Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI KONSEP BERMAIN ANAK USIA DINI DAN

RELEVANSINYA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK


Makalah ini dipresentasikan pada mata kuliah Pendekatan Saintifik
Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Semester VI Lokal PIAUD B

Disusun Oleh: Kelompok 2


Cindy Asih Anggraini Futri
Dinda Andriyani
Elisnawati
Essy Nofitri
Fadilatul Khury
Mega Puspa Sari
Miawati
Nur Aprizanido
Okta Gita Ria
Ratna Mulia
Sarmila
Siti Mahmudah
Yolanda Widistian

Dosen Pengampu: Novi Susanti, S.Pd., M.Pd


YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)
NUSANTARA BATANG HARI
2022
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. karena berkat Rahmat,
karunia-Nya dan hidayah-Nya lah kita masih diberikan kesehatan dan sisa
umur yang bermanfaat, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Implementasi Konsep Bermain Anak Usia Dini dan
Relevansinya Dengan Pendekatan Saintifik” dengan baik, meskipun
banyak terdapat kekurangan didalamnya. Kami juga berterimakasih
kepada Bunda Novi Susanti, S.Pd., M.Pd selaku dosen mata kuliah
Pendekatan Saintifik yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Saw yang telah membebaskan kita dari alam kebodohan
menuju alam yang terang benerang, seperti yang dapat kita rasakan
kecanggihan teknologi saat ini. Kami berharap makalah ini dapat berguna
untuk menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
Implementasi Konsep Bermain Anak Usia Dini dan Relevansinya dengan
Pendekatan Saintifik. Dalam makalah ini pastilah terdapat kekurangan-
kekurangan yang tidak disengaja, maka darI itu mohon kritkan, saran
serta bimbingan agar pembelajaran kita dapat berjalan sesuai dengan
tujuan bersama.

Muara Bulian, April 2022

Penyusun

ii
Daftar Isi
Halaman Judul............................................................................................i
Kata Pengantar..........................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
Latar Belakang Masalah..............................................................................1
Rumusan Masalah.......................................................................................1
Tujuan Penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
A. Implementasi Konsep Bermain Anak Usia Dini dan Relevansinya
dengan Pendekatan Saintifik............................................................3
B. Tiga Prinsip Utama Dalam Menggunakan Pendekatan Saintifik
Ilmiah (berpusat pada peserta didik, menggunakan pendekatan
keberagaman proses 5 M)................................................................7
C. Kriteria Pendekatan Ilmiah dan Non-ilmiah dalam Pembelajaran
AUD................................................................................................10
BAB III PENUTUPAN...............................................................................13
A. Kesimpulan.....................................................................................13
B. Saran..............................................................................................13
Daftar Pustaka.........................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sesuai Undang-undang Dasar 1945 tentang Pendidikan tercantum
dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003
Pasal3, yang berbunyi: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.
Menurut Hosnan (2014), pendekatan saintifik adalah suatu proses
pembelajaran yang dirancang supaya peserta didik secara aktif
mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui kegiatan mengamati,
merumuskan masalah, mengajukan/ merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengkomunikasikan.
Pendekatan saintifik bertujuan untuk menumbuhkan sikap-sikap ilmiah,
menciptakan ilmu pengetahuan, mencintai lingkungan sekitarnya dan
mengacu pada kecerdasan intelektual.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kita dapa membuat
rumusan masalahnya, yaitu:
1. Bagaimana implementasi konsep bermain anak usia dini dan
relevansinya dengan pendekatan saintifik?
2. Jelaskan tiga prinsip utama dalam menggunakan pendekatan
saintifik ilmiah (berpusat pada peserta didik, mengembangkan
pendekatan keberagaman, proses 5 M)?
3. Sebutkan kriteria pendekatan ilmiah dan non-ilmiah dalam
pembelajaran AUD?

