Anda di halaman 1dari 59

TAENIASIS

Dian Ayu Juwita


PENDAHULUAN

TAENIASIS adalah infeksi parasit oleh cacing


pita (cestode)pada saluran pencernaan,
sistiserkosis adalah penyakit/infeksi yang
terjadi pada jaringan lunak yang disebabkan
oleh larva dari salah satu spesies cacing taenia
yaitu spesies Taenia solium; infeksi diperoleh
karena mengkonsumsi daging mentah atau
kurang matang dari binatang yang terinfeksi
cacing pita.

Cacing Dewasa  Hidup dalam USUS


HALUS
Larva  Hidup dalam JARINGAN
PENYEBAB

₪ Taenia saginata : cacing pita sapi


₪ Taenia solium : cacing pita babi

CARA TRANSMISI

₪ Taenia saginata → konsumsi


daging sapi yang tidak matang
₪ Taenia solium → konsumsi
daging babi yang tidak matang
KLASIFIKASI

Kerajaan : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Taeniidae
Genus : Taenia
Spesies : - Taenia saginata
 - Taenia solium
Taenia solium

• TELUR → bulat.
• LARVA (CYSTICERCI) → panjang 6 -
18mm, lebar 4 -6mm saat ditemui di
otot atau jaringan subkutan, hospes
perantara mereka (umumnya babi).
• Namun cysticerci dapat juga
ditemukan pada jaringan lain seperti
sistem saraf pusat di mana ia dapat
tumbuh jauh lebih besar, diameter
sampai beberapa cm.
Taenia solium

• DEWASA → cacing pita dewasa


memiliki panjang rata-rata 3 cm,
tetapi dapat tumbuh hingga 8 cm
panjangnya. Cacing berisi 800 dan
1000 proglotids.
• SCOLEX → memiliki 4 pengisap dan
memiliki kait.
Taenia saginata

• TELUR → mirip dengan telur T.


solium.
• LARVA (CYSTICERCI) → panjang 7,5 -
10mm lebar 4 - 6 mm ditemukan
pada sapi setelah menelan telur
cacing.
• DEWASA → cacing pita dewasa
memiliki panjang rata-rata 5 cm,
yang terdiri dari sekitar 1000
proglotids (ruas tubuh) , tetapi dapat
tumbuh hingga 25 cm
• .
Taenia saginata

• SCOLEX → memiliki 4 pengisap


namun tidak ada kait.
Taenia solium vs Taenia saginata

TAENIA
KETERANGAN TAENIA SOLIUM
SAGINATA
HOSPES DEFENITIF Usus halus Usus halus
DAN HABITAT manusia manusia

Babi dan Sapi (utama),


HOSPES PERANTARA
manusia kambing, domba

HOSPES RESERVOAR Babi Sapi

NAMA TAHAP Cysticercus


Cysticercus bovis
LARVA cellulosae
Taenia solium vs Taenia saginata

KETERANGAN TAENIA SOLIUM TAENIA SAGINATA


(3-8)x 0,01 (4-15) x 0,01
UKURAN
meter meter
JUMLAH SEGMEN
(PROGLOTID)
700-1000 1000-2000

JUMLAH CABANG
TIAP SEGMEN
7-13 15-20

30.000-50.000
lebih dari 100.000
JUMLAH TELUR di setiap
di setiap segmen
segmen
tidak memiliki
SCOLEX memiliki pengait
pengait
MORFOLOGI CACING PITA

 Keterangan gambar:
A. Scolex Taenia
solium
B. Proglotid Taenia
solium
C. Scolex Taenia
saginata
D. Proglotid Taenia
saginata
E. Leher
F. Strobilla
MORFOLOGI CACING PITA

SKOLEX
Kepala yang merupakan alat untuk
melekat, dilengkapi dengan pengisap.

