Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN MAKALAH SEMINAR

KEPERAWATAN ANAK I
“ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TUBERKULOSIS
PADA ANAK”
KELOMPOK 4B

DISUSUN OLEH:

1. Yuni Syafitri 18031049


2. Helviyora Alda Kasnur 18031053
3. Luthfiana Ambarwati 18031056
4. Siti Aulia Elsa 18031058
5. Serli Fitri 18031063
6. Shintia Rosdina 18031066
7. Nancy Hidayah Oktari 18031069
8. Dwie Suci Wahyuni 18031074
9. Tengku Atika Rahmanisa 18031077
10. M. Farezi Alfaneanda 18031095

Dosen fasilitator:
Ns. Riau Roslita, M.Kep., Sp.Kep.An

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HANG TUAH PEKANBARU
2020

0
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur atas kehadiran Tuhan yang maha esa atas segala rahmat dan
karunianya sehingga laporan makalah kami ini dapat diselesaikan. Makalah ini
sangat diperlukan sebagai bahan belajar bagi mahasiswa/mahasiswi yang
membaca, dan sebagai tugas pelengkap tugas dari dosen bagi kami. Kami
mengucapkan terima kasih atas terselesaikannya makalah ini, terutama kepada
dosen pembimbing. Makalah ini telah kami buat dengan sebaik-baiknya, kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan dan
kelemahan, oleh sebab itu kami minta maaf kepada dosen pembimbing, kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki
makalah berikutnya.

Wassalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh.

Pekanbaru, 5 Mei 2020

Penyusun

(Kelompok 4B)

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Tujuan ...........................................................................................................2
1.3 Manfaat ........................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Definisi Tuberkulosis Pada Anak ................................................................. 3
2.2 Klasifikasi Tuberkulosis Pada Anak ............................................................ 3
2.3 Etiologi Tuberkulosis Pada Anak ................................................................. 4
2.4 Manifestasi Klinis Tuberkulosis Pada Anak ................................................ 4
2.5 Patofisiologi Tuberkulosis Pada Anak ......................................................... 5
2.6 Woc Tuberkulosis Pada Anak ...................................................................... 7
2.7 Komplikasi Tuberkulosis Pada Anak ........................................................... 8
2.8 Pencegahan Tuberkulosis Pada Anak ......................................................... 10
2.9 Pemeriksaan Penunjang Tuberkulosis Pada Anak ..................................... 11
2.10 Penatalaksanaan Tuberkulosis Pada Anak ................................................. 13

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Pengkajian Teoritis ..................................................................................... 15
3.2 Diagnosa Keperawatan Teoritis ................................................................. 16
3.3 Intervensi Keperawatan .............................................................................. 17

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan .......................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberkulosis (Apriliasari, et al., 2018). Jumlah kasus
penyakit TB paru pada anak mengalami perkembangan terutama pada tahun
2014. Negara Indonesia menjadi salah satu negara yang sebenarnya
memiliki proporsi jumlah penderita TB anak yang ternotifikasi dalam batas
normal yaitu sebesar 8-11%, tetapi dilihat lebih jauh untuk tingkat provinsi
sampai fasilitas pelayanan kesehatan maka data TB paru anak di Indonesia
memperlihatkan variasi proporsi yang cukup lebar yaitu sebesar 1,80-
15,90%. Dari riset kesehatan dasar (RisKesDas) tahun 2013 menyebutkan
bahwa TB paru telah didiagnosis pada kelompok umur <1 tahun sebesar 2%,
kelompok umur 1-4 tahun sebesar 4%, kelompok umur 5-14 tahun sebesar
0,30%. Hasil penelitian Riskesdas tahun 2013 juga memperlihatkan bahwa
terjadi suatu masalah kesehatan terbaru terkait kejadian TB paru yang sudah
menyerang kelompok umur anak-anak dan balita (Siregar, et al., 2018).
Provinsi sumatera utara menjadi daerah dengan jumlah penderita kasus
TB usia 0-14 tahun sebanyak 98 kasus, hal ini membuat Provinsi Sumatera
Utara menjadi daerah terbanyak ketiga jumlah penderita TB paru anak usia
0-14 tahun di Indonesia bersama dengan provinsi jawa timur sebanyak 190
kasus dan provinsi jawa barat sebanyak 203 kasus (Siregar, et al., 2018). Hal
ini menunjukkan bahwa penularan kasus TB paru BTA positif kepada anak
semakin besar. Berdasarkan data yang diperoleh, ditemukan sebanyak 2.975
anak tertular TB paru BTA positif dari orang dewasa disekitarnya.
Sementara dikabupaten magelang pada tahun 2014 tidak ditemukan sama
sekali kasus TB paru pada anak, namum pada tahun 2015 terjadi
peningkatan yang cukup signifikan, yaitu terdapat 11% kasus TB paru pada
anak (Apriliasari, et al., 2018).
Mayoritas anak tertular TB dari pasien TB dewasa, sehingga dalam
penanggulangan TB anak penting untuk mengerti gambaran epidemiologi

