Anda di halaman 1dari 25

Makalah Dasar-dasar pendidikan

(konsep landasan pendidikan


(Historis,filosofis,psikologis,sosiologis,landasan tut wuri
handayani,dan landasan perkembangan iptek)

Disusun oleh :
1. Alfian azmi (0602520004)
2. Dinda husnul khotimah (0602520010)
3. Fitri hidayatul mutaddin (0602520015
4. Shafa bunga Sabrina (0602520032)
5. Zumratusshalihah (0602520037)

Dosen pengampu :

ZAHRINA AMALIA, MPd

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA

2021

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin, rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah secara tepat waktu. Tak lupa pula kami
hanturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah SAW dan semoga syafaatnya
mengalir kepada kita sampai hari akhir kelak.

Penulisan makalah ini berjudul “konsep landasan


pendidikan(Historis,filosofis,psikologis,sosiologis,landasan tut wuri handayani,dan landasan
perkembangan iptek yang bertujuan untuk memenuhi tugas dasar-dasar pendidikan.

Akhirul Qalam, semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak, bagi
kami khususnya bagi teman-teman mahasiswa Universitas Al-Azhar Indonesia. kami sebagai
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Besar harapan kami agar
pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

2
Daftar isi

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
Daftar isi......................................................................................................................................................3
1. Landasan Filosofis................................................................................................................................4
1) Naturalisme.........................................................................................................................................4
2) Idealisme.............................................................................................................................................4
2. LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN DI INDONESIA................................................................7
c. Zaman Pengaruh Nasrani (Katholik dan Kristen)......................................................................................9
d. Zaman Kolonial Belanda..........................................................................................................................9
e. Zaman Kolonial Jepang..........................................................................................................................10
f. Zaman Kemerdekaan (Awal)..................................................................................................................10
g. Zaman ‘Orde Lama’................................................................................................................................11
h. Zaman ‘Orde Baru’.................................................................................................................................11
i. Zaman ‘Reformasi’..................................................................................................................................12
A. Sejarah TutWuri Handayani...............................................................................................................14
B. Asas TutWuri Handayani................................................................................................................15
C. Arti lambang tutwuri handayani....................................................................................................18
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)....................................................................18
B. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Pengembangan Kurikulum.............................19
C. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah dan Pelaksanaannya di Indonesia........................21

3
1. Landasan Filosofis.
Landasan Filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah pendidikan itu,
mengapa pendidikan itu diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya.

Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat,
falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasaYunani, philein berarti mencintai, dan
sophos atau sophis berarti hikmah, arif, atau bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal,
menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-kosnsepsi mengenai kehidupan dan

4
dunia. Konsepsi-konsepsi silosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada umumnya
bersumber dari dua faktor, yaitu:

a. Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan

b. Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. 1

c. Masyarakat dan kebudayaannya. Keterbatasan manusia sebagai mahluk hidup yang banyak
menghadapi tantangan; dan Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya
filsafat pendidikan. Hasil-hasil kajian filsafat tersebut, utamnya tentang konsepsi manusia dan
dunianya, sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan.

Beberapa aliran filsafat yaitu sebagai berikut:

1) Naturalisme
Naturalisme merupakan aliran filsafat yang menganggap segala kenyataan yang bisa ditangkap
oleh panca indera sebagai kebenaran yang sebenarnya. Aliran ini biasa pula diberi nama yang
berbeda sesuai dengan variasi penekanan konsepsinya tentang manusia dan dunianya.

2) Idealisme
Berbeda dengan aliran diatas, Idealisme menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide
sebagai gagasan kejiwaan. Apa yang dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan atau
refleksi dari ide sebagai kebenaran bersifat spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan kejiwaan
itulah sebagai kebenaran atau nilai sejati yang absolute dan abadi.

3) Pragmatisme

Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai
dari segi nilai kegunaan praktis; dengan kata lain, paham ini menyatakan yang berfaedah itu
harus benar, atau ukuran kebenaran didasarkan pda kemanfaatan dari sesuatu itu harus benar.
Atau ukuran kebenaran didasarkan kepada kemanfaatan dari sesuatu itu kepada manusia. 2

John Dewey, salah seorang tokoh pragmatisme, mengemukakan bahwa penerapan konsep
pragmatisme secara eksperimental melalui lima tahap: 3

Situasi tak tentu (indeterminate situation), yakni timbulnya situasi ketegangan didalam
pengalaman yang perlu dijabarkan secara spesifik. Diagnosi, yakni mempertajam masalah
termasuk perkiraan factor penyebabnya. Hipotesis, yakni penemuan gagasan yang diperkiarakan
dapat mengatasi masal membandingkan hasilnya serta implikasinya masing-masing jika
dipraktikkan. Evaluasi, yakni mempertimbangkan hasilnya setelah hipotesis terbaik
dilaksanakan.

1
Redja Mudyarhardjo, Dasar-dasar Kependidikan (Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 1986), 126-134.
2
Abu Hanifah, Rintisan Filsafat, Filsafat Barat Ditilik dengan Jiwa Timur, Jilid I. Jakarta: Balai Pustaaka, 1950), 136
3
Mudyarhardjo, Dasar-dasar Kependidikan, 144.

5
Oleh karena itu, bagi paragtisme, pendidikan adalah suatu proses eksperimental dan metode
mengajar yang penting adalah metode pemecahan masalah. Pengaruh aliran paragtisme tersebut
bahkan terwujud dalam gerakan pendidikan progresif atau progresivisme sebagai bagian dari
suatu gerakan reformasi sosiopolitik pada akhir abad XIX dan awal abad XX di Amerika Serikat.
Progresivisme menentang pendidikan tradisionalis serta mengembangkan teori pendidikan
dengan prinsip-prinsip antara lain:

a) Anak harus bebas agar dapat berkembang wajar.

b) Menumbuhkan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar.

c) Guru harus menjadi peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.

d) Harus ada kerja sama sekolah dan rumah.

e) Sekolah progresif harus merupakan suatu laboraturium untuk melakukan eksperimentasi.

