Disusun oleh :
1. Alfian azmi (0602520004)
2. Dinda husnul khotimah (0602520010)
3. Fitri hidayatul mutaddin (0602520015
4. Shafa bunga Sabrina (0602520032)
5. Zumratusshalihah (0602520037)
Dosen pengampu :
2021
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin, rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah secara tepat waktu. Tak lupa pula kami
hanturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah SAW dan semoga syafaatnya
mengalir kepada kita sampai hari akhir kelak.
Akhirul Qalam, semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak, bagi
kami khususnya bagi teman-teman mahasiswa Universitas Al-Azhar Indonesia. kami sebagai
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Besar harapan kami agar
pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.
2
Daftar isi
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
Daftar isi......................................................................................................................................................3
1. Landasan Filosofis................................................................................................................................4
1) Naturalisme.........................................................................................................................................4
2) Idealisme.............................................................................................................................................4
2. LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN DI INDONESIA................................................................7
c. Zaman Pengaruh Nasrani (Katholik dan Kristen)......................................................................................9
d. Zaman Kolonial Belanda..........................................................................................................................9
e. Zaman Kolonial Jepang..........................................................................................................................10
f. Zaman Kemerdekaan (Awal)..................................................................................................................10
g. Zaman ‘Orde Lama’................................................................................................................................11
h. Zaman ‘Orde Baru’.................................................................................................................................11
i. Zaman ‘Reformasi’..................................................................................................................................12
A. Sejarah TutWuri Handayani...............................................................................................................14
B. Asas TutWuri Handayani................................................................................................................15
C. Arti lambang tutwuri handayani....................................................................................................18
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)....................................................................18
B. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Pengembangan Kurikulum.............................19
C. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah dan Pelaksanaannya di Indonesia........................21
3
1. Landasan Filosofis.
Landasan Filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah pendidikan itu,
mengapa pendidikan itu diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya.
Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat,
falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasaYunani, philein berarti mencintai, dan
sophos atau sophis berarti hikmah, arif, atau bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal,
menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-kosnsepsi mengenai kehidupan dan
4
dunia. Konsepsi-konsepsi silosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada umumnya
bersumber dari dua faktor, yaitu:
c. Masyarakat dan kebudayaannya. Keterbatasan manusia sebagai mahluk hidup yang banyak
menghadapi tantangan; dan Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya
filsafat pendidikan. Hasil-hasil kajian filsafat tersebut, utamnya tentang konsepsi manusia dan
dunianya, sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan.
1) Naturalisme
Naturalisme merupakan aliran filsafat yang menganggap segala kenyataan yang bisa ditangkap
oleh panca indera sebagai kebenaran yang sebenarnya. Aliran ini biasa pula diberi nama yang
berbeda sesuai dengan variasi penekanan konsepsinya tentang manusia dan dunianya.
2) Idealisme
Berbeda dengan aliran diatas, Idealisme menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide
sebagai gagasan kejiwaan. Apa yang dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan atau
refleksi dari ide sebagai kebenaran bersifat spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan kejiwaan
itulah sebagai kebenaran atau nilai sejati yang absolute dan abadi.
3) Pragmatisme
Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai
dari segi nilai kegunaan praktis; dengan kata lain, paham ini menyatakan yang berfaedah itu
harus benar, atau ukuran kebenaran didasarkan pda kemanfaatan dari sesuatu itu harus benar.
Atau ukuran kebenaran didasarkan kepada kemanfaatan dari sesuatu itu kepada manusia. 2
John Dewey, salah seorang tokoh pragmatisme, mengemukakan bahwa penerapan konsep
pragmatisme secara eksperimental melalui lima tahap: 3
Situasi tak tentu (indeterminate situation), yakni timbulnya situasi ketegangan didalam
pengalaman yang perlu dijabarkan secara spesifik. Diagnosi, yakni mempertajam masalah
termasuk perkiraan factor penyebabnya. Hipotesis, yakni penemuan gagasan yang diperkiarakan
dapat mengatasi masal membandingkan hasilnya serta implikasinya masing-masing jika
dipraktikkan. Evaluasi, yakni mempertimbangkan hasilnya setelah hipotesis terbaik
dilaksanakan.