LEHER
Tempat pertumbuhan badan

 STROBILA
  Badan yang terdiri atas segmen-
segmen yang disebut PROGLOTID.
Telur

 Taenia saginata  Taenia solium

TelurTaenia saginata dan Taenia


solium tidak bisa dibedakan secara
morfologis
Proglotid

 Taenia saginata  Taenia solium

T. saginata memiliki 15 - 20 cabang di


setiap proglotid, sementara Taenia
solium memiliki 7 - 13.
Scolex

 Taenia saginata  Taenia solium

Scolex T. saginata memiliki 4 pengisap


dan tidak ada kait. T. solium memiliki 4
pengisap dan memiliki kait.
REPRODUKSI

• Cacing pipih dapat bereproduksi


secara ASEKSUAL dengan membelah
diri dan secara SEKSUAL dengan
perkawinan silang.
• Cacing pita bersifat hermaphrodit.
• Tiap-tiap proglotid terdiri dari satu
set komplit organ betina dan jantan.
Telur terbentuk dalam satu proglottid
dan dapat dibuahi oleh spermatozoa
dari proglottid yang sama.
PATOGENITAS
Cara taenia menimbulkan penyakit pada
manusia:
✓ Jika menempel di usus halus  menghisap
darah (anemia hiperkrommakrositer); jika
cacing semakin besar dan banyak terjadi
penyumbatan usus secara mekanik; lalu
terjadi obstruksi usus  cacing keluar dari
usus dan menyebar ke organ lain
✓ Cacing dapat juga bereproduksi  telur
cacing masuk ke dalam darah, dari dalam
darah menuju ke seluruh jaringan tubuh,
telur berkembang jadi larva, lalu larva
berkembang dalam jaringan.
DAMPAK TAENIA PADA TUBUH MANUSIA

• TAENIASIS
Infeksi pada saluran cerna yaitu usus halus
yang disebkan oleh cacing pita dewasa
Taenia saginata dan Taenia solium pada
manusia.

• SISTISERKOSIS
 Infeksi oleh larva Taenia solium
(Cysticercus Cellulosa) pada jaringan.
 NEUROSISTISERKOSIS  infeksi larva
Taenia solium pada sistim saraf pusat.
 MASA INKUBASI

Gejala dari penyakit cysticercosis biasanya muncul


beberapa minggu sampai dengan 10 tahun atau lebih
setelah seseorang terinfeksi.

Telur cacing akan tampak pada kotoran orang yang


terinfeksi oleh Taenia solium dewasa antara 8 – 12
minggu setelah orang yang bersangkutan terinfeksi, dan
untuk Taenia saginata telur akan terlihat pada tinja antara
10-14 minggu setelah seseorang terinfeksi oleh Taenia
saginata dewasa.
SUMBER PENULARAN TAENIASIS/
SISTISERKOSIS:

1. Penderita teaniasis sendiri dimana


tinjanya mengandung telur atau
proglotid cacing pita.
2. Hewan (terutama) daging babi dan
sapi yang mengandung larva
cacing pita (cysticercus).
3. Makanan/minuman dan
lingkungan yang tercemar oleh
telur-telur cacing pita
SUMBER PENULARAN TAENIASIS/
SISTISERKOSIS:

• Sedangkan penularan
sistiserkosis/neurosistiserkosis
melalui makanan atau minuman yang
tercemar oleh telurtelur cacing Taenia
Solium.
• Penularan dapat juga terjadi karena
autoinfeksi, yaitu langsung melalui
ano-oral akibat kebersihan tangan
yang kurang dari penderita Taniasis
spesies Taenia solium.
SIKLUS HIDUP
SIKLUS HIDUP
1. Telur atau diteruskan dengan kotoran ;
Telur bisa bertahan selama berhari-hari
hingga berbulan - bulan di lingkungan.
2. T. Saginata dan T. Solium menginfeksi
hewan melalui telur atau proglotids .
3. Di usus binatang, yang oncospheres
menetas , Menginvasi dinding usus, dan
bermigrasi ke otot lurik  berkembang
menjadi cysticerci.
 Sebuah cysticercus dapat bertahan
hidup selama beberapa tahun pada
hewan.
SIKLUS HIDUP

4. Manusia terinfeksi karena menelan


mentah atau setengah matang
daging yang terinfeksi .
5. Dalam usus manusia, yang
cysticercus berkembang lebih dari 2
bulan menjadi dewasa cacing pita,
yang dapat bertahan selama
bertahun-tahun.
6. Cacing pita dewasa hidup pada usus
kecil tinggal di usus halus selama
bertahun-tahun .
MEKANISME INFEKSI
Telur keluar Telur tertelan oleh
melalui tinja sapi

Telur berkembang menjadi


sisticercus bovis(stadium
Melekat ke larva) di otot sapi ATAU
mukosa usus sisticercus cellulosae di otot
babi

Sisticercus masuk
ke usus halus dan Manusia memakan
berkembang daging sapi/babi mentah
menjadi cacing atau setengah matang
dewasa yang mengandung
sisticercus
PERKEMBANGAN Taenia saginata
PERKEMBANGAN Taenia solium
PERIODESITAS

