SKRIPSI
Disusun Oleh :
SRI LESTARI
NIM : 04.18.4682
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
SRI LESTARI
NIM : 04.18.4682
Skripsi /Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
SKRIPSI
Diajukan oleh :
SRI LESTARI
NIM : 04.18.4682
Skripsi Ini Telah Dipertahankan Dan Disahkan Di Depan Dewan Penguji Program
Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stikes Surya Global
Yogyakarta
Ketua
Anggota I Anggota II
Mengetahui
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global
Yogyakarta
MOTTO
“Pendidikan adalah paspor untuk masa depan, untuk hari esok yang dimiliki oleh mereka
yang mempersiapkannya hari ini”
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahirabbilalaamiin atas izin Allah SWT dan sholawat serta salam yang
selalu saya lantunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan segala
kemudahan dalam mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini. Saya persembahkan skripsi ini
untuk :
1. Allah SWT yang telah mempermudah dan memperlancar saya dalam pengerjaan
skripsi.
2. Skripsi ini saya persembahakan untuk orang-orang yang saya sayangi dan selalu
mendukung saya sampai saat ini kedua orangtua, Bapak (Suwondo), Ibu
(Rosilawati), Adik ( Nurul Aisyah, Aulia Nur Farida, Faizah Salsabila, A. Azzam
Mutasim) serta keluarga besar yang telah memberikan support dan tidak berhenti
mendoakan saya. Wujud lembaran ini tidak sebanding dengan apa yang telah
Bapak & ibu korbankan untuk saya selama ini. Terimakasih atas semua do’a,
dukungan baik materi maupun moral yang selalu diberikan untuk memenuhi
segala kebutuhan demi tercapainya cita-cita.
3. Dosen Pembimbing Bapak Supriyadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes. terimakasih bapak telah
menjadi dosen pembimbing yang baik untuk anak didiknya.
4. Teman-teman kelas B/KP angkatan 2018 yang tidak bisa saya sebutkan satu per
satu, teman-teman kelompok 5B yang sudah membersamai sedari awal masuk
kuliah
5. Teman sedaerah dari Provinsi Bengkulu yang selalu memberikan semangat
dalam mengerjakan skripsi dan telah menajdi keluarga selama di Jogja.
6. Almamaterku STIKes Surya Global Yogyakarta yang telah banyak memberikan
kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperbanyak pengalaman di kampus ini.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim…
Segala puji bagi Allah SWT, atas nikmat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan proposal penelitian skripsi dengan judul “Hubungan Interaksi Sosial Dengan
Kualitas Hidup Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sanden Bantul Yogyakarta” Dalam
penyusunan proposal penelitian skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan,
dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal penelitian skripsi ini,
terutama kepada :
1. Allah SWT Rabb yang Maha penolong serta memberi kemudahan dalam menyusun
proposal penelitian skripsi ini.
2. Dwi Suharyanta, ST., MM., M.Kes., selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Surya Global Yogyakarta.
3. Supriyadi, S.Kep.,Ns., M.Kes, selaku Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta.
4. Supriyadi, S.Kep.,Ns., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang sudah membimbing
selama proses penyusunan proposal penelitian skripsi ini berlangsung.
5. Sri Nur Hartiningsih, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
membimbing selama proses belajar dari semester 1 hingga sekarang.
6. Kepada Puskesmas Sanden dan Kelurahan Gadingsari yang telah memberikan izin
untuk dilakukan penelitian.
7. Orangtua dan keluarga tercinta, terimakasih atas doa serta dukungan yang telah
diberikan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi penyususnan maupun isi
materinya. Untuk itu, penulis sangat mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya
membantu demi tercapai suatu kesempurnaan skripsi.
viii
Sebagai sivitas akademik STIKes Surya Global Yogyakarta, saya yang bertandatangan di
bawah ini :
Nama : Sri Lestari
Nim : 04.18.4682
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada STIKes
Surya Global Yogyakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non Exclusive Royalty Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Hubungan Interaksi Sosial dengan Kualitas Hidup pada Lansia di Kelurahan
Gadingsari Kecamatan Sanden Bantul Yogyakrta. Beserta perangkat yang ada (jika
diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini STIKes Surya Global Yogyakarta
berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Yogyakarta
Pada tanggal: 25 Maret2022
Yang menyatakan
(Sri Lestari)
ix
INTISARI
Latar Belakang : Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik atau hubungan yang
saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya dalam
masyarakat. Interaksi sosial dapat berdampak positif terhadap kualitas hidup karena dengan
adanya interaksi sosial maka lansia tidak merasa kesepian, oleh sebab itu interaksi sosial
harus tetap di pertahankan dan dikembangkan pada kelompok lansia. Perubahan-perubahan
yang terjadi pada lansia akan mengakibatkan menurunnya peran sosial lansia dan juga
menurunnya derajat kesehatan akibatnya lansia akan kehilangan pekerjaan dan merasa
menjadi individu yang kurang mampu. Hal tersebut akan mempengaruhi interaksi sosial
lansia karena lansia menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar secara perlahan.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan interaksi sosial
dengan kualitas hidup pada lansia di Kelurahan Gadingsari Kecamatan Sanden Bantul
Yogyakarta.
Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimen dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian adalah 1.974 responden dan diperoleh sampel sebanyak
95 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive sampling.
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner Interaksi sosial dan kuesioner kualitas
kesehatan (Healt Related Quality Of Life) sf-36. Teknik analisa data menggunakan Kendall’s
Tau.
Hasil : Hasil uji korelasi adanya hubungan yang signifikan antara interaksi sosial dengan
kualitas hidup dengan nilai signifikan (ρ) value, 0.001<0.05 serta koefisien korelasi sebesar
0.324 menggunakan Kendall’s Tau.
Kesimpulan : Ada hubungan antara interaksi sosial dengan kualitas hidup pada lansia di
Kelurahan Gadingsari Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta.
ABSTRACT
Background : Social interaction is a reciprocal relationship or relations that affect each other
between people that occur throughout society. Social relations can have a positive impact on
quality of life because of social interaction so the elderly are not liked, therefore social
interaction must be maintainned and developed in the elderly group. The changes that occur
in the elderly will decrease the social role of the elderly and also decrease the degree of
health as a result the elderly will decrease work and increase to individuals who are less able.
This will affect social interaction because the elderly wihtdraw from relationships with
society as awhole.
Objective : This study aims to determine whether there is a social relationship with the
quality of life of the elderly in the ward Gadingsari districts Sanden Bantul Yogyakarta.
Methods : This type of correlation non-experimental research with cross sectional research.
The population in this study was 1.974 responden and obtained a sample of 95 respondents.
The sampling technique used Purposive Sampling. This research instruments used a daily
social interaction and Healt Related Quality Of Lif) sf-36. Kendall’s Tau techniques used to
analyze the data.
Result : The test results of a significant interaction effect between social interactions with
quality of life with significant value (ρ) value of 0.001<0.005 and a correlation coefficient of
0.324 using kendall’s tau.
Conclusion : There is a relationship between social and quality of life in the ward Gadingsari
Districts Sanden Bantul Yogyakarta
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
HALAMAN ORISINALITAS ............................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iv
HALAMAN MOTTO..........................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................vi
KATA PENGANTAR.........................................................................................vii
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ......................................................viii
INTISARI ............................................................................................................ix
ABSTRACT ........................................................................................................x
DAFTAR ISI .......................................................................................................xi
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xv
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................4
C. Tujuan penelitian.......................................................................................4
D. Manfaat penelitian.....................................................................................5
E. Keaslian penelitian....................................................................................6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................9
A. Landasan Teori..........................................................................................9
1. Interaksi Sosial...................................................................................9
2. Kualitas Hidup...................................................................................17
3. Lansia................................................................................................21
B. Kerangka Teori........................................................................................29
C. Kerangka Konsep Penelitian....................................................................30
D. Hipotesis .................................................................................................30
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................31
A. Jenis Penelitian ........................................................................................31
B. Populasi dan Sampel Penelitian................................................................31
C. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................32
D. Variabel Penelitian ..................................................................................33
E. Hubungan antar Variabel .........................................................................34
F. Definisi Operasional.................................................................................34
G. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................35
H. Instrumen Penelitian.................................................................................36
I. Pengelolahan dan Metode Analisa Data...................................................38
J. Jalannya Penelitian ..................................................................................41
xii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
(11,58%), Sulawesi Utara (11,51%) dan Sumatera Barat (10,07%). (Badan Pusat
Statistik, 2020).
Yogyakarta merupakan daerah Indonesia yang memasuki era penduduk
berstruktur tua (aging structured population), hal ini disebabkan oleh presentase
penduduk lansia yang sangat tinggi dibandingkan provinsi lain, yaitu sebesar 14,71%,
dari jumlah total jumlah penduduk yang mencapai 3,67 juta. Apabila dilihat dari
wilayah kabupaten/kota di DIY tahun 2020 di dapatkan jumlah lansia di kabupaten
Bantul yakni sebanyak 94.452 jiwa, jumlah lansia di kabupaten Gunung Kidul yakni
sebanyak 92.830 jiwa, selanjutnya di kabupaten Sleman lansia sebanyak 140.296
jiwa, dan di kabupaten Kulo Progo sebanyak 59.893 jiwa, jumlah lansia di kota
Yogyakarta paling sedikit yakni sebanyak 50.701 jiwa. (Badan Pusat Statistik, 2020).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Bantul Yogyakarta bahwa lansia terbanyak
terdapat didaerah Sanden Bantul Yogyakarta. Berjumlah 8.596 lansia, diketahui laki-
laki berjumlah 3.859 orang dan perempuan 4.737 orang (Dinkes Bantul, 2021).
