Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN IDEALISME DAN


REALISME

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Pendidikan Islam
Dosen pengampu : Kartinah

Disusun oleh :
Muhammad Deden
Thiaz Herlyani Agustine

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


INSTITUT MADANI NUSANTARA
Jl. Mayjen H.E Sukma Kp. Cikereteg RT02/RW04 Desa Ciderum
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis bisa menyelesaikan
makalah untuk mata kuliah Landasan Pendidikan Islam dengan judul Landasan
Filosofis Pendidikan Idealisme dan Realisme ini dengan baik serta tepat waktu.

Makalah ini di harapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan


bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses
pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang memberikan do’a, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselsaikan.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih.

Cikereteg, November 2022

Penulis.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

A. Pengertian Landasan Filosofis Pendidikan ................................................... 3


B. Aliran Filosofis Idealisme ............................................................................. 4
1. Definisi Aliran Idealisme ......................................................................... 4
2. Tokoh Tokoh Aliran Idealisme ................................................................ 5
3. Konsep Filsaafat menurut Idealisme ....................................................... 6
4. Jenis Jenis Aliran Idealisme ..................................................................... 6
5. Prinsip Prinsip Idealisme ......................................................................... 7
6. Idealisme dalam Pendidikan .................................................................... 8
7. Implikasi Aliran Idealisme dalam Pendidikan ......................................... 9
8. Implementasi Idealisme dalam Pendidikan ........................................... 10
C. Aliran Filosofis Realisme ........................................................................... 10
1. Definisi Aliran Realisme ....................................................................... 10
2. Tokoh Tokoh Aliran Realisme .............................................................. 10
3. Konsep Filsaafat menurut Realisme ...................................................... 11
4. Jenis Jenis Aliran Realisme ................................................................... 12
5. Prinsip Prinsip Idealisme ....................................................................... 13
6. Implikasi Aliran Idealisme dalam Pendidikan ....................................... 13

ii
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 15

A. Kesimpulan ................................................................................................. 15
B. Saran ........................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 16

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat dan filosof berasal dari kata Yunani "philosophia" dan "pholosophos".
Menurut bentuk kata, seorang philosophos adalah seorang pecinta
kebijaksanaan. Sebagian kain mengatakan bahwa filsafat adalah cinta akan
kebenaran. Filsafat sering pula diartikan pandangan hidup. Dalam dunia
pendidikan, filsafat mempunyai peranan yang besar. Karena, filsafat yang
merupakan pandangan hidup ikut menentukan arah dan tujuan proses
pendidikan. Landasan filosofis pendidikan merupakan bagian penting yang
harus dipelajari dalam dunia pendidikan karena bersifat normatif dan persfektif.
Selain itu juga dengan filosofis pendidikan kita akan mengetahui mengapa, apa,
dan bagaimana kita melakukan pembelajaran, dengan mengetahui hakikat
belajar. Didalam filsafat banyak sekali macam-macam alirannya. Ada yang
saling berkaitan ada pula yang saling bertentangan. Diantaranya ada aliran
filsafat idealisme dan realisme. Kedua paham aliran ini saling bertentangan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kita bahas dalam makalah ini yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan landasan filosofis pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan Aliran Filosofis Idealisme dan Realisme?
3. Bagaimana penerapan Aliran Filosofis Idealisme dan Realisme di dalam
pendidikan?
4. Bagaimana perbedaan antara landasan filosofis pendidikan idealisme dan
realisme?
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah:


1. Menjelaskan apa itu landasan filosofis pendidikan secara umum

1
2. Untuk mengetahui landasan filosofis pendidikan yang diterpakan di
Indonesia
3. Untuk membedakan landasan filosofis pendidikan idealisme dan realisme.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Filosofis Pendidikan