3
TB pada dewasa. Diagnosis TB pada dewasa mudah ditegakkan dari
pemeriksaan sputum yang positif. Pada anak diagnosis TB sulit
dikonfirmasi. Sulitnya diagnosis TB pada anak mengakibatkan penanganan
TB anak terabaikan (Husna, Yani & Masri, 2016). Oleh karena itu kelompok
tertarik untuk membahas tentang konsep dasar penyakit TB pada anak dan
asuhan keperawatan pada anak yang mengalami TB.
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa/I mampu memahami tentang konsep dasar penyakit TB
pada anak dan asuhan keperawatan pada anak dengan TB.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa/i mampu memahami apa itu definisi TB, klasifikasi TB,
dan bagaimana manifestasi TB pada anak
2. Agar mahasiswa/i mampu memahami etiologi dan patofisiologi TB pada
anak
3. Agar mahasiswa/i mampu memahami bagaimana komplikasi dan
pencegahan TB pada anak
4. Agar mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa
keperawatan dan dapat menentukan intervensi keperawatan untuk masalah
keperawatan yang dialami oleh anak dengan TB paru.
1.3. Manfaat
1. Mahasiswa/i mampu memahami apa definisi TB, klasifikasi TB, dan
bagaimana manifestasi TB pada anak
2. Mahasiswa/i mampu memahami etiologi dan patofisiologi TB pada anak
3. Mahasiswa/i mampu memahami bagaimana komplikasi dan pencegahan
TB pada anak
4. Mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa
keperawatan dan dapat menentukan intervensi keperawatan untuk
masalah keperawatan yang dialami oleh anak dengan TB paru.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Tuberkulosis Pada Anak


Tuberkulosis adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme mycobacterium tuberculosis (TB). Tuberkulosis adalah salah
satu penyaikt menular. Bakteri paling banyak menginfeksi paru,tetapi bakteri
TB dapat menginfeksi lokasi organ lainnya, seperti jaringan kulit, meningen,
dan tulang (Udin, M. F., 2019).
2.2 Klasifikasi Tuberkulosis Pada Anak
Pasien TB anak:
a. Pasien TB terkonfirmasi bakteriologis ditegakkan diagnosis karena uji
bekteriologis hasilnya positif.
b. Pasien TB anak terdiagnosis secara klinis. Ditegakkan diagnosis sebagai
pasien TB oleh dokter ,dan diputuskan untuk diberikan pengobatan TB
walaupun hasil uji bakteriologis negatif sehingga tidak memenuhi kriteria
poin “a” diatas.
(Udin, M. F., 2019).

Berdasarkan riwayat pengobatan klarisifikasinya sebagai berikut.


a. Pasien baru TB pasien yang belom pernah mendapatkan pengobatan TB
sebelumnya atau sudah pernah konsumsi OAT selama 1 bulan ( dari 28
diagnosis)
b. Pasien yang pernah diobati TB: pasien yang pernah konsumsi OAT selama
1 bulan atau lebih ( dari 28 diagnosis) kemudian orang ini diklasifikasi
berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir,yaitu:
1) Pasien kambuh : pasien TB yang sebelumnya dinyatakan sembuh atau
sudah menjalani pengobatan lengkap tapi sekarang didiagnosa TB
berdasarkan hasil pemeriksaan klinis atau bakteriologis (karena
kambuh atau karena reinfeksi).
2) Pasien diobati setelah gagal:pasien TB yang sebelumnya manjalani
proses terapi obat dan diputuskan gagal pada pengobatan terakhir.

