Anda di halaman 1dari 14

PEMBELAJARAN SAINS PADA ANAK USIA DINI

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan sains pada anak
usia dini

Disusun oleh :
Siti Maryam
Nim : 16.052.015.025

Fakultas : Keguruan Ilmu Pendidikan Anak Usia Dini


Universitas Islam Makassar

2018
Kata pengantar
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah pembelajaran sains pada anak usia dini

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Oleh karena itu mohon kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
kedepannya.

Makassar,1 juni 2018


Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... I
KATA PENGANTAR ......................................................................................................II
DAFTAR ISI.....................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................................
B. Isi ....................................................................................................................................
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Pembelajaran sains pada anak yang mengalami gangguan ............................................
B. Tantangan dan pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini di Indonesia ...

BAB III PENUTUP ............................................................................................................


DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Usia dini adalah fase perkembangan individu yang disebut sebagai golden age (usia emas).
Implikasinya pada bidang pendidikan pada anak usiadini perlu langkah yang tepat. Melihat anak-
anak merupakan calon penurus bangsa,maka dibutuhkan upaya yang baik dalam memasukan
Pendidikan pada anak. Artinya keberhasilan membina anak sejak dini merupakan kesuksesan
dimasa depan anak. Sebaliknya jika mengalami kegagalan dalam membina, mengajar anak,
pengasuhan, prilaku dan mendidiknya merupakan bencana bagi kehidupan anak dimasa yang akan
datang.

Untuk dapat mengoptimalkan Pendidikan pada anak usia dini biasa diawali dengan
pembelajaran karakteristik dan tujuan pembelajaran yang akan diterapkan termasuk dalam bidang
penerapan sains. Tujuan dan ruang lingkup sains akan banyak membantu dan mengajar orang
dewasa dalam penguasa program-program untuk anak usia dini yang dianggap tepat.

pendidikan sains yang telah dirumusan harus mudah diamati, dinilai, sederhana dan
praktis. Tujuan tersebut dalam pengembangan pembelajaran sains adalah terkait dengan
fenomena-fenomena realitas terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sains adalah satu pengungkap
keberadaan dan rahasia alam raya berserta isinya dan merupakan salah satu sarana mencapai
tujuan hidup manusia sangat penting untuk dipahami dan dikuasai. Kemajuan dibidang sains
dapat mempercepat kemajuan, mempermudah dalam hidup, mengurangi penderitaan,sehingga
membuka pintu-pintu masa depan yang cerah dan cermilang.

Realitas ternyata ditemukan juga hal-hal yang bersifat kontraiktifn misalnya


ditemukannya obat-obatan penyembuh, tetapi juga ditemukan juga racun-racun pemusnah
kehidupan misalnya bom atom dan nuklir.Pengembangan sains diarahkan dengan hal-hal yang
positif sesuai dengan norma-norma dan azas-azas kehidupan.
B. Isi
 Pembelajaran sains pada anak yang mengalami gangguan
 Tantangan dan pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini di Indonesia

C. Tujuan penulisan
Tujuan pembelajaran sains sejalan dengan kurikulum yang ada disekolah yaitu
mengembangkan anak secara utuh baik pikiran, hati dan jasmaninya. Mengembangkan intelektual,
emosional fisik jasmani maupun fisik kognitif, psikomotorik, afektif (Abruscato, 1982). Rumusan
tujuan didasarkan pada pertimbangan bahwa tugas utama sekolah dalah membantu anak mencapai
kebutuhan ( baik sekarang maupun yang akan datang). Sesuai dengan kondisi lingkungan ekologi,
ekonomi sosial, dan kebutuhan akibat dari perkembangan IPTEK. Tujuan mendasar dari
pendidikan adalah untuk mengembangkan individu terhadap pendidikan sains itu sendiri. Jadi
focus program pengembangan pembelajaran sains untuk memupuk pemahaman , minat dan
penghargaan pada anak terhadap dunia dimana mereka hidup (Su-maji, 1988).

Menurut Like Wilarjo (1988) focus tekanan pendidikan terletak pada bagaimana diri
dididik oleh alam agar kita menjadi manusia yang lebih baik. Dengan demikian tujuan pendidikan
sains diarahkan pada konsep-konsep dan dimensi-dimensinya.

