Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cacing pita merupakan cacing berbentuk pipih yang hidup parasit. Di kepala cacing
pita terdapat kait yang mengait pada usus organisme inang. Cacing ini parasite dalam
usus halus manusia. Perbedaannya dengan taenia solium hanya terletak pada alat pengisap
dan inang perantaranya. Taenia saginata pada skoleksnya terdapat alat pengisap tanpa
kait dan inang perantaranya adalah sapi. Adapun ta memiliki alat pengisap dengan kait
pada skoleksnya dan inang perantaranya adalah babi Taenia saginata menyebabkan
taeniasis saginata atau infeksi cacing pita sapi. Penyebaran cacing ini bersifat
cosmopolitan, tersebar luas diseluruh dunia terutama daerah – daerah yang pendudukanya
senang makan daging sapi mentah atau setengah matang. Penyebaran taenia solium
berhubungan erat dengan kebiasaan dengan menghidangkan makanan, adat dan kegamaan
yang berhubungan dengan daging babi. Penduduk yang mendalami agama islam yang
mengharamkan daging babi dapat terhindar dari taenia solium ini. Frekuensi parasite pada
babi, yang di beberapa negri mencapai 25% adalah paling tinggi, terutama pada tempat –
tempat sanitasnya yang buruk, pembuangan tinja di sembarangan tempat. Oleh karena
itu, frekuensi taenia solium berbeda – beda di semua tempat.
Dalam makalah kelompok kami akan membahasa cacing pita atau Taenia sp. Dengan
membahas klasifikasi, morfologi, daur hidup, epidemiologi, manifestasi klinisi dan
pencegahannya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui Cacing Pita.
1.2.2 Tujuan Umum
1. Untuk Mengetahui Pengertian Cacing Pita.
2. Untuk Mengetahui Taenia Saginata Dan Taenia Solium
3. Untuk Mengetahui Morfologi Taenia Saginata Dan Taenia Solium.
4. Untuk Mengetahui Daur Hidup Taenia Saginata Dan Taenia Solium.
5. Untuk Mengetahui Epidemiologi Taenia Saginata Dan Taenia Solium.
6. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Taenia Saginata Dan Taenia Solium.
7. Untuk Mengetahui Pencegahan Taenia Saginata Dan Taenia Solium.
1
1.3 Manfaat
1. Dapat Mengetahui Pengertian Cacing Pita.
2. Dapat Mengetahui Taenia Saginata Dan Taenia Solium
3. Dapat Mengetahui Morfologi Taenia Saginata Dan Taenia Solium.
4. Dapat Mengetahui Daur Hidup Taenia Saginata Dan Taenia Solium.
5. Dapat Mengetahui Epidemiologi Taenia Saginata Dan Taenia Solium.
6. Dapat Mengetahui Manifestasi Klinis Taenia Saginata Dan Taenia Solium.
7. Dapat Mengetahui Pencegahan Taenia Saginata Dan Taenia Solium.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Cacing Pita (Taenia sp.)

Cacing pita merupakan cacing berbentuk pipih yang hidup parasit. Di kepala cacing
pita terdapat kait yang mengait pada usus organisme inang. Tidak seperti cacing lainnya,
cacing pita memiliki tubuh yang terbagi menjadi beberapa bagian yang disebut proglotid.
Cacing pita terus membuat proglotid – proglotid baru dibelakang kepalanya. Proglotid adalah
calon individu baru, sama dengan satu individu yang utuh. Cacing pita bervariasi dalam hal
panjang dan banyaknya proglotid. Beberapa cacing pita memiliki ribuat proglotid. Siklus
hidup cacing pita mirip dengan cacing pipih. Mereka melibatkan satu, dua, atau tiga
organisme inang. Beberapa cacing pita pada manusia dapat di tularkan melalui daging babi
atau daging sapi yang terinfeksi atau tidak dimasak dengan baik. Daging – daging tersebut
mengandung larva cacing pita. Contoh cacing pita yang biasa dikenal adalah taenia saginata
dan taenia solium. Larva taenia solium hidup di tubuh babi sedangkan larva taenia saginata
hidup di tubuh sapi.

3
2.2 Klasifikasi Cacing Pita

2.2.1 Taenia Saginata

Cacing ini parasite dalam usus halus manusia. Perbedaannya dengan taenia solium
hanya terletak pada alat pengisap dan inang perantaranya. Taenia saginata pada skoleksnya
terdapat alat pengisap tanpa kait dan inang perantaranya adalah sapi. Adapun ta memiliki alat
pengisap dengan kait pada skoleksnya dan inang perantaranya adalah babi.

