Anda di halaman 1dari 59

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL


BERSAMA KELUARGA DI DUSUN DIRO DENGAN LANSIA DI PANTI
SOSIAL TRESNA WERDHA YOGYAKARTA UNIT BUDI LUHUR

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

DICKY BUDI NURCAHYA


G0009060

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul: Perbedaan Tingkat Depresi antara Lansia yang Tinggal
Bersama Keluarga di Dusun Diro dengan Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur

Dicky Budi Nurcahya, NIM: G.0009060, Tahun: 2012

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi


Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari Jumat, Tanggal 09 November 2012

Pembimbing Utama

Nama : Suparman, dr., M.Kes


NIP : 19541018 198503 1 001 (...................................)

Pembimbing Pendamping

Nama : Lilik Wijayanti, dr., M.Kes


NIP : 19690305 199802 2 001 (...................................)

Penguji Utama

Nama : Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes


NIP : 19830621 200912 2 003 (...................................)

Anggota Penguji

Nama : Prof. Dr. Santoso, dr., MS., Sp.OK


NIP : 19441124 197609 1 001 (...................................)

Surakarta, ………………..

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., SpPD-KR-FINASIM
NIP 19660702 199802 2 001 commit to user NIP 19510601 197903 1 002
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 09 November 2012

Dicky Budi Nurcahya


NIM. G0009060

commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Dicky Budi Nurcahya, G0009060, 2012. Perbedaan Tingkat Depresi antara


Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga di Dusun Diro dengan Lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang: Populasi penduduk lansia semakin meningkat. Perserikatan


Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan bahwa pada tahun 2005 sampai dengan
tahun 2025 penduduk lansia di dunia meningkat hingga 77,37% dan Indonesia
merupakan negara penyumbang tingginya angka persentase tersebut. Depresi
merupakan gangguan psikiatri yang paling sering terjadi pada lansia. Tempat
dimana lansia tinggal merupakan salah satu faktor yang dapat memicu timbulnya
depresi. Lansia ada yang bertempat tinggal di rumah bersama keluarganya dan ada
pula yang bertempat tinggal di panti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan tingkat depresi antara lansia yang tinggal bersama keluarga di Dusun
Diro dengan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada anggota keluarga dan
petugas panti tentang kondisi psikologis pada lansia.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik


dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian adalah lansia di Dusun Diro
dan Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur yang memenuhi
kriteria inklusi dan bersedia menjawab kuesioner penelitian. Skor depresi diukur
dengan menggunakan GDS-SF. Pengambilan sampel dilakukan secara simple
random sampling. Diperoleh data sebanyak 35 sampel di Dusun Diro dan 35
sampel di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur. Sampel
kemudian dianalisis dengan uji t tidak berpasangan menggunakan Statistical
Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for Window.

Hasil Penelitian: Data perbedaan tingkat depresi antara lansia yang tinggal
bersama keluarga di dusun Diro dengan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Yogyakarta Unit Budi Luhur diuji dengan uji t tidak berpasangan, didapatkan p =
0,028 (p < 0,05).

Simpulan Penelitian: Terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat depresi


pada lansia yang tinggal bersama keluarga di Dusun Diro dengan lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur dengan p = 0,028 (p < 0,05).

Kata Kunci: lansia, depresi, GDS-SF

commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Dicky Budi Nurcahya, G0009060, 2012. The Difference in the Level of


Depression between the Elders Who Living with a Family in Diro Village and
Elders Who Staying in Tresna Werdha Nursing House the Unit of Budi Luhur,
Yogyakarta. Mini Thesis. Faculty of Madicine, Sebelas Maret University,
Surakarta.

Background: The population of elders is gradually increasing. The United Nation


stated that the elders population is increasing around 77,37% during 2005 till
2025 and Indonesia is the country which is contribute to the high number of its
percentage. Depression is a psychiatric disorder that most commonly occurs to the
elders. The place where they are living is one factor that may lead to the
depression. Some elders are residing in the home with his family and some others
are residing within a nursing house. This study is aimed to determine the
differences in rates of depression between the elders who living with a family in
Diro Village and elders who staying in Tresna Werdha Nursing House the Unit of
Budi Luhur, Yogyakarta. The study is expected to provide useful input to family
members and nursing staff about the psychological condition of the elders.

Method: This study was observational analytic cross-sectional approach. The


subjects were elders in Diro village and Tresna Werdha Nursing House the Unit
of Budi Luhur, Yogyakarta that met the inclusion criteria and were willing to
answer the questionnaire study. Depression scores measured using the GDS-SF.
Sampling is done by simple random sampling. Data obtained in a total of 35
samples in Diro Village and 35 samples in Tresna Werdha Nursing House the
Unit of Budi Luhur, Yogyakarta. Samples were then analyzed by unpaired t test
using Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 17.0 for Window.

Result: Data differences in rates of depression between elders living with a family in
Diro Village and those living in Tresna Werdha Nursing House the Unit of Budi
Luhur, Yogyakarta tested by unpaired t test, it was found p = 0,028 (p < 0,05).

Conclusion: There were significant differences between the rates of depression in elders
living with a family in the Diro Village and Tresna Werdha Nursing House the Unit
of Budi Luhur, Yogyakarta with p = 0,028 (p < 0,05).

Keywords: elders, depression, GDS-SF

commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang


telah memberikan rahmat, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran. Shalawat serta
salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul
“Perbedaan Tingkat Depresi antara Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga di
Dusun Diro dengan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi
Luhur”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam
penyusunan skripsi ini dapat diatasi atas pertolongan Allah SWT melalui
bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., SpPD-KR-FINASIM., selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi beserta Tim Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Suparman, dr., M.Kes., selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan
banyak waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.
4. Lilik Wijayanti, dr., M.Kes., selaku Pembimbing Pendamping yang telah
meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.
5. Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes., selaku Penguji Utama yang telah
memberikan bimbingan dan nasihat.
6. Prof. Dr. Santoso, dr., MS., Sp.OK., selaku Penguji Pendamping yang
telah memberikan bimbingan dan nasihat.
7. Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur serta
seluruh Staf yang telah membantu pelaksanaan penelitian, terutama Drs.
Tulus Suseno H selaku pembimbing lapangan.
8. Orang tuaku tercinta Ayahanda Maridjo, SE dan Ibunda Sarjiyem, Mas
Nugroho Budi Nurcahyo, S.IP, Mbak Ika Damayanti, S.Si, dan seluruh
keluarga atas doanya.
9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis pun menyadari bahwa penulisan laporan penelitian ini jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dari para
pembaca yang budiman. Akhir kata, semoga laporan penelitian ini bermanfaat
bagi semua pihak.

Surakarta, 09 November 2012

Dicky Budi Nurcahya

commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

PRAKATA ..................................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... ix
DAFTAR SKEMA ........................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xi
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka........................................ ............................................ 6
1. Lansia ............................................................. .................................. 6
a. Definisi ....................................... .................................................. 6
b. Proporsi Penduduk Lansia ......................................... ................... 7
c. Teori Proses Menua ....................... ............................................... 7
d. Permasalahan pada Lansia ............................................................. 11
2. Depresi pada Lansia ....................................................... .................. 14
a. Definisi ......................................................................................... 14
b. Epidemiologi................................................................................ 14
c. Faktor Penyebab Depresi ............................................................... 16
d. Dampak Depresi pada Lansia ........................................................ 17
e. Skrining Depresi pada Lansia dengan Geriatric Depression Scale 19
3. Keluarga ............................................................ ............................... 21
a. Definisi ............................................................................................ 21
b. Fungsi Keluarga ............................................................................. 21
vii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Tugas Keluarga ............................................................................... 23


d. Karakteristik Keluarga Sehat ......................................................... 24
e. Peran Anggota Keluarga terhadap Lansia..................................... 25
4. Panti Sosial Tresna Werdha................................................................ 26
a. Definisi ............................................................................................ 26
b. Tujuan ............................................................................................ 27
c. Fungsi ............................................................................................. 27
5. Perbedaan Tingkat Depresi antara Lansia yang Tinggal
Bersama Keluarga dengan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha .. 28
B. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 30
C. Hipotesis ................................................................................................. 30
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................................. 31
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 31
B. Lokasi Penelitian .................................................................................... 31
C. Waktu Penelitian ..................................................................................... 31
D. Subjek Penelitian .................................................................................... 31
E. Teknik Pengambilan Sampel .................................................................. 32
F. Rancangan Penelitian .............................................................................. 33
G. Identifikasi Variabel ................................................................................ 33
H. Definisi Operasional Variabel ............................................................... 33
I. Instrumen Penelitian ............................................................................... 36
J. Cara Kerja ............................................................................................... 36
K. Teknik Analisis Data .............................................................................. 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................................... 38
BAB V. PEMBAHASAN ........................................................................................... 42
BAB VI. PENUTUP ...................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 49
LAMPIRAN
viii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Sampel di Dusun Diro ……...…… .......................... 39