Peningkatan jumlah penduduk lansia ini akan membawa dampak terhadap
berbagai kehidupan. Dampak utama peningkatan lansia ini adalah peningkatan
ketergantungan lansia. Ketergantungan ini disebabkan oleh kemunduran fisik, psikis,
dan sosial lansia yang dapat di gambarkan melalui empat tahap yaitu kelemahan,
keterbatasan fungsional, ketidakmampuan, dan keterhambatan yang akan terjadi
bersamaan dengan proses menua (Ekawati, 2014 dalam Samper, Pinontoan dan
katuuk, 2017). Searah dengan pertambahan usia, lansia akan mengalami masalah
degeneratif ditandai dengan penurunan derajat kesehatan, kehilangan pekerjaan,
dianggap sebagai individu yang tidak mampu akan mengakibatkan seorang lansia
secara perlahan menarik diri dari masyarakat yang berada di lingkungan lansia
berada. Hal ini yang dapat menjadi pengaruh dalam penurunan interaksi sosial
bahkan terhadap kualitas hidup dari lansia (Samper, 2017).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Enggartyas Nur Prasetia & Kartinah
(2021) menunjukkan bahwa terdapat 18 (15,6%) orang yang mempunyai interaksi
sosial baik dengan kualitas hidup kurang, hal ini dikarenakan terdapat sebagaian
lansia yang mempunyai penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes melitus, dan
penyakit degeneratif lainnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah tempat tinggal
3
dan pekerjaan lansia. Terdapat 22 (19,1%) orang mempunyai interaksi sosial kurang
tetapi memiliki kualitas hidup baik. Interaksi sosial lansia yang kurang disebabkan
oleh karena sebagian merasa tidak penting untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia
karena merasa tidak memiliki masalah kesehatan.
Interaksi social merupakan hubungan timbal balik atau hubungan yang saling
mempengaruhi antar manusia yang berlangsung di dalam masyarakat. Interaksi sosial
yang kurang pada lansia dapat menyebabkan perasaan terisolir, sehingga lansia
menyendiri dan mengalami isolasi sosial dengan lansia merasa terisolasi dan dapat
terjadi depresi, hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia (Nuraini, 2018).
Interaksi sosial dapat berdampak positif terhadap kualitas hidup karena dengan
interaksi sosial yang baik maka lansia tidak merasa kesepian, oleh sebab itu interaksi
sosial harus tetap dipertahankan dan dikembangkan pada kelompok lansia. Lanjut
usia yang dapat terus menjalin interaksi sosial dengan baik adalah lansia yang dapat
mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuan bersosialisasi (Syahrul,
2018).
Interaksi sosial lanjut usia sangat penting dilakukan penelitian seperti yang
telah dilakukan oleh Widodo dan Aniroh (2013) yang menunjukan bahwa interaksi
sosial pada lansia dapat mencegah depresi pada lanjut usia. Interaksi sosial yang
dilakukan lansia akan menimbulkan perasaan bahagia karena berkurangnya kondisi
terisolir, dan lanjut usia merasa berguna. Lanjut usia yang melakukan interaksi sosial
memiliki banyak teman atau relasi dan memiliki aktivitas untuk mengisi waktu luang
sehingga lanjut usia akan merasa berguna dalam menjalani hidup.
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, nampak bahwa interaksi sosial yang
dilakukan lanjut usia dilingkungan masyarakat dan keluarga adalah penting. Hal ini
dikarenakan dengan interaksi sosial yang dilakukan lanjut usia memiliki teman untuk
bertukar pikiran dan informasi sehingga dapat mengurangi kesepian yang dirasakan,
sehingga lansia merasa berguna dalam hidup, terhindar dari depresi, dan kepuasan
hidup menjadi cenderung meningkat. Lanjut usia yang cenderung tidak melakukan
interaksi sosial akan merasa kesepian, kekurangan informasi terkait kesehatan pada
lanjut usia, tidak adanya teman untuk bertukar pikiran sehingga kesehatan lansia
tersebut menurun, lansia akan depresi dan kualitas hidup cenderung rendah.
4
A. Landasan Teori
1. Interaksi Sosial
a. Definisi interaksi sosial
Menurut Noorkasiani, 2009 Interaksi sosial merupakan hubungan
timbal balik atau hubungan yang saling mempengaruhi antar manusia yang
berlangsung sepanjang hidupnya didalam masyarakat (Nurlianawati1 & ,
Wulan Ayu Utami2, n.d.)