Taenia saginata menyebabkan taeniasis saginata atau infeksi cacing pita sapi.
Penyebaran cacing ini bersifat cosmopolitan, tersebar luas diseluruh dunia terutama daerah –
daerah yang pendudukanya senang makan daging sapi mentah atau setengah matang.

2.2.1.1 Morfologi.

Cacing dewasa berukuran 3-5 meter, tapi pernah ditemukan beberapa ekor
yang panjangnya lebih dari 25 meter. Skoleks berebntuk bulat yang dilengkapi dengan
empat batil isap menonjol, tapi tidak mempunyai rotelum atau kaitan. Proglotid yang
gravid mempunyai uterus bercabang – cabang 15 – 32 (kira - kira 13 cabang) pada
salah satu sisinya. Lubang kelamin lateral letaknya bergantian kana dan kiri secara
tidak teratur.

4
2.2.1.2 Daur Hidup

Taenia saginata dewasa hidup dalam usu halus manusia. Proglotid gravid
lepas dari rangkaian (strobila) bergera keluar melalui colon dan rectum, terjepit di
lubang anus dan dapat migrasi ke perenium, ke kaki atau lipatan paha. Kadang –
kadang proglotid gravid pecah dalam usus, keluarnya telur – telur (kira – kira 100.000
butir tiap proglotid) yang dapat di jumpai dalam feses.

Apabila proglotid gravid atau telur yang berada dirumah di makan oleh sapi
maka embrio heksakans menetas dalam usus, menembus dinding usus, mengikuti
peredaran darah dan terbawa ke otot – otot sapi. Disitu ia berkembang menjadi
sistiserkus dalam waktu 8 minggu.

Sistiserkus bovis yang berukuran 10 x 5 ml dapat ditemukan di lidah,


diagfragma, jantung, kaki, ponok dan organ lainnya di sapi. Larva ini dapat bertahan
tinggal dalam sapi dalam 1 tahun, kemudia mereka mengapur. Apabila daging sapi
yang mengandung sistiserkus tidak dimasak dan tidak makan oleh manusia sistserki
akan bebas menyerang mukosa usus halus dan tumbuh menjadi dewasa dalam waktu
8 – 10 minggu. Hanya manusia yang berperan sebagai hospes definitive sedangkan
sapi hanya sebagai hospes perantara. Lamanya hidup dewasa lebih dari 25 tahun.

2.2.1.3 Epidemiologi

Penyebaran melalui radang rumput yang tercemar kotoran manusia yang


mengandung teluratau proglotid gravid yang terlepas dari rangkaiannya. Rumput ini
terkontaminasi melalui dari tinja manusia atau melalui air limpahan yang telah
terkontaminasi. Pada padang ramput ini telur cacing tersebut dapat bertahan hidup
selama 8 minggu atau lebih. Ternak sapi akan terinfeksi bila makan rumput tersebut

5
dan manusia terinfeksi karna makan daging sapi yang belum matang. Parasite ini
bersifat cosmopolitan di negara negra dengan penduduk yang senang makan daging
sapi yang dimasak kurang baik.

2.2.1.4 Manifestasi Klinis

Kebanyakan infeksi taenia saginata tidak menyebabkan gejala yang nyata.


Penderita akan merasa terganggu dan kebingungan apabila proglotid gravid yang
berotot dan bergerak aktif migrasi keluar dari anus.

Apabila pasien menumakan proglotid di pakaian dalam, ditempat telur atau di


tinja yang baru dikeluarkan, maka penderita merasa tidak enak perut gelisah, vertigo,
nausea, diare, pruritus ani, nafsu makan bertambah atau berkurang. Hasil metabolism
cacing yang terabsorbsi dapat menyebabkan lekositosis dan kadang kadang
menimbulkan penambahan eosinophil 6-15%.

2.2.1.5 Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan daging sapi akan adanya


sistiserkus. Dijerman sejak berlakunya “fleishbeschsu” peraturan pemeriksaan daging,
infeksi sudah sangat langka. Di amerika diadakan system pendinginan, daging yang
akan dijual didinginkan dulu -5oc. Sistiserkus dapat dirusak dengan pendinginan
sampai -10 oc selam 5 hari. Pada umumnya orang indonesia tidak memakan daging
sapi mentah, tapi dimasak dengan baik. Dengan cara ini infeksi taenia saginata dapat
dihindari. Cara selanjutnya ialah dengan menghilangkan sumber infeki dengan
mengobati orang yang mengandung parasite dan mencegah kontaminasi tanah atau
rumput dengan tinjau manusia.