Selanjutnya perlu dikemukakan secara ringkas empat mazhab filsafat pendidikan yang
besar pengaruhnya dalam pemikiran dan penyelenggaraan pendidikan. Keempat mazhab filsafat
pendidikan itu. 4

4) Esensialisme.

Esensialisme merupakan mazhab filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan
realisme secara eklektis. Berdasarkan eklektisisme tersebut tersebut maka esensialisme tersebut
menitikberatkan penerapan prinsip idealisme atau realisme dengan tidak meleburkan prinsip-
prinsipnya. Filsafat idealisme memberikan dasara tinjauan yang realistic. Matematika yang
sangat diutmakan idealisme, juga penting artinya bagi filsafat realism, karena matematika adalah
alat menghitung penjumlahan dari apa-apa yang riil, materiil dan nyata

Menurut Mazhab ensesialisme, yang termasuk the liberalarts, yaitu:

a) Penguasaan bahasa termasuk rerorika

b) Gramatika

c) Kesusateraan

d) Filsafat

e) Ilmu kealaman

f) Matematika

g) Sejarah

4
Mudyarhardjo, Dasar-dasar Kependidikan, 14-18

6
h) Seni keindahan (fine arts)

5) Perenialisme

Ada persama antara perenialisme dan esensialisme, yakni keduanya membela kurikulum
tradisional yang berpusat pada mata pelajaran yang poko-pokok (subject centered).
Perbedaannya ialah perenialisme menekankan keabadian teori kehikamatan, yaitu:

a) Pengetahuan yang benar (truth)

b) Keindahan (beauty)

c) Kecintaan kepada kebaikan (goodness)

Oleh karena itu dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan atau
perennial. Prinsip pendidikan antaralain:

a) Konsep pendidikan itu bersifat abadi, karena hakikat manusia tak pernah berubah.

b) Inti pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan mahluk manusia yang unik, yaitu
kemampuan berpikir.

c) Tujuan belajar ialah mengenal kebenaran abadi dan universal.

d) Pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya.

e) Kebenaran abadi itu diajarkan melalui pelajaran-pelajaran dasar (basic subjects)

6) Pragmatisme dan Progresivisme

Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis,
di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan
tradisional.

Progresivisme yaitu perubahan untuk maju. Manusia akan mengalami perkembangan apabila
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya berdasarkan pemikiran. Progresivisme atau gerakan
pendidikan progresif mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada beberapa
prinsip, antara lain sebagai berikut:

a) Anak harus bebas untuk dapat berkembang secara wajar

b) Pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang minat belajar.

c) Guru harus menjadi seorang peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.

7
d) Sekolah progresif harus merupakan sebuah laboratorium untuk melakukan reformasi
pedagogis dan ekperimentasi.

7) Rekonstruksionisme

Rekonstruksionalisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berpikir progresif dalam
pendidikan. Individu tidak hanya belajar tentang pengalaman-pengalaman-pengalaman
kemasyarakatan masa kini disekolah, tapi haruslah memelopori masyarakat kearah
masyarakatbaru yang diinginkan. Dan dalam pengertian lain. Rekonstruksionisme adalah
mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor
perubahan masyarakat.5

2. LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN DI INDONESIA


Landasan historis pendidikan Nasional Indonesia tidak terlepas dari sejarah bangsa
indonesia itu sendiri. Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup
panjang sejak zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain
yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia. Dengan kata lain, tinjauan landasan
sejarah atau historis Pendidikan Nasional Indonesia merupakan pandangan ke masa lalu atau
pandangan retrospektif. Pandangan ini melahirkan studi-studi historis tentang proses
perjalanan pendidikan nasional Indonesia yang terjadi pada periode tertentu di masa yang
lampau. 6

SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA

Perjalanan sejarah pendidikan di Indonesia sangat panjang bahkan semenjak jauh


sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945 sampai akhirnya sekarang setelah 69 Indonesia
merdeka yang telah mewujudkan pola Pendidikan Nasional seperti sekarang. Dengan demikian
setiap bidang kegiatan yang ingin dicapai manusia untuk maju, pada umumnya dikaitkan dengan
bagaimana keadaan bidang tersebut pada masa lampau. Begitu juga dengan bidang pendidikan,
sejarah pendidikan dapat dijadikan sebagai bahan pembanding untuk memajukan pendidikan itu
sendiri. Sejarah pendidikan di Indonesia dimulai dari zaman kuno/ tradisional yang dimulai
dengan zaman pengaruh Hindu dan Budha, zaman pengaruh Islam, zaman penjajahanan, sampai
saat ini. Berikut ini adalah uraian dan rincian perjalanan sejarah pendidikan Indonesia:

a. Zaman Pengaruh Hindu dan Budha (Purba)

Bila mengamati sejarah tentang borobudur merupakan warisan sejarah yang dapat digunakan
sebagai perbandingan perkembangan pendidikan pada masa itu dengan masa sekarang.
Borobudur adalah candi budha terbesar pada abad 9, yang berukuran 123 X 123 meter serta

5
Parsono, dkk., 1990. Landasan Kependidikan. Jakarta: Universitas Terbuka,
Depdikbud.
6
Pidarta, Made. 2007.Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

8
terdiri dari 1.460 relief dan 504 stupa. Borobudur setelah dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat
di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini.

Berdasarkan keterangan di atas Borobudur merupakan tonggak sejarah terbesar bagi Indonesia,
karena pada saat itu (abad 9) bisa dikatakan Indonesia menjadi negara number one. Jika ditinjau
dari segi pembuatannya, maka akan muncul asumsi tentang jumlah tenaga yang digunakan
(berhubungan dengan manajemen) dan arsitekturnya. Padahal pada masa itu sumber belajarnya
hanya berupa orang, tidak seperti sekarang yang sumber belajarnya tidak hanya berupa orang,
tetapi ada buku, TV, radio, HP, Tablet, komputer (laptop), dan internet.

b. Zaman Pengaruh Islam (Tradisional)

Agama islam yang dibawa oleh pedagang dari Persia dan Gujarat ke Indonesia. Agama Islam
mudah tersebar karena agama Islam dapat bersatu dengan kebudayaan Indonesia. Keduanya
dapat saling membantu dan saling mempengaruhi. Agama Islam besar sekali pengaruhnya di
dalam mendidik rakyat jelata. Berbeda dengan Agama Hindu dan Budha, Agama Islam
menyiarkan Agamanya mulai dari bawah/dari rakyat biasa. Para Ulama sangat dekat dengan
rakyat biasa, mereka bisa hidup bersama dengan rakyat biasa. Bentuk pendidikan yang Islam ada
3 macam, yaitu di Langgar, Pesantren, dan Madrasah. Bentuk itulah sebenarnya awal
terbentuknya pembelajaran klasikal maupun individual di Indonesia. berlangsung secara secara
Individual, artinya seorang guru mengajar seorang anak.

