Anda di halaman 1dari 10

Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Cysticercosis

Rossa Widhiya Ningrum, Rosita Silfiani, Sheren Mega Fitri Ananda


IIK STRADA Indonesia
Lacitaivana717@gmail.com, rositasilfiani@gmail.com, sherengafida@gmail.com

Abstrak
Cysticercosis adalah penyakit kecacingan yang disebabkan oleh cacing pita atau
Cysticercus. Parasit ini termasuk kedalam kelas Eucestoda, ordo Cyclophyllidea, keluarga
Taenidae, Genus Taenia dan spesies Taenia Solium serta Taenia saginata. Cysticercus bolvis
merupakan fase larva dari cacing pita sapi Taenia Saginata. Taenia Saginata merupakan salah
satu cacing pita yang berukuran besar dan Panjang. Cysticercosis adalah penyakit kecacingan
yang disebabkan oleh cacing pita atau Cysticercus. Parasit ini termasuk kedalam kelas
Eucestoda, ordo Cyclophyllidea, keluarga Taenidae, Genus Taenia dan spesies Taenia Solium
serta Taenia saginata. Penyebab seseorang terinfeksi Cysticercosis, cacing pita sapi Taenia
Saginata yaitu tidak sengaja menelan telur cacing pita dari makanan atau air yang sudah
tercemar oleh kotoran orang atau hewan yang mengandung cacing pita. Telur menetas di
dalam usus dan larva tahap pertama dilepaskan kef eses di dalamnya mengandung sistiserkus
Taenia Saginata.

Kata Kunci : Cysticercosis, Taenia Saginata, Pencegaha dan Pengobatan


1. Latar Belakang
Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga
kerja, dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di
dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari family
Bovidae, seperti halnya bison, banteng, kerbau (Sugeng, 2003).
Cysticercosis adalah penyakit kecacingan yang disebabkan oleh cacing pita
atau Cysticercus. Parasit ini termasuk kedalam kelas Eucestoda, ordo Cyclophyllidea,
keluarga Taenidae, Genus Taenia dan spesies Taenia Solium serta Taenia saginata.
Cysticercosis merupakan salah satu penyakit zoonosis dimana manusia manusia
sebagai inang (host) yang menularkan ke sapi melalui telur dalam segmen yang keluar
bersama feses.
Cysticercosis pada sapi disebabkan oleh cacing pita Taenia Saginata. Taenia
Saginata umumnya dikenal sebagai cacing pita sapi, merupakan cacing pita zoonotik
yang termasuk ordo Cyclophyllidea dan genus Taenia. Parasite usus pada manusia ini
menyebabkan taeniasis (sejenis kecacingan) dan cyticercosis pada sapi. Cysticercus
bolvis merupakan fase larva daric acing pita sapi Taenia Saginata (Taeresa et al, 2011;
Dharmawan et al, 2012).
Sitiserkus yang ditemukan pada sapi dikenal dengan nama C.bovis yang
merupakan bentuk larva cacing pita Taenia saginata. Sedangkan infeksi dari C.
bovisdisebut Cyticercosis. Cyticercosis pada sapi ditemukan hamper di seluruh dunia,
dengan kategori prevalensi rendah di negara maju, moderat di negara asia selatan dan
tinggi di negara sedang berkembang (Taeresa et al, 2011; Dharmawan et al, 2012).
Habitat cacing pita Taenia Saginata di dalam tubuh manusia terletak pada usus
halus bagian atas. Cacing dewasa dapat hidup didalam usus manusia hingga 10 tahun
lamanya (Soedarto, 2008)
Taenesis dan Cysticercosis sangat betkaitan dengan faktor sosiokultural, salah
satunya adalah kebiasaan pengolahan makanan yang kurang sehat terutama daging.
Tingkat konsumsi daging di Indonesia masih terbilang rendah, adanya peningkatan
jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan selera masyarakat telah
menyebabkan konsumsi daging secara nasional meningkat sejak tahun 2005
(Estuningsih, 2009)
Penyebab seseorang terinfeksi Cysticercosis, cacing pita sapi Taenia Saginata
yaitu tidak sengaja menelan telur cacing pita dari makanan atau air yang sudah
tercemar oleh kotoran orang atau hewan yang mengandung cacing pita, telur menetas
di dalam usus dan larva tahap pertama dilepaskan kef eses di dalamnya mengandung
sistiserkus Taenia Saginata (Martoyo, 2012).