1
2

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumasan masalah di atas, kita dapat membuat tujuan
penulisannya, yaitu:
1. Untuk mengetahui dan memhami tentang implementasi konsep
bermain anak usia dini dan relevansinya dengan pendekatan
saintifik.
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang tiga prinsip utama
dalam menggunakan pendekatan saintifik ilmiah ( berpusat pada
peserta didik, mengembangkan pendekatan keberagaman, proses
5 M).
3. Untuk mengetahui dan memahami kriteria pendekatan ilmiah dan
non-ilmiah dalam pembelajaran AUD.
.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Implementasi Konsep Bermain Anak Usia Dini dan


Relevansinya dengan Pendekatan Saintifik
Pendidikan anak usia dini merupakan upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan (stimulus) pendidikan agar
membantu perkembangan pertumbuhan baik jasmani maupun rohani
sehingga anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan yang lebih lanjut. 1
Prinsip pembelajaran AUD salah satunya yaitu bermain sambil belajar,
tidak heran jika bermain memiliki peranan sangat penting terhadap
perkembangan anak usia dini, hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Montalalu dkk, bahwa pengaruh bermain bagi
perkembangan anak dapat mempengaruhi perkembangan fisik, dorongan
komunikasi, penyaluran energy emosional yang terpendam, penyaluran
bagi kebutuhan dan keinginan, sumber belajar, rangsangan bagi
kreativitas, perkembangan wawasan diri, belajar bermasyarakat, standar
moral, belajar bermain sesuai dengan peran jenis kelamin, perkembangan
ciri kepribadian yang diinginkan. 2 Bermain merupakan sarana anak untuk
belajar mengenal lingkungan dan merupan kebutuhan yang paling penting
dan mendasar bagi anak khususnya untuk anak usia dini, melalui bermain
anak dapat dapat memenuhi seluruh aspek kebutuhan perkembangan
kognitif, afektif, sosial, emosi, motorik dan bahasa. 3 Bermain mempunyai
nilai yang penting bagi perkembangan fisik, kognitif, bahasa dan sosial
anak, bermain juga bermanfaat untuk memicu kreativitas, mencerdaskan
otak, menanggulangi konflik, melatih empati ,mengasah panca indera,

1
Martinis. Y dan Sanan J, Panduan Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Gaung Persada,
2010), hal. 1
2
Hurlock. E. B, Psikologi Perkembangan (Alih Bahasa: Istidayanti dan Soedarwo Edisi
Kelima, Jakarta: Erlangga, 1978), hal. 323
3
http://core.ac.uk/download/pdf228816306.pdf

3
terapi dan melakukan penemuan. 4 Anak usia dini adalah anak yang
memiliki keunikan masing-masing dan sedang dalam proses tumbuh dan
berkembang, sehingga masa ini sering disebut dengan masa Golden Age.
Anak usia dini juga dapat diartikan bahwa anak yang berada pada rentan
0-8 tahun dan sosok yang sedang menjalani proses perkembangan
dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. 5 Dalam
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang System Pendidikan
Nasional dijelaskan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan
bagi anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun.
Anak merupakan amanah Allah SWT yang harus dijaga dan dibina, ia
membutuhkan pemeliharaan, penjagaan, kasih sayang dan perhatian. 6 Al -
Ghozali, dalam kitabnya "Ihya Ulumuddin" menjelaskan tentang hakikat
anak sebagai berikut:7 "Anak itu merupakan amanah bagi kedua orang
polos dan belum tersentuh goresan dan lukisan apapun, masih dapat
menerima pahatan apa saja dan siap mengikuti pengaruh apapun yang
disuguhkan kepadanya. Jika anak itu dibiasakan pada hal-hal yang bain
diajarinya, maka ia akan tumbuh dan berkembang di atas kebaikan
tersebut, dan ia akan bahagia di dunia dan akhirat. Orang tuanya, gurunya
dan pengasuhnya akan bersama-sama memperoleh pahalanya.
Sebaliknya apabila anak tersebut dibiasakan pada hal-hal yang buruk dan
dibiarkan liar seperti binatang, ia akan celaka dan rusak dalam hidupnya,
dosanya juga akan dipikul oleh orang-orang yang bertanggung jawab dan
mengurusinya".
Bermain menurut Docket dan Fleer berpendapat bahwa bermain
merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan
memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan

4
Montolalu dkk, Bermain dan Permainan Anak (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hal.
1. 19
5
Sujiono N. Y, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: PT Indeks, 2013), hal.
6
6
Dindin Jamaludin, Paradigma Pendidikan Anak Dalam Islam (Bandung: Pustaka Setia,
2013), hal. 37
7
Mita Sari, Peningkatan Disiplin Melalui Bermain Dengan Aturan (Jakarta: Tesis PPS
UNJ, 2014), hal. 45

