Anda di halaman 1dari 32

LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI

Pembimbing I :
Pembimbing II :
Alamat : Institut Agama Islam (IAI) Yasni Bungo Jalan Lintas
Sumatra Km. 4 Kel.SeiBinjai, Kec. Batin III, Kab.
Bungo.

Assalamu’alaikum.Wr.Wb
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan, maka kami berpendapat bahwa
proposal skripsi yang disusun oleh saudara/i HANIF AGUSTRIA NIM/NIRM
PI.01.218.4478/13004-1118-25020, Prodi: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM dengan
judul “PERAN GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MENYEIMBANGKAN
ILMU DAN MORAL SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1
BUNGO”, telah disetujui untuk di seminarkan. Demikian persetujuan ini disampaikan.
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb.

Muara Bungo, 30 Juni 2022

Pembimbing I Pembimbing II
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

‫بسم اهلل الرمحن الرحيم‬


Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehigga dapat menyelesaikan penelitian

dan merangkum Proposal Skripsi ini.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tetap tercurahkan kepada baginda Nabi

Muhammad SAW yang telah mengantar umatnya untuk menuntut ilmu, sehingga

sekarang dapat membedakan yang hak dan yang bathil.

Karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian

persyaratan guna memperoleh gelar sarjana Strata Satu (SI) pada kampus Institut

Agama Islam Yayasan Nurul Islam (Yasni) Bungo. Peneliti menyadari bahwa dalam

menyusun Proposal Skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu mohon kritik dan

saran dari semua selama proses penyelesaian karya ilmiah ini. Banyak pihak yang telah

memberikan konstribusi, baik langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu pada

kesempatan ini, peneliti mengaturkan banyak terima kasih dan penghargaan yang tak

terhingga kepada:

1. Prof. Dr. H. Suaidi Asyari, M.A, Ph.D, selaku ketua kopertasi Wilayah XIII UIN

STS Jambi.

2. Bapak Drs. H. Idham Kholik, ME selaku Ketua Yayasan Nurul Islam (Yasni)
Bungo.

3. Bapak Dr. Muhammad Solihin, S. Ag, S.Pd, M. Pd.I selaku Rektor Institut Agama

Islam Yayasan Nurul Islam (Yasni) Bungo.

4. Bapak dan Ibu Dosen Institut agama Islam Yayasan Nurul Islam (Yasni) Bungo dan

segenap karyawan juga staf yang telah banyak membantu dalam penyelesaian

Proposal Skripsi ini.

5. Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kerja MTs N 1 Bungo Kecamatan Muko-Muko

Bathin VII Kabupaten Bungo yang telah membantu penulis dan memberikan data

kepada penulis.

6. Kedua orang tua saya yang telah membantu baik dari segi material maupun moral

serta memberi semangat kepada saya sehingga Proposal Skripsi ini selesai.

7. Seluruh keluarga saya yang telah memberi semangat dan motivasi sehingga

Proposal Skripsi ini selesai

8. Rekan-rekan seperjuangan, yang telah memberikan motivasi sehingga Proposal

Skripsi ini selesai.

Demikian juga kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoaga konstribusi yang telah diberikan mendapat balasan pahala dari Allah SWT dan

mudah-mudahan Proposal Skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca, Aamiin ya

robbal’alamin. Wassalamualaikum Wr.Wb.

Muara Bungo, 21 Juni 2022

Penulis
HANIF AGUSTRIA
NIM : PI.01.218.4478

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI .......................................i


KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Hasil Penelitian
BAB II LANDASAN TEORITIK
A. Peran Guru
1. Pengertian Peran Guru
2. Tanggung Jawab Guru
Akhidah Akhla

B. k...............................................................................................................................7
1. Pengertian Akhidah Akhlak..................................................................................7
2. Ruang Lingkup Akhidah Akhlak...........................................................................7
C. Ilmu Dan Moral...................................................................................................32
D. Penelitian Yang Relevan........................................................................................34
E. Kerangka Berpikir.................................................................................................35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................36
A. Jenis Penelitian.....................................................................................................37
B. Lokasi Penelitian..................................................................................................38
C. Jenis Dan Sumber Data........................................................................................37
D. Teknik Pengumpulan Data..................................................................................38
E. Teknik Analisis Data ...........................................................................................39
F. Teknik Keabsahan Data.......................................................................................42
G. Jadwal Penelitian..................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................46
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peran guru dalam proses belajar mengajar sangat penting karena guru sering

dianggap yang paling bertanggung jawab terhadap kualiatas pendidikan. Ahmad

Tafsir mengungkapkan bahwa guru adalah orang yang bertanggung jawab

terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta

didik, baik potensi kognitif maupun potensi psikomotoriknya. 1 Dalam hal ini guru

harus mampu mengembangkan perubahan terhadap peserta didik bukan hanya

dibidang keilmuan tetapi juga dalam cara berprilaku. Dalam UU No. 14 tahun

2005 tentang guru dan dosen pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.2

Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari kegelapan (kebodohan)

menuju pencerahan (pengetahuan), atau dari yang tidak tahu menjadi tahu.

Pendidikan berarti daya upaya memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan

batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak anak. Pada kamus besar indonesia,

pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan prilaku seseorang atau

1
Novan Ardy Wiyani, Dasar Dasar dan Teori Pendidikan: Hakikat Guru (Yogyakarta: Gava
Media,2021), h.42
2
UU Revublik Indonesia No. 14 Tahun 2005, Guru dan dosen (Jakarta: Lembaran Negara RI
Tahun 2005, Nomor 157).
sekelompok orang sebagai upaya mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan.3

Di era globalisasi yang semakin maju seperti sekarang ini, banyak memberikan

pengaruh yang positif maupun negatif bagi peserta didik. Jika peserta didik tidak

pandai dalam memanfaatkan kemampuan globalisasi, maka peserta didik akan

terprosok kedalam kehancuran, begitupun sebaliknya. Berdasarkan fakta lapangan

yang kita temui hari ini masih banyak peserta didik yang salah dalam

memanfaatkan kemajuan teknologi dan tidak sesuai dengan harapan dan cita cita

dari pada pendidikan itu sendiri. Gejala tersebut ditandai dengan kenakalan anak

anak, meningkatnya jumlah kriminalitas, dan lain sebagainya. Karena dengan

kemajuan teknologi anak-anak dapat megakses apa saja yang ingin mereka lihat

tanpa mengetahui akibat yang akan ditimbulkan.