2. Kasus/Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana mengidentifikasi penyakit Cysticercosis?
b. Bagaimana epidemiologi penyakit Cysticercosis?
c. Bagaimana pencegahan dan pengobatan penyakit Cysticercosis?

3. Tinjauan Pustaka
a. Sapi
 Morfologi Sapi
Sapi umumnya memiliki tubuh yang besar dan memiliki punuk. Pada bagian
ujung telinga meruncing dengan kepala panjang dan dahi sempit.Memiliki bahu
pendek, halus, dan rata. Untuk bangsa sapi tropis, pertumbuhannya lambat
sehingga pada umur 5 tahun baru busa didapatkan berat yang maksimal dengan
sekitar 250-650 kg (Sudarmono dan Sugeng, 2016).Sapi merupakan hewan
Ruminansiamempunyai lambung ganda, ada sebanyak empat bagian yaitu
rumen, retikulum, omasum, dan obamasum.Rumen dan retikulum memegang
peranan penting dalam saluran pencernaan ruminansia. Proses fermentasi pakan
terjadi di dalam rumen dan siklus utama motilitas rumen selalu dimulai dengan
kontraksi retikulum (Envisari dkk, 2017).
 Klasifikasi Sapi
Menurut Kindersley (2010) bangsa sapi mempunyai klasifikasi taksonomi
sebagai berikut : Kingdom : Animalia
Phylum : Chodata
Class : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Genus : Bos
Spesies : Bos taurus(sapi Eropa),bos indicus (sapi India/sapi zebu),bos
sondaicus (banteng/sapi Bali)
Pada perkembangan dari asal sapi tersebut dikenal tiga kelompok nenek
moyang hasil penjinakkan yaitu :
1. Bos taurus, yaitu bangsa sapi yang berasal dari Inggris dan Eropa Selatan.
2. Bos indicus atau sapi Zebu (berpunuk), yang keturunannya di Indonesia
disebut sapi peternakan Ongole (PO) da Brahman. Bangsa ternak sapi yang
banyka dikembangkan di Asia dan Afrika.
3. Bos sondaicus atau bos banteng, yaitu bandsa ternak sapi yang terdapat di
indonesia. Sapi yang beke,bang sebagai keturunan banteng.
Dari sekian banyak sapi zebu, jenis yang paling banyak dibudidayakan
peternak Indonesia antara lain sapi Bali, sapi Ongole (Sumba Ongole dan
peternakan Ongole), dan sapi Madura (Rukmana, 2015).
b. Cysticercosis
Bovine cysticercosis adalah infeksi larva Taenia saginata yang disebut
Cysticercus bovis pada sapi. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit parasit
tropis yang terabaikan dan bersifat zoonosis. Bentuk dewasa dari larva ini berupa
cacing pita, menyebabkan taeniasis pada manusia. Untuk kelangsungan hidupnya,
cacing pita memerlukan manusia sebagai inang definitif dan ternak sapi sebagai
inang antara. Cacing pita T. saginata ditemukan pada usus manusia, sementara
bentuk larva atau kistanya yaitu C. bovis menginfeksi otot sapi. Manusia terinfeksi
cacing pita bila mengonsumsi daging sapi yang tidak dimasak atau dimasak
kurang matang yang mengandung C. bovis. Sebaliknya, sapi terinfeksi larva
cacing pita bila menelan telur T. saginata yang dikeluarkan manusia lewat feses
(Prakashbabu et al., 2018)
c. Taenia Saginata
Taenia saginata adalah salah satu cacing pita yang berukuran besar dan
panjang.Terdiri atas kepala yang disebut skoleks, leher dan stobila yang
merupakan rangkaian ruas-ruas proglotid, sebanyak 1000-2000 buah.Panjang
cacing 4-12 meteratau lebih.Skoleksnya hanya berukuran 1-2 milimeter,
mempunyai empat batil isap dengan otot-otot yang kuat, tanpa kaitkait.Bentuk
leher sempit, ruas-ruas tidak jelas dan didalamnya tidak terlihat struktur
tertentu.Strobila terdiri atas rangkaian proglotid yang belum dewasa (imatur) yang
dewasa (matur) dan yang mengandung telur atau disebut dengan gravid.Pada
proglotid yang belum dewasa, belum terlihat struktur alat kelamin yang jelas.Pada
proglotid yang dewasa terlihat struktur alat kelamin seperti folikel testis yang
berjumlah 300-400 buah, tersebar dibidang dorsal.Vasa eferensnya bergabung
untuk masuk kerongga kelamin (genital atrium), yang berakhir dilubang kelamin
(genital pure).Lubang kelamin letaknya selangseling pada sisi kanan atau kiri
strobila.Dibagian posterior lubang kelamin, dekat van deferens, terdapat tabung
vagina yang berpangkal pada ootip (FKUI, 2015).
 Morfologi Taenia Saginata
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoidea
Ordo : Cyclophyllidea
Family : Taenidae
Genus : Taenia
Spesies : Saginata
Taenia saginata adalah salah satu cacing pita yang berukuran besar dan
