Anda di halaman 1dari 161

SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU DHARMA NUSANTARA

JAKARTA

UPAYA GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN


PSIKOMOTORIK SISWA MELALUI PRAKTIK YOGA SŪRYA
NAMASKĀRA DI PASRAMAN PURNA LINGGA

SKRIPSI

I KETUT SUDIDI
NIM : 1609.00.1102
NIK : 2017.02.1930

JURUSAN KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU

JAKARTA

JULI 2020

i
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU DHARMA NUSANTARA
JAKARTA

UPAYA GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN


PSIKOMOTORIK SISWA MELALUI PRAKTIK YOGA SŪRYA
NAMASKĀRA DI PASRAMAN PURNA LINGGA
SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Pendidikan Agama Hindu

I KETUT SUDIDI
NIM : 1609.00.1102
NIK : 2017.02.1930

JURUSAN KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU

JAKARTA

JULI 2020

ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah dikoreksi dan disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Ketut Budiawan,S.Pd.H.,M.Fil.H dr. Ketut Lila Murti, S.Ag., S.pA

iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : I Ketut Sudidi

NIM : 1609.00.1102

NIK : 2017.02.1930

Program Studi : Pendidikan Agama Hindu

Judul Skripsi : UPAYA GURU DALAM MENGEMBANGKAN


KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK SISWA
MELALUI PRAKTIK YOGA SŪRYA NAMASKĀRA
DI PASRAMAN PURNA LINGGA
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji dan di terima sebagai
bagian dari persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Agama Hindu pada Program Studi Pendidikan Agama Hindu,
Jurusan Keguruan dan Ilmu Pendidikan Agama Sekolah Tinggi Agama
Hindu Dharma Nusantara Jakarta.

TIM PENGUJI

Ketua Penguji : Prof. Dr. Ir. I Made Kartika Dhiputra Dipl.-Ing ( )

Anggota : Made Wirawan, S.Ag., M.Fil.H ( )

Anggota : Ketut Budiawan, S.Pd.H., M.Fil.H ( )

Anggota : dr. Ketut Lila Murti, S.Ag., S.pA ( )

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : Juli 2020

iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber, baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : I Ketut Sudidi

NIM : 1609.00.1102

NIK : 2017.02.1930

Tanda Tangan :

Tanggal : Juli 2020

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta,
penulis yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : I Ketut Sudidi
NIM : 1609.00.1102
NIK : 2017.02.1930
Program Studi : Pendidikan Agama Hindu
Jurusan : Keguruan Dan Imu Pendidikan Agama Sekolah Tinggi Agama
Hindu Dharma Nusantara Jakarta
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta Hak Bebas Royalti
Noneksklusif (Non- Eksklusive Royalty-Free Right) atas karya saya yang berjudul
: Upaya Guru Dalam Mengembangkan Kemampuan Psikomotorik Siswa
Melalui Praktik Yoga Sūrya Namaskāra Di Pasraman Purna Lingga beserta
perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta berhak menyimpan,
mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di :Jakarta
Pada tanggal : Juli 2020
Yang menyatakan

(I Ketut Sudidi )

vi
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur penulis haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau
Tuhan Yang Maha Esa, hanya atas Asungkerta WarenugrahaNya skripsi yang
berjudul “Upaya Guru Dalam Mengembangkan Kemampuan Psikomotorik
Siswa Melalui Praktik Yoga Sūrya Namaskāra Di Pasraman Purna Lingga”
dapat terselesaikan. Tersusunnya karya tulis ini bukanlah hasil pemikiran sendiri,
akan tetapi berkat dan dukungan berbagai pihak maka melalui kesmpatan ini
perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Made Kartika Dhiputra.,Dipl-Ing selaku Ketua Sekolah
Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta.
2. Bapak Ketut Budiawan, SP.d.H.,M.Fil.H selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Agama Hindu Jurusan Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sekolah
Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta dan selaku dosen
pembimbing I yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk
mengarahkan saya dalam menyusun skripsi ini.
3. Bapak dr. Ketut Lila Murti, S.Ag., S.pA Selaku dosen pembimbing II yang
telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya
dalam menyusun skripsi ini.
4. Bapak Made Wirawan, S.Ag., M.Fil.H Selaku dosen penguji ahli yang
telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya
dalam menyusun skripsi ini.
5. Staf pegawai perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma
Nusnatara Jakarta yang telah memberikan fasilitas pinjaman berupa buku-
buku penunjang.
6. Para dosen dan Staf pegawai di lingkungan Sekolah Tinggi Agama Hindu
Dharma Nusantara Jakarta yang telah memeberikan layanan, bimbingan
dan ilmu yang diberikan selama perkuliahan.
7. Para informan yang telah banyak membantu dalam memberikan informasi
yang sangat penting dalam penulisan skripsi ini.

vii
8. Bapak Ketut Wastra dan Ibu Ni Ketut Luh Cantri Selaku kedua orang tua
penulis yang telah memberikan dukungan baik moril dan materil serta
semangat yang tak henti-hentinya untuk penulis.
9. Dr. dr. Made Setiawan, Sp.A orang tua asuh dan saudara penulis yang telah
memeberikan dukungan baik moril dan materil selama perkuliahan.
10. Wayan Ranti, Made Ranta, Nyoman Kuning, Kadek Sucipta selaku sudara
dan saudara ponakan yang telah memberikan dukungan selama
perkuliahan.
11. Teman-teman seperjuangan yang senantiasa saling mendukung dan
memotivasi satu sama lain.
12. Putu Sriasih informan sekaligus sahabat penulis yang selalu memotivasi
dan mendukung penulis.
13. Tessa Ayu Wandari selaku mood boster yang selalu memeberikan motivasi
dan semangat yang tak henti-hentinya untuk penulis.
Penulis menyadari dalam penulisan ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang ada pada
penulis, sehingga kritik dan saran yang konstruktif guna kesempurnaan penelitian
ini sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis berharap Ida Sang Hyang Widhi
Wasa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Om Santih, Santih, Santih, Om.

Jakarta, 06 Juli 2020

Penulis

viii
ABSTRAK

Nama : I Ketut Sudidi

Program studi : Pendidikan Agama Hindu

Judul : “Upaya Guru Dalam Mengembangkan Kemampuan Psikomotorik


Siswa Melalui Praktik Yoga Sūrya Namaskāra Di Pasraman Purna
Lingga”

Penelitian ini membahas tentang upaya guru dalam mengembangkan


kemampuan psikomotorik siswa melalui praktik Yoga Sūrya Namaskāra di
Pasraman Purna Lingga. Siswa mengalami ketidak seimbangan dalam hal
psikomotorik yaitu gerak siswa dipengaruhi oleh hal yang negative yang
ditimbulkan dari lingkungan sekitar seperti malas berolahraga, enggan melakukan
hal-hal yang baik oleh karena didominasi oleh hal-hal yang buruk yang dilihat dari
handphone dan internet ini menyebabkan siswa terlalu banyak menghabiskan
waktu dalam hal tersebut sehingga menimbulkan berkurangnya aktivitas diluar
rumah yang berhubungan dengan pengembangan psikomotorik siswa.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menguraikan upaya guru dalam
mengembangkan kemampuan psikomotorik siswa melalui praktik Yoga Sūrya
Namaskāra di Pasraman Purna Lingga.

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode semi kuantitatif yang


merupakan metode yang mengkombinasikan antara angka dan deskripsi. Metode
semi kuantitaif ini bermanfaat untuk mengidentifikasi dan memberikan
peringkat/ranking dari suatu kejadian berdasarkan hasil dari wawancara.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Yoga Sūrya Namaskāra sangat


menunjang dalam pengembangan psikomotorik siswa, ini ditunjukan oleh siswa
yang mengalami perubahan positif dari segi psikomotorik. Upaya yang dilakukan
antara lain: mempersiapkan materi pelaksanaan Yoga, mempersiapkan sarana dan
prasanana, melaksanakan pembelajaran online dan sampai pada tahap pelaksanaan

ix
guru memberikan bimbingan. sebagai instruktur, sekaligus mediator yang harus
mampu melakukan Yoga.

Dalam hal pelaksanaan pengembangan psikomotorik tidak hanya guru yang


menjadi pembimbing siswa namun dibutuhkan kerjasama dengan wali murid
sehingga saling berkontribusi dalam pengembangan psikomotorik peserta didik.
Bagi guru pasraman pengembangan psikomotorik siswa melalui Yoga bagus untuk
diterapkan, baik di pasraman maupun sekolah umum karena dengan berlatih Yoga
peserta didik bisa lebih percaya diri. Menurut responden kelas IX siswa pasraman
Purna Lingga dari 11 siswa, 8 diantaranya merasa lebih percaya diri.

Kata kunci : Psikomotorik, Yoga, Sūrya Namaskāra

x
ABSTRACT

Name : I Ketut Sudidi

Program Study : Hinduism Religious Education

Title : " Teacher's Efforts in Developing Students' Psychomotor


Abilities through Sūrya Namaskāra Yoga Practices in Pasraman
Purna Lingga”

This study discusses the efforts of teachers in developing students'


psychomotor abilities through the practice of Sūrya Namaskāra Yoga in Pasraman
Purna Lingga. Students experience an imbalance in terms of psychomotor that is
the students' movements are influenced by negative things that arise from the
surrounding environment such as lazy sports, are reluctant to do good things
because they are dominated by bad things seen from cellphones and the internet.
This causes students to be too spend a lot of time in this case causing a reduction in
activities outside the home related to student psychomotor development.
In general, this study aims to describe the efforts of teachers in developing
students' psychomotor abilities through the practice of Sūrya Namaskara Yoga in
Pasraman Purna Lingga. This study uses a semi-quantitative approach which is a
method that combines numbers and descriptions.
This semi-quantitative method is useful to identify and rank / rank an
event based on the results of the interview.
The results revealed that Sūrya Namaskāra Yoga was very supportive in
the psychomotor development of students, this was shown by students who
experienced positive changes in psychomotor terms. The efforts undertaken
include: preparing Yoga implementation materials, preparing facilities and
infrastructure, carrying out online learning and reaching the implementation stage
the teacher provides guidance. as an instructor, as well as a mediator who must be
able to do Yoga.
In the case of the implementation of psychomotor development, it is not
only the teacher who guides the students, but collaboration with student guardians
is needed so that they contribute to each other in the psychomotor development of
students. For pasraman teachers students' psychomotor development through Yoga
is good to apply, both in pasraman and public schools because by practicing Yoga
students can be more confident. According to respondents in grade IX, Pasraman
Purna Lingga students out of 11 students, 8 of them felt more confident.

Keywords: Psychomotor, Yoga, Sūrya Namaskāra

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING………………………………….iii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI…………………………………….…..iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………………v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………………..vi

KATAPENGANTAR……………………………………………………………vii

ABSTRAK…………………………………......…………………………………ix

ABSTRACT…………………………………………………..………………...…x

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...xi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang .....................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................5

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................5

1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................6

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................6

1.4.1 Manfaat Teoritis .............................................................................6

1.4.2 Manfaat Praktis ...............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................8

2.1 Penelitian Yang Relevan ....................................................................................8

2.2 Landasan Teori ...................................................................................................9

xi
2.2.1Teori Kecerdasan Majemuk.............................................................9

2.3 Landasan Konseptual .......................................................................................12

2.3.1 Catur Guru ....................................................................................13

2.3.2 Pengembangan Psikomotorik .......................................................17

2.3.3 Teknik Penilain Psikomotorik ......................................................19

2.3.4 Pengertian Yoga ...........................................................................21

3.3.5 Jenis Yoga.....................................................................................22

2.3.6 Konsep Aṣṭāṅga Yoga. ..................................................................24

2.3.7 Sūrya Namaskāra .........................................................................29

BAB IIII METODE DAN LOKASI PENELITIAN .............................................31

3.1 Metode Masalah ...............................................................................................31

3.2 Sifat Penelitian .................................................................................................31

3.3Pendekatan Penelitian .......................................................................................32

3.4 Data Penelitian .................................................................................................32

3.4.1 Jenis dan Sumber Data ................................................................32

3.4.2 Teknik Penentuan Informan .........................................................33

3.4.3 Teknik Pengumpulan Data ..........................................................34

3.4.4 Instrumen Penelitian ....................................................................36

3.4.5 Teknik Pengelolahan Data ...........................................................37

3.4.6 Teknik Analisis Data ...................................................................38

3.4.7 Teknik Penyajian Data .................................................................39

3.5 Lokasi Penelitian ..............................................................................................40

3.5.1 Alasan Pemilihan Lokasi ..............................................................40

3.5.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................40

xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................45

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................................45

4.1.1 Upaya Guru Dalam Mengembangkan Kemampuan Psikomotorik


Siswa Melalui Praktik Yoga Sūrya Namaskāra Di Pasraman Purna
Lingga ...................................................................................................45

4.1.2 Mempersiapkan Materi Pelaksanaan Yoga ..................................48

4.1.3 Mempersiapkan Sarana dan Prasarana .........................................56

4.1.4 Melakukan Kerja Sama Dengan Orang tua Siswa........................57

4.1.5 Melakukan Pelaksanaan Pembelajaran Online .............................60

4.2 Pembahasan ......................................................................................................63

4.2.1 Tahapan Dalam Pelaksanaan Yoga Sūrya Namaskāra di Pasraman


Purna Lingga..........................................................................................63

4.2.2 Efektivitas Guru Dalam Mengembanggkan Kemampuan


Psikomotorik Siswa Di Pasraman Purna Lingga .......................................76

4.2.3 Manfaat Sūrya Namaskāra untuk siswa .......................................85

4.2.4 Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Yoga Sūrya


Namaskāra ............................................................................................89

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .....................................................................92

5.1 Simpulan ..........................................................................................................92

5.2 Saran ................................................................................................................92

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................94

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah segala upaya dan semua usaha untuk membuat generasi
muda bangsa dapat mengembangkan potensi manusia agar memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan,
berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota
masyarakat dan warga negara. Di samping itu pendidikan merupakan usaha untuk
membentuk manusia yang utuh lahir dan batin cerdas, sehat, dan berbudi pekerti
luhur. Pendidikan mampu membentuk kepribadian melalui pendidikan lingkungan
yang bisa dipelajari baik secara sengaja maupun tidak. Pendidikan juga mampu
membentuk manusia itu memiliki disiplin, pantang menyerah, tidak sombong,
menghargai orang lain, berbudi luhur, dan kreatif, serta mandiri.

Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tangung jawab semua pihak


yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi seorang pendidik yang merupakan
ujung tombak bagi pendidikan yang sedang berlangsung. Guru adalah orang yang
berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat
bersaing di zaman pesatnya perkembangan teknologi modern ini

Dalam hal ini pendidik adalah sebagai pondasi awal dari terciptanya sebuah
proses pendidikan. Seseorang yang aktif dalam dunia pendidikan harus memiliki
kepribadian sebagai seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik
kadang-kadang dirasakan lebih berat dibandingkan dengan profesi yang lain.
Karena, guru merupakan seorang yang harus bisa digugu dan ditiru. Digugu artinya
segala sesuatu yang disampaikan senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai
kebenaran oleh semua murid menjadi suri teladan dan panutan bagi muridnya, baik
cara berpikir dan cara berbicara maupun berprilaku sehari-hari (Mulyasa, 2008:48).

Pendidikan yang paling penting sebagai pembentukan karakter suatu bangsa


adalah pendidikan agama, sehingga kita perlu menyadari betapa pentingnya
pendidikan agama bagi setiap siswa, karena hal itu sangat berpengaruh positif
terhadap partumbuhan dan perkembangan budi pekerti dan kepribadian kita. Itulah

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


2

sebabnya pendidikan agama benar-benar urgent dan perlu dipelajari sedini


mungkin, sejak sekolah dasar sampai pada tingkat pendidikan tinggi untuk
membangun dan mengembangkan kepribadian yang luhur.

Dunia pendidikan masa kini mengenal adanya tiga kompetensi atau


kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa setelah melalui proses pembelajaran.
Ketiga kompetensi tersebut yaitu, aspek kogntitif, afektif, dan psikomotorik.
Kenyataan yang terjadi, dari ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotrik,
ranah kognitiflah yang mendapat prioritas guru dalam pembelajaran di sekolah.
Banyak guru yang beranggapan, apabila siswa telah mampu menguasai aspek-
aspek kognitif suatu pengetahuan, maka dikatakan telah dengan baik mengikuti
proses pembelajaran, tanpa memperhatikan dua kemampuan dasar lainnya yaitu
afektif dan psikomotrik.

Upaya guru sangat penting dalam pengembangan kompetensi kognitif,


afektif dan psikomotorik, karena hal tersebut merupakan inti dari pembelajaran di
sekolah maupun pasraman. Dalam buku (Gede Rudia 2009:15) yang berjudul
Pengetahuan Dasar Agama Hindu hal ini berkaitan dengan tiga kerangka dasar
agama Hindu yaitu:

1. Tattwa (filsafat): inti/kebenaran/dasar ajaran agama (Panca Sradha).


2. Susila (etika): tingkah laku yang mulia dalam beragama.
3. Upacara(Acara): materi untuk praktik agama yang terdiri atas upakara,
Pandita Pinandita, Pemangku, Belian, Pura, Kuil, Sawan, Candi,
Pedewasan (wariga), hari suci, dan lain-lain.
Ketiga bagian dari kerangka agama itu tidak dapat dipisah-pisah- kan
pengamalannya, sekalipun tattwa adalah dasar yang utama (inti ajaran).
Tattwa,Susila, dan Acara patut diamalkan bersamaan dalam setiap tindakan.
Pengamalan Tattwa tanpa Susila dan Acara akan sangat kering. Demikian
pula pengamalan Susila tanpa Tattwa dan Acara akan tampak tidak semarak
dan menjurus pada prilaku yang kaku atau ekstrim. Acara tanpa Tattwa dan
Susila akan menjadikan tindakan pemborosan dan memunculkan tradisi yang
tanpa dasar ke- benaran. Demikian ketiga kerangka agama itu wajib
dilaksanakan tanpa meninggalkan salah sau dari ketiga bagiannya. Kerangka
agama dapat diumpamakan sebagai berikut:
a. Tattwa = kepala = kuning telur
b. Susila = tangan-kaki = putih telur
c. Acara = beban/perut = kulit telur

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


3

Berkaitan dengan pernyataan diatas, Tattwa adalah bagian kognitif dimana


pengetahuan tentang teori terdapat didalamnya. Tattwa dalam agama Hindu dapat
diserap sepenuhnya oleh pikiran manusia melalui beberapa cara dan pendekatan
yang disebut Pramana. Ada 3 (tiga) cara penyerapan pokok yang disebut Tri
Pramana. Tri Pramana ini, menyebabkan akal budi dan pengertian manusia dapat
menerima kebenaran hakiki dalam tattwa, sehingga berkembang menjadi keyakinan
dan kepercayaan.
Sedangkan Susila, kata Susila terdiri dari dua suku kata: “Su” dan “Sila”.
“Su” berarti baik, indah, harmonis. “Sila” berarti perilaku, tata laku. Jadi Susila
adalah tingkah laku manusia yang baik terpancar sebagai cermin obyektif kalbunya
dalam mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Jika dikaitkan dengan tiga
ranah pengetahuan yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik, Susila adalah afektif
karena didalam bagian tersebut terkandung pengetahuan mengenai etika, norma dan
sopan santun
Upacara (acara) adalah suatu karya suci berupa kegiatan kongkrit yang
dilaksanakan dengan ikhlas karena getaran jiwa/rohani dalam kehidupan ini
berdasarkan dharma, sesuai ajaran sastra suci Hindu (Weda) hal ini berkaitan
dengan psikomotorik yang didalamnya membutuhkan keterampilan berupa praktik
langsung tentang teori yang telah dipelajari sebelumnya.
Banyak siswa hanya menganggap kemampuan kognitif dan afektif yang
terpenting berdasarkan dari hasil belajar yang diujikan oleh guru melalui soal-soal
yang diberikan pada saat ujian sekolah, dan hasil ujian psikomotorik lebih rendah
dari pada dua komponen yang lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kebanyakan
siswa mengabaikan pentingnya komponen psikomotorik agama Hindu.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa agama Hindu sangat identik dengan praktik-
praktik agama Hindu, Pada kenyataanya masih banyak siswa yang belum
memahami pentingnya kemampuan psikomotorik khusunya yang berkaitan dengan
praktik agama Hindu.

Yoga adalah salah satu praktik agama Hindu yang sudah sangat banyak
dipraktikkan oleh umat Hindu mau pun di luar umat Hindu di Indonesia atau pun
di luar Indonesia.

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


4

Tujuan umat Hindu melaksanakan Yoga disebutkan pada sloka Śvetāśvatara


Upaniṣad 1.3 berikut :

te dhyāna-yogānugatā apaṡyan dewātma


ṡaktim swa guṇair nigudham
yaá kāranāni nikhilāni tāni kalatma
yuktāny adhitis-thaty ekaá

Terjemahanya :
“Orang – orang suci yang tekun melaksanakan yoga dapat membangun
kemampuan spiritualnya dan mampu menyadari bahwa dirinya adalah
bagian dari Tuhan Yang Maha Esa; kemampuan tersebut tersimpan di dalam
sifat-sifat(guna-nya) sendiri, setelah dapat manunggal dengan Tuhan Yang
Maha Esa, dia mampu menguasai semua unsur, yaitu unsur persembahan,
waktu, kedirian, dan unsur-unsur lainnya lagi.” (S.Up. I.3)

Sloka diatas menjelaskan bahwa Yoga menjadi sebuah jalan bagi umat
Hindu untuk mengenal Tuhan di dalam dirinya, maka dari itu sebagai umat Hindu
yang mempelajari agama Hindu secara menyeluruh, Yoga merupakan suatu
kewajiban yang harus dipelajari sedini mungkin.
Yoga adalah sebuah aktivitas yang mengarahkan seseorang untuk
berkonsentrasi, mengatur nafas, menenangkan pikiran, dengan pose-pose tertentu.
Yoga dilakukan berdasarkan rekognisi realistis dari keadaan psikologis seseorang
saat ini. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari yoga, yaitu memperbaiki postur
tubuh, melancarkan aliran darah, mengurangi stress, menambah kekuatan, dan
meningkatkan konsentrasi. Selain dapat dilakukan pada orang dewasa, Yoga juga
bisa diterapkan pada anak. Penelitian oleh Peck, Bray dan Theodore (2005),
mengungkapkan bahwa Yoga dapat menjadi alternatif yang menjamin peningkatan
perilaku positif dan pengganti intervensi medis pada anak dengan masalah
konsentrasi. Metode Yoga menjadi pilihan karena mengandung instruksi yang
mudah dipahami, tidak memerlukan banyak material, dan menyenangkan untuk
dilakukan.
Pada hakikatnya setiap manusia memiliki nilai-nilai yang baik
“kesadaran”/atman namun perlu dibangkitkan/dikembangkan, sehingga dibutuhkan
upaya guru yang maksimal di pasraman, mengingat bahwa pasraman adalah tempat
siswa belajar secara teoritis dan praktik

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


5

Menurut data dari hasil pengamatan guru-guru di Pasraman Purna Lingga,


sebelum melaksankan pelaksanaan Yoga Sūrya Namaskāra siswa mengalami
ketidak seimbangan dalam hal psikomotorik yaitu gerak siswa dipengaruhi oleh hal
yang negative yang ditimbulkan dari lingkungan sekitar seperti malas berolahraga,
enggan melakukan hal-hal yang baik oleh karena didominasi oleh hal-hal yang
buruk yang dilihat dari handphone dan internet ini menyebabkan siswa terlalu
banyak menghabiskan waktu dalam hal tersebut sehingga menimbulkan
berkurangnya aktivitas diluar rumah yang berhubungan dengan pengembangan
psikomotorik siswa. Nilai siswa dalam ranah kognitif dan afektif sudah baik, namun
peningkatan dalam ranah psikomotorik juga tidak kalah penting dalam masa
perkembangan siswa, mengingat bahwa setiap tingkat kesadaran psikomotorik
siswa perlu dikembangkan dalam proses pertumbuhan sisiwa, sehingga kegiatan
yoga dikembangkan sebagai program yang dirancang dalam rangka upaya
pengembangan psikomotorik siswa di Pasraman Purna Lingga, dengan harapan
peserta didik dipasraman Purna Lingga mendapat pengetahuan secara menyeluruh
baik iutu aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Berdasarkan pembahasahan latar belakang masalah diatas penulis tertarik
melakukan penelitian tentang “Upaya Guru Dalam Mengembangkan
Kemampuan Psikomotorik Siswa Melalui Praktik Yoga Sūrya Namaskāra Di
Pasraman Purna Lingga”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan analisis awal dari hasil pengamatan peneliti dilapangan tentang


judul yang peneliti ajukan dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :

1.2.1 Apa upaya guru dalam mengembangkan psikomotorik siswa melalui praktik
Yoga Sūrya Namaskāra di Pasraman Purna Lingga?
1.2.2 Bagaimana efektivitas upaya guru dalam mengembangkan psikomotorik
siswa melalui praktik Yoga Sūrya Namaskāra di Pasraman Purna Lingga?

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


6

1.3 Batasan Masalah


Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, dan mendalam maka
penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi
variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan upaya
guru dalam mengembangkan psikomotorik praktik dalam ranah sadar.

1.4 Tujuan Penelitian

Ada pun tujuan penelitian ini ada dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus:

1.4.1 Tujuan Umum


Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menguraikan upaya guru dalam
mengembangkan kemampuan psikomotorik siswa dalam ranah praktik di
Pasraman Purna Lingga
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan guru dalam
mengembangkan psikomotorik siswa melalui praktik Yoga Sūrya
Namaskāra di Pasraman Purna Lingga
1.3.2.2 Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas upaya guru dalam
mengembangkan psikomotirik siswa melalui praktik Yoga Sūrya
Namaskāra di Pasraman Purna Lingga

1.5 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya dalam hal
memaksimalkan pendidikan dan tenaga pendidik dalam mengembangkan
kemampuan psikomotorik siswa

1.5.1 Manfaat Praktis


1. Pasraman Purna Lingga
Sebagai bahan masukan terhadap Pasraman Purna Lingga dalam
melaksanakan proses belajar mengajar guna mengembangkan kualitas
pendidikan agama Hindu dan bermanfaat bagi generasi muda sebagai
penerus bangsa.

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


7

2. STAH Dharma Nusantara


Sebagai bahan tambahan untuk perbendaharaan penelitian-
penelitian sebelumnya dan menjadi bahan atau fakta empiris dalam
penelitian-penelitian selanjutnya
3. Mahasiswa
Dapat mengetahui pentingya praktik Yoga dalam pendidikan agama
Hindu sebagai landasan pembentukan psikomotorik siswa

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PENELITIAN YANG RELEVAN, LANDASAN TEORI, LANDASAN
KONSEPTUAL
2.1 Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan kajian terhadap penelitian sebelumnya


yang di anggap relevan dengan penelitian saat ini. Adapun penelitian yang relevan
yang dipakai acuan dalam rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh I Kadek Nova Wibawa Yasa (STAH DNJ)
pada tahun 2017 yang berjudul “Analisis Gerakan Sūrya Namaskāra Sebagai
Landasan Pendidikan Disiplin Siswa Dan Manfaatnya Bagi Kesehatan Fisik”
penelitian ini memberikan pemahaman bahwa dengan melakukan yoga Sūrya
Namaskāra dengan takun dan teratur peserta didik dapat meningkatkan sikap
disiplin karena yoga merupakan disiplin diri. Tata cara yang dikembangkan
didalamnya merupakan ajaran etika untuk mengembangkan sikap disiplin belajar
siswa dan juga ketekunan melakukan yoga Sūrya Namaskāra yang dilandasi
kesabaran, memberikan manfaat bagi kesehatan, kontraksi dan peregangan otot
yang memijat seluruh organ tubuh dan dapat memperbaiki seluruh sistem didalam
tubuh, diantaranya sistem pernapasan, sistem peredaran darah, dan sistem
pencernaan. Dalam hal ini perbedaannya, penelitian ini adalah meleliti mengenai
perkembangan psikomotorik pada siswa pasraman Purna Lingga.

Penelitian yang yang dilakukan oleh I Made Sudarsana pada tahun 2018
ynag berjudul “Analisis Praktik Yoga Sūrya Namaskāra Dalam Memperkuat Nilai
Karakter Umat Hindu Di DKI Jakarta” penelitian ini memberikan pemahaman
bahwa dengan adanya kegiatan yoga yang dilakukan oleh umat hindu di DKI
Jakarta, dapat mengembangkan kesehatan fisik dan kesehatan mental serta dapat
memperkuat nilai-nilai karakter baik Umat Hindu, dengan melakukan yoga secara
tekun dan penuh kesabaran dan dengan tahapan-tahapan yang benar dan
menggabungkan antara nafas, gerak tubuh, mantra dan kosentrasi.Perbedaannya,
penelitian ini meleliti mengenai perkembangan psikomotorik dalam ranah praktik
pada siswa pasraman Purna Lingga.

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


9

Luh Arini (2017) dalam penelitianya yang berjudul “Peranan Guru Agama
Hindu Dalam Pengembangan Karakter Pada Siswa Sd Negeri 2 Semarapura
Tengah” mengungkapkan bahwa Peranan guru agama Hindu dalam
pengembangan karakter siswa di SD Negeri Semarapura Tengah sangat penting.
Guru agama Hindu mengembangkan karakter-karakter pada siswa dalam
peranannya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, sumber
belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, motivator, dan penilai. Dalam
peranannya tersebut guru mengembangkan karakter pada siswa melalui materi yang
diberikan dalam proses pembelajaran serta didukung dengan kegiatan-kegiatan
tambahan lainnya, serta kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pelajaran agama
Hindu. Dalam hal ini perbedaannya adalah penelitian ini meleliti mengenai upaya
guru dalam mengembangkan kemampuan psikomotorik dalam ranah praktik pada
siswa pasraman Purna Lingga

2.2 Landasan Teori

Teori merupakan seperangkat proporsi yang dikategorikan secara sistematis


mengikuti aturan tertentu yang dapat menghubungkan secara dasar yang dapat
diamati dan berfungsi sebagai wahana untuk melamarkan dan menjelaskan
fenomena yang diamati (Moleong (2004:40). Dalam hal ini teori digunakan dalam
menganalisis temuan-temuan yang ada berdasarkan teori yang digunakan.

Satori dan Komariah (2014:7) Suatu teori/konsep yang dijadikan


dasar penelitian berguna untuk membaca fenomena empirik sehingga
konsep/teori ini berfungsi untuk "to understand", yaitu peneliti dapat mengerti
fenomena empirik. Mengerti tentang sesuatu merupakan modal bagi peneliti
untuk dapat menjelaskan "to describle" dan kadar lebih tinggi lagi adalah dapat
mendeskripsikan secara cermat dan utuh "to explain". Apabila peneliti sudah
dapat menjelaskan ia dapat mengontrol atau mengevaluasi suatu fenomena dan
dapat membuat prediksi terhadap hasil-hasil temuan empirik.
2.2.1 Teori Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences)

Gardner memperkenalkan teori kecerdasan majemuk pada 1983-an.


Multiple Intelligences berasal dari dua suku kata, multiple dan Intelligences, Secara
bahasa, multiple biasa diartikan ganda, majemuk dan beragam Intelligences, secara
terminology merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sempurna
perkembangan akal budinya, pandai dan tajam pikirannya (Muhammad 2013:50)

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


10

Howard Gardner dalam Purwa Atmaja Prawira (2013:152), menuliskan


bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai ternyata memiliki banyak
keterbatasan, sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa
depan seseorang.

Gambaran mengenai spectrum kecerdasan yang luas telah membuka mata


para guru dan orang tua tentang adanya wilayah-wilayah yang secara spontan akan
diminati oleh anak-anak dengan semangat yang tinggi. Dengan begitu, tiap anak
akan merasa pas menguasai bidangnya masing-masing. Anak-anak tersebut tidak
hanya cakap pada bidang-bidang tersebut yang memang sesuai dengan minatnya,
tetapi juga anak-anak itu akan sangat menguasainya sehingga kelak menjadi sangat
ahli.