Dalam KBBI (1995:260) istilah landasan diartikan sebagai alas, dasar, atau
tumpuan. Adapu istilah landasan sebagai dasar dikenal juga dengan fundasi.
Berdasarkan pengertian ini, dapat dipahami bahwa landasan adalah suatu titik tumpu
atau titik tolak dalam melakukan sesuatu atau dasar dari segala hal yang dikerjakan.
Berdasarkan sifat wujudnya terdapat dua jenis landasan, yaitu: (1) landasan yang
bersifat material dan (2) landasan yang bersifat konseptual. Contoh landasan yang
bersifat material antara lain berupa landasan yang berbentuk benda nyata yang bisa
dipegang dan diraba, seperti landasan pacu pesawat terbang dan fundasi banguna
gedung. Sedangkan contoh landasan yang bersifat konseptual antara lain berupa
asumsi, yaitu suatu gagasan, kepercayaan, prinsip, pendapat, atau pernyataan yang
sudah dianggap benar, pendapat atau pernyataan yang sudah dianggap benar, yang
dijadikan titik tolak dalam rangka berpikir (melakukan sesuatu studi) dan/atau dalam
rangka bertindak (melakukan suatu praktik.
Istilah yang kedua yaitu pendidikan. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kata
pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ atau akhiran ‘an’,
maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses perubahan tingkah laku
seseorang melalui sebuah dinamika menuju kedewasaannya dengan tujuan agar
orang tersebut cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan
bantuan orang lain.
Filosofis berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas suku kata Phlein/philos
yang artinya sinta dan Sophos/sophin yang artinya kebijaksanaan, hikmah, ilmu,
kebenaran. Filsafat dimaknai sebagai suatu pengetahuan yang mencoba untuk
mencapai kebenaran atau kebijaksanaan. Kebijaksanaan yang dimaksud harus tepat,
benar, dan bejaksana sesuai logika berpikir dan bernalar. Untuk mencapai dan
menemukan kebenaran yang bersifat mutlak masing masing filosofis memiliki

3
karakteristik dan objek yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga
tujuan dari pendidikan dapat terlaksana dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan filosofis
pendidikan adalh asumsi atau pemikiran pemikiran filosofis yang dijadikan titik
tolak, acuan dan dasar dalam rangka studi dan praktik pendidikan. Melalui studi dan
pengalaman pendidikan kita akan memperoleh pemahaman tentang landasan-
landasan pendidikan, yang akan dijadikan titik tolak praktik pendidikan. Oleh karena
itu, landasan filosofis pendidikan sebagai hasil studi pendidikan bisa bersifat
filsafiah, dimana pendekatannya lebih komprehensif, spekulatif, dan normatif.

B. Aliran Filosofis Idealisme


1. Definisi Aliran Idealisme
Idealisme termasuk aliran filsafat pada abad modern. Idealisme berasal dari
bahasa Inggris yaitu Idealism. Istilah ini pertama kali digunakan secara filosofis
oleh Leibnez pada abad mulai awal abad ke-18. Idealisme diambil dari kata ide
yakni sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme dapat diartikan sebagai suatu
paham atau aliran yang mengajarkan bahwa hakihat dunia fisik hanya dapat
dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh.
Beberapa pengertian Idealisme :
a. Adanya suatu teori bahwa alam semesta beserta isinya adalah suatu
penjelmaan pikiran.
b. Realitas dijelaskan berkenaan dengan gejala-gejala psikis seperti pikiran diri,
ide-ide, pemikiran mutlak dan lain sebagainya dan bukan berkenaan dengan
materi.
c. Hanya ada aktivitas berjenis pikiran dan isi pikiran yang ada. Dunia eksternal
tidak beserta fisik.
Inti dari Idealisme adalah suatu penekanan pada realitas ide gagasan, pemikiran,
akal-pikir atau kedirian dari pada sebagai suatu penekanan pada objek-objek dan
daya-daya material. Idealisme menekankan akal pikir sebagai hal dasar atau lebih
dulu ada bagi materi dan bahkan menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu yang
nyata. Sedangakan materi adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal-akal pikir atau