panjang yang terdiri atas kepala disebut skoleks, leher dan strobila yang terdiri
atas susunan proglotid. Bentuk dari telur cacing Taenia saginata ini bulat
dengan ukuran 30-40 x 20-30 mikron yang berisi embrio heksakan. Ketika telur
baru keluar dari uterus, telur tersebut masih di liputi selaput tipis yang di sebut
lapisan luar telur (Sutanto dkk, 2013).
Skoleks pada Taenia saginata berukuran 1,5-2 milimeter dan memiliki 4 batil
isap yang menyerupai mangkuk berdiameter kurang lebih 0,7-0,8 milimeter,
skoleks tidak memiliki rostelum ataupun kait. Cacing dewasa memiliki panjang
badan kurang lebih 6 meter dan akan tetapi pada keadaan yang sangat baik
cacing dewasa ini dapat berkembang mencapai 25 meter bahkan lebih. Caing
Taenia saginata lebih panjang dari pada Taenia solium karena lebih banyak
memiliki proglotid dengan ukuran lebih panjang dan jumlah proglotid antara
1.000- 2.000 buah (Handjojo dan Margono, 2008).
Telur dilepaskan bersama proglotid atau tersendiri melalui lubang uterus.
Embrio didalam telur disebut onkosfer berupa embrio heksakan yang tumbuh
menjadi bentuk infeksi dalam hospes perantara. Infeksi terjadi dengan menelan
larva bentuk infeksi atau menelan telur (Sutanto dkk, 2013).
Habitat cacing dewasa ini hidup di bagian atas jejunum dan mampu bertahan
hidup selama 25 tahun. Morfologi dari cacing Taenia saginata ini berbentuk
pita, pipih dorsoventral dan memiliki panjang 25 meter atau lebih. Skoleks
berupa kepala kecil dengan diamter 1-2 milimeter berbentuk seperti mangkuk
dan mempunyai 4 batil isap setengah bulat, tidak mempunyai rostelum dan
kait-kait. Leher dari cacing Taenia saginata berbentuk sempit dan merupakan
tempat tumbuhnya badan dan ruas-ruas (Muslim, 2009).
Segmen dari cacing Taenia saginata ini sebanyak 2.000 buah, segmen matur
mempunyai ukuran panjang 3-4 kali ukuran lebar. Segmen gravid paling ujung
berukuran 0,5 cm x 2 cm letak lubang siginital ada di dekat ujung posterior
segmen. Uterus pada segmen gravid bercabang 15-30 pasang di setiap sisi
segmen dan tidak memiliki porus uterinus. Segmen gravid setiap harinya
melepaskan lebih dari 9 segmen. Segmen gravid dilepaskan satu demi satu, dan
tiap segmen gravid dapat bergerak sendiri di luar anus (Handjojo dan Margono,
2008).
 Siklus Hidup Taenia Saginata
Manusia sebagai hospes definitif tunggal.Cacing dewasa hidup dibagian atas
jejunum.Cacing ini dapat bertahan hidup sampai 25 tahun.Pada tubuh manusia
biasanya ditemukan hanya satu ekor cacing dewasa. Sebagai hospes perantara
sapi beserta binatang herbivora lain sehingga disebut cacing pita sapi. Dalam
tubuh sapi ditemukan larva yang disebut cystycercus bovis terdapat pada otot
masseter, paha belakang, kelosa serta otot lainnya (Natadisastra,2009).
Jika seorang manusia yang menderita Taeniasis (Taenia saginata) maka di
dalam ususnya terdapat proglotid yang sudah masak (mengandung embrio)
apabila telur tersebut keluar bersama feses dan termakan oleh sapi, lalu masuk
kedalam usus sapi akan tumbuh dan berkembang menjadi onkoster (telur yang
mengandung larva). larva onkoster menembus usus dan masuk ke dalam
pembuluh darah atau pembuluh limpa, kemudian sampai ke otot atau daging
dan membentuk kista yang di sebut sistiserkus bovis yaitu larva dari cacing
Taenia saginata. Peristiwa ini terjadi setelah 12-15 minggu. Kista akan
membesar danmembentuk gelembung yang disebut sistersirkus. Manusia akan
terinfeksi oleh cacing Taenia saginata apababila memakan daging sapi mentah
atau setengah matang. Dinding sistersirkus akan dicerna dilambung sedangkan
larva dan skoleks akan menempel pada usus manusia. Kemudia larva tumbuh
menjadi cacing dewasa yang bersegmen yang disebut proglotid yang
menghasilkan telur.
Jika proglotid masuk dan akan keluar bersama feses, kemudian termakan oleh
sapi. Selanjutnya, telur yang berisi embrio tadi dalam usus sapi akan menetas
menjadi larva onkoster. Setelah itu larva akan tumbuh berkembang mengikuti
siklus hidup di atas. Taenia saginata tumbuh menjadi cacing dewasa dalam
waktu 5-12 minggu (Estuningsih, 2009).
4. Pembahasan
a. Identifikasi Penyakit Cysticercosis
Cysticercosis adalah penyakit kecacingan yang disebabkan oleh cacing pita
atau Cysticercus. Parasit ini termasuk ke dalam Kelas Eucestoda, Ordo
