Hemoroid

ANAMNESA
Nama
: Tn. Rita
Umur
: 35 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Dukuh kupang
Pekerjaan: Guru
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Keluhan Utama : Keluar darah menetes saat buang air
besar.
RPS :
keluar darah menetes saat buang air besar sejak 1 tahun
terakhir.
Sejak 1 bulan terakhir, kadang kambuh setelah makan
makanan pedas atau sate/gule kambing .
Sejak 1 bulan terakhir , hampir setiap minggu keluar darah
saat BAB, darah kadang menetes kadang mengalir deras
terutama bila BABnya keras dan kurang minum.
Darah berwarna merah segar dan menetes setelah kotoran
keluar.
RPD:

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik, GCS 4-5-6
Vital Sign
:
Tekanan Darah
: 150/90 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Suhu
: 37 C
Respiratory Rate : 19 x/menit
Pemeriksaan kepala : (anemia/ikterik/cyanosis/dyspneu
( +

/ -

Mata : conjungtiva anemis


Lidah,Hidung dan Telinga : DBN
Pemeriksaan Kulit

: DBN

Pemeriksaan leher

: DBN

Pemeriksaan dada
:
Sejak muda penderita menyukai makanan pedas, jarang BAB VIII
Inspeksi : DBN
makan sayur dan minum air putih, kadang BAB tidak
MEKANISME
DIAGNOSIS Palpasi : DBN
tertur namun tidak pernah mengalami perubahan
pola
berak.
Perkusi Paru dan Jantung : DBN
Tidak menderita diabetes ataupun penyakit berat lain.
Penderita sudah berobat berulang kali ke puskesmas atau
dokter keluarga, tetapi keluhan ini berulang kali kambuh.
Riwayat Sosial :
1.
Menikah umur 25 tahun
2. Tidak suka makan sayur, sukanya makan daging
3.
Memiliki 2 orang anak, laki umur 34 tahun dan wanita
umur 30 tahun

Auskultasi Paru dan Jantung : DBN


Pemeriksaan abdomen : DBN
Pemeriksaan ekstremitas
:
Anus : tampak di sekitar anus sedikit edema, kulit
sekitar anus tampak iritasi
Gejala Klinis : Berak darah berulang

Differential Diagnosis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang
Rectal Toucher
Anoskopi
sigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi

Ca colon
Amobiasis
Hemoroid

HEMOROID

BAB IX
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH
9.1 Penatalaksanaan

Menurut Acheson dan Scholefield (2006), penatalaksanaan hemoroid dapat dilakukan


dengan beberapa cara sesuai dengan jenis dan derajat daripada hemoroid.
Penatalaksanaan Konservatif
Sebagian besar kasus hemoroid derajat I dapat ditatalaksana dengan pengobatan
konservatif. Tatalaksana tersebut antara lain koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan
konsumsi serat, laksatif, dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan kostipasi
seperti kodein (Daniel, 2010)
Penelitian meta-analisis akhir-akhir ini membuktikan bahwa suplemen serat dapat
memperbaiki gejala dan perdarahan serta dapat direkomendasikan pada derajat awal
hemoroid (Zhou dkk, 2006). Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan
konsumsi cairan, menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar
dilakukan pada penatalaksanaan awal dan dapat membantu pengobatan serta pencegahan
hemoroid, meski belum banyak penelitian yang mendukung hal tersebut.
Kombinasi antara anestesi lokal, kortikosteroid, dan antiseptik dapat mengurangi
gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid. Penggunaan steroid yang berlamalama harus dihindari untuk mengurangi efek samping. Selain itu suplemen flavonoid
dapat membantu mengurangi tonus vena, mengurangi hiperpermeabilitas serta efek
antiinflamasi meskipun belum diketahui bagaimana mekanismenya (Acheson dan
Scholrfield, 2008).
Pembedahan
Acheson dan Scholfield (2008) menyatakan apabila hemoroid internal derajat I yang
tidak membaik dengan penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan tindakan
pembedahan.
HIST (Hemorrhoid Institute of South Texas) menetapkan indikasi tatalaksana
pembedahan hemoroid antara lain:
a. Hemoroid internal derajat II berulang
b. Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala.
c. Mukosa rektum menonjol keluar anus.
d. Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura.
e. Kegagalan penatalaksanaan konservatif.