4
dirinya.8 Dworetsky dalam Moeslichaton mengemukakan bahwa bermain
merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan dan dilaksanakan
untuk kegiatan itu sendiri, yang lebih ditekankan pada caranya daripada
hasil yang diperoleh dari kegiatan itu. 9 Dalam kegiatan main anak
tentunya ada hal yang paling penting untuk diketahui khususnya dalam
proses pembelajaran pada anak usia dini yang diberikan melalui bermain
hendaknya mendukung diantaranya:10
1. Termuat 3 jenis main yaitu: (a) Main peran, Vigotsky dan Erikson
mengemukakan bahwa bermain peran disebut juga dengan main
simbolis, pura-pura fantasi, imajinasi atau main drama sangat
penting untuk perkembangan kognisi, sosial dan emosi anak pada
usia 3-6 tahun. Bermain peran dapat dibagi menjadi dua yaitu
bermain peran makro dan mikro. Bermain peran makro adalah
dimana posisi anak berperan langsung atau berperan berperan
sesungguhnya menjadi seseorang atau sesuatu. Sedangkan
bermain peran mikro merupakan ketika anak memegang,
menggerakkan benda lain yang berukuran kecil untuk memulai
adegan tiap adegan. (b) Main sensorimotor atau pembelajaran
yang dilakukan dengan mengaktifkan seluruh panca inderanya. (c)
Main pembangunan atau konstruktif adalah main yang
tersistematis, terarah untuk melakukan suatu praktek langsung.
Adapun bahan main pembangunan yang dapat bersifat cair/ bahan
alam, seperti air, pasir, cat, playdough, krayon, pulpen dan lainnya.
Sedangkan media yang terstruktur seperti balok unit, balok
berongga, lego, bongkar pasang, balok berwarna dan tambahan
untuk main yang tersistematis yaitu tentang bagaimana menanam
kangkung, toge, tomat atau membuat suatu makanan atau

8
Nehru, Mengembangkan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini Melalui Permainan
Tradisional “Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, vol. 5 (Jakarta, 2011), hal. 134
9
Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak (Jakarta: Rineka Cipta,
2004)
10
Latif Mukhtar dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi
(Jakarta: Prenadamedia Group), hal. 79

5
minuman (dapat disesuaikan pada masing-masing tema yang
bersangkutan).
2. Sejumlah bahan main merupakan bahan yang terdiri dari banyak
ragam jenis, misalnya bahan main yang dapat membedakan kasar
dan halus, besar dan kecil, berat dan ringan, tebal dan tipis dan
sebagainya.
3. Penataan bahan main merupakan menempatkan bahan main pada
tempatnya dengan sebuah perencanaan sebelumnya.
4. Hubungan social merupakan interaksi dua anak atau lebih, baik
dengan permainan individu maupun perkelompok, sehingga anak
dapat bersosialisasi dengan temannya.
Implementasi pendekatan saintifik pada anak usia dini merupakan hal
yang sangat penting, karena dapat mengembangkan berbagai aspek
perkembangan anak. Implementasi pendekatan saintifik pada pendidikan
anak usia dini adalah pengenalan proses saintifik. 11
Hal ini dapat dilakukan dengan cara melibatkan anak secara langsung
dalam proses pembelajaran. Berikutnya dalam tahapan proses
pembelajaran yaitu:
1. Mengamati (observing), merupakan aktivitas yang menggunakan
panca indera seperti pendengaran, penglihatan, pengecap,
penghirup dan peraba, untuk mengenali suatu benda. Dengan
demikian, semakin banyak indera yang digunakan, maka semakin
banyak informasi yang diperoleh, informasi tersebut diproses dalam
otak. Proses mengamati dilakukan anak secara mandiri atau
berkelompok.
2. Menanya (questioning), merupakan aktivitas mencari tahu atau
mencocokkan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan
pengetahuan baru yang dipelajari. Pada dasarnya anak adalah
seorang peneliti, anak selalu ingin tahu sesuatu yang baru.
Terkadang pertanyaan diluar dugaan. Dengan demikian Prosen
11
Erni Munastiwi, Implementasi Pendekatan Saintifik Pada Pembelajaran Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD), Al-Athfal Jurnal Pendidikan Anak, Vol. 1 No. 2 2015