5
3) Pasien yang diobati kembali setelah putuh obat (lost to follow-up):
pasien TB yang sebelumnya diobati dan diputuskan sebagai lost to
follow up.
4) Lain-lain pasien TB yang sebelumnya diobati tetapi hasil akhir
pengobatan tersebut tidak ketahui.
c. Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui :adalah
pasien TB yang tidak termasuk kedalam kelompok (a)/(b).

Klarifikasi berdasarkan hasil uji sensitivitas obat


a. Monoresistan (TB MR) : resistan terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama
b. Poliresistan (TB PR) : resistan terhadap labih dari satu jenis OAT lini
pertama selain isonializ (H) dan rifampisin (R) secara bersamaan.
c. Multi drug resistant (TB MDR) : resistan terhadap isonializ (H) dan
refampisin (R) secara bersamaan .
d. Extensive drug resistant (TB XDR) : TB MDR yang bersamaan juga
dengan resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan
minimal salah satu dari OAT lini kedua tipe injeksi (kanamisin,
kapreomisin, dan amikasin
e. Resisten rifampisin (TB RR) : resisten terhadap rifampisin dengan atau
tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode
genotip atau metode fenotip.
(Udin, M. F., 2019).
2.3 Etiologi Tuberkulosis Pada Anak
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Ada dua
macam mikobakteria tuberculosis yaitu
1. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberkulosis usus.
2. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang
berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi
TBC ini bila menghirup bercak ini.
(Utomo Y. W., 2014).

6
2.4 Manifestasi Klinis Tuberkulosis Pada Anak
Menentukan sakit TB pada anak bisa menjadi sulit. Seperti pada orang
dewasa gejala TB bergantung pada jenis TB yang dimiliki anak dan juga usia
mereka. Tipe TB yang paling umum pada anak-anak TB paru tetapi TB paru
ekstra terjadi pasa kira-kira 20-30% dari semua kasus. Tanda gejala penyakit
TB pada anak meliputi :
a. Batuk lebih dari 21 hari
b. Perasaan sakit atau kelemahan,kelesuan,dan atau mengurangi aktivitas
bermain
c. Kehilangan berat badan atau kegegalan untuk berkembang
d. Demam
e. Berkeringat malam

Bentuk paling umum penyakit TB terjadi di paru-paru namun penyakit TB


dapat mempengaruhi bagin tubuh lainnya juga. Gejala penyakit TBC dibagian
lain bergantung pada daerah yang terkena, bayi, anak-anak, dan anak yang
Immunocompromised (misalnya, anak-anak dengan HIV) beresiko tertinggi
mengembangkan TB (Kapti, R. E & Azizah, N., 2017).
2.5 Patofisiologi Tuberkulosis Pada Anak
Menurut Somantri (2008), Infeksi diawali karena seseorang menghirup
basil Micobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas
menuju alveoli lalu berkembang baik dan terlihatbertumpuk. Perkembangan
Micobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari
paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran
darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain
dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan
respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag
melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit
spesifiktuberkulosis menghancurkan (melisisikan) basil dan jaringan normal
(Utomo Y. W., 2014).
Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli
yang menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam
waktu 2- 10 minggu setelah terpapar bakteri. Interaksi antara Mycobacterium

7
tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk
sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma selanjutnya
berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa
tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri
yang menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang
penampakannya seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi
klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri
menjadi nonaktif (Utomo Y. W., 2014).
2.6 Web of Caution (WOC) Tuberkulosis Pada Anak

2.7 Komplikasi Tuberkulosis Pada Anak


Komplikasi di bagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut (Bahar, 2007)
A. Komplikasi dini dengan mekanisme sebagai berikut
1) Efusi pleura, pleuritis, empieme
Pada awalnya terjadi pleuritis karena adanya focus pada pleura
sehingga pleura robek atau fokus masuk melalui kelenjar limfe,
kemudian cairan melalui sel mesotelial masuk kedalam rongga pleura

