Mata Kuliah:
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Agusria Gea
FALKUTAS
HUKUM DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN GURU PAUD
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa yang telah memberikan
rahmat dan keselamatan serta karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami berhasil
menyelesaikanMakalah ini yang isinya berjudul “prinsip pembelajaran sains anak usia
dini”
Berkat rahmat dan hikmat tuhan, akhirnya kami dapat membuat makalah ini tepat
waktu. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dengan baik sebagai pengetahuan
kita mengenai “prinsip pembelajaran sains anak usia dini” yang dialami setiap manusia.
Kami juga menyandari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna.
Kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
Sekiranya laporan atau makalah yang telah kami susun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
dan kesilafan Dalam makalah ini.
Kelompok I
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
Latar Belakang........................................................................................................................4
Isi............................................................................................................................................4
Tujuan.....................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
PRINSIP PEMBELAJARAN SAINS ANAK USIA DINI.......................................................6
Pembelajaran Sains Bagi Anak Terkena Gangguan Visual...................................................8
Pembelajaran Sains Bagi Anak Terkena Gangguan Pendengaran.........................................9
Pembelajaran Sains Bagi Anak Terkena Gangguan Fisik (Cacat Tubuh)..............................9
Pembelajaran Sains Bagi Anak Terkena Gangguan Emosional...........................................10
Tantangan dan pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini di Indonesia.............10
Hambatan Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini.................................10
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
KESIMPULAN........................................................................................................................12
SARAN....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
BAB I
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia dini adalah fase perkembangan individu yang disebut sebagai golden age (usia
emas). Implikasinya pada bidang pendidikan pada anak usiadini perlu langkah yang tepat.
Melihat anak-anak merupakan calon penurus bangsa,maka dibutuhkan upaya yang baik
dalam memasukan Pendidikan pada anak. Artinya keberhasilan membina anak sejak dini
merupakan kesuksesan dimasa depan anak. Sebaliknya jika mengalami kegagalan dalam
membina, mengajar anak, pengasuhan, prilaku dan mendidiknya merupakan bencana bagi
kehidupan anak dimasa yang akan datang.
Untuk dapat mengoptimalkan Pendidikan pada anak usia dini biasa diawali dengan
pembelajaran karakteristik dan tujuan pembelajaran yang akan diterapkan termasuk dalam
bidang penerapan sains. Tujuan dan ruang lingkup sains akan banyak membantu dan
mengajar orang dewasa dalam penguasa program-program untuk anak usia dini yang
dianggap tepat.
pendidikan sains yang telah dirumusan harus mudah diamati, dinilai, sederhana dan
praktis. Tujuan tersebut dalam pengembangan pembelajaran sains adalah terkait dengan
fenomena-fenomena realitas terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sains adalah satu
pengungkap keberadaan dan rahasia alam raya berserta isinya dan merupakan salah
satu sarana mencapai tujuan hidup manusia sangat penting untuk dipahami dan dikuasai.
Kemajuan dibidang sains dapat mempercepat kemajuan, mempermudah dalam hidup,
mengurangi penderitaan,sehingga membuka pintu-pintu masa depan yang cerah dan
cermilang.
B. Isi
Pembelajaran sains pada anak yang mengalami gangguan
Tantangan dan pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini di Indonesia
. Tujuan penulisan
C. Tujuan
pembelajaran sains sejalan dengan kurikulum yang ada disekolah yaitu mengembangkan
anak secara utuh baik pikiran, hati dan jasmaninya. Mengembangkan intelektual, emosional
fisik jasmani maupun fisik kognitif, psikomotorik, afektif (Abruscato, 1982). Rumusan tujuan
didasarkan pada pertimbangan bahwa tugas utama sekolah dalah membantu anak mencapai
4
kebutuhan ( baik sekarang maupun yang akan datang). Sesuai dengan kondisi
lingkunganekologi, ekonomi sosial, dan kebutuhan akibat dari perkembangan IPTEK.
Tujuan mendasar dari pendidikan adalah untuk mengembangkan individu terhadap
pendidikan sains itu sendiri. Jadi focus program pengembangan pembelajaran sains untuk
memupuk pemahaman , minat dan penghargaan pada anak terhadap dunia dimana mereka
hidup (Su-maji, 1988).