4
jiwa (mind). Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan
fisik. Pengetahuan yang diperoleh melalui panca indera adalah tidak pasti dan tidak
lengkap.
2. Tokoh-Tokoh Aliran Idealisme
Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah Plato (477-347 SM), Immanuel Kant
(1724-1804), Pascal (1623-1662 M.), J.G Fichte (1762-1914 M), F.W.S. Schelling
(1775-1854 M.), G.W.F. Hegel (1770-1031 M.)
a. Menurut Plato (477-347 SM) tentang teori pengetahuan, idealisme,
mengemukakan pandangan bahwa pengetahan yang diperoleh melalui indera
tidak pasti dan tidak lengkap, karena dunia hanyalah merupakan hasil akal
belaka, karena akal dapat membedakan bentuk spiritual murni dan benda-benda
diluar penjelaan material.
b. Immanuel Kant (1724-1804). Ia menyebut filsafatnya idealis transcendental
atau idealis kritis dimana paham ini menyatakan bahwa isi pengalaman
langsung yang kita peroleh tidak dianggap sebagai miliknya sendiri melainkan
ruang dan waktu adalah forum institusi kita.
c. Pascal (1623-1662). Kesimpulan dari pemikiran filsafat Pascal antara lain
1) Pengetahuan diperoleh melalui dua jalan, pertama menggunakan akal dan
kedua menggunakan hati.
2) Manusia besar karena pikirannya, namun ada hal yang tidak mampu
dijangkau oleh pikiran manusia yaitu pikiran manusia itu sendiri. Menurut
Pascal manusia adalah makhluk yang rumit dan kaya akan variasi serta
mudah berubah. Karena ketidak mampuan filsafat dan ilmu-ilmu lain untuk
memahami manusia, maka satu-satunya jalan memahami manusia adalah
dengan agama. Karena dengan agama manusia akan mampu menjangkau
pikirannya sendiri, yaitu dengan berusaha mencari kebenaran walaupun
bersifat abstra
3) Filsafat bisa melakukan apa saja, namun hasilnya tidak akan pernah
sempurna. Kesempurnaan itu terletak pada iman. Filsafat bisa menjangkau

5
segala hal, tetapi tidak bisa secara sempurna. Karena setia ilmu itu pasti ada
kekurangannya, tidak terkecuali filsafat.
3. Konsep Filsafat menurut Idealisme
a. Ontologi-idealisme
Kenyataan dan kebenaran itu pada hakikatnya adalah ide-ide atau hal-
hal yang berkualitas spiritual.
b. Epistimologi-idealisme
Pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan
kembali melalui berpikir. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh
beberapa orang yang mempunyai akal pikir yang cemerlang.
c. Aksiologi-idealisme
Kehidupan manusia diatur oleh kewajiban moral yang diturunkan dari
pandangan tentang kenyataan atau metafisika. Hakikat nilai bersifat
absolut/mutlak.
d. Metafisika-idealisme
Secara absolut kenyataan yang sebenarnya adalah spiritual dan
rohaniah, sedangkan secara kritis yaitu adanya kenyataan yang bersifat fisik
dan rohaniah, tetapi kenyataan rohaniah lebih berperan.
e. Humaniologi-idealisme
Jiwa dikaruniai kemampuan berpikir yang dapat menyebabkan adanya
kemampuan memilih.
4. Jenis Jenis Aliran Idealisme
a. Idealisme Subyektif (immaterialisme)
Idealisme subjektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan
bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat adalah
hasil atau ciptaan ide manusia itu sendiri, atau dengan kata lain alam dan
masyarakat hanyalah sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia.
Subyektif bertitik tolak pada ide manusia atau ide itu sendiri. Contohnya
seperti kalimat “dunia akan bauk baik jika dia yang menganggap baik dan
sebaliknya buruk jika dia yang menganggap buruk”

