Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PERKEMBANGAN SAINS PERMULAAN AUD

Dosen Pengampu : Faizatul Faridy, S.Pd.I., M.Pd.

Disusun Oleh :

Indah Ludiana : 210210066


Indah Delima : 210210014
Nazwa Azilla : 210210058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

BANDA ACEH

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"PERKEMBANGAN SAINS PERMULAAN AUD" tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Faizatul
Faridy, S.Pd.I., M.Pd. pada mata kuliah "Pengembangan Kognitif AUD". Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pengertian dan
Pengenalan Aqidah secara etimologi dan terminology serta landasan
memperkenalkan aqidah pada AUD.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Faizatul Faridy, S.Pd.I., M.Pd.
selaku ibu dosen pengampu mata kuliah "Pengembangan Kognitif AUD" yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambahkan pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Dengan demikian, kami menyadari
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini dimasa
yang akan datang.

Banda Aceh, 02 September 2023

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................................
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................

A. Konsep Perkembangan Sains Permulaan AUD.....................................................


B. Ruang Lingkup Perkembangan Sains Permulaan AUD........................................
C. Prinsip-prinsip Perkembangan Sains Permulaan AUD.........................................
D. Tahap Kemampuan Sains Pada Anak Usia Dini...................................................
E. Implementasi Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini......................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................................

A. Kesimpulan............................................................................................................
B. Saran......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang
diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak
usia 0–6 tahun yang sering disebut masa emas perkembangan. PAUD adalah
investasi yang sangat besar bagi keluarga dan bangsa. Pendidikan yang
diberikan pada usia dini sebaiknya disesuaikan dengan usia
perkembangannya, termasuk salah satunya Taman Kanak-Kanak atau
disingkat dengan sebutan TK.
Masa kanak-kanak merupakan fase yang fundamental dalam
mempengaruhi perkembangan individu. Para ahli mengungkapkan bahwa
masa kanak-kanak merupakan masa belajar aktif, anak melakukan
penjelajahan terhadap objek di lingkungannya untuk memperoleh pengalaman
dan mengkonstruksi pengetahuannya. Masa kanak-kanak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan otak, dimana akan menentukan kepribadian
anak selanjutnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan perubahan dan
tuntutan-tuntutan baru seperti sumber daya manusia yang potensial dalam
menghadapi tantangan di abad mendatang. Untuk mengatasi masalah tersebut,
diperlukan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan di
Taman Kanak-kanak sebenarnya tidak terlepas dari pendekatan dalam belajar
mengajar.
Ali Nugraha (2005: 1) mengemukakan bahwa pengembangan
pembelajaran sains pada anak, dan bidang pengembangan lainnya memiliki

iv
peranan yang sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan
dan pembentukan sumber daya manusia yang diharapkan.
Tujuan pembelajaran sains di TK adalah melatih anak melakukan
eksplorasi terhadap berbagai benda di sekitarnya. Di dalam eksplorasinya,
anak mengggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala alam
melalui kegiatan observasi (penginderaan) sehingga kemampuan observasinya
meningkat seperti melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar.
Anak akan memperoleh pengetahuan baru dari hasil interaksinya dengan
berbagai benda yang diobservasinya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “bagaimana penjelasan
tentang perkembangan sains permulaan anak usia dini yang berupa konsep,
ruang lingkup, prinsip-prinsip, tahap kemampuan dan implementasi
pembelajaran sains pada anak usia dini?”

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pemahaman bagi
para mahasiswa/i tentang perkembangan sains permulaan anak usia dini.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Perkembangan Sains Permulaan AUD


Konsep Pengembangan Sains Awal AUD, konsep sains (science) dari
sudut bahasa, sains atau science (bahasa Inggris), berasal dari bahasa latin,
yaitu dari kata scientia artinya pengetahuan. Tetapi pernyataan tersebut terlalu
luas dalam penggunaan sehari-hari, untuk itu perlu dimunculkan kajian
etimologi lainnya. Para ahli memandang batasan etimologis yang tepat
tentang sains yaitu dari bahasa jerman, hal itu dengan merujuk pada kata
wissenschaft, yang memiliki pengertian pengetahuan yang tersusun atau
teorganisasikan secara sistematis. Secara konseptual terdapat sejumlah
pengertian dan Seseorang anakdikatakan menguasai sains dari dimensi proses,
apabila cara kerja dia dalam mengenal, menggali dan mengungkap segala
sesuatu yang terkait dengan alam ini serta segala permasalahannya, mengikuti
proses ilmiah dengan kata lain menggunakan metode ilmiah (scientific
method).
Kaitannya dengan program program pembelajaran sains anak usia dini,
sains dapat dikembangkan menjadi tiga substansi mendasar,yaitu pendidikan
dan pembelajaran sains yang menfasilitasi penguasaan proses
sains,penguasaan produk sains serta program yang menfasilitasi
pengembangan sikap-sikap sains. Pertama, sains sebagai suatu proses adalah
metode untuk memperoleh pengetahuan. Rangkaian proses yang dilakukan
dalam kegiatan sains tersebut, saat ini dikenal dengan sebutan metode
keilmuan atau metode ilmiah (scientific method). Kedua, sains sebagai
suatu produk terdiri atas berbagai fakta, konsep prinsip, hukum dan teori
(Carin dan Sund, 2002; Sinaradi, 1998).Ketiga, sains sebagai suatu sikap, atau