2) Pendidikan di pesantren : Tempat pengajaran Agama Islam yang lebih lanjut dan lebih
mendalam ada di pesantren. Pengetahuan yang diberikan ada 3 bidang yaitu: agama; ilmu
pengetahuan; keterampilan. 3) Pendidikan Madrasah : Pada madrasah guru-guru diperkenankan

menerima balasan jasa dalam bentuk uang (gaji). Lembaga pendidikan ini lebih menekankan
pada pemberian ilmu pengetahuan umum disamping pelajaran agama. Pendidikan Madrasah
diatur berjenjang sejajar dengan pendidikan dasar dan menengah seperti sekarang ini. Jenjang ini
adalah :

Tingkat TK : Bustanul Tingkat SD : Ibtidaiyah Tingkat SMP : Tsanawiyah Tingkat SMA :


Aliyah

c. Zaman Pengaruh Nasrani (Katholik dan Kristen)


Bangsa Portugis pada abad ke-16 bercita-cita menguasai perdagangan dan perniagaan Timur-
Barat dengan cara menemukan jalan laut menuju dunia Timur serta menguasai bandar-bandar
dan daerah-daerah strategis yang menjadi mata rantai perdagaan dan perniagaan. Di samping
mencari kejayaan (glorious) dan kekayaan (gold), bangsa Portugis datang ke Timur (termasuk
Indonesia) bermaksud pula menyebarkan agama yang mereka anut, yakni Katholik (gospel).
Memiliki tujuan yaitu segala sesuatu untuk keagungan yang lebih besar dari Tuhan. Yang dicapai

9
dengan tiga cara: memberi khotbah, memberi pelajaran7, dan pengakuan. Orde ini juga
mempunyai organisasi pendidikan yang seragam: sama di mana pun dan bebas untuk semua.
Xaverius memandang pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk penyebaran agama, Nasution
dalam Rohmawati (2008).

Sedangkan pengaruh Kristen berasal dari orang-orang Belanda yang datang pertama kali
tahun1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman dengan tujuan untuk mencari rempah-
rempah. Untuk menghindari persaingan di antara mereka, pemerintah Belanda mendirikan suatu
kongsi dagang yang disebut VOC (vreenigds Oost Indische Compagnie) atau Persekutuan
Dagang Hindia Belanda tahun 1602.

Sikap VOC terhadap pendidikan adalah membiarkan terselenggaranya Pendidikan Tradisional di


Nusantara, mendukung diselenggarakannya sekolah-sekolah yang bertujuan menyebarkan agama
Kristen. Kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh VOC terutama dipusatkan di bagian timur
Indonesia di mana Katholik telah berakar dan di Batavia (Jakarta), pusat administrasi kolonial.
Tujuannya untuk melenyapkan agama Katholik dengan menyebarkan agama Kristen Protestan,
Calvinisme (Nasution, 2008: 4-5).

d. Zaman Kolonial Belanda


Tujuan bangsa Belanda ke Indonesia juga sama dengan bangsa Spanyol dan Portugis. Belanda
mendirikan sekolah-sekolah yang tidak hanya mengajarkan agama saja, tetapi juga mengajarkan
pengetahuan umum. Sekolah-sekolah banyak didirikan di Pulau Ambon, Ternate, dan Bacan
(Maluku). Bahasa pengantar yang dipergunakan adalah bahasa Melayu dan Belanda. Selain itu
mereka juga mendirikan sekolah untuk calon pegawai VOC. Sekolah ini didirikan di Ambon dan
Jakarta (rizal, 2008).

1) Pendidikan dasar meliputi jenis sekolah dengan pengantar bahasa Belanda untuk anak Belanda
, Indonesia dan Cina. Sekolah dengan pengantar bahasa daerah, dan sekolah peralihan.

2) Pendidikan lanjutan yang meliputi pendidikan umum dan pendidikan kejuruan.

Menurut Nasution (1993) ada enam prinsip politik pendidikan kolonial Belanda di Indonesia,
yaitu: Pertama, dualisme dalam pendidikan dengan adanya sekolah anak belanda dan untuk anak
pribumi, untuk anak yang berada dan anak yang tidak berada. Kedua, gradualisme yang ekstrim
dengan mengusahakan pendidikan rendah yang sederhana mungkin bagi anak Indonesia. Ketiga,
prinsip konkordansi yang memaksa semua sekolah berorientasi barat mengikuti model sekolah di
Netherland dan menghalangi penyesuaian dengan keadaan di Indonesia. Keempat, kontrol sentral
yang ketat. Kelima, tidak adanya perencanaan pendidikan sistematis. Keenam, pedidikan
pegawai sebagai tujuan utama sekolah.

7
Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar Pendidikan pada
Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.

10
e. Zaman Kolonial Jepang
Indonesia menjadi kenyataan ketika kemerdekaan Indonesia diproklamasikan kepada dunia
(rohmawati, 2008).

Sistem pendidikan pada masa penjajahan Jepang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Pend idikan/ Sekolah Rakyat, lama studi 6 tahun termasuk SR adalah Sekolah Pertama yang
merupakan konversi dari Sekolah Dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi pada masa Belanda.

