Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

1. Agung Pratama Muslim 2523273


2. Al Hadia 2523271
3. Dwi Ardiansyah 2523269
4. Nabhila Avrilya Khaira 2523272
5. Raisha Lutfia Khairani 2523270

Dosen Pengampu :

Drs.Khairuddin,M.Pd

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN SJECH M.DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

T.A 2023/202
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah meberikan
rahmat dan hidayahnya,sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN” tepat pada waktunya. Shalawat serta salam selalu
tercurah pada Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang menyebarluaskan ajaran Islam yang
merupakan awal terbentuknya kehidupan ini.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan tugas mata kuliah paket
pemograman .Penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membimbing dan
membantu dalam menulis makalah ini.Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.

Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini,supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.Keemudian apabila terdapat
kesalahan dalam makalah ini, penulis mohon maaf sebesar-besarnya.

Bukittinggi, 9 Desember 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................1
1. Untuk mengetahuai tentang Ideologi-Ideologi Pendidikan......................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
A. Filosofi dan Ideologi Pendidikan..........................................................................................2
1. Filosofi dan Ideologi.........................................................................................................2
2. Ideologi dan Pendidikan....................................................................................................3
3. Filosofi dan Pendidikan....................................................................................................5
B. Ideologi-Ideologi Pendidikan...............................................................................................5
1. Ideologi-Ideologi Pendidikan Konservatif........................................................................5
2. Ideologi-Ideologi Pendidikan Liberal...............................................................................9
BAB III..........................................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................12
A. Kesimpulan.........................................................................................................................12
B. Saran...................................................................................................................................12
C. Penutup...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ideologi pendidikan merupakan aturan yang meliputi ide-ide dan keyakinan tentang dunia
yang diatur oleh sistem pendidikan. Ideologi ini memengaruhi tujuan, metode, dan isi
pendidikan. Dalam konteks Indonesia, ideologi pendidikan terkait erat dengan Pancasila,
yang menjadi landasan dalam mengembangkan sistem pendidikan di negara ini. Ideologi
pendidikan dapat dibagi menjadi dua, yaitu ideologi pendidikan konservatif dan ideologi
pendidikan liberal. Pemahaman yang mendalam tentang ideologi pendidikan penting untuk
mengarahkan kebijakan dan praktik pendidikan. Ideologi pendidikan merujuk pada
serangkaian keyakinan, nilai, dan prinsip yang membentuk landasan filosofis bagi sistem
pendidikan dalam suatu masyarakat. Ideologi-ideologi ini mempengaruhi cara pendidikan
diatur, metode pengajaran yang digunakan, tujuan pendidikan, serta peran individu dalam
proses pendidikan. Beberapa ideologi pendidikan yang sering ditemui antara lain:
Setiap ideologi pendidikan memiliki implikasi yang signifikan dalam praktik pendidikan,
baik dalam hal kurikulum, metode pengajaran, penilaian, maupun tujuan akhir dari
pendidikan itu sendiri. Di berbagai negara, kombinasi dari beberapa ideologi ini dapat
digunakan dalam pengaturan sistem pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu yang sesuai
dengan nilai-nilai dan kebutuhan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ideologi-Ideoligi Pendidikan ?
2. Apa saja jenis-jenis Ideologi-Ideologi Pendidikan?
3. Bagaimana kaitan Filosofi dengan Ideologi-Ideologi Pendidikan?
4. Bagaimana yang dimaksud dengan Ideologi Pendidikan Konservaktif ?
5. Bagaimana yang dimaksud dengan Ideologi Pendidikan Liberal?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahuai tentang Ideologi-Ideologi Pendidikan


2. Untuk mengetahuai tentang jenis Ideologi-Ideologi Pendidikan
3. Untuk mengetahuai tentang Kaitan Filosofi dengan Ideologi-Ideologi Pendidikan
4. Untuk mengetahuai tentang Ideologi Pendidikan Konservaktif
5. Untuk mengetahuai tentang Ideologi Pendidikan Liberal

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Filosofi dan Ideologi Pendidikan