1
Redja Mudyarhardjo, Dasar-dasar Kependidikan (Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 1986), 126-134.
2
Abu Hanifah, Rintisan Filsafat, Filsafat Barat Ditilik dengan Jiwa Timur, Jilid I. Jakarta: Balai Pustaaka, 1950), 136
3
Mudyarhardjo, Dasar-dasar Kependidikan, 144.
5
Oleh karena itu, bagi paragtisme, pendidikan adalah suatu proses eksperimental dan metode
mengajar yang penting adalah metode pemecahan masalah. Pengaruh aliran paragtisme tersebut
bahkan terwujud dalam gerakan pendidikan progresif atau progresivisme sebagai bagian dari
suatu gerakan reformasi sosiopolitik pada akhir abad XIX dan awal abad XX di Amerika Serikat.
Progresivisme menentang pendidikan tradisionalis serta mengembangkan teori pendidikan
dengan prinsip-prinsip antara lain:
Selanjutnya perlu dikemukakan secara ringkas empat mazhab filsafat pendidikan yang
besar pengaruhnya dalam pemikiran dan penyelenggaraan pendidikan. Keempat mazhab filsafat
pendidikan itu. 4
4) Esensialisme.
Esensialisme merupakan mazhab filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan
realisme secara eklektis. Berdasarkan eklektisisme tersebut tersebut maka esensialisme tersebut
menitikberatkan penerapan prinsip idealisme atau realisme dengan tidak meleburkan prinsip-
prinsipnya. Filsafat idealisme memberikan dasara tinjauan yang realistic. Matematika yang
sangat diutmakan idealisme, juga penting artinya bagi filsafat realism, karena matematika adalah
alat menghitung penjumlahan dari apa-apa yang riil, materiil dan nyata
b) Gramatika
c) Kesusateraan
d) Filsafat
e) Ilmu kealaman
f) Matematika
g) Sejarah
4
Mudyarhardjo, Dasar-dasar Kependidikan, 14-18
6
h) Seni keindahan (fine arts)
5) Perenialisme
Ada persama antara perenialisme dan esensialisme, yakni keduanya membela kurikulum
tradisional yang berpusat pada mata pelajaran yang poko-pokok (subject centered).
Perbedaannya ialah perenialisme menekankan keabadian teori kehikamatan, yaitu:
b) Keindahan (beauty)
Oleh karena itu dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan atau
perennial. Prinsip pendidikan antaralain:
a) Konsep pendidikan itu bersifat abadi, karena hakikat manusia tak pernah berubah.
b) Inti pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan mahluk manusia yang unik, yaitu
kemampuan berpikir.
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis,
di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan
tradisional.
Progresivisme yaitu perubahan untuk maju. Manusia akan mengalami perkembangan apabila
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya berdasarkan pemikiran. Progresivisme atau gerakan
pendidikan progresif mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada beberapa
prinsip, antara lain sebagai berikut:
7
d) Sekolah progresif harus merupakan sebuah laboratorium untuk melakukan reformasi
pedagogis dan ekperimentasi.
7) Rekonstruksionisme
Rekonstruksionalisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berpikir progresif dalam
pendidikan. Individu tidak hanya belajar tentang pengalaman-pengalaman-pengalaman
kemasyarakatan masa kini disekolah, tapi haruslah memelopori masyarakat kearah
masyarakatbaru yang diinginkan. Dan dalam pengertian lain. Rekonstruksionisme adalah
mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor
perubahan masyarakat.5
Bila mengamati sejarah tentang borobudur merupakan warisan sejarah yang dapat digunakan
sebagai perbandingan perkembangan pendidikan pada masa itu dengan masa sekarang.