Sehubungan dengan hal tersebut, yang paling penting untuk ditanamkan pada

setiap peserta didik adalah dasar yang kuat seperti akhlak yang terpuji sedini

mungkin. Nilai-nilai yang ditanamkan sejak dini akan membawa pengaruh

terhadap kepribadian manusia yang tampak dalam prilaku lahiriyahnya. Sebagai

pendidik, sudah seharusnya kita selalu menjaga peserta didik dari pengaruh

negatif yang timbul dari berbagai aspek salah satunya pengaruh kemajuan di era

globalisasi ini. Guru sebagai tauladan harus mampu memberikan contoh yang

baik, terutama dalam berakhlak yang baik.

Pembinaan akhlak pada peserta didik sangatlah penting, karena salah satu

faktor kegagalan pendidikan islam selama ini adalah rendahnya akhlak peserta

3
Novan Ardy Wiyani, Dasar Dasar dan Teori Pendidikan: Hakikat Pendidikan (Yogyakarta:
Gava Media,2021), h.1
didik. Kelemahan pendidikan agama islam diindonesia disebabkan karena

pendidikan selama ini hanya menekankan kepada proses pentransferan ilmu siswa

saja, dan kurang dalam proses transformasi nilai nilai luhur keagamaan kepada

siswa untuk membimbing agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan

berakhlak mulia.

Dalam memberikan pembinaan akhlak kepada para siswa diperlukan kerja

sama dari seluruh warga sekolah, seperti adanya kerja sama antara kepala sekolah

MTs dengan semua guru, baik guru akhidah akhlak maupun guru mata pelajaran

lain dan wali kelas. Dengan adanya kerja sama dari seluruh warga sekolah, maka

pembinaan akhlak kepada siswa dapat berjalan dengan baik dan dapat

meminimalisir kenakalan siswa.

Peran guru sangat lah penting dalam memperbaiki akhlak siswa, guna

menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia untuk mensejahterkan

masyarakat, kemajuan negara dan bangsa. Hal hal yang diuraikan diatas sangat

mengharapkan kenerja dari guru guru yang lebih efektif dalam menanamkan dan

meningkatkan karakter siswa yang lebih baik, bukan hanya dibidang keilmuan

yang mumpuni tapi juga menjadi insan yang berakhlak mulia. Serta

membertimbangkan berbagai masalah yang menyangkut tentang perilaku siswa

dan perangkat pembelajaran yang dapat memperbaiki keilmuan dan etika siswa di

MTs N 1 Bungo.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini difokuskan

Pada Peran Guru Akhidah Akhlak Dalam Menyeimbangi Ilmu Dan Etika Siswa

Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Bungo Kecamatan Muko-Muko Bathin VII

Kabupaten Bungo.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian diatas maka rumusan

masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Peran Guru Akhidah Akhlak Dalam Menyeimbangi Ilmu Dan Etika

Siswa Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Bungo?

2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung Guru Akhidah Akhlak Dalam

Menyeimbangi Ilmu Dan Etika Siswa Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Bungo?

3. Bagaimana Strategi Guru Akhidah Akhlak Dalam Menyeimbangi Ilmu Dan

Etika Siswa Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Bungo?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui Peran Guru Akhidah Akhlak Dalam Menyeimbangi Ilmu Dan

Etika Siswa Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Bungo?

2. Mengetahui faktor penghambat dan pendukung Guru Akhidah Akhlak Dalam

Menyeimbangi Ilmu Dan Etika Siswa Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Bungo?

3. Mengetahui Strategi Guru Akhidah Akhlak Dalam Menyeimbangi Ilmu Dan

Etika Siswa Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Bungo?

E. Manfaat Penelitian
Adapun Penulisan skripsi ini dapat berguna sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian penelitian yang relevan

oleh para peneliti yang lain, baik yang berkaitan dengan penelitian lanjutan yeng

bersifat mengembangkan maupun penelitian yang sejenis yang bersifat

memperluas sebagai pelengkap kajian pustaka.

2. Manfaat Praktis:

a. Bagi peneliti, adalah wawasan tentang strategi dalam menciptakan kesimbangan

antara ilmu dan etika pada siswa serta wawasan tentang pentingnya keseimbangan

antara ilmu dan etika siswa. Penelitian ini juga sebagai salah satu syarat meraih

gelar sarjana strata satu (S1).

b. Bagi Guru, Adalah untuk meningkatkan peran pendidik dalam membina

keilmuan dan akhlak peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Bungo.

c. Bagi sekolah, adalah untuk memperhatikan perkembangan belajar peserta didik

dan melengkapi kebutuhan guru dalam proses belajar mengajar guna

menghasilkan generasi yang berpengetahuan luas dan lulusan yang berkualitas

ditengah masyarakat.
BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Landasan Teori

1. Peran Guru

a. Pengertian Peran Guru

Kata peranan berasal dari peran, yang berarti sesuatu yang diharapkan dimiliki

orang yang memiliki kedudukan dalam masyarakat. Kita sering mendengar istilah

peran sering dikaitkan dengan posisi atau kedudukan seseorang.4

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa peran adalah

tugas yang menjadi tanggung jawab seseorang dalam melakukan sesuatu. Peran

yang dimaksud adalah peran guru dalam mengembangkan disiplin belajar dan

disiplin prilaku anak.

Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap

pendidikan murid, baik secara individual atau klasikal, baik disekolah maupun

diluar sekolah.

Guru juga diartikan digugu dan ditiru, guru adalah orang yang dapat memberikan

respon positif bagi peserta didik dalam proses belajar mengajar, untuk sekarang

ini sangatlah diperlukan guru yang mempunyai basik, yaitu kompetensi sehingga

4
Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Pusat
Bahasa:2008),h.461
proses belajar mengajar yang berlangsung berjalan sesuai dengan yang kita

harapkan.

Guru sebagai salah satu komponen disekolah menempati profesi yang

memaikankan peranan penting dalam proses belajar mengajar. Kunci keberhasilan

sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan disekolah ada ditangan guru. Ia

mempunyai peranan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan siswanya,

pengetahuan, keterampilan, kecerdasan, dan sikap serta pandangan hidup siswa.

Oleh karenanya, masalah sosok guru yang dibutuhkan adalah guru dapat

membantu pertumbuhan dan perkembangan siswa sesuai dengan tujuan-tujuan

pendidikan yang diharapkan pada setiap jenjang sekolah.

Dengan demikian, sosok guru tersebut haruslah mampu dalam berbagai

bidang. Guru adalah pendidik profesional. Pendidik adalah individu yang mampu

melaksanakan tindakan mendidik dalam stuasi pendidikan untuk mencapai tujuan

pendidikan. Sedangkan pendidikan dalam islam adalah orang yang bertanggung

jawab terhadap pertimbangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan

seluruh potensi anak didik baik potensi afektif, kognitif maupun psikomotorik.

Keberadaan guru sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan sangat

mempengaruhi hasil proses belajar mengajar disekolah. Keberadaannya memiliki

relasi yang sangat dekat dengan peserta didiknya. Relasi antara guru dan peserta

didik adalah relasi kewibawaan. Relasi kewibawaan bukan menimbulkan rasa

takut pada peseta didik, akan tetapi relasi yang membutuhkan kesadaran pribadi

untuk belajar. Kewibawaan akan tumbuh karena kemampuan guru menampakkan

kebulatan pribadinya, sikap yang mantap karena kemampuan profesional yang


dimilikinya, sehingga relasi kewibawaan itu menjadi katalisator peserta didik

mencapai kepribadiannya sebagai manusia utuh dan bulat.5

Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa guru dalam melaksanakan

pendidikan baik dilingkungan formal maupun non formal dituntut untuk mendidik

dan mengajar. Karena keduanya mempunyai peranan penting dalam proses belajar

mengajar untuk mencapai tujuan ideal pendidikan. Mengajar lebih cenderung

mendidik anak didik menjadi orang yang pandai tentang ilmu pengetahuan saja,

tetapi jiwa dan watak anak didik tidak dibangun dan dibina, sehigga disini

mendidiklah yang berperan untuk membentuk jiwa dan watak anak didik dengan

kata lain mendidik adalah transfer of values, memindahkan sejumlah nilai kepada

anak didik.6

Adanya perkembangan baru dalam proses belajar mengajar membawa

konsekuensi guru untuk meningkatkan peranannya dan kompetensinya. Guru

yang berkompeten lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan

mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.

Peran guru adalah :

1) Guru sebagai pendidika dan pengajar, yakni harus ada kestabilan emosi, ingin

memajukan siswa, bersikap realistis, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap

perkembangan terutama inovasi pendidikan.

2) Guru sebagai anggota masyarakat, yakni harus pandai bergaul dengan

masyarakat.

5
Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru, (Malang:UIN Maliki Press 2011), h.33-34
6
Akmal Hawi, Kompetesi Guru Pendidikan Agama Islam. (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,
2014), h.9
3) Sebagai pemimpin.

4) Guru sebagai pelaksana administrasi, yakni akan dihadapkan kepada

administrasi yang akan dikerjakan disekolah.

5) Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar yakni harus menguasai

berbagai metode mengajar dan harus menguasai stuasi belajar mengajar didalam

dan diluar kalas.7

Seperti dijelaskan sebelumnya, guru bermakna sebagai pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas

utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang

tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang

memenuhi standar mutu atau norma etika tertentu. Sejalan dengan itu, guru

memiliki peran yang bersifat multifungsi lebih dari sekedar yang tertuang pada

produk hukum tentang guru, seperti UU No.14 Tahun 2005 tentang guru dan

dosen dan PP.No 74 Tentang guru. Bahwa guru berperan sebagai perancang,

penggerak, evaluator, dan motivator. Sebagaiman termuat dalam administrasi

sekolah, termasuk madrasah, dideskripsikan sebagai berikut ini.

a) Guru sebagai perancang

Untuk mendukung terpenuhinya kebutuhan utama sekolah, maka tugas guru

sebagai perancang adalah menyusun kegiatan akademik atau kurikulum dan

pembelajaran, menyusun kegiatan kesiswaan, menyusun kebutuhan sarana

7
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam (Jakarta:Raja Wali Press, 2014), h.45-
46
prasarana dan mengistimasi sumber-sumber pembiayaan operasional sekolah,

serta menjalin hubungan dengan orang tua, masyarakat, pemangku kepentingan

dan instasi terkait. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, ada beberapa hal

yang harus diperhatikan guru, yaitu:

(1) Mengerti dan memahami visi, misi, dan tujuan lembaga sekolah atau

madrasah. Guru dapat menjabarkannya kedalam sebuah isi kurikulum dan

pembelajaran, kegiatan kesiswaaan, penciptaan kultur sekolah, serta membangun

penguatan kelembagaan yang sehat dan berkualitas.