f. Permintaan pasien.
Fibrosis pada sumukosa hemoroid. Hal ini akan mencegah atau mengurangi
prolapsus jaringan hemoroid (Kaidar-Person dkk, 2007).
Senapati (1988) dalam Acheson dan Scholfield (2009) menyatakan teknik ini
murah dan mudah dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan karena tingkat kegagalan
yang tinggi.
Pembedahan yang sering dilakukan yaitu:
1. Skleroterapi. Teknik ini dilakukan menginjeksikan 5 mL oil phenol 5 %, vegetable oil,
quinine, dan urea hydrochlorate atau hypertonic salt solution. Lokasi injeksi adalah
submukosa hemoroid. Efek injeksi sklerosan tersebut adalah edema, reaksi inflamasi
dengan proliferasi fibroblast, dan trombosis intravaskular. Reaksi ini akan
menyebabkan
2. Rubber band ligation.
Ligasi jaringan hemoroid dengan rubber band menyebabkan nekrosis iskemia, ulserasi
dan scarring yang akan menghsilkan fiksasi jaringan ikat ke dinding rektum.
Komplikasi prosedur ini adalah nyeri dan perdarahan.
3. Infrared thermocoagulation.
Sinar infra merah masuk ke jaringan dan berubah menjadi panas. Manipulasi
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengatur banyaknya jumlah kerusakan
jaringan. Prosedur ini menyebabkan koagulasi, oklusi, dan sklerosis jaringan
hemoroid. Teknik ini singkat dan dengan komplikasi yang minimal.
4. Bipolar Diathermy.
Menggunakan energi listrik untuk mengkoagulasi jaringan hemoroid dan pembuluh
darah yang memperdarahinya. Biasanya digunakan pada hemoroid internal derajat
rendah.
5. Laser haemorrhoidectomy.
6. Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation.
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan proktoskop yang dilengkapi dengan
doppler probe yang dapat melokalisasi arteri. Kemudian arteri yang memperdarahi
jaringan hemoroid tersebut diligasi menggunakan absorbable suture. Pemotongan
aliran darah ini diperkirakan akan mengurangi ukuran hemoroid.
7. Cryotherapy.
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan temperatur yang sangat rendah untuk
merusak jaringan. Kerusakan ini disebabkan kristal yang terbentuk di dalam sel,

menghancurkan membran sel dan jaringan. Namun prosedur ini menghabiskan


banyak waktu dan hasil yang cukup mengecewakan. Cryotherapy adalah teknik yang
paling jarang dilakukan untuk hemoroid (American Gastroenterological Association,
2004).
8. Stappled Hemorrhoidopexy.
Teknik dilakukan dengan mengeksisi jaringan hemoroid pada bagian proksimal
dentate line. Keuntungan pada stappled hemorrhoidopexy adalah berkurangnya rasa
nyeri paska operasi selain itu teknik ini juga aman dan efektif sebagai standar
hemorrhoidectomy (Halverson, 2007).
Menurut Nagie (2007), pencegahan hemoroid dapat dilakukan dengan:
1. Konsumsi serat 25-30 gram sehari. Makanan tinggi serat seperti buah-buahan,
sayur-mayur, dan kacang-kacangan menyebabkan feses menyerap air di kolon.
Hal ini membuat feses lebih lembek dan besar, sehingga mengurangi proses
mengedan dan tekanan pada vena anus.
2. Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari
3. Mengubah kebiasaan buang air besar. Segera ke kamar mandi saat merasa akan
buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses. Hindari
mengedan.