1. Filosofi dan Ideologi
Filosofi bersifat umum. Sasarannya adalah kesemestaan versalitas. "Untuk
memaparkan filosofi seseorang," ujar filosof Ame- rika, Abraham Kaplan, "sama dengan
mengatakan bagaimana ia menentukan arah bagi dirinya sendiri di dunia pengalamannya,
makna apa yang ia temukan dalam peristiwa-peristiwa, nilai-nilai mana yang dianutnya,
tokok ukur atau ukuran macam apa yang me- mandu pilihannya dalam segala hal yang ia
lakukan." Filosofi pertama-tama berkenaan dengan yang umum dan bukan yang khusus;
berkaitan dengan makna dan bukannya fakta. Susanne Langer menyatakan: "Filosofi
adalah perburuan yang terus-menerus terhadap makna makna-makna yang luas, yang
lebih jernih, lebih bisa di- rundingkan, lebih jelas."

Hingga belakangan ini, merumuskan apa itu filosofi telah disusut- kan dengan
mengangkat filosofi yang setengah-dirumuskan untuk mencakup kajian terhadap empat
topik utama, serta dengan meng- anggap setiap bentuk pemikiran tentang topik-topik tadi
pemikiran itu cukup teliti dan cukup mendalam sebagai pemikiran yang pada pokoknya
bersifat 'filosofis'. Keempat topik yang saya sebut- sebut tadi adalah:
1) metafisika (Apakah yang paling nyata?)
2) epistemologi (Apakah yang tertinggi yang bisa diketahui?)
3) aksiologi (Apakah yang paling baik?)
4) estetika (Apakah keindahan itu?).1

Dan istilah ideologi paling sering dihubungkan dengan dua pemikir besar: Karl Marx
dan Karl Mannheim. Bagi Marx, ideologi-ideologi politik pun tak pelak lagi sebagian

Neiil, W.F. Ideologi-Ideologi Pendidikan. (Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR.2001) hlm 29

2
besar merupakan pembenaran bagi materi yang ada atau organisasi ekonomi masyarakat.
Sementara konsep Mannheim tentang sebuah ideologi total (sebagai lawan dari
konsepnya tentang sebuah ideologi tertentu) pada intinya sama dengan Marx, dan dalam
bukunya Ideologi and Utopia (Ideologi dan Khayal) ia minta perhatian terhadap
kenyataan bahwa ideologi paling bisa dipahami dalam proses kesejarahan yang terbuka.

Yang lebih baru, ada sebuah tesis 'akhir-dari-ideologi', yang di- ajukan oleh beberapa
teoretisi sosial terkemuka seperti Edward Shils, Daniel Bell, dan Seymour Martin Lipset.
Pesan utama dalil ini adalah, bahwa dalam masyarakat-masyarakat industri maju di Barat,
ideologi (dalam arti tradisional Marxis) sedang berakhir karena konflik sosial yang
mendasar telah berakhir, berbagai kepentingan ideologis yang saling bertikai telah
ditenteramkan di dalam negara kesejahteraan (welfare state). Tak perlu dikatakan lagi
bahwa penjelasan ini menim- bulkan antusiasme yang minim di kalangan Marxis; sebab
gagasan tadi menyingkirkan kemestian revolusi sosial di manapun juga kecuali di negara-
negara yang belum maju.2

2. Ideologi dan Pendidikan


Seluruh pendekatan terhadap filosofi pendidikan memiliki keuntungan-keuntungan
masing-masing. Dan jelas bahwa sebagian di antaranya bekerja lebih baik ketimbang
yang lain demi tujuan-tujuan tertentu dan dalam kondisi-kondisi tertentu. Namun, secara
umum, pendekatan ketiga (filosofi-filosofi pendidikan) mungkin merupakan yang paling
produktif saat diterapkan oleh para pendidik profesional. Ada beberapa alasan pembenar
penilaian ini. Misalnya, pendekatan filosofi-filosofi pendidikan tidak menuntut
kecanggihan filosofis yang tinggi ataupun keakraban dengan gagasan-gagasan filosofis
tradisional dalam diri pengkaji. Yang ditanganinya terutama adalah problema-problema
teoretis yang ada di dalam dan di sekitar pendidikan formal, dan ia tidak menyibuk- kan
diri dengan penentuan implikasi-implikasi praktis dari sengketa filosofis yang lebih besar
di puncak pencapaian wacana intelektual. Diperkirakan bahwa sekitar enam persen
sarjana di Amerika pernah mengambil matakuliah filosofi umum. Meski situasi ini patut
disesalkan, toh kenyataannya memang begitu, pengajar yang yakin bahwa dirinya harus