vi
dikenal dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya adalah berbagai keyakinan,
opini dan nilai-nilai
yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari
atau mengembangkan pengetahuan baru. Diantara sikap tersebut adalah rasa
tanggung jawab yang tinggi, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, jujur dan
terbuka terhadap pendapat orang lain. (Dawson, 2004).
Ketiga, tujuan program pengembangan pembelajaran sains yang dikaitkan
dimensi sains sebagai sikap. maksudnya pengembangan pembelajaran sains
pada anak usia dini secara bertahap diarahkan pada suatu pembentukan
pribadi atau karakter (character bulding), sehingga anak sebagai sasaran dan
yang akan menjadi output serta outcame pendidikan dan pembelajaran sains
sejak dini telah ditanamkan benih-benih sikap yang sesuai dengan tuntutan
dan criteria sebagai pembelajar yang benar dalam memahami sikap ilmuwan.
Berdasarkan ketiga tujuan tersebut diatas, maka semakin tinggi
kemampuan dan sikap sains melekat pada anak, maka akan semakin berarti
(signifikan) pula kemampuan tersebut dalam menunjang produktivitas dan
aktivitas anak dalam pengungkapan dan penggalian sains. Tingginya
kemampuan dan sikap sains yang dimiliki anak mencerminkan akan semakin
terampilnya anak dalam mengenali objek sains, berpikir logis dan mengikuti
prosedur kerja sesuai standar kerja ilmiah yang dipersyaratkan. Mengapa
demikian, karena kemampuan dan sikap sains yang telah melekat dan
terinternalisasi dalam diri anak akan menjadi alat kontrol (pengendalian diri)
yang cukup efektif dalam melakukan proses, menyikapi dan menghasilkan
sains.
Jika pembejalaran sains pada anak usia dini dipandang sebagai bentuk
evolusi dari pemikiran profesional yang akan terus berkembangan dalam
beberapa dekade ke depan, maka filosofi pembejalaran sains merupakan
integrasi kemajuan dalam pemikiran dan praktik profesional dan bukan
semata-mata sebagai suatu kecenderungan. Dalam pembelajaran sains,

vii
guru/tutor tidak diminta untuk mengubah segala sesuatu yang dilakukannya,
melainkan menyelaraskan tentang pengetahuan mengenai perkembangan anak
dengan pembelajaran sains yang tepat bagi anak dalam suasana bermain.
_______________________
1
Fauzia Wulan. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini. Feniks Muda Sejahtera. 2023.hal.100-107

B. Ruang Lingkup Perkembangan Sains Permulaan AUD


Ruang lingkup program pengembangan pembelajaran sains apabila
ditinjau dari bidang pengembangan atau kemampuan yang harus dicapai,
maka terdapat tiga dimensi yang semestinya dikembangkan bagi anak usia
dini yaitu meliputi kemampuan terkait dengan penguasaan produk sains,
penguasaan proses sains dan penguasaan sikap-sikap sains (jiwa ilmuwan).
Arah pengembangan program pembelajaran sains sebagai suatu proses
ditujukan pada perencanaan dan aktivitas sains yang dapat membantu anak
dalam menguasai keterampilan yang terkait dengan cara pengenalan dan
perolehan sains yang benar. Cara-cara tersebut sering dikenal sebagai
metode sains, atau metode ilmiah. Pentingnya anak menguasai cara-cara
tersebut, karena sains dipandang sebagai sesuatu yang memiliki disiplin
yang ketat,obyektif dan suatu proses yang bebas nilai.Dengan ketentuan
seperti itu, maka anak usia dini sejak awal perlu diperkenalkan pada
prosedur dan teknik kerjanya secara benar;sehingga kecakapan-kecakapan
tersebut menjadi suatu yang melekat kuat hingga anak menjadi ilmuwan yang
sesungguhnya. Adapun,sesuai dengan karakteristik proses sains, maka
kemampuan yang dapat diprogramkan dan dilatihkan pada anak usia dini,
diantaranya:kemampuan mengamati, menggolongkan, mengukur,
menguraikan, menjelaskan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan
pentingtentang alam, merumuskan problem, merumuskan hipotesis,
merancang penyelidikan termasuk eksperimen-eksperimen, mengumpulkan
dan menganalisis data, menarik kesimpulan, dan sebagainya. Kemampuan-
kemampuan sebagaimana disebutkan di atas tentu pada tarap yang

viii
sederhana, misalnya pada tema binatang, guru memperlihatkan gambar
kumpulan binatang. Selanjutnya anak disuruh mengamati, gambar binatang
tersebut dan
_______________________
2
Asep Saepudin, AS (2013). Pembelajaran Sains Pada Program Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal
Teknodik , Hal. 217-218

diminta mengelompokan binatang yang hidup di darat dan di laut. Kemudian


anak diajak untuk menganalisis atau mengurai bagian-bagian organ tubuh
binatang dan menyimpulkannya.
Ruang lingkup kajian pengembangan kognitif Sains anak usia dini ini
meliputi hal-hal berikut ini:

1. Konsep dasar sains


2. Sains sebagai proses
3. Sains sebagai materi
4. Sains sebagai sikap
5. Sains sebagai teknologi
6. Pengenalan sains dalam kurikulum PAUD
7. Cara belajar sains anak usia dini
8. Pendekatan saintifik pada pembelajaran anak usia dini
9. Pengelolaan lingkungan bermain sains pada anak usia dini
10. Perencanaan aktivitas bermain sains pada anak usia dini
11. Penilaian pencapaian perkembangan sains pada anak usia dini.

C. Prinsip-prinsip Perkembangan Sains Permulaan AUD


Prinsip adalah azas atau kebenaran-kebenaran yang menjadi pokok dasar
dalam berpikir dan bertindak. Terkait dengan kegiatan belajar, khususnya
dengan pembelajaran sains pada anak usia dini, terdapat sejumlah hal yang

ix
prinsipil atau yang terpenting dan sebaiknya menjadi bagian utama yang
diperhatikan oleh para pendidik (guru) dalam penerapan kegiatan belajar dan
membelajarkan sains. Mengacu pada prinsip-prinsip belajar yang
dikemukakan oleh Witherington (1996) maupun Ausuble (1989), terdapat
beberapa azas yang semestinya diperhatikan oleh para guru dalam kegiatan
belajar sehingga perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan-kegiatan
dalam program pengembangan sains berjalan sesuai yang semestinya. Di
antara hal-hal prinsip dalam belajar yang harus dipegang teguh menurut kedua
ahli tersebut adalah:

1). Belajar akan berhasil apabila anak melihat tujuan dan tujuan itu
lahir dari dan dekat dengan kehidupan anak. Untuk menghasilkan
tujuan belajar, khususnya tujuan belajar dalam program
pengembangan sains hendaklah ketika merumuskan tujuan-tujuannya,
anak-anak dilibatkan secara aktif. Jika memang anak-anak sebagai
peserta sudah dapat menentukan dan memilih tujuan belajar secara
memadai, sebaiknya diberi kesempatan kepada mereka untuk dapat
menentukannya sendiri. Keterlibatan anak dalam kegiatan penentuan
belajar sains, akan meningkatkan peran serta mereka pada kegiatan
belajar yang dilakukan, karena pilihan kegiatan akan cocok dengan
minat mereka sehingga motivasi dan gairah belajarnya dapat dijaga
bahkan cenderung lebih tinggi. Disimpulkan bahwa makna belajar
memerlukan dukungan motivasi dari anak, baik secara internal (yang
datang dari dalam diri) maupun eksternal (yang datang dari luar diri
anak).

2). Kegiatan belajar hendaklah dapat merangsang seluruh aspek


perkembangan anak, baik jasmani, rohani maupun emosional. Banyak
pilihan dan bentuk belajar yang dapat diajukan pada anak, tetapi yang

x
terbaik adalah yang multi guna dan multi fungsi, artinya yang dapat
memfasilitasi banyak aspek pertumbuhan pada diri anak. Hal yang
lebih baik lagi, adalah jika guru dapat menemukan yang dapat
merangsang seluruh dimensi perkembangan anak (fisik, motorik,
bicara, emosi, sosial, pengertian, moral, kepribadian, kreativitas dan
bermain). Kegiatan belajar yang dipilih hendaklah yang mampu
menciptakan learning to know (belajar untuk tahu), learning to do
(belajar melakukan), learning to be (belajar membentuk diri) serta
learning to live together (membantu kemampuan. hidup dalam
mengetahui, tetapi anak akan banyak pengalaman melakukan
langsung, sehingga berdampak positif terhadap pembentukan pribadi
dan kemampuan kehidupan anak dalam lingkungannya. Perwujudan
secara nyata dan dapat ditampilkan dalam pembelajaran sains pada
anak usia dini sesuai dengan prinsip belajar tersebut adalah dengan
memfasilitasi anak melalui kegiatan langsung pada objek sains
(misalnya melalui penyelidikan dan eksperimen), tetapi dikemas
dalam bentuk yang dapat menumbuhkan budaya kelompok dan
aktivitas individual. Kegiatan mungkin bergerak dari kelompok, yaitu
pada saat persiapan dan pengenalan sains secara terbimbing, tetapi
kemudian menuju aktivitas individual (seperti: observasi,
memanipulasi dan lain-lain), dan akhirnya menuju kelompok kembali
(baik masih dalam kegiatan inti, maupun pada bagian kulminasi yaitu
saat setiap anak dan kelompoknya menyajikan hasil belajar sainsnya).
Pendekatan penunjang untuk kegiatan seperti di atas, misalnya melalui
kegiatan projek yang bermuatan sains sesuai tingkatan anakanak
sesuai tingkatan anak.

3). Lingkungan belajar yang diciptakan hendaklah bermakna dan


mengandung arti bagi anak sehingga membentuk pola kelakuan

xi
(behavior pattern) yang berguna bagi kehidupan anak. Makna dari
prinsip tersebut adalah hendaklah lingkungan yang disediakan untuk
anak mempelajari dan mengeksplorasi sains dikemas sedemikian rupa
sehingga dapat menjadi medium dalam mengaktualisasikan segala
potensi sains anak (rasa ingin tahu, spontanitas, kejujuran kepolosan,
dan sebagainya). Lingkungan belajar yang disediakan dapat berupa.
laboratorium sains yang menyenangkan (fun laboratory) maupun
melalui observasi alam/lingkungan secara langsung (nature
laboratory). Kriteria dasar untuk memilihnya adalah lingkungan yang
dapat mengaktualkan kegitan sains anak dengan cara-cara yang sesuai
perkembangan dan memiliki kualitas setting (rancangan) area belajar
dan kelengkapan yang memadai sehingga dapat menjadi tolak ukur
bagi setiap anak dalam mengidentifikasikan diri. Artinya pilihan
kegiatan sains yang diikuti anak dapat membekas dan membentuk
pola-pola perilaku baru pilihan kegiatan sains yang diikuti anak dapat
membekas dan membentuk pola-pola perilaku baru sesuai dengan
yang diharapkan.

4). Bantuan belajar yang diberikan adalah yang menunjang efektifitas


dan efisiensi belajar anak dan dilakukan secara wajar. Sesuai dengan
hakekat dan ciri-ciri perkembangan anak usia dini sebagaimana yang
telah dikemukakan sebelumnya, meskipun setiap anak sudah dapat
melakukan kegiatan belajar sains secara mandiri, tetapi untuk beberapa
hal anak masih memerlukan bantuan belajar dari guru maupun orang
dewasa lain. Kondisi tersebut dapat dimaklumi, karena secara fisik dan
mental mereka masih belum matang sepenuhnya. Hal ini dapat terlihat
saat mereka beraktifitas sains, kadang-kadang di di antara mereka ada
yang mengalami kebuntuan dalam menggali gagasan, kadang-kadang
diantara mereka ada yang masih kesulitan menggunakan alat-media

xii
sains tertentu (misal: mikroskop), kadang diantara mereka ada tidak
kuat memindahkan obyek sains yang akan dan sedang diobservasinya.
Jika kondisi-kondisi tersebut muncul, maka guru hendaklah muncul
untuk melibatkan diri dan membantu kesulitan untuk melibatkan diri
dan membantu kesulitan anak. Kriteria pemberian bantuan yang
dibolehkan adalah yang bersifat wajar, jangan mengambil alih sesuatu
yang memang dapat dan mampu dilakukan anak, meskipun secara
bertahap dan perlahan. Berikan bantuan yang wajar terhadap anak
yang buntu akan gagasan, jadilah guru sebagai inisiator (pembuka ide),
tetapi jangan menjadi pengambil alih inisiatif anak. Jika sudah terbuka,
biarkan anak melanjutkannya kembali sesuai dengan tahapan yang
harus dilaluinya. Jika anak sulit memindahkan obyek sains, janganlah
dulu guru. langsung membantu, tetapi sarankanlah dulu anak
memindahkannya secara bergotong-royong tetapi jika memang nyata
tidak dapat dilakukan oleh anak-anak, mungkin karena beresiko (akan
berbahaya, dan sebagainya), maka guru sains mutlak membantunya.
Dengan demikian bantuan yang diberikan pada anak bersifat wajar dan
lebih bermakna bagi kegiatan anak.