6
b. Idealisme Obyektif
Idealisme Obyektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar
ide manusia. Filsuf idealis pertama dikenal adalah Plato. Ia membagi dunia
dalam dua bagian. Pertama, dunia persepsi, dunia penglihatan, suara dan benda
benda individual, dunia konkrit, temporal dan rusak, bukanlah dunia yang
sesungguhnya, melainkan hanya peenampakannya saja (bayangan). Kedua,
terdapar alam di atas alam benda, yaitu alam konsep, ide, universal aau esensi
yang abadi.
Contoh pandangan filsafat seperti ini pada dasrnya mengakui
sesuatu yang bukan yang bukan materiil, yang ada secara abadi di luar
manusia, sesuatu yang bukan materiil itu ada sebelum dunia alam semesta ini
ada, termasuk manusia dan segala pikiran dan perasaannya. Dalam bentuknya
yang amat primitive pandangan ini menyatakan bentuknya dalam
penyembahan ini menyatakan bentuknya dalam penyembahan terhadap
pohon, baut, dan sebagainya.
c. Personalisme (Idealisme personal)
Personalisme nilai nilai perjuangannya untuk menyempurnakan
dirinya. Personalisme muncul sebagai protes terhadap netralisme mekanik dan
idealism monistik. Bagi seorang personalis, realitas dasar itu bukannya
pemikiran yang abstrak atau proses pemikiran yang khusus, akan tetapi
seseorang, suatu jiwa atau seorang pemikir. Realitas tiu termasuk dalam
personalitas yang sadar. Contohnya seperti melakukan kegitan tepat waktu dan
konsisten menjalankan rutinitas yang baik, seperti mengaji, belajar, dan lain
sebagainya. Penerapan kedisiplinan itu akan membuat seseorang memiliki
karakter, yang mana serangkaian pembentukan karakter inilah yang menjadi
dorongan untuk bersikap idealisme.
5. Prinsip Prinsip Idealisme
a. Menurut penganut idealisme, dunia beserta bagian-bagiannya harus dipandang
sebagai suatu sistem yang masing-masing unsurnya saling berhubungan.
Dunia adalah suatu totalitas, suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual.

7
b. Realitas atau kenyataan yang tampak di alam ini bukanlah kebenaran yang
hakiki, meliankan hanya gambaran atau dari ide-ide yang ada dalam jiwa
manusia.
c. Idealisme berorientasi kepada ide-ide yang theo sentris (berpusat kepada
Tuhan), kepada jiwa, spiritualis, dan kepada norma-norma yang mengandung
kebenaran mutlak. Oleh karena nilai-nilai idealisme bercorak spiritual, maka
kebanyakan kaum idealisme memprecayai adanya Tuhan sebagai ide tertinggi.
6. Idealisme dalam pendidikan
Aliran idealisme terbukti cukup banyak berpengaruh dalam dunia
pendidikan. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses
pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekedar keutuhan
alam semata.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak
didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki
kepribadian yang harmonis, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu
individu lainnya untuk hidup lebih baik.
Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme
berfungsi diantaranya sebagai :
a. Guru adalah personifikasi dari kenyataan anak didik. Artinya, guru merupakan
wahana fasilitator yang akan mengantarkan anak didik dalam mengenal
dunianya lewat materi-materi dalam aktivitas pembelajaran.
b. Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa.
Artinya, seorang guru itu harus mempunyai pengetahuan yang lebih dari pada
anak didik.
c. Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik. Artinya, seorang guru
harus mempunyai potensi pedagogik yaitu kemampuan
untukmengembangkan suatu model pembelajaran, baik dari segi materi dan
yang lainnya.