Borobudur adalah candi budha terbesar pada abad 9, yang berukuran 123 X 123 meter serta
5
Parsono, dkk., 1990. Landasan Kependidikan. Jakarta: Universitas Terbuka,
Depdikbud.
6
Pidarta, Made. 2007.Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
8
terdiri dari 1.460 relief dan 504 stupa. Borobudur setelah dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat
di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini.
Berdasarkan keterangan di atas Borobudur merupakan tonggak sejarah terbesar bagi Indonesia,
karena pada saat itu (abad 9) bisa dikatakan Indonesia menjadi negara number one. Jika ditinjau
dari segi pembuatannya, maka akan muncul asumsi tentang jumlah tenaga yang digunakan
(berhubungan dengan manajemen) dan arsitekturnya. Padahal pada masa itu sumber belajarnya
hanya berupa orang, tidak seperti sekarang yang sumber belajarnya tidak hanya berupa orang,
tetapi ada buku, TV, radio, HP, Tablet, komputer (laptop), dan internet.
Agama islam yang dibawa oleh pedagang dari Persia dan Gujarat ke Indonesia. Agama Islam
mudah tersebar karena agama Islam dapat bersatu dengan kebudayaan Indonesia. Keduanya
dapat saling membantu dan saling mempengaruhi. Agama Islam besar sekali pengaruhnya di
dalam mendidik rakyat jelata. Berbeda dengan Agama Hindu dan Budha, Agama Islam
menyiarkan Agamanya mulai dari bawah/dari rakyat biasa. Para Ulama sangat dekat dengan
rakyat biasa, mereka bisa hidup bersama dengan rakyat biasa. Bentuk pendidikan yang Islam ada
3 macam, yaitu di Langgar, Pesantren, dan Madrasah. Bentuk itulah sebenarnya awal
terbentuknya pembelajaran klasikal maupun individual di Indonesia. berlangsung secara secara
Individual, artinya seorang guru mengajar seorang anak.
2) Pendidikan di pesantren : Tempat pengajaran Agama Islam yang lebih lanjut dan lebih
mendalam ada di pesantren. Pengetahuan yang diberikan ada 3 bidang yaitu: agama; ilmu
pengetahuan; keterampilan. 3) Pendidikan Madrasah : Pada madrasah guru-guru diperkenankan
menerima balasan jasa dalam bentuk uang (gaji). Lembaga pendidikan ini lebih menekankan
pada pemberian ilmu pengetahuan umum disamping pelajaran agama. Pendidikan Madrasah
diatur berjenjang sejajar dengan pendidikan dasar dan menengah seperti sekarang ini. Jenjang ini
adalah :
9
dengan tiga cara: memberi khotbah, memberi pelajaran7, dan pengakuan. Orde ini juga
mempunyai organisasi pendidikan yang seragam: sama di mana pun dan bebas untuk semua.
Xaverius memandang pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk penyebaran agama, Nasution
dalam Rohmawati (2008).
Sedangkan pengaruh Kristen berasal dari orang-orang Belanda yang datang pertama kali
tahun1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman dengan tujuan untuk mencari rempah-
rempah. Untuk menghindari persaingan di antara mereka, pemerintah Belanda mendirikan suatu
kongsi dagang yang disebut VOC (vreenigds Oost Indische Compagnie) atau Persekutuan
Dagang Hindia Belanda tahun 1602.
1) Pendidikan dasar meliputi jenis sekolah dengan pengantar bahasa Belanda untuk anak Belanda
, Indonesia dan Cina. Sekolah dengan pengantar bahasa daerah, dan sekolah peralihan.
Menurut Nasution (1993) ada enam prinsip politik pendidikan kolonial Belanda di Indonesia,
yaitu: Pertama, dualisme dalam pendidikan dengan adanya sekolah anak belanda dan untuk anak
pribumi, untuk anak yang berada dan anak yang tidak berada. Kedua, gradualisme yang ekstrim
dengan mengusahakan pendidikan rendah yang sederhana mungkin bagi anak Indonesia. Ketiga,
prinsip konkordansi yang memaksa semua sekolah berorientasi barat mengikuti model sekolah di
Netherland dan menghalangi penyesuaian dengan keadaan di Indonesia. Keempat, kontrol sentral
yang ketat. Kelima, tidak adanya perencanaan pendidikan sistematis. Keenam, pedidikan
pegawai sebagai tujuan utama sekolah.