Tabel 4.2 Karakteristik Sampel di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta
Unit Budi Luhur ……………………………………….…........... 40
Tabel 4.3 Nilai Normalitas Data ...................................................................... 41
Tabel 4.4 Hasil Uji T Tidak Berpasangan Skor GDS-SF............................... 41

commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Konsep ………………………………………….….. 30


Skema 3.1 Rancangan Penelitian …………………………………………. 33

commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Informed Consent


Lampiran 2. Lembar Data Responden
Lampiran 3. Lembar GDS-SF
Lampiran 4. Lembar Analisis Statistik
Lampiran 5. Lembar Data Responden
Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian dan Pengambilan Data dari Fakultas
Kedokteran
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari Bakesbangpol dan Linmas Jawa Tengah
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dari Sekretariat Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta
Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian dari Bappeda Kabupaten Bantul
Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian dari Lurah Desa Pendowoharjo
Lampiran 12. Surat Jawaban Ijin Penelitian dari Panti Sosial Tresna Werdha
Yogyakarta Unit Budi Luhur

commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penduduk lansia merupakan bagian masyarakat yang tidak bisa

dipisahkan dalam kehidupan orang karena pada dasarnya setiap orang akan

mengalami fase lansia (Subijanto dkk, 2011). Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) mengungkapkan bahwa pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2025

penduduk lansia di dunia meningkat hingga 77,37% dan Indonesia merupakan

negara penyumbang tingginya angka persentase tersebut (Bantulkab, 2010).

Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah lansia di Indonesia mencapai 9,77%

atau 23,9 juta jiwa pada tahun 2010 dan akan meningkat secara signifikan

menjadi 11,4% atau 28,8 juta jiwa pada tahun 2020. Hal ini berkorelasi positif

dengan peningkatan kesejahteraan yang dialami oleh masyarakat Indonesia,

khususnya dibidang kesehatan yang ditunjukkan dengan semakin tinginya

angka harapan hidup (Subijanto dkk, 2011). Angka harapan hidup di

Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 73,7 tahun. Selain itu,

Indonesia diperkirakan dapat menekan angka kelahiran total (Total Fertility

Rate-TFR) dan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate-IMR) serta

meningkatkan proporsi penduduk lansia (Bappenas, 2005).

Lansia sangat berkaitan dengan berbagai perubahan anatomi dan

fisiologi akibat proses menua, penyakit atau keadaan patologik akibat

commit pada
penuaan, serta pengaruh psikososial to user
fungsi organ. Hal ini berhubungan

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

dengan berbagai kemunduran yang dialami lansia baik fisik, psikologis, dan

sosial. Kemunduran secara fisik antara lain ditandai dengan penurunan panca

indera, kulit keriput, dan menurunnya imunitas sehingga memunculkan

berbagai penyakit. Kemunduran sosial di antaranya adalah ketiadaan sanak

saudara yang dapat memberikan bantuan, kurang mampu dalam hal ekonomi,

tidak produktif, dan tidak mampu lagi berperan di masyarakat. Kemunduran

psikologis yang sering dijumpai pada lansia antara lain perasaan tidak

berguna, mudah sedih, insomnia, stres, anxietas, demensia, delirium, dan

depresi (Darmojo, 2009a).

Depresi merupakan gangguan psikiatri yang paling sering terjadi pada

lansia. Depresi pada lansia merupakan akibat dari interaksi faktor biologi,

fisik, psikologis, dan sosial (Privitera and Lyness, 2007). Berbagai persoalan

hidup yang dialami lansia, seperti kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stres

yang berkepanjangan, konflik dengan keluarga, tidak memiliki keturunan yang

bisa merawatnya, punya keturunan tapi telah meninggal, anak tidak mau

direpotkan untuk mengurus orang tua, dan anak terlalu sibuk, dapat memicu

timbulnya depresi (Depsos, 2006). Menurut Alexopoulos (2005) depresi pada

lansia dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang kronis, gangguan

kognitif, masalah keluarga, kecacatan, dan meningkatkan risiko kematian.

Salah satu faktor yang dapat memicu timbulnya depresi pada lansia adalah

tempat dimana lansia tersebut tinggal.

Lansia ada yang bertempat tinggal di rumah bersama keluarganya dan


commit to user
ada pula yang bertempat tinggal di Panti werdha. Sebagaimana yang
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

dijelaskan oleh Darmojo (2009b) dan Martono (2009) bahwa sebagian besar

penduduk lansia di Indonesia hidup bertempat tinggal bersama keluarganya,

namun di sisi lain terdapat pula panti werdha yaitu suatu institusi hunian

bersama dari para lansia. Perbedaan tempat tinggal ini memunculkan

perbedaan lingkungan fisik, sosial, ekonomi, psikologis, dan spiritual religius

sehingga dapat mempengaruhi status kesehatan penduduk lansia yang tinggal

di dalamnya. Hal tersebut juga disebutkan sebagai faktor risiko terjadinya

depresi pada lansia (Karakaya et al., 2009; Chung, 2008).

Fungsi keluarga terhadap lansia yang ada di dalamnya sangatlah penting

untuk mengatasi masalah kemunduran fisik, psikologis, dan sosial. Masalah

kesehatan anggota keluarga saling terkait dengan berbagai masalah anggota

keluarga lainnya. Secara teoritis jika terdapat gangguan fungsi keluarga maka

akan terjadi masalah kesehatan anggota keluarga. Untuk dapat menjalankan

fungsi keluarga dengan baik diperlukan informasi dan edukasi kepada anggota

keluarga oleh pemberi pelayanan kesehatan. Pemberi pelayanan kesehatan

dituntut untuk menerapkan sistem pelayanan berbasis pendekatan keluarga.

Pada sistem pendidikan sekarang ini mahasiswa kedokteran sebagai calon

pemberi pelayanan kesehatan juga telah dibekali ilmu untuk melakukan proses

identifikasi, intervensi, dan evaluasi dengan pendekatan pada keluarga

(Family Oriented Medical Education) (Murti dkk., 2012).

D.I Yogyakarta adalah provinsi dengan angka harapan hidup tertinggi di

Indonesia yaitu 76 tahun pada tahun 2010 dan diperkirakan tahun-tahun


commit to user
berikutnya akan mengalami peningkatan. Sejalan dengan tingginya angka
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

harapan hidup, persentase penduduk lansia juga tertinggi yaitu 14,02% (BPS,

2011). Provinsi D.I Yogyakarta mempunyai panti werdha dengan nama Panti

Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur yang menampung sekitar

80 lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Puji (2010) didapatkan hasil bahwa

lebih dari 50% lansia yang tinggal di panti ini mengalami depresi. Tidak jauh

dari panti werdha ini terdapat Dusun Diro yang di dalamnya ada Posyandu

lansia sehingga memiliki data administrasi lansia yang baik. Ada sekitar 70

lansia di dusun ini yang tinggal bersama keluarganya. Belum ada data tentang

depresi pada lansia di dusun ini. Sejauh ini prevalensi depresi pada lansia di

dunia berkisar 8%-15% dan hasil metaanalisis dari laporan negara-negara di

dunia mendapatkan prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,15%

(Evy, 2008).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian berjudul perbedaan tingkat depresi antara lansia yang tinggal

bersama keluarga di Dusun Diro dengan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Yogykarta Unit Budi Luhur.

B. Rumusan Masalah

Adakah perbedaan tingkat depresi antara lansia yang tinggal bersama

keluarga di Dusun Diro dengan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Yogyakarta Unit Budi Luhur?

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat depresi

antara lansia yang tinggal bersama keluarga di Dusun Diro dengan lansia di

Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat:

a. membuktikan secara empiris dari teori yang sudah ada tentang depresi

pada lansia.

b. menjadi salah satu bahan pertimbangan peneliti lain yang tertarik

untuk meneliti masalah depresi pada lansia.

2. Aspek Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat:

a. memberikan bahan pertimbangan kepada keluarga sebelum

memasukkan anggota keluarganya yang lansia ke panti werdha.

b. memberikan masukan kepada petugas panti untuk lebih

memperhatikan kondisi psikologis pada lansia.

c. memberikan masukan kepada masyarakat untuk dapat memahami

kondisi psikologis pada lansia sehingga dapat memperlakukannya

dengan bijak.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Lansia

a. Definisi

Batasan usia untuk lansia pada setiap negara berbeda-beda.

Menurut WHO lansia adalah orang yang memiliki usia 60 tahun atau

lebih (Komnas lansia, 2010). Lansia dikelompokkan menjadi sebagai

berikut (Nugroho, 2008 ):

1) Usia pertengahan (middle age ), antara 45-59 tahun.

2) Usia lanjut (elderly), antara 60-74 tahun.