2.2.2 Taenia Solium

Stadium dewasa taenia solium menyebabkan penyakit taenia solium atau infeksi
cacing pita babi. Stadium larvanya menyebabkan sistiserosis. Penyakit ini bersifat

6
kosmopolitan, terutama dinegara negara konsumen babi seperti amerika serikat kanada dan
inggris.

2.2.2.1 Morfologi

Strobila panjangnya 2-5 meter dengan jumlah 800- 1000. Skoleks berbentuk
bulat, berdiameter 1mm. Prostelum yang pendek dipersenjatai dengan dua baris kaitan
yang berjumlah 25-10. Leher yang tipis berukuran 5mm panjang. Prolotid gravid
mempenyuai percabangan uterus 5-10 cabang yang bercabang cabang lagi pada satu
bsisinya. Proglotid gravid bentuknya persegi tidak sempurna dengan lubang kelamin
yang bilateral atau alternative tidak teratur pada sekmen sekemn berikutnya. Ovarium
berlobus 3 terdiri dari 2 lobus lateral dan 1 lobus kecil. Telur ta tidak dapat
diebedakan dengan telur taenia saginata.

Stadium larva dinamakan sisserku selulose terdapat pada babi dan manusia.
Dalam sisitiserkus ini mengandung cairan. Struktur sistiserkus terdiri dari dinding
pada dinding ini bertambah koleks larva. Skolek ini dilengkapi dengan batil ikat dan
kaitan kaitan.

7
Perbedaan antara Taenia Saginata dan Taenia Solium dijelaskan pada berikut

Ciri - ciri Taenia Solium Taenia Saginata


Kepala Mempunyai restelum dengan Tidak mempunyai rostelum
2 baris kaitan, 4 batil cacing dan kaitan 4 batil isap persegi
yang lemah. empat yang kuat.
Proglotid 800-900 1200-2000
Uterus 5 – 10 kurang dari 13 15-30 lebih dari 13
Sitiserkus Sistiserkus selulose banyak Sistiserkus bovis sedikit
cairan caoran
Kospes perantara Babi Sapi
Tempat sistiserkus Otot, hati, paru paru, otak, Hati, lidah, tenggorokan dan
dan bola mata diafragma
Sistiserkus pada manusia Relative sering Sangat jarang

2.2.2.2 Daur Hidup.

Cacing dewasa hidup di lumen usu halus manusia menempel pada mukosa
dengan skolaks yang di lengkapi dengan 4 batil isap beserta kaitannya. Proglotid
matang lewat ke anus yang terkandung sekitar 40.000 butir telur. Biasanya proglotid
pcah dalam saluran usus dan keluarlah telur – telurnya. Bila proglotid atau telur
termakan oleh babi embrio heksakan akan bebas di usus. Merek akan menembus usus

8
masuk dalam pembuluh darah dan terbawa sampai jaringan – jaringan pada babi.
Biasanya, pada otot – otot serat melintang. Dalam waktu 9 – 10 minggu terbentuklah
sistiserkus selusose berukuran 10 x 5 mm. Larva ini dapat bertahan dalam jaringan ini
selama satu tahun. Setelah itu akan mengapur.

Apabila orang memakan daging babi yang tidak dimasak dengan baik tersebut,
maka sistiserkus akan bebas dalam usus dan akan menjadi dewasa dalam 8 – 10
minggu. Telur taenia solium tidak hanya menginfeksi babi, tapi juga dapat
menginfeksi manusia. Apabila telur ini sampai di usus maka menetaslah embrio
heksatan yang kemudia menembus dinding usus dan mengikuti aliran darah sehingga
akan terbawa ke berbagai jaringan dan itu bertumbuh menjadi sistiserkus. Sistiserkus
ini biasnya berdiam dijaringan subkutan, otak, mata, otot, jantung, hati, paru – paru
dan rongga perut. Setelah satu tahus sistisersi akan mengepur.

2.2.2.3 Epidemiologi

Penyebaran taenia solium berhubungan erat dengan kebiasaan dengan


menghidangkan makanan, adat dan kegamaan yang berhubungan dengan daging babi.
Penduduk yang mendalami agama islam yang mengharamkan daging babi dapat
terhindar dari taenia solium ini. Frekuensi parasite pada babi, yang di beberapa negri
mencapai 25% adalah paling tinggi, terutama pada tempat – tempat sanitasnya yang
buruk, pembuangan tinja di sembarangan tempat. Oleh karena itu, frekuensi taenia
solium berbeda – beda di semua tempat.