Menurut Like Wilarjo (1988) focus tekanan pendidikan terletak pada bagaimana diri
dididik oleh alam agar kita menjadi manusia yang lebih baik. Dengan demikian tujuan
pendidikan sains diarahkan pada konsep-konsep dan dimensi-dimensinya.
Sikap jujur
b. Sikap kritis
c. Sikap kreatif
d. Sikap positif terhadap kegagalan
e. Sikap rendah hati
f. Sikap tidak mudah putus asa
g. Sikap keterbuakaan dann diuji
h. Sikap menghargai dan menerima masukan
i. Sikap berpedoman pada fakta dan data yang memadai
j. Hasrat ingin tahu yang tinggi
k. dan sebagainya
5
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Yuliyanti (2010:24), pendekatan pembelajaran sains pada anak Taman Kanak-
Kanak hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip yang berorientasi pada kebutuhan anak
dengan memperhatikan hal-hal berikut:
Menurut Sujiono (2008:12) Tahapan usia dalam pengembangan sains, pendekatan yang
digunakan dalamn kegiatan belajar sains pada peserta didik sangat tergantung pada
pengalaman, usia dan tingkat perkembangnnya. Untuk itu perhatikan beberapa indikator
berdasarkan kelompok atau usia seperti dibawah ini:
1. Usia 3-4 tahun: Mulai menjelajah dan melakukan penelitian terhadap apa yang ia lihat
sekitarnya, Mulai menyukai ilmu pengetahuan dan mau bekerja sama dengan orang
dewasa, Mulai berkembangnya kemampuan berbahasa. Mereka mulai berhubungan
dan melakukan diskusi, tetapi masih sulit dalam pengucapan kata-kata. Mereka
memerlukan orang dewasa untuk selalu mendengarkan dan “mengerti” apa yang
6
mereka ucapkan, Belajar jadi lebih mudah karena mereka sudah mulai mengerti
aktivitas yang akan dia kerjakan dan mulai percaya pada guru, orang tua atau
pengasuhnya.
2. Usia 4-5 tahun: Mulai menggunakan gambaran untuk mewakili dan mengungkapkan
ide-ide, Suka memikirkan penjelasan dari apa yang mereka teliti, baik itu fakta
ataupun imajinasi/fantasi, Mulai mampu menyeleksi aktivitas yang dilakukan. Pada
awalnya anak bereksperimen dengan bekerja di laboratorium baru kemudian
dipraktekan ditempat yang sesungguhnya. Sebagai contoh menanam biji dalam gelas
plastik bekas yang sudah diberi kapas dan air, kemudian peserta didik akan menanam
biji tersebut di tanah.
3. Usia 5-6 tahun: Tertarik pada buku-buku yang berhubungan dengan aktivitas dari
praktek sains dengan beberapa ilustrasi-ilustrasi berupa gambar, Mulai memahami
konsep sains yang bersifat abstrak, tetapi tetap dengan contoh-contoh nyata yang
konkret dan praktek langsung, Memiliki perhatian yang intens untuk berbagai
aktivitas sains, mereka mulai dapat menikmati kegiatan yang dilakukan dalam kurun
waktu beberapa hari misalnya, saat anak mengamati dan mengukur panjang batang
tumbuhan tanaman dari hari pertama, kedua, ketiga dan setelah lewat dari seminggu,
Dapat mengikuti tiga tahap tujuan dan menikmati bebrapa penelitian langsung dari
guru.