5). Adanya upaya pengintegrasian pengalaman belajar sebelumnya


dengan pengalaman baru sehingga menjadi suatu kesatuan pengalaman
yang utuh, tidak mudah lepas atau hilang. Prinsip ini sangat penting
dimaknai oleh guru sains karena pembelajaran yang kita laksanakan
bersama anak memiliki sifat berkesinambungan. Menyatukan
pengalaman belajar anak sebelumnya dengan pengalaman baru akan
membantu mengintegrasikan pengalaman sains didapatkan anak dari
waktu ke waktu menyatu, sehingga tidak ada mata rantai pengalaman
yang hilang (missing links). Cara-cara praktis yang dapat dilakukan
guru sains, misalnya setiap kali memasuki materi baru hendaklah

xiii
melakukan pengecekan atas pengalaman sebelumnya (entering
behavior) atau prasyarat yang telah dikuasai anak. Biasakan para guru
mengecek kemampuan anak secara bertahap, terutama jika materi dan
kemampuan yang harus dimiliki anak bersifat hirarkis (harus sesuai
tahapan baku/ formal.

6). Penyajian belajar hendaklah suatu keseluruhan harus lebih dulu


dimunculkan kemudian baru menuju sesuatu yang lebih spesifik.
Prinsip ini sangat beralasan, karena secara umum penampilan obyek
sains secara totalitas, terutama saat permulaan (menampilkan awal) di
hadapan anak akan memiliki tingkat kebermaknaan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang spesifik terlebih dahulu. Sebagai contoh:
seorang anak lebih bermakna dalam memahami daun pisang, bukan
hanya melalui disodorkan daun pisangnya saja; tetapi sodorkanlah
daun pisang yang masih melekat pada pohon pisangnya. Sodoran
hanya daun pisangnya saja terhadap anak, akan menyebabkan ia hanya
mengetahui semata-mata daun; tetapi sodoran daun pisang secara utuh
akan memperbanyak hal-hal yang dapat diketahui anak, anak bukan
hanya mengetahui daun secara terbatas, tetapi kedudukannya dan
sebagainya.
Begitupun, dengan disodorkan bagian-bagian pohon pisang secara
spesifik dan bertahap. Misal: ini daun, ini batang, ini akar, ini buah,
dan sebagainya tidak akan membantu anak mengenal bahwa itu pohon
pisang secara baik. Tetapi jika ditunjukkan pada anak satu pohon
pisang yang lengkap dan utuh (ada pohon, batang, daun dan buah),
maka anak akan dapat menyimpulkan secara baik bahwa itu pohon
pisang, bahkan anak akan mengetahui bagian-bagiannya secara sangat
baik. Disinilah makna dari prinsip belajar di atas.

xiv
7). Belajar selalu dimulai dengan suatu masalah dan berlangsung
sebagai usaha untuk memecahkan masalah itu. Prinsip ini secara
umum sesuai dengan makna kehidupan yang dilalui setiap orang dan
anak. Bahwa hidup ini merupakan serangkaian pemecahan
permasalahanan. bersifat terus- menerus. Selesai satu permasalahan,
akan menghampiri permasalahan berikutnya, dan seterusnya tanpa
henti. Atas dasar filosofi tersebut, sesungguhnya belajar itu adalah
suatu permasalahan, termasuk di dalamnya adalah belajar sains bagi
anak usia dini. Karena prinsipnya seperti itu, maka yang terpenting
bagi kita sebagai guru sains bagaimana mengajukan pilihan sains.
kepada anak dengan sosok permasalahan yang mudah dikenali
sehingga mudah dipecahkan, dalam hal ini mudah dikuasai dan
melekat pada setiap diri anak. Cara sederhana yang dapat dilakukan
guru sains diantaranya: ajukanlah permasalahan sains dengan
pertanyaan sederhana, mudah dicerna dan menantang anak untuk
mengungkapnya. Misalkan: mengapa besi tenggelam di air?
Permasalahan tersebut dapat dikemas dengan menyediakan sebuah
paku dan segelas air, maka suruhlah anak untuk melakukan kebenaran
bahwa besi dapat tenggelam di air. Kemudian dengan dibantu oleh
ujicoba benda lainnya barulah diambil suatu kesimpulan. Untuk
memahamkan tenggelam saja bagi anak merupakan masalah besar.
Dengan disajikan melalui cara tersebut di hadapan anak maka dengan
mudah anak menangkap maksudnya.

8). Belajar itu berhasil bila disadari telah ditemukan kunci atau
hubungan di antara unsur-unsur dalam masalah itu, sehingga diperoleh
wawasan (insight) dan pemahaman. Tugas guru dalam belajar sains
terkait dengan prinsip ini adalah hendaklah ia mampu menggiring anak
untuk menemukan hal- hal yang bersifat prinsip dari setiap kegiatan

xv
sains yang dilakukan anak. Misalkan saja jika contoh
menenggelamkan paku dilanjutkan, dengan menenggelamkan baut
kecil, menenggelamkan kelereng yang dimiliki anak,
menenggelamkan koin uang, dan sebagainya. Rangkaian percobaan
sederhana tersebut akan menemukan suatu kunci, bahwa apapun
bendanya asalkan berjenis dan bersifat logam, maka akan tenggelam.
Jadi logam akan tenggelam di air. Itulah kata kunci yang akan
dipahami anak.