2) Pendidikan Lanjutan, terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama) dengan
lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3
tahun

3) Sekolah guru, ada tiga macam sekolah guru :

• Sekolah guru 2 tahun = Sjootoo Sihan Gakoo

• Sekolah Guru Menengah 4 tahun = Guutoo Sihan Gakko • Sekolah Guru Tinggi 6 tahun =
Kooto Sihan Gakko

f. Zaman Kemerdekaan (Awal)


Setelah Indonesia merdeka, perjuangan bangsa Indonesia tidak berhenti sampai di sini karena
gangguan-gangguan dari para penjajah yang ingin kembali menguasai Indonesia datang silih
berganti sehingga bidang pendidikan pada saat itu bukanlah prioritas utama. Hal tersebut terjadi
karena konsentrasi bangsa Indonesia adalah bagaimana mempertahankan kemerdekaan yang
sudah diraih dengan perjuangan yang amat berat.

g. Zaman ‘Orde Lama’


Saat gangguan-gangguan itu mereda, pembangunan untuk mengisi kemerdekaan mulai
digerakkan. Pembangunan dilaksanakan serentak di berbagai bidang, baik spiritual maupun
material (Rohmawati: 2008). Setelah diadakan konsolidasi yang intensif, sistem pendidikan
Indonesia terdiri atas: Pendidikan

Rendah, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi. Dan pendidikan harus

membimbing para siswanya agar menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Sesuai dengan
dasar keadilan sosial, sekolah harus terbuka untuk tiap-tiap penduduk negara (Rahmawati; 2008).

Pendidikan Nasional zaman ‘Orde Lama’ adalah pendidikan yang diharapkan dapat membangun
bangsa agar mandiri sehingga dapat menyelesaikan revolusinya baik di dalam maupun di luar;
pendidikan yang secara spiritual membina bangsa yang ber-Pancasila dan melaksanakan UUD

11
1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Kepribadian Indonesia, dan merealisasikan
ketiga kerangka tujuan Revolusi Indonesia sesuai dengan Manipol yaitu :

• Membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia berwilayah dari Sabang sampai Merauke

• Menyelenggarakan masyarakat Sosialis Indonesia yang adil dan makmur lahir-batin,


melenyapkan kolonialisme,

• Mengusahakan dunia baru, tanpa penjajahan, penindasan dan penghisapan, ke arah perdamaian,
persahabatan nasional yang sejati dan abadi (Mudyahardjo, 2008: 403).

h. Zaman ‘Orde Baru’


meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pasar (Pidarta, 2008: 137-38). Inovasi-
inovasi pendidikan juga dilakukan untuk mencapai sasaran pendidikan yang diinginkan. Sistem
pendidikannya adalah sentralisasi dengan berpusat pada pemerintah pusat.

Namun demikian, dalam dunia pendidikan pada masa ini masih memiliki beberapa kesenjangan.
Beberapa kesenjangan, yaitu (1) kesenjangan okupasional (antara pendidikan dan dunia kerja),
(2) kesenjangan akademik (pengetahuan yang diperoleh di sekolah kurang bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari), (3) kesenjangan kultural (pendidikan masih banyak menekankan pada
pengetahuan klasik dan humaniora yang tidak bersumber dari kemajuan ilmu dan teknologi), dan
(4) kesenjangan temporal (kesenjangan antara wawasan yang dimiliki dengan wawasan dunia
terkini). Namun demikian keberhasilan pembangunan yang menonjol pada zaman ini adalah (1)
kesadaran beragama dan kebangsaan meningkat dengan pesat, (2) persatuan dan kesatuan bangsa
tetap terkendali, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga meningkat (Pidarta, 2008: 141).

i. Zaman ‘Reformasi’
Selama Orde Baru berlangsung, rezim yang berkuasa sangat leluasa melakukan hal-hal
yang mereka inginkan tanpa ada yang berani melakukan pertentangan dan perlawanan, rezim ini
juga memiliki motor politik yang sangat kuat yaitu partai Golkar yang merupakan partai terbesar
saat itu. Hampir tidak ada kebebasan bagi masyarakat untuk melakukan sesuatu, termasuk
kebebasan untuk berbicara dan menyampaikan pendapatnya (ibid.: 143). Begitu Orde Baru jatuh
pada tahun 1998 masyarakat merasa bebas. Reformasi ini pada awalnya lebih banyak bersifat
mengejar kebebasan tanpa program yang jelas.

meningkat.Hal ini memicu peningkatan kualitas profesional mereka. Instrumen-instrumen untuk


mewujudkan desentralisasi pendidikan juga diupayakan, misalnya KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi), MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), Life Skills (Lima Ketrampilan Hidup),
TQM (Total Quality Management), KTSP (Kurikulum Satuan Pendidikan).

• Landasan Psikologis

12
Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psiche dan logos. psiche yang memiliki arti
jiwa, sukma, dan roh, sedangkan logos berarit ilmu. Psikologi secara harfiah diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari mengenai jiwa seseorang. Psikologi mempelajari mengenai manusia
secara umum maupun secara pribadi/lebih khusus.

Saat di sekolah tentu saja sering ditemui siswa yang memiliki karakteristik yang sangat
beragam, bukan hanya perbedaan pada fisik, tingkat kecerdasan ataupun bakat, namun juga
meliputi perbedaan pengalaman, tingkat perkembangan siswa, cita-cita ataupun perbedaan
kepribadian secara keseluruhan. Siswa yang memiliki perbedaan tersebut tentunya tidak dapat
diperlakukan sama dalam kegiatan pembelajaran. Pemahaman siswa oleh pendidik sangat
penting dikuasai untuk memahami tingkat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.

Pemahaman akan perkembangan siswa diharapkan dapat mengatasi atau meminimalisir


berbagai permasalahan yang di temui mengenai peserta didik dalam pembelajaran.8

Landasan psikologis pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan yang
membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala
yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu
untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang
bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. Kajian psikologi yang erat hubungannya
dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikir, dan belajar
(Tirtarahardja, 2005: 106).