Ketika potensi yang dimiliki anak tersebut dirangsang dengan cara yang
tepat dan menyenangkan dan juga strategi yang bervariasi, maka potensi kecerdasan
yang dominan dapat berkembang secara optimal, bahkan tidak menutup
kemungkinan beberapa kecerdasan tersebut dapat berkembang secara bersamaan
(May Lwin 2008:4)

Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences) adalah validasi tertinggi


gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Pemakainnya dalam pendidikan
sangat tergantung pada pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap siswa
atau berbagai cara siswa belajar. (Julia Jasmine 2017:11)

Dalam buku Hamzah yang berjudul Mengelola Kecerdasan Dalam


Pembelajaran Teori kecerdasan majemuk(multiple intelligences) yang ditemukan
Howard Gardner menyatakan bahwa kecerdasan manusia meliputi sembilan
kemampuan intelektual, antara lain:

1. Kecerdasan Linguistik Verbal


Kecerdasan linguistik verbal adalah kemampuan untuk
menggunakan kata-kata atau bahasa secara efektif, baik secara lisan,
maupun tulisan. Kecerdasan linguistik meliputi kepekaan terhadap
arti kata, urutan kata, suara, ritme, dan intonasi dari kata yang
diucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata
dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi
2. Kecerdasan Logis Matematis

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


11

Kecerdasan logis matematis adalah kemampuan seseorang dalam


memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi
(jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ia suka angka,
urutan, logika, dan keteraturan, ia mengerti pola hubungan, mampu
melakukan proses berpikir deduktif dan induktif
3. Kecerdasan visual-spasial
Kecerdasan Visual-Spasial adalah kemampuan berpikir dalam tiga
dimensi yakni, membayangkan keadaan internal dan eksternal,
melukiskan kembali, merubah atau memodifikasi bayangan,
mengemudi akan diri sendiri dan obyek melalui ruangan dan
menghasilkan menguraikan informasi grafis
4. Kecerdasan Musik
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati,
mengamati, membedakan, menciptakan, membentuk, dan
menyimpan nada dalam benak seseorang, untuk mengingat irama itu
dan secara emosional terpengaruh oleh musik
5. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengamati dan
mengerti maksud, motivasi, dan perasaan orang lain. orang yang
memiliki kecerdasan interpersonal peka dengan ekspresi wajah,
suara, dan gerakan tubuh orang lain dan mampu memberikan
respons secara efektif dalam berkomunikasi. Kecerdasan
interpersonal melibatkan kemampuan untuk memahami orang lain
6. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berhubungan
dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri. Dapat
memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Mampu
memotivasi diri sendiri dan melakukan disiplin diri. Orang yang
memiliki kecerdasan ini sangat menghargai nilai (aturan-aturan),
etika (sopan santun), dan moral. Kecerdasan intrapersonal sering
disebut dengan kebijaksanaan
7. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan dalam menggunakan
tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran,
dan perasaan.Kecerdasan kinestetis juga meliputi keterampilan fisik
dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan,
kelenturan, dan kecepatan. Segala sesuatu yang berhubungan
dengan jasmani, semisal seni bela diri, olahraga, dan menari
8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali,
membedakan, mengungkapkan, dan membuat kategori terhadap apa
yang kita jumpai di alam maupun lingkungan. Dalam tipe
kecerdasan ini, ada kapasitas inti untuk menyadari kejadian-kejadian
selaku anggota spesies
9. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan seseorang dalam
masalah religiusitas, spritualitas, dan filsafat. Kita sering
menyebutnya sebagai kecerdasan spiritual saja. Kecerdasan ini

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


12

merupakan kecerdasan ruhaniah yang dapat menuntun seseorang


menjadi manusia seutuhnya. Kecerdasan eksistensial juga
merupakan gabungan antara interpersonal dan intrapersonal. Orang
dengan kecerdasan spiritual akan mampu mengetahui mana yang
benar dan mana yang buruk secara insting mereka adalah orang-
orang yang mampu bersikap fleksibel, mampu beradaptasi secara
spontan dan aktif, mempunyai kesadaran diri yang tinggi, mampu
menghadapi dan memanfaatkan penderitaan atau rasa sakit menjadi
sesuatu yang lebih baik atau positif, memiliki visi dan prinsip nilai,
memilki komitmen, dan bertindak penuh tanggung jawab.
Ketika potensi yang dimiliki anak tersebut dirangsang dengan cara yang
tepat dan menyenangkan dan juga strategi yang bervariasi, maka potensi kecerdasan
yang dominan dapat berkembang secara optimal, bahkan tidak menutup
kemungkinan beberapa kecerdasan tersebut dapat berkembang secara bersamaan
(May Lwin 2008:4)

Berdasarkan teori multiple intelligences, seorang pendidik dapat menumbuh


kembangkan kecerdasan siswa secara menyeluruh, hal ini memiliki makna bahwa
tidak hanya berada kecerdasan saja yang bisa dikembangkan melainkan beberapa
potensi kecerdasan pun mampu dikembangkan sekaligus. Dalam hal ini di butuhkan
guru yang professional atau yang berpengalaman

Sesuai dengan judul penelitian ini teori ini dijadikan sebagai bahan acuan
bahwa kemampuan peserta didik perlu dikembangkan secara menyeluruh baik itu
kognitif, afektif dan psikomotorik dalam rangka menemukan bakat yang dimiliki
siswa untuk itu upaya guru dalam mengembangkan kemampuan siswa sangat
penting.

2.3 Landasan Konseptual


Suatu konsep dalam penelitian sangat diperlukan guna untuk mempermudah
peneliti yang menggambarkan suatu kejadian yang alami. Konsep-konsep yang
dikemukakan dalam sebuah penelitian seharusnya dapat dipahami dengan baik
sehingga bahasan dalam penelitian tampak jelas dan dapat dikaji secara mendalam
menurut kaedah-kaedah keilmuan. Antara konsep yang satu dengan yang lainnya
dapat membentuk kerangka konseptual yang merefleksi adanya suatu kaitan alur
berfikir yang jelas dan runtut sebgai bagian dari berfikir ilmiah.

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


13

Konsep atau pengertian adalah unsur pokok didalam suatu penelitian jika
masalah dan kerangka teorinya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta
mengenai hal yang menjadi pokok perhatian dan suatu konsep yang sebenarnya
adalah definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala itu, menurut Tan
(dalam Koentjaraningrat, 1997:32)
2.3.1 Catur Guru
1. Pengertian Catur Guru

Kata catur berasal dari bahasa sansekerta yang berarti empat, kata guru
berasal dari akar kata sansekerta gri yang berarti memuji dan gur yang berarti
mengangkat, gu berarti kegelapan dan ru berarti penerangan. Jadi guru adalah
seseorang yang berpengetahuan dan memberikan pencerahan serta mampu
untuk mengarahkan orang lain. Dalam agama Hindu, guru merupakan simbol
bagi suatu tempat suci yang berisi ilmu (vidya) dan juga pembagi ilmu. Seorang
guru adalah pemandu spiritual/kejiwaan siswa-siswanya. Dalam Taitiriya
Upanisad (VII:4) dikatakan bahwa seorang guru hendaknya mengajarkan
dengan sepenuh hati dan jiwanya. (Yaniasti,Jurnal Pendidikan Vol. 06 No.1
Edisi Juni 2019)
Catur Guru berarti empat Guru yang harus dihormati di dalam
mencari kesucian serta keutamaan hidup. Bagian-bagian Catur Guru adalah
sebagai berikut :
a. Guru Rupaka atau Guru Reka adalah orangtua
b. Guru Pengajian adalah guru yang mengajar di sekolah,
c. Guru Wisesa adalah pemerintah,
d. Guru Swadhyaya adalah Ida Sang Hyang Widhi
Fokus pada penelitian ini adalah membahas tentang upaya Guru di pasraman
dalam mengembangkan aspek Psikomotorik siswa, dalam agama Hindu tugas
tersebut diemban oleh Guru Pengajian yaitu guru formal disekolah/
di pasraman.

2. Guru Pengajian
Menurut (Lastini, Jurnal Pendidikan Dasar Volume. 3, No 1 April
2018:24). Guru Pengajian adalah guru yang memberikan kita pendidikan
secara formal di sekolah berdasarkan aturan-aturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Syarat pertama yang harus dimiliki oleh seorang guru pengajian
adalah ijazah guru. Seorang guru diwajibkan berpendidikan serendah-
rendahnya sarjana pendidikan guru, agar memiliki profesi untuk mendidik,

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


14

mengajar dan melatih siswanya di sekolah berdasarkan kurikulum yang ada


sebagai dasar dan pedoman dalam memberikan pendidikan secara formal.

Mengutip K Ulianta (https://stahdnj.ac.id/?p=1135 diakses 20 Mei


2020) Guru Pengajian hendaknya jangan hanya mengajar tetapi juga
mendidik seperti mengarahkan anak didik untuk bisa bersopan santun dalam
bertindak dan menghadapi orang lain di masyarakat, memberi contoh
perilaku yang baik. Tugas guru memang mengajarkan ilmu pengetahuan
tetapi harus dihindari pembelajaran yang hanya sekedar tahu konsep tetapi
dapat memanfaatkan konsep tersebut untuk hidup di masyarakat.
Menilai aspek psikomotor/keterampilan anak didik lebih valid
menggunakan observasi terhadap tugas yang diberikan dan anak didik
haruslah melakukan sesuatu dan kita amati dengan menggunakan pedoman
pengamatan/rubrik yang sudah dirancang mengenai dimensi/aspek apa yang
akan kita nilai sehingga unsur subyektif dapat kita minimalisir dalam
penilaian. Sudah saatnya kita mulai mengadakan evaluasi tidak hanya
diakhir pembelajaran tetapi juga saat proses pembelajaran berlangsung, dan
instrumen yang kita gunakan tidak melulu tes tertulis, tetapi kita sesuaikan
dengan aspek tadi ibarat kalau menimbang emas janganlah menggunakan
timbangan beras, karena hasilnya nanti bias tidak benar/semu. Terlebih lagi
dalam pembelajaran Agama yang notebena learning outcome didominasi
oleh aspek afektif dan psikomotor seyogyanya penilaiannya juga lebih
banyak penilaian sikap dan psikomotor adapun kognitif serta konsep-
konsep yang digunakan untuk mendukung dua aspek tersebut, dengan
demikian akan tercapai tujuan pembelajaran agama yang sebenarnya.(K
Ulianta (https://stahdnj.ac.id/? p=1135 diakses 20 Mei 2020)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Guru Pengajian
bertanggung jawab penuh dalam pembentukan nilai-nilai pendidikan yang
telah ditentukan oleh kurikulum standar nasional sebagai acuan untuk
mengajar.

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


15

3. Tugas Guru
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005
Pasal 1 menyatakan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru mempunyai
kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Di sekolah, guru harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua
kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para peserta
didiknya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi
bagi peserta didiknya dalam belajar.Bila seorang guru dalam penampilannya
sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat
menambahkan benih pengajarannya itu kepada para peserta didiknya. Para
peserta didik akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik. Pelajaran itu
tidak dapat diserap sehingga setiap lapisan (homoludens, homopuber, dan
hompsapiens) dapat mengerti bila menghadapi guru. (Hamid Darmadi Jurnal
Edukasi, Vol. 13, No. 2, Desember 2015 )
Dapat disimpulkan bahwa guru sebagai orang amat terhormat
dilingkungannya karena mereka percaya dari seorang gurulah diharapkan
mereka mendapat ilmu pengetahuan dan Teknologi. Hal ini berarti bahwa guru
berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa menuju pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Melalui guru
pula masyarakat percaya bahwa empat pilar kebangsaan yaitu: Pancasila, UUD
1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI dapat dijaga dan dilestarikan

4. Kompetensi Guru
Untuk menjadi guru yang profesional tidaklah mudah, karena harus
memiliki berbagai kompetensi keguruan. Menurut Syaiful Sagala (2009:29)
kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh
melalui pendidikan dan latihan

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


16

Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005


Pasal 10 menyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.
A. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan
peserta didik, yang meliputi:
a. Pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat
pendidikan.
b. Guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik,
sehingga dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai
keunikan peserta didik.
c. Guru mampu mengembangkan kurikulum/silabus dalam bentuk
dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengamalan
belajar.
d. Guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
e. Mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan
suasana dialogis dan interaktif
f. Mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi
prosedur dan standar yang dipersyaratkan.
g. Mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui
kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya
B. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian terkait dengan penampilan sosok guru
sebagai individu yang mempunyai kedisiplinan, berpenampilan
baik, bertanggung jawab, memiliki komitmen,dan menjadi teladan.
Menurut Usman yang dikutip oleh Syaiful Sagala, kompetensi
kepribadian meliputi:
a. Kemampuan mengembangkan kepribadian.
b. Kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi.
c. Kemampuan melaksanakan bimbingan dan penyuluhan.
C. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai
makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain adalah:
a. Memahami dan menghargai perbedaan (respek) serta memiliki
kemampuan mengelola konflik.
b. Melaksanakan kerja sama secara harmonis dengan kawan
sejawat, kepala sekolah, dan pihak-pihak terkait lainnya.
c. Membangun kerja tim (teamwork) yang kompak, cerdas,
dinamis, dan lincah.
d. Melaksanakan komunikasi (oral, tertulis, tergambar) secara
efektif dan menyenangkan dengan seluruh warga sekolah, orang
tua peserta didik, dengan kesadaran sepenuhnya bahwa masing-

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


17

masing memiliki peran dan tanggung jawab terhadap kemajuan


pembelajaran.
e. Memiliki kemampuan memahami dan menginternalisasikan
perubahan lingkungan yang berpengaruh dengan tugasnya
f. Memiliki kemampuan mendudukkan dirinya dalam sistem nilai
yang berlaku di masyarakat.
g. Melakukan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (partisipasi,
penegakan hukum, dan profesionalisme)
D. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional berkaitan dengan bidang studi meliputi:
a. Memahami mata pelajaran yang telah dipersiapkan untuk
mengajar,
b. Memahami standar kompetensi dan standar isi mata pelajaran
serta bahan ajar yang ada dalam kurikulum.
c. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang
menaungi materi ajar.
d. .Memahami hubungan konsep antarmata pelajaran terkait.
e. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-
hari
Dapat disimpulkan bahwa upaya guru merupakan suatu usaha dari
seorang guru untuk mengarahkan peserta siswa dalam mencapai suatu hal.
Guru merupakan suatu pendidik dengan hak dan kewajibannya harus dapat
menuntun siswa agar dapat mencapai tujuan dalam kegiatan pembelajaran.
Usaha kegiatan yang dilakukan guru dalam tahap mencari jalan keluar
tersebut diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran dengan peserta didik.

2.3.2 Pengembangan Psikomotorik


1. Pengertian Pengembangan
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual,dan moral sesuai dengan
kebutuhan melalui pendidikan dan latihan. Pengembangan adalah suatu
proses mendesain pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam
rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam
proses kegiatan belajar dengan memperhatikan potensi dan kompetensi
peserta didik (Abdul Majid 2005:24)
Maka pengembangan pembelajaran lebih realistik, bukan sekedar
idealisme pendidikan yang sulit diterapkan dalam kehidupan.
Pengembangan pembelajaran adalah usaha meningkatkan kualitas proses
pembelajaran, baik secara materi maupun metode dan subtitusinya.
Secara materi, artinya dari aspek bahan ajar yang disesuaikan dengan
perkembangan pengetahuan, sedangkan secara metodologis dan
subtansinya berkaitan dengan pengembangan strategi pembelajaran, baik
secara teoritis maupun praktis (Hamdani Hamid 2013:125)

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


18

Berdasarkan pengertian pengembangan yang telah diuraikan yang


dimaksud dengan pengembangan adalah suatu proses untuk menjadikan
potensi yang ada menjadi sesuatu yang lebih baik dalam penelitian ini
adalah bagaimana upaya guru dalam mengembangkan kemampuan
psikomotorik siswa dalam ranah psikomotorik siswa di pasraman Purna
Lingga
2. Pengertian Psikomotorik

Menurut Dudung (2018:41) Ranah psikomotor adalah ranah yang


sangat berkaitan dengan keterampilan (skill) setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Psikomotor berhubungan dengan hasil
belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan (skill) sebagai hasil
dari tercapainya kompetensi pengetahuan. Kompetensi keterampilan ini
sebagai implikasi dari tercapainya kompetensi pengetahuan dari peserta
didik. (Dudung 2018:42)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Hasan dkk


(2005:553), kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan : kita
berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan menurut Arikunto (2006:122),
“ranah psikomotorik berhubungan erat dengan kerja otot sehingga
menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya”.

Selain itu, Hamalik (2011:28) juga menambahkan bahwa siswa


adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan yang selanjutnya
akan diproses dalam pendidikan sehingga menjadi manusia yang
berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Buttler (1972:13)membagi hasil belajar psikomotor menjadi tiga,


yaitu: specific responding , motor chaining , rule using. Pada tingkat
specific responding , peserta didik mampu merespons hal-hal yang
sifatnya fisik, (yang dapat didengar, dilihat, atau diraba), atau melakukan
keterampilan yang sifatnya tunggal, misalnya memegang raket,
memegang bed untuk tenis meja fisik, gerakan terampil, dan komunikasi
nondiskursif.

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


19

Hasil belajar psikomotorik ini tampak dalam bentuk keterampilan


(skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan hasil
belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-
kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat). Hasil belajar kognitif
dan afektif akan menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik
telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna
yang terkandung dalam ranah kognitif dan afektif. (Dudung, 2018:42)

Kompetensi peserta didik dalam ranah psikomotor menyangkut


kemampuan melakukan gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan
persepsi, gerakan berkemampuan fisik, gerakan terampil, gerakan indah
dan kreatif. Kemampuan melakukan gerakan refleks, artinya respons
terhadap stimulus tanpa sadar. Dalam kegiatan pembelajaran dapat
ditunjukkan melalui: mengupas mangga dengan pisau, memotong dahan
bunga, menampilkan ekspresi yang berbeda, meniru suatu gerakan dan
sebagainya. (Dudung, 2018:43)

Berdasarkan urain diatas pengertian psikomotorik adalah


keterampilan yang dimiliki siswa yang mengacu pada suatu gerakan atau
kemampuan pada kegiatan tertentu dengan keadaan sadar. Dalam
penelitian ini psikomotorik yang dimaksud adalah keterampilan terkait
praktik yoga Sūrya Namaskāra di pasraman Puna Lingga yaitu praktik
Yoga

2.3.3 Teknik Penilaian Psikomotorik

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu


penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale)
yang dilengkapi rubrik. Kemampuan psikomotor melibatkan gerak adaptif
(adaptive movement) atau gerak terlatih dan keterampilan komunikasi
berkesinambungan (non-discursive communication) – (Harrow, dalam Dudung
2018:34)

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


20

Tabel 2.1 Teknik Penilaian Psikomotorik

Praktik

Projek

Penilaian Keterampilam Produk

Portofolio

Penilaian lain

Dave (1967) dalam (Dudung 2018:43) mengatakan bahwa hasil belajar


psikomotor dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu:

a. Imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi. Imitasi adalah


kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis
dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Contohnya, seorang
peserta didik dapat memukul bola dengan tepat karena pernah melihat atau
memperhatikan hal yang sama sebelumnya.
b. Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum
pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Sebagai
contoh, seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepat hanya
berdasarkan pada petunjuk guru atau teori yang dibacanya.
c. Presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat
sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Contoh, peserta
didik dapat mengarahkan bola yang dipukulnya sesuai dengan target yang
diinginkan.
d. Artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang komplek dan tepat
sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Sebagai contoh,
peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat
sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan. Dalam hal ini,
peserta didik sudah dapat melakukan tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari
dengan arah dan kecepatan tepat serta memukul bola dengan arah yang tepat
pula.

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


21

e. Naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni


kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi.
Sebagai contoh tanpa berpikir panjang peserta didik dapat mengejar bola
kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan
target yang diinginkan
Penelitian ini berfokus pada penilaian psikomotor dalam ranah praktik Yoga
yang dijadikan program upaya pengembangan ketrampilan (skill) siswa di
pasraman Purna Lingga yang dilaksanakan di Pura Taman Mini Indonesia Indah
Jakarta Timur.

1. Penyusunan Rancangan Penilaian Psikomotor Ranah Praktik


Peneliti merancang secara tertulis sistem penilaian yang akan
dilakukan selama satu semester. Rancangan penilaian ini sifatnya terbuka,
sehingga peserta didik, guru lain, dan kepala sekolah dapat melihatnya.
Langkah-langkah penulisan rancangan penilaian adalah:
a. Mencermati materi yang digunakan dalam program praktik di
pasraman Purna Lingga
b. Menyusun rancangan sistem penilaian berdasarkan silabus yang
telah disusun
c. Membuat indikator dan angka penilaian berdasarkan materi
yang digunakan

Selanjutnya penilaian praktik Yoga dilakukan dengan indikator atau


isntrumen yang telah dibuat agar menghindari nilai subyektif yang terjadi
pada saat penilaian dilaksanakan

2.3.4 Pengertian Yoga

Weller dalam (Dinata, Jurnal Olahraga Prestasi, Volume11, Nomor


2, Juli 2015) mengatakan Yoga sering disamakan dengan senam. Anggapan
tersebut sepenuhnya salah, sebab yoga berasal dari bahasa Sansekerta “yuj”
yang artinya menghubungkan atau menyatukan. Secara horizontal berarti
menyatukan badan, pikiran, hati, dan jiwa dalam keselarasan yang alami.
Sedangkan dalam arti vertical berarti menyatukan kesadaran diri kita
dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Setiap orang dari berbagai keyakinan dapat mempelajari teknik-
teknik yoga. Yoga bukan hanya di dominasi orang dewasa. Anak remaja
dan anak-anak pun dapat melakukannya. Yoga bahkan dapat melatih anak

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


22

untuk mengenal dirinya, sekaligus dapat mengendalikan luapan emosi


Claire dalam (Dinata, Jurnal Olahraga Prestasi, Volme11, Nomor 2, Juli
2015).

Seperti yang dikutip ( Made Sujana dkk 2013:5) Yogaśūtra


(1:2) mendefinisikan yoga: yogaś citta vrtti nirodhah. Artinya,
yoga adalah mengendalikan gerak-gerik pikiran. Artinya, yoga
adalah cara untuk mengendalikan tingkah-polah pikiran yang
cenderung liar, bias, dan lekat terpesona oleh aneka ragam objek
(yang dikhayalkannya) memberi nikmat. Objek keinginan yang
dipikirkan memberi rasa nikmat itu lebih sering kita pandang ada
di luar diri. Maka kita selalu pergi mencari. Bagi sang Yogin, inilah
pangkal kemalangan manusia. Sebagai makhluk malang, karena
sibuk sebagai pelayan melayani aneka keinginan. Dan, ternyata
keinginan itu tak pernah terpuaskan. ‘
Yoga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Asana Sūrya
Namaskāra yang dilaksanakan di Pasraman Purna Lingga .

2.3.5 Jenis Yoga


Tehknik mendekatkan diri dengan Tuhan ada banyak sekali bentuknya.
Tergantung dari karakter seseorang, tingkat kedalaman rohani, dan juga bakat yang
dimiliki orang tersebut, sehingga untuk meningkatkan perkembangan rohaninya
masing-masing orang memilih jalan rohani berbeda-beda. Untuk itu Veda
menyedikan berbagai jenis yoga, diantaranya:
1. Bhakti Yoga
Bhakti yoga ini memberikan penghayatan/penjiwaan curahan cinta kasih
akan keTuhanan. Bhakti tidak di ukur dari seberapa banyak persembahan, tapi
di ukur dari seberapa dalam dan seberapa murni tingkat cinta kasih seseorang.
Bhakti tidak tumbuh dari luar diri seseorang, melainkan harus tumbuh dengan
sendirinya dari dalam diri. Kepercayaan adalah kemenangan akhir dari
kebenaran cinta kasih. Tanda-tanda dari bhakti ini adalah di tandai dengan
adanya kepercayaan, kerendahan hati, serta keprihatian terhadap makhluk lain.
Ini merupakan jalan kecintaan. Disini cinta di fokuskan kepada Tuhan di
sepanjang waktu. Bhakti adalah masalah perwujudan cinta kasih di dalam hati.
Tanda-tanda luar dari bhakti yang sejati adalah keparcayaan, kerendahan hati
dan keperihatinan. Kepercayaan adalah kemenangan akhir dari kebenaran dan
cinta kasih. Rendah hati di hadapan orang lain. Keperihatinan terhadap

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


23

kejahatan. Bhakti tidak akan tumbuh dari luar diri manusia, tetapi harus tumbuh
dari dalam dengan usaha membersihkan mental (Kamajaya, gede 2000:22).
2. Karma Yoga
Karma yoga adalah kebebasan dari suka duka pahala perbuatan. Karma
yoga ini adalah jalan dimana semua pekerjaan yang dilakukan merupakan
sebuah persembahan kepada Hyang pencipta dan merupakan kewajiban yang
dibebankan oleh Tuhan kepada kita, sehingga semua hasil yang di perolah
merupakan karunia Tuhan. Pekerjaan dilakukan dengan tulus dan tanpa
pamrih. (Kamajaya, gede 2000:22).
3. Jñāna Yoga
Yang menjadi inti ajaran Jñāna yoga adalah memberikan basis pengertian
Jñāna (pengetahuan) akal atau kecerdasan (bhuddi/citta) untuk dapat mengerti
dan melihat keberadaan puruṣa, ātman yang menjiwai dari yang bersifat
materil di alam fenomenal. Hingga akhirnya dengan pengetahuan suci, ātman
dapat membebaskan dirinya dari suka dan duka akibat dari perbuatan, yang
sebenarnya tidak disebabkan oleh Tri Guna yang ada pada prakerti sebagai
manifestasi karakteristik maya/acetana. (Kamajaya, gede 2000:22).
4. Mantra Yoga
Mantra yoga dipraktekkan dengan memurnikan kesadaran melalui
pengucapan berulang-ulang suatu mantra khusus. Mantra yang efektif hanya
bisa diperoleh dari petunjuk guru sejati yang berwenang. Guru akan
memilihkan mantra yang tepat sesuai dengan karmawasana sang murid, dan
atas karunia guru mantra itu akan menjadi siddhi sakti karena dihidupkan oleh
sakti guru sendiri. Praktek dari mantra yoga adalah memurnikan kesadaran
melalui pengucapan berulang-ulang suatu mantra khusus misalnya om, om
nama sivaya ,dan lain-lain. (Kamajaya, gede 2000:22).
5. Yantra Yoga
Yantra adalah salah satu yoga yang di praktekan di India bagian utara
dan Tibet mandala yang merupakan geometris khusus yang menjadi objek
sasaran dari meditasi. Mandala di ciptakan dari kekuatan dari memurnikan
pikiran.

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


24

Yantra merupakan matriks yang saling berpautan berbentuk figur-figur


geometris, lingkaran, segitiga dan pola bunga bentuk fraktal pola keanggunan
dan kecantikan. Meskipun tergambar di dua dimensi, yantra seharusnya
mewakili tiga dimensi objek suci. Sekarang Yantra berbentuk tiga dimensi
menjadi semakin biasa. Walaupun yantra ialah terutama alat meditasi yang
digunakan baik oleh seorang pertapa ataupun seorang ahli pahat patung,
kesaktiannya bisa juga dijumpai oleh para pencari baru yang memiliki ketaatan
tulus maupun maksud baik.
Dipercaya bahwa yantra mistik mengungkapkan bentuk-bentuk dasar yang
berlimpah-limpah di alam semesta. Yantra berfungsi sebagai pewahyu
lambang kebenaran semesta. (Kamajaya, gede 2000:23).
6 Haṭha Yoga
Haṭha yoga ini adalah salah satu jenis yoga yang menekankan pada sistem
āsanas. Sebab kesehatan fisik menjadi salah satu bagian yang penting dalam
melakukan sebuah yoga. Kesehatan yang besar adalah modal yang sangat besar
dalam menjalankan meditasi. Sasaran dari Haṭha yoga adalah merupakan
pelatihan āsanas. (Kamajaya, gede 2000:23).
7. Raja Yoga
Raja yoga adalah praktek yang secara langsung kepada raja pikiran dan
kesadaran diri. Karena secara langsung menuntun seseorang untuk mengontrol
pikirannya, maka raja yoga ini juga disebut sebagai royal yoga. Yang termasuk
kedalam kehidupan Raja Yoga adalah : Pengekangan diri (Yama), Aturan / Tata
tertib (Nyama), Konsentrasi (Dharma), Meditasi (Dhyana) dan Samādhi.
(Kamajaya, gede 2000:23).

2.3.6 Konsep Aṣṭāṅga Yoga


Mahaṛṣi Pātañjali adalah orang pertama yang memberikan penjelasan
mengenai sistem yoga dalam pustaka Yoga Sutra sebagai naskah dasarnya
(Sivananda, 1998: 196). Hal ini menunjukan kalau Pātañjali sesungguhnya juga
membicarakan tentang konsep yoga.
Aṣṭāṅga yoga dalam konsep yoga Pātañjali adalah yama, niyama, āsana,
prāṇāyāma, pratyāhara, dharana, dhyana, dan Samādhi. Dalam prakteknya,

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


25

Aṣṭāṅga Yoga merupakan tahapan atau tangga untuk mendaki menuju Samādhi
yang merupakan puncak dari yoga itu sendiri (Sivananda, 1998: 197). Mahaṛṣi
Pātañjali mengartikan yoga sebagai citta vṛtti nirodhaḥ, yaitu penghematan
geraknya pikiran (Kamajaya, 2000: 19). Yoga Pātañjali adalah yoga dengan delapan
tahapan atau disebut juga aṣṭāṅga yoga, yang mengacu pada naskah Yoga Sutra.
Praktisnya aṣṭāṅga yoga ini melibatkan disiplin yang bersifat batiniah.
Disiplin yang bersifat lahiriah yang juga disebut hatta yoga yang merupakan
landasan atau tangga untuk mendaki puncuk yoga yaitu Samādhi (Sivananda, 1998:
197). Yama, Niyama, āsana, Prāṇāyāma, Pratyāhara, Dhārana, Dhyāna, dan
Samādhi. Dalam prakteknya, aṣṭāṅga yoga merupakan tahapan atau tangga untuk
mendaki menuju Samādhi yang merupakan puncak dari yoga itu sendiri
(Sivananda, 1998: 197).
1. Yama
Semua bagian aṣṭāṅga yoga, yama dan niyama merupakan etika dari
Yoga Yama terdiri dari lima perintah sekaligus pantangan, dan pengendalian
diri (ahimsa, satya, asteya brahmacarya, dan aparigraha) yang wajib
dilakukan dalam setiap keadaan (Sumawa dan Krisnu, 1995: 183).
Lima unsur pantangan yang terlingkup dalam yama berfungsi sebagai
kode etik yang sifatnya universal, berlaku untuk sesama, agar seorang calon
yogi yang dalam proses pelatihan dapat mencapai tujuannya yakni melangkah
ke tahapan berikutnya yang disebut nyama. Adanya unsur-unsur dari yama
adalah ahimsa, satya, asteya brahmacarya, dan aparigraha. Ke lima aspek ini
bagi mereka yang berada di jalan yoga, dipakai sebagai titik awal yang wajib
untuk melakukan pantangan dan pengendalian diri dalam setiap keadaan,
karena merupakan kode etik yang universal.
2. Nyama
Nyama adalah perintah untuk berdisiplin, beradab, dengan memupuk
kebiasaan baik. Nyama juga merupakan pengendalian diri tahap kedua setelah
yama. Lima perintah ayang di dalamnya harus dijalankan, seperti disebutkan
dalam Yoga sutra II.32:
“Sauca santosa tapah svadhyayesvarapranidhanani niyamah”
Artinya:

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


26

“pemurnian lahir dan bathin (sauca), kepuasan (santosa), tahan uji


terhadap gangguan-gangguan (tapah), mempelajari buku-buku agama
dengan teratur (Svadhyaya), dan penyerahan diri kepada Tuhan
(Iswarapranidhana). Semua ini termasuk kepatuhan yang mantap”.

