Anda di halaman 1dari 10

Nama : Mufidah

NIM : P27834017017
Prodi/Semester : D3 Analis Kesehatan/4
Mata Kuliah : Parasitologi 2

Taenia saginata

Gambar Cacing Taenia saginata


A. Sejarah
Keberadaan cacing pita ini telah diketahui sejak dulu. Parasit ini dikenal sebagai suatu
spesies tersendiri oleh Goeze pada tahun 1782. Hubungan antara cacing dewasa dengan
cacing gelembungnya (sistiserkus), yaitu stadium larva yang terdapat pada sapi, yang telah
dibuktikan oleh Leukart tahun 1861, yang berhasil menginfeksi proglotid gravid pada anak
sapi. Delapan tahun kemudian, Oliver mengadakan percobaan sebaliknya, yaitu menginfeksi
manusia dengan sistiserkus sapi. Sistiserkus yang ditemukan pada sapi, dikenal dengan
Cysticercus bovis.

B. Hospes dan Nama Penyakit


Taenia saginata merupakan parasit yang termasuk dalam kelas cestoda yang hidup
dalam usus manusia. Cacing ini disebut juga dengan Taeniarhynchus saginata dan cacing pita
sapi. Hospes definitif cacing pita Taenia saginata adalah manusia, sedangkan hewan
memamah biak dari keluarga Bovidae, seperti sapi, kerbau dan lainnya adalah hospes
perantaranya. Nama penyakitnya adalah taeniasis saginata.

C. Taksonomi Taenia saginata


 Kingdom : Animalia
 Filum : Platyhelminthes
 Kelas : Cestoda
 Ordo : Cyclophyllidea
 Famili : Taeniidae
 Genus : Taenia
 Spesies : Taenia saginata

D. Distribusi Geografik
Cacing ini dapat dijumpai di seluruh dunia terutama di daerah yang banyak
mengkonsumsi daging sapi dan mempunyai sanitasi yang buruk. Penyebaran dan kasus
infeksi akibat taenia lebih banyak terjadi di daerah tropis karena daerah tropis memiliki
curah hujan yang tinggi dan iklim yang sesuai untuk perkembangan parasit ini. Seperti
di Afrika, beberapa bagian dari Eropa Timur, Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Amerika
Latin.

E. Morfologi
 Morfologi Cacing

(a) (b)

Gambar Scolex Taenia saginata (a) dan Proglotid gravid Taenia saginata (b)
Ciri-ciri cacing dewasa Taenia saginata :
 Cacing dewasa mempunyai panjang 5 – 10 meter
 Cacing ini terdiri dari scolex, leher, dan strobila
 Scolex berbentuk piriform berukuran 1 – 2 mm dilengkapi dengan 4 batil isap
yang menonjol
 Strobila terdiri dari 1000 – 2000 proglotid atau segmen dimana makin ke distal
proglotid semakin matang
 Proglotid gravid berukuran 16 – 20 x 5 – 7 mm dengan cabang uterus berjumlah
15 – 20 buah tiap sisi dimana uterus gravid ini mengandung 80.000 – 100.000
telur
 Lubang kelamin atau porus genitalis terletak di sebelah lateral dan letaknya
berselang-seling di kanan dan kiri tidak teratur

 Morfologi Telur
Gambar Telur Taenia sp
Ciri-ciri telur Taenia sp. :
 Ukuran : panjang 30 – 40 μm dan lebar 20 – 30 μm
 Berwarna coklat tengguli
 Lapisan embriofore bergaris-garis radier
 Di dalamnya terdapat hexacanth embrio

F. Siklus Hidup

Gambar siklus hidup Taenia sp

Proglotid yang matang (proglotid gravid) keluar bersama tinja atau bergerak aktif
menuju anus → cabang-cabang uterus anterior pecah dan telur keluar melalui pinggiran
anterior → jika telur termakan hospes intermedier (sapi) di dalam usus embriofore
terdesintegrasi oleh asam lambung → hexacanth embrio meninggalkan kulit telur dan
menembus dinding usus bersama limfe/darah dibawa ke jaringan ikat dialam otot → tumbuh
menjadi cysticercus bovis (cacing gelembung) dalam waktu 12 – 15 minggu, cysticercus
bovis berupa gelembung dengan ukuran 7,5 – 10 mm x 4 – 6 mm dimana didalamnya terdapat
scolex yang mengalami invaginasi → bila cysticercus hidup ditelan manusia maka di dalam
usus scolex mengalami evaginasi dan melekatkan diri pada mukosa jejunum dan tumbuh
menjadi cacing dewasa dalam waktu 8 – 10 minggu, cacing dapat hidup lebih dari 25 tahun.

G. Gejala Klinis
Cacing dewasa jarang menimbulkan gejala yang nyata, keluhan yang mungkin
dijumpai. Gejala klinis yang ringan seperti rasa sakit ulu hati, perut merasa tidak enak, mual,
muntah, diare, pusing atau gugup. Gejala tersebut disertai proglotid dapat bergerak aktif,
kadang dapat ditemukan pada pakaian dalam atau tempat tidur. Gejala yang lebih berat dapat
terjadi, yaitu apabila proglotid masuk apendiks, terjadi ileus yang disebabkan obstruksi usus
oleh strobila cacing dan biasanya menyebabkan berat badan menurun.