6
saintis terjadi pada pikiran kritisnya. Peran guru harus mampu
menstimulus pernyataan yang anak tanyakan.
3. Mencoba/ mengumpulkan (trying/ collecting), merupakan aktivitas
mengumpulkan informasi/ data suatu proses yang diminati anak.
Aktivitas yang dilakukan mencoba-gagal-mencoba dan seterusnya
dengan cara sambil bermain. Proses pembelajaran aktif dapat
mendukung kemampuan berpikir kreatif.
4. Menalar/ mengasosiasi (associating), merupakan aktivitas anak
mulai menghubungkan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan
pengatahuan baru atau yang ada disekitarnya. Anak diupayakan
dapat mengasosiasikan atau menghubungkan pengetahuan baru.
Proses asosiasi penting bagi anak untuk membangun pemahaman
baru tentang dunia disekelilingnya. Strategi guru untuk
memunculkan kemampuan asosiasi dapat dilakukan dengan
memancing pertanyaan.
5. Mengkomunikasikan (communicating), merupakan aktivitas
mengkomunikasikan hasil pembelajaran. Tahap ini merupakan
proses penguatan pengetahuan terhadap pengetahuan baru yang
didapatkan anak. Mengkomunikasikan dapat dilakukan dalam
bentuk ucapan dan hasil karya.
Jadi, implementasi konsep bermain anak usia dini sangat penting dan
konsep bermain yang mengandung 3 jenis main yang berhubungan
(relevan) dengan pendekatan saintifik, karena pendekatan saintifik
merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan mengaktifkan
seluruh panca indera dengan melalui media langsung maupun tidak
langsung.

B. Tiga Prinsip Utama dalam Menggunakan Saintifik Ilmiah


(berpusat pada peserta didik, mengembangkan pendekatan
keberagaman proses 5 M)

7
Pendekatan saintifik (Scientific Approach) adalah model pembelajaran
yang menggunakan kaidah-kaidah keilmuan yang memuat serangkaian
aktivitas pengumpulan data melalui observasi, menanya, eksperimen,
mengola informasi atau data kemudian mengkomunikasikan
(Kemendikbud, 2014). Menurut Seefeldt dan Barbour (1994: 490-492)
mengatakan bahwa kemampuan sains proses pada anak usia dini,
meliputi: kemampuan mengamati, mengklarifikasi, menarik kesimpulan,
mengkomunikasikan dan mengaplikasikannya berdasarkan pengalaman
sains yang diperolehnya. Proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan saintifik agar anak dapat merumuskan sebuah masalah
dengan menanya/ bertanya serta menghubungkannya dengan
pengetahuan yang dimilikinya.
Berikut prinsip pendekatan saintifik dalam pembelajaran menurut
Hosnan (2014), yaitu:
1. Pembelajaran berpusat pada anak didik.
2. Pembelajaran membentuk students self concept.
3. Pembelajaran terhindar verbalisme.
4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada anak didik untuk
emngasimilasi dan mengakomodasi kosnep, hukum dan prinsip.
5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan
berpikir anak didik.
6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar anak didik dan
motivasi mengajar guru.
7. Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melatih
kemampuan dalam berkomunikasi.
8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum dan prinsip yang
dikonstruksi anak didik dalam struktur kognitifnya.
Tiga prinsip utama dalam menggunakan pendekatan saintifik ilmiah
yaitu:
1. Berpusat pada peserta didik

8
Akhmad Sudradjat (2008) mengemukakan pendekatan
pembelajaran merupakan titik tidak atau sudut pandang guru
terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Sedangkan
berpusat pada siswa (student centered) adalah "proses belajar
mengajar berdasarkan kebutuhan dan minat anak" (Oemar
Hamalik' 2004: 201). Froebel lebih lanjut menjelaskan bahwa dalam
menerapkan konsep pembelajaran terpusat pada anak (student
centered learning), anak diharapkan sebagai peserta aktif dan
mandiri dalam proses belajar, bertanggung jawab dan berinisiatif
untuk mengenali kebutuhan belajar anak sendiri, menemukan
sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhan anak,
membangun serta mempresentasikan pengetahuan anak
berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukan oleh
anak. Anak dapat memilih sendiri apa yang akan dipelajari dalam
proses pembelajaran.12
2. Mengembangkan pendekatan keberagaman
Keberagaman adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang
memiliki berbeda dalam berbagai bidang. Setiap anak memiliki sisi
keunikan masing-masing, pendidikan anak usia dini merupakan
pendidikan yang sangat penting sehingga pemerintah juga
berupaya memberikan jaminan kepastian setiap anggota
masyarakat dalam memperoleh layanan PAUD sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Proses pendidikan
yang melayani semua keberagaman atau kultur kehidupan
masyarakat, dengan tidak membedakan asal usul dari mana dia
berada, maupun dari keberagaman agama dan budaya. Konsep
multikultur menurut Hamid yaitu penyelenggaraan PAUD di