(2) mampu menganalisi data-data yang terkait masalah perubahan kurikulum,

pengembangan siswa, kebutuhan sumber belajar dan pembelajaran, strategi

pembelajaran, serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi.

(3) Mampu menyusun prioritas program sekolah secara terukur dan sitemastis,

seperti proses masa orientasi siswa, proses pembelajaran hingga proses evaluasi.

Hasil evaluasi diiadministrasikan, dibuat dalam bentuk laporan statistik, sehingga

kemajuan atau kemundurannya dari tahun ketahun dapat diketahui.

(4) Mampu mengembangkan program-program khusus yang bermanfaat bagi

penciptaan inovasi sekolah, khususnya dibidang pendidikan dan pembelajaran.

Semua capaian ditata laksanakan secara baik, sehingga setiap kemajuan yang

dicapai tercatat rapi dan dapat dijadikan referensi lebih lanjut.

b) Guru sebagai penggerak

Guru juga dikatakan sebagai penggerak, yaitu mobilisator yang mendorong dan

menggerakan sistem organisasi sekolah. Untuk melaksanakan fungsi-fungsi


tersebut, seseorang guru harus memiliki kemampuan intelektual dan kepribadian

yang kuat. Kemampuan intelektual, misalnya mempunyai jiwa visioner, kreatoor,

peneliti, jiwa rasional, dan jiwa untuk maju. Kepribadian, seperti wibawa, luwes,

adil dan bijaksana, arif dan jujur, sikap objektif dalam mengambil keputusan,

toleransi dan tanggung jawab, komitmen, disiplin.

c) Guru sebagai evaluator

Guru menjalankan fungsi sebagai evaluator, yaitu melakukan evaluasi atau

penilaian terhadap aktifitas yang dikerjakan dalam sistem sekolah. Peran ini

penting, karena guru sebagai pelaku utama dalam menentukan pilihan-pilihan

serta kebijakan yang elevan demi kebaikan sistem yang ada disekolah, baik

menyangkut kurikulum, pengajaran, sarana prasarana, regulasi, sasaran dan

tujuan, hingga masukan dari masyarakat luas.

d) Guru sebagai motivator

Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan penentu keberhasilan. Seorang

guru sebaiknya memerankan diri sebagai motivator murud-muridnya, teman

sejawatnya, serta lingkungannya. Kata motivasi berasal darikata motif, yang

artinya daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan

aktifitas-aktifitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.

Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi

dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang

menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar,

sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi


sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar,

tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.8

Jadi, dapat disimpulkan bahwa peran guru adalah mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

dalam ruang lingkup proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan pada suatu lembaga formal. Serta seorang guru juga sangat berperan

dalam mendidik anak didiknya, tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan tetapi

guru juga mampu memotivator dan mengatur kelas, sehingga anak didik yang

dididiknya menjadi manusia yang diharapkan bangsa. Guru sebagai pekerjaan

profesi, kepadanya dibebankan tugas besar. Sebagai profesi membutuhkan

keahlian yang telah berlatih secara matang. Kematangan seseorang guru dalam

mengembagkan profesinya tersebut terlihat dari pelaksanaan tugas dan tanggung

jawabnya dilapangan atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Tugas

dan tanggung jawab guru tersebut bukan hanya dalam hubungannya dengan para

peserta didik dikelas akan tetapi menyangkut semua aspek yang bisa dilakukannya

untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif dan harmonis.

b. Tanggung jawab guru

Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya iyalah tuntutan

dan panggilan untuk selasu mencintai,menghargai,menjaga dan meningkatkan

tugas dan tanggung jawab profesinya. Guru harus sadar bahwa tungas dan

tanggung jawabnya tidak bisa di lakukan orang lain,kecuali dirinya sendiri.

Demikian pula ia harus sadar bahwa dalam melaksanakan tugasnya selalu dituntut

untuk sungguh-sungguh dan bukan pekerjaan sambilan.


8
Sudarwandanim, Profesi Kependidikan, (Bandung, Alfabeta), h.44-47
Guru harus sadar bahwa yang dianggap bahwa baik dan benar saat ini, belum

tentu benar dimasa yang akan datang. Oleh karena itu guru dituntut agar selalu

meningkatkan pengetahuan, kemampuan dalam rangkat pelaksanaan tugas

profesinya. Ia harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi hususnya

dalam pendidikan dan pengajaran,dan pada masyarakat pada umumnya. Tanggung

jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat berarti guru harus dapat

berperan dalaam menempatkan sekolah sebagai bagian dari integral masyarakat

serta sekolah sebagai pembaharu masyarakat. Sebagai bagian tugas dan tanggung

jawab profesinya,guru harys dapat membina hubungan baik dengan masyarakat

dalam meningkatkan pendidikan dan pengajaran.9

2. Akidah Akhlak

a. Pengertian Akidah Akhlak

Secara Etimologi (lughotan), Akhidah berakar dari kata ’aqada-ya’qudu-

aqdan-aqidatan. ‘aqdan berarti sampul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Relevansi

antara arti kata ‘aqdan dan akidah adalah keyakinan itu tersimpul kokoh didalam

hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Sedangkan pengertian

estimologis, aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum

oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. (Kebenaran) itu dipatrikan (oleh

manusia) didalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaanya (secara pasti)

dan ditolak sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

Sesungguhnya agama islam adalah akidah yaitu sebagai ilmu yang membahas

tentang cara-cara meng-esa-kan allah atau ushuluddin yaitu ilmu yang membahas

9
Rama yulis, Dasar-dasar kependidikan suatu ilmu Pendidikan, (Jakarta:Kalam Mulia), h.155
soal-soal dasar- dasar agama, atau juga kalam ilmu yang mempelajari kalam

(firman/kata-kata) allah dalam al-Qur’an. Adapun yang dimaksud dengan akidah

sendiri adalah setiap perkara yang dibenarkan oleh jiwa dan hati menjadi tentram

serta menjadi keyakinan bagi para pemeluknya.10

Dalam defenisi lain disebutkan bahwa aqidah adalah tali pengikat batin

manusia dengan yang diyakini-nya sebagai tuhan yang esa yang patut disembah

dan pencipta serta pengatur alam semesta ini.

Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa arab, yaitu jamaknya tingkah

laku, perangai, tabi’at, watak, moral dan budi pekerti. Dalam kamus besar Bahasa

Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan. Jadi, akhlak merupakan

sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan

dalam tingkah laku dan perbuatan. Jika indakan sepontan baik menurut pandangan

akal dan agama, maka disebut akhlakul karimah atau mahmudah. Akan tetapi bila

tindakan spontan berupa perbuatan-perbuatan yang jelek maka disebut akhlak

tercela atau madzmumah.

Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari sifat-sifat itu

timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan

pertimbangan pikiran (lebih dulu).

b. Ruang lingkup Akidah Akhlak

Ruang lingkup akidah terdiri dari :

10
Khalimi, Pembelajaran Akidah dan Akhlak, (Jakarta:Departemen Agama Republik Indonesia,
2009), h.123
1) Ilahiyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

allah, seperti wujudAallah, nama-nama dan sifat Allah.

2) Nubuwat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

Nabi dan Rasul, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mukjizat,

karamah dan sebagainya.

3) Sam’iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui

lewat sami’ (dalil naqli Al-Qur’an dan sunnah seperti alam barzah, akhirat, azab

kubur, tanda tanda kiamat, surga neraka dan sebagainya).

Selain yang terpapar diatas ruang lingkup akidah bisa juga mengikuti

sistematika arkanul iman, yaitu :

a) Iman kepada Allah SWT

b) Iman kepada malaikat-malaikat Allah

c) Iman kepada kitab-kitab Allah

d) Iman kepada Nabi dan Rasul

e) Iman kepada hari akhir

f) Iman kepada qadha dan qadar Allah11

Sedangkan ruang lingkup akhlak berdasarkan berbagai macam defenisi akhlak,

maka akhlak tidak memiliki pembatasnya, ia melingkupi dan mencakup semua

perbuatan dan aktivitas manusia. Sebab apa saja perbuatan, amalan dan aktivitas

yang mencakup semua kegiatan, usaha dan upaya manusia, yaitu adanya nilai-
11
http://kita-klikyaoke.blogspot.com/2014/07/pengertian-dan-ruang-lingkup-aqidah-dan-html,
diakses pada tanggal 5 nov 2022 13:48:45 GMT
nilai perbuatan. Pendek kata, akhlak tidak membatasi lorong waktu dan tempat,

semua waktu dan tempat yang digunakan diperlukan akhlak, dan akhlak tidak

membatasi dirinya dengan suatu perbuatan dan aktivitas manusia. Berikut

merupakan macam-macam akhlak :

(1) Akhlak kepada Allah

Akhlak kepada Allah merupakan akhlak yang paling tertinggi derajatnya. Jadi,

sebelum berakhlak kepada hal-hal yang lain akhlak kepada Allah harus

diutamakan. Disamping itu, akhlak merupakan perintah dan kewajiban yang telah

ditentuka, dan manusia mesti mematuhi dan mengaplikasikannya. Allah juga

menentukan cara-cara, jenis dan bentuk akhlak kepadanya serta makhluknya.

Ada beberapa bentuk akhlak kepada allah yang harus ditaati antara lain :

(a) Beriman dan bertaqwa kepada-nya

Beriman itu mempercayai dalam hati dan fikiran dengan bersungguh-sungguh

memahami wujud-nya, kesempurnaan, keagungan, keperkasaan, keindahan,

perbuatan, ilmu dan kebijaksanaan nama-nama dan sifat-sifat-nya.

(b) Orang mukmin meski bertaqwa

Disamping akhlak yang tertinggi kepada Allah beriman kepada-nya, juga

bertaqwa kepada-nya. Sebab, iman dituntut untuk diaplikasikan, cara

mengaplikasikannya mesti dengan taqwa.

(c) Orang mukmin meski mempersiapkan dirinya untuk menghadapi masa depan
(d) Orang mukmin jangan menjadikan musuh Allah dan musuh orang mukmin

sebagai teman setia.

(e) Orang mukmin mesti berhati-hati terhadap anak dan hartanya

Harta dan anak-anak merupakan fitrah dan cobaan. Di samping ia merupakan

perhiasan, dan buah hati. Harta dan anak bisa membawa malapetaka dan

kesengsaraan bagi orang mukmin.

(2) Akhlak kepada Rasulullah

Nabi Muhammad sebagai utusan Allah yang terakhir, pada dirinya lekat

sumber keteladanan bagi umat manusia, dialah yang disebut induk akhlak islami.

Allah SWT mewajibkan kepada umat manusia agar bersifat santun dan

memberikan penghormatan yang tinggi kepada nabi dan rasulnya ini,

sebagaimana yang diisyaratkan dan diabadikan dalam Q.S Al Ahzab (33): (56-57)

‫صلُّ ْوا َعلَْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِ ْي ًما‬ ِ ۗ ۤ ٰ ِ


َ ‫صلُّ ْو َن َعلَى النَّبِ ِّي ٰيٓاَُّي َها الَّذيْ َن ٰا َم ُن ْوا‬
َ ُ‫ا َّن اللّهَ َو َم ٰل ِٕى َكتَهٗ ي‬

ُّ ‫اِ َّن الَّ ِذيْ َ!ن ُيْؤ ذُ ْو َن ال ٰلّهَ َو َر ُس ْولَهٗ لَ َعَن ُه ُم ال ٰلّهُ فِى‬
‫الد ْنيَا! َوااْل ٰ ِخ َر ِة َواَ َع َّد لَ ُه ْم َع َذابًا ُّم ِه ْينًا‬

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatnya bershalawat untuk nabi, Hai

orang-orang beriman,bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam

penghormatan kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan

rasulnya, Allah akan melaknatnya didunia dan di akhirat, dan menyediakan

baginya siksa yang menghinakan. (QS. Al-Ahzab 33: 56-57)

Ada beberapa sikap dan prilaku santun yang harus dilakukan, antara lain :
(a) Mematuhi dan Mengikuti Sunnahnya

Mempercayai dan meyakininya, bahwa dia adalah utusan Allah, yang

menyampaikan risalah Allah kepada umat manusia, kepadanya dipercaya dan

dipilih sebagai nabi dan rasulnya.

