Anda di halaman 1dari 18

TEORI-TEORI PENDIDIKAN DALAM

ALIRAN KLASIK NATIVISME, NATURALISME, DAN EMPIRISME

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Ilmu Pengetahuan


HALAMAN JUDUL
Dosen Pengampu :

Dinda Widyastika, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok IV

Fadillah Rahmadiani

Belia Citra

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS HUKUM & PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BATTUTA MEDAN

T.A 2022-2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji dan syukur kami panjatkan


kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dn karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini
adalah “Teori-teori Nativisme, Naturalisme, dan Empirisme”.

Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen mata kuliah Ilmu Pendidikan yakni ibu Dinda Widyastika, S.Pd., M.Pd.
yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini. Selain itu, kami
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam menulis makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat
membuat makalah singkat ini menjadi lebih baik serta bermanfaat, dan semoga
makalah ini bisa menambah wawasan bagi penulis dan pembaca.

Medan, 03 November 2022

Kelompok IV

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................5
BAB II................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................6
2.1 Aliran Pendidikan..................................................................................6
2.2 Macam-Macam Aliran Klasik Dalam Pendidikan.................................6
2.2.1 Aliran Empirisme...............................................................................7
2.2.2 Aliran Nativisme................................................................................8
2.3 Pengaruh Pemikiran Klasik Tentang Pendidikan Terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia.........................................................11
2.4 Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Pelaksanaan di
Indonesia............................................................................................................12
BAB III............................................................................................................15
PENUTUP........................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..........................................................................................15
3.2 Penutup................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai hasil pemikiran para filosof bahasa dari, filsafat menguak tentang
berbagai jenis pandangan dan aliran yang berbeda-beda. Ada kalanya pandangan
mereka saling pro dan kontra saling bertentangan atau berlawanan. Berbagai
pemikiran pendidikan yang muncul didalam masyarakat bersamaan dengan
dinamika perkembangannya dan membawa perubahan yang dikenal dengan aliran
pendidikan. Aliran-aliran pendidikan tersebut, muncul sejak manusia hidup
didalam satu kelompok yang dihadapkan dengan regenerasi bagi keturunannya.

Setiap aliran pendidikan sebagai upaya untuk memperbaiki martabat


manusia, oleh karena itu dalam setiap aliran pendidikan memiliki muatan agar
setiap keturunan sebagai wujud generasi yang berikutnya mendapatkan arti atau
pemaknaan pendidikan yang jauh lebih baik dengan pendidikan yang didapat atau
dirasakan oleh para orang tua mereka zaman dulu.

Pemahaman terhadap berbagai aliran pendidikan memiliki arti yang


sangatlah penting, ketika seorang pendidik hendak menangkap dari setiap
dinamika perkembangan pemikiran tentang pendidikan yang tengah terjadi
bagaimanapun juga aliran-aliran pendidikan pada dasarnya merupakan gagasan
pemikiran dari para pemikir berpengaruh secara luas pada zamannya, sehingga
tidak akan bisa terabaikan.

Penting dalam pendidik sebagai bekal bagi tenaga pendidik, sehingga


memiliki wawasan yang lebih luas, dan menambah ketajaman analisis dalam
mengaitkan keberadaan masa lampau dan masa sekarang. Pada setiap aliran
pendidikan memilih pandangan yang berbeda dalam memandang perkembangan
manusia. Hal ini berdasarkan faktor-faktor dominan yang dijadikan sebagai dasar
pijakan bagi perkembangan manusia.