Dengan demikian, psikologi adalah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara
psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subyek dan
obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari
manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dalam
proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi menjadi sangat mutlak.
Analisis psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur psikologis anak didik dan
kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan secara
efektif.9

Landasan Psikologis Pendidikan menyajikan beberapa prinsip psikologi yang relevan


dengan pembelajaran dan pengajaran. Ini menyajikan jawaban alternatif untuk masalah bifurkasi
psikologi umum dan pendidikan dalam kurikulum persiapan guru. Sementara solusinya ber
sementara dan memiliki ketidaksempurnaan yang jelas, itu ditawarkan dengan harapan bahwa itu
dapat merangsang diskusi masalah dan solusi lain dan / atau pembenaran eksplisit untuk praktik
masa lalu. Konsep utama yang dibahas meliputi sikap dan perilaku guru, berbagai jenis
pembelajaran, teknologi dalam pendidikan, lupa dan punah, perkembangan anak, dan
pengukuran kecerdasan. Juga dibahas adalah penilaian prestasi pendidikan, psikologi sosial

8
https://rimatrian.blogspot.com/2014/12/landasan-psikologi-pendidikan.html
9
http://nursafatri.blogspot.com/2015/10/landasan-psikologis-pendidikan.html

13
kelas, dan pendidikan di sekolah perkotaan. Teks ini harus memiliki berbagai kegunaan di kelas
di mana siswa bersiap untuk mengajar. Itu ditulis khusus untuk situasi-situasi di mana calon guru
diperkenalkan ke psikologi melalui urutan terpadu satu atau dua semester.10

• Landasan Sosiologi
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-
kelompok dan struktur sosialnya. Landasan sosiologi pendidikan adalah seperangkat asumsi
yang dijadikan titik tolak dalam rangka praktek dan atau studi pendidikan yang bersumber
sosiologi. Sosiologi pendidikan meliputi: interaksi guru-guru dengan siswa, dinamika kelompok
kelas atau sekolah, struktur dan fungsi pendidikan, serta sistem-sistem masyarakat dan
pengaruhnya terhadap pendidikan. Tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk menjelaskan
mengapa sosiologi diperlukan sebagai salah satu landasan pendidikan, bagaimana implementasi
landasan sosiologis pendidikan di Indonesia, bagaimana implikasi landasan sosiologis
pendidikan terhadap pendidikan Indonesia. Berdasarkan analisis sosiologi memiliki peran yang
penting dalam pendidikan sebagai acuan atau dasar dalam rangka mencapai tujuan dari
pendidikan, dasar atau acuan. Konsep dan teori sosiologi pendidikan memberi petunjuk kepada
guru-guru bagaimana seharusnya membina para siswa agar mereka memiliki kebiasaan saling
kerjasama, rukun, bersahabat, saling membantu sesama teman dan saling menghormati sesama
teman. Implementasi landasan sosiologi dalam pendidikan bisa dilaksanakan dalam beberapa
kegiatan sosiologi dalam pendidikan diantaranya: Sosialisasi anak-anak dalam pendidikan,
proses sosialisai anak-anak, kewajiban sekolah untuk mengembangkan aspek itu pada diri anak-
anak. Peranan pendidikan dalam masyarakat, dukungan masyarakat terhadap pendidikan.
Implikasi landasan sosiologi terhadap pendidikan adalah keberadaan sekolah tidak dapat
dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya, perlu dibentuk badan kerja sama antara sekolah
dengan tokoh-tokoh masyarakat, proses sosialisasi anak perlu ditingkatkan, dinamika kelompok
dimnfaatkan untuk belajar. 11

Landasan Sosiologis (Sosiologische grondslag), Suatu peraturan perundang-undangan


dikatakan mempunyai landasan sosiologis apabila ketentuan-ketentuannya sesuai dengan
keyakinan umum atau kesadaran hukum masyarakat. Hal ini penting agar perundang-undangan
yang dibuat dan ditaati oleh masyarakat, tidak menjadi huruf-huruf mati belaka.12

Landasan pendidikan tutwuri handayani

A. Sejarah TutWuri Handayani


Soewardi merupakan Bapak yang mencetuskan pertama kali Pendidikan yang berada
di Indonesia, pada bulan September 1919, Soewardi kembali ke Negara Indonesia dan langsung

10
https://www.journalpapers.org/2020/06/landasan-psikologis-pendidikan.html
11
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/article/view/171
12
https://biizaa.com/memahami-landasan-filosofis-sosiologis-dan-yuridis-perundang-undangan/

14
bergabung kedalam Sekolah yang merupakan binaan dari saudaranya sendiri. Pengelaman
belajar yang Beliau dapatkan di Luar Negeri digunakannya untuk mengembangkan konsep
Pendidikan bagi sekolah, yang Soewardi dirikan pada tanggal 3 Juli 1922, yaitu Perguruan
Nasional Taman Siswa (National Onderwijs Instituut Taman Siswa).

Saat Soewardi berusia genap 40 tahun menurut perhitungan Kalender Jawa, Beliau
menggantikan namanya menjadi Ki Hajar Dewantara. Beliau melakukan pergantian nama
tersebut karena tidak mau lagi menggunakan gelar kebangsawanan didepan muridnya dan dapat
dengan bebas untuk bisa dekat dengan rakyat yang akan menjadi muridnya, baik secara fisik
maupun jiwa.

Ki Hajar Dewantara menggunakan Sistem pendidikan yang memakai sebuah


Semboyan dan hingga kini sangat dikenal oleh kalangan pendidikan di seluruh Indonesia.
Semboyan tersebut menggunakan bahasa Jawa, yang mana bunyinya adalah Ing Ngarsa Sung
Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani yang artinya Dari depan memberi
contoh, Dari tengah memberi semangat, Dari belakang memberi dorongan.

Pada pembentukan pertama Kabinet Republik Indonesia, Ki Hajar Dewantara


diangkat menjadi Menteri Pendidikan Indonesia, pada tahun 1957 beliau mendapatkan gelar
kehormatan sebagai Doktor (Doctor Honoris Causa) dari Universitas tertua di Indonesia, yaitu
Universitas Gadjah Mada.Akhirnya beliau pun dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional
Indonesia, berkat jasa-jasa nya dalam pendidikan di Indonesia. Selain itu, Hari Kelahiran Beliau
dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959,
tanggal 28 November 1959).

B. Asas TutWuri Handayani


Asas tutwuri handayani merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani
merupakan arti dari pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan
memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan
bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya. Gagasan tersebut dikembangkan Ki
Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan. Dalam era
kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas pendidikan nasional
Indonesia (Jurnal Pendidikan, No.2:24).