Menurut Mursid (2015:83) Berikut prinsip pembelajaran sains bagi anak usia dini:
a. Konkret dan dapat dilihat langsung. Anak dapat dilatih untuk membuat hubungan
sebab akibat jika dapat dilihat secara langsung.
b. Bersifat pengalaman. Pembelajaran hendaknya menekankan pada proses mengenalkan
anak dengan berbagai benda, fenomena alam.
c. Seimbang antara keadaan fisik dan mental. Dalam pembelajran sains kegiatan anak
berinteraksi dengan benda dikenal dengan hand on science. Anak dapat menggunakan
kelima indranya untuk melakukan observasi terhadap berbagai benda, gejala benda
dan gejala peristiwa.
d. Sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pembelajaran untuk anak usia dini harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, baik usia maupun dengan kebutuhan
individual anak.
e. Sesuai kebutuhan individual. Selain disesuaikan kelompok usia anak, pembelajaran
anak usia dini perlu meperhatikan keperluan individual.
f. Mengembangkan kecerdasan. Pembelajaran anak usia dini hendaknya tidak menjejali
anak dengan hafalan, tetapi mengembangkan kecerdasannya.
g. Sesuai langgam belajar anak. Tipe kecerdasan dan modalitas belajar yang berbeda
menyebabkan anak-anak belajar degan cara yang berbeda.
h. Kontektual dan multi konteks. Pembelajaran anak usia dini harus kontektual dan
menggunakan banyak konteks.
i. Terpadu. Pembelajaran anak usia dini sebaiknya bersifat terpadu atau terintegrasi.
j. Menggunakan esensi bermain. Pembelajaran anak usia dini menggunakan prinsip
belajar, bermain dan bernyanyi.
k. Belajar kecakapan hidup. Pendidikan anak usia dini mengembangkan diri anak secara
menyeluruh.
l. Belajar dari benda konkret. Mengajarkan angka 1,2 dan 3 akan lebih baik jika
berkoresponden dengan benda, misalnya 1 dengan 1 biji, 2 biji dan dengan 3 biji.
7
Setiap anak berhak mengembangkan diri dan memenuhi kebutuhan dasarnya
secara memadai. Setiap anak memiliki hak yang sama dalam bidang pendidikan dan
pembelajaran, sehingga ia dapat memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan
yangdiperoleh.
Anak yang terkena gangguan visual juga perlu diberikan kesempatan dan informasi
yang sama, untuk itu perlu juga dikembangkan buku-buku bagi anak yang terkena gangguan
visual yang isi pesannya ekuivalen atau sama dengan buku-buku bacaan anak normal. Cara
mudah dilakukan adalah dengan audio-tape, yang isinya adalah bacaan buku-buku anak
normal. Cara lain atau strategi lain membelajarkan sains pada anak terkena gangguan visual
tersebut adalah dengan buku-buku sains braile, tentu untuk cara ini diperuntukkan bagi anak
yang telah mampu membaca huruf kata braile.
Yang terpenting bagi anak terkena gangguan pendengaran adalah mendekatkan apa yang
harus mereka dengar dengan jarak kemampuan anak dapat mendengar secara baik.
Karakteristik utama (umum) anak terkena gangguan pendengaran adalah mereka dapat
8
menangkap suatu maksud (pesan/pikiran) dengan baik melalui keterampilan membaca gerak
bibir penutur/pembicara atau yang disajikan melalui simbol-simbol lainnya (terutama visual).
Guru sebaiknya mengikuti kursus kemampuan bahasa isyarat untuk anak tuli. Kursus
dapatdilakukan dirumah sakit, di universitas atau pusat-pusat pelayanan komunikasi untuk
anak-anak terkena gangguan (pendengaran) Penyebab diantaranya ada yang diakibatkan
bawaan sejak lahir, akibat penyakit disaluran pendengaran (gendang telinga), infeksi kelenjar
telina (amandel), memang lemah pendengaran (adenoid) atau gangguan pendengaran yang
bersifat temporal seperti akibat dari demam, penyakit flu atau reaksi suatu alergi tertentu.
Sebagai guru, harus bertindak cepat apabila terdapat anak yang terkena gangguan
pendengaran dikelas, atau anak kurang mampu menangkap apa yang disampaikan guru.
Tugas guru adalah bagaimana menanamkan kepada mereka agar tidak meyesali
keadaaannya, tetapi justru menjadi semangat dengan kondisinya itu.Tindakan-tindakan yang
harus dilakukan guru adalah berpikir kuat bagaimana mencari cara-cara interaksi alternatif
yang tepat sesuai dengan karakteristik cacat tubuh yang dialami anak. Anak harus disadarkan,
bahwa perbedaan mereka dengan anak lainnya (normal) sedikit saja, yaitu hanya dalam
mobilitas, tetapi dalam potensi dan kapasitas intelektual serta emosionalnya sama saja.