8
d. Guru haruslah menjadi pribadi yang baik, sehingga disegani oleh murid.
Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi kepribadian yaitu karakter
dan kewibawaan yang berbeda dengan guru yang lain.
e. Guru menjadi teman dari para muridnya. Artinya, seorang guru harus
mempunyai potensi sosial yaitu kemampuan dalam hal berinteraksi dengan
anak didik.
Selain itu, jika ditinjau dari kedudukan peserta didik, dalam aliran
idealisme siswa bebas mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya
atau bakatnya.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme
harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih
banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar pengetahuan dan
pengalamannya aktual.
7. Implikasi Aliran Idealisme dalam Pendidikan
a. Tujuan, untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan
dasar, serta kebaikan sosial.
b. Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan
pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan.
c. Metode, yang digunakan oleh aliran idealisme adalah metode dialektik. Metode
mengajar dalam pendidikan hendaknya mendorong siswa untuk memperluas
cakrawala mendorong berfikir reflektif, keterampilan berfikir logis,
pengetahuan masalah moral dan sosial, meningkatkan minat terhadap isi mata
pelajaran, dan mendorong siswa untuk menerima nilai-nilai peradaban
manusia.
d. Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadiannya, bakat dan
kemampuan dasarnya.
e. Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan
melalui kerja sama dengan alam.

9
8. Implementasi Idealisme dalam Pendidikan
a. Pendidikan adalah proses melatih pikiran, ingatan, perasaan. Baik untuk
memahami realita, nilai-nilai, kebenaran, maupun sebagai warisan sosial.
b. Tujuan pendidikan adalah menjaga keunggulan kultural, sosial, spiritual.
Memperkenalkan suatu spirit intelektual guna membangun masyarakat yang
ideal.
c. Pendidikan idealisme berusaha agar seseorang dapat mencapai nilai-nilai dan
ide-ide yang diperlukan oleh semua manusia secara bersama-sama
d. Pendidikan bukan hanya mengembangkan dan menumbukan, tetapi juga harus
menuju pada tujuan yaitu dimana nilai telah direalisasikan ke dalam bentuk
yang kekal dan tak terbatas.
e. Peranan pendidik menurut aliran ini adalah memenuhi akal peserta didik
dengan hakekat-hakekat dan pengetahuan yang tepat.
C. Aliran Filosofis Realisme
1. Definisi Aliran Realisme
Istilah realisme berasal dari kata latin realis yang berarti "sungguh-sungguh,
nyata benar". Sepanjang sejarah realisme, telah memiliki tema umum yang disebut
prinsip atau tesis kemerdekaan. Tema ini menyatakan bahwa realitas, pengetahuan
dan nilai yang ada secara independen dari pikiran manusia. Dalam arti filsafat yang
sempit, realisme berarti anggapan bahwa objek indera kita adalah real, benda-
benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau
kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita. Kelompok realis
berusaha untuk melakukan yang belum dicoba kebenarannya.
2. Tokoh Tokoh Aliran Filsafat Realisme
Beberapa tokoh yang beraliran realisme diantaranya, Aristoteles, Johan Amos
Comenius, Santo Thomas Aquinas, William Mc Gucken, Galileo, dan David
Hume.
a. Aristoteles (384-322 SM)
Ia adalah murid dari seorang guru yang beraliran Idealisme yaitu Plato.
Realisme Aristoteles didasarkan pada prinsip bahwa ide-ide (atau bentuk) bisa