Melihat hal ini, seorang calon yogi harus berpijak dan bejalan
berdasarkan prinsp-prinsip moral untuk membentuk disiplin rohani. Hal ini
penting dibangun sebagai dasar moralitas, disamping adanya penekanan diri
pada penggemblengan disiplin jasmani, sehingga timbul senergitas disiplin
jasmani dengan rohani.
Esensinya niyama berfungsi sebagai dasar oralitas dalam aktivitas
spiritualnya harus bersinergi dengan yama (Madja, Jurnal Satya Widya No.1.
Mei 2012 Hal 28-29). Yama dan nyama merupakan sepuluh kode moral atau
kebajikan etika yang harus diwujudkan dalam kehidupan seorang yogi.
3. Āsana
Āsana artinya sikap duduk yang kuat dan menyenangkan. Maha Mahaṛṣi
Pātañjali tidak mengutamakan sikap-sikap tertentu. Beliau berpendapat bahwa
sikap mana pun bisa untuk menguasai buddhi, yang tidak terlalu lama memaksa
anggota badan, dan yang dapat dipertahankan cukup lama oleh seorang yogi
adalah baik baginya. Pelaksanaan āsana seperti ini disebut sukha āsana.
Sehubungan dengan kondisi ini, seorang yogi harus menentukan sendiri yang
mana cocok untuk tujuannya. Jadi tiadalah sikap yang diwajibkan dan yang
dapat diharuskan bagi semua orang sebagai aturan umum. Sikap-sikap ini
dipilih sesukanya sendiri (Madja, Jurnal Satya Widya No.1. Mei 2012 Hal 28-
29) Mahaṛṣi Pātañjali menganggap tiap āsana sebagai sukha āsana, yaitu
āsana yang menyenangkan, yang tidak memaksa dan bahkan membantu untuk
mestabilkan badan dan pikiran.
4. Prāṇāyāma
Prāṇāyāma artinya pengaturan pernapasan, terdiri atas pūraka yaitu
penarikan napas, kumbhaka artinya menahan napas, dan racaka yaitu
mengeluarkan napas secara perlahan dan teratur. Pengaturan napas berguna
untuk pengawasan pemusatan pikiran dan penguatan badan. Jenis kumbhaka
menurut Svami Satya Prakas Saraswati (1996: 159) disebutkan kalau terdapat
jenis kumbhaka yang lain yaitu pada saat terakhir orang harus menarik napas

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


27

dengan kuat (napas dalam), kemudian menghentikannya, dan memberi


istirahat, demikian juga sebaliknya, yakni mengeluarkan napas dengan kuat
(napas keluar yang panjang) lalu beristirahat. Jadi dengan demikian ada
keadaan tanpa bernapas pada waktu menarik dan mengeluarkan napas yang
panjang.
Dalam pelatihan yoga, pernapasan perlu diatur untuk mengawasi
pemusatan pikiran. Dari uraian ini, prāṇāyāma dalam yoga berfungsi untuk
menguatkan jasmani dan mengawasi pemesatan pikiran.
5. Pratyāhara
Pratyāhara artinya menarik indria dari wilayah sasarannya dan
menempatkannya di bawah pengawasan pikiran. Pikiran harus mampu
mengawasi indria agar ia tidak berkeliaran pada objek-objek yang
disenanginya. Pada umumnya indria itu cenderung mengejar nafsunya.
Masing-masing indria memiliki tugasnya, tetapi semuanya menginginkan
kenikmatan. Kesadaran mental merupakan kekuatan utama bagi setiap bhakta
yang mengatur aktivitas indria (Jendra, 2006: 31). Saat tumbuhnya kesadaran
itu, maka pikiran mulai menerangi dan menjernihkan dirinya sendiri. Bila
semua aktivitas kesadaran itu diarahkan ke dalam bathin, itulah disebut dengan
Pratyāhara.
Seorang yogi yang hendak membebaskan dirinya dari pengaruh tarikan
indria misalnya bila ia melihat atau mendengar sesuatu, maka ia tidak terikat
oleh apa yang didengar dan dilihatnya. Yang harus ia hindari adalah nafsunya,
bukan pengelihatan, bukan pendengaran, bukan pula kemampuan penafsiran
apa yang dilihat atau apa yang didengarnya. Dengan demikian syarat
Pratyāhara yang pertama adalah untuk melepaskan alat-alat indria dari
nafsunya, bebas dari kegocangan pikiran (vṛtti), sehingga ia kembali dalam
bentuknya yang murni.
Pada prinsipnya fungsi Pratyāhara dalam konsep Yoga Pātañjali adalah
untuk menguasai, melepaskan, dan menjaga semua alat-alat indria dari
nafsunya masing-masing, sehingga dalam hubungannya dengan nafsu, hasrat
dan keinginan, diupayakan agar sejajar dengan aktivitas alam pikiran (citta) ke

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


28

dalam bentuk aslinya (swarupa) bebas dari vrtti (kegoncangan pikiran).


(Jendra, 2006: 31).
6. Dhārana
Memegang dan memusatkan pikiran pada sasaran yang diinginkan itulah
dinamakan Dhārana. Sasaran yang diinginkan itu dapat diambil dari badan dan
objek luar, seperti bulan, bintang, dan objek-objek yang lainnya sendiri (Madja,
Jurnal Satya Widya No.1. Mei 2012 Hal 28-29). Dalam Yoga sutra II.1
dhārana itu dirumuskann dengan sangat sederhana, yaitu desabandhas cittasya
dhārana, maksudnya menetapkan citta atau pikiran pada suatu tempat disebut
Dhārana atau pemusatan. Artinya bahwa diperlukan kemampuan memegang
pikiran untuk tetap terpusat pada objek sasaran.
7. Dhyāna
Dhyāna berarti aliran pikiran yang tenang pada suatu objek tanpa
tergoyahkan oleh gangguan sekeliling. Dalam kondisi seperti ini menyebabkan
seseorang memiliki gambaran yang jelas tentang bagian-bagian dari objek
renungannya. Renungkanlah segalanya wujud dan manifestasi Tuhan, karena
Dhyāna adalah pengetahuan kesunyataan yang mengalir ke satu arah,
perenungan terus menerus tanpa berkeputusan tentang hakikat Tuhan (Jendra,
2006: 34-35).
Dalam Yoga sutra III.2 Maha Mahaṛṣi Pātañjali mengartikan dhyāna
sebagai tatra pradaya ekanata dhyāna, Maksudnya buddhi yang tiada putus-
putusnya menuju tujuan, yakni menuju pada realisasi diri, mengalir terus
menerus ke arah Tuhan atau Diri Yang Agung. Dan sebaliknya mencegah
pikiran agar tidak tersesat pada ikatan duniawi (visaya) yang merupakan hal-
hal yang senantiasa menggoda (Sarawati, 1996: 234). Bila hal itu terjadi, itulah
yang dinamakan dhyāna. Yang senantiasa menekankan pada aspek yang
sifatnya positif, yakni arus yang terus menerus dari alam pikiran ke tujuannya,
dan mencegah pikiran supaya tidak tersesat menuju ikatan duniawi.
Ikatan duniawi sama dengan visaya yang merupakan hal-hal yang selalu
menggoda. Dhyāna yang dilakukan oleh seorang yogi, sesungguhnya adalah
seorang yang sedang menantikan penglihatan Tuhan, yang mencari tujuan
tertinggi, karena itu tidak ada sesuatu yang lebih tinggi baginya selain

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


29

penyatuan diri dengan Tuhan (Saraswati, 1996: 235-236). Seorang yogi adalah
sosok manusia suci yang mengalirkan segenap kesadarannya terus menerus
menuju ke arah Tuhan, menghayati Tuhan Yang Maha Esa tanpa ada rasa
keterpisahan atau perbedaan, sesungguhnya orang tersebut ada dalam meditasi
atau dhyāna.
Sebagai bagian dari aṣṭāṅga yoga, dhyāna berfungsi sebagai pelenyapan
segenap usaha diri yang rendah, terselimuti oleh ragam kepentingan duniawi
untuk menuju tercapainya Tuhan.
8. Samādhi
Samādhi dalam hubungannya dengan yoga, sasaran yang dituju dalam
Samādhi adalah Brahman yang bersemayam dalam hati (Saraswati, 1996: 241).
Manunggalnya kesadaran sadhaka dengan Tuhan menurut (Baba, 1995: 108)
disebut Samādhi.
Titik puncak konsep aṣṭāṅga yoga Pātañjali adalah Samādhi. Disebut
juga keadaan supra sadar transenden, Ia adalah persatuan sempurna dari
pencinta kepada yang dicintai (Tuhan), dan kecintaan, suatu keadaan yang lupa
segalanya, suatu kondisi peresapan yang lengkap, itulah yang disebut dengan
Samādhi ((Madja, Jurnal Satya Widya No.1. Mei 2012 Hal 28-29)). Hal senada
juga dikatakan oleh (Saraswati, 1996: 238) bahwa Samādhi adalah persatuan
sempurna dari yang dicintai, pencinta dan kecintaan, suatu keadaan kehampaan
segalanya, suatu keadaan peresapan sempurna, suatu keadaan pada saat
penekun yoga melupakan diri sendiri. Dalam keadaan seperti ini, seorang yogi
melupakan diri, ia ada dalam keadaan supra transenden, ia lupa tempat ia
berada, karena telah teresap sepenuhnya ke dalam Tuhan
2.3.7 Sūrya Namaskāra

Sūrya Namaskāra adalah tempat latihan yang berasal dari jaman prasejarah,
kompilasi manusia yang berasal dari kekuatan spiritual dalam diri sendiri, yang
berhasil di alam semesta materi. (Svami, terj., Dewi Paramitha, 2002:1). Kesadaran
ini merupakan dasar dari yoga. Sürya Namaskāra, yang berarti 'penghormatan
terhadap matahari, dapat dilihat sebagai pemujaan matahari, dan semuanya tampil
pada tingkat mikro maupun makrokosmis. Berikut adalah gerakan Sūrya

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


30

Namaskāra menurut (Svami Satyananda Saraswati Terj. Dewi Paramitha 2000:15)


dalam bukunya yang berjudul Sūrya Namaskāra :

1. Pranamāsana (Sikap berdoa)


2. Hasta Uttanāsana (Sikap kedua lengan terangkat)
3. Pādahastāsana (Sikap membungkuk hingga tangan mencapai kaki)
4. Aśva Sańcalanāsana (Sikap menunggang kuda)
5. Parvatāsana (Sikap gunung)
6. Aṣṭāńga Namaskāra (Pemberian hormat dengan 8 anggota tubuh)
7. Bhujańgāsana (Sikap kobra)
8. Parvatāsana (Sikap gunung)
9. Aśva Sańcalanāsana (Sikap menunggang kuda)
10. Pādahastāsana (Sikap tangan sampai kaki)
11. Hasta Uttanāsana (Sikap kedua lengan terangkat)
12. Pranamāsana (Sikap berdoa)

Yang menjadi fokus materi dalam penelitian ini adalah tersebut


diatas yaitu tentang Sūrya Namaskāra, memiliki 12 tahapan gerakan
dilaksanakan di pasraman Purna Lingga

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


31

BAB III

METODE DAN LOKASI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian dapat diartikan sebagai kegiatan yang


secara sistematis, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan
yang hidup dan berguna bagi masyarakat maupun peneliti sendiri (Sukardi
2003:17). Karena penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bagaimana upaya guru
dalam mengembangkan kemampuan psikomotorik siswa di pasraman Purna Lingga
maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:117) penelitian kualitatif disebut
dengan penelitian yang apa adanya dalam situasi normal yang tidak memanipulasi
keadaan atau kondisi. Sedangkan deskriftif adalah upaya menginterprestasikan
kondisi yang sekarang atau terjadi dengan kata lain untuk memperoleh informasi
mengenai keadaan saat ini.
Penelitian kualitatif deskriftif merupakan penelitian yang menjawab
pertanyaan apa dengan penjelasan yang lebih terperinci mengenai gejala seperti
yang dimaksudkan dalam suatu permasalahan penelitian yang bersangkutan. Selain
itu, pengertian deskriptif adalah upaya menginterprestasikan kondisi yang terjadi
dengan tujuan memperoleh informasi mengenai objek penelitian (Mardalis
2006:87)

3.2 Sifat Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan metode semi kuantitatif yang
merupakan metode yang mengkombinasikan antara angka dan deskripsi. Metode
semi kuantitaif ini bermanfaat untuk mengidentifikasi dan memberikan
peringkat/ranking dari suatu kejadian berdasarkan hasil dari wawancara (Kolluru,
15:1996).
Yaitu data yang terkumpul berbentuk kata-kata, gambar. Data yang diperoleh
meliputi wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi dan lain-lain.
Termasuk didalamnya deskripsi mengenai tata situasi. Deskripsi atau situasi sangat
penting dalam pendekatan kualitatif, baik dalam pencatatan data maupun untuk

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


32

penyebaran hasil penelitian. Ketika mengumpulkan data deskripsi, peneliti


mengadakan pendekatan terhadap situasi kehidupan di tempat penelitian.

3.3 Pendekatan Masalah


Pendekatan adalah suatu hal (perbuatan/usaha) mendekati suatu objek,
berdasarkan latar belakang penulis akan melakukan penelitian dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif kualitatif, penelitian
deskriptif dikatakan sebagai metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan
mengginterpretasikan objek sesuai apa adanya (Best, 1982 dalam Darmadi,
2014:184). Bogdan dan Taylor (Moelang, 2007 dalam Darmadi, 2014.287) bahwa
metodelogi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kejadian atau
fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian
berlangsung dengan menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi. Penelitian ini
menafsirkan dan menguraikan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang
terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam suatu masyarakat, pertentangan
antara dua keadaan atau lebih, hubungan antar variabel yang timbul, perbedaan
antar fakta yang ada serta pengaruhnya terhadap suatu kondisi, dan sebagainya.
Disisni peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif karena
penelitian ini mendiskripsikan tentang upaya guru dalam mengembangkan
kemampuan psikomotorik siswa di Pasraman Purna Lingga Pondok Gede.
3.4 Data Penelitian
Data adalah deskripsi sesuatu dan atau kejadian yang dihadapi dalam
penelitian. Data dapat berupa catatan-catatan yang diperoleh dari wawancara,
observasi, jawaban dalam angket yang tersimpan dalam bentuk dokumen, buku,
laporan, atau tersimpan sebagai file dalam database dan foto. Data akan menjadi
bahan dalam suatu proses pengolahan data. Oleh karena itu, suatu data belum dapat
berbicara banyak sebelum diolah lebih lanjut (Pujileksono, 2015:7).

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


33

3.4.1 Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam dua


jenis yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer adalah Data Primer adalah data yang dikumpulkan atau
didapat oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data
primer disebut juga sebagai data utama atau data baru yang bersifat
up to date. Data Primer adalah suatu data yang diperoleh peneliti dari
tangan pertama atau sumber aslinya yang pertama yang belum diolah
dan diuraikan orang lain (Setiawan. 2012:8). Data primer ini akan
diperoleh berawal dari hasil wawancara peserta didik, guru pasraman,
wali murid untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat berupa
hasil wawancara yang bersumber dari Pasraman Purna Lingga
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari kepustakaan,
yang merupakan hasil penelitian dan pengolahan orang lain, yang
sudah tersedia dalam bentuk buku-buku atau dokumentasi
(Setiawan.2012: 9). Selain memperoleh dari data primer, peneliti juga
mendapatkan data sekunder. Peneliti melakukan kegiatan
kepustakaan, yaitu dengan mencari referensi dari skripsi orang lain
yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti
berupa buku, jurnal, dan beberapa skripsi yang relevan dengan
penelitian ini.

3.4.2 Teknik Penentuan Informan

Informan adalah orang yang memberikan informasi kepada peneliti


tentang segala hal/peristiwa/fenomena diluar diri informan dan tentang
kehidupannya/dirinya. Posisi informan dapat juga dijadikan sebagai sumber
data primer ataupun sebagai pihak untuk melakukan pemeriksaan data (data
cross check) (Pujileksono, 2015:10).

Penelitian ini menggunakan purposive sampling/ sampling


bertujuan/disengaja. Sesuai dengan istilahnya, sampel diambil/ditentukan
dengan maksud dan tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


34

diambil/ditentukan sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa


seseorang/sesuatu tersebut memiliki dan dapat memberikan informasi yang
diperlukan untuk kepentingan penelitiannya. (Pujileksono, 2015:116-117).

3.4.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah hal terpenting dalam penelitian. Data yang


valid dan lengkap sangat menentukan kualitas penelitian. Dalam tahap ini
peneliti memperoleh dan mengumpulkan data melalui informasi secara
lebih detail mendalam berdasarkan pada fokus penelitian. Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu:

a. Obsevasi
Susan Stainback (1998) dalam Sugiyono (2014:227)
menyatakan dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati
apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka
ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Dalam
penelitian ini peneliti mengamati, mengobservasi kegiatan
Peneliti mengobservasi dengan seksama dalam kegiatan Yoga
tersebut (observasi dilakukan peneliti sebelum adanya Covid 19)
observasi yang dilakukan pada tanggal 08 maret 2020 di Pura
Penataran Agung Kertabumi dengan mengamati seluruh
kegiatan Yoga yang dilakukan siswa dan guru di Pasraman
Purna Lingga dan sebelum itu peneliti juga melakukan observasi
pada masa PKL dipasraman Purna Lingga.
b. Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara mendalam, mendetail atau
intensif adalah upaya menemukan pengalaman-pengalaman
subjek informan penelitian dari topik tertentu atau situasi
spesifik yang dikaji. Oleh karena itu, dalam melaksanakan
wawancara untuk mencari data digunakan pertanyaan-
pertanyaan yang memerlukan jawaban berupa informasi..
Wawancara adalah tehnik pengumpulan data yang digunakan
peneliti untuk mendapatkan keterangan- keterangan lisan

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


35

melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang


yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti. Wawancara
ini dapat dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh melalui
observasi (Mardalis, 2006:64).
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis- garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara
digunakan dalam penelitian pendahuluan atau untuk penelitian
yang lebih mendalami tentang subjek yang diteliti. Prosedur
wawancara yang digunakan adalah mula-mula peneliti
mewawancarai guru tentang upaya yang telah dilakukan sebagai
pengembangan psikomotorik siswa dan menilai hasil praktik
yoga dengan menggunakan instrumen penilaian yang sesuai
dengan materi yang diberikan serta orangtua siswa. Semua
wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara online
dikarenakan pandemi Covid 19. Informan yang diwawancarai
dalam penelitian ini adalah Guru, Siswa Kelas IX, dan wali
murid siswa kelas IX di pasraman Purna Lingga
c. Dokumentasi
Metode pegumpulan data yang juga sangat penting adalah
metode dokumentasi. Metode dokumentasi mempunyai peranan
penting sebagai pendukung dan penambah data atau sebagai
bukti konkrit bagi sumber lain. Suharsimi Arikunto berpendapat
bahwa metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.
(Arikunto 2006:274). Dokumentasi yaitu mengumpulkan
dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan
penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung
dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian
(Satori dan Komariah 2011: 149). Pada penelitian ini, peneliti
mengumpulkan data-data dari Pasraman Purna Lingga, Pondok
Gede yang diperlukan dalam penyusunan penelitian seperti

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


36

halnya data siswa, pendidik dan lainnya. Serta kegiatan Yoga


yang sedang berlangsung pada saat dilaksanakanya kegiatan
tersebut. Dokumentasinya berupa foto terkait pelaksanaan Yoga
dipasraman Purna Lingga.
3.4.4 Instrumen Penelitian
Satori dan Komariah (2011: 90) mengungkapkan, instrument penelitian
kualitatif adalah “human instrument” atau manusia sebagai informan maupun yang
mencari data dan instrument utama penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri
sebagai ujung tombak pengumpulan data (instrument). Jadi instrumen penelitian
merupakan alat bantu peneliti dalam pengumpulan data. Dalam penelitian ini
karena terkait dengan kendala pelajaran tatap muka dialihkan ke pembelajaran
online dikarenakan wabah Covid 19 sehingga alat yang digunakan peneliti adalah
hanphone sebagai alat komunikasi, perekam suara, email sebagai alat pengiriman
data, serta pedoman wawancara yang digunakan untuk pengambilan data dari
informan, soal penilaian untuk mengukur siswa dalam memahami materi yang
diajarkan oleh guru dan instrument penilaian psikomotorik dalam ranah praktik
untuk mengukur bagaimana perkembangan psikomotorik siswa.
Berikut adalah tabel Penilaian Psikomotorik ranah praktik siswa pasraman
Purna Lingga
‘Tabel 3.1 penilaian psikomotorik ranah praktik
Nama Siswa :
Kelas :
Tahun Pelajaran :
Mata Pelajaran :

No Aspek Yang Dinilai Hasil Penilaian


A Sangat B Baik (2) C Cukup
Baik (3) (1)
1 Pranamāsana (Sikap
berdoa)
2 Hasta Uttanāsana (Sikap
kedua lengan terangkat)

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


37

3 Pādahastāsana (Sikap
membungkuk hingga tangan
mencapai kaki)
4 Aśva Sańcalanāsana (Sikap
menunggang kuda)
5 Parvatāsana (Sikap gunung)
6 Aṣṭāńga Namaskāra
(Pemberian hormat dengan 8
anggota tubuh)
7 Bhujańgāsana (Sikap kobra)
8 Parvatāsana (Sikap gunung)
9 Aśva Sańcalanāsana (Sikap
menunggang kuda)
10 Pādahastāsana (Sikap
membungkuk hingga tangan
mencapai kaki)
11 Hasta Uttanāsana (Sikap
kedua lengan terangkat)
12 Pranamāsana (Sikap
berdoa)

Penilaian
A = Sangat baik (skor 3)
B= Baik (skor 2)
C= Cukup (skor 1)
Nilai = Skor Perolehan : Skor maksimal X 100 =

3.4.5 Teknik Pengolahan Data


Teknik pengolahan data dari penelitian ini menggunakan wawancara
terstruktur. Wawancara ini dilakukan peneliti dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan, namun sifatnya terbuka. Disamping itu juga peneliti juga melakukan
observasi yang pertisipan yang mana peneliti langsung melihat, merasakan dan
mengalami apa yang terjadi pada subjek yang ditelitinya saat pengumpulan data.
Setelah data terkumpulkan, maka tahap selanjutnya adalah pengolahan data
yaitu:

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


38

1) Seleksi data yaitu kegiatan memeriksa data yang diperoleh dari


wawancara dengan peserta didik dan guru pasraman.
2) Klasifikasi data yaitu menempatkan atau mengelompokkan data sesuai
dengan pokok bahasan atau permasalahan yang telah disusun. Pada
penelitian ini data yang diperoleh dari hasil wawancara dikelompokkan
berdasarkan informannya. (kepala pasraman, guru pasraman dan
peserta didik).
3) Penyusunan data yaitu kegiatan menyusun data secara sistematis
menurut tata urutan yang telah ditetapkan sehingga mudah dianalisis.
Pada penelitian ini data hasil wawancara disusun sistematis berdasarkan
pangkat tertinggi, dari kepala pasraman, guru pasraman, wali murid dan
yang terakhir peserta didik.
3.4.6 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, dan setelah selesai dilapangan. (sugiyono 2014:245).
Analisis data dilakukan sepanjang berlangsungnya penelitian dan dilakukan
terus menerus dari awal hingga akhir penelitian. Tehknik analisis data
digunakan ketika data primer dan data sekunder telah terkumpul melalui studi
observasi atau pengamatan lapangan, melalui hasil wawancara dan
kepustakaan dipandang sudah cukup maka langkah berikutnya ynag dilakukan
adalah menganilisis atau mengolah data. Data yang dianalisis dalam penelitian
ini adalah data yang berbentuk tulisan hasil dari wawancara dan hasil
pembelajaran siswa yang berupa angka. Aktivitas dalam analisa data meliputi:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok,
memfokuskan pada hal yang penting, dicari dan pola temanya.
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian
melalui penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
Reduksi data (data reduction) adalah proses pengumpulan data
penelitian dengan cara merekam data lapangan dalam bentuk
catatan-catatan lapangan yang harus ditafsirkan dan diseleksi agar

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


39

masing-masing data menjadi relevan dengan fokus masalah yang


diteliti. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik
wawancara dengan bantuan voice recorder sebagai alat untuk
merekam pada saat wawancara itu dilakukan serta kamera sebagai
alat pengumpulan data.
b. Penyajian Data (Data Display)
Tampilan data (data display) kegiatan menampilkan data adalah
mengorganisasi, meringkas dan menyambungkan informasi.
Setelah data terkumpul peneliti memilah-milah data yang sudah
didapat kemudian akan diringkas dan diurutkan berdasarkan sub
bab dalam penelitian
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing and
Verification)
Menarik kesimpulan selalu harus mendasarkan diri atas semua
data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian. Dengan kata lain,
penarikan kesimpulan harus didasarkan atas data, bukan atas
angan-angan atau keinginan peneliti. (Asmani, 2011:130).
Kesimpulan atau verifikasi adalah bagian penyimpulan data
dimana data masih dapat diuji kembali dengan data di lapangan
atau berdiskusi agar kebenaran ilmiah dapat tercapai. Langkah
selanjutnya yaitu dengan menarik kesimpulan dari data yang
diperoleh dan akan dilakukan pengujian data dengan tujuan untuk
mengetahui apakah data yang didapat dalam wawancara sesuai
dengan kenyataan yang ada di lapangan

3.4.7 Teknik Penyajian Data


Penyajian data dideskripsikan dalam bentuk essay dengan kalimat yang
agak panjang bersifat membahas dan menguraikan permasalahan yang penting
(Setiawan:2014). Teknik penyajian data dalam penelitian ini menggunakan
analisis kualitatif dalam bentuk deskriptif yaitu penelitian dimana data yang akan
diperoleh bukan berupa angka-angka, namun berupa catatan-catatan lapangan dan
hasil wawancara.

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


40

Pada penyajian data ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan untuk
menghasilkan informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu.
Prosesnya dapat dilakukakan dengan cara menampilkan dan membuat hubungan
antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu
ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian. Penyajian data yang baik dan
jelas alur pikirnya merupakan hal yang sangat diharapkan oleh setiap peneliti.
Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting menuju tercapainya
analisis kualitatif yang valid dan handal.

3.5 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah Pasraman Purna Lingga
Pondok Gede yang terletak Jl. Nyimin RT/RW 02/04 Kelurahan Jati Melati
Kecamatan Pondok Melati Kodya Bekasi. Selain itu penelitian ini juga di lakukan
di Pura Penataran Agung Kertabumi yang berada di Jalan Raya Taman Mini, RW.2,
Ceger, Kec. Cipayung, Kota Jakarta Timur karena pelaksanaan kegiatan Yoga
dilaksanakan di tempat tersebut. Di pasraman Purna Lingga terdapat 82 peserta
didik dan 8 orang pendidik
3.5.1 Alasan Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi penelitian ini dilatar belakangi oleh sumber daya manusia
khususnya pada peserta didik, karena sebelumnya penulis sudah pernah melakukan
PKL di lokasi ini. Saat melakukan PKL penulis meneliti menemukan beberapa
permasalahan mengenai kegiatan belajar-mengajar di Pasraman Purna Lingga
Pondok Gede. Salah satunya yaitu siswa cenderung mengabaikan aspek
psikomotorik khususnya praktik terlihat masih banyak siswa yang tidak datang
terlambat pada saat kegiatan Yoga.

3.5.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Banjar Hitakarma adalah sebuah organisasi sosial yang mewadahi


komunitas Hindu di wilayah Pondok Gede dan sekitarnya yang didirikan pada
tahun 1983. Anggota tersebar di enam sub banjar yakni Lubang buaya,
Jatiwaringin, Jatiasih, Kologad, Chandra serta Kranggan Permai. Salah satu tugas

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


41

pokok dari Banjar Hitakarma adalah menyelenggarakan pendidikan Agama Hindu


untuk tingkat dasar dan menengah. Umumnya, komunitas Hindu di luar Bali
dalam menyelenggarakan pendidikan agama bagi anak-anak sejak tingkat dasar
hingga menengah, bahkan perguruan tinggi biasanya di balai pertemuan (balai
banjar) yang berada dalam lingkungan pura terdekat. Namun Banjar Hitakarma
tidak memungkinkan membuat balai pertemuan di Pura TMII. Hal ini disebabkan
oleh hak otoritas berada sepenuhnya di bawah pengelolaan manajemen TMII.

Sehingga, Banjar Tri Hitakarma berkewajiban untuk mewujudkan sebuah


yayasan, yaitu Yayasan Banjar Hitakarma yang beralamat di Jl. Nyimin RT/RW
02/04 Kelurahan Jati Melati Kecamatan Pondok Melati Kodya Bekasi. Dengan
luas tanah sekitar 450 𝑚2, didirikanlah bangunan dengan dua lantai. Lantai bawah
dibuat ruangan tanpa sekat sehingga memungkinkan menampung banyak orang,
termasuk juga fasilitas umum seperti dapur (sementara dialih-fungsikan menjadi
gudang) dan kamar kecil. Namun bila diperlukan untuk kegiatan belajar mengajar
agama dan pengembangan budaya ruangan ini dapat disekat secara tidak
permanen. Yayasan ini didirikan dan disahkan di Pura Penataran Agung Kertha
Bumi Taman Mini Indonesia Indah di depan notaris Drs. I Gede Purwaka SH pada
tanggal 11 April 2005. Ketua Umum terpilih adalah I Gusti Ngurah Sudana, SE
Adapun struktur organisasi di Pasraman Purna Lingga sebagai berikut:

Bagan 3.1 Struktur Organisasi Pasraman Purna Lingga Pondok Gede

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


42

STRUKTUR ORGANISASI PASRAMAN PURNA LINGGA

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


43

Daftar Guru Pasraman Purna Lingga Pondok Gede


Tabel 3.2 Daftar Pendidik Pasraman Purna Lingga Pondok Gede

No Nama Guru Kelas


1 Ade Tyas S.Pd.H Kelas XII
2 Wahyu Kristiani S.Pd.H Kelas XI
3 Luh Gede Savitri Kelas X
4 Putu Sriasih S.Pd Kelas IX
5 Irma Wahyu S.Pd Kelas VIII
6 Komang Tri Ardani Kelas VII
7 Wayan Andria Sari, S.Pd Kelas V& VI
8 Nyoman Widasni Kelas III & IV
9 Esti Dharma S Kelas I & II

Daftar siswa Pasraman Purna Lingga Pondok Gede


Tabel 3.3 Daftar umlah siswa Pasraman Purna Lingga Pondok Gede
Tingkat Sekolah Dasar

No Kelas Jumlah Keterangan


1 I 5 Aktif
2 II 4 Aktif
3 III 7 Aktif
4 IV 6 Aktif
5 V 6 Aktif
6 VI 9 Aktif
Tingkat Sekolah Mengenah Pertama

No Kelas Jumlah Keterangan


1 VII 8 Aktif
2 VIII 5 Aktif
3 IX 11 Aktif

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


44

Tingkat Sekolah Menengah Atas

No Kelas Jumlah Keterangan


1 X 5 Aktif
2 XI 8 Aktif
3 XII 6 Aktif

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian Upaya Guru Dalam Pengembangan


Kemampuan Psikomotorik Siswa Di Pasraman Purna Lingga dengan melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi diperoleh data sebagai berikut:
4.1.1 Upaya Guru Dalam Mengembangkan Kemampuan Psikomotorik Siswa
Melalui Praktik Yoga Sūrya Namaskāra Di Pasraman Purna Lingga

Pengembangan kegiatan psikomotorik peserta didik merupakan hal yang


sangat penting dalam proses pembelajaran. Dengan melaksanakan pengembangan
psikomotorik, siswa dapat menggali kompetensi untuk dikembangkan sebagai
langkah kongkrit dari pembelajaran kognitif dan afektif sehingga siswa lebih
menguasai kompetensi atau materi yang telah diajarkan oleh guru. Melalui
ketrampilan psikomotorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan
senang dan juga perkembangan psikomotorik anak dapat menyesuaikan dangan
lingkungan sekolah. Hurlock (23:1996)

Psikomotorik merupakan landasan utama agar siswa dapat cepat tanggap


menghadapi situasi secara nyata. Pernyataan diatas selaras dengan hasil wawancara
Wahyu Kristiani, S.Pd.H pada tanggal 18 juni 2020 dengan pertanyaan: Bagaimana
tanggapan ibu/bpk tentang pengembangan psikomotorik siswa dipasraman purna
Lingga ?

Pengembangan psikomotorik sangat baik dilakukan untuk menunjang


perkembangan anak, melalui pengembangan psikomotorik siswa menjadi
lebih aktif dan dapat menggali kemampuan yang dimiliki siswa
Berdasarkan wawancara diatas pengembangan psikomotorik dikembangkan agar
siswa di Pasraman Purna Lingga dapat mengasah kemampuan lebih luas terkait
dengan pengetahuan tentang agama Hindu untuk itu teori saja tidak cukup untuk
mengajarkan siswa secara menyeluruh.

Untuk mendapatkan informasi mengenai pengembangan psikomotorik di


Pasraman Purna Lingga, maka peneliti mengadakan wawancara dengan Ni Ketut

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


46

Seniariti sebagai kepala Pasraman Purna Lingga pada tanggal 08 maret 2020.
Penjelasan yang diperoleh dari wawancara dengan pertanyaan: Apa upaya yang
dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan psikomotorik siswa
dipasraman Purna Lingga ?