9
B. Tantangan dan pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini di Indonesia
1. Hambatan Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini
Dilema dan hambatan pengembangan sains pada AUD di Indonesia tidak hanya dihadapi
oleh negara kita, tetapi juga banyak negara lainnya. Kairena pada umumnya sains merupakan
transpalantasi dari pendidikan sains yang berasal di barat, karena merupakan proses
transpalantasi, proses pertumbuhan sering menemui kendala yang bertautan dengan budaya
dan kebiasaan setempat, lokal atau regional.
Kesadaran bahwa sains merupakan bagian dari kehidupan dan tidak dapat di pisahkan,
apalagi dalam era kebebasan seperti saat ini. Tuntutan dan fenomena tersebut akan sangat
mencolok pada daerah-daerah perkotaan terutama di kota-kota besar. Sekolah-sekolah yang
berada di lingkungan elite dan perkotaan, cenderung sangat tinggi kemampuannya dalam
menyerap sains bagi perkembangan anak-anak didiknya, dan akan amat kontras sekali apabila
dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang berada di daerah dan desa-desa.
Hasilnya adalah terjadi berbagai kesenjangan antara lembaga pendidikan yang ada. Terjai
kesenjangan pengembangan pembelajaran sains antara daerah perkotaan dengan daerah
pedesaan, hngga muncul nya fenomena sekolah favorit dan sekolah pinggiran, sekolah
unggul dan sekolah biasa. Hal tersebut secara umum berpengaruh pada proses dan produk
pendidikan, khususnya pengembangan pembelajaran sains.
Beberapa upaya yang terkait dan akan sangat bermanfaat dalam optimalisasi
pengembangan pendidikan sains pada anak usia dini diantaranya:
10
1. Kurikulum pemgembangan pembelajaran sains bagi anak usia dini dikembangkan
terintegrasi
2. Harusnya dilakukan upaya terus menerus untuk peningkatan mutu pengajar dan staf
lainnya
3. Dalam upaya meningkatkan peran masyarakat, khusunya orang tua
4. Upaya pembuatan kebijakkan, promosi, publikasi kepada masyarakat potensial
5. Masyarakat memilki peran juga mengubah lingkungannya sebelum mengajukan
tuntutan perbaikan pendidikan sains dialamatkan pada guru
6. Menyikapi semua tindakan yang dilakukan
7. Pengembangan pembelajaran sains secara kontinyu dan konsisten
8. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengidentifikasi bantuan pengembangan
pembelajaran sains pada kelompok anak
9. Mengembangkan keunggulan dalam pengembangan pembelajaran sains
10. Melakukan dan menganjurkan perintisan sekolah-sekolah yang berwawasan sains
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mempunyai beberapa saran antara lain :
1. Diharapkan guru-guru pendidikan anak usia dini dapat memahami perkembangan
profesinya sendiri
2. Diperlukan antusiasme guru dalam menangani sikap individu tentang perubahan dan
perkembangan anak
12
DAFTAR PUSTAKA
Abin syamsudin dalam Kartadinata (2004) Etika dan Profesi Keguruan. Jakarta. Universitas
Terbuka
Dedi Supriadi. 1998 Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa
Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link Between Computer-Based
Technology and Future Skill Sets. Educational Technology Nopember-Desember 1999.
Hlm. 14-22.
http://makalahfrofesikependidikan.blogspot.com/2010/07/profesi-kependidikan-di-
Indonesia.html
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007), Cet. Ke-1, h. 45.
Sumargi. 1996. Profesi Guru Antara Harapan dan Kenyataan. Suara Guru No. 3-4/1996.
Sujiono, Y. N. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks
PurwadarmintO, W.J.S., 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.
Djamarah, S.B., 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya.Usaha Nasional.
Sardiman, 2001 Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Rajawali
Usman. U.M, 2004.Menjadi Guru Profesional. Bandung. Remaja Rosdakarya
13
14