H. Cara Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan proglotid gravid atau telur dalam tinja atau
daerah perianal dengan cara swab. Telur Taenia saginata sulit dibedakan dengan telur Taenia
solium tetapi proglotid gravidnya dapat dibedakan berdasarkan jumlah lateral uterus atau
scolexnya yang tidak mempunyai kait-kait. Pemisahan Taenia saginata dan Taenia
solium paling baik dilakukan dengan pemeriksaan proglottid dewasa. Taenia
saginata memiliki 12-30 cabang uterus lateral primer, sedangkan Taenia solium memiliki 7-13
cabang uterine lateral primer. Visualisasi cabang dapat ditingkatkan dengan membersihkan
spesimen dalam laktofenol diikuti oleh injeksi tinta India ke dalam pori genital lateral.

I. Pencegahan
Pencegahan taeniasis saginata dapat dilakukan dengan cara yang meliputi :
 Memasak daging sapi sampai matang sempurna
 Memeriksa daging sapi akan adanya cysticercosis
 Menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati dan mencegah kontaminasi tanah
dengan tinja manusia
 Melakukan pendinginan daging sapi

J. Pengobatan
Praziquantel adalah obat yang paling sering digunakan untuk mengobati taeniasis.
Dosis yang diberikan adalah 5-10 mg/kg secara oral untuk sekali minum pada orang dewasa
dan 5-10 mg/kg pada anak-anak.
Obat alternatifnya adalah Niklosamida, yang diberikan pada 2 gram secara oral untuk
sekali minum pada orang dewasa dan 50 mg/kg pada anak-anak. Setelah pengobatan, tinja
harus dikumpulkan selama 3 hari untuk mencari proglotid cacing pita untuk identifikasi
spesies. Pemeriksaan tinja harus dikaji ulang untuk telur taenia dalam waktu 1 dan 3 bulan
setelah pengobatan untuk memastikan sudah tidak terinfeksi taeniasis.
Taenia solium

Gambar Cacing Taenia solium


A. Sejarah
Cacing pita dari daging babi, diketahui sejak Hippocrates, atau mungkin sejak Nabi
Musa walaupun pada saat itu belum dapat dibedakan antara cacing pita daging sapi dengan
cacing pita daging babi, sampai pada karya Goeze (1782)
Aristophane dan Aristoteles melukiskan stadium larva atau sistiserkus selulose pada
lidah babi hutan. Gessner (1558) dan Rumler (1588), melaporkan stadium larva pada
manusia. Kuchenmeister (1855) dan Leuckart (1856), adalah sarjana-sarjana yang pertama
kali mengadakan penelitian daur hidup cacing tersebut dan membuktikan bahwa cacing
gelembung yang didapatkan pada daging babi adalah larva cacing Taenia solium.

B. Hospes dan Nama Penyakit


Hospes definitif Taenia solium adalah manusia, sedangkan hospes perantaranya
adalah babi. Manusia yang dihinggapi cacing deasa Taenia solium, juga menjadi hospes
perantara cacing ini. Namun penyakit yang disebabkan oleh cacing dewasa adalah taniasis
solium dan yang disebabkan stadium larva adalah sistiserkosis.

C. Distribusi Geografik
Cacing pita Taenia tersebar secara luas di seluruh dunia terutama di daerah yang banyak
mengkonsumsi daging babi dan mempunyai sanitasi yang buruk . Penyebaran Taenia dan kasus
infeksi akibat Taenia lebih banyak terjadi di daerah tropis karena daerah tropis memiliki
curah hujan yang tinggi dan iklim yang sesuai untuk perkembangan parasit ini. Seperti di Asia
Tenggara, India, Afrika Selatan, dan Amerika Latin.

D. Taksonomi
 Kingdom : Animalia
 Filum : Platyhelminthes
 Kelas : Cestoda
 Ordo : Cyclophyllidea
 Famili : Taeniidae
 Genus : Taenia
 Spesies : Taenia solium

E. Morfologi
 Morfologi Cacing

(a) (b)
Gambar Scolex (a) dan Proglotid gravid Taenia solium (b)

Ciri-ciri cacing dewasa Taenia solium :


 Cacing dewasa mempunyai panjang 2 – 4 meter, kadang sampai 8 m
 Cacing ini terdiri dari scolex, leher, dan strobila
 Scolex dilengkapi dengan 2 baris kait yang terdiri atas kait panjang dan pendek,
jumlahnya mencapai 25 – 30 buah.
 Diameter scolex ± 1 mm terdapat 4 buah batil isap yang berbentuk mangkok
Mempunyai 800 – 1000 segmen dengan lubang kelamin pada sisi lateral kanan
ata kiri tidak beraturan
 Uterus gravid mempunyai cabang lateral mengandung 30 – 50 butir telur Ovarium
terdiri atas 2 lobus lateral dan satu lobus kecil.

 Morfologi Telur

Gambar Telur Taenia sp.