Untuk anak-anak pasraman purna Lingga, dalam mengembangkan ranah


psikomotorik (praktik) kegiatan yang dilaksanakan adalah dengan
melaksanakan Yoga Sūrya Namaskāra, dan untuk mewujudkan hal itu perlu
proses dan kerjasama dengan wali murid agar kegiatan yang diadakan
pasraman dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini kegiatan
pengembangan psikomotorik dilakukan minimal tiga kali dalam seminggu
agar dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Berdasarkan pernyataan oleh narasumber di atas bahwa, pengembangan
psikomotorik melalui Yoga tepat dilaksanakan karena dengan melakukan kegiatan
Yoga siswa akan lebih baik dalam menerima pembelajaran. tidak hanya diam
mendengarkan seorang guru yang berceramah. Dengan adanya kegiatan Yoga di
Pasraman purna Lingga maka siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Akan tetapi perlu digaris bawahi bahwa dalam proses pelaksanaanya diperlukan
peran orangtua murid untuk memotivasi agar siswa bersemangat mengikuti
kegiatan tersebut.

Pengembangan psikomotorik yang dilakukan mengacu pada standarisasi


pelaksanaan Yoga Sūrya Namaskāra berdasarkan buku yang dijadikan pedoman
yaitu buku Svami Satyananda Saraswati Terj. Dewi Paramitha yang berjudul Sūrya
Namaskāra. Selain itu juga strategi dari guru yang dilakukan dalam penerapan
pengembangn psikomotorik mengacu pada nilai-nilai agama, seperti yang diketahui
bahwa agama Hindu memiliki banyak sekali praktik-praktik keagamaan atau
upacara dalam proses pelaksanaanya.

Artinya, kegiatan pengembangan psikomotorik penting dilakukan untuk


memajukan generasi muda Hindu agar dapat memahami pengetahuan agama secara
menyeluruh

Tujuannya adalah agar siswa dapat mengerti dari pembelajaran agama


Hindu tidak saja hanya mengacu pada teori-teori keagamaan melainkan kegiatan
psikomotorik yang harus diperkenalkan oleh siswa sehingga diharapkan siswa
mampu menerapkan ilmu yang sudah didapatkan dalam kehidupan sehari-hari

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


47

melalui kegiatan yang diadakan di pasraman. Hal ini selaras dengan yang
disampaikan Wahyu Kristiani, S.Pd.H selaku guru di pasraman Purna Lingga pada
hasil wawancara 18 juni 2020 dengan pertanyaan : Apa tujuan dilaksanakanya
kegiatan pengembangan psikomotorik di pasraman purna lingga ?

Tujuan dilaksanakannya kegiatan pengembangan psikomotorik melalui


Yoga di Pasraman Purna Lingga yaitu :

1) Yang pertama, memperkenalkan gerakan Yoga asana Sūrya Namaskāra


sebagai salah satu kegiatan pemeliharaan fisik yang bersumber dari
ajaran Agama Hindu.
2) Kedua, memperkenalkan Yoga Yoga asana Sūrya Namaskāra sebagai
salah tahapan astangga Yoga yang diharapkan dapat membantu peserta
didik dalam melatih gerak tubuhnya sehingga dapat mewujudkan
kesehatan jasmani yang diimbangi dengan kesehatan rohani. Ketika
keseimbangan kesehatan jasmani dan rohani tercapai maka peserta didik
akan dapat memahami bahwa tubuh yang diciptakan dan diberikan oleh
Tuhan(Sang Hyang Widhi) sangatlah berharga sehingga harus dijaga
kesucian dan kebugarannya.
Setelah peserta didik dapat melakukan gerakan Yoga Yoga asana Sūrya
Namaskāra dengan benar dan teratur hasil yang diharapkan tentunya
adalah kesehatan fisik yang didapat dari kegiatan positif. Dari kegiatan
positif inilah peserta didik akan terbiasa melakukan hal positif lainnya
sehingga secara tidak sadar pemikiran positif, ucapan yang positif akan
tercipta dari pribadi peserta didik.
3) Ketiga, pelaksanaan pelatihan Yoga asana Sūrya Namaskāra
juga bertujuan untuk melatih kedisiplinan dan tanggungjawab peserta didik
dalam melaksanakan salah satu cara melakukan Bhakti kepada Tuhan
atau dapat dikatakan salah satu jalan mencapai kebahagiaan dan
ketenangan hidup.
Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41 tahun 2007,
tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. standar
kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas dan / atau semester pada suatu mata pelajaran.
Adapun kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai merujuk penyusunan indikator
kompetensi dalam suatu pelajaran. Oleh karena itu standar kompetensi dapat
diartikan sebagai kemampuan minimal yang harus dicapai setelah peserta didik

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


48

menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu pada setiap jenjang pendidikan yang
diikutinya. Jadi kompetensi dasar kemampuan minimal yang harus dicapai peserta
didik dalam penguasaan konsep atau materi pelajaran yang diberikan dalam kelas
pada jenjang pendidikan tertentu. Penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari
kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi
peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam
kesempatan wawancara dengan pertanyaan Bagaimana guru dipasramanan tetap
konsisten melaksanakan kegiatan yoga ? Ni Ketut Seniarti M.Pd selaku kepala
Pasraman Purna Lingga mengatakan :

Kegiatan yoga adalah ajaran yang bersumber dari Veda maka dari itu guru di
pasraman purna lingga mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kepada
generasi muda hindu agar kedepanya siswa dapat mempunyai keahlian
dibidang praktik agama tidak saja berfokus hanya pada materi, tetapi juga
praktiknya, karena didalam agama hindu praktik sangat penting salah satu
yang dapat kami ajarkan kepada anak-anak di pasraman purna lingga ini
adalah tentang yoga, dan untuk mencapai hal itu dibutuhkan sebuah proses
dan kesabaran dalam melaksanakanya.
Upaya guru di Pasraman Purna Lingga menyangkup tentang kewajiban dan
tahapan yang harus dilaksanakan untuk tercapainya pengembangan psikomotorik
yang maksimal terkait dengan pelaksanaan Yoga, untuk mendapatkan informasi
mengenai upaya guru dalam pengembangan psikomotorik di Pasraman Purna
Lingga, maka peneliti mengadakan beberapa wawancara dengan pihak guru kepala
sekolah, dan guru yang mengajar di Pasaraman Purna Lingga. Peneliti
menjabarkanya sebagai berikut :

4.1.2 Mempersiapkan Materi Pelaksanaan Yoga

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang berkaitan dengan standar


proses mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan
perencanaan pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Permendiknas
Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses, yang antara lain mengatur tentang
perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi guru pada satuan
pendidikan untuk mengembangkan perencanaan pembelajaran. Setiap guru pada
satuan pendidikan berkewajiban menyusun perangkat pembelajaran secara lengkap
dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


49

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,


serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa

Guru yang professional harus mampu mengembangkan persiapan mengajar


yang baik, logis, dan sistematis. Persiapan mengajar yang dikembangkan guru
memiliki makna yang cukup mendalam bukan hanya kegiatan rutinitas untuk
memenuhi kelengkapan administratif, tetapi merupakan cermin dari pandangan,
sikap, dan keyakinan professional guru mengenai apa yang terbaik untuk persiapan
mengajar yang matang sebelum melaksanakan pembelajaran, baik persiapan tertulis
maupun tidak tertulis

Pernyataan diatas selaras dengan hasil wawancara Ni Ketut Seniariti M.Pd


selaku kepala Pasraman Purna Lingga. Penjelasan yang diperoleh dari wawancara
dengan pertanyaan: Apa saja yang perlu dipersiapkan oleh guru dipasraman purna
Lingga dalam upaya mengembangkan kemampuan psikomotorik siswa dipasraman
Purna Lingga ? pada tanggal 08 maret 2020 adalah sebagai berikut :

Didalam kegiatan Yoga langkah pertama kami selaku pihak guru-guru


terlebih dahulu mempersiapkan materi yang akan diajarkan oleh anak-anak,
materi tersebut berupa buku yang membahas tentang yoga lalu guru-guru
dsini mempelajari materi tersebut kemudian diajarkan/dipraktekan oleh anak-
anak dan itu merupupakan upaya paling mendasar yang perlu dipersiapkan
oleh guru-guru di pasraman purna lingga sebagai pengembangan aspek
psikomotoriknya
Bersadarkan pemaparan hasil wawancara diatas sebelum memasuki langkah
praktik yoga, terlebih dahulu guru di pasraman membuat materi yang akan
diajarkan untuk dijadikan pedoman serta acuan agar materi yang diberikan
terstruktur sesuai kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Hal senada juga dijelaskan
oleh Putu Sriasih S.pd selaku guru yang mengajarkan yoga di pasraman purna
Lingga dalam kesempatannya menyatakan:

Dengan pemberian materi terlebih dahulu siswa menjadi memahami yoga


secara menyeluruh dan dapat mengerti setiap makna dan manfaaat dari suatu
gerakan yang dipraktekan. Untuk itu kami pihak guru di pasraman purna
lingga selalu memberikan materi sebelum praktik yoga.
Berdasarkan hasil wawancara narasumber diatas kunci keberhasilan
pembelajaran adalah penguasaan guru terhadap materi ajar yang akan disampaikan.

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


50

Dalam proses pelaksanaan praktik setiap guru harus mempersiapkan diri secara
optimal dengan menggunakan metode yang bervariasi, dan guru dalam proses
pembelajaran harus melaksanakan dengan kreatif, aktif, menyenangkan dan
bervariasi guna menarik perhatian pada siswa.

Materi yang diberikan guru di pasraman Purna Lingga tentang Sūrya


Namaskāra menurut buku pedoman yang digunakan adalah sebagai berikut:

Salah satu pemujaan tertua di dunia ini adalah pemujaan pada keberadaan
inti alam, yakni matahari. Matahari sebagai bintang besar merupakan bagian dan
pusatdari tata surya, tempat dimana manusia dan makhluk lain hidup didalamnya.
Dalam Kitab Suci Veda sebagai referensi utama memuat tentang
penyembahan atau pemujaan kepada matahari untuk mencapai kesehatan dan
kemakmuran. Banyak dari praktik-praktik dalam doa ini ditujukan kepada matahari
yang tersurat dalam Yuddha Kanda-Ramayana.
Seperti dalam bukunya Sūrya Namaskāra karangan Swami Gitananda Giri
(2011:23), menjelaskan bahwa Rama setelah pertempuran yang berlangsung lama
dan terus menerus tanpa henti dengan Rawana, menjadi bingung karena tidak
mampu membunuhnya.
Pada saat para Dewa berkumpul di langit, menyarankan agar Rama
memohon bantuan kepada Maha Rsi Agastya. Maha Rsi Agastya kemudian
mengajarkan Rama pemujaan pada matahari ini, yang pada akhirnya Rama dapat
membunuh Rawana dan menyelamatkan Sita. Simbol filosofi Rama memerangi
Rahwana demi menyelamatkan Sita merupakan simbol jalan yadnya, jalan
pengorbanan diri yang tulus ikhlas sebagai bentuk perjuangan seseorang
memerangi musuh (symbol Rahwana) dalam dirinya. Memahami ego, nafsu,
kemarahan, keserakahan dan lainya hingga dapat mengatasi dan melampauinya
demi mewujudkan kesadaran spiritual (simbol Sinta).
Sūrya Namaskāra adalah bagian pertama dari Taittiriya Aranyaka dalam
Yajur Veda. Pelaksanaan Sūrya Namaskāra ini dulu di praktik kan dihampir setiap
rumah brahmana di India Selatan sebagai pemujaan pada Dewa Matahari (Surya).
Hinggakini pemujaan Sūrya Namaskāra telah di praktik kan di hampir seluruh
belahan dunia.Matahari adalah simbol yang terlihat dari kekuatan yang tak terbatas,
sinar kasih universalnya menyinari setiap bendadan makhluk tanpa sekalipun

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


51

memandang perbedaan status, suku, jenis kelamin, ras dan golongan. Dalam Sūrya
Namaskāra terdiri dari 12 pose sikap tubuh, yaitu:
1. Pranamāsana (Sikap berdoa)
a) Pose tubuh : Berdiri tegak dengan kedua kaki merapat letakkan
kedua telapak tangan bersamaan di depan dada kendorkan seluruh
tubuh
b) Nafas: Normal
c) Konsentrasi: Pada anāhata cakra (cakra jantung)
d) Mantra: Oṁ Mitrāya Namaḥ (penghormatan kepada seluruh
makhluk)
e) Manfaatnya: Membentuk keadaan konsentrasi dan ketenangan
dalam persiapan untuk latihan yang dilakukan
2. Hasta Uttanāsana (Sikap kedua lengan terangkat)
a) Pose tubuh : Angkatlah kedua lengan di atas kepala kedua lengan
direggangkan sesuai lebar bahu tekuklah kepala dan tubuh bagian
atas ke belakang
b) Nafas: Tariklah nafas ketika mengangkat kedua lengan
c) Konsentrasi: pada viśuddhi cakra (cakra tenggorakan)
d) Mantra: Oṁ Ravaye Namaḥ (Penghormatan kepada yang bersinar
cemerlang)
e) Manfaatnya: meregangkan isi rongga perut, menghilangkan
kelebihan lemak dan memperbaiki pencernaan. Melatih otot-otot
lengan dan bahu, menyelaraskan urat-urat syaraf tulang belakang
dan membuka seluruh bilik paru-paru.
3. Pādahastāsana (Sikap membungkuk hingga tangan mencapai kaki)
a) Pose tubuh: Membungkuklah ke depan hingga jari-jari tangan atau
kedua tangan menyentuh tanah pada sisi atau depan kedua kaki
Cobalah menyentuh lutut dengan dahiJangan tegang dan tahan agar
kedua kaki tetap lurus
b) Nafas: hembuskanlah nafas selama membungkuk ke depan, cobalah
untuk mengerutkan perut untuk menghembuskan jumlah udara yang
banyak

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


52

c) Konsentrasi: pada svadhiṣṭāna cakra (cakra seks)


d) Mantra: Oṁ Sủryāya Namaḥ (Penghormatan kepada ia yang
menyebabkan kegiatan)
e) Manfaatnya: Bermanfaat dalam melenyapkan atau mencegah sakit
perut, mengurangi kelebihan lemak pada daerah perut, memperbaiki
pencernaan, menghilangkan sembelit, memperbaiki peredaran
darah, melentukkan dan menyelaraskan tulang belakang.
4. Aśva Sańcalanāsana (Sikap menunggang kuda)
a) Pose tubuh: Rentangkan kaki kanan ke belakang sejauh mungkin
pada waktu bersamaan tekuklah lutut kiri tetapi tahanlah agar kaki
kiri tetap pada posisi yang sama, kedua lengan harus tetap lurus dan
dalam posisi yang sama. Saat pose akhir, berat tubuh harus disangga
pada kedua tangan, kaki kiri, lutut kanan dan jari-jari kaki kanan.
Kepala harus dimiringkan ke belakang, punggung dilekungkan dan
pandangan ditujukan ke atas.
b) Nafas: tariklah nafas ketika merentangkan kaki kanan ke belakang
c) Konsentrasi: pada ājńā cakra (cakra mata ketiga/ditengah-tengah
dahi)
d) Mantra: Oṁ Bhanave Namaḥ (Penghormatan kepada yang
menerangi)
e) Manfaatnya: memijat organ-organ perut dan memperbaiki
fungsinya, otot-otot kaki akan diperkuat, keseimbangan urat syaraf
akan tercapai.
5. Parvatāsana (Sikap gunung)
a) Pose tubuh : Luruskan kaki kiri dan letakkan kaki kiri tersebut di
samping kaki kanan.Angkat pantat menggantung dan turunkan
kepala sehingga berada di antara kedua lengan, tubuh harus
membentuk dua sisi segitiga.Kedua kaki dan lengan harus lurus pada
posisi akhir Cobalah untuk menahan agar kedua tumit bersentuhan
dengan tanah pada sikap ini.
b) Nafas: hembuskanlah nafas selama meluruskan kaki kiri dan
membungkukkan tubuh

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


53

c) Konsentrasi: pada viśuddhi cakra (cakra tenggorakan)


d) Mantra: Oṁ Khagāya Namaḥ (Penghormatan kepada yang bergerak
cepat di langit)
e) Manfaatnya: menguatkan syaraf dan otot-otot pada kedua lengan dan
kaki. Melenturkan tulang belakang pada arah yang berlawanan
menuju sikap sebelumnya dan lebih jauh membantu membuatnya
lemas. Menyelaraskan urat syaraf tulang belakang dan memberikan
syaraf-syaraf tersebut aliran darah yang segar.
6. Aṣṭāńga Namaskāra ( pemberian hormat dengan 8 anggota tubuh)
a) Pose tubuh :Rendahkan tubuhke tanah sehingga pada pose akhir
hanya jari-jari kedua kaki, kedua lutut, dada, kedua tangan dan dagu
yang menyentuh tanah. Pinggul dan perut sedikit diangkat ke atas.
b) Nafas: dihembuskan
c) Konsentrasi: pada maṇipura cakra (cakra pusar)
d) Mantra: Oṁ Puṣṇe Namaḥ (Penghormatan kepada pemberi
kekuatan)
e) Manfaatnya: menguatkan otot kaki dan lengan, memperkuat dada.
7. Bhujańgāsana (Sikap kobra)
a) Pose: Angkatlah tubuh dari pinggang dengan meluruskan kedua
lengan. Lenturkan kepala ke belakang.
b) Nafas: tariklah nafas saat mengangkat tubuh dan melengkungkan
punggung
c) Konsentrasi: pada svadhistana cakra
d) Mantra: Oṁ Hiranyagarnhaya Namaḥ (Penghormatan kepada diri
kosmis keemasan)
e) Manfaatnya: mendorong aliran darah segar di organ perut, mengatasi
sembelit, membuat otot-otot lemas, memberikan kekuatan kembali
pada syaraf-syaraf tulang belakang dan melatih tulang belakang.
8. Parvatāsana (Sikap gunung)
a) Pose tubuh : Luruskan kaki kiri dan letakkan kaki kiri tersebut di
samping kaki kanan.Angkat pantat menggantung dan turunkan kepala
sehingga berada di antara kedua lengan, tubuh harus membentuk dua

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


54

sisi segitiga.Kedua kaki dan lengan harus lurus pada posisi akhir
Cobalah untuk menahan agar kedua tumit bersentuhan dengan tanah
pada sikap ini.
b) Nafas: hembuskanlah nafas selama meluruskan kaki kiri dan
membungkukkan tubuh
c) Konsentrasi: pada viśuddhi cakra (cakra tenggorakan)
d) Mantra: Oṁ Khagāya Namaḥ (Penghormatan kepada yang bergerak
cepat di langit)
e) Manfaatnya: menguatkan syaraf dan otot-otot pada kedua lengan dan
kaki. Melenturkan tulang belakang pada arah yang berlawanan menuju
sikap sebelumnya dan lebih jauh membantu membuatnya lemas.
Menyelaraskan urat syaraf tulang belakang dan memberikan syaraf-
syaraf tersebut aliran darah yang segar.
9. Aśva Sańcalanāsana (Sikap menunggang kuda)
a) Pose tubuh: Rentangkan kaki kanan ke belakang sejauh mungkin
pada waktu bersamaan tekuklah lutut kiri tetapi tahanlah agar kaki
kiri tetap pada posisi yang sama, kedua lengan harus tetap lurus dan
dalam posisi yang sama. Saat pose akhir, berat tubuh harus disangga
pada kedua tangan, kaki kiri, lutut kanan dan jari-jari kaki kanan.
Kepala harus dimiringkan ke belakang, punggung dilekungkan dan
pandangan ditujukan ke atas.
b) Nafas: tariklah nafas ketika merentangkan kaki kanan ke belakang
c) Konsentrasi: pada ājńā cakra (cakra mata ketiga/ditengah-tengah
dahi)
d) Mantra: Oṁ Bhanave Namaḥ (Penghormatan kepada yang
menerangi)
e) Manfaatnya: memijat organ-organ perut dan memperbaiki
fungsinya, otot-otot kaki akan diperkuat, keseimbangan urat syaraf
akan tercapai.

10. Pādahastāsana (Sikap tangan sampai kaki)

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


55

a) Pose tubuh: Membungkuklah ke depan hingga jari-jari tangan atau


kedua tangan menyentuh tanah pada sisi atau depan kedua kaki
Cobalah menyentuh lutut dengan dahiJangan tegang dan tahan agar
kedua kaki tetap lurus
b) Nafas: hembuskanlah nafas selama membungkuk ke depan, cobalah
untuk mengerutkan perut untuk menghembuskan jumlah udara yang
banyak
c) Konsentrasi: pada svadhiṣṭāna cakra (cakra seks)
d) Mantra: Oṁ Sủryāya Namaḥ (Penghormatan kepada ia yang
menyebabkan kegiatan)
e) Manfaatnya: Bermanfaat dalam melenyapkan atau mencegah sakit
perut, mengurangi kelebihan lemak pada daerah perut, memperbaiki
pencernaan, menghilangkan sembelit, memperbaiki peredaran
darah, melentukkan dan menyelaraskan tulang belakang.

11. Hasta Uttanāsana (Sikap kedua lengan terangkat)


a) Pose tubuh : Angkatlah kedua lengan di atas kepala kedua lengan
direggangkan sesuai lebar bahu tekuklah kepala dan tubuh bagian atas
ke belakang
b) Nafas: Tariklah nafas ketika mengangkat kedua lengan
c) Konsentrasi: pada viśuddhi cakra (cakra tenggorakan)
d) Mantra: Oṁ Ravaye Namaḥ (Penghormatan kepada yang bersinar
cemerlang)
e) Manfaatnya: meregangkan isi rongga perut, menghilangkan
kelebihan lemak dan memperbaiki pencernaan. Melatih otot-otot
lengan dan bahu, menyelaraskan urat-urat syaraf tulang belakang
dan membuka seluruh bilik paru-paru.

12. Pranamāsana (Sikap berdoa)


a) Pose tubuh : Berdiri tegak dengan kedua kaki merapat letakkan
kedua telapak tangan bersamaan di depan dada kendorkan seluruh
tubuh

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


56

b) Nafas: Normal
c) Konsentrasi: Pada anāhata cakra (cakra jantung)
d) Mantra: Oṁ Mitrāya Namaḥ (penghormatan kepada seluruh
makhluk)
e) Manfaatnya: Membentuk keadaan konsentrasi dan ketenangan
dalam persiapan untuk latihan yang dilakukan
Materi diatas dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan Yoga Di Pasraman
Purna Lingga. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa harus diberikan fasilitas
perlengkapan sarana dan prasarana yang mendukung untuk mencapai keberhasilan
proses pembelajaran. Selanjutnya guru harus merencanakan pembelajaran yang
baik dan kondusif serta melaksanakan praktik langsung.

4.1.3 Mempersiapkan Sarana Dan Prasarana

Salah satu aspek yang mendapat perhatian utama dari setiap administrator
pendidikan adalah mengenai sarana dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan
umumnya mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan harus sesuai dengan proses
pembelajarannya seperti gedung, ruang belajar atau kelas, alat-alat atau media
pendidikan, meja, kursi dan sebagainya.

Menurut rumusan Tim Penyusun Pedoman Pembukuan Media Pendidikan


Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, yang dimaksud dengan ”sarana
pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar,
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan
dan berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efesien”.

Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang secara


tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti : halaman yang
bagus untuk melakukan pembelajaran, kebun atau taman sekolah yang enak di
pandang, jalan menuju ke sekolah mudah, tata tertib sekolah, dan sebagainya.
Untuk mendapatkan data lebih lengkap terkait upaya guru di pasraman purna
Lingga peneliti melakukan wawancara dengan pertanyaan: Bagaimana uapaya guru

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


57

dalam kaitanya sarana dan prasarana untuk melaksanakan Yoga ? kepada guru yang
menjarkan Yoga di pasraman Purna Lingga yaitu Putu Sriasih S.Pd pada tanggal 10
Juni 2020 penjelasan narasumber adalah sebagai berikut:

Untuk melaksanakan yoga di Pura TMII kami harus mengatur tempat


sedemikian rupa agar anak-anak tetap nyaman mengingat tempatnya (utama
mandala) yang tidak begitu luas. Dari rumah anak-anak sudah terbiasa
mempersipakan diri secara fisik terlebih dahulu seperti sudah mandi,
memakai pakaian olahraga dan juga bagi siswa perempuan sudah mengikat
rapi rambutnya dan tidak lupa membawa selendang (senteng) sendiri.
kemudian saya dan juga guru-guru pasraman mengajak anak-anak untuk
gotong royong mempersiapkan tempat untuk yoga bersama, seperti menyapu
lantai terlebih dahulu dan juga membersihkan tempat sekitar dari sampah
yang tercecer kemudian saya mengarahkan anak-anak untuk mengambil
matras masing-masing dan mengatur jarak satu sama lain, terkadang saya
mengarahkan dengan posisi melingkar kadang juga dengan posisi seperti
pada saat berbaris rapi. Dan saya pun tentunya sudah menyiapkan materi dan
juga backsound yang enak untuk di dengar tentunya membuat anak-anak
lebih bersemangat. Kemudian saya mengarahkan anak-anak untuk mencuci
tangan dan kaki Karena habis menyapu dan juga mengambil sampah yang
ada, lalu kami melakukan persembahyangan bersama sebelum melakukan
yoga, setelah sembahyang, kami pun siap untuk melaksanakan kegiatan yoga
ini.

Sarana dan prasarana kegiatan yoga antara lain sebagai berikut :

1. Siswa mempersiapkan baju olahraga baik dari rumah maupun ganti diruang
tempat yang telah disediakan
2. Mempersiapkan matras sebagai alas untuk beryoga
3. Guru bersama siswa meyiapkan alat sound system

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas sarana dan prasana berupa perlengkapan


yoga sangat penting seperti halnya baju olahraga yang mempermudah siswa dalam
melakukan gerakan dalam melakukan Yoga, matras berfungsi untuk membantu
melatih tubuh lebih nyaman, mencegah adanya cedera saat melakukan senam lantai.
Dan sound system (alat pengeras suara) berfungsi untuk memandu siswa saat
melakukan gerakan dan menjadi kewajiban guru untuk mempersiapkan hal
tersebut.

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


58

4.1.4 Melakukan Kerja Sama Dengan Orang tua Siswa

Salah satu pihak yang bertanggungjawab dalam terlaksananya fungsi dan


tujuan pendidikan nasional ialah keluarga. Keluarga sebagai lingkungan yang
paling dekat dengan siswa, merupakan tempat pendidikan pertama baginya.
Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan karakter
disiplin pada siswa.

Kerjasama dari guru dan orang tua merupakan kunci dari kesuksesan dalam
membentuk karakter disiplin siswa. Guru dan orang tua merupakan pendidik yang
diharapkan mampu bekerjasama dalam membina karakter disiplin pada siswa.
Tanpa adanya kerjasama yang dilakukan oleh orang tua dan guru, tentu karakter
disiplin tidak dapat dibentuk pada diri seorang siswa. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Suryadi (2006:73). wawancara berikutnya masih berkaitan
dengan upaya guru di pasraman purna Linngga Wahyu Kristiani, S.Pd.H pada
tanggal 18 juni 2020 dengan pertanyaan : Bagaimana kerja sama guru dipasraman
purna lingga dengan pihak orangtua Siswa ?

Guru-guru di pasraman juga bekerja sama dengan wali murid dengan


memberikan arahan melalui Whatshap agar para orangtua mengantarkan
anaknya ke TMII karena pelaksanaan yoga dilaksanakan di Pura Penataran
Agung Kertabumi sehingga para murid perlu diantar menuju ke tempat
kegiataan. Guru juga menyediakan pusat bantuan siswa berupa program
konseling. Konseling ini disediakan oleh guru untuk menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan siswa. Apabila ada siswa yang mempunyai
masalah, wali kelas akan memanggil orang-orang yang terlibat dengan siswa
tersebut untuk menyelesaikan masalah
Berdasarkan wawancara diatas guru juga mengungkapkan agar orangtua ikut
berperan dalam pelaksanaan Yoga di pasraman purna lingga, selain perannya
terhadap murid, guru juga wajib memberikan laporan perkembangan anak kepada
orang tuanya dan berdiskusi dengan orang tua jika ada masalah yang berkaitan
dengan anak di sekolah, hal ini dilakukan sebagai upaya agar segala proses
pendidikan dapat berjalan sesuai dengan rencana. Dalam kesempatan wawancara
Ni Ketut Seniariti M.Pd selaku kepala Pasraman Purna Lingga mejelaskan bentuk
kerjasama yang dilakukan oleh guru dan orangtua dengan pertanyaan sebagai
berikut : Bagaimana proses kerjasama antara guru dan orangtua dalam upaya
pengembangan psikomotorik siswa dipasraman Purna Lingga ?

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


59

Proses kerja sama sangat berpengaruh kepada pengembangan psikomotorik


siswa di pasraman purna lingga tanpa adanya peran orangtua siswa tidak
dapat melaksanakan kegiatan yoga, untuk itu guru di pasraman purna lingga
melakukan kerja sama antara lain
1. Guru mengarahkan agar orangtua mengantarkan anaknya ketempat
pelaksanaan yoga
2. Mengarahkan orangtua murid agar memantau kegiatan anaknya
dirumah seperti mengingatkan pada saat belajar, melakukan
persembahnyangan
3. Menyediakan konseling langsung bagi orangtua yang merasa anaknya
bermasalah atau mengalami kesulitan belajar dengan cara
menghubungi wali kelas atau kepala pasraman
4. Menerima kritik dan saran dari orang tua, pihak pasraman selalu
menerima masukan dari orangtua siswa tentang perkembangan
anaknya melalui diskusi langsung maupun via telephone
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas guru-guru di pasraman Purna Lingga
bekerja sama dengan tujuan memajukan pengembangan psikomotorik siswa dengan
membuat beberapa kerja sama dengan pihak orangtua murid. Pada kesempatan ini
peneliti mewawancari via online beberapa orangtua siswa untuk mendapatkan
informasi terkait kerjasama guru dengan orangtua berikut adalah hasil wawancara
tanggal 30 Juni 2020 kepada I Made Mahageng Subakti wali murid Ni Komang
Putri Intan Sari kelas IX, dengan pertanyaan: Apa bimbingan atau arahan yang
diberikan oleh guru kepada ibu/bpk terkait dengan pelaksanaan Yoga di pasraman
Purna Lingga ?

Bimbingan yang diberikan oleh guru di Pasraman Purna Lingga adalah untuk
menganggap bahwa kegiatan Yoga ini bukanlah sekedar keharusan,
melainkan harus didasari oleh dedikasi dan tekad/niat dari diri sendiri juga
dalam rangka memperoleh manfaat dari aspek kesehatan dan spiritual. Jika
ada keluhan baik dari kami maupun wali murid yang lain, guru - guru di
Pasraman Purna Lingga akan mendiskusikannya dengan wali murid yang
bersangkutan, kemudian atas kesepakatan bersama, mencari jalan keluar yang
tepat.
Hal selaras juga disampaikan I Nyoman Sarjana wali murid Ni Made Jovita
Maheswari pada kesempatanya beliau menyampaikan :

Layanan yang diberikan oleh para guru di Pasraman Purna Lingga sudah amat
baik dilihat dari segi kualitas dan kuantitasnya. Anak - anak diajarkan untuk
selalu berpikir kritis dalam menjawab soal, open minded, aktif dalam kegiatan
berkelompok, serta selalu mengutamakan kebersamaan keluarga besar
Pasraman Purna Lingga. Kami berterima kasih kepada bapak dan ibu guru
yang telah mendidik anak kami dengan sangat baik sampai detik ini. Saya

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


60

selaku wali murid mendiskusikan langsung masalah yang kadang muncul


pada anak saya dengan cara menelepon pihak kepala pasraman atau bisa
datang langsung kepasraman bembicarakanya dan mencari solusi terbaik
untuk anak kami.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa bentuk kerja sama antara orang tua
siswa dan guru dalam meningkatkan kampampuan psikomotorik dan prestasi
belajar anak di sekolah, sangat ditentukan oleh kerja sama orang tua dan guru.
Karena pendidikan merupakan usaha untuk mendewasakan orang yang belum
dewasa sehingga mampu berdiri sendiri sebagai manusia dewasa yang penuh ilmu
pengetahuan, bentuk kerja sama antara orang tua siswa dengan guru selalu terbuka
dalam menghadapi masalah siswa. baik itu memberikan pelayananan langsung
maupun tidak langsung.