(b) Mencintai Rasulullah dan Bershalawat Kepadanya

Mencintai dan menyayanginya suatu keharusan karena dia adalah kekasih

Allah.

(3) Akhlak Kepada Diri Sendiri

Cakupan akhlak kepada diri sendiri adalah semua yang menyangkut persoalan

yang melekat pada diri sendiri, semua aktivitas, baik secara rohaniah maupun

secara jasadiyyah.

3. Ilmu Dan Moral

a. Pengertian ilmu

Secara istilah ilmu berasal dari bahasa arab, yakni ‘alima-ya’lamu-‘ilman yang

berarti mengerti atau memahami benar-benar. Dalam bahasa inggris istilah ilmu

berasal dari kata science, yang berasal dari bahsa latin scienta dari bentuk kata

kerja scire, yang berarti mempelajari dan mengetahui. 12 Istilah ilmu dan sains

menurut Mulyadi Kartanegara (2003:1) tidak berbeda, terutama sebelum abad ke-

19, tetapi setelah itu sains telah terbatas pada bidang-bidang fisik atau indrawi,

sedangkan ilmu melampaui pada bidang-bidang nonfisik, seperti metafisika.

12
A. Susanto, Filsafat Ilmu: Filsafat Ilmu Pengetahuan: Hakikat Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Buah
Askara), h.76-77
Menurut The Liang Gie (1998:88) ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas, atau

metode satu kesatuan yang saling berkaitan. Ilmu adalah rangkaian aktivitas

manusia yang dilaksanakan dengan metode tertentu, yang akhirnya aktivitas

metodis itu menghasilkan pengetahuan ilmiah. Menurut W. Atmojo (1998:324)

ilmu ialah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem

menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan

gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu.

Sedangkan menurut Sumama (2006:153) ilmu dihasilkan dari pengetahuan

ilmiah, yang berangkat dari perpaduan proses berfikir dedukatif (rasional) dan

induktif (empiris). Jadi, proses berfkir inilah yang membedakan antara ilmu dan

pengetahuan.

Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh

Bakhtiar tahun 2005 diantaranya adalah:

1) Mohammad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah penegetahuan yang teratur

tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama

tabiatnya, maupun itu menurut kedudukannya tampak dari luar, atau dari dalam.

2) Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan yang disusun dalam

satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan

hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.

3) Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan

fikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum

yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.13

13
Ivan Eldes Dafrita, “Ilmu dan Hakekat Ilmu Pengetahuan Dalam Nilai Agama,” h.161
Secara khusus, Suparlan Suharto (2005:84) mengemukakan tentang perbedaan

makna antara ilmu dan pengetahuan, dengan mengambil rujukan dari Webster’

Dictionary, Suparlan menjelaskan bahwa pengetahuan adalah suatu yang

menjelaskan tentang adanya suatu hal yang diperoleh secara biasa atau sehari-hari

melalui pengalaman-pengalaman, kesadaran, informasi, dan sebagainya.

Sedangkan ilmu didalamnya terkandung pengetahuan yang pasti, lebih praktis,

sistematis, metodis, ilmiah, dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi

yang lebih bersifat fasis (natural).

Dari beberapa defenisi ilmu yang dijelaskan para ahli diatas dapat disimpulkan

bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang rasional, sistematik, konferehensif,

konsisten, dan bersifat umum tentang fakta dari pengamatan yang telah dilakuakn.

Dan berdasarkan defenisi diatas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara

ilmu dan pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan ilmu pengetahuan yang

belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik.

b. Pengertian Moral

Moral berasal dari bahasa latin yakni mores yang berarti adat kebiasaan.

Maksud moral ialah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan

manusia, mana yang baik dan wajar. Di indonesia ada beberapa makna dan tujuan

yang hampir sama dengan moral adalah akhlak (arab) dan etika (yunani). Susila,

kesusilaan, tata susila, budi pekerti, sopan santun, adab, perangai, tingkah laku,

dan kelakuan.14

14
Panuju dan Umami, Psikologi Remaja: Moral Reasoning (Yogyakarta: Tiara Wacana 2008),
h.135
Menurut Yusuf (2012:132) istilah moral berasal dari kata latin mos (moris),

yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan, tata cara kehidupan. Sedangkan

moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-

nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu; seperti seruan untuk berbuat

baik kepada orang lain, memelihara hak orang lain; dan larangan mencuri,

berzina, membunuh, meminum-minuman keras dan berjudi. Seseorang dapat

dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai

moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosial.

Chaplin (2011:309) mendefinisikan moral yaitu menyinggung akhlak, moril,

tingkah laku yang susila. Ciri-ciri khas seorang pria atau sekelompok orang

dengan prilaku pantas dan baik menyinggung hukum atau adat kebiasaan yang

mengatur tingkah laku. Sedangkan dalam kamus besar bahasa indonesia online

(kbbi.web.id, 2015) menyatakan bahwa moral adalah ajaran tentang baik buruk

yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya.