Asas Tut Wuri Handayani yang kini menjadi semboyan Depdikbud( sekarang
Kementerian Pendidikan Nasional ), pada awalnya merupakan salah satu dari “Asas 1922” yakni
tujuh buah asas dari Perguruan Nasional Taman Siswa (didirikan 3 Juli 1922), 13 ketujuh asas
Perguruan Nasional Taman Siswa yang merupakan asas perjuangan untuk menghadapi

13
Reka Joni, T, Penelitian Pengembangan dalam Pembaruan Pendidikan (Cet I, Jakarta: P2LPTK Ditjen Depdikbud,
1984) h.38. dan lihat Umar Tirtarahardja, op. cit, h. 118.

15
Pemerintah kolonial Belanda sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa.
Ketujuh asas tersebut yang secara singkat disebut “Asas 1922” adalah sebagai berikut:

1. Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan
mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum.
2. Bahwa pengajaran harus member pengetahuan yang berfaedah, yang dalam arti
lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
3. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri
4. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada
seluruh rakyat.
5. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-penuhnya lahir
maupun batin hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak
bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat baik berupa ikatan lahir
maupun ikatan batin.
6. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
7. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin
untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan
kebahagiaan anak- anak 14

Asas Tut wuri Handayani merupakan inti dari asas pertama dalam asas 1922 yang
menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan tetap
memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Dari asasnya yang pertama ini dijelaskan bahwa
tujuan asas Tut Wuri Handayani yaitu:

1. pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan.


2. pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: among, momong dan
ngemong (Karya Ki Hajar Dewantara, hal. 13). Among mengandung arti
mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak didik dapat
mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat. Momong mempunyai arti
mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kita
harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada
saat anak membutuhkan.
3. pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede)
4. pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak)
5. pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri, dan berdiri
di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik).

Semboyan lainnya, sebagai bagian tak terpisahkan dari tut wuri handayani,
padahakikatnya bertolak dari wawasan tentang anak yang sama, yakni tidak ada unsur
perintah,paksaan atau hukuman, tidak ada campur tangan yang dapat mengurangi kebebasan
14
Ibid, h. 119

16
anakuntuk berjalan sendiri dengan kekuatan sendiri. Dari sisi lain,pendidik setiap saat siap
memberi uluran tangan apabila diperlukan oleh anak. 15

Azas Tut Wuri Handayani ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P.
Sostrokartono (filusof dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing
Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso. 16Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu
menjadi satu kesatuan asas, masing-masing sebagai berikut:

a. Ing Ngarso Sung Tulodo (jika di depan memberi contoh) adalah hal yang baik
mengingat kebutuhan anak maupun pertimbangan guru. Di bagian depan, seorang guru akan
membawa buah pikiran para muridnya itu ke dalam sistem ilmu pengetahuan yang lebih luas. Ia
menempatkan pikiran / gagasan / pendapat para muridnya dalam cakrawala yang baru, yang
lebih luas. Dalam posisi ini ia membimbing dan memberi teladan. Akhirnya, dengan filosofi
semacam ini, siswa (dengan bantuan guru dan teman-temannya ) mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri di antara pengetahuan yang telah dikonstruksi oleh banyak orang
termasuk oleh para ahli.

b. Ing Madya Mangu Karsa (di tengah membangkitkan kehendak) diterapkan dalam
situasi ketika anak didik kurang bergairah atau ragu-ragu untuk mengambil keputusan atau
tindakan, sehingga perlu diupayakan untuk memperkuat motivasi. Dan, guru maju ke tengah-
tengah (pemikiran) para muridnya. Dalam posisi ini ia menciptakan situasi yang memungkinkan
para muridnya mengembangkan, memperbaiki, mempertajam, atau bahkan mungkin mengganti
pengetahuan yang telah dimilikinya itu sehingga diperoleh pengetahuan baru yang lebih masuk
akal, lebih jelas, dan lebih banyak manfaatnya

c. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan). Asas ini memberi
kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan ada kemungkinan melakukan
kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik. 17Hal itu tidak menjadikan masalah, karena
menurut Ki Hajar Dewantara, setiap kesalahan yang dilakukan anak didik akan membawa
pidananya sendiri, karena tidak ada pendidik sebagai pemimpin yang mendorong datangnya
hukuman tersebut. Dengan demikian, setiap kesalahan yang dialami peserta didik bersifat
mendidik. Maksud tut wuri handayani adalah sebagai pendidik hendaknya mampu menyalurkan
dan mengarahkan perilaku dan segala tindakan sisiwa untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah dirancang. Implikasi dari penerapan asas ini dalam pendidikan adalah sebagai berikut :

1. Seorang pendidik diharapkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk


mengemukakan ide dan prakarsa yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diajarkan

2. Seorang pendidik berusaha melibatkan mental siswa yang maksimal didalam


mengaktualisasikan pengalaman belajar.
15
Rubino Rubiyanto, dkk, op.cit, h. 30
16
Ibid, h. 31, dan lihat Umar Tirtarahardja, op. cit, h. 118
17
Ibid, h.32.

17
3. Peranan pendidik hanyalah bertugas mengarahkan siswa, sebagai fisilitator, motivator
dan pembimbing dalam rangka mencapai tujuan belajar.

4. Dalam proses belajar mengajar dilakukan secara bebas tetapi terkendali, interaksi
pendidik dan siswa mencerminkan hubungan manusiawi serta merangsang berfikir siswa,
memanfaatkan bermacam-macam sumber, kegiatan belajar yang dilakukan siswa bervariasi,
tetapi tetap dibawah bimbingan guru.

Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa
keadaan yang ditemui sekarang, yakni:

a) peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan


yang diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah
sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat.

b) peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang


diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang
diinginkannya.

c) peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh
kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar
dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri,

d) peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh


pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan
dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri. 18

Ketiga asas tersebut sebagai semboyang dalam pendidikan merupakan satu kesatuan
asas yang telah menjadi asas penting dalam pendidikan di Indonesia. Pendidikan juga
mengandung makna mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak didik dapat
mengembangkan kehidupan lahir dan bathin menjadi subur dan selamat, dan perkembangan
peserta didik harus senantiasa diikuti dengan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan.