Neiil, W.F. Ideologi-Ideologi Pendidikan. (Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR.2001) hlm 32

3
mengajarkan filosofi umum sebelum ia bisa mengajar filosofi pendidikan, biasanya
mendapati waktu yang mepet se- belum sempat mengajarkan yang kedua tadi.
Sebagai tambahan, dan setidak-tidaknya sebagai pembanding pendekatan berfilosofi
pendidikan, bentuk filosofi pendidikan memiliki. keuntungan, yakni bisa menyajikan
model pendekatan-pendekatan pendidikan mendasar yang tertata dan terorganisir.
Kebanyakan orang cenderung memilih skema konseptual tertentu; bukan saja yang bisa
memuaskan kecondongan alamiah mereka ke arah penyimpulan ilmiah, namun juga
karena ia menyediakan alat yang mudah diakses dan siap pakai untuk menangani
masalah-masalah yang berkenaan an dengan hakikat dan tujuan pendidikan. Bahaya
kesalahpahaman ter- hadap perbedaan-perbedaan pendidikan jika memakai skema-skema
penggolongan yang tidak tajam memang besar; namun ada bahaya lain yang barangkali
lebih besar lagi: membuang perbedaan-per- bedaan tadi ke wilayah keterlantaran
intelektual, dengan cara meno- lak mengembangkan kategori umum apa pun juga yang
memung- kinkan untuk meneliti perbedaan-perbedaan tadi secara jernih.
Jika dibandingkan dengan orientasi sistem-sistem formal, pendekatan filosofi-filosofi
pendidikan punya kelebihan karena ia mampu berangkat dari awalan praktis filosofi
pendidikan, di mana ia dilahirkan dari etika sosial, ketimbang memulainya dengan
langkah mundur ke belakang ke wilayah prinsip-prinsip pertama filosofi gagasan-
gagasan mendasar metafisis, epistemologis, dan aksiologis memang penting artinya untuk
menentukan tujuan-tujuan pendidikan; tetapi dalam arti yang lebih mendesak mereka
sering sangat kurang penting ketimbang gagasan-gagasan yang lebih pokok dan khusus di
wilayah filosofi moral dan politik-yang berada di tingkat wacana yang sangat kurang
abstrak. Itu semua bukan berarti mengesampingkan atau merendahkan pentingnya kajian
terhadap pertanyaan-pertanyaan filosofis mendasar atau mengaitkan sistem-sistem formal
filosofi dengan pendidikan.3

3. Filosofi dan Pendidikan

3
Neiil, W.F. Ideologi-Ideologi Pendidikan. (Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR.2001) hlm 27

4
Dalam halaman-halaman berikut ini, sebuah model baru dari apa bal yang biasa kita
sebut 'filosofi-filosofi pendidikan' akan disajikan. Skema penggolongannya, harus diakui,
bersifat eklektik. Dalam arti tertentu, ia melibatkan kegiatan berfilosofi pendidikan,
karena ia merupakan keluaran dari sebuah analisis filosofis yang serius terhadap (pilihan-
pilihan yang memiliki arti penting secara intelektual di dalam kan pendidikan Amerika
dewasa ini. Di sisi lain, isi pokoknya jelas kelihat- an, bukan untuk berfilosofi tentang
masalah ini atau masalah itu dalam pendidikan; melainkan untuk mengembangkan
sebuah peng- golongan mendasar yang mencakup berbagai alternatif mendasar pula yang
tersedia di seluruh wilayah filosofi pendidikan. Penggo- longan tadi berbeda dari
pendekatan yang lebih tradisional yang rupakan pendekatan 'sistem-sistem filosofi
sebagaimana diterapkan pada pendidikan'. Sebab, ia kebetulan memusatkan perhatian
pada kegiatan mengaitkan teori-teori pendidikan secara umum dengan per- bedaan-
perbedaan fundamental antara sistem-sistem filosofis yang bersaing. Dalam makna
seperti ini, model yang akan disajikan nanti barangkali lebih dekat dengan apa yang
disebut pendekatan filosofi- filosofi pendidikan ketimbang analisis problem ataupun
orientasi-orientasi sistem formal.4