• Masa tunas infeksi cacing


berkisar antara 8-14 minggu.
• Dibutuhkan sekitar 5 sampai 12
minggu untuk cacing untuk
dewasa menjadi dewasa di
dalam usus manusia.
• Cacing dewasa T. solium dapat
bertahan dalam tubuh manusia
hingga 25 tahun atau lebih.
GEJALA KLINIS TAENIASIS
• pusing
• Insomnia
• Anorexia
• berat badan yang menurun
• sakit perut dan atau gangguan pada
pencernaan
GEJALA KLINIS SISTERKOSIS
▪ Tergantung dan letak jumlah, umur, dan
lokasi dari kista.
▪ Sebagian besar penderita tidak
menunjukkan gejala .
▪ Sistiserkosis serebral sering
menimbulkan gejala epilepsi atau gejala
meningkatnya tekanan intrakranial
ditandai dengan sakit kepala dan
muntah yang menyerupai gejala tumor
otak.
▪ Larva juga dapat bersarang di subkutan,
mata, otot, jantung dan lain-lain.
DIAGNOSA TAENIASIS
 Diagnosis taeniasis dapat ditegakkan
dengan anamnesis dan pemeriksaan tinja
secara mikroskopis.
1. Adanya riwayat mengeluarkan proglotid
(segmen) cacing pita baik pada waktu
buang air besar maupun secara spontan.
2. Pada pemeriksaan tinja ditemukan telur
atau segmen cacing Taenia.
DIAGNOSA TAENIASIS
▪ Pemeriksaan Tinja
DIAGNOSA SISTISERKOSIS
 ANAMNESIS:
 1. Berasal dari /berdomisili didaerah endemis
taeniasis / Sistiserkosis
 2. Gejala taeniasis ( ± )
 3. Riwayat mengeluarkan proglotid ( ± )
 4. Benjolan (“ nodul subkutan” ) pada salah satu
atau lebih bagian tubuh ( + )
 5. Gejala pada mata dan gejala sistiserkosis
lainnya ( ± )
 6. Riwayat / gejala epilepsi ( - )
 PEMERIKSAAN FISIK :
1. Teraba benjolan /nodul sub
kutan atau intra muskular satu
lebih
2. Kelainan mata ( oscular
cysticercosis ) dan kelainan
lainnya yang disebabkan oleh
sistiserkosis ( ± )
3. Kelainan neurologis ( - )
 PEMERIKSAAN PENUNJANG :

 1. Pemeriksaan tinja secara makroskopis :


Proglotid ( ± )
 2. Pemeriksaan tinja secara mikroskopis :
telur cacing taenia sp ( ± )
 3. Pemeriksaan serologis : sistiserkosis ( + )
 4. Pemeriksaan biopsi pada nodul subkutan
gambaran menunjukkan patologi anatomi
yang khas untuk sistiserkosis (+)
Tes serologis spesifik akan sangat membantu dalam
mendiagnosa sistiserkosis.

Untuk mengetahui adanya sistisersi pada jaringan bawah


kulit dengan visual atau preparat diagnosa pasti dilakukan
dengan pemeriksaan mikroskopis dari spesimen yang
diambil dari jaringan sistiserasi.

Sistisersi yang terdapat di jaringan otak dan jaringan


lunak lain dapat didiagnosis dengan menggunakan CAT
scan atau MRI, atau dengan X-ray jika sistisersi tersebut
mengalami kalsifikasi.
DIAGNOSA NEUROSISTISERKOSIS

 ANAMNESIS

 1) Berasal dari / berdomisili didaerah endemis


 2) Gejala taeniasis ( ± )
 3) Riwayat mengeluarkan proglotid ( ± )
 4) Gejala pada mata dan gejala sistiserkosis
lainnya (±)
 5) Riwayat /gejala epilepsi ( +)
 6) Gejala peninggian tekanan intra kranial (± )
 7) Gejala neurologis lainnya ( ± )
PEMERIKSAAN FISIK
• Teraba benjolan / nodul sub kutan atau intra
muskular satu atau lebih Kelainan mata (
ocular cysticercosis )
• Kelainan lainnya yang disebabkan
cysticercosis (±)
• Kelainan neurologis ( ± )