Leeper (1994) penngembangan pembelajaran sainspada anak usia dini


hendaklah ditunjukan untuk merealitasikan 4 hal yaitu:
1. Agar anak memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah yang dihadapinya melalui metode
sains sehingga anak menjadi terampil.
2. Agar anak memilki sikap ilmiah
3. Agar anak mendapat pengetahuan dan informassains ilmiah , karena informasi merupakan
temuan dan rumusan yang objektif serta sesuai dengan kaidah-kaidah yang menaunginya.
4. Agar anak tertarik untuk menghayati sains yang ada di lingkungan dan alam sekitar.

Diharapkan juga dapat meningkatkan kecerdasan dan pemahaman anak pada alam berserta
isinya (Sumaji 1997) pengembangan pembelajaran sains, bukan hanya dominan kognitif yang
terbina tetapi juga motorik afeksinya secara seimbang. Pembelajaran sains akan tumbuh dan
berkembang kreativitas dan kemampuan berfikir kritis yang semuanya akan sangat bermanfaat
bagi aktualisasi dan kesiapan anak dalam menghadapi peran berikutnya. Pengembangan sains
pada anak usia dini yaitu:
1. Membantu anak untuk memahami sains dalam kehidupan sehari-hari
2. Membantu meletakan aspek-aspek yang terkait dengan proses sains
3. Membantu anak-anak untuk memahami kejadian diluar lingkungan
4. Menfasilitas dan mengembangan sikap ingin tahu, tekun, terbuka, kristis, mawar diri,
bertanggungjawab, bekerja sama dan mandiri dalam kehidupannya.
5. Membantu anak dalam menjelaskan gejala-gejala dan dapat memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari
6. Membantu anak untuk mangunakan teknologi sederhana
7. Membantu anak untuk mencintai lingkungan dan sadar akan keagungan TYE
Tujuan-tujuan pengajaran sains pada tingkat anak usia dini dapat disimpulkan menjadi 3
dimensi sebagai gagasan pokok yaitu:
1. dimensi produk,merupakan pendidikan yang diarahkan pada pengenalan dan penguasaan fakta,
prinsip, teori maupun aspek-aspek lain dalam bidang sains.
2. dimensi proses, merupakan tujuan yang diarahkan pada penguasaan ketrampilan pada cara kerja
sains, merupakan cara kerja dalam mengenal, mengendalikan dan mengungkapkan segala sesuatu
yang terkait dengan alam dengan metode ilmiah.
3. dimensi sikap sains, merupakan sikap atau karakter yang dibentuk oleh anak usia dini, sehingga
anak menjadi sasaran yang menjadi output serta outcame. Pembinaan dari waktu-
kewaktu diharapkan dapat meningkatkan;

a. Sikap jujur
b. Sikap kritis
c. Sikap kreatif
d. Sikap positif terhadap kegagalan
e. Sikap rendah hati
f. Sikap tidak mudah putus asa
g. Sikap keterbuakaan dann diuji
h. Sikap menghargai dan menerima masukan
i. Sikap berpedoman pada fakta dan data yang memadai
j. Hasrat ingin tahu yang tinggi
k. dan sebagainya
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran sains pada anak yang mengalami gangguan

Setiap anak berhak mengembangkan diri dan memenuhi kebutuhan dasarnya secara
memadai. Setiap anak memiliki hak yang sama dalam bidang pendidikan dan pembelajaran,
sehingga ia dapat memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan yang diperoleh.