C. Arti lambang tutwuri handayani


Makna dari lambang Tut Wuri Handayani :

a) Belencong menyala bermotif garuda : Belencong (menyala) adalah lampu khusus


dipergunanakan pada pertunjukan wayang kulit. Cahaya belencong membuat pertunjukkan
menjadi lebih hidup. Burung Garuda (yang menjadi motif pada Belencong) memberikan
gambaran dinamis, gagah perkasa, mampu dan berani mandiri mengarungi dunia luar. Ekor dan
sayap garuda digambarkan masing-masing lima bumi dengan arti ‘satu kata dengan perbuatan
sebanyak butir Pancasila,’

18
Ibid, h.33.

18
b) Buku : sumber bagi segala ilmu yang dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

c) Bidang segi lima (biru muda) : Menggambarkan alam kehidupan Pancasila

d) Semboyan Tut Wuri Handayani : Digunakan oleh Ki hajar Dewantara dalam


menjalankan sistem pendidikannya. Pencantuman semboyan ini berarti melengkapi penghargaan
dan penghormatan terhadap almarhum Ki hajar Dewantara yang hari lahirnya telah dijadikan
Hari Pendidikan Nasional.

e) Warna : putih pada ekor dan sayap Garuda dan buku berarti suci, bersih tanpa
pamrih. Kuning emas pada nyala api berarti keagungan dan keluhuran pengabdian. Biru muda
pada bidang segi lima berarti pengabdian yang tak kunjung putus dengan memiliki pandangan
hidup yang mendalam (pandangan hidup Pancasila)

Landasan perkembangan IPTEK


A. Pengertian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
ilmu pengetahuan dan teknologi, terdapat beberapa istilah yang perlu dikaji.
Pengetahuan (knowledge) adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara
penginderaan terhadap fakta, penalaran (rasio), intuisi, dan wahyu. Berbeda dengan pengetahuan,
ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan
mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu . Sifat ilmiah sebagai
persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.

1. Obyektif. Ilmu harus memiliki obyek kajian yang terdiri dari satu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Obyeknya
dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji
obyek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan obyek, dan
karenanya disebut kebenaran obyektif; bukan subyektif berdasarkan subyek peneliti atau subyek
penunjang penelitian.

2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan


terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus
terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani
“Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang
digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.

3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu


obyek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga
membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan
rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis
dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
19
4. 4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang
bersifat umum (tidak bersifat tertentu).

B. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Pengembangan


Kurikulum
Perkembangan IPTEK sebagai pemacu kemajuan pembangunan. Perkembangan
IPTEK secara langsung berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya
mencakup pembaruan isi atau materi pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran,
serta penggunaan sistem evaluasi. 19Materi pelajaran sepatutnya hasil perkembangan IPTEK
kontemporer, baik berhubungan dengan hasil perolehan informasi, ataupun cara memperoleh
informasi tersebut dan memanfaatkannya untuk masyarakat. Tentu dalam proses pengembangan
kurikulum harus tetap mengacu kepada prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.

pengembangan dan penguasaan IPTEK yang mana akan memberi implikasi terhadap
pengembangan SDM. Tercapainya kemampuan SDM agar dapat memanfaatkan,
mengembangkan dan menguasai IPTEK, maka ada beberapa hal yang dijadikan sebagai dasar,
yaitu:

1. Pembangunan IPTEK selayaknya berada dalam keseimbangan yang efektif


juga dinamis dengan pembinaan SDM, pelaksanaan penelitian, pengembangan
sarana prasarana IPTEK
2. Penyusunan IPTEK terarah pada peningkatan kehidupan bangsa dan kualitas
kesejahteraan.
3. Pembangunan IPTEK sepadan dengan nilai-nilai agama, kondisi sosial budaya,
nilai luhur, dan lingkungan hidup.
4. Penyusunan IPTEK harus berdasar pada upaya peningkatan efektivitas
penelitian, efisiensi, produktivitas dan pengembangan yang lebih tinggi.
5. Pembangunan IPTEK harus dapat memberikan solusi penyelesaian masalah
konkret.20

Pengembangan kurikulum bukan tentang abstraksi, akan tetapi mempersiapkan berbagai


alternatif untuk tindakan yang merupakan inspirasi dari ide-ide dan beberapa penyesuaian lain
yang dinilai penting. Supaya kurikulum sesuai dengan perkembangan IPTEK maka harus
memperhatikan kebutuhan masyarakat, industri, menyesuaikan dengan teknologi yang
berkembang saat itu, menyesuaikan pola hidup, syarat dan tuntunan tenaga kerja, serta
menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan IPTEK. Audrey Nicholls dan
Howard Nicholls berpendapat bahwa pengembangan kurikulum ialahperencanaan kesempatan-
19
M. Putri. “Manajemen Kurikulum Program Basic Technology Education (Pendidikan Teknologi Dasar) di SMP AL
Kautsar Bandar Lampung”. Tesis. Universitas Lampung. Bandar Lampung, 2016.
20
O. Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

20
kesempatan belajar agar membawa peserta didik ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan
dan mengukur sampai di mana perubahan tersebut telah terjadi dalam diri peserta didik.

Saat ini pemerintah dan seluruh penggerak pendidikan terus berjuang dan bekerja sama
untuk mengembangkan kurikulum. Sebagaimana perkembangan saat ini, banyak inovasi
pembelajaran yang diimplementasikan di berbagai sekolah, contohnya multimedia pembelajaran
interaktif online, untuk media pembelajaran online baik audio, visual, maupun audio visual di
antaranya:

a. Radio edukasi Kemdikbud


b. suara edukasi
c. Jogja belajar radio
d. Podcast English first (podcast untuk belajar listening bahasa Inggris)
e. Sumber belajar Kemdikbud audio
f. Google classroom
g. Microsoft teams
h. Moodle
i. Kelas digital rumah belajar Kemdikbud
j. Zoom
k. Ruang guru
l. Zenius
m. Quipper
n. Visual novel berbasis gamifikasi dan banyak lagi aplikasi serta media lainnya
kemudian evaluasi pembelajaran dengan menggunakan geschool.net yang dapat diakses
melalui smartphone, iphone, ataupun komputer.