12
https://eprints.uny.ac.id/9793/2/BAB%202%20-%2008111241002.pdf

9
Indonesia selain untuk mengembangkan potensi kecerdasan
komprehensif dan kreativitas anak, juga bertujuan untuk
mempersiapkan anak mengikuti pendidikan ditingkat selanjutnya
yaitu tingkat kecakapan dan kondisi adat dan tradisi yang berbeda.
3. Proses 5 M
Pendekatan saintifik meliputi proses 5 M yaitu:
a. Mengamati merupakan kegiatan yang mengaktifkan seluruh
panca indera, mulai dari indera penglihatan, pembau/ penghidu,
pendengaran, pengecapan dan peraba yang dapat digunakan
segala sesuatu yang ada disekitar kita.
b. Menanya merupakan suatu ungkapan pertanyaan yang anak
sendiri belum mendapatkan jawabannya melalui proses apa
yang dia lihat, dengar, rasa, hidup, raba dan lainnya.
c. Mengumpulkan data/ mengumpulkan Informasi merupakan
suatu kegiatan tanya jawab anak kepada seorang guru untuk
menambah kajian wawasan pengetahuan anak.
d. Mengasosiasi merupakan kegiatan menalar atau membuat
suatu kesimpulan tentang pembelajaran yang baru terjadi
dengan kejadian masa lalu (saling berkaitan).
e. Mengkomunikasikan merupakan ungkapan anak saat
menceritakan kembali apa yang dia pelajari hari ini dengan
pembelajaran yang dia dapatkan di masa lalu.

C. Kriteria Pendekatan Ilmiah dan Non-ilmiah dalam Pembelajaran


AUD
Pendekatan ilmiah (scientific approach) menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk
mendekati suatu masalah. Pendekatan ilmiah adalah pendekatan
disipliner dan pendekatan ilmu pengetahuan yang fungsional terhadap
masalah tertentu. Pendekatan ilmiah wujudnya adalah metode ilmiah.
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan

10
yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapat
melalui metode ilmiah. Menurut Checkland, berdasarkan sejarah
perkembangan ilmu, didapatkan tiga karakteristik utama dari pendekatan
ilmiah, yaitu:13
1. Reductionism merupakan pendekatan yang mereduksi
kompleksitas permasalahan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
sehingga dapat dengan mudah diamati dan diteliti.
2. Repeatability merupakan suatu pengetahuan disebut ilmu, bila
pengetahuan tersebut dapat dicek dengan mengulang eksperimen
atau penelitian yang dilakukan oleh orang lain di tempat dan waktu
yang berbeda.
3. Refutation merupakan suatu ilmu harus memuat informasi yang
dapat ditolak kebenarannya oleh orang lain.
Pendekatan non-ilmiah adalah kegiatan manusia dalam usaha
mencari ilmu pengetahuan dan mencari kebenaran, terutama sebelum
ditemukannya metode ilmiah, dilakukan berbagai cara diantaranya adalah
penemuan ilmu pengetahuan secara kebetulan, menggunakan akal sehat
(common sense) menggunakan intuisi, melalui wahyu, melalui usaha
coba-coba (trial dan eror) dan lain-lain sebagainya.
Pendekatan non-ilmiah umunya memiliki metode yang terkesan sangat
tradisional, diantaranya yaitu:
1. Akal sehat merupakan konsep atau pandangan umum yang
digunakan oleh manusia secara praktis dalam kehidupan sehari-
hari. Contohnya menurut orang awam, bulan berbentuk bulat dan
rata, setelah diteliti oleh para ilmuwan bahwa pandangan tersebut
tidak benar, karena konstur permukaan bulan tidak rata dan
bergelombang).
2. Wahyu merupakan suatu pengetahuan yang datang secara
langsung dari Tuhan, sama sekali bukan merupakan usaha aktif
manusia melalui kegiatan penalaran. Contohnya Kitab-kitab Suci
13
https://portaljurnalistik99.wordpress.com/2019/05/03/pendekatan-ilmiah-dan-non-ilmiah-
serta-tahapan-metode-ilmiah/