B. Ideologi-Ideologi Pendidikan
1. Ideologi-Ideologi Pendidikan Konservatif
a. Fundamentalisme Pendidikan
Dengan begitu fundamentaslisme mempercayai sistem keyakinan fundamentalis,
yang bersifat mutlak (absolutis) dan tertutup. Bagi para kebenaran dapat diketahui
secara langsung dengan landasan nonrasional (atau bahkan kadangkala anti-rasional)
dan kebenaran semacam itu tidak mensyaratkan apa yang biasa disebut 'pengalaman
personal'. Para fundamentalis berlain-lainan dalam hal komitmen nilai mereka.
Sebagian memilih orientasi yang relatif 'menutup diri' (seperti misalnya kaum super-
nasionalis etnosentris), namun sebagian besar lebih menyukai ungkapan etika
altruistik (mendahulukan kepentingan or- ang lain/kepentingan umum) yang lebih
konvensional, meskipun batas-batas diri sosial' yang lebih besar cenderung untuk
berbeda-beda tergantung kepada orientasi fundamentalis tertentu yang dipakai
sebagai pertimbangan.
4
Neiil, W.F. Ideologi-Ideologi Pendidikan. (Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR.2001) hlm 2

5
Dalam kebanyakan kasus di mana sistem nilai fundamentalis mencakup anggapan
yang relatif konvensional mengenai sebuah altruisme yang diuniversalkan seperti
dalam fundamentalis Kristen cen derung termuat konflik antara 'kebenaran tertutup'
gagasan-gagasan epistemologis (yang berkenaan dengan yang 'diketahui') dengan
gagasan-gagasan aksiologis 'keterbukaan diri' (yang menyangkut hakikat serta syarat-
syarat nilai). Artinya, bahkan bila nilai dianggap bersifat universal umpamanya di
mana setiap orang dipandang punya potensi kemampuan untuk memperoleh
penyelamatan rohaniah me- lalui pertobatan religius serta tata perilaku yang pantas-
hanya sebuah minoritas yang biasanya dianggap sebagai pemilik pengetahuan sejati' .
Dan mayoritas cenderung untuk dipandang sebagai orang-orang yang dijamin 'sesat'
atau memerlukan tuntunan otoritatif oleh minoritas yang sudah 'tercerahkan' itu.5
Bagi seorang pendidik fundamentalis, masyarakat kontemporer dihadapkan pada
keruntuhan moral dalam waktu dekat, dan keharusan tertinggi yang musti dilakukan
adalah merombak tolok ukur-tolok ukur keyakinan dan perilaku konvensional dengan
cara kembali ke ciri-ciri kebaikan yang lebih tinggi di masa silam. Sejalan dengan itu,
sasaran pendidikan adalah untuk memulihkan cara-cara yang lebih tua umurnya dan
yang lebih baik, demi membangun kembali tatanan sosial yang ada. Seperti juga
dalam semua ideologi pendidikan, ada dua corak dasar fundamentalis pendidikan:
fundamentalis pendidikan sekular dan fundamentalis pendidikan religius.6
b. Intelektualisme Pendidikan
Intelektualisme, seperti fundamentalisme, cenderung Dalam kebanyakan kasus,
konsep tentang kenyataan menurut seorang mengawinkan cara-cara otoriter dengan
tujuan-tujuan otoritarian. resep secara umum untuk pemikiran dan tindakan tertntu.
Bisa dikatakan bahwa semua intelektualis menganut sebuah etika 'diri yang secara
relatif bersifat pasti (definitif), dan menawarkan sebuah konsep terbuka' yang
universalistik, dan hampir semua intelektualis cenderung untuk mengajukan sarana
pelatihan kecerdasan sebagai sebuah cara yang unggul (yang alamiah) untuk
menuntun individu ke arah adalah pribadi yang tercerahkan (dan karenanya kesadaran
diri) dan pencerahan filosofis atau religius. Sasarannya secara keseluruhan adalah