Ciri-ciri telur Taenia sp. :
 Ukuran : panjang 30 – 40 μm dan lebar 20 – 30 μm
 Berwarna coklat tengguli
 Lapisan embriofore bergaris-garis radier
 Di dalamnya terdapat hexacanth embrio

F. Siklus Hidup

Gambar siklus hidup Taenia solium

Proglotid yang matang (proglotid gravid) keluar bersama tinja atau bergerak aktif
menuju anus → cabang-cabang uterus anterior pecah dan telur keluar melalui pinggiran
anterior → jika telur termakan hospes intermedier (babi) di dalam usus embriofore
terdesintegrasi oleh asam lambung → hexacanth embrio meninggalkan kulit telur dan
menembus dinding usus bersama limfe/darah berbagai organ dalam yang paling sering adalah
otot lidah, masseter diafragma, jantung, juga hati, ginjal, paru-paru, otak dan mata babi →
tumbuh menjadi cysticercus cellulosa (cacing gelembung) dengan ukuran 5 mm x 8 – 10 mm
dimana didalamnya terdapat scolex yang mengalami invaginasi, scolex ini telah dilengkapi
dengan kait-kait dan batil isap → bila cysticercus hidup ditelan manusia maka oleh enzim-
enzim pencernaan cysticercus ini dibebaskan → scolex mengadakan evaginasi dan
menempel pada mukosa jejunum → tumbuh menjadi cacing dewasa dalam 3 bulan, cacing
dewasa dapat hidup lebih dari 25 tahun. Pada cysticercus cellulosa infeksi terjadi karena
manusia makan telur Taenia solium atau karena proglotid masuk ke lambung baik karena
regurgitasi (anti peristaltik) maupun sebab ikut bersama makanan. Di dalam usus hexacanth
embrio dibebaskan dan bersama aliran darah atau aliran limfe ke organ-organ dan membentuk
cysticercus cellulosae.
G. Gejala Klinis
Cacing dewasa biasanya hanya menyebabkan peradangan setempat pada mukosa usus,
kerusakan yang lebih berat ditimbulkan oleh bentuk larvanya (cysticercus cellulosae).
Penderita taeniasis solium mungkin hanya mengeluh tentang gangguan pencernaan yang
sifatnya ringan tetapi menahun, misalnya rasa sakit perut yang tidak begitu nyata, diare,
konstipasi bergantian, serta dapat terjadi eosinofilia mencapai 28%.
Pada cysticercosis gejala yang terjadi tergantung pada lokasi cysticercus cellulosae.
Cysticercus cellulosae bisa terdapat di kulit, otot, otak dan mata, sering kali bersifat multiple
dan tempat yang paling sering dihinggapi adalah otot bergaris dan otak. Kista yang sedang
tumbuh menimbulkan reaksi peradangan dan akhirnya fibrosis atau perkapuran. Pada stadium
infasi tidak ada gejala prodormal atau sakit otot ringan dan suhu sedikit meninggi.

H. Cara Diagnosis
Diagnosis taeniasis solium ditegakkan dengan menemukan proglotid gravid atau telur
dalam tinja atau daerah perianal dengan cara swab. Telur Taenia solium sulit dibedakan
dengan telur Taenia saginata tetapi proglotid gravidnya dapat dibedakan berdasarkan jumlah
lateral uterus atau scolexnya yang tidak mempunyai kait-kait. Sedangkan cysticercosis
ditegakkan dengan menemukan cysticercus dalam benjolan dan dengan reaksi imunologi.
Pemisahan Taenia saginata dan Taenia solium paling baik dilakukan dengan
pemeriksaan proglottid dewasa. Taenia saginata memiliki 12-30 cabang uterus lateral primer,
sedangkan Taenia solium memiliki 7-13 cabang uterine lateral primer. Visualisasi cabang
dapat ditingkatkan dengan membersihkan spesimen dalam laktofenol diikuti oleh injeksi tinta
India ke dalam pori genital lateral.

I. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa cara yang meliputi :
 Memasak daging babi sampai matang sempurna
 Memeriksa daging babi akan adanya cysticercosis
 Menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati dan mencegah kontaminasi tanah
dengan tinja manusia

J. Pengobatan
Praziquantel adalah obat yang paling sering digunakan untuk mengobati taeniasis.
Dosis yang diberikan adalah 5-10 mg/kg secara oral untuk sekali minum pada orang dewasa
dan 5-10 mg/kg pada anak-anak. Jika pasien memiliki cysticercosis selain taeniasis,
praziquantel harus digunakan dengan hati-hati.
Obat alternatifnya adalah Niklosamida, yang diberikan pada 2 gram secara oral untuk
sekali minum pada orang dewasa dan 50 mg/kg pada anak-anak. Setelah pengobatan, tinja
harus dikumpulkan selama 3 hari untuk mencari proglotid cacing pita untuk identifikasi
spesies. Pemeriksaan tinja harus dikaji ulang untuk telur taenia dalam waktu 1 dan 3 bulan
setelah pengobatan untuk memastikan sudah tidak terinfeksi taeniasis.

Anda mungkin juga menyukai