11
yang diwahyukan Tuhan Yang Maha Esa kepada orang pilihan
yang disebut dengan beberapa para Nabi.
3. Intuisi merupakan kemampuan untuk memahami sesuatu melalui
bisikan hati.
4. Coba-coba merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan
secara berulang-ulang dengan menggunakan cara dan materi yang
berbeda-beda, dilaksanakan tanpa metode yang bersifat sistematis.
Menurut Permendikbud (2013-a: 202) proses pembelajaran disebut
ilmiah jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau
fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran
tertentu, bukan sebatas kira-kira, kahyalan, legenda atau dongeng
semata.
2. Penjelasan guru, respon peserta didik dan interaksi edukatif guru
peserta didik terbatas dari prasangka yang serta Merta, pemikiran
subyektif atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir kritis.
4. Analisis dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,
memecahkan masalah dan mengaplikasikan substansi atau materi
pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan dan tautan satu
sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.
6. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,
menerapkan dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan
obyektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
7. Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
8. Tujuan pembelajaran dirumuskan serta sederhana dan jelas,
namun menarik sistem penyajiannya.
BAB III

12
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Bermain menurut Docket dan Fleer berpendapat bahwa bermain
merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan
memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan
dirinya. Implementasi konsep bermain anak usia dini sangat penting dan
konsep bermain yang mengandung 3 jenis main yang berhubungan
(relevan) dengan pendekatan saintifik, karena pendekatan saintifik
merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan mengaktifkan
seluruh panca indera dengan melalui media langsung maupun tidak
langsung.
Pendekatan saintifik (Scientific Approach) adalah model pembelajaran
yang menggunakan kaidah-kaidah keilmuan yang memuat serangkaian
aktivitas pengumpulan data melalui observasi, menanya, eksperimen,
mengola informasi atau data kemudian mengkomunikasikan
(Kemendikbud, 2014). Tiga prinsip utama dalam menggunakan
pendekatan saintifik ilmiah yaitu:
1. Berpusat pada peserta didik
2. Mengembangkan pendekatan keberagaman
3. Proses 5 M, Pendekatan saintifik meliputi proses 5 M yaitu:
a. Mengamati.
b. Menanya.
c. Mengumpulkan data/ mengumpulkan.
d. Mengasosiasi.
e. Mengkomunikasikan.
B. Saran
Dalam makalah ini pastilah terdapat kekurangan-kekurangan atau
kesalahan-kesalahan yang tidak kami ketahui. Oleh karena itu kami
sangat membutuhkan kritikan serta bimbingan agar pembelajaran kita
dapat berjalan sesuai dengan tujuan bersama.

13
Daftar Pustaka

Dindin Jamaludin. 2013. Paradigma Pendidikan Anak Dalam Islam.


Bandung: Pustaka Setia.

Erni Munastiwi. 2015. Implementasi Pendekatan Saintifik Pada


Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Al-Athfal
Jurnal Pendidikan Anak, Vol. 1 No. 2

Hurlock. E. B. 1978. Psikologi Perkembangan (Alih Bahasa: Istidayanti


dan Soedarwo Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Latif Mukhtar dkk. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Prenadamedia Group.

Martinis. Y dan Sanan J. 2010. Panduan Pendidikan Anak Usia Dini.


Jakarta: Gaung Persada.

Mita Sari. 2014. Peningkatan Disiplin Melalui Bermain Dengan Aturan.


Jakarta: Tesis PPS UNJ.

Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak.


Jakarta: Rineka Cipta.

Montolalu dkk. 2007. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Nehru. 2011. Mengembangkan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini Melalui


Permainan Tradisional “Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, vol. 5
Jakarta.

Sujiono N. Y. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT


Indeks.

http://core.ac.uk/download/pdf228816306.pdf

https://eprints.uny.ac.id/9793/2/BAB%202%20-%2008111241002.pdf

https://portaljurnalistik99.wordpress.com/2019/05/03/pendekatan-ilmiah-
serta-tahapan-metode-ilmiah/

14

Anda mungkin juga menyukai