9). Belajar berlangsung dari yang sederhana meningkat kepada yang


kompleks, bergerak dari yang dekat dengan anak hingga yang jauh,
serta dari yang konkrit menuju abstrak. Prinsip tersebut bermakna
bahwa pembelajaran sains yang dilakukan oleh guru hendaklah
dilaksanakan secara bertahap yang berarti. Mulailah pembelajaran
sains dengan segala sesuatu yang mudah ditangkap, dikenali, dan
dimanipulasi anak. Kemudian secara berangsur- angsur sesuai
kemajuan belajar anak berpindah pada tingkatan yang lebih tinggi.
Misalkan untuk mengenalkan konsep sepeda. Mulailah dengan
observasi pada roda, akhirnya diketahui bahwa sepeda adalah
kendaraan beroda dua, jika itu telah dipahami dilanjutkan dengan
bagian lainnya, misalkan observasi atau menyelidiki pemutar roda
(rantai), hingga pada bagaimana remnya, baut- murnya, dan
sebagainya. Contoh lain: untuk mengenalkan berbagai jenis binatang,
mulailah dari jenis hewan yang dipelihara anak menuju hewan lain
yang belum dikenal anak. Untuk mengenalkan, konsep kesehatan
(abstrak). Mulailah dari menggali cara mandi pagi anak, bersabun,
menyikat gigi, dan sebagainya, yang akhirnya ditemukan pengertian
sehat atau kesehatan. Untuk memperkenalkan rasa asin sodorkanlah

xvi
garam, untuk memperkenalkan rasa manis sodorkanlah gula, dan
sebagainya, baru kemudian diidentifikasi lebih jauh.

Semua prinsip belajar tersebut sangat dianjurkan dipahami oleh setiap guru
sains, karena akan sangat membantu dalam mengemas dan menciptakan
pembelajaran sains yang bermakna dan fungsional bagi anak.
Kekurangpahaman para guru terhadap prinsip- prinsip di atas akan
mengakibatkan pembelajaran yang terjadi menjadi rusak, baik sedikit maupun
banyak sesuai dengan tingkat pemahaman guru terhadap dimaksud. Hal itu
tentunya harus dihindari dan tidak boleh terjadi, apalagi pembelajaran yang
kita lakukan diperuntukkan bagi anak usia dini; usia emas, usia potensial, dan
sebagai usia penentu bagi perjalanan hidup setiap individu dalam
_______________________
3
Abdullah Sani, Ridwan dan Usman Samatowa. 2019.Metode Pendidikan Sains Untuk Anak Usia Dini.

masyarakatnya. Semoga tanggung jawab tersebut dipahami sepenuhnya oleh


para guru sains anak usia dini.
Yuliyanti (2010, hlm. 24) menerangkan prinsip pembelajaran Sains yang
ditujukan pada anak usia dini memiliki beberapa prinsip, yaitu:

1. Berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak


Salah satu kebutuhan perkembangan anak adalah rasa aman, oleh
karena itu jika kebutuhan fisik anak terpenuhi dan merasa aman secara
psikologis, maka anak akan belajar dengan baik. Aktivitas
pembelajaran yang ditujukan kepada anak harus didasarkan pada
analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek
perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak. Minat
sains anak dapat dibangkitkan melalui bermain sains yang dirancang
agar anak bisa bersosialisasi dengan teman, membangkitkan motivasi
dan rasa ingin tahu.

xvii
2. Bermain sambil belajar
Melalui kegiatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi,
menemukan dan memanfaatkan obyek-obyek yang dekat dengannya,
sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Bermain bagi anak
merupakan suatu proses kreatif untuk bereksplorasi, mempelajari
keterampilan yang baru dan bermain dapat menggunakan simbol untuk
menggambarkan dunianya.

3. Selektif, kreatif, dan inovatif


Materi sains yang disajikan dipilih sedemikian rupa sehingga dapat
disajikan melalui bermain. Proses pembelajaran dilakukan melalui
kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu,
memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru.
Pengelolaan pembelajaran hendaknya juga dilakukan secara dinamis.
Artinya anak tidak hanya dijadikan sebagai obyek, tetapi juga subyek
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dibutuhkan kreativitas dan
inovasi guru dalam menyusun kegiatan pembelajaran sains. Kegiatan
belajar pada anak usia dini bertujuan untuk membentuk perilaku dan
mengembangkan kemampuan dasar yang ada pada diri anak yang
disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan.

Anak-anak pada usia dini atau usia emas (golden age) memerlukan banyak
stimulus agar mampu mencapai beragam tugas-tugas perkembangan secara
optimal, misalnya perkembangan kognitif. Salim dan Hariyanti (2014, hlm.
86) menerangkan bahwa perkembangan kognitif adalah mengembangkan
kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah informasi belajar, sehingga
dapat menemukan bermacam- macam alternatif pemecahan masalah,
membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika matematika dan

xviii
kemampuan sains. Kemampuan sains permulaan adalah kemampuan yang
berhubungan dengan berbagai percobaan atau dengan metode tertentu guna
dalam pendekatan secara logis dan tetap mempertimbangkan tahapan berpikir
anak. Peningkatan kemampuan sains pada anak usia dini dilakukan dengan
memberikan stimulasi agar anak dapat melakukan kegiatan sesuai yang telah
direncanakan. Stimulasi yang diberikan bertujuan agar anak akan tertarik dan
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sains.Pengajaran sains pada anak
tidak dapat dilakukan bila hanya secara verbal, tetapi harus menggunakan
metode yang didasarkan pada aktivitas anak. Nurjatmika (2011) menjelaskan
aktivitas sains harus memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap
berbagai benda yang ada di sekitarnya. Kegiatan pengenalan sains tidak cukup
dengan

_______________________
4
Ratih Dewi Rapisa. Program Latihan Koordinasi Sensomotorik Bagi Anak Usia Dini Dan Anak
Berkebutuhan Khusus. Deepublish. September, 2019.hal.142-144.

memberitahu definisi atau nama-nama objek saja tetapi juga memungkinkan


anak berinteraksi secara langsung dengan objek dan memperoleh pengetahuan
melalui hampir semua indranya.