Partowisastro (2007) dalam Sahrantika, 2017) Interaksi sosial
merupakan hubungan antara dua individu atau lebih, dimana yang satu dapat
memperngaruhi, mengubah indivividu lain yang dapat menimbulkan
keterbukaan, kerjasama dan frekuensi antara sesama individu (Prasetia,
2021)
Interaksi sosial yang baik memungkinkan orang tua untuk
mengembangkan rasa memiliki kelompok, berbagi cerita, berbagi minat,
berbagi keprihatinan, dan terlibat dalam kegiatan kreatif dan inovatif
bersama. Orang yang lebih tua dapat bertemu dengan teman sebaya, saling
mendorong dan berbagi masalah (Sianipar, Studi dan Kebidanan, 2013).
b. Klasifikasi Interaksi Sosial
Menurut (Sunaryo, 2015) Interaksi sosial terdiri dari tiga jenis, yaitu:
1) Interaksi antar individu ditandai dengan adanya interaksi, berupa
obrolan komunikasi, baik melalui bahasa tubuh maupun interaksi
emosional. Interaksi antar individu juga dapat dicirikan semata-mata
oleh aroma parfum, keringat, dan langkah kaki.
2) Interaksi antara individu dengan kelompok Interaksi terjadi karena
adanya pertemuan antara individu dengan kelompok. Kelompok
yaitu apabila lebih dari satu orang. Bentuk kelompok dalam hal ini
bisa berbentuk komunitas, atau segerombolan orang. Bentuk
kelompok pun berbeda-beda, tergantung dari situasi dan kondisi.
9
agar mencapai tujuan bersama. Kerja sama juga dapat bersifat agresif
apabila kelompok mengalami kekecewaan dan perasaan tidak puas.
2) Persaingan
Merupakan suatu proses social ketika individu atau kelompok
manusia bersaing dan mencari keuntungan melalui bidang kehidupan
yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan
cara menarik perhatian public.
3) Pertentangan
Suatu proses sosial ketika individu atau kelompok memenuhi
tujuannya dengan cara menentang pihak lawannya yang disertai
ancaman atatu kekerasan. Pertentangan dapat terjadi karena adanya
beberapa factor. Factor penyebab terjadinya pertentangan tersebut
meliputi perbedaan antara individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan
kepentingan, dan perubahan sosial.
4) Akomodasi atau Penyesuaian
Akomodasi diri menunjuk pada suatu keadaan. Akomodasi dapat
diartikan sebagai suatu cara untuk menyesuaikan pertentangan tanpa
menghancurkan pihak lawan sehingga pihak lawan tidak kehilangan
kepribadiannya. Akomodasi dilakukan untuk mengurangi pertentangan,
mencegah meledaknya pertentangan, memungkinkan terjalinnya kerja
sama dan mengusahakan peleburan diantara kelompok sosial.
5) Asimilasi
Proses sosial dalam taraf lebih lanjut yang di tandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang per orang
atau kelompok manusia.
6) Kontravensi
Merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan
pertentangan. Bentuk kontravensi yang umum terjadi antara lain
penolakan, keengganan, perlawanan, menghalang-halangi, protes,
13
lanjut usia. Kejiwaan yang sehat apabila hubungan dengan sesama tercipta
dan berjalan dengan baik. Keadaan kejiwaan yang sehat dapat terpenuhi
melalui hubungan yang memuaskan engan sesama. Namun pada kenyataan
ada lanjut usia yang kurang dapat menikmati atau kurang puas dengan
hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan sosial yang tidak memuaskan
dapat menimbulkan kesenjangan antara yang diinginkan dengan yang dicapai
oleh lanjut usia. Dengan demikian lanjut usia akan mengalami perasaan yang
kurang menyenangkan, kurang puas dengan hubungan interpersonal yang
dilakukan bahkan dapat menimbulkan depresi pada lansia.
Pertambahan usia lansia dapat menimbulkan berbagai masalah baik
secara fisik, mental, serta perubahan kondisi sosial yang dapat
mengakibatkan penurunan pada peran-peran sosialnya. Selain itu, dapat
menurunkan derajat kesehatan, kehilangan pekerjaan dan dianggap sebagai
individu yang tidak mampu. Hal ini akan mengakibatkan lansia secara
perlahan menarik diri dari hubungan masyarakat sekitar sehingga dapat
mempengaruhi interaksi sosial. Berkurangnya interaksi sosial pada lansia
dapat menyebabkan perasaan terisolir, sehingga lansia menyendiri dan
mengalami isolasi sosial dengan lansia merasa terisolasi dan akhirnya
depresi, maka hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia
(Rantepadang, 2012).