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 1) Pemeriksaan secara tinja makroskopis :
proglotid (+)
 2) Pemeriksaan tinja secara mikroskopis : telur
cacing Taenia sp ( + )
 3) Pemeriksaan darah tepi : Hb , leukosit
(leukositosis), Eritrosit, hitung jenis (
Eosinofilia ), laju endap darah / LED (
meningkat ) dan gula darah
 4) Punksi lumbal : sel ( eosinofil meningkat 70
% ), Protein ( meningkat 100 % ) glukosa (
menurun 70 % dibandingkan dengan glukosa
darah ) NaCI
 5) Pemeriksaan serologi ( ELISa dan atau
Immunoblot ) : sistiserkosis ( +) Spesimen
yang diperiksa berupa cairan otak ( LCS )
kurang lebih sebanyak 2-3 cc.
 6) Bila memungkinkan dilakukan pemeriksaan
CT Scan ( Computerized tomography scanning
) atau MRI ( magneticresonance imaging ).
TUJUAN TERAPI:

✓Menghilangkan keberadaan
agen penginfeksi (Taenia
sp.) pada tubuh.
✓Mencegah komplikasi yang
mungkin timbul
TERAPI UTAMA TAENIASIS:

PRAZIQUANTEL,
DOSIS TUNGGAL

Dosis : 5 – 10 mg/kgBB
CARA PENGGUNAAN OBAT
a) Satu hari sebelum pemberian obat cacing,
penderita dianjurkan untuk makan makanan
yang lunak. Malam harinya setelah makan
malam penderita menjalani puasa.
b) Keesok harinya dalam keadaan perut kosong
penderita diberi obat cacing.
c) 2 – 2½ jam stelah pemberian obat, pasien
diberikan garam Inggris ( MgS O4 ), 30 gram
untuk dewasa dan 15 gram atau 7,5 gram
untuk anak anak, sesuai dengan umur, yang
dilarutkan dalam sirop ( pemberian sekaligus ).
d) Penderita tidak boleh makan sampai buang air
besar yang pertama. Setelah buang air besar ,
penderita diberi makan bubur.
e) Sebagian kecil tinja dari buang air besar pertama
dikumpulkan dalam botol yang berisi formalin 5-
10 % untuk pemeriksaan telur Taenia sp . Tinja
dari buang air besar pertama dan berikutnya
selama 24 jam ditampung dalam baskom plastik
dan disiram dengan air panas/ mendidih supaya
cacingnya relaks. Kemudian diayak dan disaring
untuk mendapatkan proglotid dan skoleks Taenia
sp.
f) Proglotid dan skoleks dikumpulkan dan disimpan
dalam botol yang berisi alkohol 70 % untuk
pemeriksaan morfologi.
g) Pengobatan taeniasis dinyatakan berhasil bila
skoleks taenia sp. Dapat ditemukan utuh bersama
proglotid.
TERAPI PILIHAN TAENIASIS:

NICLOSAMIDE
DOSIS TUNGGAL 2 g atau 50 mg/kg
BB

Efektif untuk Taenia saginata dan Taenia


solium
TERAPI SISTISERKOSIS:
PRAZIQUANTEL atau
ALBENDAZOLE
a) PRAZIQUANTEL : dosis 50 mg/kg BB/hari, dosis
tunggal /dibagi 3 dosis per oral selama 15-30 hari
b) ALBENDAZOLE 15 mg/kg BB/hari, dosis tunggal
dibagi 3 dosis per oral selama 7 hari
c) Pencegan udem otak : KORTIKOSTEROID
(prednison 1mg/kg BB/hari dosis tunggal/dibagi 3
dosis atau DEXAMETHASONE dengan dosis yang
setara dengan prednison).

HARUS DIBAWAH PENGAWASAN PETUGAS


KESEHATAN ATAU DILAKUKAN DIRUMAH SAKIT
TERAPI NEUROSISTISERKOSIS:
PRAZIQUANTEL atau
ALBENDAZOLE
a. PREZIQUANTAEL dengan dosis 50-100
mg/kg BB/hari, dosis tunggal dibagi 3 dosis,
diberikan per oral selama 15-30 hari.
b. ALBENDAZOLE 15 mg/kg BB/hari, dosis
tunggal/dibagi 3 dosis, per oral selama 30
hari.
TERAPI NEUROSISTISERKOSIS:
Untuk mengurangi reaksi dari tubuh
diberikan DEXAMETHASONE (atau
PREDNISON dengan dosis yang setara
dengan dexamethasone) selama 45 hari ,
diturunkan bertahap :
1. 15 hari pertama diberikan 3x5 mg/hari,
peroral
2. 15 hari kedua diberikan 2x5 mg/hari,
peroral
3. 15 hari ketiga diberikan 1x5 mg/hari,
peroral
PRAZIQUANTEL