Selain itu, peranan pendidik sangat penting dalam penyampaian materi ajar yang telah
disusun dalam kurikulum. Dengan demikian, pengembangan IPTEK dalam pengembangan
kurikulum harus dilakukan oleh pendidik melalui pemanfaatan media belajar, sumber belajar,
sistem penyampaian, pengembangan dimulai dengan unit-unit belajar yang melibatkan berbagai
langkah disertai dengan uji coba diteruskan dengan unit-unit lain.

21
C. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah dan Pelaksanaannya di
Indonesia
Pada zaman dahulu, manusia senantiasa menghadapi kekuasaan alam yang
mendominasi. Berkat perkembangan Ilmu Pengatahuan dan Teknologi, hubungan kekuasaan
antara manusia dan alam dapat dikatakan terbalik, yang mana alam kini seolah-olah berada di
bawah kekuasaan manusia. Hal ini terjadi karena pada awalnya, Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi yang dimiliki manusia masih relative rendah dan sederhana, namun sejak abad
pertengahan, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan
dipastikan ke depannya akan terus berkembang.

Misalnya, mungkin dulu orang mengganggap mustahil manusia bisa terbang atau
pergi ke bulan. Tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada
pertengahan abad ke-20, hal itu bisa dilakukan dengan penemuan pesawat terbang dan
keberhasilan pesawat Apollo mendarat di bulan.

Pengembangan dan pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada umumnya


ditempuh melalui rangkaian kegiatan, seperti penelitian dasar, penelitian terapan, pengembangan
teknologi, dan penerapan teknologi serta biasanya diikuti pula dengan evaluasi ethis-politis-
religius. 21Ilmu Pengetahuan dan Teknologi memang telah berjasa mengubah wajah dunia dalam
berbagai bidang serta berhasil memajukan kesejahteraan manusia. Namun kita juga menyaksikan
bagaimana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi digunakan untuk mengancam martabat dan
kebudayaan manusia.

Khusus untuk pendidikan di Indonesia, landasan ilmu pengetahuan dan teknologi


sebagai landasan ilmiah sebenarnya telah diamanatkan dalam pasal 36 ayat 3 Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yakni Kurikulum disusun sesuai dengan
jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan:

1. peningkatan iman dan takwa

2. peningkatan akhlak mulia

3. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik

4. keragaman potensi daerah dan lingkungan

5. tuntutan pembangunan daerah dan nasional

6. tuntutan dunia kerja

7. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni


21
Umar Tirtarahardja dan L.La Sulo, 1997:116

22
8. agama

9. dinamika perkembangan global

10. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional juga mulai menggalakkan


pemakaian teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dalam proses pembelajaran menggantikan
proses pembelajaran yang konvensional, sehingga diharapkan melalui pemanfaatan ICT ini,
proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Selain itu, pemerintah juga menggulirkan sejumah
terobosan, diantaranya penggunaan E-Education melalui Jejaring Pendidikan Nasional
(Jardiknas).

Diharapkan, upaya-upaya tersebut dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia,


sehingga tujuan pendidikan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 2 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa fungsi pendidikan adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri,
dan menjadi warga Negara yang demokratis, dapat terwujud.

Kesimpulan

1. Pandangan filosofis adalah cara melihat pendidikan dasar dari hakikat pendidikan dalam
kehidupan manusia. Pertanyaan filosofis yang akan kita bahas adalah untuk apa
pendidikan Sekolah Dasar dikembangkan.
2. Pandangan psikologis-pedagogis atau psiko-pedagogis adalah cara melihat pendidikan
dasar dari fungsi proses pendidikan dasar dalam pengembangan potensi individu sesuai
dengan karakteristik psikologis peserta didik. Pertanyaan psiko-pedagogis yang
relevan dengan fungsi proses itu adalah bagaimana pendidikan dasar dikembangkan
sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.

Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak. Diperlukan satu
generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu.Oleh karena itu apabila terjadi suatu
kekeliruan yang berakibat kegagalan,pada umumnya sudah terlambat untuk memperbaikinya.
Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin
dengan memperhatikan sejumlah landasan dan asas pendidikan.

Daftar Pustaka
Redja Mudyarhardjo, Dasar-dasar Kependidikan (Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud,
1986), 126-134.

23
Abu Hanifah, Rintisan Filsafat, Filsafat Barat Ditilik dengan Jiwa Timur, Jilid I. Jakarta:
Balai Pustaaka, 1950), 136
Mudyarhardjo, Dasar-dasar Kependidikan, 144.
Mudyarhardjo, Dasar-dasar Kependidikan, 14-18
Parsono, dkk., 1990. Landasan Kependidikan. Jakarta: Universitas Terbuka,
Depdikbud.
Pidarta, Made. 2007.Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
https://rimatrian.blogspot.com/2014/12/landasan-psikologi-pendidikan.html
http://nursafatri.blogspot.com/2015/10/landasan-psikologis-pendidikan.html
https://www.journalpapers.org/2020/06/landasan-psikologis-pendidikan.html
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/article/view/171
https://biizaa.com/memahami-landasan-filosofis-sosiologis-dan-yuridis-perundang-
undangan/
Reka Joni, T, Penelitian Pengembangan dalam Pembaruan Pendidikan (Cet I, Jakarta:
P2LPTK Ditjen Depdikbud, 1984) h.38. dan lihat Umar Tirtarahardja, op. cit, h. 118.
Ibid, h. 119
Rubino Rubiyanto, dkk, op.cit, h. 30
Ibid, h. 31, dan lihat Umar Tirtarahardja, op. cit, h. 118
Ibid, h.32,33
M. Putri. “Manajemen Kurikulum Program Basic Technology Education (Pendidikan
Teknologi Dasar) di SMP AL Kautsar Bandar Lampung”. Tesis. Universitas Lampung.
Bandar Lampung, 2016.
Umar Tirtarahardja dan L.La Sulo, 1997:116

24
25

Anda mungkin juga menyukai