7
Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar Pendidikan pada
Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
10
e. Zaman Kolonial Jepang
Indonesia menjadi kenyataan ketika kemerdekaan Indonesia diproklamasikan kepada dunia
(rohmawati, 2008).
Sistem pendidikan pada masa penjajahan Jepang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Pend idikan/ Sekolah Rakyat, lama studi 6 tahun termasuk SR adalah Sekolah Pertama yang
merupakan konversi dari Sekolah Dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi pada masa Belanda.
2) Pendidikan Lanjutan, terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama) dengan
lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3
tahun
• Sekolah Guru Menengah 4 tahun = Guutoo Sihan Gakko • Sekolah Guru Tinggi 6 tahun =
Kooto Sihan Gakko
membimbing para siswanya agar menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Sesuai dengan
dasar keadilan sosial, sekolah harus terbuka untuk tiap-tiap penduduk negara (Rahmawati; 2008).
Pendidikan Nasional zaman ‘Orde Lama’ adalah pendidikan yang diharapkan dapat membangun
bangsa agar mandiri sehingga dapat menyelesaikan revolusinya baik di dalam maupun di luar;
pendidikan yang secara spiritual membina bangsa yang ber-Pancasila dan melaksanakan UUD
11
1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Kepribadian Indonesia, dan merealisasikan
ketiga kerangka tujuan Revolusi Indonesia sesuai dengan Manipol yaitu :
• Membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia berwilayah dari Sabang sampai Merauke
• Mengusahakan dunia baru, tanpa penjajahan, penindasan dan penghisapan, ke arah perdamaian,
persahabatan nasional yang sejati dan abadi (Mudyahardjo, 2008: 403).
Namun demikian, dalam dunia pendidikan pada masa ini masih memiliki beberapa kesenjangan.
Beberapa kesenjangan, yaitu (1) kesenjangan okupasional (antara pendidikan dan dunia kerja),
(2) kesenjangan akademik (pengetahuan yang diperoleh di sekolah kurang bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari), (3) kesenjangan kultural (pendidikan masih banyak menekankan pada
pengetahuan klasik dan humaniora yang tidak bersumber dari kemajuan ilmu dan teknologi), dan
(4) kesenjangan temporal (kesenjangan antara wawasan yang dimiliki dengan wawasan dunia
terkini). Namun demikian keberhasilan pembangunan yang menonjol pada zaman ini adalah (1)
kesadaran beragama dan kebangsaan meningkat dengan pesat, (2) persatuan dan kesatuan bangsa
tetap terkendali, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga meningkat (Pidarta, 2008: 141).
i. Zaman ‘Reformasi’
Selama Orde Baru berlangsung, rezim yang berkuasa sangat leluasa melakukan hal-hal
yang mereka inginkan tanpa ada yang berani melakukan pertentangan dan perlawanan, rezim ini
juga memiliki motor politik yang sangat kuat yaitu partai Golkar yang merupakan partai terbesar
saat itu. Hampir tidak ada kebebasan bagi masyarakat untuk melakukan sesuatu, termasuk
kebebasan untuk berbicara dan menyampaikan pendapatnya (ibid.: 143). Begitu Orde Baru jatuh
pada tahun 1998 masyarakat merasa bebas. Reformasi ini pada awalnya lebih banyak bersifat
mengejar kebebasan tanpa program yang jelas.
• Landasan Psikologis
12
Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psiche dan logos. psiche yang memiliki arti
jiwa, sukma, dan roh, sedangkan logos berarit ilmu. Psikologi secara harfiah diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari mengenai jiwa seseorang. Psikologi mempelajari mengenai manusia
secara umum maupun secara pribadi/lebih khusus.