4
1.2 Rumusan Masalah

Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang diatas maka dirumuskan
suatu permasalahan yaitu:

a. Apa yang dimaksud dengan aliran pendidikan?


b. Macam-macam aliran pendidikan?
c. Apa itu aliran nativisme?
d. Apa itu aliran naturalisme?
e. Apa itu aliran empirisme?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari dilakukannya penulisan ini


diantaranya yaitu:

a. Mengetahui apa itu aliran pendidikan.


b. Mengetahui macam-macam aliran pendidikan.
c. Mengetahui apa itu aliran nativisme.
d. Mengetahui apa itu aliran naturalisme.
e. Mengetahui apa itu aliran empirisme.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aliran Pendidikan

Aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa


pembaharuan dalam dunia pendidikan pemikiran tersebut berlangsung seperti
suatu diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran- pemikiran terlebih dahulu selalu
ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya, sehingga timbul
pemikiran yang baru, dan demikian seterusnya agar diskusi berkepanjangan itu
dapat dipahami perlu aspek dari aliran-aliran itu yang harus dipahami. Oleh
karena itu, setiap calon tenaga kependidikan harus memahami berbagai jenis
aturan-aturan pendidikan.

Gagasan dan pelaksanaan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia


dan masyarakatnya. Sejak dulu, kini maupun dimasa depan pendidikan itu selalu
mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan
perkembangan iptek.

Pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pendidikan itu disebut


aliran-aliran pendidikan seperti bidang-bidang lainnya, pemikiran-pemikiran
dalam pendidikan itu berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan yakni
pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh
pemikiran-pemikiran berikutnya, dan arena dialog tersebut akan muncul lagi
pemikiran-pemikiran yang baru dan demikian seterusnya. Pada setiap aliran
pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam memandang perkembangan
manusia, hal ini berdasarkan faktor-faktor dominan yang dijadikan sebagai dasar
pijakan bagi perkembangan manusia.

2.2 Macam-Macam Aliran Klasik Dalam Pendidikan

Pemikiran klasik ada beberapa pendapat yang berbeda mulai dari yang
optimis hingga pesimis. Untuk menghindari pendapat yang berbeda-beda tersebut,

6
maka berikut ini akan dibahas tentang pemikiran yang termasuk pemikiran klasik
(Navitisme, Naturalisme, dan Empirisme).

2.2.1 Aliran Empirisme

Empirisme menganut aliran yang paham berpendapat bahwa segala


pengetahuan, keterampilan dan sikap manusia dalam perkembangannya
ditentukan oleh pengalaman (Empiris) nyata melalui alat indranya baik secara
langsung berinteraksi dengan dunia luarnya maupun melalui proses pengolahan
dalam diri dari apa yang didapatkan secara langsung (Joseph, 2006:98). Jadi,
segala kecakapan serta pengetahuan tergantung, terbentuk dan ditentukan oleh
pengalaman. Pengalaman diperoleh dari dunia luar melalui indra, sehingga dapat
dikatakan lingkunganlah yang membentuk perkembangan anak.

Empirisme berasal dari bahasa latin, asal katanya yaitu empiri yang artinya
pengalaman. Pemikiran ini di pelopori oleh Jhon Locke (1632-1704), filsuf
kebangsaan Inggris, yang terkenal dengan teorinya “Tabularasa” artinya meja
berlapis lilin yang belum ada tulisan diatasnya. Dengan kata lain, sesorang
dilahirkan seperti kertas kosong yang belum ditulis, maka dari itu pendidikanlah
yang akan dituliskannya, perkembangan seseorang tergantung sembilan puluh
sembilan persen pada pengaruh lingkungan atau pada pengalaman-pengalaman
yang diperoleh dalam kehidupannya.

Empirisme merupakan suatu bentuk aliran didalam ilmu filsafat yang


menyatakan bahwa seluruh pengetahuan itu berasal dari pengalaman yang pernah
atau telah dilakukan manusia. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI),
empiris ini di definisikan dengan berdasarkan pengalaman, ialah ilmu
pengetahuan yang diperoleh dari suatu penemuan, percobaan, serta juga
pengamatan yang telah dilakukan .