• Praziquantel (Biltricide) bersifat


antelmintik.
Mekanisme kerja Praziquantel
 1.PADA KADAR EFEKTIF TERENDAH
 menimbulkan peningkatan
aktivitas otot cacing, karena
hilangnya Ca2+ intrasel sehingga
timbul kontraksi dan paralisis
spastic yang bersifat reversible,
yang mungkin mengakibatkan
terlepasnya cacing dari tempatnya
yang mungkin mengakibatkan
terlepasnya cacing dari tempatnya
yang normal pada hospes.
Mekanisme kerja Praziquantel
 2.PADA DOSIS TERAPI YANG
LEBIH TINGGI  prazikuantel
mengakibatkan vakuolisasi dan
vesikulasi segment cacing,
sehingga isi cacing keluar,
mekanisme pertahanan tubuh
hospes dipacu dan terjadi
kehancuran cacing.
FARMAKOKINETIK

✓ Absorbsi baik pd saluran


pencernaan
✓ T ½ 4-6 jam
✓ Terikat dengan protein 80 %
✓ Penetrasi melalui CNS 15-20%
✓ Mengalami metabolisme di
hati
✓ Eliminasi melalui urin
EFEK SAMPING
INTERAKSI OBAT
• Obat yang menginduksi CYP3A3/4
(Contoh: dexamethasone, carbamazepine,
phenobarbital, phenytoin)  dapat
meningkatkan clarence, menurunkan
bioavailabilitas.
 SOLUSI : pemberian pada waktu yang
berbeda.
• Obat yang menghambat CYP3A3/4
(Contoh: cimetidine, ketoconazole,
erythromycin)  penurunan clearence,
meningkatkan kadar obat dalam slasma,
memperpanjang t ½.
FOLLOW UP TERAPI
TAENIASIS
• Keberhasilan pengobatan 
Pemeriksaan tinja hari ke 90 dan hari
ke 180 pasca pengobatan , dengan
tidak ditemekannyal telur cacing
Taenia sp. dan prologtidnya (
termasuk anamnesis ).

SISTISERKOSIS
• Follow up dilakukan 3 bulan pasca
pengobatan , apakah terdapat kista
dan sebagainya.
FOLLOW UP TERAPI
NEUROSISTISERKOSIS
Kriteria keberhasilan
neurosistiserkosis
a. Frekuensi serangan ( attak rate )
makin berkurang.
b. Selama 2 tahun berutut-turut tidak
ada serangan epilepsi, pengobatan
untuk epilepsi diteruskan 6 bulan
lagi , lalu diturunkan secara
bertahap untuk kemudian
dihentikan sama sekali.
PENCEGAHAN TAENIASIS
a. Usaha untuk menghilangkan sumber
infeksi dengan mengobati penderita
taenasis
b. Pemakaian jamban keluarga ,sehingga
tinja manusia tidak dimakan oleh babi
dan tidak mencemari tanah atau rumput.
c. Pemelihara sapi atau babi pada tempat
yang tidak tercemar atau sapi
dikandangkan sehingga tidak dapat
berkeliaran.
d. Pemeriksaan daging oleh dokter
hewan/mantri hewan di RPH, sehingga
daging yang mengandung kista tidak
sampai dikonsumsi masyarakat.
PENCEGAHAN TAENIASIS

e. Daging yang mengandung kista tidak


boleh dimakan.
f. Menghilanglkan kebiasaan maka
makanan yang mengandung daging
setengah matang atau mentah.
g. Memasak daging sampai matang ( diatas
57 º C dalam waktu cukup lama ) atau
membekukan dibawah 10ºC.
 Pengawasan terhadap penderita, kontak
dan lingkungan sekitarnya

 1) Laporan ke dinas Kesehatan setempat: Dilaporkan


secara selektif
2) Isolasi: Tidak dianjurkan. Kotoran orang yang
terinfeksi Taenia solium yang tidak diobati dengan
baik dapat menular.
3) Disinfeksi serentak: Buanglah kotoran manusia pada
jamban saniter; budayakan perilaku hidup bersih dan
sehat secara ketat seperti membiasakan cuci tangan
sebelum makan dan sesudah buang air besar
khsususnya untuk mencegah infeksi cacing Taenia
solium.
4) Lakukan investigasi terhadap kontak dan sumber
infeksi : Lakukan evaluasi terhadap kontak yang
menunjukkan gejala.

Anda mungkin juga menyukai