4.1.5 Melakukan Pelaksanaan Pembelajaran Online

Berkaitan dengan situasi pendemi virus covid 19 Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim telah mengeluarkan surat edaran Surat
Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam
Masa Darurat Penyebaran Co Ro Naviru S D/Sease (Covid- 19) pada 24 Maret 2020
lalu dimana salah satu kebijakannya yaitu menetapkan bahwa proses belajar untuk
sementara dilakukan secara online dari rumah masing-masing. Dengan demikian,
tidak akan terjadi tatap muka antara guru dengan siswa. Padahal, interaksi guru-
siswa dalam proses pembelajaran sangat penting untuk mengetahui kemajuan
proses belajar siswa. Dengan adanya proses belajar daring, guru harus benar-benar
memerhatikan belajar siswa yang dilakukan secara online. Pihak kepala pasraman
Ni Ketut Seniariti juga meyatakan tanggapan dengan pertanyaan diatas dalam
wawancara peneliti pada tanggal 10 juni 2020 dengan pertanyaan: Sehubungan
dengan covid 19 bagaimana upaya Bapak/ibu agar pelaksanaan Yoga tetap
terlaksana ? penjelasan narasumber adalah sebagai berikut:

Berhubungan dengan pandemi yang sedang terjadi di Indonesia dan


mengikuti arahan dari pihak pusat di pasraman Purna lingga seluruh siswa
dan guru diliburkan dan diganti dengan pembelajaran online, berkaitan
dengan kegiatan yoga guru memantau kegiatan tersebut melalui aplikasi
Whatshap siswa di suruh melakukan gerakan Sūrya Namaskāra berupa foto
kepada masing-masing walikelas

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


61

Berdasarkan penjelasan narasumber tersebut diatas pembelajaran online menjadi


langkah terbaik yang dapat dilakukan oleh pendidik di pasraman Purna Lingga agar
pelaksanaan pembelajaran tetap berlagsung. Penggunaan teknologi dalam
menyelesaikan tugas pada siswa, juga dapat menimbulkan kreativitas dikalangan
siswa dalam mengembangkan pengetahuan yang telah mereka miliki. Dalam hal ini
selaras dengan wawancara Ade Tyas Spd.H guru di pasraman purna lingga pada
tanggal 20 Juni 2020 :

Melalui pembelajaran online siswa siswa tetap dapat melaksanakan


pembelajaran dirumah dan mengembangkan kemampuan psikomotoriknya,
tentunya melalui arahan dari pihak masing-masing guru kelas yang
mengampu. Karena dalam kondisi covid 19
siswa memerlukan daya tahan tubuh yang kuat dan sehat, salah satunya
dengan membimbing siswa melaksanakan yoga melalui pembelajaran
online.
Dengan metode pembelajaran yang bervariasi dari guru, mereka dapat
menciptakan suatu produk pembelajaran kreatif yang dapat mengembangkan
pemikiran melalui analisis mereka sendiri, tanpa keluar dari pokok bahasan materi
yang telah disampaikan oleh guru. Proses yang dilakukan dalam pembelajaran
online dari hasil wawancara kepada Putu Sriasih S.pd selaku wali kelas kelas IX
adalah sebagai berikut :

Mengingat keadaan dalam masa pandemic seperti ini saya tetap berusaha
untuk melaksanakan yoga bersama dari rumah masing-masing dengan cara
video call by zoom dan juga memberikan tugas terkait yoga melalui grup
whats up. Yang kemudian tugas tugas tersebut akan dikumpulkan melalui
email baik dengan foto maupun tulisan. Walaupun melalui video call anak-
anak tetap antusias mengikuti asanas per asanas yang saya berikan.

Dari hasil wawancara diatas peneliti meminta tugas yang diberikan kepada siswa
pada proses pembelajaran online, tugas yang diberikan guru adalah sebagai berikut
:

1. Siswa diberikan soal berupa pilihan ganda 10 soal Lampiran


2. Siswa diberikan tugas mempraktikan gerakan Sūrya Namaskāra
berdasarkan materi yang pernah dipelajari sebelumnya

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


62

3. Siswa diberikan tugas mendokumentasikan gerakan Sūrya Namaskāra lalu


dikirim melalui aplikasi Whastshap kepada guru.

Gambar 4.1. Hasil Pembelajaran Online siswa Kelas IX pasraman


Purna Lingga
Sumber : Dokumentasi Siswa 2020
Berdasarkan tugas yang telah diberikan oleh wali kelas IX Putu Sriasih, S.pd
peneliti juga meminta hasil nilai dari pelaksanaan pembelajaran online tersebut dan
hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1
DAFTAR HASIL NILAI TUGAS ONLINE SISWA KELAS IX PASRAMAN
PURNA LINGGA
NO NAMA SISWA NILAI

1 A.A.A M. Harvani Saraswati 90

2 AA Raka Bisma P 70

3 Ida Bagus Anom S 80

4 Ida Bagus Anggas Putra 90

5 Ida Bagus Putu W.S 90

6 I Wayan Surya Darma 70

7 Ni Komang Putri Intan S 90

8 Ni Made Jovita M 90

9 Ni Komang Trisna M 80
90
10 Pramesti Tiara P

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


63

90
11 Ni Putu Maheswari

` Berdasarkan dari pembelajaran online yang telah dilaksanakan oleh siswa


di pasraman Purna Lingga peneliti menyimpulkan bahwa sebagai seorang
pendidik harus dapat mengikuti perkembangan zaman dengan cara memanfaatkan
teknologi yang ada hal ini sangat menunjang masa perkembangangan siswa dari
segi psikomotoriknya. Pembelajaran online adalah salah satu upaya guru untuk
siswa agar tetap dapat belajar walaupun dengan kondisi Covid 19.
Melalui pembelajaran online siswa tetap dapat merasakan pengalaman baru
mengenai dunia teknologi, karena akan lebih terlatih dalam mengoperasikan dunia
digital, memahami dari segi positif manfaat dari perkembangan zaman. Wawancara
kepada Ade Tyas Spd.H selaku guru di pasraman Purna Lingga yang dilaksanakan
pada tanggal 23 Juni 2019 dalam kesempatannya mengungkapkan sebagai berikut
:
Sisi positif dari pembelajaran online adalah pembelajaran bisa dilakukan
kapan saja dengan persetujuan awal yang telah disepakati antara guru dan
siswa, selain itu dalam konsisi saat ini kita bisa mencegah atau memutus mata
rantai penyebaran Covid-19

Berdasarkan hasil wawancara diatas narasumber menyampaikan bahwa kondisi


seperti saat ini, siswa akan lebih mengetahui dan menerepkan cara hidup bersih dan
sehat, karena selain memberikan arahan melalui kegitan Yoga guru juga untuk
memberikan arahan untuk prilaku hidup sehat. Dan hal ini menjadi metode
pembelajaran yang isnpiratif dari guru di Pasraman Purna Lingga dalam
menghadapi pandemic Covid-19 dalam pengupayaan pembelajaran tetap
berlangsung.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Tahapan Dalam Pelaksanaan Yoga Sūrya Namaskāra di Pasraman
Purna Lingga
Dalam melaksanakan pengembangan psikomotoik yoga melalui proses
atau tahapan diantaranya sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


64

a. Mempelajari dengan cermat materi yang akan diberikan kepada


peserta didik baik itu berupa gerakan maupun secara pengertian
dan teori terkait dengan Yoga dalam penelitian ini materi yang
digunakan adalah Sūrya Namaskāra
b. Membuat jadwal tentang pelaksanaan Yoga di pasraman Purna
Lingga
c. Mementukan tempat dilaksanakanya kegiatan Yoga yaitu Pura
Penataran Agung Kertabumi yang berada di Taman Mini
2. Tahap Persiapan
a. Mempersiapkan dan memeriksa kesiapan peralatan serta pendukung
lainnya.
b. Menjelaskan kepada peserta didik gambaran umum tentang kegitan
yoga yang akan dilaksanakan
c. Menjelaskan kepada peserta didik tentang peraturam apa yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan dilapangan sebagai upaya
mencegah terjadinya suatu hal yang tidak diiinginkan
d. Sebelum melaksanakan Yoga Sūrya Namaskāra bersama guru dan
juga siswa siswi pasraman Purna Lingga melakukan
persembahyangan bersama, pada tahapan ini guru dipasraman Purna
Lingga menerapkan pembiasaan dalam proses pembelajaran.
Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku
yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses
pembelajaran yang berulang-ulang, baik dilakukan secara bersama-
sama ataupun sendiri-sendiri. Hal tersebut juga akan menghasilkan
suatu kompetensi. Pengembangan psikomotorik melalui pembiasaan
ini dapat dilakukan secara terjadwal atau tidak terjadwal baik di
dalam maupun di luar kelas. Kegiatan pembiasaan di sekolah terdiri
atas kegiatan rutin, spontan, terprogram dan keteladanan

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


65

Gambar 4.2. Bersembahyang Bersama


Sumber : Dokumentasi Siswa 2020
e. Pemberiaan penjelasan materi , untuk mendapat pemahaman secara
menyeluruh guru di pasraman purna lingga memberikan penjelasan
singkat tentang nama gerakan, manfaat , dan makna pada setiap
gerakan

Gambar 4.3. Penjelasan materi Kepada Siswa


Sumber : Dokumentasi Siswa 2020
3. Kegiatan Inti Yoga Sūrya Namaskāra
a. Melakukan Pranayama
Nafas yang dipimpin oleh pikiran dibawah pengawasan kemauan
adalah tenaga yang kuat dan yang menghidupkan kembali, yang
dapat digunakan dengan sadar untuk memperkembangkan diri (
Gede Kamanjaya 2000:168). Tekhnik pranayama yang digunakan
dipasraman purna Lingga adalah Shuka Purvaka, teknik ini disebut
juga Pranayama ringan dengan posisi padmasana atau siddhasana,
lalu menutup hidung kanan dengan jempol tangan kanan, menghirup
nafas melalui hidung kiri dengan Japa ‘”OM”’ lalu tutup hidung
kanan dan hembuskan nafas melalui hidung kiri. Pranayama dapat
membersihkan nadi dengan cepat, pembersihan nadi adalah pokok

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


66

dasar Yoga. Peneliti menanyakan dengan pertanyaan: Mengapa


anak-anak selalu melakukan Pranayama sebelum melaksanakan
kegiatan Yoga dan apa manfaat melakukan pranayama bagi siswa ?
Dalam kesempatanya Putu Sriasih S.Pd selaku guru yang
mengajarkan yoga mengatakan :
Kata Pranayama berasal dari bahasa Sansekerta: prana = nafas,
kekuatan hidup; dan ayama= perluasan, pengembangan,
pengendalian. Jadi Pranayama artinya seni mengendalikan
pernafasan atau pengembangan kekuatan hidup. Pranayama
yang diterapkan dipasraman purna lingga adalah tehknik
Shuka Purvaka Seni pernafasan memfokuskan pada
pembersihan ida pinggala yang menjadi dasar sebelum
melakukan yoga.

b. Pemanasan
Sebelum masuk pada inti dari asanas guru pun terlebih dahulu selalu
mengingatkan bebrapa hal yang harus diperhatikan pada saat
sebelum memulai latihan, seperti pemanasan terlebih dahulu.
Pemanasan merupakan hal yang penting saat hendak melakukan
yoga, karena Pemanasan berfungsi untuk menyiapkan tubuh untuk
melakukan aktivitas fisik. Peneliti menanyakan dengan pertanyaan :
Mengapa siswa dipasraman Purna Lingga selalu melakukan
pemanasan sebelum melaksanakan Yoga ? Dalam kesempatanya
Putu Sriasih S.Pd selaku guru yang mengajarkan yoga mengatakan
:
Pemanasan bertujuan meningkatkan suhu tubuh, sehingga
tubuh akan mulai beradaptasi dengan peningkatan intensitas
gerakan fisik yang akan dilakukan, dam juga Pemanasan
membantu menyiapkan tubuh dengan meningkatkan
denyut jantung secara perlahan, sehingga aliran darah
menjadi lebih cepat. Hal tersebut akan memudahkan
distribusi oksigen dan nutrisi ke seluruh bagian tubuh yang
memerlukan.
Pemanasan juga berfungsi untuuk menyiapkan sistem saraf
dan otak untuk membantu mengatur kapasitas gerakan
tulang dan otot sebelum melakukan yoga, sehingga risiko
cedera dapat diminimalisir..

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


67

Gambar 4.4. Pemanasan sebelum melaksanakan Yoga


Sumber : Dokumentasi Pribadi 2020
c. Melakukan Gerakan Sūrya Namaskāra
1) Pranamāsana

Gambar 4.5. Gerakan Pranamāsana


Sumber : Dokumentasi Siswa 2020

Sikap Pranamāsana, merupakan sikap tubuh Namaskara


Mudra (sikap penghormatan). Tubuh dalam posisi berdiri
tegak, mata terpejam dan kedua tangan dicakupkan didepan
dada.
2) Hasta Uttanāsana (Sikap kedua lengan terangkat)

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


68

Gambar 4.6. Gerakan Hasta Uttanāsana


Sumber : Dokumentasi Siswa 2020
Posisi tubuh tetap berdiri seperti sikap Pranamāsana,
kemudian kedua tangan diangkat ke atas kepala dengan
posisi tangan lurus ke belakang dan pinggang menekuk ke
belakang. Dalam posisi ini nafas ditarik mengikuti gerakan
tangan secara perlaha-lahan. Pada saat yang sama sembari
mengucapkan doa : Oṁ Ravaye Namaḥ (penghormatan
kepada yang bersinar).
3) Pādahastāsana (Sikap membungkuk hingga tangan
mencapai kaki)

Gambar 4.7. Gerakan Pādahastāsana


Sumber : Dokumentasi Siswa 2020
Dari gerakan Pādahastāsana, kedua tangan di arahkan ke
bawah hingga menyentuh lantai, dengan posisi kepala
sedekat mungkin dengan lutut, nafas dalam posisi ini
dihembuskan mengikuti gerakan tangan dan diikuti
mengucapkan mantra Oṁ Sủryāya Namaḥ (penghormatan
kepada segala yang menyebabkan segala aktivitas) dengan
konsentrasi pada svadhiṣṭāna cakra (terletak pada bawah
pusar di atas alat reproduksi), sehingga pada saat tangan
menyentuh lantai nafas telah dihembuskan habis dan normal
kembali.
4) Aśva Sańcalanāsana (Sikap menunggang kuda)

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


69

Gambar 4.8. Gerakan Aśva Sańcalanāsana


Sumber : Dokumentasi Siswa 2020
Gerakan ini ialah meletakkan kedua tangan disamping kanan
dan kiri kaki, kemudian kaki kanan di dorong ke belakang
sedangkan kaki kiri menekuk sebagai tumpuan badan, posisi
kepala diangkat dengan pandangan ke atas. Dalam gerakan
ini nafas ditarik secara perlahan-lahan mengikuti gerakan
kaki, tangan dan kepala, pikiran terkonsentrasi pada ājńā
cakra (terletak pada kening), pada gerakan ini diikuti dengan
mengucapkan mantra Om bhanave namah (penghormatan
kepada yang menyinari) tahan selama delapan hitungan lalu
hembuskan nafas melalui hidung secara perlahan-lahan
(Kamajaya,1998:91)
5) Parvatāsana (Sikap gunung)

Gambar 4.9. Gerakan Parvatāsana


Sumber : Dokumentasi Siswa 2020
Gerakan ini sering dikenal sebagai sikap gunung (yaitu
Parvatāsana dengan mendorong kaki kiri ke belakang
sehingga kedua kaki berada dalam posisi sejajar dengan
tumpuan badan berada pada kaki dan tangan sedangkan

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


70

posisi kepala ialah sebisa mungkin dimasukkan diantara


kedua tangan sehingga membentuk posisi segi tiga (gunung),
nafas dalam gerakan ini dihembuskan mengikuti gerakan
badan dengan konsentrasi pikiran pada viśuddhi cakra
dengan mengucapkan mantra Oṁ Khagāya Namaḥ.
6) Aṣṭāńga Namaskāra ( pemberian hormat dengan 8 anggota
tubuh)

Gambar 4.10. Gerakan Aṣṭāńga Namaskāra


Sumber : Dokumentasi Siswa 2020
Pada gerakan ini tubuh diturunkan sampai menyentuh lantai
dengan posisi delapan (Aṣṭāńga) titik tubuh menyentuh
lantai yaitu: dagu, dada, kedua tangan, kedua lutut dan kedua
jari kaki menyentuh lantai, namun yang perlu diingat dari
gerakan ini adalah posisi pantat agak diangkat sehingga
memberikan tekanan pada tulang belakang, konsentrasi
gerakan ini adalah pada maṇipura cakra (cakra pusat),
dengan mengucapkan mantra Oṁ Puṣṇe Namaḥ yaitu
penghormatan kepada yang memberikan kekuatan
7) Bhujańgāsana (Sikap kobra)

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


71

Gambar 4.11. Gerakan Bhujańgāsana


Sumber : Dokumentasi Siswa 2020
Sikap dalam gerakan ini sering disebut dengan sikap Kobra,
karena posisi gerakan ini menyerupai ular kobra. Adapun
gerakannya yaitu dengan menggunakan kedua tangan untuk
mendorong badan ke atas dengan tangan sebagai tumpuan,
sementara itu kaki diluruskan sehingga punggung kaki
menyentuh lantai. Dalam posisi ini nafas ditarik mengikuti
gerakan badan serta diikuti dengan mengucapkan doa Oṁ
Hiranyagarnhaya Namaḥ (penghormatan kepada sang diri
kosmis keemasan) dengan konsentrasi pada svadhistana
cakra.
8) Parvatāsana (Sikap gunung)

Gambar 4.12. Gerakan Parvatāsana


Sumber : Dokumentasi Siswa 2020

Gerakan ini membentuk posisi gunung kembali, dengan


menggunakan kedua tangan untuk mendorong dan
mengangkat badan dengan posisi telapak kaki menempel
pada lantai, dalam gerakan ini nafas dihembuskan mengikuti
gerakan badan dan sambil mengucapkan mantra dalam hati
Oṁ Khagāya Namaḥ (penghormatan kepada sinar
matahari), dengan konsentrasi pada viśuddhi cakra yang
terletak pada tenggorokan
9) Aśva Sańcalanāsana (Sikap menunggang kuda)

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


72

Gambar 4.13. Gerakan Aśva Sańcalanāsana


Sumber : Dokumentasi Siswa 2020
Berbeda dengan gerakan Aśva Sańcalanāsana sebelumnya,
pada gerakan ini kaki kiri ditarik ke depan dengan posisi
tangan berada pada kedua samping kaki, dimana tumpuan
badan terletak pada kaki yang ditekuk (kiri), posisi kepala
menghadap ke atas dan sambil menarik nafas dengan diikuti
mengucapkan mantra Oṁ Bhanave Namaḥ, dengan
konsentrasi terletak pada ājńā cakra .
10) Pādahastāsana (Sikap tangan sampai kaki)

Gambar 4.14. Gerakan Pādahastāsana


Sumber : Dokumentasi Siswa 2020
Pada gerakan ini kaki kanan yang sebelumnya lurus ke
belakang kemudian di tarik ke depan sehingga kedua kaki
berada pada posisi sejajar sedangkan tangan dicakupkan
dengan posisi badan membungkuk. Nafas dalam posisi ini
ialah bernafas seperti biasa/normal, sambil melakukan
gerakan mengucapkan mantra Oṁ Sủryāya Namaḥ dengan
konsentrasi pada svadhiṣṭāna cakra (Sarasvati, 2002:70)

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


73

11) Hasta Uttanāsana (Sikap kedua lengan terangkat)

Gambar 4.15. Gerakan Hasta Uttanāsana


Sumber : Dokumentasi Siswa 2020
Sikap tubuh pada gerakan ini adalah mengangkat kedua
tangan ke atas disertai dengan menarik nafas secara perlahan
sembari mengikuti gerakan badan sampai posisi tangan
berada di atas kepala agak kebelakang sampai tulang
punggung melengkung, dengan mengucapkan mantra Oṁ
Ravaye Namaḥ dengan konsentrasi pikiran pada viśuddhi
cakra (terletak di tenggorokan) (Sarasvati, 2002:55).
12) Pranamāsana (Sikap berdoa)

Gambar 4.16. Gerakan Hasta Pranamāsana


Sumber : Dokumentasi Siswa 2020
Gerakan terakhir adalah sikap kembali pada posisi semula
yaitu sikap penghormatan, yaitu dari gerakan Hasta
Uttanāsana tangan diturunkan diikuti dengan
menghembuskan nafas dengan kedua tangan berada dalam
posisi namaskara mudra/ anjali mudra atau kedua tangan di
depan dada, konsetrasi utama dari gerakan ini ialah anāhata
cakra (Sarasvati, 2002:56

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


74

Pada tahap ini peserta didik melakukan gerakan Sūrya Namaskāra


langkah demi langkah, guru berperan sebagai instruktur sekaligus
pembimbung yang mengendalikan kegiatan guru juga mengingatkan
siswa yang kurang serius agar memfokuskan diri pada kegiatan
supaya menhayati setiap gerakan. Jika waktu masih tersedia, ulangi
melakukan langkah demi langkah dengan terlebih dahulu
mendiskusikan hal-hal yang perlu diperbaiki. Peneliti
mewawancarai guru dengan pertanyaan: Bagaimana peran guru
pada saat pelaksanaan praktik Yoga ? Dalam kesempatanya Wahyu
Kristiani, S.Pd.H selaku guru yang membimbing yoga mengatakan
:
Pada proses kegiatan inti guru yang adalah sebagai
instruktur, pendamping sekaligus mediator harus mampu
melakukan Yoga, memiliki kemampuan untuk melakukan
Yoga itu sendiri. Guru harus menginformasikan sumber dan
aturan dalam beryoga. Guru juga harus mendampingi,
mengarahkan dan mau secara langsung memperbaiki
posisi/gerakan yang salah pada peserta didik.

Gambar 4.17. Pelaksanaan Yoga Sūrya Namaskāra di pasraman


Purna Lingga
Sumber : Dokumentasi Pribadi 2020
Pada tahapan ini siswa diberikan tahapan penguatan agar siswa memiliki
pribadi yang mampu dibimbing dalam hal yang berkaitan dengan dunia
pendidikan, dengan harapan penguatan bisa menjadi landasan pendidikan
seumur hidup dalam artian tidak diingat atau dipraktikan hanya dalam
ruang lingkup sekolah tetapi juga berlaku diluar sekolah.
d. Śavāsana,

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


75

Śavāsana, adalah sikap relaksasi yogis harus dilakukan dengan


kesadaran bernafas setelah menyelesaikan Sūrya Namaskāra. Ini
membantu untuk mengistirahatkan dan menghilangkan ketegangan
yang ada di dalam tubuh. Śavāsana, yang dikenal sebagi “posisi
mayat”memerlukan kehendak sadar dari seluruh badan untuk santai
sampai terasa lemas, sehingga bagaikan mayat yang tanpa nyawa.
Dengan melakukan Šavāsana selama beberapa menit membuat
tubuh disegarkan kembali seepenuhnya. Relaksasi setelah
melakukan Sūrya Namaskāra merupakan bagian sangat penting
karena akan memberi kesempatan pada tubuh untuk mengadakan
pengaturan dan melepaskan racun apa pun yang terlanjur masuk
dalam peredaran darah. Pernyataan diatas selaras dengan apa
disampaikan pada wawancara oleh Putu Sriasih SP.d selaku
instruktur yoga di pasraman Purna Lingga dengan pertanyaan :
Mengapa anak-anak selalu melakukan Savasana sebelum
mengakhiri kegiatan Yoga ?
savasana menjadi bagian terpenting dalam latihan yoga.
Setelah melakukan asanas (gerakan fisik) yang cukup berat,
dan membantu tubuh untuk mempersiapkan keheningan
pikiran dan tubuh itu sendiri, Savasana menjadi pose relaksasi,
untuk mengumpulkan energi dan savasana menekankan
pentingnya beristirahat dan proses pemulihan tubuh yang telah
melakukan aktivitas berat sehingga dapat kembali membuat
tubuh dalam keadaan rileks dan mampu meningkatkan
konsentrasi sehingga tubuh siap untuk beraktivitas kembali.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, upaya guru dalam memaksimalkan
pelaksanaan Yoga di pasraman Purna Lingga berjalan sesuai agenda yang sudah
disiapkan, setiap guru mempunyai tugas masing-masing, seperti guru membimbing
siswa melakukan gerakan yang benar, menjadi instruktur, serta memberikan contoh
pada setiap gerakan.

4.2.2 Efektivitas Guru dalam mengembangkan kemampuan Psikomotorik


Siswa di pasraman Purna Lingga

Pengembangan Psikomotorik di pasraman Purna Lingga mengacu pada


kegiatan Yoga yang dilaksanakan, untuk itu peneliti mengukur efektivitas upaya

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


76

tersebut melalui pemahaman materi yang diberikan oleh guru yaitu tentang Sūrya
Namaskāra kepada siswa kelas IX . Dimana setiap peserta didik `mempraktikan 12
gerakan tiga kali dalam seminggu, dengan rubrik penilaian sebagai berikut:

Tabel 4.2

RUBRIK PENSKORAN ASANA SŪRYA NAMASKĀRA SISWA


KELAS IX PASRAMAN PURNA LINGGA

No. Aspek Nilai Penilaian


Gerakan Sūrya A (Sangat Baik) Point 3 B (Baik) C (Cukup)
Namaskāra Point 2 Point 1
1. Pranamāsana Jika memenuhi 3 kriteria ; Jika hanya Jika hanya
(Sikap berdoa) 1. Kaki sedikit terbuka
memenuhi 1 kriteria
(dibuka selebar satu
kepalan tangan). 2 kriteria yang
2. Telapak tangan dilakukan
diletakan di dada
dengan posisi secara
dicakupkan benar
3. Menghembuskan nafas
2. Hasta Uttanāsana Jika memenuhi kriteria 4-5; Jika hanya Jika hanya
1. Kaki sedikit terbuka
(Sikap kedua 2-3 1 kriteria
2. Kedua tangan diangkat
lengan terangkat) dan direnggangkan memenuhi yang
diatas kepala dengan kriteria dilakukan
telapak tangan
menghadap keatas secara
3. Kepala menghadap ke benar
atas
4. Punggung sedikit
dilengkungkan
kebelakang
5. Menarik nafas
3 Pādahastāsana Jika memenuhi kriteria 4 ; Jika hanya Jika hanya
1. Kedua kaki rapat
(Sikap 2-3 1 kriteria
2. Pinggul membungkuk
membungkuk kebawah (Kepala memenuhi yang
mencium lutut)
hingga tangan kriteria dilakukan
3. Kedua telapak tangan
mencapai kaki) menyentuh lantai
4. Menghembuskan nafas

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


77

secara
benar
4 Aśva Jika memenuhi kriteria 4-5 ; Jika hanya Jika hanya
1. Tekuk lutut kaki kanan
Sańcalanāsana 2-3 1 kriteria
(90 derajat) sambil
(Sikap menarik kaki kiri memenuhi yang
kebelakang dengan
menunggang kriteria dilakukan
lutut dan punggung
kuda) kaki kiri menyentuh secara
lantai
benar
2. Rongga dada
membuka
dibubusungkan
kedepan
3. Kepala menghadap
keatas
4. Kedua jari tangan
menyentuh lantai
5. Menarik nafas
5 Parvatāsana Jika memenuhi kriteria 4-5 ; Jika hanya Jika hanya
1. Kedua kaki sedikit
(Sikap gunung) 2-3 1 kriteria
terbuka (Kaki dibuka
selebar pinggul atau memenuhi yang
satu jengkal tangan)
kriteria dilakukan
2. Pinggul dan badan
diarahkan kebawah secara
3. Kedua tangan
benar
menopang tubuh dan
menyentuh lantai
4. Posisi kepala diletakan
diantara kedua lengan
5. Menghembuskan nafas
6 Aṣṭāńga Jika memenuhi kriteria 4 ; Jika hanya Jika hanya
1. Kedua lutut ditekuk
Namaskāra 2-3 1 kriteria
menyentuh lantai.
(Pemberian 2. Pantat (Bokong) memenuhi yang
sedikit diangkat keatas
hormat dengan 8 kriteria dilakukan
3. Tangan, dagu, dan
anggota tubuh) kedua telapak tangan secara
menyentuh lantai
benar
(Dagu, kedua tangan,
dada, kedua lutut dan
kedua bola kaki
menyentuh lantai/ 8
Titik tubuh).
4. Kedua tangan berada
disamping rusuk, siku

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


78

membentuk sudut 90
derajat.
5. Menghembuskan nafas
7 Bhujańgāsana Jika memenuhi kriteria 6-5 ; Jika hanya Jika hanya
1. Pinggul direndahkan
(Sikap kobra) memenuhi 1-2
hingga menyentuh
(Urutkan dari atas lantai 4-3 kriteria kriteria
2. Kedua ibu jadi kaki
ke bawah organ yang
menyentuh lantai
tubuh atau dari (Kedua punggung kaki dilakukan
menempel pada
bawah ke atas) secara
lantai).
3. Rongga dada benar
dibusungkan kedepan
4. Kepala mengarah ke
depan.
5. Kedua telapak tangan
menyentuh lantai
dengan siku sedikit
menekuk (60 derajat)
6. Menarik nafas
8 Parvatāsana Jika memenuhi 5 kriteria ; Jika hanya Jika hanya
1. Kedua kaki sedikit
(Sikap gunung) 2-3 1 kriteria
terbuka (Kaki dibuka
selebar pinggul atau memenuhi yang
satu jengkal tangan)
kriteria dilakukan
2. Pinggul dan badan
diarahkan kebawah secara
3. Kedua tangan
benar
menopang tubuh dan
menyentuh lantai
4. Posisi kepala diletakan
diantara kedua lengan
5. Menghembuskan nafas
9 Aśva Jika memenuhi 5 kriteria ; Jika hanya Jika hanya
1. Tekuk lutut kaki kanan
Sańcalanāsana 2-3 1 kriteria
sambil menarik kaki
(Sikap kiri kebelakang memenuhi yang
dengan jempol kaki
menunggang kriteria dilakukan
kiri dan lutut
kuda) menyentuh lantai secara
(Kaki kiri melangkah
benar
ke depan membentuk
sudut 90 Derajat).
2. Rongga Dada
dibubusungkan
kedepan

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


79

3. Kepala menghadap ke
depan.
4. Kedua jari tangan
menyentuh lantai
5. Menarik nafas
10 Pādahastāsana Jika memenuhi kriteria 4 ; Jika hanya Jika hanya
1. Kedua kaki rapat
(Sikap 2-3 1 kriteria
2. Pinggul membungkuk
membungkuk kebawah (Kepala memenuhi yang
mencium lutut)
hingga tangan kriteria dilakukan
3. Kedua telapak tangan
mencapai kaki) menyentuh lantai secara
4. Menghembuskan nafas
benar
11 Hasta Uttanāsana Jika memenuhi kriteria 4-5 ; Jika hanya Jika hanya
1. Kaki sedikit terbuka
(Sikap kedua 2-3 1 kriteria
2. Kedua tangan diangkat
lengan terangkat) dan direnggangkan memenuhi yang
diatas kepala dengan
kriteria dilakukan
telapak tangan
menghadap keatas secara
3. Kepala menghadap ke
benar
atas
4. Punggung sedikit
dilengkungkan
kebelakang
5. Menarik nafas
12 Pranamāsana Jika memenuhi kriteria ; Jika hanya Jika hanya
1. Kaki sedikit terbuka
(Sikap berdoa) memenuhi 1 kriteria
(dibuka selebar satu
kepalan tangan). 2 kriteria yang
2. Telapak tangan
dilakukan
diletakan di dada
dengan posisi secara
dicakupkan
benar
3. Menghembuskan nafas
Penilaian
A = Sangat baik (skor 3)
B= Baik (skor 2)
C= Cukup (skor 1)

Nilai = Skor Perolehan : Skor maksimal X 100 = Nilai akhir

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


80

Edwardes (1981) menjelaskan bahwa proses pembelajaran praktik


mencakup tiga tahap, yaitu penyajian dari pendidik, kegiatan praktik peserta didik,
penilaian hasil kerja peserta didik. Rubrik tersebut diatas menjadi acuan peneliti
untuk menilai gerakan Sūrya Namaskāra dengan cara peneliti meminta siswa
mempraktikan gerakan tersebut tiga kali dalam seminggu. Berikut adalah hasil dari
penilaian praktik Sūrya Namaskāra siswa kelas IX pasraman Purna Lingga