D. Tahap Kemampuan Sains Pada Anak Usia Dini


Pembelajaran sains pada anak usia dini disesuaikan dengan tahapan
perkembangan anak. Menurut Piaget (dalam Janice, 2013), tahapan
perkembangan kognitif anak usia dini meliputi tahap sensori motorik (sejak
lahir- usia 2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), tahap operasional
konkret (usia 7-11 tahun), dan tahap operasional formal (usia 11 tahun ke
atas). Anak usia 5-6 tahun berada dalam tahapan pra-operasional, pada
tahapan ini anak memasuki proses berpikir simbolis dan anak merupakan
individu yang unik, setiap anak memiliki karakteristik dan tahapan

xix
perkembangan yang berbeda. Sehingga dalam pembelajaran kita perlu
memperhatikan hal tersebut, karena mempengaruhi minat anak yang akan
menumbuhkan motivasi belajar mereka. Sedangkan anak akan belajar melalui
interaksi mereka dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Dengan demikian,
dalam program pengembangan kemampuan sains pada anak usia dini
sebaiknya dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan
aspek perkembangan dan tahapan perkembangan anak. b. Belajar sambil
bermain.
Bermain merupakan salah satu metode yang paling efektif dalam kegiatan
pembelajaran pada anak usia dini. Melalui bermain situasi pembelajaran akan
terasa menyenangkan dan anak tidak mudah bosan. Dengan demikian, anak
akan selalu antusias dalam kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir.
Bermain membuat anak dapat mengeksplorasi, menemukan, dan
memanfaatkan objek-objek yang ada di sekitarnya.
Disamping itu guru juga mengatur peralatan dan perabotan yang digunakan
dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan keamanan anak.
Merencanakan dan mempersiapkan semua kegiatan yang dilakukan, serta
memantau setiap kegiatan anak dan memperhatikan perilaku anak selama
kegiatan berlangsung.
Anak Taman Kanak-kanak (TK) berada pada tahapan pra-operasional dan
operasional konkrit, dimana anak-anak belum mampu mempelajari atau
berpikir secara abstrak. Sehingga model pembelajaran yang digunakan dalam
pengembangan program sains juga harus memperhatikan tahapan
perkembangan kognitif anak. Dalam setiap pembelajaran guru harus mampu
mengusahakan untuk menyediakan media-media pembelajaran konkrit,
sehingga aktivitas yang dilakukan anak mengarah pada karakteristik tersebut.
Contoh: guru meminta anak untuk melakukan klasifikasi daun berdasarkan
ukurannya, mengelompokkan balok berdasarkan bentuk atau warnanya,

xx
mengelompokkan biji- bijian atau benda lain berdasarkan kesamaan sifat atau
karakteristik yang dimiliki.
Kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan sains anak
sebaiknya juga disesuaikan dengan kriteria yang sesuai dengan tahapan
perkembangan anak seperti: 1) pembelajaran yang mengajarkan sebab akibat.
Anak usia taman kanak-kanak masih kesulitan untuk menghubungkan sebab
akibat dari suatu peristiwa yang tidak terlihat langsung, karena anak belum
mampu berpikir secara abstrak. Sehingga untuk mengajarkan sebab akibat
pada anak harus melalui kegiatan pembelajaran secara langsung seperti
kegiatan penimbangan, balon yang ditiup akan melembung, dan peristiwa air
mengalir dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah. 2) Pembelajaran yang
melibatkan anak untuk melakukan eksplorasi. Salah satu cara untuk
merangsang pengetahuan anak dan kemampuan anak berpikir kritis adalah
melalui kegiatan eksplorasi. Dengan bereksplorasi anak mendapatkan
pengalaman langsung terkait benda atau peristiwa yang diamati. Sehingga
anak akan membangun pengetahuannya sendiri, bahkan anak akan
mendapatkan pengetahuan lebih ketika anak mengeskplorasi lingkungan
sekitarnya. 3) Pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan anak
untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pembelajaran sains tidak
mengajarkan anak untuk mengingat berbagai kegiatan dan obyek, melainkan
melatih anak untuk mampu mengkonstruksi pengetahuannya melalui aktivitas
yang dilakukan. Dengan demikian, kegiatan sains tidak cukup jika guru hanya
menjelaskan terkait dengan nama suatu obyek, karakteristik dan jenisnya saja,
tetapi guru harus mampu menghadirkan suatu obyek nyata yang mampu anak
amati, anak raba atau sentuh, dicium, dan bahkan dirasakan untuk
membangun sebuah pengetahuan terhadap objek tersebut. 4) Pembelajaran
yang lebih menekankan pada proses dari pada hasil. 5) Pembelajaran yang
menarik.

xxi
Menurut Nugraha (2005), ada beberapa sikap yang dikembangkan dalam
program pembelajaran sains pada anak usia dini diantaranya:
a. Sikap Jujur
Jujur merupakan sikap yang dilakukan berdasarkan sesuatu apa
adanya tanpa adanya rekayasa yang dilakukan dalam kegiatan
sains, sehingga data yang dihasilkan nyata sesuai dengan penelitian
atau pengamatan yang dilakukan.
b. Sikap Kritis
Pembelajaran sains mendukung anak untuk berpikir secara
kritis dan mendalam supaya memperoleh data atau hasil yang
dapat dipertanggungjawabkan. Melalui pembelajaran sains anak
dapat melakukan pengamatan mengumpulkan untuk mencari
informasi data yang menuntut atau anak.
_______________________
5
Naili Saida. Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Umsurabaya Publishing. 2022.hal.27-35

Oleh karena itu setiap tahapan perkembangan dari keempat perkembangan


yang diajukan oleh Piaget harus diperhatikan secara seksama karena
pengaruhnya amat besar dalam pengembangan pendidikan anak usia dini.
Tahapan-tahapan perkembangan yang dimaksudkan oleh Piaget ditampilkan
sebagai berikut:

1). Tahap usia sensori-motor (usia 0-2 tahun)

Pada tahap ini perilaku kasat mata anak terutama


didominasi dalam bentuk gerakan fisik. Pada tahapan ini, anak
belum secara internal merepresentasikan berbagai kejadian

xxii
atau peristiwa. Mereka belum berpikir konseptual meski
berbagai skemata dalam dirinya mulai terbentuk.