3) Usia lanjut tua (old), antara 75-90 tahun.

4) Usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun.

Sedangkan menurut Depkes RI (2009) penduduk lansia

dikelompokkan menjadi sebagai berikut:

1) Kelompok usia prasenilis 45-59 tahun.

2) Kelompok usia lanjut 60 tahun ke atas.

3) Kelompok usia risiko tinggi 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke

atas dengan masalah kesehatan.

commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

b. Proporsi Penduduk Lansia

Jumlah lansia di dunia meningkat dengan pesat. Diperkirakan

proporsi penduduk lansia yang berusia 60 tahun atau lebih menjadi dua

kali lipat, dari 11% ditahun 2006 menjadi 22% pada tahun 2050.

Populasi lansia di dunia yang pada tahun 2006 sekitar 650 juta, akan

mencapai 2 miliar pada tahun 2050. Untuk pertama kalinya dalam

sejarah manusia, pada saat itu akan ada lebih banyak orang tua dari

pada anak-anak usia 0-14 tahun di populasi. Negara-negara

berkembang akan mengalami tingkat penuaan yang jauh lebih cepat

dari negara-negara maju. Pada tahun 2005 sekitar 60% lansia di dunia

tinggal di negara berkembang. Dalam lima dekade mendatang kondisi

ini akan meningkat menjadi lebih dari 80%. Penuaan penduduk dunia

di negara berkembang dan negara maju sebenarnya merupakan

indikator meningkatnya kesehatan global (Depkes, 2012).

Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 1990 sebesar

11,3 juta jiwa (6,4%) meningkat menjadi 15,3 juta (7,4%) pada tahun

2000. Pada tahun 2010 akan sama dengan jumlah Balita yaitu sekitar

24 juta jiwa atau 9,77% dari seluruh jumlah penduduk. Diperkirakan

pada tahun 2020 jumlah lansia akan meningkat menjadi 28,8 juta atau

11,34% dari total jumlah penduduk (Depkes, 2012).

c. Teori Proses Menua

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi


commit to user
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai

sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008).

Dalam Maryam dkk. (2011) disebutkan ada beberapa teori yang

berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi, teori pikologis,

teori sosial, dan teori spiritual.

1) Teori biologi

Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi,

immunology slow theory, teori stres, teori radikal bebas , dan teori

rantai silang.

a) Teori genetik dan mutasi

Menurut teori ini menua terprogram secara genetik untuk

spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari

perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul

DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.

b) Immunology slow theory

Menurut teori ini sistem imun menjadi efektif dengan

bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang

dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

c) Teori stres

Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat

hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi

jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

internal, kelebihan usaha, dan stres yang menyebabkan sel- sel

tubuh lelah terpakai.

d) Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas. Tidak

stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-

bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini

menyebabkan sel sel tidak dapat melakukan regenerasi.

e) Teori rantai silang

Pada teori ini diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel

yang tua atau usang menyebabkan ikatan yang kuat khususnya

kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas,

kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.

2) Teori psikologis

Pada lansia, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring

dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat

dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan

fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas

motivasi dan inteligensi dapat menjadi karakteristik konsep diri

dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan

lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang

ada, ditunjang dengan status sosialnya. Adanya penurunan dari

intelektualisasi yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

memori, dan belajar pada lansia menyebabkannya sulit untuk

dipahami dan berinteraksi.

3) Teori sosial

Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses

penuaan yaitu teori interaksi sosial, teori penarikan diri, teori

aktivitas, teori kesinambungan, dan teori perkembangan.

a) Teori interaksi sosial

Pada lansia kekuasaannya berkurang sehingga

menyebabkan interaksi sosialnya juga berkurang, yang tersisa

hanyalah harga diri dan kemampuannya mengikuti perintah.

b) Teori penarikan diri

Kemiskinan dan menurunnya derajat kesehatan

mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik

diri dari pergaulan di sekitarnya.

c) Teori aktifitas

Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses

bergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan

dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas

tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dari aktivitas

yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat menurun

akan tetapi dilain sisi dapat dikembangkan, misalnya peran

baru lansia sebagai relawan, kakek atau nenek, ketua RT,

commit
seorang duda atau to user
janda.
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

d) Teori kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam

siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada

suatu saat merupakan gambaran kelak pada saat orang menjadi

lansia. Hai ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan

harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun dirinya

telah menjadi lansia.

e) Teori perkembangan

Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses

menjadi tua adalah suatu tantangan dan bagaimana jawaban

lansia terhadap berbagai tentangan tersebut yang dapat bernilai

positif maupun negatif.

f) Teori spiritual

Komponen spiritual dan tubuh kembang merujuk pada

pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan

persepsi individu tentang arti kehidupan.

d. Permasalahan pada Lansia

Masalah-masalah yang berhubungan dengan lansia adalah

masalah kesehatan baik kesehatan fisik maupun mental, masalah

sosial, masalah ekonomi, dan masalah psikologis (Maryam dkk, 2011).

Banyak orang menghadapi proses penuaan dengan keprihatinan. Di

banyak negara penuaan dikaitkan dengan ketidakmampuan, defisit

commit
kognitif, dan kesendirian to user
(Hoyer and Roodin, 2003). Menurut Setiati
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

dkk. (2006), proses menua merupakan sebuah waktu untuk berbagai

kehilangan seperti kehilangan peran sosial akibat pensiun, kehilangan

mata pencaharian, kehilangan teman, dan keluarga.

Ketika manusia semakin tua, manusia cenderung untuk

mengalami masalah-masalah kesehatan yang lebih menetap dan

berpotensi menimbulkan ketidakmampuan. Kebanyakan lansia

memiliki satu atau lebih keadaan atau ketidakmampuan fisik yang

kronis (Papalia et al., 2003). Masalah kesehatan kronik yang paling

sering terjadi pada lansia adalah artritis, hipertensi, gangguan

pendengaran, penyakit jantung, katarak, deformitas atau kelemahan

ortopedik, sinusitis kronik, diabetes, gangguan penglihatan (Sadock

and Sadock, 2007).

Ketidakmampuan fungsional akibat dari beberapa penyakit

medis yang terjadi bersama-sama dan ketidakmampuan ortopedik

maupun neurologik pada pada lansia merupakan suatu kehilangan yang

besar. Dalam Blazer (2009) disebutkan bahwa ketidakmampuan fisik

merupakan permasalahan utama yang mempengaruhi kehidupan

lansia. Ketidakmampun fisik dapat menyebabkan keterbatasan untuk

melakukan aktivitas sosial atau aktivitas di waktu luang (leisure

activities) yang bermakna, isolasi, dan berkurangnya kualitas

dukungan sosial.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Dalam Maryam dkk. (2011) disebutkan bahwa berbagai

kehilangan dan kejadian hidup yang merugikan merupakan penentu

utama penyakit-penyakit psikiatrik pada lansia. Kehilangan teman-

teman dan orang-orang yang dicintai menyebabkan terjadinya isolasi

sosial. Kehilangan anak atau yang lebih sering kehilangan pasangan

merupakan faktor resiko penting untuk depresi, hipokondriasis dan

penurunan fungsi lainnya.

Lansia lebih mudah mengalami isolasi sosial. Dalam Hoyer and

Roodin (2003) disebutkan bahwa lansia memiliki jaringan dukungan

sosial yang lebih kecil daripada orang yang lebih muda, dan jaringan

ini didominasi oleh sanak saudara.

Menurut Maryam dkk. (2011) pensiun atau kehilangan fungsi

utama di rumah, terutama ketika hal tersebut tidak direncanakan atau

diinginkan berhubungan dengan kelesuan, infolusi (degenerasi

progresif), dan depresi. Pensiun berhubungan dengan pengurangan

pendapat personal sebesar sepertiga sampai setengahnya. Perubahan

peran akan berdampak langsung pada penghargaan diri. Pensiun juga

akan menyebabkan perubahan gaya hidup pada pasangannya dan

menyebabkan beberapa adaptasi dalam hubungan dengan

pasangannya. Dalam Hoyer and Roodin (2003) disebutkan bahwa

sekitar 15% lansia mengalami kesulitan-kesulitan besar dalam

penyesuaian diri terhadap pensiun.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Hal-hal di atas menyebabkan lansia menjadi lebih rentan untuk

mengalami masalah kesehatan mental. Gangguan yang sering terjadi

meliputi kecemasan, alkoholisme, ganguan dalam penyesuaian

terhadap kehilangan atau stabilitas fungsional, dan depresi (Hoyer and

Roodin, 2003).