h. Interaksi Sosial dalam Perspektif Islam
Interaksi sosial merupakan kemampuan individu dalam menjalin
hubungan sosial. Dalam islam interaksi sosial disebut sebagai membina
hubungan dengan sesama manusia atau hablun minannas dengan usaha
membentuk silahturahmi. Bahkan Allah SWT memerintahkan untuk selalu
menjaga tali silahturahmi. Allah berfirman dalam Qur’an Surah An-Nisa
ayat(1) “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-Mu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
16
usia lanjut secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu
antara lain :
a) Kelemahan (imparment)
b) Keterbatasan fungsional (fungtional limitation)
c) Keterhambatan (handicap)
Tiga tahap tersebut akan dialami bersamaan dengan proses
kemunduran. Keadaan ini cenderung berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa (psikologis) pada usia
lanjut. Menurut Morse dan Furst, proses penuaan dapat dilihat dari tiga segi,
yaitu :
(1) Penuaan biologis
Gejala-gejala penuaan ini ialah berkurangnya kekenyalan
pembuluh darah dan kekuatan otot, menurunya daya pandang,
pendengaran, cita rasa, penciuman, dan rabaan serta
meningkatnya tekanan darah
(2) Penuaan psikologis
Gejala-gejala penuaan ini misalnya menurunya daya ingat,
kekurangan gairah dan kecemasan terhadap kematian.
(3) Penuaan sosiologis
Gejala-gejala penuaan ini misalnya, kehilangan pekerjaan
(karena pensiun), kekuasaan dan status (Hariyanto dalam
Murwani, A.2011).
e. Kebutuhan Hidup Lansia
Lansia membutuhkan beberapa kebutuhan dasar dalam
kehidupannya sehari-hari, tetapi banyak pula lansia yang kebutuhan dasar di
masyarakat tidak terpenuhi, sehingga kehidupan lansia menjadi terlunta-
lunta. Berdasarkan hasil penelitian (Setiti SG, 2007, Sukesi dalam Ekasari,
2018) ada beberapa kebutuhan dasar lansia yaitu :
1) Kebutuhan fisik
Kebutuhan lanjut usia secara fisik meliputi sandang, pangan, papan,
keehatan dan spiritual, kebutuhan makan umunya tiga kali sehari juga
26
ada dua kali. Makanan yang tidak keras, tidak asin dan tidak berlemak.
Kebutuhan papan, secara umum membutuhkan rumah tinggal yang
nyaman. Tidak kena panas, hujan, dingin, terlindungi dari mara bahaya
dan dapat melaksanakan kehidupan sehari-hari, dekat kamar kecil dan
peralatan lansia secukupnya.
Pelayanan kesehatan bagi lanjut usia sangat vital. Obat-obatan ringan
sebaiknya selalu siap di dekat lansia dan bila sakit segera diobati. Lansia
juga membutuhkan fasilitas pelayanan pengobatan rutin, murah, gratis,
dan mudah dijangkau. Kebutuhan lainnya bagi lansia yang ditinggal mati
pasangannya adalah adanya teman untuk mencurahkan isi hati agar tidak
merasakan kesepian. Lansia memerlukan teman ngobrol, menjalani
perkerjaan, berpergian,teman ketika berobat. Lansia juga jika meninggal
kelak ia dapat di tunggui kerabatnya yang berasal dari kampong
halamannya.
2) Kebutuhan Psikologis
Kondisi lanjut usia yang rentan secara psikologis, membutuhkan
lingkungan yang mengerti dan memahami mereka. Lansia membutuhkan
teman yang sabar, yang mengerti dan memahami kondisinya. Mereka
membutuhkan teman ngobrol, membutuhkan dikujungi kerabat, sering
disapa dan didengar nasehatnya. Lansia juga butuh reakreasi,
silahturahmi kepada kerabat dan masyarakat.
3) Kebutuhan sosial
Lansia membutuhkan orang-orang dalam menjalani hubungan sosial,
terutama kerabat, juga teman sebaya, sekelompok kegiatan dan
masyarakat dilingkungannya. Jalinan hubungan sosial tersebut dapat
dipenuhi melalui kegiatan keagamaan, olahraga, arisan, dan lain-lain.