Tabel 4.3

DAFTAR HASIL NILAI PRAKTIK ASANA SŪRYA NAMASKĀRA SISWA


KELAS IX PASRAMAN PURNA LINGGA

NO NAMA SISWA NILAI

1 A.A.A M. Harvani Saraswati 91

2 AA Raka Bisma P 91

3 Ida Bagus Anom S 94

4 Ida Bagus Anggas Putra 91

5 Ida Bagus Putu W.S 91

6 I Wayan Surya Darma 91

7 Ni Komang Putri Intan S 94

8 Ni Made Jovita M 91

9 Ni Komang Trisna M 91
94
10 Pramesti Tiara P
94
11 Ni Putu Maheswari

KKM : 70

No Rentang Nilai Kategori


1 90,01-100 A ( Sangat Baik )
2 80,01-90,00 B ( Baik )
3 70,00-80,00 C ( Cukup )

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


81

Sebuah pengetahuan yang utuh tidak hanya dinilai dari salah satu aspek saja
tetapi menyeluruh baik itu pengetahuan praktik maupun teori yang didalamnya
terdapat pemaknaan dari setiap gerakan, untuk itu peneliti juga mempersiapkan
penilaian yang bersifat pengetahuan dan pemaknaan dari gerakan Sūrya
Namaskāra. Berikut adalah kisi-kisi penilaian kognitif terkait praktik Sūrya
Namaskāra
Tabel 4.4
Rubrik Penilaian Ranah Kognitif

No. Konten/Materi Indikator Soal Level Kognitif Nomor


Soal
1. Sūrya Disajikan deskripsi C2 1
Namaskāra tentang Sūrya (Pengetahuan) 2
Namaskāra . Peserta
didik mampu memahami
tentang Sūrya
Namaskāra
Disajikan gambar tentang C2 3
gerakan Sūrya (Pengetahuan) 4
Namaskāra Siswa dapat
menunjukkan jawaban
yang tepat mengenai
definisi tersebut.
Disajikan deksripsi C3 (Penerapan) 5
tentang manfaat gerakan
Hasta Uttanasana Siswa
dapat mendiskripsikan
definisi yang benar
mengenai gerakan postur
pada gerakan tersebut
Disajikan gambar dan C3 (Penerapan) 6
deskripsi tentang gerakan

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


82

Sūrya Namaskāra ,
peserta didik mampu
menunjukan posisi nafas
dalam gerakan tersebut
Disajikan gambar tentang C2 7
gerakan Sūrya (Pengetahuan)
Namaskāra . Siswa dapat
memberikan jawaban
yang tepat terkait doa
pada gerakan tersebut
Disajikan gambar C3 (Penerapan) 8
gerakan Sūrya
Namaskāra . Siswa dapat
menunjukan nomor
urutan pada gerakan
tersebut
Disajikan deskripsi C3 (Penerapan) 9
mengenai Sūrya
Namaskāra , Siswa dapat
menunjukan gerakan
yang sesuai dengan
pernyataan sesuai dengan
deskripsi
Disajikan gambar C3 (Penerapan) 10
gerakan Sūrya 11
Namaskāra . Siswa dapat 12
menentukan manfaat
pada gerakan tersebut

Disajikan gambar C3 (Penerapan) 13


gerakan Sūrya

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


83

Namaskāra . Siswa dapat


menentukan keadaan
nafas pada saat
melakukan gerakan
tersebut
Disajikan deskripsi C3 (Penerapan) 14
tentang Sūrya 15
Namaskāra Peserta didik
mampu memahami
tentang Sūrya
Namaskāra
Disajikan deskripsi C3 (Penerapan) 16
tentang gerakan Sūrya 17
Namaskāra Peserta didik
mampu memahami
bentuk gerakan tersebut
Disajikan deskripsi C2 18
tentang Yoga Sūrya (Pengetahuan)
Namaskāra . Peserta
didik mampu
menunjukan Maharsi
pencipta Yoga
Disajikan deskripsi C3 19
tentang Sūrya (Pengetahuan)
Namaskāra . Siswa dapat
memahami tentang
manfaat Sūrya
Namaskāra secara
menyeluruh
Disajikan gambar tentang C2 20
gerakan Sūrya (Pengetahuan)
Namaskāra . Siswa dapat

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


84

memberikan jawaban
yang tepat terkait doa
pada gerakan tersebut

Hakikat dari suatu pendidikan adalah adanya perubahan tingkah laku


menuju arah yang lebih baik. Dalam suatu proses pembelajaran seorang siswa
dapat menampilkan kemampuannya dengan sebaik mungkin adalah dambaan dari
setiap pendidik. Untuk mendapatkan respon yang positif maka seorang pendidik
harus memberikan stimulus kepada peserta didik. Hal ini didukung apa yang
dikemukakan oleh Thorndike bahwa belajar adalah proses interaksi antar stimulus
(berupa pikiran, perasaan, atau gerakan dan respon). Dengan memberikan stimulus
kepada peserta didik yaitu soal seputar Sūrya Namaskāra.

Berikut ini adalah nilai dari soal uji coba yang diberikan kepada siswa kelas
IX :

Tabel 4.5

DAFTAR HASIL NILAI SISWA KELAS IX PASRAMAN PURNA


LINGGA TENTANG MATERI SŪRYA NAMASKĀRA

NO NAMA SISWA NILAI

1 A.A.A M. Harvani Saraswati 85

2 AA Raka Bisma P 80

3 Ida Bagus Anom S 90

4 Ida Bagus Anggas Putra 100

5 Ida Bagus Putu W.S 90

6 I Wayan Surya Darma 95

7 Ni Komang Putri Intan S 100

8 Ni Made Jovita M 100

9 Ni Komang Trisna M 90
100
10 Pramesti Tiara P

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


85

90
11 Ni Putu Maheswari

KKM : 70

No Rentang Nilai Kategori


1 90,01-100 A ( Sangat Baik )
2 80,01-90,00 B ( Baik )
3 70,00-80,00 C ( Cukup )

Soal yang diberikan menjadi salah satu upaya dalam mengukur materi yang
diberikan guru kepada siswa. Efektivitas upaya guru terkait pelaksanaan yoga
mengacu pada perubahan pengetahuan siswa terhadap apa yang mereka pelajari.
Peneliti menyimpulkan bahwa efektivitas upaya guru di pasraman Purna Lingga
menunjukan perubahan positif, baik dari segi Psikomotorik maupun dari segi teori
dari kegiatan Yoga yang dilaksanakan di pasraman Purna Lingga.

Hal ini selaras dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori
Kinestik menurut Howard Gardner dalam (Julia Jasmine 2017), kecerdasan
kinestetik adalah saat dimana kita mampu menggunakan gerakan-gerakan seperti
berlari, menari, membangun sesuatu seperti seni atau kerajinan tangan termasuk
dalam hal ini adalah beryoga. Siswa di Pasraman Purna Lingga dapat mempraktikan
gerakan yoga Surya Namaskara dengan baik sesuai dengan yang diajarkan oleh
pendidik, Itu berarti, jika memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi pada satu hal,
tidak berarti pada bidang kecerdasan lainnya juga berlaku hal yang sama.

4.2.3 Manfaat Sūrya Namaskāra untuk siswa

Sūrya Namaskāra merupakan sikap yoga yang menunjukkan rasa terima


kasih kepada matahari. Terdapat 12 gerakan yoga dalam satu set asanas yang dapat
membawa tubuh, napas, dan pikiran Anda menjadi satu. Anak-anak adalah pribadi
yang sempurna namun tidak terekpresikan. Terdapat benih-benih yang
mengandung keseluruhan ini hanya saja masih dalam bentuk potensial dalam
dirinya.

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


86

Svāmī Yogabhakti Sarasvati pendiri dari Satyānandāśrama, telah


mempelajari penggunaan Sürya Namaskära secara ekstensif dalam ruang kelas
untuk menyeimbangkan sisi intuisi dan kecerdasan anak-anak. Beliau menyatakan
dalam . (Svami, terj., Dewi Paramitha, 2002:60):

"Pendapat dari para orang-tua, anak dan guru sama, bahwa dengan
mengajarkan latihan yoga, seperti Sūrya Namaskāra pada anak-anak
menunjukkan keberhasilan di sekolah kami, Banyak orang-tua yang
menyarankan bahwa latihan yang telah mereka saksikan itu memnberi
keseimbangan pada anak-anak mereka, sehingga harus terus di lanjutkan.
Satu-satunya pertanyaan yang muncul disini adalah tentang pelatihan lebih
banyak lagi guru-guru dalam metode ini”.
Menurut pengamatan dari peneliti bahwa peserta didik di Pasraman Purna
Lingga sudah mengembangkan psikomotoriknya dengan baik yaitu adanya sikap
semangat melaksanakan pembelajaran didalam kelas tidak terlihat lesu dan banyak
akal dalam proses pembelajaran. Selain itu berhubungan penelitian dilakukan pada
saat covid 19 ini menjadikan siswa mendapat manfaat yang lebih bagi kesehatan
tubuh seperti nyang disampaikan Putu Sriasih, SP.d dalam wawancara tanggal Tgl
10 juni 2020 dengan pertanyaan Manfaat apa yang bisa dirasakan oleh guru dan
siswa dari pelaksanaan yoga dipasraman Purna Lingga ?

Di tengah pandemic saat ini tentu sangat bermanfaat selain untuk


menenangkan pikiran agar kembali fresh juga dapat menjaga stamina tubuh,
selain itu dapat membuat anak-anak dari sd sampai smp saling bekerja sama
dan berinteraksi, melatif focus dan juga melatih kemampuan psikomotrik
siswa.
Pernyataan diatas selaras dengan pernyataan Wahyu Kristiani, S.Pd.H dalam
kesempataan wawancara 18 juni 2020 mengatakan :

Manfaat yang dirasakan dari kegiatan ini banyak sekali, seperti kesehatan
badan semua warga pasraman yang mengikuti, kerjasama antara guru dan
peserta didik menjadi lebih baik, guru dan peserta didik menjadi lebih akrab,
pembelajaran pasraman tidak membosankan, pikiran menjadi tenang, semua
warga pasraman senang. Hal ini tentu dapat membentuk energy positif di
lingkungan pasraman, sehingga perlu untuk terus dilakukan demi
terwujudnya kesehatan jasmani dan rohani semua warga pasraman.
Berdasarkan pernyataan tersebut diatas manfaat yoga dapat menumbuhkan rasa
kekeluargaan antara guru dan pihak orangtua murid, melalui yoga mereka dapat
saling memberikan energy positif. Pernyataan selaras juga disampaikan oleh siswa

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


87

dalam kesempatan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 18 juni
2020 dengan pertanyaan: Manfaat apa yang anda rasakan setelah melaksanakan
kegiatan Yoga Sūrya Namaskāra Ida Bagus Anom menyampaikan :

Manfaat yang saya peroleh tidur saya menjadi lebih nyenyak setelah
melaksanakan yoga Sūrya Namaskāra, badan saya pun menjadi lentur dan
sehat. Efek yang saya rasakan saya menjadi tidak mudah pusing saat guru
memberikan soal-soal yang rumit dan saya lebih tidak mudah marah.dan
saya merasa lebih percaya diri didalam kelas.
I Gusti Bagus Anggas P.M dalam kesempatanya menyampaikan :
Saya merasa tubuh saya menjadi lebih baik dalam hal kesehatan, apalagi
dalam kondisi cuaca hujan saya tidak mudah demam, dan tetap fit dalam
melakukan tugas-tugas yang diwajibkan untuk saya, seperti belajar dirumah,
membantu orangtua itu saya lakukan dengan senang. Dan lebih percaya diri
pada saat didalam kelas
AAA. Maheswari Harvani Saraswati dalam kesemapatanya menyampaikan :
Dulu sebelum latihan Sūrya Namaskāra saya merasa cepat pusing dan nafas
tidak beraturan, namun setelah melaksanakan Sūrya Namaskāra saya
menjadi lebih sehat dan tidak mudah pusing
I Wayan Surya Darma dalam kesemapatanya menyampaikan :
Manfaat yang saya rasakan setelah melaksanakan kegiatan yoga Sūrya
Namaskāra adalah saya menjadi merasa lebih sehat dan tidak gampang
sakit, badan saya juga menjadi lebih lentur saya pun menjadi bersemangat
dalam melakukan kegiatan olahraga lainya. Saya menjadi lebih giat belajar
dan percaya diri dikelas karena badan saya selalu fit untuk menerima
pelajaran dari guru, selain itu saya juga tidak mudah mengantuk didalam
kelas
Ida Bagus Putu Windhu Sara dalam kesemapatanya menyampaikan :

Tubuh saya menjadi lebih sehat dan bugar, saya pun menjadi tidak gampang
sakit serta lebih bahagia dibandingkan sebelum saya melakukan kegiatan
Yoga didalam kelas pun saya menjadi percaya diri
A A Raka Bisma P dalam kesemapatanya menyampaikan :
mood saya menjadi lebih terkontrol tidak mudah marah kepada teman dan
tubuh saya menjadi lebih sehat, serta otot saya tidak terasa kaku dikelas
menjadi lebih aktif dan percaya diri.
Ni Komang Putri Intan Sari dalam kesemapatanya menyampaikan :

Badan saya terasa lebih sehat dan tidak pegal, pernapasan saya menjadi
lebih lancar dan daya tahan tubuh saya meningkat. Saya merasa lebih
nyaman dan berkonsentari saat belajar didalam kelas dan saat guru

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


88

menerangkan saya menjadi lebih bersemangat mendengarkan, selain itu


saya juga tidak gampang pusing. Dikelas pun saya menjadi aktif dan percaya
diri menjawab pertanyaan guru.
Ni Komang Trisna S dalam kesemapatanya menyampaikan :

Saya menjadi bersemangat dalam belajar dan selalu berfikir positif kepada
teman-teman dan orang disekitar saya, dalam belajar saya merasa lebih
fokus dan percaya diri.
Ni Putu Maheswari dalam kesemapatanya menyampaikan :
Badan menjadi lebih bugar, pernapasan menjadi lebih lancar, otot-otot
menjadi lentur dikelas menjadi aktif dan percaya diri
Ni Made Jovita Maheswari dalam kesemapatanya menyampaikan :
Saya merasa jauh lebih baik dan sehat dari sebelumnya. Saya berpikir bahwa
kegiatan ini akan sangat menyehatkan jika dilakukan secara rutin setiap tiga
kali dalam seminggu.
Berdasarkan pernyaatan tersebut diatas peneliti menyimpulkan bahwa
manfaat dari kegiatan yoga di pasraman Purna Lingga bagi siswa dan guru adalah
sebagai pedoman untuk hidup sehat karena dengan melakukan yoga banyak
manfaat yang diperoleh dari segi kesehatan, seperti lebih berkonsentrasi dalam
menerima pembelajaran, berfikir positif, dan tubuh menjadi lebih sehat, serta yoga
juga sebagai media menjalin tali persaudaraan antara wali murid dan guru.

Tabel 4.6

SISWA KELAS IX PASRAMAN PURNA LINGGA LEBIH MERASA


PERCAYA DIRI SETELAH MELAKSANAKAN YOGA SŪRYA
NAMASKĀRA

NO NAMA SISWA MERASA LEBIH PERCAYA DIRI

1 A.A.A M. Harvani Saraswati -

2 AA Raka Bisma P 

3 Ida Bagus Anom S 

4 Ida Bagus Anggas Putra 

5 Ida Bagus Putu W.S 

6 I Wayan Surya Darma 

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


89

7 Ni Komang Putri Intan S 

8 Ni Made Jovita M -

9 Ni Komang Trisna M 
-
10 Pramesti Tiara P

11 Ni Putu Maheswari

Berdasarkan data tersebut diatas menurut responden kelas IX siswa


pasraman Purna Lingga dari 11 siswa 8 diantaranya merasa lebih percaya diri
didalam kelas, hal ini menunjukan bahwa dengan melakukan Yoga Sūrya
Namaskāra siswa lebih merasa percaya diri.

4.2.3 Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Yoga di Pasraman Purna


Lingga

Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah kendala-


kendala apa sajakah yang dihadapi guru dan siswa dalam pelaksanaan Yoga di
pasraman Purna Lingga. Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh guru-guru,
peneliti dapat mengkategorikan kendala-kendala yang dihadapi guru dalam
beberapa kategori, yaitu:

1. Tempat pelalaksanaan Yoga yang kurang luas


Salah satu yang menjadi kendala bagi guru dalam melaksanakan kegiatan
Yoga adalah lokasi pelaksanaan yang sempit dikarenakan tempat
pelaksanaanya dilakukan di utama mandala Pura Penataran Agung Kertha
Bumi Taman Mini Indonesia Indah yang tergolong cukup sempit untuk
dilaksanakanya pelaksanaan Yoga. Hal ini disamapikan Putu Sriasih SP.d
selaku guru yang menjadi instruktur Yoga di Pasraman Purna Lingga,
peneliti menanyaka masalah apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
Yoga, pada kesempatanya beliau menyampaikan:
Kendala nya, selain tempat nya yang kurang luas mengingat anak-
anak dengan jumlah yang lumayan banyak belum lagi ada orang tua
murid yang terkadang ikut latihan yoga bersama, dan juga yang
sangat menjadi kendala adalah ketika saya sedang cuntaka
(menstruasi) atau anak-anak yang perempuan jadi tidak bias

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


90

mengikuti latihan karena latihan yoga dilakukan di utama mandala,


selain dari itu so far so good.

2. Sarana dan prasarana


Untuk melakukan yoga dibutuhkan alat pendukung untuk melakukanya
seperti matras yang berfungsi untuk membantu melatih tubuh lebih
nyaman, mencegah adanya cedera saat melakukan senam lantai. Namun
masih ada beberapa siswa yang masih tidak mendapatkan matras saat
latihan hal ini tentu menghambat kegiatan pelaksanaan Yoga yang
dilaksanakan di pasraman Purna Lingga. Hal ini disamapikan Wahyu
Kristiani, S.Pd.H selaku guru yang menjadi instruktur Yoga di Pasraman
Purna Lingga pada kesempatanya beliau menyampaikan:

Kendala secara umum yang dihadapi guru adalah prasarana yang


masih kurang, seperti jumlah matras yang masih lebih banyak dari
pada siswanya sehingga ada beberapa siswa yang tidak menggunakan
matras, sehingga hal ini mempersulit siswa untuk melakukanm
gerakan secara nyaman.

3. Lokasi pelaksanaan Yoga terlalu jauh


Pelaksanaan yoga dan pasraman dilakukan pada lokasi yang berbeda
ini menghambat siswa dan guru dalam melaksanakan Yoga. Dalam proses
pelaksanaan sering dijumpai banyak siswa yang terlambat dating kelokasi
hal ini terjadi karena jarak dari rumah siswa ke lokasi dilaksanakanya yoga
yang cukup jauh. . Hal ini disamapikan Ni Ketut Seniariti M.Pd selaku
kepala Pasraman Purna Lingga pada kesempatanya beliau menyampaikan:

Kendala secara garis besar yang terlihat adalah lokasi pelaksanaan


Yoga yang cukup jauh dari lokasi pasraman sehingga menghambat
datangnya anak-anak pada saat pelaksanaan Yoga, karena lokasi yoga
berada di Pura TMII Jakarta Timur sedangkan pasraman terletak di
Bekasi, hal ini menjadi masalah dan memakan waktu cukup lama
diperjalanan.
Berdasarakan uraian dan hasil wawancara diatas kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan yoga di pasraman purna lingga berkaitan
dengan sarana dan prasarana dalam hal ini pihak guru menanggulangi
dengan cara berdiskusi dengan pihak wali murid untuk menanggulai

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


91

masalah tersebut, peneliti melihat bahwa upaya guru dalam


mengembangkan kemampuan psikomotorik berjalan sesuai dengan rencana
yang telah dipersiapkan hal ini dibuktikan dengan tetap terlaksananya
kegiatan tersebut hingga saat ini.

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


92

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil data dari penelitian yang diperoleh peneliti bahwa
kesimpulan pada rumusan masalah pertama adalah sebagai berikut :
1. Guru di pasraman Purna Lingga dalam mengembangkan kemampuan
psikomotorik siswa dengan melaksanakan yoga di pura Penataran
Agung Kertabumi dan upaya yang dilakukan antara lain:
mempersiapkan materi pelaksanaan Yoga, mempersiapkan sarana dan
prasanana, melaksanakan pembelajaran online dan sampai pada tahap
pelaksanaan guru memberikan bimbingan. sebagai instruktur, sekaligus
mediator yang harus mampu melakukan Yoga. Guru harus
menginformasikan sumber dan aturan dalam beryoga. Guru juga harus
mendampingi, mengarahkan dan mau secara langsung memperbaiki
posisi/gerakan yang salah pada peserta didik.
2. Dalam hal pelaksanaan pengembangan psikomotorik tidak hanya guru
yang menjadi pembimbing siswa namun dibutuhkan kerjasama dengan
wali murid sehingga saling berkontribusi dalam pengembangan
psikomotorik peserta didik.

Pada rumusan masalah kedua, peneliti dapat menyimpulkan sebagai


berikut :

Ada hubungan antara upaya guru terhadap pengembangan


psikomotorik siswa, ini dibuktikan dengan baiknya hasil penilaian
psikomotorik dan pemaknaan siswa terhadapa materi yang diberikan di
pasraman Purna Lingga, serta dampak yang dirasakan siswa sangat
bermanfaat bagi pengembangan psikomotorik maupun kepercayaan diri.
Menurut responden kelas IX siswa pasraman Purna Lingga dari 11 siswa, 8
diantaranya merasa lebih percaya diri.

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


93

5.2 Saran
Adapun saran yang penulis sampaikan terkait judul skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi guru pasraman pengembangan psikomotorik siswa melalui
Yoga bagus untuk diterapkan, baik di pasraman maupun sekolah
umum karena dengan berlatih Yoga peserta didik bisa lebih
percaya diri serta lebih sehat secara jasmani maupun rohani. Dan
semoga penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk pasraman dan
sekolah lain untuk lebih mengembangkan kemampuan
psikomotorik siswa.
2. Bagi peserta didik agar selalu belajar dengan baik terkait hal
psikomotorik karena setiap anak memiliki kecerdasan dan bakat
yang berbeda-beda untuk itu menggali potensi dengan belajar
banyak hal sangat penting dilakukan.

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


94

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku :

Asmani, Ma’mur Jamal. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian


Pendidikan, Jogjakarta: Diva Press, 2011.

Anderson, Lorin W. & Krathwohl, David R.. Kerangka Landasan Untuk


Pembelajaran, Pengajaran, Dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010.

Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta,


2006

Adiputra Rudia, Gede. Pengetahuan Dasar agama Hindu. Jakarta IPEBI Bank
Indonesia, 2009.

Buttler, F Coit. Instructional System Development for Vocational and Technical


Training. Educational Technology Publication Inc. New Jersey: Englewood
Cliffs, 1972.

Atmaja Prawira, Purwa. Psikologi Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.

Chidananda, S.S. The Philosophy, Psychology And Practice Of Yoga. India: The
Divine Life Society, 1984.

Darmadi, Hamid. Metode Penelitian Pendidikan Dan Sosial. Bandung: Alfabeta,


2014.

Dudung, Agus. Penilaian Psikomotor. Depok: Karima, 2018.

Djamarah, Bahri Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu
Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002

Edwardes, HN. Bagaimana Membantu Orang Belajar Keterampilan.


Padang:FPTK –IKIP Padang 1981.

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


95

Hamdani Hamid. Pengembangan Sistem Pendidikan di Indonesia, Bandung:


Pustaka Setia, 2013.

Hamzah B. Uno. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi


Aksara, 2010.

Hasan, Alwi, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional Balai Pustaka, 2005.
Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: PT. Bumi Aksar, 2011.
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga, 1996.

Irham D, Muhammad dkk. Psikologi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2013.

Jasmine, Julia. Metode Mengajar Multiple Intelligences Bandung: Penerbit Nuansa,


2017.

Jendra, I Wayan. Karmaphala Pedoman dan Tuntunan Moral, Hidup Sejahtera,


Bahagia, dan Damai.Denpasar: Deva, 2006.

Kamajaya, Gede. Yoga Kundalini, Surabaya: Paramita, 2000.

Krishna, Anand. 2015. Yoga Sutra Patanjai Bagi Orang Modern. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Kolluru, V.R. Risk Assesment and Management Handbook. Mc Graw and Hill :
New York 1996.

Komariah, Aan Djam’an Satori. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta,


2011.

Koentjaraningrat. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia, 1997.

Lwin, May dkk. How to Multiply Yaour Child’s Intelligences, Cara


Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan, Penerjemah: Christine
Sujana, Jakarta: PT Indeks, 2008

Mardalis. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara,


2006.

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


96

Moleong, J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung :PT. Remaja


Rosdakarya, 2004.

Mulyasa. E. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan


Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008.

Majid Abdul. Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005

Minarti Sri. Ilmu Pendidikan Islam: Fakta Teoritis-Filosofis dan Aplikatif-


Normatif. Jakarta: Amzah, 2013.

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara,


2006.

Pujileksono, Sugeng. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang: Kelompok


Intrans Publishing, 2015.

Santrock,John W. Psikologi Pendidikan. Terj. Tri Wibowo B.S. Jakarta: Kencana,


2008.

Suryadi. Kiat Jitu dalam Mendidik Anak. Jakarta: Edsa Mahkota (2006).

Satori, Djam’an, Aan Komariah. Metodelogi Penelitian Kualitatif.


Bandung:Alfabeta, 2014.

Sarasvati, Svami Satyananda. Sūrya Namaskāra. Terj I.G.A Dewi Paramitha SS.
Paramitha, 2002.
Saraswati, Swami Satya Prakash. Patanjali Raja Yoga. Surabaya: Paramita,1996.
Setiawan, I Ketut. Metodelogi Penelitian, 2014.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya, Jakarta:


Bumi Aksara, 2003.

Sivananda, Sri Svami. 1998. Pengetahuan Dan Pengendalian Prāṇa. Surabaya:


Paramita.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2014.

Supardi. Kinerja Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014.

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


97

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Sujana. I Made Dkk. Yoga. Dirjen Bimas Hindu Kementrian Agama


Republik:Indonesia, 2012.

Suryadi. Kiat Jitu dalam Mendidik Anak. Jakarta: Edsa Mahkota, 2006.

Sumawa, I Wayan dan Krisnu, Materi Pokok Darsana. Direktorat Bimbingan


Masyarakat Hindu dan Budha, Dept.Agama:Jakarta, 1995.

Sagala. Syaiful Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.


Bandung: Alfabeta, 2009.

Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), Jakarta: Sinar Grafika,
2010.

Referensi Skripsi :

Sudarsana, I Made. 2018. Analisis Praktik Yoga Surya Namaskara Dalam


Memperkuat Nilai Karakter Umat Hindu Di DKI Jakarta. Skripsi
Sarjana, Program Studi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Jakarta.
Yasa, I Kadek Nova Wibawa.. Analisis Gerakan Surya Namaskara Sebagai
Landasan Pendidikan Disiplin Siswa Dan Manfaatnya Bagi Kesehatan
Fisik. Skripsi Sarjana, Program Studi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan,
Jakarta. 2017

Referensi Jurnal :

Ari Lastini Ni Nyoman. “Bentuk Ajaran Catur Guru Di Sekolah Dasar Negeri 11
Sanur Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar” ADI WIDYA: Jurnal
Pendidikan Dasar Volume. 3, Nomor 1 April 2018

Darmadi Hamid. “Tugas, Peran, Kompetensi, Dan Tanggung Jawab Menjadi Guru
Profesiona”Jurnal Edukasi, Vol. 13, No. 2, Desember 2015diakses 20 Mei
2020)
I Putu Ayub Darmawan. “Revisi Taksonomi Pembelajaran Benyamin S. Bloom”
Jurnal Satya Widya , Juni 2013 Hal.30-39

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


98

I Ketut Madja. “Fungsi Astangga Yoga Patanjali (Perspektif Pendidikan Agama


Hindu)” Jurnal Satya Widya , Mei 2012 Hal 28-29

Peck, H. L. Kehle, T. “Bray, M. A., & Theodore, L. AYoga as an Intervention for


Children With Attention Problems. School Psychology Review,” . (2005).
34 (3), 415-424

Windo Wiria Dinata. “Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Melalui Senam
Yoga” Jurnal Olahraga Prestasi ,Volume 11 Nomor 2, Juli 2015 hal 84

Yaniasti Ni Luh. “Pembentukan Karakter Anak Melalui Catur Guru’’ Daiwi


Widya Jurnal Pendidikan Vol.06 No.1 Edisi Juni 2019
Peck, H. L., Kehle, T., Bray, M. A., & Theodore, L. A. Yoga as an Intervention for
Children With Attention Problems. School Psychology Review, 34 (3), 415-
424 (2005).
Internet :

https://stahdnj.ac.id/?p=1135 diakses 20 Mei 2020

Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta


Transkrip Wawancara
Keterangan : Kepala Pasraman Purna Lingga

Nama Guru : Ni Ketut Seniariti M.Pd


Alamat : Bekasi
Tgl wawancara: 08 maret 2020

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa saja upaya yang Untuk anak-anak pasraman purna Lingga, dalam
dilakukan gu-guru dalam mengembangkan ranah psikomotorik (praktik) kegiatan
Mengembangkan yang dilaksanakan adalah dengan melaksanakan yoga surya
kemampuan namaskaraa 3x dalam seminggu, dan untuk mewujudkan hal
psikomotorik siswa itu perlu proses dan kerjasama dengan wali murid agar
dipasraman Purna Lingga kegiatan yang diadakan pasraman dapat berjalan dengan
? baik.

2 Bagaimana proses Proses kerja sama sangat berpengaruh kepada


kerjasama antara guru pengembangan psikomotorik siswa dipasraman purna
dan orangtua dalam lingga tanpa adanya peran orangtua siswa tidak dapat
upaya pengembangan melaksanakan kegiatan yoga, untuk itu guru dipasraman
psikomotorik siswa purna lingga melakukan kerja sama antara lain
dipasraman purna lingga 1. Guru mengarahkan agar orangtua mengantarkan
? anaknya ketempat pelaksanaan yoga
2. Mengarahkan orangtua murid agar memantau
kegiatan anaknya dirumah seperti mengingatkan
pada saat belajar, melakukan persembahnyangan
3. Menyediakan konseling langsung bagi orangtua
yang merasa anaknya bermasalah atau mengalami
kesulitan belajar dengan cara menghubungi wali
kelas atau kepala pasraman
4. Menerima kritik dan saran dari orang tua, pihak
pasraman selalu menerima masukan dari orangtua
siswa tentang perkembangan anaknya melalui
diskusi langsung maupun via telephone
Bagaimana guru Kegiatan yoga adalah ajaran yang bersumber dari Veda
dipasramanan tetap maka dari itu guru dipasraman purna lingga mempunyai
konsisten melaksanakan kewajiban untuk mengajarkan kepada generasi muda hindu
kegiatan yoga ? agar kedepanya siswa dapat mempunyai keahlian dibidang
praktik agama tidak saja berfokus hanya pada materi, tetapi
juga praktiknya, karena didalam agama hindu praktik sangat
penting salah satu yang dapat kami ajarkan kepada anak-
anak dipasraman purna lingga ini adalah tentang yoga, dan
untuk mencapai hal itu dibutuhkan sebuah proses dan
kesabaran didalam melaksanakanya.
3 Apakah Yoga yang Iya benar bahwa pelaksanaan Yoga adalah kegiatan
dilaksanakan di TMMI tersetruktur yang rutin dilakanakan sebagai upaya
adalah suatu program pengembangan psikomotorik siswa dipasrasman Purna
yang terstruktur dalam Lingga
upaya pengenmbangn
psikomotorik siswa ?
4 Apa yang Pelaksanaan yoga dilatar belakangi oleh kesadaran akan
pentingnya kesehatan bagi anak-anak dipasraman Purna
melatarbelakangi
Lingga, berawal dari keinginan budaya hidup sehat maka
diadakanya kegiatan terbentuklah kegiatan yoga yang pada akhinya dapat
mengembangkan kemamapuan psikomotorik siswa
Yoga dipasramn Purna
Lingga ?
5 Apa manfaat yang Manfaat yang diperoleh banyak sekali mulai dari kesehatan
hingga sampai pada psikologis siswa yang menjadi lebih
diperoleh dari kegiatan
baik,
yoga yang dilaksanakan
dipasramaan Purna
Lingga ?