Adapun moral ialah segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan. Serta

perbuatan yang dinilai tidak baik sehingga perlu dihindari.

Moral pada umumnya adalah rangkaian dari nilai-nilai mengenai macam-

macam prilaku yang harus dipatuhi dan dihormati. Moral sendiri adalah kaidah

yang mengatur perbuatan, prilaku individu yang berhubungan dengan lingkungan

masyarakat dan sekelompok sosial. Yang dijadikan ukuran baik buruk untuk

manusia mengenai nilai sosial dan kebudayaan manusia selaku bagian dari

masyarakat yaitu moral. Sementara itu Wila Huki, dikutip dari Bambang Daroeso

(1986,hlm.22) dalam (Chilmy,2014) pengertian moral dirumuskan dengan cara

menyeluruh, rumusan formalnya diantaranya :


1) Moral yaitu sebagai perangkat ide mengenai sikap, serta nilai-nilai dasar

tertentu dan diyakini suatu kelompok pada lingkungannya

2) Moral merupakan ajaran mengenai tata kehidupan yang lebih baik berdasar

pada tujuan dalam hidup, agama dan nilai tertentu.

3) Moral yaitu sebagai tingkah laku seorang individu dalam hidupnya,

berdasarkan kesadaran, bahwa dirinya diikat oleh kewajiban dalam memperoleh

sesuatu yang baik, berdasarkan nilai serta norma didalam lingkungannya.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa moral merupakan segala macam

bentuk dari pada tingkah laku seseorang dan menjadi gambaran kepribadian.

c. Kedudukan Ilmu Dan Moral

Ilmu sangatlah penting dalam kehidupan dan ini tertuang dalam beberapa

pandangan, hampir tidak ada yang mengatakan bahwasanya ilmu tidaklah penting,

salah satunya adalah pandangan islam terhadap kedudukan ilmu. Salah satu ciri

yang membedakan islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap

masalah ilmu (sains). Al-qur’an dan As-sunnah mengajak kaum muslim untuk

mencari dan mendapatkan ilmu, serta menempatkan orang-orang yang

berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Sebagian dari ayat-ayat Al-qur’an dan

As-sunnah yang relevan akan disebutkan dalam pembahasan masalah ini. Seperti

ayat pertama kali yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW menyebutkan

pentingnya membaca, pena dan ajaran untuk manusia. 15 Dalam surat Al-Alaq ayat

1-5 sebagai berikut:

15
Mahdi Ghilsyani, “Filsafat Sains menurut Al-Qur’an” (Bandung: Penerbit Mizan,1986), h.39
‫ك ااْل َ ْ!ك َ!ر ۙ ُم الَّ ِذ ْي َعلَّ َم‬ ِ ۚ َ‫ق خلَ!!ق ااْلِ نْس!ا َن ِمن عل‬
ۚ ِ َّ َ ِّ‫اِ ْق!!رْأ بِاس! ِم رب‬
َ ُّ‫ق ا ْق! َ!رْأ َو َرب‬
ٍ َ ْ َ َ َ َ َ‫ك الذ ْي َخل‬ َ ْ َ

‫سا َ!ن َما لَ ْم َي ْعلَ ۗ ْم‬ ِ َّ ِ


َ ْ‫بالْ َقلَ ۙ ِم َعل َم ااْل ن‬

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha

Mulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa

yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq 96: Ayat 5)

Al-Qur’an juga mengatakan bahwa tidaklah sama antara orang yang tahu

(berilmu) dan orang yang tidak tau (tidak berilmu):

ِ ِ َّ ٌ ِ‫اََّم ْن ُه! َ!و قَ!!ان‬


ْ !‫ت ٰانَ!اۤ َء ال ْي! ِ!ل َس !اج ًدا! َّوقَاۤ ِٕى ًم!!ا يَّ ْح! َذ ُر ااْل ٰ !خ َرةَ! َو َي ْر ُج! ْ!وا َر ْح َم! ةَ َربِّهٖۗ قُ! ْ!ل َه‬
‫!ل‬

!ِ َ‫يَ ْستَ ِوى الَّ ِذيْ َ!ن َي ْعلَ ُم ْو َن َوالَّ ِذيْ َ!ن اَل َي ْعلَ ُم ْو َن ۗ اِنَّ َما َيتَ َذ َّك ُر اُولُوا ااْل َلْب‬
ࣖ ‫اب‬

“(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) Ataukah orang yang

beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada

(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, Apakah sama

orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ?

sebenarnya hanya orang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-

Zumar 39: Ayat 9).

Dan hanya orang yang belajarlah yang dapat memahami:

‫س َو َما َي ْع ِقلُ َهٓا اِاَّل الْ ٰعلِ ُم ْو َن‬


ِ ۚ ‫ض ِر ُب َها لِلنَّا‬
ْ َ‫ال ن‬ َ ‫َوتِل‬
!ُ َ‫ْك ااْل َ ْمث‬
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tidak ada

yang akan memahaminya kecuali mereka yang berilmu.” (QS. AL-Ankabut 29:

Ayat 43).

Dan hanya orang-orang yang berilmulah yang takut kepada Allah SWT:

ِ ! ‫ش! !ى ال ٰلّ!!هَ ِمن ِعب‬


‫!اد ِه‬ َ ‫!ف اَل َْوانُهٗ! َك! ٰ!ذلِ ۗ َك اِنَّ َم!!ا يَ ْخ‬
ٌ ! ِ‫ب َوااْل َْن َع ! ِ!ام ُم ْختَل‬ ِ ‫َو ِم َن الن‬
ِّ ۤ‫َّاس َوال ! َّ!د َوا‬
َ ْ

‫الْعُلَ ٰۤمُؤ ۗا اِ َّن ال ٰلّهَ َع ِز ْي ٌز غَ ُف ْو ٌر‬

“Dan demikian (pula) diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan

hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di

antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama,

sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun.” (QS. Fatir 35: Ayat 28).