2). Tahap berpikir praoperasional (usia 2-7 tahun)

Tahap ini ditandai dengan perkembangan bahasa dan


berbagaibentuk representasi lainnya serta perkembangan
konseptual yang pesat. Nalar anak- anak pada tahapan ini
belum nampak logis (yakni masih pada tahap prelogical atau
semi logical) dan mereka cenderung egosentris. Misalnya,
ketika ditanya mengapa matahari terbit di pagi hari? Seorang
anak mungkin menjawab: "karena saya bangun".

3). Tahap operasi konkrit (7-11 tahun)

Pada tahapan ini anak-anak mulai dapat berpikir logis dan


dapat menerapkan pikiran logisnya untuk memecahkan
masalahmasalah konkrit.

4). Tahap operasi formal (11-15 atau lebih).

Pada tahap ini struktur kognitif anak telah berkembang


penuh dan mereka dapat menerapkan nalar logis terhadap
berbagai jenis persoalan. Menggunakan kerangka umum pola
perkembangan ini sebagai acuan, kita dapat menempatkan anak
usia dini (atau preschoolers, usia 2-4 tahun) dan tahun-tahun
awal usia sekolah dasar (5-7 tahun, primary age children) pada
tahap keterampilan berpikir konkret- praoperasional; yang
bertumpu pada pengalaman langsung. Modus belajar yang

xxiii
umumnya disukai anak usia ini adalah melalui aktivitas fisik
(hands on) dan berbagai situasi yang bertautan langsung
dengan minat dan pengalamannya (embedded in personal and
social experiences). Meski mereka secara umum memiliki
rentang perhatian yang pendek, mereka cenderung mengulang-
ulang kegiatan dan atau permainan yang sama. Anak-anak
prasekolah ini sangat cocok dengan pola pembelajaran melalui
pengalaman konkrit dan aktivitas motorik. Pada tahun-tahun
awal usia sekolah dasar (5-7 tahun), kebanyakan anak-anak
masih berada pada tahap berpikir praoperasional dan cocok
belajar melalui pengalaman konkrit dan dengan orientasi tujuan
sesaat (immediate goals). Mereka gandrung mengenal dan
mengidentifikasi serta mepelajari benda-benda yang berada di
lingkungan sekitarnya. Pada tahapan ini anak-anak sebagai
pembelajar memerlukan struktur kegiatan yang jelas dan
instruksi yang spesifik. Mereka juga perlu diperkenalkan
dengan

_______________________
6
Abdullah Sani Ridwan, dan Usman Samatowa. Metode Pembelajaran Sains Untuk Anak Usia Dini.
2019.hal.245

berbagai pola kegiatan rutin yang teratur melalui satuan


pelajaran harian. Hal lainnya ditinjau dari perspektif kognitif.

E. Implementasi Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini


Pembelajaran sains pada hakikatnya mencakup dua dimensi yaitu sains
sebagai proses (keterampilan proses sains) dan sains sebagai produk. Padilla
(1990) mengelompokkan keterampilan Implementasi Pendekatan Saintifik
Sebagai Pembentuk Keterampilan Proses Sains Anak Usia Dini (Maria Melita

xxiv
Rahardjo) proses sains menjadi keterampilan proses sains dasar dan
keterampilan proses sains terintegrasi.
Keterampilan proses sains dasar meliputi pengamatan, pengukuran,
pengambilan kesimpulan, komunikasi, klasifikasi, dan prediksi. Keterampilan
proses sains teritegrasi meliputi pengontrolan variabel, penetapan definisi
operasional, penyusunan hipotesis, penginterpretasian data, eksperimen, dan
penyusunan model. Pengelompokan keterampilan sains oleh Padilla tersebut
banyak dirujuk oleh peneliti-peneliti lain yang mengkaji tentang keterampilan
proses sains.
Selanjutnya dimensi sains sebagai produk sebenarnya adalah informasi
atau pengetahuan (produk) yang didapat dari serangkaian proses sains yang
dilakukan (hasil mengamati, menganalisa,
mencoba). Pengetahuan atau produk sains dikelompokkan menjadi empat
cabang yaitu ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu bumi dan angkasa, dan ilmu
biologi.
Pentingnya pendidikan sains bagi anak usia dini tampaknya juga disadari oleh
para pemangku kebijakan di Indonesia. Oleh karena itu, meskipun kurikulum
pendidikan anak usia dini (kurikulum 2013) tidak memiliki bagian khusus
yang membahas tentang kurikulum pembelajaran sains, pendekatan saintifik
ditetapkan untuk menjadi ciri khas kurikulum PAUD. Kurikulum 2013 pada
hakikatnya menitikberatkan pada pengembangan sains sebagai proses atau
yang disebut dengan keterampilan proses sains. Buku pedoman yang
diterbitkan Kemendikbud sebagai pelengkap dokumen kurikulum membahas
cukup detail contoh-contoh penerapan implementasi keterampilan proses sains
dalam proses pembelajarannya.
Dalam kurikulum 2013, pendekatan saintifik didefinisikan sebagai sebuah
pendekatan atau membangun pola pikir dan daya nalar anak melalui lima
tahapan. Kelima tahapan tersebut adalah mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan.