Saat di sekolah tentu saja sering ditemui siswa yang memiliki karakteristik yang sangat
beragam, bukan hanya perbedaan pada fisik, tingkat kecerdasan ataupun bakat, namun juga
meliputi perbedaan pengalaman, tingkat perkembangan siswa, cita-cita ataupun perbedaan
kepribadian secara keseluruhan. Siswa yang memiliki perbedaan tersebut tentunya tidak dapat
diperlakukan sama dalam kegiatan pembelajaran. Pemahaman siswa oleh pendidik sangat
penting dikuasai untuk memahami tingkat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
Landasan psikologis pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan yang
membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala
yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu
untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang
bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. Kajian psikologi yang erat hubungannya
dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikir, dan belajar
(Tirtarahardja, 2005: 106).
Dengan demikian, psikologi adalah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara
psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subyek dan
obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari
manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dalam
proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi menjadi sangat mutlak.
Analisis psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur psikologis anak didik dan
kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan secara
efektif.9
8
https://rimatrian.blogspot.com/2014/12/landasan-psikologi-pendidikan.html
9
http://nursafatri.blogspot.com/2015/10/landasan-psikologis-pendidikan.html
13
kelas, dan pendidikan di sekolah perkotaan. Teks ini harus memiliki berbagai kegunaan di kelas
di mana siswa bersiap untuk mengajar. Itu ditulis khusus untuk situasi-situasi di mana calon guru
diperkenalkan ke psikologi melalui urutan terpadu satu atau dua semester.10
• Landasan Sosiologi
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-
kelompok dan struktur sosialnya. Landasan sosiologi pendidikan adalah seperangkat asumsi
yang dijadikan titik tolak dalam rangka praktek dan atau studi pendidikan yang bersumber
sosiologi. Sosiologi pendidikan meliputi: interaksi guru-guru dengan siswa, dinamika kelompok
kelas atau sekolah, struktur dan fungsi pendidikan, serta sistem-sistem masyarakat dan
pengaruhnya terhadap pendidikan. Tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk menjelaskan
mengapa sosiologi diperlukan sebagai salah satu landasan pendidikan, bagaimana implementasi
landasan sosiologis pendidikan di Indonesia, bagaimana implikasi landasan sosiologis
pendidikan terhadap pendidikan Indonesia. Berdasarkan analisis sosiologi memiliki peran yang
penting dalam pendidikan sebagai acuan atau dasar dalam rangka mencapai tujuan dari
pendidikan, dasar atau acuan. Konsep dan teori sosiologi pendidikan memberi petunjuk kepada
guru-guru bagaimana seharusnya membina para siswa agar mereka memiliki kebiasaan saling
kerjasama, rukun, bersahabat, saling membantu sesama teman dan saling menghormati sesama
teman. Implementasi landasan sosiologi dalam pendidikan bisa dilaksanakan dalam beberapa
kegiatan sosiologi dalam pendidikan diantaranya: Sosialisasi anak-anak dalam pendidikan,
proses sosialisai anak-anak, kewajiban sekolah untuk mengembangkan aspek itu pada diri anak-
anak. Peranan pendidikan dalam masyarakat, dukungan masyarakat terhadap pendidikan.
Implikasi landasan sosiologi terhadap pendidikan adalah keberadaan sekolah tidak dapat
dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya, perlu dibentuk badan kerja sama antara sekolah
dengan tokoh-tokoh masyarakat, proses sosialisasi anak perlu ditingkatkan, dinamika kelompok
dimnfaatkan untuk belajar. 11
10
https://www.journalpapers.org/2020/06/landasan-psikologis-pendidikan.html
11
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/article/view/171
12
https://biizaa.com/memahami-landasan-filosofis-sosiologis-dan-yuridis-perundang-undangan/
14
bergabung kedalam Sekolah yang merupakan binaan dari saudaranya sendiri. Pengelaman
belajar yang Beliau dapatkan di Luar Negeri digunakannya untuk mengembangkan konsep
Pendidikan bagi sekolah, yang Soewardi dirikan pada tanggal 3 Juli 1922, yaitu Perguruan
Nasional Taman Siswa (National Onderwijs Instituut Taman Siswa).