8
dan juga dapat masuk ke pembuluh limfe sekitar pleura. Efusi yang
berbentuk eksudat karena proses peradangan yang menyebabkan
permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel
mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboid dan akhirnya terjadi
pengeluaran cairan ke rongga pleura.
B. Komplikasi lanjut dengan mekanisme sebagai berikut
1) Obstruksi jalan nafas
Komplikasi lanjut dari TB paru karena adanya peradangan pada sel-sel
otot jalan nafas. Dari keradangan yang kronis itu menyebabkan
paralisis silia sehingga terjadi statis mucus dan adanya infeksi kuman.
Karena adanya infeksi sehingga menyebabkan erosi epitel, fibrosis,
metaplasi sel skamosa serta penebalan lapisan mukosa sehingga terjadi
obstruksi jalan nafas yang irrevelsibel (stenosis). Dari obstruksi tadi
juga dapat menyebabkan gagal nafas
2) CA paru
Pada awalnya terjadi karena adanya infeksi dari kuman TB yang
masuk ke dalam paru. Dalam tubuh infeksi tersebut ditangkap oleh sel
stresor yang nantinya akan diaptosis, dari sel stresor yang tidak mampu
mengapoptosis kuman TB sel tersebut bisa melakukan mutasi gen.
mutasi gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspersi onkogen dan
atau hilangnya fungsi gen suppersor yang menyebabkan sel tumbuh
dan berkembang tak terkendali sehingga menjadi ca paru
3) Kor pulmunal
Penyakit paru krosis menyebabkan: berkurangnya “vascularted” paru,
disebabkan oleh terdesaknya pembuluh darah pembuluh darah oleh
paruyang mengembang atau kerusakan paru, asidosis dan hiperkapnia,
hipoksia alveolar yang meransang vasokontriksi pembuluh paru,
polisitemiadan hiperviskositas darah. Dalam jangka panjang
mengakibatkan hipertrofi dan dilandasi ventrikel kanan dan kemudian
akan berlanjut menjadi gagal jantung kanan
(Safitri, F., 2011)

9
2.8 Pencegahan Tuberkulosis Pada Anak
Pencegahan penyebaran TBC paru didukung oleh berbagai faktor
diantaranya lingkungan rumah, perilaku batuk, ketuntasan pengobatan dan
tingkat pengetahuan. Pencegahan TBC paru dapat dilakukan untuk
menurunkan angka penularan penyakit ini terhadap orang-orang di lingkungan
sekitar. Perilaku pencegahan penularan TBC paru dengan penerapan pola
hidup sehat, pengidap TBC paru diminta menutup hidung dan mulutnya
apabila mereka batuk dan bersin (Rahmi, U., 2018)
2.9 Pemeriksaan Penunjang Tuberkulosis Pada Anak
1. Periksaan klinis : Anamesia dan Pemeriksaan fisik

PARAMETER NILAI SKOR

0 1 2 3
Paparan TB Tidak jelas Laporan BTA (-)
keluarga,
BTA (-) /
tidak tau
Uji terbukulin Negative - - Ositif (> 10
(mantoux) mm atau > 5
mm pada
kondisi
imun turun)
Berat badan / keadaan - BB/TB < Klinis gizi -
gizi 90% atau buruk atau
bb/ U < 80 BB/TB 70%
% atau BB/U
60%
Demam yang tidak - > 2 minggu - -
diketahui penyebabnya
Batuk kronis 0 >3 minggu - -
Pembesaran kelenjar - > 1 cm - -
getah bening (KGB) lebih dari ,
tidak nyeri
Pembengkakan tulang / - Ada - -
sendi panggul
Foto rontogen dada Normal/ Gambaran - -
kelainan sugestif TB
tidak
Pada table di temukan pada anemnesi pada anak dimasukkan dalam
bentuk angka lalu di jumlah totalnya. Jika skor tersebut lebih dari 6 (skor