BAB X
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
10.1 Prognosis dan komplikasi

A. Cara Menyampaikan Prognosis Kepada Pasien / Keluarga Pasien


Menyampaikan kepada pasien bahwa dengan terapi yang sesuai, pasien yang
simptomatik akan menjadi asimptomatik. Dengan melakukan terapi operatif dengan
hemoroidektomi hasilnya sangat baik, namun bisa muncul kembali (rekuren) dengan
angka kejadian rekuren sekitar 2-5%. Terapi non operatif seperti ligasi cincin karet.
(rubber band ligation) menimbulkan kejadian rekuren sekitar 30-50% antara kurun
waktu 5-10 tahun kedepan. Akan tetapi, hemoroid rekuren ini biasanya dapat
ditangani dengan terapi non operatif. Hingga saat ini belum ada penelitian yang
menunjukkan keberhasilan terapi dengan PPH. Setelah sembuh, penderita tidak
boleh sering mengejan dan dianjurkan makan makanan yang berserat tinggi.
Adapun komplikasi dari hemoroid menurut Black M joyce at,al (2000) antara :
a. Anemia yang di sebabkan karena perdarahan hebat oleh trauma pada saat
defekasi.
b. Hipotensi disebabkan karena peredaran yang keluar menyebabkan kerja
jantung menurun.

B. Tanda Untuk Merujuk


Pada penyakit hemoroid dengan kondisi pasien yang sudah lemas, penurunan
berat badan yang signifikan dan mengalami pendarahan (anemia defisiensi besi)
segera pasien dirujuk dokter umum untuk melakukan pemeriksaan penunjang untuk
melakukan terapi apabila mengalami komplikasi dirujuk ke dokter spesialis bedah
agar segera dilakukan pembedahan.

C. Peran keluarga terhadap pengobatan pasien


Peran keluarga sangat penting dalam proses pencegahan dan perawatan pasien
hemoroid yang membutuhkan perhatian yang khusus oleh keluarga. Pasien
diharuskan teratur mengkonsumsi makanan banyak serat buah dan sayuran serat,
rendah lemak serta teratur mengikuti terapi yang disarankan dokter agar perawatan

pasien dapat maksimal. Dengan peran keluarga yang mendukung dan mengingatkan
pasien agar mengkonsumsi banyak serat dan mengikuti terapi dengan teratur dan
keluarga menciptakan lingkungan rumah yang sehat dan bersih guna meningkatkan
kualitas hidup pasien.
D. Pencegahan penyakit
Pencegahan dini yang dapat dilakukan adalah
1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan
menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi
dalam usus besar.
2. Perbanyak konsumsi asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu,
konsentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin dan susu yang
mengandung lactobacillus acidophilus.
3. Hindari makanan mengandung banyak kolesterol dan lemak hewani
4. Perbanyak minum air putih
5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk
buang air besar.
6. Hidup dengan rileks dan kurangi stress
7. BAB usahakan teratur sehari sekali
8. Usahakan tinja / kotoran tidak keras sehingga pada saat BAB tidak perlu
mengejan.
9. Jangan terlalu lama jongkok di kloset.
10. Banyak minum minimal 1,5 2 liter air putih / sehari
11. Hindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi lokal ( makanan pedas, alkohol)
atau merangsang pencernaan ( kopi, teh ). Berdasarkan penelitian mengkonsumsi
makanan pedas memiliki resiko terkena hemoroid sebanyak 4,95 kali (sedangkan
orang yang mengkonsumsi alcohol memiliki resiko 1,99 kali menderita hemoroid.
12. Makanan yang seimbang , kaya serat, sayur dan buah- buahan sehingga dapat
menghindari konstipasi / sembelitkronis.
13. Hindari stress, karena berdasarkan penelitian seseorang yang stress memiliki
resiko 0,49 kali terkena hemoroid walaupun resikonya kecil tetapi hubungannya
cukup signifikan (p<0,0001).
14. Olah raga yang teratur seperti senam, berjalan, berenang, dan menungging pada
saat menjelang tidur.
15. Hindari mengangkat beban / barang yang berat.
16. Menghindari jamban jongkok
E. Komplikasi
Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah
adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik

pada hipertensi portal dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan
maka darah dapat sangat banyak. Perdarahan akut semacam ini dapat menyebabkan
syok hipovolemik. Sedangkan perdarahan kronis menyebabkan terjadinya anemia,
karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar.
Sering pasien datang dengan Hb 3-4. pada pasien ini penanganannya tidak langsung
operasi tetapi ditunggu sampai Hb pasien menjadi 10. prolaps hemoroid interna dapat
menjadi ireponibel, terjadi inkarserasi ( prolaps & terjepit diluar ) kemudian diikuti
infeksi sampai terjadi sepsis. Sebelum terjadi iskemik dapat terjadi gangren dulu
dengan bau yang menyengat

BAB XI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang
diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah
hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya
hemoroid adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek
kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan
komplikasi, diantaranya adalah terjadi trombosis, peradangan, dan terjadi perdarahan. Hemoroid
juga dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat ketidak tahuan tentang
penyakit dan pengobatannya.
B. Saran

Perlu

penyuluhan

yang

intensif tentang

penyakit,

proses

penyakit

dan pengobatannya pada penderita hemoroid. Menginformasikan tentang pencegahanpencegahan terjadinya hemoroid dengan cara :
-

Makan makanan tinggi serat, vitamin K, dan vitamin B12.

Tidak banyak duduk atau kegiatan yang menenkan daerah bokong.

Tidak terlalu kuat saat mengedan karena dapat menambah besar hemoroid.

Mengurangi makan makanan pedas yang dapat mengiritasi hemoroid.

Melakukan hemoroidektomi apabila stadium hemoroid telah mencapai derajat 3


hemoroid interna untuk mencegah terjadinya infeksi.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian
Bawah Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (belum dipublikasi).Sumber :
http://medikku.blogspot.com/2010/12/haemorroid.html. Diakses pada tanggal 16 Juni
2013 pada pukul 20.13 WIB.
Anonim.
2011.
Fisiologi
Usus

Halus

dan

Usus

Besar.

Sumber

http://id.scribd.com/doc/111668826/Fisiologi-Usus-Halus-Dan-Usus-Besar.

Diakses

tanggal 16 Juni 2013 pada pukul 21.00 WIB


Anonim. 2012. Pengertian Ca Colon. Sumber : http://meetdoctor.com/topic/colon-cancer.
Diakses pada tanggal 17 Juni 2013 pada pukul 20.30 WIB
Anonim. 2012. Pengertian Abses Hati. Sumber : http://id.prmob.net/usus/entamoebahistolytica/abses-hati-amuba-2414712.html. Diakses pada tanggal 17 Juni 2013 pada
pukul 20.32 WIB.
Anonim. 2011. Dasar Teori Laporan Biokimia Sistem Pencernaan. Laboratorium Biokimia
FK Unissula.
Anonim. 2011. Diktat Anatomi, ed. 2011, Laboratorium Anatomi FK Unissula.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo.
Burner and suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. -edisi 8,-volume 2,
Jakarta : EGC
Courtney M. Townsend, 2010, Buku Saku Ilmu Bedah Sabiston. edisi 17, Jakarta : EGC.

Guyton & Hall. 2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.ECG Elsevier
Soedarto. Sinopsis Klinik. Surabaya: Airlangga University Press, 2002.
Suyono,dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3. Balai Penercit FKUI,
Jakarta.
Yamada T. Handbook of Gastroenterology. Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers; 1998.
p. 16-28.

Anda mungkin juga menyukai