2. Depresi pada Lansia

a. Definisi

Depresi merupakan gangguan mood. Mood adalah suasana

perasaan yang meresap dan menetap yang dialami secara internal dan

yang mempengaruhi perilaku seseorang serta persepsinya terhadap

dunia (Sadock and Sadock, 2007). Menurut Hawari (2006) depresi

memiliki arti sebagai salah satu bentuk gangguan pada alam perasaan

(affective/mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan,

kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa,

dan lain sebagainya.

b. Epidemiologi

Depresi adalah masalah kesehatan utama pada lansia dengan

prevalensi lebih dari 45% terjadi di panti (Smoliner et al., 2009).

Gejala depresi lebih sering terjadi pada lansia yang mempunyai

ketidakmampuan fisik, gangguan kognitif, dan status sosial ekonomi

rendah. Hubungan antara usia dangan depresi sangat kompleks, ketika

faktor-faktor tersebut terkontrol, tidak ada hubungan antara gejala-


commit to user
gejala depresi dan usia (Wu et al., 2012).
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

Wanita memiliki risiko untuk depresi lebih tinggi daripada pria,

bahkan di masa tua (Gallo and Gonzales, 2001). Hal ini karena adanya

perbedaan hormonal, efek-efek dari melahirkan, perbedaan stressor

psikososial (Sadock and Sadock., 2007). Pada penelitian oleh

Schoever et al. (2000) didapati prevalensi depresi pada pria sebesar

6,9% dan sebesar 16,5% pada wanita. Pada penelitian oleh Schoever

tersebut dapat dilihat pada subjek penelitian bahwa disabilitas

fungsional lebih sering terjadi pada wanita dan lebih banyak wanita

yang tidak atau tidak lagi menikah.

Dalam Hoyer and Rodin (2003) disebutkan bahwa angka

depresi per tahun paling rendah pada lansia yang menikah yaitu

sebesar 1,5%. Angka depresi tertinggi terdapat pada lansia yang telah

bercerai sebanyak 2 kali, yaitu sebesar 5,8%. Angka depresi pada

lansia yang bercerai satu kali adalah 4,1% sedangkan lansia yang tidak

pernah menikah memiliki angka depresi tahunan sebesar 2,4%.

Dalam Gallo and Gonzales (2001) disebutkan bahwa angka

depresi pada pasien lansia dengan penyakit medis serius lebih tinggi.

Depresi dialami oleh sekitar 40% pasien dengan sroke, 35% pasien

dengan kanker, 25% pasien dengan penyakit parkinson, 29% pasien

dengan penyakit kardiovaskular, dan 10% pasien dengan diabetes.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

c. Faktor Penyebab Depresi

Depresi pada lansia bukan merupakan suatu keadaan yang

disebabkan oleh patologi tunggal, tetapi biasanya bersifat

multifaktorial (Hughes, 2005).

Faktor-faktor yang menyebabkan depresi antara lain :

1) Faktor genetik

Dalam dua dekade terakhir, teknologi genetik molekuler

sangat berkembang. Beberapa penelitian yang dilakukan semenjak

beberapa tahun lalu telah memberikan informasi tentang transmisi

genetik gangguan mood alam perasaan (Amir, 2005).

2) Susunan kimia otak dan tubuh

Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh tampaknya

memegang peranan yang besar dalam mengendalikan emosi. Pada

wanita perubahan hormon dapat meningkatkan risiko terjadinya

depresi. Norepinerfin dan serotonin merupakan dua

neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi

gangguan mood, selain itu dopamin juga telah diperkirakan

memiliki peranan dalam depresi (Kaplan et al., 2010).

3) Kepribadian depresif

Orang yang mempunyai kepribadian depresif (terus-menerus

bersikap sedih dan putus asa) membuat individu terasing dalam

masyarakan dan mengakibatkan terjadinya depresi (Cule and

Dendukuri, 2003). commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

4) Stres

Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pindah

rumah, atau stres yang berat diangap dapat menyebabkan depresi.

Reaksi terhadap stres seringkali ditangguhkan dan depresi dapat

terjadi beberapa bulan sesudah peristiwa itu terjadi (Cole and

Dendukuri, 2003).

5) Penyakit fisik

Lansia yang menderita fisik atau kondisi kelumpuhan yang

lama seperti arthritis rematoid dapat berakhir dengan depresi (Cole

and Dendukuri, 2003).

Penelitian yang dilakukan oleh Cole and Dendukuri (2003)

menyimpulkan bahwa faktor risiko penting terjadinya depresi pada

lansia adalah kehilangan pasangan hidup, gangguan tidur, riwayat

depresi sebelumnya, dan jenis kelamin wanita. Selain itu Hughes

(2005) juga menuliskan beberapa faktor risiko lain yaitu kemiskinan,

tinggal di panti, kurangnya dukungan sosial, pengobatan, alkohol, dan

perubahan di dalam otak. Penelitian yang dilakukan Tsopelas et al.

(2011) menyimpulkan bahwa depresi pada lansia berhubungan dengan

hilangnya jaringan saraf di subkortikal hipokampus.

d. Dampak Depresi pada Lansia

Pada lansia, depresi yang berdiri sendiri maupun yang

bersamaan dengan penyakit lain hendaknya ditangani dengan sungguh-

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

sungguh karena bila tidak diobati dapat memperburuk perjalanan

penyakit dan memperburuk prognosis (Dewi dkk, 2007).

Pada depresi dapat dijumpai hal-hal seperti di bawah ini

(Mudjaddid, 2003; Pan et al., 2011):

1) Depresi dapat meningkatkan angka kematian pada pasien dengan

penyakit kardiovaskuler dan diabetes melitus.

2) Pada depresi timbul ketidakseimbangan hormonal yang dapat

memperburuk penyakit kardiovaskular. Misalnya peningkatan

hormon adrenokortikotropin akan meningkatkan kadar kortisol.

3) Metabolisme serotonin yang terganggu pada depresi akan

menimbulkan efek trombogenesis.

4) Perubahan suasana hati (mood) berhubungan dengan gangguan

respons imunitas termasuk perubahan fungsi limfosit dan

penurunan jumlah limfosit.

5) Pada depresi berat terdapat penurunan aktivitas sel natural killer.

6) Pasien depresi menunjukkan kepatuhan yang buruk pada program

pengobatan maupun rehabilitas.

Depresi pada lansia yang tidak ditangani dapat berlangsung

bertahun-tahun dan menyebabkan berkurangnya kualitas hidup,

kesulitan dalam fungsi sosial dan fisik, berkurangnya kepatuhan

terhadap terapi, dan meningkatnya morbiditas serta mortalitas akibat

bunuh diri (Unutzer, 2007). Beberapa peneliti menunjukkan bahwa


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

depresi pada lansia menyebabkan peningkatan penggunaan rumah

sakit dan biaya yang dikeluarkan (Blazer, 2009).

Lansia mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama untuk

pulih dari depresi dan memiliki waktu untuk relapse yang lebih singkat

daripada orang-orang yang lebih muda (Gallo and Gonzales, 2001).

e. Skrining Depresi pada Lansia dengan Geriatric Depression Scale

Skrining depresi pada lansia untuk layanan kesehatan primer

sangat penting. Hal ini karena tingginya frekuensi depresi dan gagasan

untuk bunuh diri pada lansia (Blazer, 2009). Skrining juga perlu

dilakukan untuk membantu edukasi tentang depresi pada pasien dan

perawat, serta untuk mengikuti perjalanan gejala-gejala depresi seiring

dengan waktu (Gallo and Gonzales, 2011). Skrining tidak ditujukan

untuk membuat diagnosis depresi, namun untuk mendokumentasikan

gejala-gejala depresi pada lansia apapun penyebabnya (Blazer, 2009).

Menurut Yesavage et al. (1983) skrining depresi pada lansia

memiliki kekhususan tersendiri. Gejala-gejala depresi seperti

kesulitan-kesulitan tidur, energi yang berkurang, dan libido yang

menurun secara umum ditemukan pada lansia yang tidak mengalami

depresi. Pemikiran tentang kematian dan keputusasaan akan masa

depan mempunyai makna penting baginya yang berada pada fase

terakhir kehidupan. Kondisi medis yang kronik merupakan hal yang

umum pada pasien geriatri dan dapat berhubungan dengan retardasi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

motorik serta berkurangnya tingkat aktifitas. Komorbiditas dengan

demensia dapat mempengaruhi konsentrasi dan proses kognitif.

Banyak instrumen yang tersedia untuk mengukur depresi, salah

satunya Geriatric Depression Scale (GDS) yang pertama kali

diperkenalkan oleh Yesavage et al. (1983). GDS telah diuji dan

digunakan secara luas pada penduduk usia lanjut di dunia, baik untuk

praktek klinis maupun penelitian. GDS memiliki sensitivitas 92% dan

spesifikasi 89% (Kurlowich and Greeberg, 2007). Selain GDS,

screening scale lain yang telah terstandardisasi adalah Center for

Epidemiologic Studies Depression Scale, Revised (CES-DR). Selain

itu masih ada instrumen skrining lain seperti Hamilton Rating Scale for

Depression, Zung Self-Rating Depression Scale, Montgomery Asberg

Depression Rating Scale (Holroyd and Clayton, 2000).