10
tertinggi 13), maka anak dapat didiagnosa TB dan terapi anti TB (OAT).
Pada pasien usia balita yang mendapatkan skor 5 atau lebih, maka perlu
untuk dirujuk ke rumah sakit untuk dievaluasi.
2. Pemeriksaan bakteriologis
a. Pemeriksaan sputum pada anak terutama dilakukan pada anak berusia
lebih 5 tahun, HIV positif dan gambaran kenali paru luas namun
karena kesulitan sputum pada anak maka pemeriksaan bakteriologis
selama ini tidak dilakukan secara rutin pada anak yang dicurigai
terjangkit TB. Cara mendapatkan sputum pada anak:
 Dikeluarkan lewat dahak untuk anak lebih dari 5 tahun
 Bilas lambung dengan NGT (nasogatric tube)
 Induksi sputum.
b. Pemeriksaan bakeriologis untuk TB
 Periksaan mikroskopis BTA sputum (Diperiksa sewaktu dan pagi
hari) menggunakan pngecatan Ziehl Niesel
 Tes cepat molekuler (TCM) TB. Misal: Line Probe Assay, Gene
Xperty untuk identifikasi bakteri tb dan menentukan resistensi
terhadap rifampicin.
 Pemeriksaan kultur bakteri, bisa digunakan adalah media
lowentein Jensen (LJ) Gold standard diagnosis TB adalah dengan
di temukannya bakteri Mycobacterium tuberculosis pada
pemeriksaan kultur media LJ.
3. Pemeriksaan penunjang lain
a. Uji tuberculin (mantoux)
b. Pemeriksaan penunjang ini bermanfaat kususnya jika riwayat kontak
tidak jelas. Tetapi pemeriksaan ini positif jika terdapat riwayat infeksi
lampau dan sakit TB.
c. Imunoglobulin Release Assay (IGRA)
d. IGRA ti dapat digunakan untuk membedakan antara TB laten dengan
TB aktif. Penggunaan untuk deteksi infeksi TB tidak lebih unggul di
bandingkan uji tuberculin.
e. X-ray dada

11
f. X-ray dada adlah pemeriksaan penunjang untuk diagnosis TB pada
anak. Namun X-ray dada pada anak tdak khas kecuali pada TB milier.
Secara umum, temukan hasil radiologis yang menunjang diagnose TB
adalah
 Konsolidasi segmental/lobar khususnya di apex berupa fibroinfltrat
 Kelenjar hilus atau para trakel membesar dengan/ tanpa infiltrate
 Efuisi pleura
 TB milier
 Atelektasis
 Kavitas paru
 Klasifikasi dengan infiltrate
 tuberkloma
g. Pemeriksaan histopatologi (PA/ patologi Anatomi)
Pemeriksaan histopatologi menunjukan temuan gambaran granuloma
dengan nekrosis kaseosa seperti keju ditengahnya dan dapat gambaran
sel datia langhans.
h. Pemeriksaan serologi TB
Pemeriksaan serologi TB (misalnya Ig G TB, PAP TB, ICT TB
MycoDOT, dsb) tidak di rekomendasukan untuk digantikan sebagai
saran diagnostic TB pada anak oleh WHO.
(Udin, 2019)
2.10 Penatalaksanaan Tuberkulosis Pada Anak
A. Hal yang perlu di perhatikan dalam penatalaksanan TB pada anak adalah:
1. OAT diberikan dalam paduan obat , tidak diberikan sebagai
monoterapi
2. Pengobatan di berikan setiap hari
Dapat lebih cepat muncul. Penyebaran ke tulang dan KGB permukaan
(superficial) dan dapat terjadi akibat penyebaran hematogen, sehingga
dapat terjadi 6 bulan, tetapi komplikasi ini dapat juga terjadi setelah 6-
18 bulan.
(Udin, 2019)

12
B. Pengobatan TB pada anak seperti:
1. Infeksi TB laten
Pengobatan di anjurkan untuk anak-anak dengan infesi TB laten untuk
mencegah terkena TB aktif. Bayi, anak kecil, dan anak-anak dengan
kekbalan tubuh dengan penyakit menurun TB, memrlukan
pertimbangan khuss berisiko tinggi menjadi penderita TB aktif.
Isoniazin adalah obat anti-TB paling sering digunakan untuk
pengobatan infeksi TB laten. Pada anak-anak panjang pengobatan yang
dianjurkan isoniazin adalah 9 bulan.
2. Penyakit TB/TB aktif
Penderita TB aktif di obati dengan mengonsumsi beberapa obat anti-
TB (diindonesia dikenal dengan obat anti TB (OAT)) selama 6 hingga
9 bulan. Penting untuk dicatat bahwa jika seseorang anak berhenti
minum sebelum selesai, anak bisa menjadi sakit lagi. Jika oabat di
konsumsi dengan benar, bakteri yang masih hidup bisa menjadi
resistensi terhapat obat tersebut
(Rinik & Nurona, 2017)