2.2.2.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dapat dilihat dari dua hal berikut :

1. Infeksi usus
Kebanyakan infeksi taenia solium adalah subklinis, tidak menunjukan
gejala yang berarti.mungkin ada gangguan pencernaan dan menahun
seperti nafsu makan tidak tetap, sakit kepala, sakit perut yang tidak
nyata, diare dan konstipasi bergantian. Penderita merasa cepat lapar.
Peradangan mukosa usus setempat yang ringan terjadi karena iritasi
mekanik oleh strobila dan perlekatan skoleks. Pada anak dan orang
lemah gejala gejala ini mngkin lebih nyata dan di sertai kelelahan.

9
Penyerapan hasil hasil metabolisme cacing menyebabkan lekositoisis
ringan dan kadang kadang eosinosil ringan 6-10%.
2. Sistiserkosis
Sistiserkosis yang jumlahnya sampai beribu ribu dapat tumbuh didalam
tiap jaringan atau alat tubuh manusia. Organ yang disenangi adalah
otot bergaris dan otak selain di jaringan subkutis, mata, jantung, paru
paru, dan peritoneum, manifestasi berat terjadi sistiserkosis otak yang
biasanya disertai dengan sistiserkosis umum yang tidak diketahui.
Manifestasi lambat yang paling menonjol adalah serangan epilepsi tipe
jackson yang berulang ulang secara tidak teratur, yang dihubungkan
dengan larva yang mengalami fibrosis dan telah mati atau mengalami
perkapuran. Mungkin untuk gejala tumor otak, meningitis, ensefalitas,
hidrosefalus, dan sclerosis diseminata. Paresis yang kadang kadang ,
penglihatan yang menghilang, sakit kepala tiba tiba, muntah dan
mental yang terganggu mungkin merupakan gejala utama. Di dalam
mata sistiserkosis terletak dibawah retina atau di dalam humor
vitreum.

2.2.2.5 Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan pemeriksaan sistiserkus pada daging
babi dan dengan sisitem pendinginan -5 oc dalam 21 hari atau
dengan memasak daging yang akan dimakan 66oc telah mematikan
sistiserkus.

Pemberantasan infeksi taenia solium dapat dilakukan dengan cara


sebagai berikut.
1) Pemeriksaan daging babi terhadap sistiserkus
2) Memasak daging sampai matang
3) Sanitasi yang higenis
4) Mengobati orang orang yang mengandung parasit
5) Belilah daging yang dibeli resmi dipejagalan
6) Tidak buang air besar sembarangan.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Cacing pita merupakan cacing berbentuk pipih yang hidup parasit. Di kepala cacing
pita terdapat kait yang mengait pada usus organisme inang. Tidak seperti cacing lainnya,
cacing pita memiliki tubuh yang terbagi menjadi beberapa bagian yang disebut proglotid.
Cacing pita terus membuat proglotid – proglotid baru dibelakang kepalanya. Proglotid adalah
calon individu baru, sama dengan satu individu yang utuh. Cacing pita bervariasi dalam hal
panjang dan banyaknya proglotid. Beberapa cacing pita memiliki ribuat proglotid. Siklus
hidup cacing pita mirip dengan cacing pipih.

Contoh cacing pita yang biasa dikenal adalah taenia saginata dan taenia solium.
Larva taenia solium hidup di tubuh babi sedangkan larva taenia saginata hidup di tubuh sapi.
Perbedaannya dengan taenia solium hanya terletak pada alat pengisap dan inang
perantaranya. Taenia saginata pada skoleksnya terdapat alat pengisap tanpa kait dan inang
perantaranya adalah sapi. Adapun ta memiliki alat pengisap dengan kait pada skoleksnya dan
inang perantaranya adalah babi. Taenia saginata dewasa hidup dalam usu halus manusia.
Penyebaran melalui radang rumput yang tercemar kotoran manusia yang mengandung
teluratau proglotid gravid yang terlepas dari rangkaiannya. Rumput ini terkontaminasi
melalui dari tinja manusia atau melalui air limpahan yang telah terkontaminasi. Pada padang
ramput ini telur cacing tersebut dapat bertahan hidup Stadium dewasa taenia solium
menyebabkan penyakit taenia solium atau infeksi cacing pita babi. Stadium larvanya
menyebabkan sistiserosis.

11
DAFTAR PUSTAKA

Irianto, K. (2009). Parasitologi. Bandung : CV. Yrama Widya

12

Anda mungkin juga menyukai