5
Neiil, W.F. Ideologi-Ideologi Pendidikan. (Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR.2001) hlm 190-191
6
Neiil, W.F. Ideologi-Ideologi Pendidikan. (Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR.2001) hlm 247

6
individu-individu yang direncanakan inilah yang harus proses pendidikan, dan pada
gilirannya, pengendalian atas pen- mengendalikan negara, dengan begitu mereka juga
mengendalikan lain. Sifat-sifat hakiki yang tetap dan pasti (eksak) dari sistem politik
didikan pada puncaknya menentukan pencerahan individu-individu yang diperlukan
bagi intelektualis adalah sifat-sifat yang sebagian besar ditentukan oleh pertimbangan
tentang seberapa mampukah, seberapakah potensi orang-orang kebanyakan untuk
mendapatkan pencerahan. Lantaran kebanyakan intelektualis memandang penalaran
sebagai ciri keunggulan manusia secara alamiah, maka kebanyakan intelektualis
cenderung untuk secara relatif bersikap optimis mengenai kemampuan rata-rata
manusia untuk mencapai pencerahan melalui pelatihan dan pendidikan yang tepat.7

c. Konservatisme Pendidikan
Bagi kaum konservatif, tujuan atau sasaran pendidikan adalah sebagai pelestarian
dan penerusan pola-pola kemapanan sosial serta tradisi-tradisi. Berciri 'orientasi ke
masa kini', para pendidik konservatif sangat menghormati masa silam, namun ia
terutama memusatkan perhatiannya pada kegunaan dan penerapan pola belajar-
mengajar di dalam konteks sosial yang ada sekarang. Ia ingin mempromosikan
perkembangan masyarakat kontemporer yang seutuhnya dengan cara memastikan
terjadinya perubah n yang perlahan-lahan dan bersifat organis yang sesuai dengan
keperluan-keperluan legal serta kelem- bagaan yang sudah mapan. Dalam arti serupa,
selagi kaum konser- vatif sekular sangat memperhatikan pelatihan watak serta disiplin
intelektual sekaligus, kaum konservatif sekular itu terutama membak- tikan diri pada
sejenis persekolahan yang dirancang untuk menjamin adanya rasa hormat serta
penghargaan (apresiasi) terhadap lembaga- lembaga dan praktik sosial yang ada.
Berlawanan dengan penekanan kaum intelektualis terhadap masalah kajian filosofi
dan ilmu-ilmu kemanu-siaan (humanitas), kaum konservatif cenderung memusat
perhatian kepada disiplin ilmu yang lebih praktis dan lebih baru: sejarah, biologi,
fisika; yang dianggap sebagai bidang-bidang yang secara langsung relevan dengan
berbagai problema masyarakat komtemporer yang paling mendesak dan harus segera
diselesaikan.Sama halnya dengan dua ideologis 'konservatif' lainnya fundamentalisme