4) Kebutuhan ekonomi
Lansia sudah memasuki masa pensiun dan juga sudah mengalami
kelemahan fisik, sehingga secara finansial lansia memiliki keterbatasan
ekonomi. Lansia membutuhkan bantuan sumber keuangan, terutama
27
B. Kerangka Teori
Manusia Berumur
Panjang Proses Penuaan Menua
a. Usia pertengahan
Perubahan : (45-59 Tahun)
b. Usia Lanjut (60-
a. Fisik 74 Tahun)
b. Mental c. Usia Tua (75-90
c. Psikososial Tahun)
d. Perkembangan d. Usia Sangat Tua
spiritual (>90 Tahun) Domain kualitas hidup:
a. Kesehatan fisik
b. Psikologis
c. Hubungan social
d. Lingkungan
29
Gambar 2.1
Kerangka teori Cumming & Henry (1961) dalam Nugroho (2012),
Rantepadang (2012), WHO (2010)
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Arah hubung
D. Hipotesis
Ha : Ada hubungan antara interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di
Kelurahan Gadingsari Bantul Yogyakarta
Ho : Tidak ada hubungan antara interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di
Kelurahan Gadingsari Bantul Yogyakarta
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian
non-eksperimen dengan desain studi korelasional yaitu peneliti yang mengkaji
hubungan antar variable dengan tujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar
variable (Nursalam, 2017) yaitu mencari hubungan antara interaksi sosial dengan
kualitas hidup lansia sedangkan metodenya menggunakan pendekatan cross
sectional. Rancangan cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu
pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada
satu saat (Nursalam, 2017).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan subjek (misalnya manusia) yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah
31
N
n=
1+ N (d )²
keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Perhitungan sampel pada penelitian ini adalah :
1.974
n=
1+ 1.974(0.1)²
= 95,1
Berdasarkan rumus solvin diatas didapatkan hasil perhitungan, jadi jumlah
sampel yang didapatkan adalah 95 lansia dari jumlah populasi sebanyak 1.974
32
dengan tingkat kesalahan 10%. Dengan kriteria dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subyek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017).
1) Lansia di kelurahan Gadingsari Kecamatan Sanden Bantul, Yogyakarta
yang bersedia menjadi responden
2) Lansia yang berusia 60-75 tahun tidak sedang mengalami sakit keras
3) Lansia yang kooperatif mengikuti penelitian
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang
memenuhi kriteria karena suatu sebab (Nursalam,2017).
1) Lansia yang tidak tinggal dengan keluarga
2) Lansia yang menolak menjadi responden
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini akan dilakukan di kelurahan Gadingsari kecamatan
Sanden, Bantul Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2022.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen/Bebas
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya
menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh
peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependent. Variabel bebas
biasanya dimanipulasi, diamati dan diukur untuk diketahui hubungannya atau
pengaruhnya terhadapt variabel lain (Nursalam, 2017). Variabel bebas pada
penelitian ini adalah interaksi social pada lansia.
2. Variabel Dependen/Terikat
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh
variabel lain. Variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk
33
Faktor yang
mempengaruhi kualitas
hidup :
a. Kesehatan fisik
b. Psikologis
c. Hubungan sosial
d. Lingkungan
34
Keterangan
: diteliti
:Tidak diteliti
: arah hubung
Gambar 3.1 Hubungan antar variabel
F. Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati/diteliti,
perlu variabel-variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi
operasional ini bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan
terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument (alat
ukur) (Notoatmodjo, 2014).
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala
1 Interaksi Interaksi sosial Kuesioner interaksi < 60% = Ordinal
sosial merupakan sosial dengan 15 interaksi
hubungan lansia item pertanyaan social kurang
antara dua menggunakan
individu atau instrumen dari 60-75% =
lebih, yang saling (Rantepadang,2012) interaksi
membutuhkan dan social sedang
mempengaruhi,
mengubah atau 75-100% =
memperbaiki interaksi
individu yang lain social baik
atau sebaliknya
H. Instrument Penelitian
Alat ukur penelitian adalah instrument yang digunakan untuk mengumpulkan
data (Notoatmodjo, 2014). Peneliti menggunakan kuesioner untuk mengetahui
hubungan interaksi social dengan kualitas hidup lansia.
1. Kuesioner tentang interaksi social
Interaksi social diukur menggunakan instrument dari Rantepadang (2012),
dengan skala likert (ordinal) yang terdiri dari 15 pertanyaan. Instrument sudah
dilakukan uji validitas oleh peneliti sebelumnya dengan hasil validitas
menunjukan bahwa semua pertanyaan valid, karena semua nilai korelasi positif
melalui uji pearson product moment correlation dan mempunyai nilai reabilitas
instrument interaksi social dengan nilai alfa 0,6820. Kuesioner interaksi sosial
terdapat pilihan jawaban yang selalu (5), sering (4), kadang-kadang (3), jarang
(2), tidak pernah (1), dan subjek penelitian hanya diminta untuk memilih
pertanyaan dari empat alternative yang disediakan. Kemudian setiap score nilai
yang dapatkan akan dijumlahkan, dengan skala yang digunakan adalah skala
likert (ordinal), hasil akan di kategorikan menjadi 3 kuesioner menurut
Rantepadang (2012):
a. < 60% = interaksi social kurang
b. 60-75% = interaksi social sedang
c. 75-100% = interaksi social baik
dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur
yang sama (Notoatmodjo, 2014).
a. Kuesioner Interaksi Sosial
Uji reabilitas yang dilakukan oleh (Oktavianti, A. 2020), memiliki nilai
Alpha Cronboch sebesar 0.80 dimana α > 0,7 sehingga instrumen ini sudah
reliabel.
b. Kuesioner Kualitas Hidup
Kuesioner kualitas hidup dalam penelitian (Murwani.A,Dkk.,2019) telah
diuji reabilitas di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo dengan hasil uji
reabilitas (0,939) dan dinyatakan reliabel.