Geriatric Depression Scale Long Form (GDS-LF) terdiri dari 30

pertanyaan singkat dan peserta diminta untuk menanggapi dengan

jawaban “ya” atau “tidak”. Sheikh and Yesevage (1986)

mengembangkan Geriatric Depression Scale Short Form (GDS-SF)

yang terdiri 15 pertanyaan dari GDS-LF yang memiliki korelasi

tertinggi dengan gejala depresi. Dari 15 pertanyaan tersebut, 10

pertanyaan menunjukkan adanya depresi jika menjawab “ya”

sementara sisanya (pertanyaan nomor 1, 5, 7, 11, 13) menunjukkan

depresi jika menjawab “tidak”. Skor 0-4 dianggap normal, 5-8


commit to user
menunjukkan depresi ringan, 9-11 menunjukkan depresi sedang, dan
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

12-15 menunjukkan depresi berat (Kurlowicz and Greenberg, 2007).

Dalam sebuah studi validasi perbandingan GDS-LF dan GDS-SF yang

dilakukan Mui (1996), keduanya berhasil membedakan antara depresi

dan tidak depresi dengan korelasi tinggi (r = .93, p<.0001). Penelitian

yang dilakukan oleh Cheah et al. (2011) menyimpulkan bahwa GDS-

SF lebih mudah digunakan, lebih efisien, dan lebih mudah dikelola.

3. Keluarga

a. Definisi

Keluarga adalah lembaga sosial satu-satunya yang terdiri dari

beberapa orang (dua atau lebih) yang terlibat dalam emosi satu sama

lain dan hidup dekat dalam unit terkecil dari masyarakat yang terdiri

ayah, ibu, dan anak yang mempunyai ikatan perkawinan dan hubungan

darah yang tinggal dalam satu rumah (Horton, 1999). Setyowati dan

Murwani (2008), menegaskan bahwa dalam Undang-Undang No. 10

tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri

dari suami, istri, dan anak, atau ayah, ibu, dan anak.

b. Fungsi Keluarga

Friedmann dalam Ali (2010), mengidentifikasi lima fungsi dasar

keluarga sebagai berikut:

1) Fungsi afektif

Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan

psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak

pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

2) Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang

dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar

berperan dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat

individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya bayi yang baru lahir

bayi akan menatap ayah, ibu, orang-orang yang di sekitarnya.

3) Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan

menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu

perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis

pada pasangan, tujuan membentuk keluarga adalah untuk

meneruskan keturunan.

4) Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk

memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi

kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.

5) Fungsi perawatan

Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktek asuhan

kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan

dan merawat anggota keluarga yang sakit.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

c. Tugas Keluarga

Friedman dalam Ali (2010), menyebutkan beberapa tugas

kesehatan keluarga sebagai berikut:

1) Mengenal masalah kesehatan.

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.

Tugas perkembangan keluarga dengan lansia dimulai saat salah

satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal.

Proses lanjut usia dan pensiun merupakan realita yang tidak dapat

dihindari sebagai stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga.

Stressor tersebut adalah kehilangan berbagai hubungan sosial,

kehilangan pekerjaan, serta perasaan menurunnya produktifitas dan

fungsi kesehatan. Dengan memenuhi tugas-tugas perkembangan pada

fase ini diharapkan orang tua mampu beradaptasi menghadapi stressor

tersebut. Adapun tugas keluarga dengan usia lanjut yaitu,

mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan, adaptasi dengan

perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan

pendapatan, mempertahankan keakraban suami-istri dan saling

merawat, mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial

masyarakat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

d. Karakteristik Keluarga Sehat

Jika keluarga dapat melakukan tugas dan fungsi keluarga

dengan benar maka akan tercipta keluarga sehat. Karakteristik keluarga

sehat menurut Prasetyawati (2010) yaitu :

1) Komunikasi yang sehat, anggota keluarga mempunyai kebebasan

untuk mengeluarkan perasaan dan emosinya.

2) Otonomi individu, saling terbuka di antara suami-istri.

3) Fleksibilitas saling memberi dan menerima dengan adaptasi

kebutuhan-kebutuhan pribadi dan penggantian situasi.

4) Apresiasi saling menegur dan memuji atau memberikan hadiah,

sehingga anggota keluarga dapat mengembangkan perasaan dari

perasaan menghargai dirinya sendiri.

5) Pemberian semangat di dalam keluarga akan menimbulkan rasa

aman jauh dari stres dan meningkatkan kesehatan lingkungan.

a) Waktu keluarga, kepedulian, dan mengerjakan sesuatu

bersama.

b) Kepentingan dari hubungan suami-istri dalam perkawinan

menjadi nyata apabila pendekatan keluarga selalu diusahakan.

c) Pertumbuhan kebutuhan-kebutuhan untuk pertumbuhan

masing-masing individu anggota keluarga selalu mendapatkan

dorongan dalam suasana yang membesarkan hati.

d) nilai-nilai spiritual dan keagamaan kepercayaan kepada Tuhan

dan spiritual diketahui berhubungan dengan kepositifan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

kesehatan keluarga, mendorong dan memperkuat suatu ucapan

keluarga adalah berdoa bersama dan tinggal bersama.

e. Peran Anggota Keluarga terhadap Lansia

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam

mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga pada lansia antara

lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan

status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta

memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia

(Maryam dkk. 2011).

Maryam dkk. (2011) menyebutkan ada beberapa hal yang dapat

dilakukan oleh anggota keluarga dalam melaksanakan perannya

terhadap lansia, yaitu: melakukan pembicaraan terarah,

mempertahankan kehangatan keluarga, membantu melakukan

persiapan makanan bagi lansia, membantu dalam hal transportasi,

membantu memenuhi sumber-sumber keuangan, memberikan kasih

sayang, menghormati dan menghargai, bersikap sabar dan bijaksana

terhadap perilaku lansia, memberikan kasih sayang, menyediakan

waktu serta perhatian, jangan menganggap sebagai beban, memberikan

kesempatan untuk tinggal bersama, meminta nasihatnya dalam

peristiwa-peristiwa penting, mengajaknya dalam acara-acara keluarga,

membantu mencukupi kebutuhannya, memberikan dorongan untuk

tetap mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah termasuk

pengembangan hobi,commit to user


membantu pengaturan keuangan, dan
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

memeriksakan kesehatan secara teratur. Keberadaan lansia dalam

keluarga mencerminkan besarnya perhatian anak terhadap orang tua

(Depsos, 2006).

Berbagai persoalan hidup yang dialami lansia dapat

membuatnya tidak dapat menjalani hidup dengan tenang, damai, serta

menikmati masa pensiun bersama keluarga tercinta dengan penuh

kasih sayang sehingga dapat mempengaruhi kesehatan lansia terutama

mental yang berujung dengan timbulnya depresi. Persoalan itu seperti

kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stres yang berkepanjangan,

konflik dengan keluarga atau anak, tidak punya keturunan yang bisa

merawatnya, keturunannya telah lebih dulu meninggal, anak tidak mau

direpotkan untuk mengurus orang tua, dan anak terlalu sibuk dengan

urusannya (Depsos, 2006).

Penelitian Lena et al. (2009) di India menyebutkan bahwa

meskipun orang lansia tidak terlalu bahagia dalam kehidupannya atau

tidak memiliki hunbungan yang baik dengan anak-anak (keluarga),

lansia lebih suka tinggal di rumah daripada di panti.

4. Panti Sosial Tresna Werdha

a. Definisi

Panti Sosial Tresna Werdha adalah suatu institusi hunian

bersama dari para lansia yang secara fisik masih mandiri, akan tetapi

(terutama) mempunyai keterbatasan di bidang sosial-ekonomi


commit to user
(Darmojo, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

b. Tujuan

Pemerintah mendirikan Panti Sosial Tresna Werdha atas dasar

rasa kasih sayang pihak lain terhadap para lansia yang tidak

mendapatkan kasih sayang di luar panti baik dari keluarganya maupun

warga masyarakat (Ihromi, 2004). Institusi ini dimaksudkan untuk

menampung lansia miskin dan terlantar agar mendapatkan fasilitas

yang layak, mulai dari kebutuhan makan minum sampai kebutuhan

aktualisasi. Namun lambat laun dirasakan bahwa orang yang

berkecukupan dan mapan juga membutuhkan pelayanan tersebut

(Mariani dan Kadir, 2007).

c. Fungsi

Menurut Ihromi (2004) fungsi panti werdha adalah sebagai

berikut:

1) Tempat bagi lansia miskin yang tidak mempunyai tempat tinggal

untuk hidup dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar

manusia.