7
Neiil, W.F. Ideologi-Ideologi Pendidikan. (Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR.2001) hlm 268

7
pendidikan dan intelektualisme pendidikan - tradisi mendasar dalam konservatisme
pendidikan yang berkaitan dengan sikap-sikap yang menyangkut agama.
Adapun bagian dari Konsevatisme Pendidikan adalah sebagai berikut :
- Konservatisme Pendidikan Sekular
Kaum konservatif sekular barangkali paling terwakili oleh para teoritis
pendidikan kontemporer serta para kritisi pendidikan masa kini seperti Arthur
Bestor dan Hyman Rickover. Mereka tidak musti me- nolak aspek-aspek rohaniah
dalam pendidikan, namun mereka cende- rung untuk lebih memakai pendekatan
utilitarian (asas manfaat) dan pendekatan praktis dalam soal persekolahan, jika
dibanding dengan mereka yang lebih condong ke arah agama.
Kepedulian utama kaum konservatif sekular adalah terhadap peran sekolah
dalam melestarikan dan menyalurkan lembaga-lembaga serta proses-proses sosial
yang mapan, dan mereka ingin menumbuh-kem- bangkan jenis informasi serta
keterampilan yang diperlukan agar men- jamin keberhasilan individu dalam
hidupnya di masyarakat sekular yang ada sekarang.
- Konservatisme Pendidikan Religius
Kaum konservatif religius kurang kaku dan kurang moralistis ketimbang
kaum fundamentalis religius. Mereka juga kurang begitu peduli pada
pengabsahan/pembenaran dan pemahaman dasar-dasar intelektual dari agama,
jika dibandingkan dengan kaum intelektualis yang condong ke sifat teologis.
Yang diperhatikannya terutama penyaluran keyakinan-keyakinan dan praktik-
praktik yang sudah mapan - yakni ortodoksi moral dan keagamaan yang sudah
teruji oleh waktu-yang dimiliki oleh gereja- nya sendiri atau aliran terlembaganya
sendiri. Seorang konservatif religius barangkali paling terwakili oleh anggota-
anggota aliran protestan terlembaga dari 'jalur utama' yang lebih berorientasi pada
kemapanan, misalnya kaum Lutheran, Presbyterian, atau Metodis. la juga bisa
menjadikan salah satu anggota gereja Katolik Roma yang condong ke arah teologi
yang lebih liberal jika dibandingkan dengan tradisi utama Thomisme.8

8
Neiil, W.F. Ideologi-Ideologi Pendidikan. (Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR.2001) hlm 335

8
2. Ideologi-Ideologi Pendidikan Liberal
a. Liberalisme Pendidikan
Bagi kaum pendidik liberal, tujuan jangka panjang pendidikan adalah untuk
melestarikan dan meningkatkan mutu tatanan sosial ada sekarang dengan cara
mengajar setiap anak bagaimana cara meng- atasi masalah-masalah kehidupannya
sendiri secara efektif. Dalam arti yang lebih rinci, seorang pendidik liberalis
menganggap bahwa sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan yang khususnya
musti berupaya untuk:
1. menyediakan informasi dan keterampilan yang diperlukan siswa untuk belajar
sendiri secara efektif
2. mengajar para siswa bagaimana cara memecahkan persoalan-per- soalan praktis
melalui penerapan proses-proses penyelesaian masalah secara individual maupun
berkelompok, dengan berdasar kepada tatacara-tatacara ilmiah-rasional bagi
pengujian dari pem- buktian gagasan.

CORAK-CORAK LIBERALISME PENDIDIKAN


Dalam intisarinya, agaknya ada tiga corak utama liberalisme pendidikan:
1. liberalisme metodis (yang sangat bersifat non-ideologis, karena ia memusatkan diri
pada cara-cara baru dan yang telah diperbaiki untuk melancarkan pencapaian sasaran-
sasaran pendidikan yang ibada sekarang)
2. liberalisme direktif (liberalisme terstruktur), yang barangkali paling -tail terwakili
oleh John Dewey beserta para pengikutnya, dan yang biasanya dihubungkan dengan
tradisi utama pragmatisme/ eks- perimentalisme Amerika
3. Liberalisme non-direktif (atau liberalisme pasar bebas), yang kini mungkin
terwakili oleh kaum liberalisme 'psikologis' yang agak nurkabur, seperi A.S. Neill dan
Carl Rogers.9