Saat Soewardi berusia genap 40 tahun menurut perhitungan Kalender Jawa, Beliau
menggantikan namanya menjadi Ki Hajar Dewantara. Beliau melakukan pergantian nama
tersebut karena tidak mau lagi menggunakan gelar kebangsawanan didepan muridnya dan dapat
dengan bebas untuk bisa dekat dengan rakyat yang akan menjadi muridnya, baik secara fisik
maupun jiwa.
Asas Tut Wuri Handayani yang kini menjadi semboyan Depdikbud( sekarang
Kementerian Pendidikan Nasional ), pada awalnya merupakan salah satu dari “Asas 1922” yakni
tujuh buah asas dari Perguruan Nasional Taman Siswa (didirikan 3 Juli 1922), 13 ketujuh asas
Perguruan Nasional Taman Siswa yang merupakan asas perjuangan untuk menghadapi
13
Reka Joni, T, Penelitian Pengembangan dalam Pembaruan Pendidikan (Cet I, Jakarta: P2LPTK Ditjen Depdikbud,
1984) h.38. dan lihat Umar Tirtarahardja, op. cit, h. 118.
15
Pemerintah kolonial Belanda sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa.
Ketujuh asas tersebut yang secara singkat disebut “Asas 1922” adalah sebagai berikut:
1. Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan
mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum.
2. Bahwa pengajaran harus member pengetahuan yang berfaedah, yang dalam arti
lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
3. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri
4. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada
seluruh rakyat.
5. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-penuhnya lahir
maupun batin hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak
bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat baik berupa ikatan lahir
maupun ikatan batin.
6. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
7. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin
untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan
kebahagiaan anak- anak 14
Asas Tut wuri Handayani merupakan inti dari asas pertama dalam asas 1922 yang
menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan tetap
memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Dari asasnya yang pertama ini dijelaskan bahwa
tujuan asas Tut Wuri Handayani yaitu:
Semboyan lainnya, sebagai bagian tak terpisahkan dari tut wuri handayani,
padahakikatnya bertolak dari wawasan tentang anak yang sama, yakni tidak ada unsur
perintah,paksaan atau hukuman, tidak ada campur tangan yang dapat mengurangi kebebasan
14
Ibid, h. 119
16
anakuntuk berjalan sendiri dengan kekuatan sendiri. Dari sisi lain,pendidik setiap saat siap
memberi uluran tangan apabila diperlukan oleh anak. 15
Azas Tut Wuri Handayani ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P.
Sostrokartono (filusof dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing
Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso. 16Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu
menjadi satu kesatuan asas, masing-masing sebagai berikut:
a. Ing Ngarso Sung Tulodo (jika di depan memberi contoh) adalah hal yang baik
mengingat kebutuhan anak maupun pertimbangan guru. Di bagian depan, seorang guru akan
membawa buah pikiran para muridnya itu ke dalam sistem ilmu pengetahuan yang lebih luas. Ia
menempatkan pikiran / gagasan / pendapat para muridnya dalam cakrawala yang baru, yang
lebih luas. Dalam posisi ini ia membimbing dan memberi teladan. Akhirnya, dengan filosofi
semacam ini, siswa (dengan bantuan guru dan teman-temannya ) mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri di antara pengetahuan yang telah dikonstruksi oleh banyak orang
termasuk oleh para ahli.