10
ada tanpa masalah tapi tidak peduli bisa eksis tanpa bentuk. Aristoteles
menyatakan bahwa setiap bagian materi memiliki sifat universal dan khusus.
Sebagai contoh, semua orang berbeda dalam sifat-sifat mereka. Kita semua
memiliki berbagai bentuk dan ukuran dan tidak ada dua yang sama.
b. Francis Bacon (1210-1292 M)
Menurut Francis Bacon, pengetahuan yang sebenarnya adalah
pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan inderawi dan dunia
fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan sejati. Pengetahuan
haruslah dicapai dengan induksi. Kata Bacon selanjutnya bahwa kita sudah
telalu lama dipengaruhi oleh metode deduktif. Dari dogma-dogma diambil
kesimpulan. Menurut Bacon, ilmu yang benar adalah yang telah terakumulasi
antara pikiran dan kenyatan, kemudian diperkutat oleh sentuhan inderawi.
3. Konsep Filsafat menurut Realisme
a. Metafisika-realisme
Kenyataan yang sebenarnya hanyalah kenyataan fisik (materialisme);
kenyataan material dan immaterial (dualisme), dan kenyatan yang terbentuk
dari berbagai kenyataan (pluralisme).
b. Humanologi-realisme
Hakikat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa
merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuan
berpikir.
c. Epistimologi-realisme
Kenyataan lahir dengan sendirinya tidak tergantung pada pengetahuan
dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan
dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat
dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta.
d. Aksiologi-realisme
Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang diperoleh
melalui ilmu, dan pada taraf yang lebuh rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan
atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.

11
4. Jenis Jenis Aliran Realisme
Realisme merupakan aliran filsafat yang memiliki beraneka ragam
bentuk. Kneller membagi realisme menjadi dua bentuk, yaitu : a.) Realisme
Rasional, b.) Realisme Naturalis. (Uyoh Sadullah : 2007 : 103)
a. Realisme Rasional
Realisme rasional dapat didefinisikan pada dua aliran, yaitu realisme
klasik dan realisme religius. Bentuk utama dari realisme religius ialah
“Scholastisisme”. Realisme klasik ialah filsafat Yunani yang pertama kali
dikembangkan oleh Aristoteles, sedangkan realisme religius, terutama
Scholatisisme oleh Thomas Aquina, dengan menggunakan filsafat Aristoteles
dalam membahas teologi gereja. Thomas Aquina menciptakan filsafat baru
dalam agama kristen, yang disebut tomisme, pada saat filsafat gereja dikuasai
oleh neoplatonisme yang dipelopori oleh Plotinus.
Realisme klasik maupun realisme religius menyetujui bahwa dunia
materi adalah nyata, dan berada diluar fikiran (idea) yang mengamatinya.
Tetapi sebaliknya, tomisme berpandangan bahwa materi dan jiwa diciptakan
oleh Tuhan, dan jiwa lebih penting daripada materi karena Tuhan adalah rohani
yang sempurna. Tomisme juga mengungkapkan bahwa manusia merupakan
suatu perpaduan/kesatuan materi dan rohani dimana badan dan roh menjadi
satu. Manusia bebas dan bertanggung jawab untuk bertindak, namun manusia
juga abadi lahir ke dunia untuk mencintai dan mengasihi pencipta, karena itu
manusia mencari kebahagiaan abadi.
b. Realisme Natural Ilmiah
Realisme natural ilmiah mengatakan bahwa manusia adalah organisme
biologis dengan system syaraf yang kompleks dan secara inheren berpembawaan
social (social disposition).Apa yang dinamakan berfikir merupakan fungsi yang
sangat kompleks dari organism yang berhubungan dengan lingkungannya.
Kebanyakan penganut realism natural menolak eksistensi kemauan keras (free
will).Mereka bersilang pendapat dalam hal bahwa individu ditentukan oleh akibat
lingkungan fisik dan social dalam struktur genetiknya. Apa yang tampaknya bebas