6 Apa saja yang perlu Didalam kegiatan Yoga langkah pertama kami selaku pihak
guru-guru terlebih dahulu mempersiapkan materi yang akan
dipersiapkan oleh guru
diajarkan oleh anak-anak, materi tersebut berupa buku yang
dipasraman purna Lingga membahas tentang yoga lalu guru-guru dsini mempelajari
materi tersebut kemudian diajarkan/dipraktekan oleh anak-
dalam upaya
anak dan itu merupupakan upaya paling mendasar yang
mengembangkan perlu dipersiapkan oleh guru-guru dipasraman purna lingga
sebagai pengembangan aspek psikomotoriknya
kemampuan
psikomotorik siswa
dipasraman Purna Lingga
?

7 Apa saja bentuk Proses kerja sama sangat berpengaruh kepada


pengembangan psikomotorik siswa dipasraman purna
kerjasama yangdilakukan
lingga tanpa adanya peran orangtua siswa tidak dapat
oleh guru dan orangtua melaksanakan kegiatan yoga, untuk itu guru dipasraman
purna lingga melakukan kerja sama antara lain
siswa dalam pelaksanaan
5. Guru mengarahkan agar orangtua mengantarkan
Yoga dipasraman Purna anaknya ketempat pelaksanaan yoga
6. Mengarahkan orangtua murid agar memantau kegiatan
Lingga ?
anaknya dirumah seperti mengingatkan pada saat
belajar, melakukan persembahnyangan
7. Menyediakan konseling langsung bagi orangtua yang
merasa anaknya bermasalah atau mengalami kesulitan
belajar dengan cara menghubungi wali kelas atau
kepala pasraman
8. Menerima kritik dan saran dari orang tua, pihak
pasraman selalu menerima masukan dari orangtua
siswa tentang perkembangan anaknya melalui diskusi
langsung maupun via telephone

8 Kendala apa yang Kendala secara garis besar yang terlihat adalah lokasi
pelaksanaan Yoga yang cukup jauh dari lokasi pasraman
dihadapi guru dalam
sehingga menghambat datangnya anak-anak pada saat
pelaksanaan Yoga pelaksanaan Yoga, karena lokasi yoga berada di Pura TMII
Jakarta Timur sedangkan pasraman terletak di Bekasi, hal
dipasraman Purna Lingga
ini menjadi masalah dan memakan waktu cukup lama
? diperjalanan.

9 Apa saja kendala yang Kendala secara garis besar yang terlihat adalah lokasi
pelaksanaan Yoga yang cukup jauh dari lokasi pasraman
dihadapi siswa dan guru
sehingga menghambat datangnya anak-anak pada saat
dalam proses pelaksanaan pelaksanaan Yoga, karena lokasi yoga berada di Pura TMII
Jakarta Timur sedangkan pasraman terletak di Bekasi, hal
yoga dipasraman Purna
ini menjadi masalah dan memakan waktu cukup lama
Lingga ? diperjalanan.

10 Sehubungan dengan Berhubungan dengan pandemi yang sedang terjadi di


Indonesia dan mengikuti arahan dari pihak pusat
covid 19 bagaimana
dipasraman Purna lingga seluruh siswa dan guru diliburkan
upaya Bapak/ibu agar dan diganti dengan pembelajaran online, berkaitan dengan
kegiatan yoga guru memantau kegiatan tersebut melalui
pelaksanaan Yoga tetap
aplikasi Whatshap siswa di suruh melakukan gerakan Sūrya
terlaksana ? Namaskāra berupa foto kepada masing-masing walikelas
Transkrip Wawancara
Keterangan : Guru/ Instruktur Yoga Di Pasraman Purna Lingga
Nama Guru : Putu Sriasih S.Pd
Alamat : Jakarta Barat
Tgl 10 juni 2020
No Pertanyaan Jawaban

1 Apa pengertian Yoga Surya Namaskara terdiri dari 12 asana atau gerakan yoga
Sūrya Namaskāra? yang harus dilakukan secara berurutan. Sūrya Namaskāra
sendiri berasal dari bahasa Sangsekerta yang berarti
penghormatan pada matahari (sun salutation). Dahulu,
rangkaian gerakan ini menjadi ritual masyarakat India kuno
untuk memberi penghormatan pada matahari. Dewa
matahari atau dewa surya adalah sumber kehidupan dan
pembangkit energi..
2 Mengapa siswa Di zaman modern ini, Sūrya Namaskāra sudah dipraktikkan
dipasraman purna lingga berbagai kalangan. Saat ini anak-anak kita duduk
wajib melaksanakan berdesakan di ruang kelas, menulis dan menekuni buku-
kegiatan Yoga Sūrya bukunya, pikiran mereka lelah karena terlalu banyak
Namaskāra? kegiatan yang memeras otaknya. Terkait juga, pendidikan
yang sebenarnya bukan hanya pemenuhan tanggung jawab
ekonomi, sosial dan eksternal saja, tetapi juga untuk
memahami batin kita dan pertumbuhan kepercayaan pada
semua tingkat, baik fisik, mental, maupun spiritual.
Sekarang ini telah menjadi panggilan para pendidik untuk
memperdalam dan memperbaharui sistem pendidikan.
Orang-orang ini meminta sisi kreatif dan kompleks dari
kepribadian anak dan pikiran yang berkembang, untuk
memperbaiki ketidak-seimbangan yang dapat menyebabkan
banyak masalah dalam kehidupan kita sekarang ini.
Berapa kali dalam Untuk mendapat hasil yang sangat baik, siswa dipasraman
seminggu siswa Purna Lingga melakukan Yoga Sūrya Namaskāra 3x dalam
melakukan gerakan yoga seminggu. Hal ini diperlukan kerja sama yang baik antara
Sūrya Namaskāra? orangtua dan guru untuk pelaksanaan tersebut.
2 Apa saja sarana dan Untuk melakukan pelaksanaan yoga di pasraman pihak guru
prasana yang perlu memberikan syarat perlengkapan bagi siswa yaitu pakaian
dipersiapkan sebelum olahraga, matras,sound system, perlengkapan tersebut wajib
melaksanakan Yoga dimiliki oleh siswa
Sūrya Namaskāra?

3 Pedoman apa yang Buku Suryanamaskara, modul, panduan dari germas, dan
dijadikan standar buku-buku yoga dari berbagai penulis. Dengan pemberian
pelaksanaan Yoga Sūrya materi terlebih dahulu siswa menjadi memahami yoga
Namaskāra dipasraman secara menyeluruh dan dapat mengerti setiap makna dan
Purna Lingga ? manfaaat dari suatu gerakan yang dipraktekan. Untuk itu
kami pihak guru dipasraman purna lingga selalu
memberikan materi sebelum praktik yoga

4 Bagaimana Bapak/Ibu Sebisa mungkin kita memberikan instruksi yang baik agar
menyelenggarakan anak-anak tidak kesulitan mengikuti, kemudian
kegiatan untuk membuat memberikan banyak variasi gerakan, dan juga membuat
siswa aktif ikut serta anak bisa bekerja sama dengan memberikan gerakan yoga
dalam kegiatan Yoga kombinasi yang dilakukan satu sampai 4 orang, dengan
Sūrya Namaskāra? begitu anak-anak menjadi berinteraksi satu lama lain dan
juga mereka senag melakukannya, tentunya juga di iringi
music yang bervariasi untuk menambah semangat anak-
anak melakukan yoga asanas.
5 Sehubungan dengan Mengingat keadaan dalam masa pandemic seperti ini saya
covid 19 bagaimana tetap berusaha untuk melaksanakan yoga bersama dari
upaya Bapak/ibu agar rumah masing-masing dengan cara video call by zoom dan
pelaksanaan Yoga Sūrya juga memberikan tugas terkait yoga melalui grup whats up.
Namaskāra tetap Yang kemudian tugas tugas tersebut akan dikumpulkan
terlaksana ? melalui email baik dengan foto maupun tulisan. Walaupun
melalui video call anak-anak tetap antusias mengikuti
asanas per asanas yang saya berikan.

6 Bagaimana keikutsertaan Seluruh siswa siswi aktif bahakan orang tua yang mengantar
siswa dalam mengikuti anak-anak pun turut serta dalam pelaksanaan yoga
kegiatan yoga Sūrya tersebut.bekerja sama dengan orang tua murid
Namaskāra dipasraman
Purna Lingga ?
7 Bagaimana Fasilitas hanya matras dan sound system, sisanya saya
perkembangan fasilitas usahakan sediri agar anak2 tetap happy saat melakukan yoga
dari awal hingga saat ini? tersebut.

8 Manfaat apa yang bisa Di tengah pandemic saat ini tentu sangat bermanfaan selain
dirasakan oleh guru dan untuk menenangkan pikiran agar kembali fresh juga dapat
siswa dari pelaksanaan menjaga sta mina tubuh, selain itu dapat membuat anak-
yoga Sūrya Namaskāra anak dari sd sampai smp saling bekerja sama dan
dipasraman Purna Lingga berinteraksi, melatif focus dan juga melatih kemampuan
? psikomotrik siswa.

9 Masalah apa yang Lokasi yang tidak terlalu luas sehigga mmbuat gerakan
menjadi kendala dalam anatar siswa terbatas.
pelaksanaan Yoga Kendala nya, selain tempat nya yang kurang luas mengingat
dipasraman Purna Lingga anak-anak dengan jumlah yang lumayan banyak belum lagi
? ada orang tua murid yang terkadang ikut latihan yoga
bersama, dan juga yang sangat menjadi kendala adalah
ketika saya sedang cuntaka (menstruasi) atau anak-anak
yang perempuan jadi tidak bias mengikuti latihan karena
latihan yoga dilakukan d utama mandala, selain dari itu so
far so good.

10 Bagaimana upaya guru Mengatur gerakan agar tetap tidak memnganggu siswa satu
dalam menghadapi sama lain pada saat melakukan asanas tertentu
kendala yang kerap Lebih banyak sharing.
dihadapi dalam
pelaksanaan Yoga ?
11 Apa tips yang diberikan Kami selaku guru dipasraman selalu memperhatikan
kepada peserta didik kesiapan siswa salah satunya selalu melakukan pemanasan
untuk menghindari hal sebelum memulai yoga, sebelum melakukan pemanasan,
yang tidak diinginkan ? kondisi otot-otot sangat kaku. Otot tidak fleksibel dan tidak
siap melakukan gerakan-gerakan yoga sehingga yoga tanpa
pemanasan dapat menyebabkan cedera. Langkah berikutnya
adalah dengan pemberian materi terlebih dahulu siswa
menjadi memahami yoga secara menyeluruh dan dapat
mengerti setiap makna dan manfaaat dari suatu gerakan
yang dipraktekan. Untuk itu kami pihak guru dipasraman
purna lingga selalu memberikan materi sebelum praktik
yoga.

12 Bagaimna tahapan Pada tahapan pemebalajaran online pihak guru menyiapkan


pembelajaran online yang materi Surya Namaskar lalu dikirimkan kepada siswa
dilakukan oleh guru melalui aplikasi Whatshap dan siswa diberikan tugas untuk
dipasraman Purna Lingga mempraktekan gerakan tersebut dan didokumentasikan
? berupa foto dan dikirim kepada pihak Guru.
Bagaimana uapaya guru Untuk melaksanakan yoga di Pura TMII kami harus
dalam kaitanya sarana mengatur tempat sedemikian rupa agar anak-anak tetap
dan prasarana untuk nyaman mengingat tempatnya (utama mandala) yang tidak
melaksanakan Yoga ? begitu luas. Dari rumah anak-anak sudah terbiasa
mempersipakan diri secara fisik terlebih dahulu seperti
sudah mandi, memakai pakaian olahraga dan juga bagi
siswa perempuan sudah mengikat rapi rambutnya dan tidak
lupa membawa selendang (senteng) sendiri. kemudian saya
dan juga guru-guru pasraman mengajak anak-anak untuk
gotong royong mempersiapkan tempat untuk yoga bersama,
seperti menyapu lantai terlebih dahulu dan juga
membersihkan tempat sekitar dari sampah yang tercecer
kemudian saya mengarahkan anak-anak untuk mengambil
matras masing-masing dan mengatur jarak satu sama lain,
terkadang saya mengarahkan dengan posisi melingkar
kadang juga dengan posisi seperti pada saat berbaris rapi.
Dan saya pun tentunya sudah menyiapkan materi dan juga
backsound yang enak untuk di dengar tentunya membuat
anak-anak lebih bersemangat. Kemudian saya mengarahkan
anak-anak untuk mencuci tangan dan kaki Karena habis
menyapu dan juga mengambil sampah yang ada, lalu kami
melakukan persembahyangan bersama sebelum melakukan
yoga, setelah sembahyang, kami pun siap untuk
melaksanakan kegiatan yoga ini.
Mengapa siswa pemanasan bertujuan meningkatkan suhu tubuh, sehingga
dipasraman purna lingga tubuh akan mulai beradaptasi dengan peningkatan intensitas
selalu melakukan gerakan fisik yang akan dilakukan, dam juga Pemanasan
beberapa rangkain membantu menyiapkan tubuh dengan meningkatkan denyut
gerakan sebelum jantung secara perlahan, sehingga aliran darah menjadi lebih
melaksanakan Yoga ? cepat. Hal tersebut akan memudahkan distribusi oksigen dan
nutrisi ke seluruh bagian tubuh yang memerlukan.

Pemanasan juga berfungsi untuuk menyiapkan sistem saraf


dan otak untuk membantu mengatur kapasitas gerakan
tulang dan otot sebelum melakukan yoga, sehingga risiko
cedera dapat diminimalisir..
Mengapa anak-anak savasana menjadi bagian terpenting dalam latihan yoga.
selalu melakukan Setelah melakukan asanas (gerakan fisik) yang cukup berat,
Savasana sebelum dan membantu tubuh untuk mempersiapkan keheningan
mengakhiri kegiatan pikiran dan tubuh itu sendiri, Savasana menjadi pose
Yoga ? relaksasi, untuk mengumpulkan energi dan
savasana menekankan pentingnya beristirahat dan proses
pemulihan tubuh yang telah melakukan aktivitas berat
sehingga dapat kembali membuat tubuh dalam keadaan
rileks dan mampu meningkatkan konsentrasi sehingga tubuh
siap untuk beraktivitas kembali.

Mengapa anak-anak Kata Pranayama berasal dari bahasa Sansekerta: prana =


selalu melakukan nafas, kekuatan hidup; dan ayama= perluasan,
Pranayama sebelum pengembangan, pengendalian. Jadi Pranayama artinya seni
melaksanakan kegiatan mengendalikan pernafasan atau pengembangan kekuatan
Yoga Sūrya Namaskāra hidup. Pranayama yang diterapkan dipasraman purna lingga
dan apa manfaat adalah tehknik Shuka Purvaka Seni pernafasan
melakukan pranayama memfokuskan pada pembersihan ida pinggala yang menjadi
bagi siswa ? dasar sebelum melakukan yoga.
Transkrip Wawancara
Keterangan : Guru Pasraman Purna Lingga

Nama Guru : Wahyu Kristiani, S.Pd.H


Alamat : Jl. Pondok Bambu Batas, Gang Madrasah RT 01 RW 04 No.28, Kel. Pondok Bambu,
Kec. Duren Sawit, Jakarta Timur

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa tujuan Tujuan dilaksanakannya kegiatan pengembangan


dilaksanakanya kegiatan psikomotorik melalui Yoga di Pasraman Purna Lingga yaitu
pengembangan :
psikomotorik di pasraman 1) Yang pertama, Memperkenalkan gerakan Yoga sebagai
purna lingga ? salah satu kegiatan pemeliharaan fisik yang bersumber
dari ajaran Agama Hindu.
2) Kedua, memperkenalkan Yoga sebagai salah tahapan
astangga Yoga yang diharapkan dapat membantu
peserta didik dalam melatih gerak tubuhnya sehingga
dapat mewujudkan kesehatan jasmani yang diimbangi
dengan kesehatan rohani. Ketika keseimbangan
kesehatan jasmani dan rohani tercapai maka peserta
didik akan dapat memahami bahwa tubuh yang
diciptakan dan diberikan oleh Tuhan(Sang Hyang
Widhi) sangatlah berharga sehingga harus dijaga
kesucian dan kebugarannya.
Setelah peserta didik dapat melakukan gerakan Yoga
dengan benar dan teratur hasil yang diharapkan
tentunya adalah kesehatan fisik yang didapat dari
kegiatan positif. Dari kegiatan positif inilah peserta
didik akan terbiasa melakukan hal positif lainnya
sehingga secara tidak sadar pemikiran positif, ucapan
yang positif akan tercipta dari pribadi peserta didik.
3) Ketiga, pelaksanaan pelatihan Yoga juga bertujuan
untuk melatih kedisiplinan dan tanggungjawab peserta
didik dalam melaksanakan salah satu cara melakukan
Bhakti kepada Tuhan atau dapat dikatakan salah satu
jalan mencapai kebahagiaan dan ketenangan hidup.
Artinya, kegiatan Yoga ini sangat efektif dalam
mengembangkan psikomotorik peserta didik.
2 Bagaimana tanggapan Pengembangan psikomotorik sangat baik dilakukan untuk
ibu/bpk setelah menunjang perkembangan anak, melalui pengembangan
mengetahui adanya psikomotorik siswa menjadi lebih aktif dan dapat
pengembangan mengeksplore kemampuan yang dimiliki siswa
psikomotorik siswa
dipasraman purna Lingga
?
3 Apa yang perlu Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan Yoga
dipersiapkan oleh guru yaitu kesadaran, sadar bahwa Yoga adalah miliknya dan
dan siswa sebelum sadar akan manfaat Yoga. Selanjutnya baru sarana prasarana
melaksanakan yoga ? Yoga dan segala aturannya seperti ketentuan berpakaian,
alas/matras demi kenyamanan dan keselamatan serta hal
lain yang diboleh dan tidak bolehkan sebelum dan sesudah
melakukan Yoga.

Pada proses kegiatan inti guru yang adalah sebagai


instruktur, pendamping sekaligus mediator harus mampu
melakukan Yoga, memiliki kemampuan untuk melakukan
Yoga itu sendiri. Guru harus menginformasikan sumber dan
aturan dalam beryoga. Guru juga harus mendampingi,
mengarahkan dan mau secara langsung memperbaiki
posisi/gerakan yang salah pada peserta didik.

4 Apa kewajiban dan upaya Kewajiban guru yang adalah sebagai instruktur,
pendamping sekaligus mediator harus mampu melakukan
guru yang harus
Yoga, memiliki kemampuan untuk melakukan Yoga itu
dilaksanakan untuk sendiri. Guru harus menginformasikan sumber dan aturan
dalam beryoga. Guru juga harus mendampingi,
terwujudnya kegiatan
mengarahkan dan mau secara langsung memperbaiki
yoga dipasrasman purna posisi/gerakan yang salah pada peserta didik.
Upaya yang harus dilakukan demi terwujudnya kegiatan
lingga?
Yoga yaitu menciptakan kerjasama antara guru dan peserta
didik, kedisiplinan dan konsistensi. Kerjasama antara guru
dan peserta didik ini sangat penting karena kegiatan Yoga
tidak akan terlaksana jika guru dan peserta didik tidak ada
kerjasama. Selain itu kedisiplinan, yang utama harus
disiplin adalah guru. Karena guru adalah orang yang
dicontoh dan dianut oleh peserta didik. Jika guru sudah
disiplin tentu peserta didik juga akan terbawa arus disiplin.
Bagaimana kerja sama Guru-guru dipasraman juga bekerja sama dengan wali
murid dengan memberikan arahan melalui Whatshap agar
guru dipasraman purna
para orangtua mengantarkan anaknya ke TMII karena
lingga dengan pihak pelaksanaan yoga dilaksanakan di Pura Penataran Agung
Kertabumi sehingga para murid perlu diantar menuju ke
orangtua Siswa ?
tempat kegiataan. Guru juga menyediakan pusat bantuan
keluarga berupa program konseling. Konseling ini
disediakan oleh guru untuk menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan siswa. Apabila ada siswa yang
mempunyai masalah, wali kelas akan memanggil orang-
orang yang terlibat dengan siswa tersebut untuk
menyelesaikan masalah
5 Manfaat apa yang manfaat yang dirasakan dari kegiatan ini banyak sekali,
seperti kesehatan badan semua warga pasraman yang
dirasakan oleh guru dan
mengikuti, kerjasama antara guru dan peserta didik menjadi
siswa dari kegiatan yoga lebih baik, guru dan peserta didik menjadi lebih akrab,
pembelajaran pasraman tidak membosankan, pikiran
tersebut ?
menjadi tenang, semua warga pasraman senang. Hal ini
tentu dapat membentuk energy positif di lingkungan
pasraman, sehingga perlu untuk terus dilakukan demi
terwujudnya kesehatan jasmani dan rohani semua warga
pasraman.

6 Kendala apa yang Kendala secara umum yang dihadapi guru adalah prasarana
yang masih kurang, seperti jumlah matras yang masih lebih
dihadapi guru dalam
banyak dari pada siswanya sehingga ada beberapa siswa
pelaksanaan Yoga yang tidak menggunakan matras, sehingga hal ini
mempersulit siswa untuk melakukanm gerakan secara
dipasraman Purna Lingga
nyaman.
?
Transkrip Wawancara
Keterangan : Guru Pasraman Purna Lingga

Nama Guru : Ade Tyas Spd.H


Alamat : Jl. Pondok Bambu Batas, Gang Madrasah RT 01 RW 04 No.28, Kel. Pondok
Bambu, Kec. Duren Sawit, Jakarta Timur
Tgl 10 juni 2020
No Pertanyaan Jawaban

1 Apa saja sarana dan Mempersiapkan peralatan dan materi


prasana yang perlu
dipersiapkan sebelum
melaksanakan Yoga?

2 Pedoman apa yang Buku Suryanamaskara,


dijadikan standar
pelaksanaan Yoga surya
namasakara dipasraman
Purna Lingga ?
3 Bagaimana Bapak/Ibu Memberikan motivasi dan pentingnya arti sebuah
menyelenggarakan kesehatan, sehingga anak-anak dapat dengan semangat
kegiatan untuk membuat mengembangkan sisi psikomotoriknya
siswa aktif ikut serta
dalam kegiatan Yoga ?

4 Sehubungan dengan Melalui pembelajaran online siswa siswa tetap dapat


melaksanakan pembelajaran dirumah dan mengembangkan
covid 19 bagaimana
kemampuan psikomotoriknya, tentunya melalui arahan dari
upaya Bapak/ibu agar pihak masing-masing guru kelas yang mengampu. Karena
dalam kondisi covid 19 siswa memerlukan daya tahan tubuh
pelaksanaan Yoga tetap
yang kuat dan sehat, salah satunya dengan membimbing
terlaksana ? siswa melaksanakan yoga melalui pembelajaran online.
5 Apa dampak positif dan Sisi positif dari pembelajaran online adalah pembelajaran
bisa dilakukan kapan saja dengan persetujuan awal yang
negative dari
telah disepakati antara guru dan siswa, selain itu dalam
pembelajaran online ? konsisi saat ini kita bisa mencegah atau memutus mata rantai
penyebaran Covid-19

Sedangkan kekuranganya adalah guru tidak dapat


mengontrol penuh apa yang dilakukan oleh sisiwa

6 Bagaimana Fasilitas tergolong kurang karena masih ada beberapa siswa


perkembangan fasilitas yang kekurangan alat2 yoga seperti matras
dari awal hingga saat ini?

7 Manfaat apa yang bisa Manfaatnya ialah tubuh menjadi sehat, serta dapat
dirasakan oleh guru dan meningkatkan konsentrasi siswa dan guru saat belajar, dan
siswa dari pelaksanaan dalam kondisi seperti sekarang kita senantiasa mengolah
yoga dipasraman Purna pikiran agar selalu berfikir positif
Lingga ?

8 Masalah apa yang Lokasi yang tidak terlalu luas sehigga mmbuat gerakan
menjadi kendala dalam anatar siswa terbatas. Peralatan yang masih kurang dan
pelaksanaan Yoga lokasi yang cukup jauh, serta untuk anak-anak tingkat sd
dipasraman Purna Lingga susah diatur
?
9 Bagaimana upaya guru Lebih sering berdiskusi tentang permasalahan yang dihadapi
dalam menghadapi
kendala yang kerap
dihadapi dalam
pelaksanaan Yoga ?
10 Bagaimna tahapan Pada tahapan pemebalajaran online pihak guru menyiapkan
pembelajaran online yang materi Surya Namaskar lalu dikirimkan kepada siswa
dilakukan oleh guru melalui aplikasi Whatshap dan siswa diberikan tugas untuk
dipasraman Purna Lingga mempraktekan gerakan tersebut dan didokumentasikan
? berupa foto dan dikirim kepada pihak Guru.
Transkrip Wawancara
Keterangan : Wali Murid
Nama Wali Murid : I Nyoman Sarjana
Nama Siswa : Ni Made Jovita Maheswari
Alamat : Jl. Bojong Nangka 4, no 55, RT 008 RW 08

No Pertanyaan Jawaban

1 Bagaimana tanggapan Pelaksanaan yoga baik untuk tumbuh kembang anak.


Seperti anak bisa lebih mengendalikan emosi dalam dirinya.
ibu/bpk terkait
Lebih dewasa dan bijaksana dalam berpikir, berbicara
pelaksanaan yoga maupun bertindak. Serta membantu anak untuk lebih fokus
dalam kegiatan belajar mengajar di pasraman.
dipasraman Purna Lingga
?
2 Bagaimana menurut Layanan yang diberikan oleh para guru di Pasraman Purna
ibu/bpk tentang layanan Lingga sudah amat baik dilihat dari segi kualitas dan
yang diberikan para guru kuantitasnya. Anak - anak diajarkan untuk selalu berpikir
di pasraman Purna kritis dalam menjawab soal, open minded, aktif dalam
Lingga kegiatan berkelompok, serta selalu mengutamakan
kebersamaan keluarga besar Pasraman Purna Lingga. Kami
berterima kasih kepada bapak dan ibu guru yang telah
mendidik anak kami dengan sangat baik sampai detik ini.

3 Apa bimbingan atau Bimbingan yang diberikan adalah berupa arahan-arahan


arahan yang diberikan tentang pentingnya pelaksanaan yoga pada anak karena
oleh guru kepada ibu/bpk menyangkut aspek kesehatan mental dll. Sehingga guru
terkait dengan dipasraman purna lingga memberikan kewajiban kepada
pelaksanaan Yoga di kami untuk mengwasi perkembangan anak dirumah
pasraman Purna Lingga ?
4 Apa saja kendala yang Sejauh ini tidak ada kendala yang besar hanya saja kami
Bapak/Ibu temukan memang masih harus rutin mempraktekkan beberapa
dalam proses pelaksanaan gerakan dari pelaksanaan Yoga yang belum kami kuasai.
Yoga di pasraman purna
Lingga ?
5 Bagaimana cara bpk/ibu Dengan menjelaskan berbagai manfaat yang diperoleh dari
memberi semangat agar kegiatan Yoga jika dilakukan secara berkelanjutan. Namun
anak bpk/ibu giat pada dasarnya, anak kami memang telah mengenal Yoga
mengikuti yoga sedari kecil dan sudah tidak asing lagi akan kegiatan tersebut
(yoga).

Apakah ada perubahan Perubhan yang dialami anak saya adalah tentang control
dari sikap maupun cara emosi yang baik, anak saya jadi jarang mengeluh, marah-
bertindak anak-anak marah dan lebih giat dalam belajar serta lebih rajin
setelah melaksanakan berolahraga
kegiatan Yoga ?

6 Bagimana cara guru-guru Saya selaku wali murid mendiskusikan langsung masalah
dipasraman purna lingga yang kadang muncul pada anak saya dengan cara menelepon
menanggapi keluhan dari pihak kepala pasraman atau bisa dating langsung
bpk/ibu ? kepasraman bembicarakanya dan mencari solusi terbaik
untuk anak kami.
Transkrip Wawancara
Keterangan : Wali Murid

Nama Wali Murid : I Made Mahageng Subakti


Nama Siswa : Ni Komang Putri Intan Sari
Alamat : Komplek Radiance Villa
30/06 2020
No Pertanyaan Jawaban

1 Bagaimana tanggapan Pelaksanaan Yoga di Pasraman Purna Lingga merupakan


kegiatan yang amat bermanfaat bagi tumbuh kembang anak
ibu/bpk terkait
baik jasmani maupun rohani.
pelaksanaan yoga
dipasraman Purna Lingga
?
2 Bagaimana menurut Layanan yang diberikan baik sekali anak-anak kami
ibu/bpk tentang layanan menjadi lebih mengerti tentang agama, kita sudah seperti
yang diberikan para guru keluarga sehinnga sangat terbuka dalam hal apapun demi
di pasraman Purna kemajuan anaik-anak kami
Lingga

3 Apa bimbingan atau Bimbingan yang diberikan oleh guru di Pasraman Purna
arahan yang diberikan Lingga adalah untuk menganggap bahwa kegiatan Yoga ini
oleh guru kepada ibu/bpk bukanlah sekedar keharusan, melainkan harus didasari oleh
terkait dengan dedikasi dan tekad/niat dari diri sendiri juga dalam rangka
pelaksanaan Yoga di memperoleh manfaat dari aspek kesehatan dan spiritual.
pasraman Purna Lingga ?
4 Apa saja kendala yang Sejauh ini tidak ada kendala.
Bapak/Ibu temukan
dalam proses pelaksanaan
Yoga di pasraman purna
Lingga ?
5 Bagaimana cara bpk/ibu Biasanya, kami menjelaskan berbagai manfaat yang
memberi semangat agar diperoleh dari kegiatan Yoga jika dilakukan secara
anak bpk/ibu giat berkelanjutan. Namun pada dasarnya, anak kami memang
mengikuti yoga telah mengenal Yoga sedari kecil dan sudah tidak asing lagi
akan kegiatan tersebut (yoga).

6 Apakah ada perubahan Ada, intan jadi lebih dewasa dan bijaksana dalam berpikir,
dari sikap maupun cara berbicara maupun bertindak.
bertindak anak-anak
setelah melaksanakan
kegiatan Yoga ?
7 Bagimana cara guru-guru Jika ada keluhan baik dari kami maupun wali murid yang
dipasraman purna lingga lain, guru - guru di Pasraman Purna Lingga akan
menanggapi keluhan dari mendiskusikannya dengan wali murid yang bersangkutan,
bpk/ibu ? kemudian atas kesepakatan bersama, mencari jalan keluar
yang tepat.
Transkrip Wawancara
Keterangan : Siswa Kelas IX Pasraman Purna Lingga

Nama Siswa : A A Raka Bisma P


Kelas : IX

No Pertanyaan Jawaban

1 Manfaat apa yang anda Tubuh saya menjadi sehat, mood saya menjadi lebih
rasakan setelah terkontrol tidak mudah marah kepada teman dan tubuh saya
melaksanakan kegiatan menjadi lebih sehat, serta otot saya tidak terasa kaku
Yoga Surya Namaskar ?

2 Kendala apa yang anda Pada awal latihan tubuh saya merasa kaku ketika mengikuti
temui ketika sedang arahan dari guru yoga, karna sebelumnya saya belom pernah
melaksanakan kegiatan melaksanakan kegiatan Yoga Surya Namaskara
tersebut ?
3 Bagaiamana perasaan Saya senang melaksanakan kegiatan Yoga Surya
anda ketika sedang Namaskara.
melaksanakan kegitan
Yoga Surya Namaskara?

4 Apa efek yang anda Saya menjadi lebih semangat dalam menerima
rasakan setelah pembelajaran didalam kelas dan tidak mudah mengantuk
melaksanakan Yoga saat guru menjelaskan materi di pasraman
surya namaskara pada
saat menerima
pembelajaran dikelas
Transkrip Wawancara
Keterangan : Siswa Kelas IX Pasraman Purna Lingga

Nama Siswa : IDA BAGUS ANOM SATDYANA


Kelas : IX

No Pertanyaan Jawaban

1 Manfaat apa yang anda Manfaat yang saya peroleh tidur saya menjadi lebih nyenyak
rasakan setelah setelah melaksanakan yoga surya namaskara, badan saya
melaksanakan kegiatan pun menjadi lentur dan sehat.
Yoga Surya Namaskar ?

2 Kendala apa yang anda Saya pernah terkilir dan kadang nafas saya tidak beraturan
temui ketika sedang saat melaksanakan kegiatan yoga
melaksanakan kegiatan
tersebut ?
3 Bagaiamana perasaan Saya senang melaksanakan kegiatan Yoga Surya
anda ketika sedang Namaskara.
melaksanakan kegitan
Yoga Surya Namaskara?