J. Pengelolahan dan Metode Analisis Data
1. Teknik pengelolahan data
Penelitian ini menggunakan teknik statistic dalam mengolah data hasil
penelitian, yaitu teknik pengolahan data yang digunakan dalam mengolah data
kuantitatif. Pengolahan data ini dapat dilakukan dengan tangan (manual) ataupun
dengan bantuan alat computer. Adapun tahap-tahap dari proses pengolahan data
menurut (Notoatmodjo, 2014),sebagai berikut :
a. Editing
Hasil wawancara atau angket yang diperoleh dari responden melalui
kuesioner diedit terlebih dahulu, untuk melihat adanya data atau informasi
yang belum lengkap. Setelah kuesioner diisi oleh responden, maka peneliti
mengkoreksi kembali kuesioner tersebut. Jika terdapat item yang belum
terisi, maka peneliti meminta kerjasama antara pengajar dan responden untuk
mengisi dengan lengkap.
b. Coding
Coding merupakan pemberian tanda atau mengklarifikasikan jawaban-
jawaban dari para responden ke dalam kategori tertentu. Kegiatan mengubah
data huruf menjadi data angka sehingga mudah dalam menganalisa
(Notoatmodjo, 2014).
Pengkodean pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1) Untuk variabel interaksi sosial :
39
r=
∑ A−∑ B
N ( N−1 )
2
Keterangan :
π: koefisien korelasi kendal tau (-1 < 0 < 1)
∑A: jumlah rangking atas
∑B: jumlah rangking bawah
N : jumlah anggota sampel
K. Jalannya Penelitian
Setelah judul diterima oleh bagian Research Departemen STIKes Surya Global
Yogyakarta, ada beberapa tahapan yangdilakukan selama penelitian, yaitu :
1. Tahap persiapan
a. Mempersiapkan materi dan konsep yang mendukung penelitian
b. Menyusun latar belakang masalah penelitian.
c. Melakukan permintaan dan pengambilan data di Dinas Kesehatan Bantul.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Demografi
1. Kecamatan Sanden
a. Profil
Kecamatan Sanden berada di sebelah Barat Daya Ibukota Kabupaten
Bantul, dengan luas wilayah 2.315,9490 ha .Bagian selatan berbatasan
langsung dengan Samudera Hindia di sebalah selatan, sebelah timur
44
Pendidikan
Tidak Sekolah 3 3.2
SD 74 77.9
SLTP/SLTA 18 18.9
Agama
Islam 94 98.9
Katolik 1 1.1
Total 95 100.0
2. Analisis Bivariat
a. Tabulasi silang interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di Kelurahan
Gadingsari Kecamatan Sanden bantul Yogyakarta
Tabel 4.4 Analisis Tabulasi Silang Interaksi Sosial dengan Kualitas
Hidup Lansia di Kelurahan Gadingsari Kecamatan Sanden Bantul
Yogyakrta
Interaks Kualitas Hidup
i Sosial
Baik % Cukup % Buru % Tota %
k l
48
(47.2%) dan interaksi sosial kurang memiliki kualitas hidup cukup berjumlah
8 responden (44.4%). Hal ini menunjukkan bahwa lansia di kelurahan
Gadingsari Kecamatan Sanden Bantul Yogyakrta mayoritas memiliki
interaksi sosial yang baik.
Hasil analisis berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian
besar responden berusia 70-75 tahun sebanyak 53 responden (55.8%).
Responden yang berusia 60-64 tahun sebanyak 23 responden (24.2%),
responden yang berusia 65-69 tahun sebanyak 19 responde (20.0%).
Pertambahan usia lansia dapat menimbulkan berbagai masalah baik
secara fisik, mental, serta perubahan kondisi sosial yang dapat
mengakibatkan penurunan pada peran-peran sosialnya. Selain itu, dapat
menurunkan derajat kesehatan, kehilangan pekerjaan dan dianggap sebagai
individu yang tidak mampu. Hal ini mengakibatkan lansia secara perlahan
menarik diri dari hubungan dengan masyarkat sekitar sehingga dapat
mempengaruhi interaksi sosial dan dapat mempengaruhi kualitas hidup
lansia. (Samper, Pinontoan, & Katuuk, 2017).