xxv
1. Mengamati, menanya, dan mengumpulkan informasi
Tahap paling awal dalam pendekatan saintifik adalah
mengamati, dilanjutkan dengan menaya, dan mengumpulkan data.
Penulis menyatukan ketiga tahapan ini menjadi satu bagian
pembahasan karena pada dasarnya, mengamati dan menanya
adalah bagian dari keterampilan proses untuk mengumpulkan
informasi. Di kurikulum PAUD penjelasan tentang perbedaan
ketiganya tidak benar-benar jelas dibahas, malah ada
kecenderungan tumpang tindih. Sebagai contoh, di keterangan
pendekatan sains “mengamati” tertulis “mendorong anak untuk
mengamati dari berbagai sudut/ arah bagian-bagian pohon pisang”.
Demikian pula di keterangan pendekatan sains “mengumpulkan
informasi” tertulis “mengamati pohon pisang dengan pengamatan
mendalam”. Kedua penjelasan tersebut tidak menampakkan batas
beda yang dapat memperjelas definisi tahapan “mengamati”
maupun tahapan “ mengumpulkan informasi”. Ketidakjelasan
perbedaan antara tahapan tersebut sebenarnya wajar, karena
sebenarnya mengamati merupakan salah satu cara dari tahap
mengumpulkan data. Pengumpulan data atau informasi bisa
dilakukan dengan berbagai cara seperti bertanya (menanya),
mengamati dengan lima indra, dan melakukan pengukuran.
Pengamatan menggunakan panca indra akan cenderung
menghasilkan data kualitatif. Selanjutnya, untuk mendapat data
dengan derajat yang lebih terukur, pengamatan dapat diekstensi
dengan pengukuran. Sebagai contoh, anak yang mengamati dua
pohon pisang akan bilang pohon yang satu lebih pendek dibanding
pohon lainnya. Tetapi jika pohon tersebut memiliki tinggi yang
hampir sama, maka diperlukan pengukuran dengan menggunakan

xxvi
meteran supaya benar-benar bisa mengatakan bahwa pohon satu
lebih tinggi dibanding pohon yang lain.

2. Menalar dan mengkomunikasikan


Tahapan pendekatan saintifik setelah mengumpulkan informasi
adalah menalar. Dalam kamus bahasa indonesia, berpikir nalar
diartikan sama dengan berpikir logis. Dalam berbagai kajian,
pemikiran logis sering dijelaskan dengan contoh premis-premis.
Premis A, B, dan C diketahui, maka dapat dibuat sebuah
kesimpulan. Artinya, meskipun informasi yang diterima hanya
sebagian-sebagian, dapat dibuat sebuah kesimpulan. Kesimpulan
bisa jadi salah, bisa jadi benar setelah mengalami pengujian. Itulah
yang disebut prediksi atau hipotesa. Jadi, pendekatan saintifik
“menalar” dapat diamati ketika anak memprediksi sesuatu, atau
menyimpulkan sesuatu setelah melalui proses perolehan data yang
cukup.
Tahapan menalar tidak dapat berdiri sendiri. Ketika anak
menalar, maka anak perlu mengkomunikasikan penalarannya
supaya guru dapat mengevaluasi proses belajar anak. Dengan
komunikasi, anak dapat mengungkapkan ide dan hasil belajarnya.
Anak juga bisa mendapat tanggapan dan umpan balik yang
semakin memperkaya proses belajarnya. Komunikasi dapat
dilakukan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun hasil karya. Bentuk
komunikasi menyesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Bagi
anak yang belum dapat memaparkan data observasi dan penalaran
melalui tulisan, media komunikasi lisan dan hasil karya dapat
menjadi alternatif pilihan. Keterampilan proses sains berkontribusi
terhadap perkembangan pemikiran logis seorang anak (Sriningsih,
2018).

xxvii
_______________________
7
Maria Melita Rahardjo. Implementasi Pendekatan Saintifik Sebagai Pembentuk Keterampilan
Proses Sains Anak Usia Dini.Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 2019. Hal. 149-151

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

xxviii
Pengembangan Sains untuk anak usia dini merupakan sains yang
sasarannya ditujukan kepada anak usia dini serta bagaimana memahami sains
berdasarkan sudut pandang anak. Saat ini, sains menjadi hal yang penting
untuk dikenalkan pada anak-anak usia dini. Pembelajaran atau pengembangan
sains perlu diterapkan atau dikenalkan pada anak usia dini karena sains dapat
mengajak anak untuk berpikir kritis, dan anak tidak begitu saja menerima atau
menolak sesuatu. Melalui percobaan-percobaan sains anak akan
meningkatkan keterampilan proses dan kemampuan sainsnya.

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Kami sadar bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan silahkan
disampaikan. Apabila terdapat kesalahan mohon dapat dimaafkan dan bagi
pemakalah selanjutnya agar lebih lengkap dengan banyak referensi baik dari
buku maupun jurnal.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Sani, Ridwan dan Usman Samatowa. 2019.Metode Pendidikan Sains Untuk
Anak Usia Dini.

xxix
Yafie Evania. dkk. Pengembangan Kognitif (Sains Pada Anak Usia Dini). universitas
negeri Malang. 2019.

Naili Saida. Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Umsurabaya Publishing.
2022.

Fauzia Wulan. perkembangan Kognitif Anak Usia Dini. Feniks Muda Sejahtera.
2023.

Ratih Dewi Rapisa. Program Latihan Koordinasi Sensomotorik Bagi Anak Usia Dini
Dan Anak Berkebutuhan Khusus. Deepublish. September, 2019.

Asep Saepudin, AS (2013). PEMBELAJARAN SAINS PADA PROGRAM


PENDIDIKAN ANAK USIA DINI. Jurnal Teknodik.

Maria Melita Rahardjo. Implementasi Pendekatan Saintifik Sebagai Pembentuk


Keterampilan Proses Sains Anak Usia Dini.Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan,
2019.

Abdullah Sani Ridwan, dan Usman Samatowa. Metode Pembelajaran Sains Untuk
Anak Usia Dini. 2019.

xxx

Anda mungkin juga menyukai