Hak-hak dan kebutuhan dasar diatas keterlindungannya dijamin oleh negara dan
pemerintahan sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 28 ayat 2 Amandemen UUD 1945.Dalam
rangka mencapai hak dihadapkan pada suatu gangguan, misalnya saja berbadan cacat.Ia berhak
mendapatkan informasinya saja.Karena sesungguhnya mereka itu secara intelegensi akan mampu
menunjukkan kecerdasannya hanya saja dengan cara perolehan yang agak berbeda. Jadi amat
keliru, jika kita berusaha menghambat atau bahkan menyingkirkan anak-anak yang mendapatkan
gangguan dari haknya untuk mendapatkan pembelajaran sains seperti yang dijamin oleh undang-
undang diatas. Adanya jaminan tersebut dapat kita ketahui dari salah satu butir pernyataan
Deklarasi Dakkar tentang pendidikan untuk semua, bahwa deklarasi tersebut bertujuan untuk
memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama
bagi anak sangat rawan dan kurang beruntung. Empat tipe gangguan umum yang biasanya
dialami oleh anak dalam kegiatan pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran sains, yaitu :

A. Pembelajaran Sains Bagi Anak Terkena Gangguan Visual

Adalah anak-anak yang tidak mampu menggunakan indra penglihatannya untuk mengenali
suatu objek. Dengan kata lain anak mengalami kebutuhan pada matanya atau tunanetra. Anak
penderita gangguan visual tidak perlu dirujukkan pada suatu kelas khusus, tetapi harus dipikirkan
cara menanganinya. Janganlah anak tersebut disisihkan, karena yang bersangkutan tidak mampu
mengikuti materi, proses dan sikap sains atau tidak dapat ditumbuhkan kemampuan sainsnya
melalui kurikulum sains. Memodifikasi peralatan dan bahan-bahan pembelajaran sains, sehingga
anak-anak terganggu visualnya dapat sama-sama mempelajari sains dalam kelas sama seperti anak
normal. Dengan memodifikasi alat dan bahan, proses penyerapan informasi, pembentukan sikap
dan penanaman nilai dalam aktivitas sains dan kegiatan lainnya dapat dilakukan anak secara
efektif. Banyak cara yang dapat ditempuh asalkan disesuaikan dengan karakteristik gangguan
visual anak masing-masing.

Anak yang terkena gangguan visual juga perlu diberikan kesempatan dan informasi yang
sama, untuk itu perlu juga dikembangkan buku-buku bagi anak yang terkena gangguan visual yang
isi pesannya ekuivalen atau sama dengan buku-buku bacaan anak normal. Cara mudah dilakukan
adalah dengan audio-tape, yang isinya adalah bacaan buku-buku anak normal. Cara lain atau
strategi lain membelajarkan sains pada anak terkena gangguan visual tersebut adalah dengan buku-
buku sains braile, tentu untuk cara ini diperuntukkan bagi anak yang telah mampu membaca huruf
kata braile.
Optimal atau tidaknya kegiatan pembelajaran sains yang diikuti oleh anak-anak terkena
gangguan visual amat tergantung pada kemampuan gurunya. Salah satu persyaratan guru sains
agar dapat mengajar anak terkena gangguan visual adalah ia memahami tekhnik-tekhnik multy
sensory yang tepat dengan keadaan anak atau yang dapat direspon oleh anak secara efektif.

Sebelum memodifikasi atau mengembangkan pembelajaran sainsnya, hendaklah guru


memodifikasi atau mengembangkan pembelajaran sainsnya hendaklah guru berkonsultasi
(diskusi) dengan anak itu sendiri (terutama tentang kekurangan dan kelebihannya), dengan para
orang tua serta dengan ahli sains atau pengembang sains.

Contoh hasil modivikasi adalah : anak gangguan visual, diktat atau pedoman observasi
disajikan melalui rekaman radio kecil yang mudah digunakan. Sehingga anak tidak keliru dalam
melakukan proses sains atau mengikuti keterampilan sains. Untuk materi tentang ukuran waktu,
panjang, isi, berat dapat disajikan melalui braile.Guru juga pandai memberi ganjaran atau
penghargaan (reward) yang tepat pada anak, agar menjadi penguatan bagi anak penderita gangguan
visual tersebut dalam mempelajari sains.

B. Pembelajaran Sains Bagi Anak Terkena Gangguan Pendengaran

Yang terpenting bagi anak terkena gangguan pendengaran adalah mendekatkan apa yang
harus mereka dengar dengan jarak kemampuan anak dapat mendengar secara baik.