Bukan hanya didalam Al-Qur’an di Hadis pun juga dijelaskan tentang

kedudukan ilmu dan orang-orang yang berilmu, sejumlah hadis mengenai hal ini

dinisbahkan kepada Nabi SAW yang beberapa diantaranya kami kutip dibawah

ini.16

‫ضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم‬ ِ َ‫طَل‬


َ ْ‫ب الْع ْل ِم فَ ِري‬
ُ
Artinya:”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun

muslim perempuan.”(HR. Ibnu Abdil Barr)

16
Ibid, h.40
Manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi ini, mempunyai tugas pokok

untuk dirinya. Salah satunya adalah mengisi diri dengan ilmu-ilmu yang telah di

sebarkan diatas muka bumi Allah ini.

Moral, etika atau akhlak. Selain berilmu manusia juga dituntut untuk memilik

moral yang menjadi pendukung dari keilmuan yang dimiliki. Maka dari pada itu

moral juga memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan penting dalam kehidupan

manusia.

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas perihal moral dari sudut pandang

islam. Moral dalam bahasa agama identik dengan kata akhlaq, kata akhlaq berasal

dari bahasa arab yang merupakan bentuk jamak dari kata al-khuluq yang secara

etimologis mempunyai arti tabiat (al-sajiyyat), watak (al-thab) budi pekerti,

kebijaksanaa, adat atau sopan santun. Akhlak juga bisa disebut dengan dorongan

jiwa manusia berupa perbuatan baik dan buruk.17

Dalam Islam Akhlak merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan

manusia. Oleh karena itu sumber ajaran islam tidak luput memuat akhlak sebagai

sisi penting dalam kehidupan manusia.

Berdasarkan pada pengertian diatas maka diutusnya Nabi Muhammad SAW

untuk membangun keseimbangan dan keserasian kehidupan manusia, sedangkan

risalah Rasulullah tidaklain adalah menyempurnakan akhlak mulia untuk manusia

demi terjaganya keseimbangan dalam kehidupan.

17
Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali, Ihya’ ‘Ulumuddin, Juz III,
(Semarang: Karya Taha, 2007), h.52
‫اَألخالَ ِق‬ ِ
ُ ْ‫ِإمَّنَا بُعث‬
ْ ‫ت ُألمَتِّ َم َم َكا ِر َم‬
Artinya :”Dan tidak lah Aku diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlak

yang mulia.” (HR. Al-Baihaqi)

Ilmu dan Moral harus mampu berjalan beriringan tidak ada yang harus

mendahului, kedua-dua merupakan hal yang penting demi terciptanya tujuan dari

manusia diciptakan.

D. Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan penelitian terdahulu dengan ini akan membahas hasil dari

penelitian yang mengenai peran guru Akidah Akhlak dalam menyeimbangkan

ilmu dan moral siswa dengan penelitian yang akan diteliti.

1. Sidrawati “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengembangkan

Sikap Keberagaman siswa di SMK Negeri 1 Walenrang.“ 18Hasil penelitian

ditemukan dalam penerapan mengembangkan sikap keberagaman siswa di

SMK Negeri 1 Walenrang yakni, menerapkan metode yang sesuai dalam

kegiatan pembelajaran, memeberikan nasehat dan masukan-masukan pada

siswa, kerja sama dengan orang tua siswa dalam memberikan suri tauladan

pada siswa.

2. Taufiq “Srategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Akhlak

siswa di SMK Negeri 1 Palopo.”19 Hasil penelitian ditemukan strategi guru


18
Sidrawati, Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengembangkan Sikap Keberagaman
siswa di SMK Negeri 1 Walenrang. (Skripsi:STAIN Palopo,2010), h,59.
19
H. Abdulmutolib, S. Ag Kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah Swasta Pondok Pesantren
Tarbiyah Islamiyah Tanjung Agung, Wawancara, tanggal 30 Juli 2020Andryadi, M.Pd , dosen
pembimbing II wawancara, tanggal 20 Agustus 2020 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 330.Observasi Madrasah Tsanawiyah Swasta
Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Tanjung Agung, Wawancara, tanggal 27 Juli 2020Ibid. h.
252.Ibid. h. 249.Ibid. h. 247. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, kuantitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabet. CV, 2015) h. 247.Djam’an Setori Dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian
pendidikan agama islam dalam pembentukan akhlak siswa di SMK Negeri 1

Palopo yakni, berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, memberikan nasehat

setiap pertemuan, melakukan keteladanan di contohkan oleh guru. Menunjukan

bahwa penelitian yang peneliti lakukan ini merupakan penelitian yang pernah

dilakukan khusus pada penelitian Peran Puru dalam Meningkatkan Perilaku

Islami Siswa.

D. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir diharapkan dapat mempermudah pemahaman masalah yang

dibahas, serta menunjang dan mengarahkan peneliti sehingga data yang diperoleh

benar-benar valid. Penelitian ini akan difokuskan pada.

“Peran Guru Akidah Akhlak dalam Menyeimbangkan Ilmu dan Moral

Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Bungo.”Berikut ini bagan kerangka

berfikirnya:

Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 199.Djam’an Setori Dan Aan Komariah, Metodologi
Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2011), h, 130.Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), h. 130.Ibid. h. 87.Prastyo Irawan, Logika, dan
Prosedur Penelitian, (Jakarta: Press 1999), h. 86. Lexy J Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), h. 128.Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan:
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 399.Djaman Satori
dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta, 2011), h, 219. Taufiq,
Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Akhlak Siswa di SMK 1 Palopo,
(Skripsi:STAIN Palopo,2010, h, 63.

Anda mungkin juga menyukai