Dapat disimpulkan bahwa empiris ini merupakan suatu ilmu pengetahuan


dengan berdasarkan kejadian atau peristiwa nyata yang pernah dialami oleh panca
indra manusia yang didapat dari pengamatan, pengalaman serta juga eksperimen
yang sudah dilakukan

7
Oleh karena itu, pendidikan memegang peranan yang amat penting sebab
pendidikan dapat menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dan akan
diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman. Menurut konsep empirisme
pendidikan dibuat adalah maha kuasa dalam membentuk peserta didik menjadi
apa yang diinginkan. Pendidikan dapat berbuat sekehendak hatinya, seperti
pemahat patung yang memahat patungnya dari kayu, batu, atau bahan lainnya.
Menurut sesuka hati itu maksudnya ialah, contoh, misalnya anak yang kembar
yang dipisahkan oleh orang tuanya sejak dia kecil pada lingkungan keluarga yang
berbeda. Oleh karena itu, pemikiran ini dinamakan pemikiran optimis dalam
pendidikan.

Menurut John Lock (dalam Blishen, 1970), hal-hal yang perlu


diperhatikan dalam pendidikan yaitu:

a. Pendidikan harus diberikan sejak awal mungkin.

b. Pembiasaan dan latihan lebih penting daripada peraturan, perintah, atau


nasihat.

Anak didik harus diamati dari dekat untuk melihat :

1. Apa yang paling tepat bagi anak itu sesuai dengan umurnya (tingkat
perkembangan).

2. Hasrat-hasratnya sangat kuat.

3. Kecenderungan mengikuti orang tua tanpa merusak semangat anak


tersebut.

4. Anak harus dianggap sebagai makhluk rasional, dalam hal ini kepada anak
harus diberikan alasan tentang hal yang dituntut anak tersebut.

5. Pelajaran disekolah jangan sampai menjadi beban bagi anak tersebut,


namun hendaknya menyenangkan dan merupakan suasana bermain yang
terbuka seluas mungkin bagi sianak tersebut berbagai kemungkinan yang
dapat timbul.

8
9
2.2.2 Aliran Nativisme

Nativisme teori ini kebalikan dari teori empirisme, yang mengajarkan


bahwa anak lahir sudah memiliki pembawaan baik faktor lingkungan atau alamiah
yang mempengaruhi terhadap perkembangan anak, melainkan semuanya dari
faktor-faktor tersebut mempengaruhi terhadap perkembangan seorang anak.

Nativisme berasal dari bahasa latin, yaitu asal katanya native artinya
terlahir. Pemikiran ini dipelopori oleh Schopenhauer seorang filsuf yang berasal
dari Jerman yang hidup pada 1788-1880. Berpendapat “pendidikan ialah
membiarkan seseorang bertumbuh berdasarkan pembawaannya”. Seseorang akan
berkembang berdasarkan apa yang dibawanya sejak lahir, dan pembawaan itu ada
yang baik dan adapula yang buruk. Maka dari itu manusia akan berkembang
dengan pembawaan baik atau pembawaan yang buruk, yang dibawanya sejak
lahir.

Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya, sebab tidak akan
aktif atau berdaya dalam mempengaruhi perkembangan. Serta pendidikan juga
tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap perkembangan seorang manusia, dan
tidak akan ada gunanya untuk perkembangan, ini adalah pernyataan atau
kehidupan sehari-hari sering sekali ditemukan anak yang mirip dengan orang
tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang dimiliki orang
tuanya. Contoh orang tua yang menginginkan anaknya menjadi seorang seniman,
ia berusaha mempersiapkan alat-alat dan bahan untuk memahat dan melukis serta
mendatangkan guru untuk mengajarkannya melukis. Oleh karena itu, pemikiran
ini merupakan pemikiran pesimis didalam pendidikan (pesimisme).