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan Secara Teoritis


3.1.1 Pengkajian Keperawatan Secara Teoritis
a. Identitas klien, meliputi: nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record
b. Riwayat kesehatan, meliputi: riwayat kesehatan dahulu, sekarang dan
riwayat kesehatan keluarga
c. Tanda-tanda vital
d. Pemeriksaan fisik:
Auskultasi bunyi nafas, pemeriksaan BTA, pemeriksaan foto rontgen dada
dengan ditemukannya infeksi Tb
e. Status sosial-ekonomi
f. Keadaan mental
Mariyam, S & Bacthiar., 2018)

3.1.2 Diagnosa Keperwatan Secara Teoritis


1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi
sputum berlebih
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan konsolidasi dan eksudasi
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak adekuatan intake nutrisi
4. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi
5. Defisiensi tingkat pengetahuan (orang tua) berhubungan dengan
kurangnya informasi
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun
(Mutaqqin, A, 2008)

14
3.2 Asuhan Keperawatan
3.2.1 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d ketidakmampuan untuk
mengeluarkan sekresi pada jalan napas ditandai dengan suara nafas
tambahan, perubahan pola nafas, sianosis, gelisah.
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, hipertensi pulmonal,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung ditandai dengan pola pernafasan abnormal, nafas cuping
hidung, takikardi
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan
dengan faktor biologis di tandai dengan Nyeri, Berat badan 20% lebih
dibawah rentang berat badan ideal, Kurang minat pada makanan,
Penurunan berat badan, rambut rontok.
3.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Ketidakefektifan bersihan Status pernafasan: Manajemen Jalan Nafas
jalan napas b.d Kepatenan Jalan Nafas
ketidakmampuan untuk Aktivitas – Aktivitas:
mengeluarkan sekresi pada Kriteria Hasil:  Monitor respirasi dan status
jalan napas ditandai dengan 1. Frekuensi pernafasan oksigenasi .
suara nafas tambahan, berat (1) ditingkatkan  Keluarkan sekret dengan
perubahan pola nafas, ke normal (5) batuk atau suction.
sianosis, gelisah. 2. Irama pernafasan  Posisikan pasien untuk
cukup berat (2) memaksimalkan ventilasi
ditingkatkan ke dengan cara semi fowler.
normal (5)  Aukskultasi suara napas.
3. Suara nafas tambahan  Berikan oksigenasi dengan
cukup berat (3) nasal.
ditingkatkan ke  Kolaborasi dalam pemberian
normal (5) obat dengan tim medis.
4. Retraksi dinding dada
cukup berat (3)
ditingkatkan ke
normal (5)
5. Dipsnea saat istirahat
cukup berat (3)
ditingkatkan ke

15
normal (5)
6. Ortopnea cukup berat
(3) ditingkatkan ke
normal (5)

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC


2. Gangguan pertukaran gas Status Pernafasan: Monitor Pernafasan
b.d kongesti paru, Pertukaran Gas
hipertensi pulmonal,
penurunan perifer yang Kriteria Hasil: Aktivitas – Aktivitas:
mengakibatkan asidosis 1. Frekuensi pernafasan  Kaji dispnea, tarkipnea, bunyi
laktat dan penurunan curah 2. Deviasi cukup berat pernapasan abnormal,
jantung ditandai dengan (2) ditingkatkan ke peningkatan upaya respirasi,
deviasi normal (4)
pola pernafasan abnormal, keterbatasan ekspansi dada
3. Irama pernafasan
nafas cuping hidung, Deviasi cukup berat dan kelemahan.
takikardi (2) ditingkatkan ke  Berikan oksigenasi dengan
deviasi normal (4) nasal.
4. Kemampuan  Monitor respirasi dan status
mengeluarkan sekret oksigenasi.
Deviasi cukup berat  Anjurkan untuk bedrest, batasi
(2) ditingkatkan ke
dan bantu aktivitas sesuai
deviasi normal (4)
kebutuhan.
 Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
 Aukskultasi suara napas.