4 Apa efek yang anda Efek yang saya rasakan saya menjadi tidak mudah pusing
rasakan setelah saat guru memberikan soal-soal yang rumit dan saya lebih
melaksanakan Yoga tidak mudah marah
surya namaskara pada
saat menerima
pembelajaran dikelas
Transkrip Wawancara
Keterangan : Siswa Kelas IX Pasraman Purna Lingga
Nama Siswa : Ni Komang Putri Intan Sari
Kelas : IX
No Pertanyaan Jawaban

1 Manfaat apa yang anda Badan saya terasa lebih sehat dan tidak pegal, pernapasan
rasakan setelah saya menjadi lebih lancar dan daya tahan tubuh saya
melaksanakan kegiatan meningkat.
Yoga Surya Namaskar ?

2 Kendala apa yang anda Saat pertama kali yoga saya merasa kurang memperhatikan
temui ketika sedang napas saya, sehingga saya merasa mudah lelah.
melaksanakan kegiatan
tersebut ?
3 Bagaiamana perasaan Saya senang melaksanakan kegiatan Yoga Surya
anda ketika sedang Namaskara.
melaksanakan kegitan
Yoga Surya Namaskara?

4 Apa efek yang anda Saya merasa lebih nyaman dan berkonsentari saat belajar
rasakan setelah didalam kelas dan saat guru menerangkan saya menjadi
melaksanakan Yoga lebih bersemangat mendengarkan, selain itu saya juga tidak
surya namaskara pada gampang pusing.
saat menerima
pembelajaran dikelas
Transkrip Wawancara
Keterangan : Siswa Kelas IX Pasraman Purna Lingga

Nama Siswa : I Wayan Surya Darma


Kelas : IX
No Pertanyaan Jawaban

1 Manfaat apa yang anda Manfaat yang saya rasakan setelah melaksanakan kegiatan
rasakan setelah yoga surya namaskara adalah saya menjadi merasa lebih
melaksanakan kegiatan sehat dan tidak gampang sakit, badan saya juga menjadi
Yoga Surya Namaskar ? lebih lentur saya pun menjadi bersemangat dalam
melakukan kegiatan olahraga lainya
2 Kendala apa yang anda Saya tidak menemukan kendala apapun
temui ketika sedang
melaksanakan kegiatan
tersebut ?
3 Bagaiamana perasaan Saya senang melaksanakan kegiatan Yoga Surya
anda ketika sedang Namaskara.
melaksanakan kegitan
Yoga Surya Namaskara?

4 Apa efek yang anda Saya menjadi lebih giat belajar dikelas karena badan saya
rasakan setelah selalu fit untuk menerima pelajaran dari guru, selain itu saya
melaksanakan Yoga juga tidak mudah mengantuk didalam kelas
surya namaskara pada
saat menerima
pembelajaran dikelas
Transkrip Wawancara
Keterangan : Siswa Kelas IX Pasraman Purna Lingga

Nama Siswa : Ni Komang Trisna S


Kelas : IX

No Pertanyaan Jawaban

1 Manfaat apa yang anda Surya namasakara bermanfaat bagi tubuh dan kesehatan
rasakan setelah saya, saya menjadi lebih sehat dan otot saya menjadi lentur
melaksanakan kegiatan dan tidak kaku, sehingga mempermudah saya melaksanakan
Yoga Surya Namaskar ? kegiatan sehari-hari seperti membantu orang tua dirumah

2 Kendala apa yang anda Saya merasakan pusing pada aawal-awal latiahann surya
temui ketika sedang namaskara
melaksanakan kegiatan
tersebut ?
3 Bagaiamana perasaan Perasaan saya senang dan bahagia ketika sedang melakukan
anda ketika sedang latihan surya nanaskara
melaksanakan kegitan
Yoga Surya Namaskara?

4 Apa efek yang anda Saya menjadi bersemangat dalam belajar dan selalu berfikir
rasakan setelah positif kepada teman-teman dan orang disekitar saya, dalam
melaksanakan Yoga belajar saya merasa lebih fokus.
surya namaskara pada
saat menerima
pembelajaran dikelas
Transkrip Wawancara
Keterangan : Siswa Kelas IX Pasraman Purna Lingga

Nama Siswa : Ni Putu Maheswari


Kelas : IX

No Pertanyaan Jawaban

1 Manfaat apa yang anda Badan menjadi lebih bugar , pernapasan menjadi lebih
rasakan setelah lancar , otot otot menjadi lentur
melaksanakan kegiatan
Yoga Surya Namaskar ?

2 Kendala apa yang anda Pertama kali melakukan yoga otot otot terasa kaku
temui ketika sedang
melaksanakan kegiatan
tersebut ?

3 Bagaiamana perasaan Saya senang melakukan yoga


anda ketika sedang
melaksanakan kegitan
Yoga Surya Namaskara?

4 Apa efek yang anda Yg saya rasakan , badan saya menjadi lebih segar dan tidak
rasakan setelah gampang capek dan lelah ketika guru menerangkan didalam
melaksanakan Yoga kelas
surya namaskara pada
saat menerima
pembelajaran dikelas
Transkrip Wawancara
Keterangan : Siswa Kelas IX Pasraman Purna Lingga

Nama Siswa : Ni Made Jovita Maheswari


Kelas : IX

No Pertanyaan Jawaban

1 Manfaat apa yang anda Saya merasa jauh lebih baik dan sehat dari sebelumnya.
rasakan setelah Saya berpikir bahwa kegiatan ini akan sangat menyehatkan
melaksanakan kegiatan jika dilakukan secara rutin setiap hari/minggu.
Yoga Surya Namaskar ?

2 Kendala apa yang anda Setelah mencoba melakukan surya namaskar untuk pertama
temui ketika sedang kalinya, sangat wajar apabila sesudahnya badan akan terasa
melaksanakan kegiatan pegal - pegal, tetapi jika dilakukan dengan rutin, badan akan
tersebut ? terasa lebih segar, lentur dan sehat.

3 Bagaiamana perasaan Saat melakukan Yoga Surya Namaskar, saya merasa lebih
anda ketika sedang tenang, lebih mudah untuk mengatur emosi, serta menjadi
melaksanakan kegitan lebih bersemangat untuk melakukan aktivitas-aktivitas saya
Yoga Surya Namaskara? lainnya.

4 Apa efek yang anda Setelah melaksanakan Yoga Surya Namaskara, badan saya
rasakan setelah terasa lebih segar dan lentur, saya berniat untuk melakukan
melaksanakan Yoga Yoga Surya Namaskara secara rutin dirumah untuk
surya namaskara pada kebugaran jasmani berkelanjutan, serta agar lebih mudah
saat menerima dalam mengatur emosi dan pernafasan.
pembelajaran dikelas
Transkrip Wawancara
Keterangan : Siswa Kelas IX Pasraman Purna Lingga

Nama Siswa : AAA. Maheswari Harvani Saraswati


Kelas : IX

No Pertanyaan Jawaban

1 Manfaat apa yang anda Dulu sebelum latihan surya namaskara saya merasa cepat
rasakan setelah pusing dan nafas tidak beraturan, namun setelah
melaksanakan kegiatan melaksanakan surya namaskara saya menjadi lebih sehat
Yoga Surya Namaskar ? dan tidak mudah pusing

2 Kendala apa yang anda Saya terkadang merasa terkilir pada otot-otot saya namun itu
temui ketika sedang sangat jarang saya rasakan
melaksanakan kegiatan
tersebut ?
3 Bagaiamana perasaan Senang
anda ketika sedang
melaksanakan kegitan
Yoga Surya Namaskara?

4 Apa efek yang anda Ketika dikelas saya lebih bersemangat dalam menerima
rasakan setelah materi yang diberikan oleh guru
melaksanakan Yoga
surya namaskara pada
saat menerima
pembelajaran dikelas
Transkrip Wawancara
Keterangan : Siswa Kelas IX Pasraman Purna Lingga

Nama Siswa : I Gusti Bagus Anggas P.M


Kelas : IX

No Pertanyaan Jawaban

1 Manfaat apa yang anda Saya merasa tubuh saya menjadi lebih baik dalam hal
rasakan setelah kesehatan, apalagi dalam kondisi cuaca hujan saya tidak
melaksanakan kegiatan mudah demam, dan tetap fit dalam melakukan tugas-tugas
Yoga Surya Namaskar ? yang diwajibkan untuk saya, seperti belajar dirumah,
membantu orangtua itu saya lakukan dengan senang

2 Kendala apa yang anda Kendalanya tidak ada mungkin hanya sempat terkilir saat
temui ketika sedang melakukan beberapa gerakan, namun itu sangat jarang saya
melaksanakan kegiatan alami
tersebut ?

3 Bagaiamana perasaan Saya senang melaksanakan kegiatan Yoga Surya


anda ketika sedang Namaskara.
melaksanakan kegitan
Yoga Surya Namaskara?

4 Apa efek yang anda Saya menjadi lebih semangat dalam menerima
rasakan setelah pembelajaran didalam kelas dan tidak mudah mengantuk
melaksanakan Yoga saat guru menjelaskan materi di pasraman
surya namaskara pada
saat menerima
pembelajaran dikelas
Transkrip Wawancara
Keterangan : Siswa Kelas IX Pasraman Purna Lingga

Nama Siswa : Ida Bagus Putu Windhu Sara


Kelas : IX

No Pertanyaan Jawaban

1 Manfaat apa yang anda Tubuh saya menjadi lebih sehat dan bugar, saya pun menjadi
rasakan setelah tidak gampang sakit serta lebih bahagia dibandingkan
melaksanakan kegiatan sebelum saya melakukan kegiatan Yoga
Yoga Surya Namaskar ?

2 Kendala apa yang anda Pada awal melakukan latihan saya sering lupa nama
temui ketika sedang geraknya karena berbahasa sanskerta
melaksanakan kegiatan
tersebut ?
3 Bagaiamana perasaan Perasaan saya bahagia
anda ketika sedang
melaksanakan kegitan
Yoga Surya Namaskara?

4 Apa efek yang anda Saya menjadi merasa bahagia ketika menerima tugas-tugas
rasakan setelah dari guru dan tidak merasakan beban ketika diberikan tugas
melaksanakan Yoga oleh guru dikelas
surya namaskara pada
saat menerima
pembelajaran dikelas
Transkrip Wawancara
Keterangan : Siswa Kelas IX Pasraman Purna Lingga

Nama Siswa : Pramesti Tiara Putri


Kelas : IX

No Pertanyaan Jawaban

1 Manfaat apa yang anda Tubuh menjadi segar dan rileks.


rasakan setelah
melaksanakan kegiatan
Yoga Surya Namaskar ?

2 Kendala apa yang anda Tidak ada.


temui ketika sedang
melaksanakan kegiatan
tersebut ?
3 Bagaiamana perasaan Senang.
anda ketika sedang
melaksanakan kegitan
Yoga Surya Namaskara?

4 Apa efek yang anda Tubuh sedikit pegal namun tak lama kemudian menjadi
rasakan setelah segar dan tidak pegal lagi.
melaksanakan Yoga
surya namaskara pada
saat menerima
pembelajaran dikelas
Daftar Informan
1. Nama : Ni Ketut Seniariti M.Pd
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Guru
Alamat : Bekasi

2. Nama : Putu Sriasih S.Pd


Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Guru
Alamat : Bekasi

3. Nama : Wahyu Kristiani, S.Pd.H


Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Guru
Alamat : Jakarta Timur

4. Nama : Ade Tyas Spd.H


Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Guru
Alamat : Jakarta Timur

5. Nama : I Nyoman Sarjana


Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jakarta Timur

6. Nama : I Made Mahageng Subakti


Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Komplek Radiance Villa

7. Nama : A A Raka Bisma P


Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelas : IX
Alamat : Bekasi

8. Nama : Ida Bagus Anom Satdyana


Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelas : IX
Alamat : Bekasi

9. Nama : Ni Komang Putri Intan Sari


Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas :IX
Alamat : Bekasi

10. Nama : I Wayan Surya Darma


Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelas : IX
Alamat : Jakarta Timur

11. Nama : Ni Komang Trisna S


Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : IX
Alamat : Bekasi

12. Nama : Ni Putu Maheswari


Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : IX
Alamat : Bekasi

13. Nama : Ni Made Jovita Maheswari


Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : IX
Alamat : Bekasi

14. Nama : AAA. Maheswari Harvani Saraswati


Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : IX
Alamat : Bekasi

15. Nama : I Gusti Bagus Anggas P.M


Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelas : IX
Alamat : Bekasi

16. Nama : Ida Bagus Putu Windhu Sara


Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelas : IX
Alamat : Bekasi

17. Nama : Pramesti Tiara Putri


Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : IX
Alamat : Bekasi
Daftar Riwayat Hidup

Riwayat Hidup penulis mencakup :

a. Nama : I Ketut Sudidi


b. Tempat dan tanggal lahir : Musi Banyuasin, 22, Juli, 1997
c. Agama : Hindu
d. Alamat Asal : Desa Bandar Agung P16B, Kec. Lalan, Musi
Banyuasin, Sumatera Selatan, Palembang
e. Domisili : Jakarta Utara
f. Jenis Kelamin : Laki-laki
g. Status : Belim Menikah
h. No Tlp. : 083894171700
i. Alamat Email : ikt.sudidi04@gmail.com
j. Pendidikan Formal :

No Jenjang Pendidikan Selesai Pendidikan


1 SD N BANDAR AGUNG 2010
2 SMP N 2 LALAN 2013
3 SMK N 1 LALAN 2016
LAMPIRAN FOTO SISWA PENILAIAN PSIKOMOTORIK
SOAL PENILAIAN UNTUK SISWA PENELITIAN SKRIPSI DENGAN
JUDUL UPAYA GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN
PSIKOMOTORIK SISWA DI PASRAMAN PURNA LINGGA
Untuk siswa :

1. Sūrya Namaskāra adalah suatu latihan yang berasal dari jaman prasejarah, Sūrya
Namaskāra dapat membangkitkan aspek kesadaran yang lebih tinggi. Berikut ini
yang sesuai dengan definisi Sūrya Namaskāra adalah …….

2 Penghormatan kepada dewa matahari


3 Penghormatan kepada leluhur
4 Penghormatan kepada para dewa
5 Penghormatan kepada maharsi
2. Sūrya Namaskāra memiliki 12 gerakan yang wajib dipraktekan, waktu terbaik untuk
melakukan gerakan Sūrya Namaskāra adalah ….
a. Pada waktu malam hari
b. Pagi saat matahari terbit ( pagi hari )
c. Jam 12 malam hari
d. Pada saat matahari terbenam

3. Perhatikan gambar berikut. Yang termasuk gerakan Sūrya Namaskāra adalah …..

a b c. d.

4. Perhatikan gambar dibawah ini, gerakan ini menyerupai bentuk menunggang kuda
dalam Bahasa sanskerta gerakan tersebut adalah….

a. Aswa Sancalanasana
b. Padahastasana
c. Hasta Uttanasana
d. Pranamasana
5. Gerakan Hasta Uttanasana bermanfaat meregangkan isi rongga perut, menghilangkan
kelebihan lemak dan memperbaiki pencernaan. Melatih otot-otot lengan dan bahu,
menyelaraskan urat-urat syaraf tulang belakang dan membuka seluruh bilik paru-paru.
Gerakan yang tepat untuk Hasta Uttanasana dibawah ini adalah
a. Angkatlah kedua lengan di atas kepala, kedua lengan direggangkan sesuai lebar bahu
tekuklah kepala dan tubuh bagian atas ke belakang
b. Membungkuklah ke depan hingga tangan menyentuh tanah
c. Berdiri tegak dengan kedua kaki merapat letakkan kedua telapak tangan bersamaan
di depan dada
d. Rendahkan tubuhke tanah, pinggul dan perut sedikit diangkat ke atas.

6. Berikut adalah gambar gerakan Pranamasana, gerakan tersebut adalah gerakan


pertama dari Sūrya Namaskāra , posisi nafas pada saat melakukan gerakan tersebut
adalah ….

a. Normal
b. Menarik nafas
c. Menahan nafas
d. Nafas disimpan diperut

7. Perhatikan gambar dibawah ini. Pada saat melakukan gerakan Hasta Uttanasana
mantram yang diucapkan adalah ….

a. Om Anugraha Amertadi sanjivani ya namah svaha


b. Om cam camani ya namah swaha, Om waktra parisudahaya namah swaha
c. Oṁ awighnam astu namo sidhham
d. Oṁ ravaye namah

8. Berikut adalah gambar gerakan Sūrya Namaskāra , manakah diantara gambar


dibawah ini yang merupakan gerakan ke-8 dari Sūrya Namaskāra
a. b. c. d.
9. Sūrya Namaskāra memiliki beberapa varian gerakan yang masing-masing memiliki
bentuk gerakan tertentu, posisi Parvatasana adalah posisi yang menyerupai bentuk
…..
a. Posisi ular
b. Posisi gunung
c. Posisi menunggang kuda
d. Tangan menyentuh kaki

10. Perhatikan gambar dibawah ini berikut adalah gerakan ke- 2 dari Sūrya Namaskāra (
Hasta Uttanasana) Manfaat dari melakukan gerakan tersebut adalah……

a. Gerakan tersebut diatas dapat meningkatkan sistem pencernaan


b. Dapat membuat otot menjadi kekar
c. Menghilangkan pemekaran pembuluh darah
d. Dapat menambah berat badan
11. Suya namaskar sangat dianjurkan untuk dipraktekan setiap hari karena memiliki
beberapa manfaat, perhatikan gambar Parvatasana dibawah ini , manfaat dari gerakan
berikut adalah……..

a. Dapat meninggikan badan


b. Dapat menghilangkan pemekaran pembuluh darah
c. Dapat membuat otot menjadi kekar
d. Dapat menurunkan berat badan

12. Perhatikan gambar dibawah Bujangasana merupakan gerakan posisi ke-7 dari Sūrya
Namaskāra yang menyerupai posisi ular, manfaat dari gerakan tersebut dapat
menghilangkan berbagai penyakit diantaranya adalah….
a. Memperbaiki flek hitam diwajah
b. Menghilangkan kutu air
c. Menyembuhkan asma, dan memperbaiki sistem pencernaan
d. Menyembuhkan demam
13. Perhatikan gambar dibawah ini, berikut adalah gerakan Padahastasana ( posisi tangan
menyentuh kaki, ketika sedang melakukan gerakan tersebut keadaan nafas adalah

a. Menarik nafas
b. Menahan nafas
c. Normal
d. Menghembuskan nafas

14. Sūrya Namaskāra merupakan yoga asana yang berkaitan dengan fisik, oleh karena itu
sebelum melaksanakan yoga sebaiknya melakukan pemanasan terlebih dahulu hal ini
dilakukan agar …..
a. Agar suhu tubuh panas
b. Mencegah adanya cidera pada otot
c. Agar tidak mengantuk
d. Supaya tidak malas

15. Setelah melakukan gerakan Sūrya Namaskāra sebaiknya dilanjutkan dengan gerakan
Savasana hal ini bertujuan untuk…….
a. Agar tidak lupa dengan gerakan Sūrya Namaskāra
b. Agar tubuh menjadi segar dan menghilangkan ketegangan otot
c. Agar tidak lemas
d. Agar tubuh menjadi tidak berkeringat

16. Pranamasana merupakan gerakan pembuka dan penutup dalam Sūrya Namaskāra ,
Posisi kedua tangan saat melakukan gerakan tersebut adalah ……
a. Posisi tangan dicakupkan dan berada di dada
b. Posisi tangan sejajar
c. Posisi tangan diangkat kebelakang
d. Posisi tangan menyentuh lantai
17. Asva Sancalanasana merupakan gerakan ke-4 dari Sūrya Namaskāra yang
bermanfaat untuk peregangan otot pinggul, posisi kepala saat melakukan gerakan
tersebut adalah …….
a. Menunduk kebawah
b. Mendongak keatas
c. Lurus kedepan
d. Berputar-putar

18. Sūrya Namaskāra adalah suatu latihan yang diwariskan dari para orang bijak pada
jaman Veda, dan juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendekatan yoga.
Siapa maharasi pertama yang mengajarkan atau menciptakan Yoga ………
a. Maharsi Patanjali
b. Maharsi Visvamitra
c. Maharsi Vasistha
d. Maharsi Grtsamada
19. Didalam melakukan gerakan Sūrya Namaskāra kita harus bersungguh-sungguh dan
berkonsentrasi, perhatikan gambar dibawah ini, berikut adalah gerakan Astanga
Namaskara didalam Sūrya Namaskāra , Konsentrasi yang dipusatkan pada saat
melakukan gerakan tersebut adalah
a. Belakang pusar ( Manipura )
b. Pusat leher ( visuddhi )
c. Pusat alis mata ( Ajna)
d. Akar tulang belakang ( Svadhisthana)
20. Setiap gerakan Sūrya Namaskāra memiliki makna yang ada kaitanya dengan ajaran
Veda, dan didalam setiap gerakanya harus diingiri dengan mantram, perhatikan
gambar dibawah ini, saat melakukan gerakan tersebut mantram yang diucapkan
adalah..

a. Om suryaya Namah
b. Om bhanave namah
c. Om puspa namah
d. Om Mitraya namah
PENILAIAN PRAKTIK GERAKAN SŪRYA NAMASKĀRA SISWA KELAS IX
PASRAMAN PURNA LINGGA
Nama Siswa : I Gusti Bagus Anggas
Kelas : IX

No Aspek Yang Dinilai Hasil Penilaian


A Sangat B Baik (2) C Cukup (1)
Baik (3)
1 Pranamāsana (Sikap berdoa) 
2 Hasta Uttanāsana (Sikap kedua 
lengan terangkat)
3 Pādahastāsana (Sikap 
membungkuk hingga tangan
mencapai kaki)
4 Aśva Sańcalanāsana (Sikap 
menunggang kuda)
5 Parvatāsana (Sikap gunung) 
6 Aṣṭāńga Namaskāra (Pemberian 
hormat dengan 8 anggota tubuh)
7 Bhujańgāsana (Sikap kobra) 
8 Parvatāsana (Sikap gunung) 
9 Aśva Sańcalanāsana (Sikap 
menunggang kuda)
10 Pādahastāsana (Sikap 
membungkuk hingga tangan
mencapai kaki)
11 Hasta Uttanāsana (Sikap kedua 
lengan terangkat)
12 Pranamāsana (Sikap berdoa) 

Penilaian
A = Sangat baik (skor 3)
B= Baik (skor 2)
C= Cukup (skor 1)
Nilai = Skor Perolehan : Skor maksimal X 100 =
(33 : 36 )X 100 = 91
PENILAIAN PRAKTIK GERAKAN SŪRYA NAMASKĀRA SISWA KELAS IX
PASRAMAN PURNA LINGGA
Nama Siswa : I Wayan Surya Darma
Kelas : IX

No Aspek Yang Dinilai Hasil Penilaian


A Sangat B Baik (2) C Cukup (1)
Baik (3)
1 Pranamāsana (Sikap berdoa) 
2 Hasta Uttanāsana (Sikap kedua 
lengan terangkat)
3 Pādahastāsana (Sikap 
membungkuk hingga tangan
mencapai kaki)
4 Aśva Sańcalanāsana (Sikap 
menunggang kuda)
5 Parvatāsana (Sikap gunung) 
6 Aṣṭāńga Namaskāra (Pemberian 
hormat dengan 8 anggota tubuh)
7 Bhujańgāsana (Sikap kobra) 
8 Parvatāsana (Sikap gunung) 
9 Aśva Sańcalanāsana (Sikap 
menunggang kuda)
10 Pādahastāsana (Sikap 
membungkuk hingga tangan
mencapai kaki)
11 Hasta Uttanāsana (Sikap kedua 
lengan terangkat)
12 Pranamāsana (Sikap berdoa) 

Penilaian
A = Sangat baik (skor 3)
B= Baik (skor 2)
C= Cukup (skor 1)
Nilai = Skor Perolehan : Skor maksimal X 100 =
(32 : 36 )X 100 = 88
PENILAIAN PRAKTIK GERAKAN SŪRYA NAMASKĀRA SISWA KELAS IX
PASRAMAN PURNA LINGGA
Nama Siswa : Ida Bagus Anom S
Kelas : IX

No Aspek Yang Dinilai Hasil Penilaian


A Sangat B Baik (2) C Cukup (1)
Baik (3)
1 Pranamāsana (Sikap berdoa) 
2 Hasta Uttanāsana (Sikap kedua 
lengan terangkat)
3 Pādahastāsana (Sikap 
membungkuk hingga tangan
mencapai kaki)
4 Aśva Sańcalanāsana (Sikap 
menunggang kuda)
5 Parvatāsana (Sikap gunung) 
6 Aṣṭāńga Namaskāra (Pemberian 
hormat dengan 8 anggota tubuh)
7 Bhujańgāsana (Sikap kobra) 
8 Parvatāsana (Sikap gunung) 
9 Aśva Sańcalanāsana (Sikap 
menunggang kuda)
10 Pādahastāsana (Sikap 
membungkuk hingga tangan
mencapai kaki)
11 Hasta Uttanāsana (Sikap kedua 
lengan terangkat)
12 Pranamāsana (Sikap berdoa) 

Penilaian
A = Sangat baik (skor 3)
B= Baik (skor 2)
C= Cukup (skor 1)
Nilai = Skor Perolehan : Skor maksimal X 100 =
(34 : 36 )X 100 = 94
PENILAIAN PRAKTIK GERAKAN SŪRYA NAMASKĀRA SISWA KELAS IX
PASRAMAN PURNA LINGGA
Nama Siswa : Ni Komang Puti Intan Sari
Kelas : IX

No Aspek Yang Dinilai Hasil Penilaian


A Sangat B Baik (2) C Cukup (1)
Baik (3)
1 Pranamāsana (Sikap berdoa) 
2 Hasta Uttanāsana (Sikap kedua 
lengan terangkat)
3 Pādahastāsana (Sikap 
membungkuk hingga tangan
mencapai kaki)
4 Aśva Sańcalanāsana (Sikap 
menunggang kuda)
5 Parvatāsana (Sikap gunung) 
6 Aṣṭāńga Namaskāra (Pemberian 
hormat dengan 8 anggota tubuh)
7 Bhujańgāsana (Sikap kobra) 
8 Parvatāsana (Sikap gunung) 
9 Aśva Sańcalanāsana (Sikap 
menunggang kuda)
10 Pādahastāsana (Sikap 
membungkuk hingga tangan
mencapai kaki)
11 Hasta Uttanāsana (Sikap kedua 
lengan terangkat)
12 Pranamāsana (Sikap berdoa) 

Penilaian
A = Sangat baik (skor 3)
B= Baik (skor 2)
C= Cukup (skor 1)
Nilai = Skor Perolehan : Skor maksimal X 100 =
(34 : 36 )X 100 = 94
PENILAIAN PRAKTIK GERAKAN SŪRYA NAMASKĀRA SISWA KELAS IX
PASRAMAN PURNA LINGGA
Nama Siswa : Ni Komang Trisna S
Kelas : IX

No Aspek Yang Dinilai Hasil Penilaian


A Sangat B Baik (2) C Cukup (1)
Baik (3)
1 Pranamāsana (Sikap berdoa) 
2 Hasta Uttanāsana (Sikap kedua 
lengan terangkat)
3 Pādahastāsana (Sikap 
membungkuk hingga tangan
mencapai kaki)
4 Aśva Sańcalanāsana (Sikap 
menunggang kuda)
5 Parvatāsana (Sikap gunung) 
6 Aṣṭāńga Namaskāra (Pemberian 
hormat dengan 8 anggota tubuh)
7 Bhujańgāsana (Sikap kobra) 
8 Parvatāsana (Sikap gunung) 
9 Aśva Sańcalanāsana (Sikap 
menunggang kuda)
10 Pādahastāsana (Sikap 
membungkuk hingga tangan
mencapai kaki)
11 Hasta Uttanāsana (Sikap kedua 
lengan terangkat)
12 Pranamāsana (Sikap berdoa) 

Penilaian
A = Sangat baik (skor 3)
B= Baik (skor 2)
C= Cukup (skor 1)
Nilai = Skor Perolehan : Skor maksimal X 100 =
(33 : 36 )X 100 = 91
PENILAIAN PRAKTIK GERAKAN SŪRYA NAMASKĀRA SISWA KELAS IX
PASRAMAN PURNA LINGGA
Nama Siswa : Ni Made Jovita Maheswari
Kelas : IX

No Aspek Yang Dinilai Hasil Penilaian


A Sangat B Baik (2) C Cukup (1)
Baik (3)
1 Pranamāsana (Sikap berdoa) 
2 Hasta Uttanāsana (Sikap kedua 
lengan terangkat)
3 Pādahastāsana (Sikap 
membungkuk hingga tangan
mencapai kaki)
4 Aśva Sańcalanāsana (Sikap 
menunggang kuda)
5 Parvatāsana (Sikap gunung) 
6 Aṣṭāńga Namaskāra (Pemberian 
hormat dengan 8 anggota tubuh)
7 Bhujańgāsana (Sikap kobra) 
8 Parvatāsana (Sikap gunung) 
9 Aśva Sańcalanāsana (Sikap 
menunggang kuda)
10 Pādahastāsana (Sikap 
membungkuk hingga tangan
mencapai kaki)
11 Hasta Uttanāsana (Sikap kedua 
lengan terangkat)
12 Pranamāsana (Sikap berdoa) 

Penilaian
A = Sangat baik (skor 3)
B= Baik (skor 2)
C= Cukup (skor 1)
Nilai = Skor Perolehan : Skor maksimal X 100 =
(33 : 36 )X 100 = 91
PENILAIAN PRAKTIK GERAKAN SŪRYA NAMASKĀRA SISWA KELAS IX
PASRAMAN PURNA LINGGA
Nama Siswa : Ni Putu Maheswari
Kelas : IX

No Aspek Yang Dinilai Hasil Penilaian


Sūrya Namaskāra
A Sangat B Baik (2) C Cukup (1)
Baik (3)
1 Pranamāsana (Sikap berdoa) 
2 Hasta Uttanāsana (Sikap kedua 
lengan terangkat)
3 Pādahastāsana (Sikap 
membungkuk hingga tangan
mencapai kaki)
4 Aśva Sańcalanāsana (Sikap 
menunggang kuda)
5 Parvatāsana (Sikap gunung) 
6 Aṣṭāńga Namaskāra (Pemberian 
hormat dengan 8 anggota tubuh)
7 Bhujańgāsana (Sikap kobra) 
8 Parvatāsana (Sikap gunung) 
9 Aśva Sańcalanāsana (Sikap 
menunggang kuda)
10 Pādahastāsana (Sikap 
membungkuk hingga tangan
mencapai kaki)
11 Hasta Uttanāsana (Sikap kedua 
lengan terangkat)
12 Pranamāsana (Sikap berdoa) 

Penilaian
A = Sangat baik (skor 3)
B= Baik (skor 2)
C= Cukup (skor 1)
Nilai = Skor Perolehan : Skor maksimal X 100 =
(34 : 36 )X 100 = 94
PENILAIAN PRAKTIK GERAKAN SŪRYA NAMASKĀRA SISWA KELAS IX
PASRAMAN PURNA LINGGA
Nama Siswa : Pramesti Tiara Putri
Kelas : IX

No Aspek Yang Dinilai Hasil Penilaian


A Sangat B Baik (2) C Cukup (1)
Baik (3)
1 Pranamāsana (Sikap berdoa) 
2 Hasta Uttanāsana (Sikap kedua 
lengan terangkat)
3 Pādahastāsana (Sikap 
membungkuk hingga tangan
mencapai kaki)
4 Aśva Sańcalanāsana (Sikap 
menunggang kuda)
5 Parvatāsana (Sikap gunung) 
6 Aṣṭāńga Namaskāra (Pemberian 
hormat dengan 8 anggota tubuh)
7 Bhujańgāsana (Sikap kobra) 
8 Parvatāsana (Sikap gunung) 
9 Aśva Sańcalanāsana (Sikap 
menunggang kuda)
10 Pādahastāsana (Sikap 
membungkuk hingga tangan
mencapai kaki)
11 Hasta Uttanāsana (Sikap kedua 
lengan terangkat)
12 Pranamāsana (Sikap berdoa) 

Penilaian
A = Sangat baik (skor 3)
B= Baik (skor 2)
C= Cukup (skor 1)
Nilai = Skor Perolehan : Skor maksimal X 100 =
(34 : 36 )X 100 = 94

Anda mungkin juga menyukai