12
memilih , kenyataannya merupakan suatudeterminasi kausal (ketentuan sebab
akibat).
Jadi, menurut realisme ilmiah, pengetahuan yang shahih adalah
pengetahuan yang diperolah melalui pengalaman empiris, dengan jalan observasi,
atau penginderaan.Teori pengetahuan yang mereka ikuti adalah teori pengetahuan
“empirisme”, seperti yang diuraikan terdahulu.Menurut empirisme, pengalaman
merupakan factor fundamental dalam pengetahuan, sehingga merupakan sumber
dari pengetahuan manusia.
Baik realisme rasional maupun realisme natural ilmiah sependapat bahwa
menanamkan dan pemilihan pengetahuan yang akan diberikan disekolah adalah
penting. Inisiatif dalam pendidikan adalah terletak pada uru, yang menentukan
bahan pelajaran yang akan dibahas dalam kelas adalah guru, bukan siswa. Materi
atau bahan pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang memberikan kepuasan
pada minat dan kebutuhan siswa.Namun, yang paling penting bagi guru adalah
bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan
terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat untuk mencapai
tujuan pendidikan, merupakan suatu strategi mengajar yang bermanfaat.
5. Prinsip Prinsip Realisme
a. Belajar pada dasarnya mengutamakan perhatian pada peserta didik seperti apa
adanya.
b. Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak.
c. Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek matter yang telah
ditentukan. Kurikulum diorganisasikan dan direncanakan dengan pasti oleh
guru. Secara luas lingkungan materiil dan sosial, manusia yang menentukan
bagaimana seharusnya ia hidup.
6. Implikasi Aliran Realisme dalam Pendidikan
Menurut Power (1928) ia mengemukakan implikasi pendidikan
realisme sebagai berikut :
a. Tujuan, untuk memebentuk karakter, mengembangkan kemampuan dasar atau
bakat serta kebaikan sosial.

13
b. Kurikulum, komprehensif mencangkup semua pengetahuan yang berguna
berisi pengetahuan umum dan pengetahuan praktis.
c. Metode, belajar tergantung pada pengalaman lamgsung atau tidak langsung.
Metodenya harus logis dan psikologis.
d. Peran peserta didik, adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat
dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial dalam
belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang
baik.
e. Peranan pendidik, adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik
mengajar dan dengan keras menuntut peserta didik.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat adalah pandangan hidup seseorang dan juga merupakan suatu sikap
seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara
kritis, mendalam dan juga ingin melihat dari segi luas dan menyeluruh dengan
segala hubungan.
Begitu pula dengan pendidikan, manusia membutuhkan pendidikan untuk
bertahan hidup menuju kehidupan yang layak dan bahagia. Dalam pendidikan
banyak hal yang harus diperhatikan, dan membutuhkan telaah dari filsafat.
Dalam filsafat pendidikan digunakan berbagai aliran yang pertama yaitu
idealisme yang menekankan pada upaya pengembangan bakat dan kemampuan
peserta didik sebagai aktualisasi potensi yang dimilikinya. Kedua aliran
Realisme menekankan pada pembentukan peserta didik agar mampu
melaksakan tanggung jawab sosial dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
Untuk mencapainya diperlukan pendidikan yang ketat dan sistematis dengan
dukungan kurikulum yang komprehensif dan kegiatan belajar yang teratur
dibawah arahan tenaga pendidik.

B. Saran

Dengan disusunnya makalah tentang Landasan Filosofis Pendidikan


Idealisme dan Realisme ini, penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui
kajian Landasan Filosofis Pendidikan Idealisme dan Realisme, untuk
mengetahui lebih jauh, lebih banyak, dan lebih lengkap pembaca dapat
membaca dan mempelajari buku-buku dari berbagai pengarang, karena
penulisanya hanya membahas lebih dalam tentang Landasan Filosofis
Pendidikan Idealisme dan Realisme.

Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih


jauh dari sempurna, sehingga keritik dan saran yang membangun untuk
penulisan makalah-makalah selanjutnya sangat diharapkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Afianto, Muhammad, dkk. 2022. Gugusan Aksara Edukasi. Pekalongan. Nasya


Expanding Management

Putri, Noviana Sahdya, dkk. 2019. Landasan Filosofis Pendidikan Idealisme dan
Realisme. Subang. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang

Sadullah,uyoh. 2011. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung. Alfabeta

Surur, Miftahus, dkk. 2022. Landasan Pendidikan. Bandung. Media Sains


Indonesia

16

Anda mungkin juga menyukai