2.2.3 Aliran Naturalisme

Naturalisme aliran ini mempunyai kesamaan dengan teori Nativisme


bahkan kadang-kadang di samakan. Pada mempunyai perbedaan tersendiri atau
masing-masing. Ajaran dalam teori ini mengatakan bahwa anak sejak lahir sudah
sudah memiliki pembawaan sendiri baik bakat, minat, kemampuan, sifat, tingkah
laku, atau watak dan lain-lain pembawaan akan berkembang sesuai dengan

10
lingkungan alami, maka pendidikan yang terakhir ini sangatlah berpengaruh baik
terhadap perkembangan anak. Pendidikan progesivisme sangat memuliakan harkat
dan martabat anak dalam pendidika, anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk
kecil. Anak adalah anak, yang sangat berbeda dengan dengan orang dewasa.
Setiap anak memiliki individualitas tersendiri begitupun alur pemikirannya serta
keinginannya tersendiri, yang sangat jauh berbeda dengan orang dewasa,
demikian anak harus dieprlakukan berbeda dari orang dewasa.

Naturalisme merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai


keseluruhan realitas. Istilah “nature” telah dipakai dalam filsafat dengan
bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang dilihat oleh manusia, samapai
kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu. Natura adalah dunia yang
diungkapkan pada kami oleh sains alam istilah naturalisme sebaliknya dari istilah
supernaturalisme yang mengandung pandangan dua listrik terdapat alam adanya
kekuatan yang ada (ujud) diatas atau diluar alam (Harold H. Titus e.al. 1984).

Aliran ini sama dengan aliran nativisme. Naturalisme yang dipelopori oleh
Jean Jaquest Rousseau, berpendapat bahwa hakikatnya semua anak manusia ialah
baik pada waktu dilahirkan yaitu dari sejak tangan sang pencipta. Tetapi, akhirnya
rusak sewaktu ditangan manusia, oleh karena Jean Jaquest Rousseau menciptakan
konsep pendidikan alam, artinya anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan
berkembang sendiri menurut alamnya, manusia banyak mencampurinya.

Pendidikan hendaklah dikembangkan aturan-aturan masyarakat yang


demokratis, sehingga kecenderungan alamiah anggota masyarakat dapat mewujud,
untuk menjaga agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak dirugikan. Anak
tidak boleh dianggap sebagai manusia kecil, akan tetapi dia mempunyai
perkembangan yang perlu di kembangkan secara alamiah. Pendidikan hendaklah
dimulai dengan mengetahui perkembangan anak.

Sebagai contoh, pada masa anak-anak pengembangan pancaindra


dilakukan melalui kegiatan anak itu sendiri untuk mengarahkan tingkah laku anak
buku tidak diperlukan, yang penting ialah pengembangan alam atau lingkungan

11
berbagai peristiwa yang terjadi didalamnya. Pada masa pertumbuhan remaja
agama dan moral hendaklah diarahkan atau diajarkan kepada mereka semata-mata
dalam kaitan alamiah, kemampuan berfikir harus dikembangkan dan fantasi tidak
di biarkan pengajaran bertujuan untuk menanamkan suatu aturan atau otoritas
tertentu sebaiknya ditunda.

Penerbit pemikiran ini menulis beberapa buku yaitu:


a. La Nouvelle Heloise
b. Le Constract Sosial
c. Emilee Ou de ‘L’education dan
d. Confession

Kalimat dasar sebagai pandangan hidupnya terdapat pada kalimat pertama


dalam bukunya itu, yaitu “semua adalah baik dari tangan pencipta, semua menjadi
buruk ditangan manusia”. Kodrat atau alam manusia adalah baik; masyarakat
adalah buruk; dan untuk memperbaiki kesusilaan, kebiasaan dalam masyarakat
orang wajib kembali ke alam atau kodrat.
Hukum alam memiliki ciri sebagai berikut:
a. Segalanya berkembang dari alam.
b. Perkembangan alam serba teratur, tidak meloncat-loncat melainkan terjadi
secara bertahap.
c. Alam, berkembangan tidak tergesa-gesa melainkan menunggu waktu yang
tepat, sambil mengadakan persiapan.