Hasil analisis berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian
besar responden proporsi jenis kelamin perempuan 52 responden (54.7%)
dan laki-laki 43 responden (45.3%). Jenis kelamin merupakan faktor resiko
dalam mempengaruhi hubungan interaksi sosial. Perempuan lebih mudah
dalam bergaul atau lebih banyak memiliki kegiatan-kegiatan sosial
dimanapun mereka berada. Statistik di indonesia pun menyatakan bahwa
populasi lansia diatas 60 tahun didominasi oleh wanita (Badan Statistic,
2021). Hal ini juga sesuai dengan jumlah lansia di Yogyakarta dimana lansia
perempuan lebih banyak (69,7%) dibandingkan lansia laki-laki (63.8%).
Selanjutnya dari data jenis kelamin menunjukkan mayoritas yang
mengalami interaksi sosial yang baik berjenis kelamin perempuan sebanyak
78 orang. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa
perempuan lebih mudah dalam bergaul. Ini dikarenakan perempuan memiliki
hubungan sosial yang lebih luas dan lebih erat dengan lingkungan (Hayati
dan Huda, 2018).
51
menghadapi perubahan fungsi yang dialami (Potter dan Perry, 2009 dalam
andesty et al.,2018).
Kualitas hidup merupakan persepsi individu sesuai dengan posisinya
saat ini, baik dalam konteks budaya, sistem nilai yang berkembang
berhubungan pada tujuan pengharapan standar, perhatian yang aspeknya
meliputi fisik, psikologis, sosial, dari bidang kesehatan yang dipengaruhi
oleh pengalaman pribadi seseorang, kepercayaan harapan serta persepsi
sehubungan dengan penyakit tertentu dan pengobatan. Kualitas hidup yang
optimal atau Optimum aging sebagai kondisi fungsional lansia berada pada
kondisi maksimum atau optimal, sehingga memungkinkan mereka bisa
menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan, berguna, dan
berkualitas yang berkaitan dengan lingkungan tempat individu tersebut
tinggal (Ratnawati, Wahyudi dan Zetira, 2019).
Hasil analisis berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagaian
besar responden memiliki umur lanjut usia, rentang umur 60-64 tahun yaitu
sebanyak 23 responden (24..2%), rentang umur 65-69 tahun sebanyak 19
responden (20.0%), dan rentang umur 70-75 yaitu sebanyak 53 responden
(55.8%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan rentang
70-75 tahun yang berjumlah 53 responden. Hasil analisis tabel 4.1
menunjukkan bahwa sebagian besar responden proporsi jenis kelamin
perempuan 52 responden (54.7%) dan laki-laki 43 responden (45.3%).
Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pada lansia yaitu gender, usia,
pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan hubungan dengan orang lain.
Dilihat dari aspek pendidikan pada tabel 4.1 jenjang pendidikan
responden dalam penelitian ini yang tidak tamat SD sebanyak 3 responden
(3.2%), pendidikan SD sebanyak 74 responden (77.9%) dan pendidikan
SLTA/SLTP sebanyak 18 responden (18.9). Hal ini membuktikan bahwa
seseorang yang berpendidikan dapat memahami informasi dengan lebih baik
terhadap penjelasan yang diberikan. Makin tinggi pendidikan, maka semakin
mudah pula seseorang mendapatkan pengetahuan karena tingkat pendidikan
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
56
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 11-12 Maret
2022 dengan jumlah 95 responden di Kelurahan Gadingsari Kecamatan Sanden
Bantul Yogyakarta, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Interaksi sosial pada lanjut usia dalam kategori baik yaitu dengan jumlah 41
responden (43.2%), kategori sedang dengan jumlah 36 responden (37.9%),
kategori kurang berjumlah 18 responden (18.9%).
2. Kualitas hidup lanjut usia kategori baik yaitu dengan jumlah 44 responden
(46.3%), kategori cukup dengan jumlah 40 responden (42.1%), dan kategori
buruk berjumlah 11 responden (11.6%)
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi sosial dengan kualitas hidup
lanjut usia dengan nilai koefisien korelasi Kendall’s Tau 0.324 dan nilai
signifikan 0.001.
B. Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan untuk pengembangan keperawatan ada
beberapa hal yang peneliti harapkan :
1. Teoritis
a. Keperawatan Gerontik
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan berkaitan
dengan pemberdayaan lansia yaitu suatu strategis membawa masyarakat
dalam kehidupan sejahtera secara adil dan merata yang berhubungan dengan
kualitas hidup lansia, sehingga dapat dijadikan sumber informasi yang
bermanfaat dibidang ilmu keperawatan gerontik.
b. Bagi Mahasiswa STIKes Surya Global
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa,
menambah bahan bacaan, referensi dan masukan bagi mahasiswa STIKes
Surya Global Yogyakarta untuk melakukan penelitian selanjutnya.
2. Praktis
a. Bagi lansia di Kelurahan Gadingsari Kecamatan Sanden Bantul yogyakarta
57