2) Tempat bagi lansia yang tidak mempunyai keluarga atau saudara

yang dapat dan mau merawatnya.

3) Tempat bagi lansia untuk mencari ketenangan di hari tua yang

tidak bisa didapatkan di luar panti.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

5. Perbedaan Tingkat Depresi antara Lansia yang Tinggal Bersama

Keluarga dengan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Sebesar 90% penghuni panti werdha di Jakarta merasa bahagia

tinggal di panti, tetapi ini tidak dapat digunakan sebagai bukti bahwa panti

werdha merupakan tempat ideal bagi para lansia karena kebahagiaan itu

sendiri merupakan fenomena yang sangat luas, sulit diukur, dan berbeda-

beda dari waktu ke waktu. Lansia bisa menyatakan bahagia karena dipanti

merasa bebas, tidak pernah merasa lapar, tempat tidurnya nyaman, dan

tidak ada pilihan lain untuk tinggal selain di panti (Ihromi, 2004). Lebih

lanjut Jost (2009) menyebutkan, umumnya lansia yang memilih untuk

tinggal di panti karena bisa berkumpul dengan teman segenerasi dan tidak

mau merepotkan keluarga. Santoso dan Ismail (2009) mengutarakan

bahwa segala pembicaraan akan lebih nyambung jika dilakukan dengan

teman satu generasi.

Ihromi (2004) menyebutkan hanya sebagian kecil penghuni panti

yang tidak suka tinggal di tempat tersebut sehingga bisa menyebabkan

depresi. Lansia merasa bahwa panti merupakan tempat pengasingan dan

pembuangan untuk menanti ajal sehingga mengirim ke panti merupakan

tindakan yang tidak dibenarkan secara budaya. Jost (2009) juga

menyebutkan bahwa panti merupakan produk individualis dan cermin

ketidakpedulian pada lansia. Ada yang tinggal di panti karena dipaksa oleh

anaknya sendiri yang berpendapat lebih baik membayar panti untuk


commit to user
mengurus orangtuanya daripada harus mengurus sendiri di rumah.
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

Hasil studi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa tempat terbaik bagi

lansia untuk mendapatkan perawatan adalah tempat tinggal sendiri

bersama anggota keluarga lainnya. Perawatan yang dilakukan oleh anak

sendiri diduga lebih memberikan rasa nyaman dan aman dibandingkan

kerabat atau orang lain (Ihromi, 2004). Jost (2009) menuliskan pooling

lansia dengan merujuk tiga kota besar di Indonesia (Jakarta, Surabaya, dan

Medan) didapatkan hasil 92% memilih untuk menjadikan rumahnya

sebagai tempat tinggal favorit dan hanya 4% yang memilih panti sebagai

tempat tinggal favorit.

Menetap tinggal di panti tampaknya menjadi solusi terbaik bagi

lansia yang kehidupannya sepi dan membosankan sehingga dapat

menimbulkan depresi karena anggota keluarga (anak) sibuk dengan

kepentingannya masing-masing. Namun sejujurnya hal itu tidak

menyelesaikan masalah karena akan timbul perasaan terbuang atau

teringkirkan dari lingkungan kasih sayang keluarga (Sutarto dan

Ismulcokro, 2008). Hasil penelitian Klug et al. (2010) di Austria

menyimpulkan bahwa perawatan di rumah lebih efektif dan menghemat

biaya pada lansia yang depresi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran

Lansia

Rumah Panti

kelebihan kekurangan kelebihan kekurangan

1. rasa nyaman a. masalah 1) banyak teman a) perasaan


dan aman ekonomi satu generasi terbuang
2. nilai b. kurangnya 2) banyak b) perasaan tidak
kekeluargaan kegiatan dan kegiatan dan berguna
3. rasa kasih aktifitas aktifitas c) tidak
sayang dibenarkan
4. rasa dihormati secara budaya
5. rasa
penghargaan

tingkat depresi rendah tingkat depresi tinggi

Skema 2.1 Kerangka Konsep

C. Hipotesis

Ada perbedaan tingkat depresi antara lansia yang tinggal bersama

keluarga di Dusun Diro dengan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Yogyakarta Unit Budi Luhur.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan

cross sectional. Dalam penelitian ini faktor pengaruh dan hal yang

dipengaruhi diukur satu kali dalam waktu yang bersamaan.

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun Diro dan di Panti Sosial Tresna

Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.

C. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 14 – 20 Agustus Tahun 2012.

D. Subjek Penelitian
1. Populasi

Populasi yang diteliti adalah lansia di Dusun Diro dan Panti Sosial Tresna

Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur yang memenuhi kriteria inklusi dan

bersedia menjawab kuesioner penelitian.

2. Besar sampel

Besar sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh

dengan menggunakan rumus sampel indipenden untuk menaksir

perbedaan rerata antara 2 populasi (Arief, 2008).

commit to user

31
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

b ×
na = nb = 2

, ×
=2

= 30,7328

Keterangan

na = besar sampel minimal di dusun

nb = besar sampel minimal di panti

Zα = nilai pada distribusi normal standar untuk uji dua sisi pada

tingkat kemaknaan α (ditetapkan peneliti sebesar 1,96)

s = simpang baku standar populasi dari Masturin (2010)

d = tingkat ketepatan absolut dari beda rerata (ditetapkan peneliti)

Berdasarkan hasil pada rumus di atas maka peneliti menetapkan

bahwa besar sampel untuk kedua populasi adalah 35.

3. Kriteria inklusi dan eksklusi

a. Kriteria inklusi : 1. umur ≥ 60 tahun

2. bersedia berpartisipasi

3. untuk lansia di panti, lama tinggal ≥ 6 bulan

Hanifawati (2011)

b. Kriteria eksklusi : Mengkonsumsi alkohol dan NAPZA

E. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

simple random sampling sehingga setiap anggota populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (Santjaka, 2011).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

F. Rancangan Penelitian

Populasi

Simple random sampling

Sampel

Mengisi GDS-SF

Uji statistik

Skema 3.1 Rancangan Penelitian

G. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas : Tinggal di dusun, Tinggal di panti werdha

2. Variabel terikat : Tingkat depresi

3. Variabel luar

a. terkendali : usia, jenis kelamin, pendidikan tertinggi, status

pernikahan, jumlah anak, pekerjaan, lama tinggal

di panti, frekuensi kunjungan keluarga

b. tidak terkendali : faktor genetik, kepribadian

H. Definisi Operasional Variabel


1. Variabel bebas

a. Tinggal bersama keluarga

Tinggal bersama keluarga adalah tinggal satu rumah dengan

keluarganya yang masih mempunyai hubungan darah. Batasan


commit to user
hubungan darah di sini adalah keturunan sampai generasi kedua,
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

saudara kandung, atau keturunan sampai generasi kedua dari saudara

kandung. Diukur dengan kuesioner dan menggunakan data skala

nominal.

b. Tinggal di panti werdha

Tinggal di panti werdha adalah tinggal di suatu institusi hunian

bersama dari para lansia. Diukur dengan kuesioner dan menggunakan

data skala nominal.

2. Variabel terikat

Tingkat depresi

Tingkat depresi adalah tingkat keparahan depresi dilihat dari gejala-

gejala yang timbul. Tingkat depresi dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan GDS-SF yang telah divalidasi oleh Sheikh dan Yesevage.

Hasilnya menggunakan data skala interval. Penilaiannya menggunakan

sistem skoring, skor 0-4 dianggap normal, 5-8 menunjukkan depresi

ringan, 9-11 menunjukkan depresi sedang, dan 12-15 menunjukkan

depresi berat.

3. Variabel luar terkendali

a. Usia

Usia adalah hitungan lama kehidupan seseorang dihitung mulai

saat bayi dilahirkan. Usia dalam penelitian ini dikendalikan dengan

cara membatasi usia minimal pasien pada kriteria inklusi. Diukur

dengan kuesioner dan menggunakan data skala rasio.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah ciri biologis lansia berdasarkan

pengamatan dari luar, yang dibedakan menjadi laki-laki dan

perempuan. Jenis kelamin diukur dengan kuesioner dan menggunakan

data skala nominal.

c. Pendidikan

Pendidikan adalah jenjang pendidikan yang ditamatkan oleh

seseorang, yang ditandai dengan sertifikat atau ijazah. Diukur dengan

kuesioner dan menggunakan data skala nominal.

d. Status pernikahan

Status pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

dan seorang wanita sebagai suami-istri. Status perkawinan

digolongkan menjadi kawin, belum kawin, duda, dan janda. Diukur

dengan kuesioner dan menggunakan data skala nominal.

e. Jumlah anak

Jumlah anak adalah jumlah anak kandung yang dimiliki dan

masih hidup. diukur dengan kuesionar dan menggunakan data skala

rasio.

f. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan seseorang

untuk menghasilkan uang. Diukur dengan kuesioner dan menggunakan

data skala nominal.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

g. Lama tinggal di panti

Lama tinggal di panti adalah hitungan lama tinggal lansia mulai

saat dirinya bertempat tinggal di panti sampai saat kunjungan. Diukur

dengan alat kuesioner dan menggunakan data skala rasio.

h. Frekuensi kunjungan keluarga

Frekuensi kunjungan keluarga adalah seberapa sering anggota

keluarga melakukan kunjungan terhadap keberadaan anggota

keluarganya yang lansia di panti. Diukur dengan kuesioner dan

menggunakan data skala rasio.

I. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner

termasuk lembar informed consent. Kuesioner untuk skor depresi

menggunakan GDS-SF yang berisi 15 pertanyaan dan sudah divalidasi.

Adapun format GDS-SF dan informed consent dapat dilihat pada lampiran.

J. Cara Kerja
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Peneliti meminta surat ijin penelitian ke bagian skripsi yang ditujukan

kepada Gubernur Jawa Tengah, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta,

dan Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.

2. Selanjutnya peneliti melakukan penentuan sampel dari populasi lansia di

Dusun Diro dan Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.

3. Peneliti kemudian melakukan pengambilan data dari sampel yang

memenuhi kriteria inklusi commit


dan kriteria eksklusi.
to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

4. Setelah mendapatkan data, dilakukan perhitungan dan uji statistik

terhadap data tersebut untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan

sebelumnya.

K. Teknik Analisis Data


Analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Uji normalitas sebaran sampel dengan menggunakan Shapiro Wilk Test,

karena jumlah sampel ≤ 50 orang.

2. Jika hasil uji normalitas menunjukkan bahwa sampel terdistribusi normal

(nilai kemaknaan > 0,05) maka dilakukan uji parametrik yaitu uji t tidak

berpasangan.

3. Jika hasil uji normalitas menunjukkan bahwa sampel tidak terdistribusi

normal maka dilakukan uji non parametrik yaitu Mann Whitney.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 14-16

Agustus 2012 di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur dan

tanggal 18-20 Agustus di Dusun Diro. Sampel yang dipilih adalah lansia yang

memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Sebanyak 35 responden di panti

dan 35 responden di dusun yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi

kriteria eksklusi mengisi lembar kuesioner dan GDS-SF didampingi oleh peneliti.

Hasilnya dianalisis dengan menggunakan Statistical Package for Social Science

(SPSS) 17.0 for window.

Penelitian ini menggunakan kuesioner GDS-SF yang telah diuji

validitasnya oleh Sheikh dan Yesevage pada tahun 1986. GDS-SF digunakan

untuk mengukur derajat keparahan depresi pada lansia. Lansia dianggap

mengalami depresi jika skor >4 (Sheikh and Yesevage., 1986).

A. Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini 35 responden di Panti Sosial Tresna Werdha

Yogyakarta Unit Budi Luhur dan 35 responden di Dusun Diro mengisi

kuesioner GDS-SF. Penilaiannya menggunakan sistem skoring, skor 0-4

dianggap normal, 5-8 menunjukkan depresi ringan, 9-11 menunjukkan

depresi sedang, dan 12-15 menunjukkan depresi berat. Dengan cara tersebut,

maka didapatkan bahwa 11 responden di dusun mengalami depresi (31,4%)

commitdepresi
dan 24 responden tidak mengalami to user(68,6%,). Sebanyak 11 responden

38
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

tersebut mengalami depresi ringan. Didapatkan skor maksimum yang

diperoleh responden adalah 8 dan skor minimumnya adalah 0, dengan rata-

rata skor sebesar 3.6857 dan Standar Deviasi 2.17974. Untuk yang di panti

didapatkan 19 responden (54,3%) mengalami depresi dengan perincian 12

depresi ringan, 5 depresi sedang, dan 2 depresi berat. Skor maksimum yang

diperoleh responden adalah 14 dan skor minimumnya adalah 0, dengan rata-

rata skor sebesar 5,3429 dan Standar Deviasi 3,76472.

Karakteristik sampel di Dusun Diro dapat dilihat pada tabel 4.1 di

bawah ini.

Tabel 4.1 Karakteristik Sampel di Dusun Diro


Sampel Depresi
Karakteristik
N=35 N=11 (31.4%)
Usia
60-74 23 (65.7%) 5 (21.7%)
75-90 9 (25.7%) 3 (33.3%)
91-98 3 (8.6%) 3 (100%)
Jenis kelamin
Pria 17 (48.6%) 4 (23.5%)
Wanita 18 (51.4%) 7 (38.9%)
Pendidikan
Tidak sekolah 4 (11.4%) 4 (100%)
SD 21 (60%) 5 (23.8%)
SMP-D3 10 (28.6%) 2 (20%)
Status pernikahan
Duda/janda/belum menikah 16 (45.7%) 9 (56.3%)
Menikah 19 (54.3%) 2 (10.5%)
Jumlah anak
0 1 (2.9%) 0 (0%)
1-2 6 (17.1%) 1 (16.7%)
3-7 28 (80%) 10 (35.7%)
Status pekerjaan
Tidak bekerja 9 (25.7%) 4 (44.4%)
Bekerja 26 (74.3%) 7 (26.9%)
Sumber: Data penelitian bulan Agustus 2012

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

Karakteristik sampel di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi

Luhur dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Karakteristik Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta


Unit Budi Luhur
Karakteristik Sampel Depresi
N=35 N=19
(54.3%)
Usia
60-74 21 (60%) 11 (52.4%)
75-90 13 (37.1%) 7 (53.8)
91-99 1 (2.9%) 1 (100%)
Jenis kelamin
Pria 15 (42.9%) 7 (46.7)
Wanita 20 (57.1%) 12 (60%)
Pendidikan
Tidak sekolah 14 (40%) 9 (64.3%)
SD 8 (22.9%) 4 (50%)
SMP-S1 13 (37.1%) 6 (46.1%)
Status pernikahan
Duda/janda/belum menikah 33 (94.3%) 18 (54.5%)
Menikah 2 (5.7%) 1 (50%)
Jumlah anak
0 15 (42.9%) 7 (46.7%)
1-2 10 (28.6%) 7 (70%)
3-8 10 (28.6%) 5 (50%)
Status pekerjaan
Tidak bekerja 35 (100%) 19 (54.3%)
Bekerja 0 (0%) 0 (0%)
Lama tinggal
6-18 bulan 10 (28.6%) 4 (40%)
19-30 bulan 8 (22.9%) 5 (62.5%)
31-106 bulan 17 (48.6%) 10 (58.8%)
Frekuensi Kunjungan
1-3 bulan 14 (40%) 5 (35.7%)
4-12 bulan 21 (60%) 14 (66.7%)
Sumber: Data penelitian bulan Agustus 2012

B. Analisis Data

Hasil uji normalitas skor GDS-SF baik di dusun maupun di panti dengan

menggunakan uji Saphiro wilk menunjukkan terdistribusi normal. Skor GDS-SF


commit to user
di dusun memiliki p = 0,077 dan di panti memiliki p = 0,117.
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.3 Nilai Normalitas Data


Skala ukur GDS-SF Skor normalitas Kesimpulan

Dusun 0.077 Sebaran data normal

Panti 0.117 Sebaran data normal

Pada tabel di atas didapatkan bahwa skala ukur dusun dan panti

terdistribusi normal. Karena semua data terdistribusi normal maka peneliti

melakukan uji komparatif parametrik t tidak berpasangan, hasilnya dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4 Hasil Uji t Tidak Berpasangan Skor GDS-SF


SKOR GDS-SF Sig. (2-tailed) 95% Confidence Interval of the
Difference
lower upper
Equal variances not 0.028 0.18322 3.13107
assumed

Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan signifikansi sebesar 0,028.

Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara skor GDS-SF di

dusun dan di panti. Berdasarkan nilai interval kepercayaan (IK) 95% maka

peneliti percaya sebesar 95% bahwa jika pengukuran dilakukan pada populasi,

maka perbedaan skor GDS-SF antara lansia di dusun dengan di panti adalah

sebesar 0,18322 s/d 3,13107.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini didapatkan skor GDS-SF di Dusun Diro lebih rendah

daripada di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur dan

persentase kejadian depresi pada lansia di dusun pun lebih rendah daripada di

panti, yaitu sebesar 31,4% di dusun dan sebesar 54,3% di panti. Hasil uji statistik

juga didapatkan perbedaan yang signifikan antara skor GDS-SF lansia di dusun

dengan di panti.

Depresi merupakan penyakit mental yang paling sering terjadi pada pasien

berusia di atas 60 tahun dan merupakan contoh penyakit yang paling umum

dengan tampilan gejala yang tidak spesifik/tidak khas pada populasi geriatri.