2.3 Pengaruh Pemikiran Klasik Tentang Pendidikan Terhadap


Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia

Pemiikiran klasik mulai terkenal atau dikenal di Indonesia karena melalui


upaya pendidikan, awalnya yaitu sejak persekolahan yang dikuasai oleh Belanda
atau orang berkulit putih, dan kemusia disusul oleh bangsa indonesia yang belajar
di negeri kincir angin yaitu Belanda waktu itu pada masa penjajahan, setelah
bangsa Indonesia merdeka, gagasan yang berada dalam pemikiran pendidikan itu

12
kemudian masuk ke Indonesia. Sebelum masa tersebut, pendidikan bangsa
Indonesia termasuk keluarga serta masyarakat (kelompok belajar padepokan,
lembaga keagamaan/ pesantren dan lain sebagainya).

Meski dalam hal tertentu akan tetapi sangatlah diutamakan bakat serta
potensi dari anak (contohnya pada bidang kesenian, keterampilan dan lain
sebagainya), akan tetapi, upaya penciptaan lingkungan serta perkembangan bakat
tersebut diusahakan secara optimal, meskipun pandangan empirisme dan
nativisme tidak sepenuhnya ditolak, akan tetapi penerimaan tersebut dilakukan
dengan pendekatan efektif fungsional, diterima dengan sesuai kebutuhan akan
tetapi ditempatkan pada latar pandangan yang kovergensi

Khususnya pada latar, kini terdapat beberapa pendapat yang lebih


menginginkan Agar murid dan peserta didik ditempatkan pada tempat
seharusnya, yaitu sebagai manusia yang selayaknya didik tetapi juga dapat
mendidik dirinya sendiri.

Hubungan guru dan murid atau pendidikan dan peserta didik sebagiannya
adalah hubungan yang setara antara dua pribadi, meskipun yang satu lebih
berkembang dari yang lain. (Raka Juno,1983:29 dan Sulo Lipu La Sulo, 1984).
Hubungan yang setara dengan dalam interaksi edukatif sebagiannya diarahkan
menjadi suatu hubungan yang transaksional, hubungan antar pribadi yang beri
peluang baik peserta didik yang belajar ataupun pendidik yang mengikuti belajar
(co-learner) dengan cita-cita pendidik diwujudkan melalui dengan belajar terus
sepanjang hidupnya, hubungan tersebut sesuai dengan asas Ing-Ngarso Sung
Tulado, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani.

2.4 Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Pelaksanaan


di Indonesia

Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang kompleks agar dapat


meningkatkan kualitas baik yang bersifat menyeluruh ataupun terhadap komponen
tertentu saja, adapun gerakan-gerakan baru tersebut terpusat pada perbaikan serta
sekitar, pengajaran pusat perhatian, sekolah kerja, pengajaran proyek, dan lain

13
sebagainya (suparlan,1984 soejono, 1958). Gerakan-gerakan tersebut telah
memberi kontribusi secara bervariasi atau bermacam-macam terhadap
penyelenggaraan belajar disekolah.

a. Pengajaran alam sekitar.

Gerakan pendidikan ini bertujuan untuk mendekatkan anak dengan alam


sekitarnya. Pendiri gerakan ini yaitu antara lain adalah : Fr. A. Finger (1808-1888)
di Jerman dengan Heimatkunde (pengajaran alam sekitar) dan J Lightart (1859-
1916) di Belanda dengan Het Volle leven (kehidupan senyatanya). Beberapa
prinsip gerakan Heimatkunde adalah:

1. Dengan cara mengajar alam sekitar guru dapat mencontohkan secara


langsung, begitu pentingnya pengajaran dengan meragakan atau
mewujudkan itu sesuai dengan sifat-sifat dan dasar-dasar pengajaran.

2. Pengajaran alam sekitar memberikan pengajaran sebanyak mungkin agar


si anak dapat aktif serta giat bukan hanya duduk, mendengarkan, dan
mencatat saja.

3. Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran


yang sangat totalitas dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Pengajaran yang tidak mengenai pembagian mata akan tetapi guru


memhami tujuan pengajaran serta mengarahkan usahanya untuk
mencapai tujuan.

b. Pengajaran yang menarik minat, karena segala sesuatu dipusatkan


oleh bahan pengajaran yang menarik perhatian seorang anak yang
diambil oleh alam sekitarnya.

c. Pengajaran yang segala sesuatunya berkaitan dengan satu sama


lain.