b. Ing Madya Mangu Karsa (di tengah membangkitkan kehendak) diterapkan dalam
situasi ketika anak didik kurang bergairah atau ragu-ragu untuk mengambil keputusan atau
tindakan, sehingga perlu diupayakan untuk memperkuat motivasi. Dan, guru maju ke tengah-
tengah (pemikiran) para muridnya. Dalam posisi ini ia menciptakan situasi yang memungkinkan
para muridnya mengembangkan, memperbaiki, mempertajam, atau bahkan mungkin mengganti
pengetahuan yang telah dimilikinya itu sehingga diperoleh pengetahuan baru yang lebih masuk
akal, lebih jelas, dan lebih banyak manfaatnya
c. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan). Asas ini memberi
kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan ada kemungkinan melakukan
kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik. 17Hal itu tidak menjadikan masalah, karena
menurut Ki Hajar Dewantara, setiap kesalahan yang dilakukan anak didik akan membawa
pidananya sendiri, karena tidak ada pendidik sebagai pemimpin yang mendorong datangnya
hukuman tersebut. Dengan demikian, setiap kesalahan yang dialami peserta didik bersifat
mendidik. Maksud tut wuri handayani adalah sebagai pendidik hendaknya mampu menyalurkan
dan mengarahkan perilaku dan segala tindakan sisiwa untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah dirancang. Implikasi dari penerapan asas ini dalam pendidikan adalah sebagai berikut :
17
3. Peranan pendidik hanyalah bertugas mengarahkan siswa, sebagai fisilitator, motivator
dan pembimbing dalam rangka mencapai tujuan belajar.
4. Dalam proses belajar mengajar dilakukan secara bebas tetapi terkendali, interaksi
pendidik dan siswa mencerminkan hubungan manusiawi serta merangsang berfikir siswa,
memanfaatkan bermacam-macam sumber, kegiatan belajar yang dilakukan siswa bervariasi,
tetapi tetap dibawah bimbingan guru.
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa
keadaan yang ditemui sekarang, yakni:
c) peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh
kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar
dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri,
Ketiga asas tersebut sebagai semboyang dalam pendidikan merupakan satu kesatuan
asas yang telah menjadi asas penting dalam pendidikan di Indonesia. Pendidikan juga
mengandung makna mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak didik dapat
mengembangkan kehidupan lahir dan bathin menjadi subur dan selamat, dan perkembangan
peserta didik harus senantiasa diikuti dengan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan.
18
Ibid, h.33.
18
b) Buku : sumber bagi segala ilmu yang dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
e) Warna : putih pada ekor dan sayap Garuda dan buku berarti suci, bersih tanpa
pamrih. Kuning emas pada nyala api berarti keagungan dan keluhuran pengabdian. Biru muda
pada bidang segi lima berarti pengabdian yang tak kunjung putus dengan memiliki pandangan
hidup yang mendalam (pandangan hidup Pancasila)
1. Obyektif. Ilmu harus memiliki obyek kajian yang terdiri dari satu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Obyeknya
dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji
obyek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan obyek, dan
karenanya disebut kebenaran obyektif; bukan subyektif berdasarkan subyek peneliti atau subyek
penunjang penelitian.
pengembangan dan penguasaan IPTEK yang mana akan memberi implikasi terhadap
pengembangan SDM. Tercapainya kemampuan SDM agar dapat memanfaatkan,
mengembangkan dan menguasai IPTEK, maka ada beberapa hal yang dijadikan sebagai dasar,
yaitu:
20
kesempatan belajar agar membawa peserta didik ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan
dan mengukur sampai di mana perubahan tersebut telah terjadi dalam diri peserta didik.
Saat ini pemerintah dan seluruh penggerak pendidikan terus berjuang dan bekerja sama
untuk mengembangkan kurikulum. Sebagaimana perkembangan saat ini, banyak inovasi
pembelajaran yang diimplementasikan di berbagai sekolah, contohnya multimedia pembelajaran
interaktif online, untuk media pembelajaran online baik audio, visual, maupun audio visual di
antaranya:
Selain itu, peranan pendidik sangat penting dalam penyampaian materi ajar yang telah
disusun dalam kurikulum. Dengan demikian, pengembangan IPTEK dalam pengembangan
kurikulum harus dilakukan oleh pendidik melalui pemanfaatan media belajar, sumber belajar,
sistem penyampaian, pengembangan dimulai dengan unit-unit belajar yang melibatkan berbagai
langkah disertai dengan uji coba diteruskan dengan unit-unit lain.