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC


3. Ketidakseimbangan nutrisi Status nutrisi : asupan Manajemen Nutrisi
: kurang dari kebutuhan makanan dan cairan
tubuh Berhubungan dengan
faktor biologis di tandai Kriteria hasil :
dengan Nyeri, Berat badan  Asupan kalori berat
20% lebih dibawah rentang (1) ditingkatkan ke Aktivitas – Aktivitas:
berat badan ideal, Kurang Ringan (5)  Tentukan status gizi pasien
minat pada makanan,  Asupan protein dan kemampuan untuk
Penurunan berat badan, berat (1) memenuhi kebutuhan gizi
rambut rontok. ditingkatkan ke  Identifikasi adanya alergi atau
Ringan (5) intoleransi makanan yang
 Asupan lemak berat dimiliki pasien

16
(1) ditingkatkan ke  Instruksikan pasien dan
Ringan (5) keluarga pasien mengenai
 Asupan karbo berat kebutuhan nutrisi
(1) ditingkatkan ke  Tentukan jumlah kalori dan
Ringan (5) jenis nutrisi yang dibutuhkan
 Asupan serat berat untuk memenuhi persyaratan
(1) ditingkatkan ke gizi
Ringan (5  Atur diet makanan yang
 Asupan vitamin diperlukan
berat (1)  Ciptakan llingkungan yang
ditingkatkan ke optimal
Ringan (5
 Asupan mineral
berat (1)
ditingkatkan ke
Ringan (5
 Asupan zat besi
berat (1)
ditingkatkan ke
Ringan (5
 Asupan kalsium
berat (1)
ditingkatkan ke
Ringan (5
 Asupan nutrium
berat (1)
ditingkatkan ke
Ringan (5

17
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme mycobacterium tuberculosis (TB). Tuberkulosis adalah salah
satu penyaikt menular. Bakteri paling banyak menginfeksi paru,tetapi bakteri
TB dapat menginfeksi lokasi organ lainnya, seperti jaringan kulit, meningen,
dan tulang Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, Ada
dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu Basil tipe bovin dan Basil tipe
human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari
penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila
menghirup bercak ini. Tanda gejala penyakit TB pada anak meliputi Batuk
lebih dari 21 hari, Perasaan sakit atau kelemahan, kelesuan,dan atau
mengurangi aktivitas bermain, Kehilangan berat badan atau kegegalan untuk
berkembang, Demam, serta Berkeringat malam.
Diagnosa keperawatan yang muncul antara lainKetidakefektifan bersihan
jalan napas b.d ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas
ditandai dengan suara nafas tambahan, perubahan pola nafas, sianosis, gelisah.
Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan
perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung
ditandai dengan pola pernafasan abnormal, nafas cuping hidung, takikardi
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan
dengan faktor biologis di tandai dengan Nyeri, Berat badan 20% lebih
dibawah rentang berat badan ideal, Kurang minat pada makanan, Penurunan
berat badan, rambut rontok.

18
DAFTAR PUSTAKA

Apriliasari, R., et al. (2018). Faktor yang berhubungan dengan kejadian tb


paru pada anak (studi diseluruh puskesmas dikabupaten magelang). Jurnal
kesehatan masyarakat, 6(1).

Husna, C. A., Yani, F. F & Masri, M. (2016). Gambaran status gizi pasien
tuberculosis anak di rsup dr. m. djamil padang. Jurnal kesehatan andalas,
5(1).

Kapti, R. E & Azizah, N.(2017). Perawatan anak sakit dirumah. Malang : UB


Press

Mariyam, S & Bacthiar. (2018). Penerapan asuhan keperawatan pada pasien


tuberkulosis paru dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dan
keselamatan. Jurnal media keperawatan: politeknik kesehatan Makasar.
Vol 9(1), 82-94, 2018.

Mutaqqin, A. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan


sistem pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.

Siregar, P. A., et al. (2018). Analisis faktor yang berhubungan dengan


kejadian tuberculosis paru anak di rsud sibuhuan. Jurnal berkala
epidemiologi, 6(3), 268-275.

Udin, M. F. (2019). Penyakit respirasi pada anak.Malang : UB press

Utomo Y. W. (2014). Asuhan keperawatan pada An. C dengan gangguan


sistem pernapasan : TB paru di ruang edelweiss RSUD pandan arang
boyolali. Jurnal UMS. Vol 1 (2): 59-65

19

Anda mungkin juga menyukai