Terdapat beberapa faktor biologis, fisis, psikologis dan sosial yang membuat

seorang berusia lanjut rentan terhadap depresi (Darmojo, 2009b). Perubahan

psikososial yang terjadi pada lansia erat kaitannya dengan perubahan lingkungan

tempat tinggal dan hubungan sosial dengan masyarakat (Stanley & Beare, 2007).

Dalam penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat depresi

lansia di dusun yang tinggal bersama keluarganya dengan lansia yang tinggal di

panti. Lansia yang tinggal di dusun dapat berinteraksi dengan anggota

keluarganya dan masyarakat. Sedangkan lansia di panti hanya bisa berinteraksi

dengan orang yang sama dalam sebagian besar waktu. Di sini dapat dilihat bahwa

peran anggota keluarga begitu penting terhadap kesehatan psikologis anggota

commit to
keluarganya yang lansia. Keberadaan user dalam keluarga mencerminkan
lansia

42
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

besarnya perhatian anak terhadap orang tua. Hal ini berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh Kusbaryanto dan Narulita (2009) yang menyimpulkan bahwa

tidak ada perbedaan yang signifikan antara lansia yang mempunyai keluarga

dengan lansia yang tidak mempunyai keluarga.

Lansia seringkali mengalami periode kehilangan orang-orang yang

dikasihinya. Kehilangan pekerjaan, penghasilan, dan dukungan sosial sejalan

dengan bertambahnya usia turut menjadi faktor presdiposisi seorang berusia lanjut

untuk menderita depresi. Di sinilah peran anggota keluarga diperlukan untuk

mengurangi faktor presdiposisi tersebut karena keluarga merupakan support

system utama bagi kesehatan lansia. Anggota keluarga dapat melakukan tugas dan

fungsinya dengan benar agar tercipta keluarga yang sehat.

Perawatan lansia yang dilakukan oleh anggota keluarganya sendiri

tidaklah sulit. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu melakukan

pembicaraan terarah, mempertahankan kehangatan keluarga, membantu

melakukan persiapan makanan bagi lansia, membantu dalam hal transportasi,

membantu memenuhi sumber-sumber keuangan, memberikan kasih sayang,

menghormati dan menghargai, bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku

lansia, memberikan kasih sayang, menyediakan waktu serta perhatian, jangan

menganggap sebagai beban, memberikan kesempatan untuk tinggal bersama,

meminta nasihatnya dalam peristiwa-peristiwa penting, mengajaknya dalam

acara-acara keluarga, membantu mencukupi kebutuhannya, memberikan dorongan

untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah termasuk pengembangan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

hobi, membantu pengaturan keuangan, dan memeriksakan kesehatan secara

teratur.

Panti werdha memang merupakan institusi hunian yang didirikan atas

dasar rasa kasih sayang pihak lain terhadap para lansia, namun berdasarkan

penelitian ini hal tersebut belum sesuai dengan yang diinginkan lansia. Meskipun

sudah banyak program yang ada dalam panti untuk mencegah timbulnya depresi

lansia, mulai dari spiritual, kesehatan, kesenian, keterampilan, dan olahraga

namun lansia yang tinggal di panti memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi

daripada yang tinggal bersama keluarganya di dusun. Berdasarkan budaya

Indonesia menitipkan lansia ke panti memang tidak dibenarkan. Saat yang tepat

memasukkan lansia ke panti adalah ketika lansia sendiri yang memintanya,

anggota keluarga tidak ada waktu sedikitpun untuk merawat, dan kesulitan dalam

hal ekonomi. Meskipun begitu perawatan di rumah oleh anggota keluarganya

sendiri tetaplah yang terbaik.

Dalam penelitian ini baik di dusun maupun di panti proporsi lansia yang

mengalami depresi meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hubungan usia

dengan depresi masih diperdebatkan. Dalam penelitian Wulandari (2011) di

Semarang menyebutkan bahwa proporsi depresi meningkat seiring dengan

bertambahnya usia namun tidak bermakna secara statistik. Hal ini berbeda dengan

penelitian Jongenelis et al. (2004) yang menyimpulkan bahwa usia tidak

berhubungan dengan depresi pada lansia. Dalam Wu et al. (2012) disebutkan

bahwa hubungan antara usia dengan depresi sangat kompleks, ketika faktor-faktor
commit to user
yang lain seperti ketidakmampuan fisik, masalah kognitif, dan status sosial
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

ekonomi terkontrol maka tidak ada hubungan antara gejala-gejala depresi dan

usia.

Proporsi depresi pada lansia wanita baik di dusun maupun di panti lebih

tinggi daripada lansia pria. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Sadock and

Sadock (2007) yang mengatakan bahwa prevalensi depresi pada wanita lebih

tinggi karena adanya perbedaan hormonal, efek-efek dari melahirkan, dan stresor

psikososial. Penelitian yang dilakukan oleh Aryani (2008) juga menyimpulkan

bahwa lansia yang berjenis kelamin wanita lebih banyak mengalami depresi

daripada lansia yang berjenis kelamin pria.

Dalam penelitian ini lansia yang tidak bersekolah mempunyai proporsi

depresi yang lebih tinggi. Niti et al. (2007) melaporkan bahwa pendidikan rendah

merupakan faktor risiko depresi pada lansia.

Kesepian atau ditinggal mati pasangan hidup merupakan faktor risiko

munculnya depresi pada lansia. Dalam penelitian ini perbedaan proporsi depresi

pada lansia di dusun yang menikah dengan yang duda/janda/belum menikah

cukup besar. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Hoyer and Rodin

(2003) bahwa angka depresi per tahun paling rendah pada lansia yang menikah.

Namun untuk lansia di panti proporsinya hampir sama. Kemungkinan pada lansia

di panti mempunyai interaksi sosial yang bagus sehingga tidak merasa kesepian.

Penelitian yang dilakukan Moor and Komter (2012) menyebutkan bahwa

jumlah anak berpengaruh terhadap kesehatan mental lansia. Semakin banyak

commitsemakin
jumlah anak maka risiko untuk depresi to user rendah karena kesempatan untuk
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

berinteraksi dengan keluarga semakin besar. Hasil penelitian tersebut sama

dengan hasil penelitian ini pada lansia di dusun, namun pada lansia di panti

mempunyai hasil yang berbeda. Untuk lansia di dusun, proporsi depresi tertinggi

terjadi pada lansia yang mempunyai anak lebih dari 2 sedangkan untuk lansia di

panti, proporsi depresi tertinggi terjadi pada lansia yang mempunyai jumlah anak

1-2.

Proporsi lansia yang depresi di dusun lebih tinggi pada lansia yang tidak

bekerja sedangkan pada lansia di panti tidak dapat dibandingkan karena semua

lansia di panti sudah tidak bekerja. Pekerjaan merupakan suatu aktifitas untuk

menghilangkan perasaan kesepian pada lansia. Aryani (2008) dalam penelitiannya

menyimpulkan bahwa lansia yang tidak memiliki pekerjaan mengalami depresi

yang lebih tinggi.

Dalam penelitian ini proporsi lansia yang depresi lebih tinggi pada lansia

yang tinggal selama 18-30 bulan bukan pada lansia yang tinggal lebih dari 30

bulan. Hanifawati (2011) mengatakan bahwa semakin lama lansia tinggal di panti

maka kecenderungan untuk depresi semakin tinggi. Hoover et al. (2010)

menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa tahun pertama tinggal di panti

mempunyai kecenderungan depresi lebih tinggi.

Dalam penelitian ini lansia yang jarang dikunjungi oleh anggota

keluarganya mempunyai proporsi depresi yang lebih tinggi. Lansia yang sering

dikunjungi oleh keluarganya merasa lebih dihargai, dihormati, dan disayangi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu tidak dilakukan tes retest

reliability terhadap instrument Geriatric Depression Scale-Short Form, jumlah

sampel yang minimal, varibel yang belum terkontrol seperti kepribadian dan jenis

penyakit yang diderita.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa

didapatkan perbedaan yang bermakna antara tingkat depresi pada lansia yang

tinggal bersama keluarga di Dusun Diro dengan lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur dengan p = 0,028 (p < 0,05).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diajukan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Sebaiknya lansia dirawat oleh anggota keluarganya sendiri karena lebih

memberikan rasa nyaman.

2. Perlu dilakukan screening depresi pada lansia untuk mengurangi efek

buruk dari depresi.

3. Perlu dilakukan test retest reliability terhadap instrument Geriatric

Depression Scale-Short Form.

4. Penelitian dengan sampel yang lebih besar, variabel yang lebih

terkontrol, dan alat ukur lainnya yang mempunyai validitas dan

reliabilitas tinggi yaitu Center for Epidemiologic Studies Depression

Scale, Revised (CES-D-R) perlu dilakukan untuk mengetahui besarnya

prevalensi depresi pada lansia.

commit to user

48

Anda mungkin juga menyukai