Karakteristik utama (umum) anak terkena gangguan pendengaran adalah mereka dapat
menangkap suatu maksud (pesan/pikiran) dengan baik melalui keterampilan membaca gerak bibir
penutur/pembicara atau yang disajikan melalui simbol-simbol lainnya (terutama visual). Guru
sebaiknya mengikuti kursus kemampuan bahasa isyarat untuk anak tuli. Kursus dapat dilakukan
dirumah sakit, di universitas atau pusat-pusat pelayanan komunikasi untuk anak-anak terkena
gangguan (pendengaran)

Penyebab diantaranya ada yang diakibatkan bawaan sejak lahir, akibat penyakit disaluran
pendengaran (gendang telinga), infeksi kelenjar telina (amandel), memang lemah pendengaran
(adenoid) atau gangguan pendengaran yang bersifat temporal seperti akibat dari demam, penyakit
flu atau reaksi suatu alergi tertentu.

Sebagai guru, harus bertindak cepat apabila terdapat anak yang terkena gangguan
pendengaran dikelas, atau anak kurang mampu menangkap apa yang disampaikan guru. Karena
banyak gangguan pendengaran permanen sifatnya diakibatkan oleh penanganan infeksi disaluran
pendengaran yang tidak cepat dan tepat.Demam, penyakit flu, sakit tenggorokan bila dibiarkan
secara terus- menerus berpotensial menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran yang
permanen.

Kurikulum sains yang ada tidak secara otomatis dapat diterapkan pada anak terkena
gangguan pendengaran, tetapi perlu ada penyesuaian-penyesuain agar dapat diadaptasikan, tetapi
dengan catatan tidak merubah substansi isi kurikulum sebagaimana kurikulum untik sains untuk
anak normal.

Langkah pertama dilakukan penyesuain perilaku dari anak tersebut terhadap aktivitas
sains, kemudian dilakukan pemilihan metode yang dianggap paling tetap dan cocok.Cara yang
dianggap produktif adalah dengan mengembangkan dan melatih pendekatan multy sesory terhadap
anak dalam mempelajari sains.Cara lainnya adalah dengan melalui kegiatan-kegiatan bervariasi.

Pada saat guru menyajikan materi sains atau arahan-arahan, cobalah disamping anak dapat
mengamati materi, diupayakan anak dapat menagkap bahasa bibir (gerak bibir) dan ekspresi muka
guru saat mempresentasikannya.Akan sangat berguna bagi anak dalam mengkomunikasikan
materi sains yang diserapnya pada teman-temannya yang sama-sama terkena gangguan
pendengaran.

Yang utama pada anak yang mengalami gangguan pendengaran dalam pembelajaran sains
adalah kemampuan guru dalam menggunakan pendekatan yang bersifat multysensory.Terdapat
juga anak yang unggul atau cerdas, maka kepada guru diharuskan memberikan informasi tambahan
(pengayaan) kepada mereka semua, sehingga kebutuhannya terpenuhi secara baik.

Perlu disampaikan bahwa pendengaran tidak ada hubungannya dengan kemampuan dasar
intelektual seorang anak. Yang terbaik dan terpenting bagi guru justru beranggapan menumbuhkan
rasa kepercayaan diri pada anak agar dapat berprestasi sama seperti anak normal.

C. Pembelajaran Sains Bagi Anak Terkena Gangguan Fisik (Cacat Tubuh)

Gangguan utama terletatak pada kesulitan melakukan fungsi-fungsi tubuh : seperti


memegang objek, bergerak, menghentikan gerakan, perpindahan posisi tubuh dari satu posisi ke
posisi lain. Sehingga dalam kelas mungkin anak harus dibantu tongkat berdiri, kursi roda atau
peralatan lain sebagai penungkai tubuh atau bagian badan lainnya.

Prinsip pembelajaran adalah guru harus melakukan pendekatan terpadu, disamping dia
membantu anak juga menanamkan semangat bahwa anak-anak yang cacat sama hebatnya dengan
anak lainnya, ia dapat beraktivitas dan berprestasi. Mereka memiliki keterampilan dan potensi
untuk mengisi kehidupannya.