Cyclophylidea, Keluarga Taenildae, Genus Taenia, dan Spesies Taenia solium.
Cacing pita juga dikenal dengan sebutan “human pork tapeworm”. Agen infektif
penyakit ini adalah pada fase metacestode. Cacing pita dewasa hidup dalam usus
manusia dan mampu tumbuh hingga mencapai 2-8 meter. Setidaknya, terdapat 2
(dua) jenis cacing pita, yaitu Taenia solium (pada babi) dan Taenia saginata (pada
sapi). Cacing pita stadium larva dari T.solium yang terdapat dalam daging babi
disebut Cysticercus cellulose, sedang stadium larva dari T.saginata yang terdapat
dalam daging sapi disebut Cysticercus bovis atau C.innermis.
Cysticercosis merupakan salah satu penyakit zoonosis dimana manusia
sebagai inang (host) yang menularkan ke sapi melalui telur dalam segmen yang
keluar bersama feses. Sapi dan babi akan terinfeksi apabila menelan telur dalam
segmen tersebut (proglotida) melalui rumput yang terkontaminasi. Adanya
cysticercus di dalam jaringan akan menyebabkan degenerasi sel di sekitarnya.
Apabila jumlah kista cukup banyak, maka sebagian atau seluruh karkas terpaksa
harus dimusnahkan karena dapat membahayakan kesehatan manusia. Disamping
mempunyai dampak kesehatan, kerugian ekonomis yang ditimbulkan akibat
penyakit ini terbilang besar.
Stadium larva cacing pita T.solium dan T.saginata, yaitu C.cellulose dan
C.bovis. Cysticercus berbentuk gelembung yang bulat atau oval dengan satu
kepala atau dinding yang menonjol kedalam gelembung. Dinding gelembung yang
masih muda sangat tipis. Semakin tua dinding tersebut semakin tebal sehingga
membentuk kista. Gelembung berisi cairan yang terdiri dari air, protein, lemak,
garam yang larut dalam cairan tersebut. Inang antara T.solium (C.cellulose) adalah
babi dan T.saginata (C.bovis) adalah sapi.
b. Epidemiologi Penyakit Cysticercosis
 Spesies Rentan
Hewan yang paling rentan terhadap C.cellulose adalah babi, tetapi kucing,
tikus, kera, domba, anjing, dan manusia dapat juga terinfestasi. Adapun hewan
yang rentan terhadap C.bovis adalah sapi, kadang-kadang kerbau atau hewan
pemamah biak lain seperti jerapah, gazelle dan antelope. Pada kasus tertentu,
anjing dan manusia dapat menjadi inang antara akibat autoinfestasi dan
kontaminasi lingkungan.
 Pengaruh Lingkungan
Hubungan antara manusia dan hewan yang rentan seperti babi, sapi, dan
kerbau berpengaruh terhadap kejadian penyakit. Manusia terinfestasi cacing
pita (T.solium dan T.saginata) karena mengkonsumsi daging yang terinfestasi
cystercus (C.cellulosa dan C.bovis). Lingkungan berpengaruh dalam upaya
memutus siklus hidup.
 Sifat Penyakit
C.cellulosa umumnya terdapat pada babi sedang C.bovis terdapat pada sapi,
kadang-kadang juga pada kerbau. Tempat yang paling banyak ditemukan
cysticercus adalah otot masseter, jantung, lidah dan diafragma, kadang-kadang
pada kerongkongan jaringan lemak, hati, paru dan kelenjar limfe. C.cellulosa
berbentuk gelembung kecil tampak jernih dengan kepala atau scolex yang
menuju ke dalam gelembung. Pada umur 20 hari gelembung atau kista mulai
tampak dan umur 110 hari besarnya tetap, tetapi scolexnya sudah menjorok ke
gelembung. Di dalam organ, C.cellulosa dapat hidup bertahun-tahun, tetapi
bisa terjadi degenerasi lemak atau pengapuran jaringan sekitarnya, parasit itu
akan segera mati.
c. Pengendalian Penyakit Cysticercosis
 Pengobatan
Pengobatan hanya dapat dilakukan terhadap cacing pita dewasa tetapi belum
ada obat yang efektif untuk Cysticercus nya. Niclosamide dapat dipakai untuk
mengobati infestasi cacing pita pada manusia. Cacing dewasa T.saginata dan
T.solium dapat diobati dengan Niclosamide dosis 2 gram, Paromomycin 5
mg/kg BB, Quinacrine 7-10 mg/kg BB, Oxfendazole 3-4,5 mg/kg BB.
 Pencegahan
Mengingat bahwa manusia terinfeksi karena mengkonsumsi daging mentah
atau setengah matang, dan babi terinfeksi karena menelan telur cacing bersama
feses manusia yang terinfeksi, maka pencegahannya dapat dilakukan dengan
cara :
- Memperbaiki sanitasi, higiene lingkungan dan pangan
- Melakukan pemeriksaan daging secara ketat
- Memberikan penyuluhan tentang pendidikan kesehatan pada masyarakat
- Disamping itu juga perlu dilakukan pengobatan masal terhadap manusia
yang terinfeksi di daerah endemik.