21
C. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah dan Pelaksanaannya di
Indonesia
Pada zaman dahulu, manusia senantiasa menghadapi kekuasaan alam yang
mendominasi. Berkat perkembangan Ilmu Pengatahuan dan Teknologi, hubungan kekuasaan
antara manusia dan alam dapat dikatakan terbalik, yang mana alam kini seolah-olah berada di
bawah kekuasaan manusia. Hal ini terjadi karena pada awalnya, Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi yang dimiliki manusia masih relative rendah dan sederhana, namun sejak abad
pertengahan, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan
dipastikan ke depannya akan terus berkembang.
Misalnya, mungkin dulu orang mengganggap mustahil manusia bisa terbang atau
pergi ke bulan. Tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada
pertengahan abad ke-20, hal itu bisa dilakukan dengan penemuan pesawat terbang dan
keberhasilan pesawat Apollo mendarat di bulan.
22
8. agama
Kesimpulan
1. Pandangan filosofis adalah cara melihat pendidikan dasar dari hakikat pendidikan dalam
kehidupan manusia. Pertanyaan filosofis yang akan kita bahas adalah untuk apa
pendidikan Sekolah Dasar dikembangkan.
2. Pandangan psikologis-pedagogis atau psiko-pedagogis adalah cara melihat pendidikan
dasar dari fungsi proses pendidikan dasar dalam pengembangan potensi individu sesuai
dengan karakteristik psikologis peserta didik. Pertanyaan psiko-pedagogis yang
relevan dengan fungsi proses itu adalah bagaimana pendidikan dasar dikembangkan
sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak. Diperlukan satu
generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu.Oleh karena itu apabila terjadi suatu
kekeliruan yang berakibat kegagalan,pada umumnya sudah terlambat untuk memperbaikinya.
Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin
dengan memperhatikan sejumlah landasan dan asas pendidikan.
Daftar Pustaka
Redja Mudyarhardjo, Dasar-dasar Kependidikan (Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud,
1986), 126-134.
23
Abu Hanifah, Rintisan Filsafat, Filsafat Barat Ditilik dengan Jiwa Timur, Jilid I. Jakarta:
Balai Pustaaka, 1950), 136
Mudyarhardjo, Dasar-dasar Kependidikan, 144.
Mudyarhardjo, Dasar-dasar Kependidikan, 14-18
Parsono, dkk., 1990. Landasan Kependidikan. Jakarta: Universitas Terbuka,
Depdikbud.
Pidarta, Made. 2007.Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
https://rimatrian.blogspot.com/2014/12/landasan-psikologi-pendidikan.html
http://nursafatri.blogspot.com/2015/10/landasan-psikologis-pendidikan.html
https://www.journalpapers.org/2020/06/landasan-psikologis-pendidikan.html
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/article/view/171
https://biizaa.com/memahami-landasan-filosofis-sosiologis-dan-yuridis-perundang-
undangan/
Reka Joni, T, Penelitian Pengembangan dalam Pembaruan Pendidikan (Cet I, Jakarta:
P2LPTK Ditjen Depdikbud, 1984) h.38. dan lihat Umar Tirtarahardja, op. cit, h. 118.
Ibid, h. 119
Rubino Rubiyanto, dkk, op.cit, h. 30
Ibid, h. 31, dan lihat Umar Tirtarahardja, op. cit, h. 118
Ibid, h.32,33
M. Putri. “Manajemen Kurikulum Program Basic Technology Education (Pendidikan
Teknologi Dasar) di SMP AL Kautsar Bandar Lampung”. Tesis. Universitas Lampung.
Bandar Lampung, 2016.
Umar Tirtarahardja dan L.La Sulo, 1997:116
24
25