9
Neiil, W.F. Ideologi-Ideologi Pendidikan. (Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR.2001) hlm 244

9
b. Liberasionalisme Pendidikan
Dalam pandangan kaum liberasionis, sasaran puncak pendidikan mustilah berupa
penanaman pembangunan kembali masyarakat meng- ikuti alur yang benar-benar
berkemanusiaan (humanistik), yang mene- kankan perkembangan sepenuh-penuhnya
dari potensi-potensi khas setiap orang sebagai makhluk manusia. Ini hanya bisa
berlangsung di dalam kerangka kerja sebuah sistem sosial yang berkomitmen
terhadap pengungkapan maksimum kebebasan-kebebasan kewarganegaraan
individual dengan sebuah proses demokratis yang stabil dan tahan lama. Lebih khusus
lagi, sekolah musti menyediakan informasi serta keterampilan bagi para siswa supaya
mereka bisa belajar secara efektif bagi diri mereka sendiri. Sekolah harus
mengajarkan bagaimana cara- nya menyelesaikan persoalan-persoalan praktis,
melalui penerapan teknik-teknik pemecahan masalah secara individual maupun
kelompok, yang didasarkan pada pembuktian pengetahuan secara ilmiah-rasional.
Dan sekolah harus membantu para siswa untuk mengenali dan menang- gapi
kebutuhan bagi pembaharuan/perombakan apapun yang tampak- nya merupakan
tuntutan zaman.
Ada tiga corak dasar liberasionisme pendidikan, yakni:
1. liberasionis reformis (Pembaharu)
2. liberasionis radikal
3. liberasionis evolusioner10
c. Anarkisme Pendidikan
Anarkisme adalah sudut pandang yang membela pemusnahan seluruh kekangan
kelembagaan terhadap kebebasan manusia, sebagai jalan untuk mengujudkan
sepenuh-penuhnya potensi-potensi manusia yang telah dibebaskan.
Seorang anarkis akan menyetujui, pada prinsipnya, individualisme psikologis yang
diajukan oleh kaum liberal. Tetapi ia akan lebih condong lagi ke arah determinisme
sosial kaum liberasionis, jika persoalannya menyangkut tindakan praktis yang
mendesak.

10
Neiil, W.F. Ideologi-Ideologi Pendidikan. (Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR.2001) hlm 468

10
TIGA CORAK DASAR ANARKISME PENDIDIKAN
Ada tiga corak dasar anarkisme pendidikan. Berdasarkan pan- dangan-pandangannya
yang paling menonjol, ketiganya dapat dinamai masing-masing sebagai berikut:
1. anarkisme taktis
2. anarkisme revolusioner
3. anarkisme utopis11

11
Neiil, W.F. Ideologi-Ideologi Pendidikan. (Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR.2001) hlm 487

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ideologi pendidikan merujuk pada serangkaian gagasan dan keyakinan yang mendasari
tujuan, metode, dan isi pendidikan. Ideologi-ideologi pendidikan dapat berasal dari berbagai
pandangan, seperti liberalisme, konservatisme, dan lainnya. Setiap ideologi memiliki
pengaruh yang besar pada tujuan pendidikan, pandangan terhadap pembelajar, dan tata kelola
pendidikan. Misalnya, ideologi pendidikan liberal menekankan pengembangan kemampuan,
melindungi hak, dan kebebasan individu. Sementara itu, ideologi pendidikan konservatif
mungkin menekankan nilainya yang berakar pada tradisi dan otoritas. Penting untuk
memahami beragam ideologi pendidikan ini, karena ideologi pendidikan memengaruhi
kebijakan dan praktik pendidikan.
Pentingnya evaluasi, penyesuaian, dan keseimbangan antara ideologi-ideologi pendidikan
menjadi kunci dalam mengembangkan sistem pendidikan yang efektif dan relevan bagi
masyarakat. Idealnya, pendidikan haruslah mampu menciptakan lingkungan yang mendorong
pertumbuhan holistik siswa serta mempersiapkan mereka untuk menghadapi kompleksitas
dunia yang terus berubah.

B. Saran
Semoga makalah yang kami susun dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
memberikan pengetahuan tentang apa – apa saja jaringan komputer itu. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang
membangun sangatlah dibutuhkan penyusun, mengingat masih banyak kekurangan dari karya
ini.

C. Penutup
Tiada kata yang pantas penulis ucapkan kecuali rasa syukur yang sebesar-besarnya
kepada Allah SWT Alhamdulillah, yang telah memberikan rahmat dan petunjuk kepada
penulis atas terrealisasinya penulisan makalah ini.

12
13
DAFTAR PUSTAKA

Neill, W. F. (2001). Ideologi-Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

14

Anda mungkin juga menyukai