Faktor penting dalam pencegahan penyakit pada manusia adalah memperbaiki


kualitas lingkungan dan tingkat higiene perseorangan pada penduduk yang
tinggal di pedesaan. Selain itu, penting melakukan pemeliharaan sapi
terkonsentrasi di lokasi yang terpisah dengan pemukiman.

5. Kesimpulan
Hubungan antara manusia dan hewan yang rentan seperti babi, sapi, dan
kerbau berpengaruh terhadap kejadian penyakit. Manusia terinfestasi cacing pita
(T.solium dan T.saginata) karena mengkonsumsi daging yang terinfestasi cystercus
(C.cellulosa dan C.bovis). Lingkungan berpengaruh dalam upaya memutus siklus
hidup. Dalam pencegahan penyakit pada manusia adalah memperbaiki kualitas
lingkungan dan tingkat higiene perseorangan pada penduduk yang tinggal di
pedesaan. Selain itu, penting melakukan pemeliharaan sapi terkonsentrasi di lokasi
yang terpisah dengan pemukiman.
6. Daftar Pustaka
Prakashbabu BC, Marshall LR, Crotta M, Gilbert W, Johnson JC, Alban L, Guitian J.
2018.

Risk-Based Inspection as a CostEffective Strategy to Reduce Human Exposure to


Cysticerci of Taenia saginata in Lowprevalence Settings. Parasites & Vectors 11: 257.
https://doi.org/10.1186/ s13071-018-2839-z.

Kindersley, D. 2010. Ensikopedia Dunia Hewan 2. Penerbit Lantera Abadi.


Jakarta. hlm. 224.

Rukmana, R., 2015. Wirausaha Ternak Kambing PE Secara Intensif Pertama. S.


Suryantoro, ed., Jogjakarta: Lily Publiser.

FKUI. 2015. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. Jakarta :


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sutanto, I., Ismid, I.S., Sjarifuddin, P.K., Sungkar, S., 2013. Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran, Edisi ke-4 Penerbit Buku Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Handjojo dan Margono, S.S., Wandra., Suasono., 2008. Taeniasis Cysticercosis In


Papua (irian Jaya), Indonesia. Parasitol. Intl. 55: S143-S148.

Muslim, H.M., 2009. Parasitologi Untuk Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran


EGC, Jakarta.

Estuningsih, Endah., 2009. Taeniasis Dan Sistiserkosis Merupakan Penyakit


Zoonosis Parasite. 19 (2). Bogor.

Anda mungkin juga menyukai