4. Pengajaran dialam sekitar memberikan anak bahan apersepsi intelektual


yang sangat kokoh dan tidak verbalitas. Apersepsi intelektual yaitu segala

14
sesuatu yang baru dan masuk didalam intelektual sianak. Harus luluh
menjadi satu dengan kekayaan pengetahuan yang sudah dimiliki anak.
Terjadi asimilas antara pengetahuan lama serta pengetahuan yang baru.

5. Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional, karena alam


sekitar memiliki ikatan emosional terhadap anak.

Untuk anak dengan dewasa tidak ada perbedaan alam sekitar, segala
kejadian dialam sekitar merupakan kehidupannya sendiri. Sedangkan J. Linghtart
mengemukakan pegangan dalam Het Volle Leven sebagai berikut:

1. Anak harus mengetahui barangnya terlebih dahulu sebelum mendengar


namanya, bukan kebalikannya sebab kata tersebut hanyalah suatu tanda
dari pengertian tentang barang itu.

2. Pengajaran sesungguhnya harus mendasarkan pada pengajaran selanjutnya


atau mata pengajaran yang lain harus dipusatkan atas pengajaran.

3. Harus diadakan perjalanan hidup senyatanya kesemua jurusan, agar anak


murid paham antara bermacam-macam dalam hidupnya (pengajaran dalam
hidupnya).

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemahaman terhadap berbagai aliran pendidikan memiliki arti yang


sangatlah penting. Ketika seorang pendidik hendak menangkap dari setiap
dinamika perkembangan pemikiran tentang pendidikan yang tengah terjadi
bagaimanapun juga aliran-aliran pendidikan pada dasarnya merupakan gagasan
dari para pemikir berpengaruh secara luas pada zamannya, sehingga tidak akan
bisa terabaikan.

Penting dalam pendidik sebagai bekal bagi tenaga pendidik, sehingga


memiliki wawasan hisoris yang lebih luas, dan menambah ketajaman analisis
dalam mengaitkan keberadaan masa lampau dan masa sekarang. Pada setiap aliran
pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam memandang perkembangan
manusia. Hal ini berdarkan faktor-faktor dominan yang dijadikan sebagai dasar
pijakan bagi perkembangan manusia.

Pendidikan dan pengalaman itu adalah proses pendidikan yang


dilaksanakan secara aktif dengan pola hubungan yang dialogis, dimana posisi
guru itu sebagai fasilitator dapat membangkitkan segala potensi yang dimiliki oleh
peserta didik dengan merancang berbagai pengalaman yang dapat menstimulasi
mereka untuk berfikir.

Pendidikan dan pengalaman juga sama-sama hal yang penting dan


dibutuhkan oleh manusia, keduanya saling keterkaitan dan tidak boleh dipandang
dari satu sudut pandang saja, terlebih pada pendidikan kita bisa memperoleh
banyak pengalaman.

3.2 Penutup

Dengan ini kami meminta kepada seluruh pembaca beribu-ribu maaf jika
pembaca menemukan kesalahan-kesalahan yang ada didalam karya tulis ini
karena masih minimnya pengalaman kami yang masih sangat mengharapkan

16
nasihat-nasihat dan perbaikan diri para pembaca yang berbentuk saran, kritik,
motivasi-motivasi atau nasehat-nasehat yang dapat membangun kepercayaan diri
kami sehingga kami mampu berkarya lebih baik lagi dari sebelumnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

H.A.R, Tilaar,2007. Mengembangkan Ilmu Pendidikan Berdimensi


Global, Jakarta: Lembaga Manajemen UNJ

Suradi, 2012,Pengantar pendidikan teori dan aplikasi, Jakarta; PT


Indeks,

AL-Abrasy, M,A. 2003, Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam,


Bandung; Pustaka Setia.

18

Anda mungkin juga menyukai