Tugas guru adalah bagaimana menanamkan kepada mereka agar tidak meyesali
keadaaannya, tetapi justru menjadi semangat dengan kondisinya itu.Tindakan-tindakan yang harus
dilakukan guru adalah berpikir kuat bagaimana mencari cara-cara interaksi alternatif yang tepat
sesuai dengan karakteristik cacat tubuh yang dialami anak. Anak harus disadarkan, bahwa
perbedaan mereka dengan anak lainnya (normal) sedikit saja, yaitu hanya dalam mobilitas, tetapi
dalam potensi dan kapasitas intelektual serta emosionalnya sama saja.
Guru harus memodifikasi setting kelas, misalnya menata tempat duduk, sehingga anak
dengan kursi roda mendapat `posisi yang tepat dikelas. Guru juga harus memperhatikan mana anak
yang lambat bergerak dan cepat ketika pembelajaran sains dan sebagainya. Secara umum anak-
anak akan dapat melakukan pembelajaran sains secara efektif dan produktif jika setiap anak cacat
yang ada dikelas telah memiliki (dilengkapi) dengan alat bantu mobilitasnya secara tepat dan
sesuai.

Guru yang bijaksana akan banyak memberikan kesempatan pada anak-anak tersebut untuk
dapat membangun kemampuannya, baik kemampuan berkomunikasi maupun perasaannya
terhadap materi-materi dan fenomena sains. Anak cacat dapat juga diberikan kemampuan praktis
untuk bekerjasama atau menolong orang lain, minimum untuk menolong diri sendiri.
Ketepatan guru dalam melakukan interaksi dengan anak cacat, juga akan mengantarkan
anak menuju lingkungan kehidupannya menjadi lebih baik. Yang terpenting adalah jangan sampai
memunculkan sikap negatif pada anak cacat, berinteraksilah secara positif, sehingga anak cacat
dapat berkembang secara positif pula seperti anak normal.

D. Pembelajaran Sains Bagi Anak Terkena Gangguan Emosional

Sejumlah anak menunjukkan prilaku yang merusak kemampuannya sendiri, sehingga


pengembangan dirinya dan peran sosialnya menjadi terganggu/terhambat oleh prilakunya
itu.Diakibatkan oleh banyak faktor. Mereka kurang percaya diri, penyebabnya bisa juga karena
mudah takut ( atau malah ditakuti ), sebab lain mungkin karena anak depresi ( tertekan / rendah
diri ), atau memang anak punya sikap penentang ( menolak ) atau mungkin karena mereka senang
menghabiskan waktu sesuai-sekehendak hatinya. Gangguan tersebut merupakan sebagian alasan
mengapa anak tidak dapat beraktivitas secara baik dan wajar dalam pembelajaran sains.Untuk
mengetahui penyebabnya secara pasti, yang terbaik anak haruslah dibawa ke psikolog.

Kegiatan-kegiatan sains yang dilakukan oleh anak akan mampu mengontrol luapan emosi
pada anak tersebut. Caranya dilakukan anak dengan penuh daya tarik dan mengundang anak untuk
memanipulasinya dengan berbagai cara.
Jenis gangguan emosi yang masih dapat dikendalikan dan secara klinis dapat terkontrol melalui
aktivitas yang diskenariokan oleh guru. Sedangkan gangguan emosional yang sifatnya tidak
terkendali, bahkan akan mengganggu teman-temannya sebaiknya difasilitasi dengan cara lain pula,
misalkan tidak pada sekolah yang sama atau dalam beberapa kasus.

Pada dasarnya untuk mengembalikan gangguan emosipada posisi yang normal, setiap anak
membutuhkan model, dan model terbaik adalah teman-teman dan guru dikelas itu. Jadi, sebetulnya
cara terbaik adalah guru harus hati-hati menyimpulkan tentang perilaku anak, harus hati-hati pula
dalam melakukan tindakan-tindakannya. Karena tujuan dari tugas guru adalah mengembalikan
anak pada perkembangan dan perolehan pengamalan belajar yang besar dan sesuai dengan
tahapan-tahapan perkembangan anak.
B. Tantangan dan pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini di Indonesia

1. Hambatan Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini


Dilema dan hambatan pengembangan sains pada AUD di Indonesia tidak hanya dihadapi
oleh negara kita, tetapi juga banyak negara lainnya. Kairena pada umumnya sains merupakan
transpalantasi dari pendidikan sains yang berasal di barat, karena merupakan proses
transpalantasi, proses pertumbuhan sering menemui kendala yang bertautan dengan budaya dan
kebiasaan setempat, lokal atau regional.

Kesadaran bahwa sains merupakan bagian dari kehidupan dan tidak dapat di pisahkan,
apalagi dalam era kebebasan seperti saat ini. Tuntutan dan fenomena tersebut akan sangat
mencolok pada daerah-daerah perkotaan terutama di kota-kota besar. Sekolah-sekolah yang
berada di lingkungan elite dan perkotaan, cenderung sangat tinggi kemampuannya dalam
menyerap sains bagi perkembangan anak-anak didiknya, dan akan amat kontras sekali apabila
dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang berada di daerah dan desa-desa.

Hasilnya adalah terjadi berbagai kesenjangan antara lembaga pendidikan yang ada.
Terjadi kesenjangan pengembangan pembelajaran sains antara daerah perkotaan dengan daerah
pedesaan, hngga muncul nya fenomena sekolah favorit dan sekolah pinggiran, sekolah unggul
dan sekolah biasa. Hal tersebut secara umum berpengaruh pada proses dan produk pendidikan,
khususnya pengembangan pembelajaran sains.

Dengan meninjau pelaksanaan pendidikan sains di Indonesia khususnya pendidikan anak


usia dini, peengembangan pembelajaran sains masih terasing pada sebagian besar masyarakat,
apalagi bila dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan teknologi yag setiap saat berubah dan
melintas dihadapan kita.

2. Optimalisasi Peran Partisipan Dalam Pengembangan Pendidikan Sains Pada Anak


Usia Dini
Pendidikan dan pengembangan pembelajaran sains pada anak harus memfokuskan tujuan
pengembangannya pada tiga aspek utama yaitu pengetahuan (kognitif), proses (keterampilan),
dan prilaku (emosi dan perasaan).

Fokus pengembangan pengetahuan (kognitif), maksudnya adalah sasaran pengembangan


pembelajaran sains diarahkan agar anak menguasai konsep secara memadai tetapi bukan konsep
yang bersifat abstrak sifatnya, melainkan lebih kongkrit dan bermakna. Fokus pada
pengembangan proses (keterampilan) difasilitasi melalui pengalaman-pengalaman pengoperasan
melalui alat fisik dan indranya secara langsung pada objek-objek sains sebagaimana yang telah
dipahaminya. Sedangkan fokus pengembangan prilaku adalah berusaha membangkitkan
perasaan yang terkait dengan segala sains yang dipelajarinya, sehingga sasaran sains yang
digalinya menjadi lebih memiliki nilai dan sentuhan emosi sesuai taraf perkembangan anak usia
dini.

Beberapa upaya yang terkait dan akan sangat bermanfaat dalam optimalisasi
pengembangan pendidikan sains pada anak usia dini diantaranya:

1. Kurikulum pemgembangan pembelajaran sains bagi anak usia dini dikembangkan


terintegrasi
2. Harusnya dilakukan upaya terus menerus untuk peningkatan mutu pengajar dan staf
lainnya
3. Dalam upaya meningkatkan peran masyarakat, khusunya orang tua
4. Upaya pembuatan kebijakkan, promosi, publikasi kepada masyarakat potensial
5. Masyarakat memilki peran juga mengubah lingkungannya sebelum mengajukan tuntutan
perbaikan pendidikan sains dialamatkan pada guru
6. Menyikapi semua tindakan yang dilakukan
7. Pengembangan pembelajaran sains secara kontinyu dan konsisten
8. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengidentifikasi bantuan pengembangan
pembelajaran sains pada kelompok anak
9. Mengembangkan keunggulan dalam pengembangan pembelajaran sains
10. Melakukan dan menganjurkan perintisan sekolah-sekolah yang berwawasan sains
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.

Penulis banyak berharap para pembaca, memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSAKA
Nugraha, Ali. 2008. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Rineka
Cipta
https://mellyhandayanicyrus.wordpress.com
http://melyloelhabox.blogspot.com/2013/05/pentingnya-pengembangan-pembelajaran.html

Anda mungkin juga menyukai