Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“ ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN “

Tugas ini untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Dosen pengampu : Rifki Arif Nugraha,M.Pd

Disusun oleh kelompok 5 :

1. Muhammad fikri hidayatullah 6. Tia mutianti


2. Filda halimatuzzahroh 7. Lia septiani
3. Rohaniatul jannah 8. Hamidah
4. Deden permana 9. Qiqi alawiyah
5. Dea istiqomah

SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SYEKH MANSHUR PANDEGLANG-BANTEN

TAHUN 2021
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI………...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
2.1 Pengertian Filsafat Pendidikan........................................................................ 3
2.2 Pengertian Filsafat Pendidikan Menurut para ahli.......................................... 3
2.3 Aliran Idealisme.............................................................................................. 3
2.4 Aliran perenialisme......................................................................................... 6
2.5 Aliran Esensialisme......................................................................................... 10
2.6 Aliran Progresivisme....................................................................................... 15
2.7 Aliran Progmatisme......................................................................................... 17
BAB III PENUTUP..................................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 21
3.2 Saran............................................................................................................. 21
3.3 Daftar Pustaka.............................................................................................. 22

2
3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga tim penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ALIRAN-ALIRAN
FILSAFAT PENDIDIKAN” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Filsafat Pendidikan. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang aliran-aliran filsafat
pendidikan bagi para pembaca dan juga bagi tim penulis.

Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen selaku dosen mata kuliah
Filsafat Pendidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang tim penulis tekuni. Tim penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tim penulis
menyadari, makalah yang dibuat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan tim penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pandeglang,10 September 2021

Penyusun

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-
masalah pendidikan yang belum atau tidak terjawab oleh cabang ilmu-ilmu yang ada.
Keberadaan filsafat dalam dunia pendidikan diperlukan untuk mencari hakikat sesuatu,
berusaha mengaitkan hubungan sebab dan akibat dan berusaha menafsirkan pengalaman-
pengalaman kehidupan manusia. Secara harfiah, pengertian filsafat yang berasal dari kata
Philo (cinta) dan Sophos (ilmu) memiliki arti cinta terhadap ilmu. Namun, filsafat pendidikan
bukanlah cinta ilmu pendidikan semata, melainkan bagaimana menciptakan cinta dan
berusaha mendapatkan, memusatkan perhatian dan menciptakan sikap positif terhadap 
pendidikan.
Filsafat pendidikan merupakan aplikasi dari filsafat umum. Filsafat ini mendalami dan
menyelidiki hakikat pendidikan serta kaitannya dengan latar belakang, tujuan, cara dan hasil
yang bersangkut paut dengan struktur kegunannya. Filsafat pendidikan termasuk salah satu
teori pendidikan yang kebenarannya dihasilkan dan dibuktikan memalui penelitian baik
secara kualitataif maupun kuantitatif dan perlu dimengerti serta dijadikan sebagai pedoman
oleh para pengajar pendidikan. Salah satu aliran filsafat pendidikan adalah aliran pendidikan
realisme.
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum sama halnya
seperti dalam filsafat pendidikan. Kita dikenalkan pada berbagai progresivisme dan
rekonstruktivisme. Aliran filsafat perenialisme, essensialisme, eksistesialisme merupakan
aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan model kurikulum subjek-akademis.
Sedangkan filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model 3 Kurikulum
Pendidikan Pribadi. Sementara filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam
pengembangan Model Kurikulum Internal.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa pengertian filsafat ?


2. Pendapat para ahli filsafat?
3. Apa pengertian aliran idealisme?
4. Apa pengertian aliran perenialisme?
5. Apa pengertian aliran esensialisme?
6. Apa pengertian aliran progresivisme?
7. Apa pengertian aliran progmatisme?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Filsafat
2. Untuk mengetahui pengertian Filsafat menurut para Ahli
3. Untuk mengetahuipengertian idealisme
4. Untuk mengetahuipengertian Perenialisme
5. Untuk mengetahuipengertian Esensialisme
6. Untuk mengetahuipengertian Progresivisme
7. Untuk mengetahuipengertian Progmatisme

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN

filsafat Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari sekaligus bisa melahirkan pengetahuan
baru, sains dan melahirkan cabang ilmu baru. Dilihat dari proses kerjanya, filsafat Pendidikan
sebagai proses berfikir manusia yang bertujuan untuk memperoleh kearifan dan kebijakan.

B. Pengertian Filsafat Pendidikan Menurut Para Ahli


1. Menurut Al-Syaibany (1979 : 36), filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur
yang menjadikan filsafat menjadi sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan
memadukan proses pendidikan. Artinya Filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan
maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya. 

2. Menurut John Dewey, fisafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan


dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya
perasaan (emosional), menuju tabiat manusia

3. Menurut Imam Barnadib (1993: 3), filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada
hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaanpertanyaan dalam bidang pendidikan baginya
filsafat pendidikan merupakan aplikasi suatu analisis filosofis terhadap bidang pendidikan.

4. Filsafat Amerika, Brubachen (Arifin, 1993: 3), filsafat pendidikan adalah seperti
menaruh sebuah kereta didepan seekor kuda, dan filsafat dipandang sebagai bunga, bukan
sebagai akar tunggal pendidikan. Filsafat pendidikan itu berdiri secara bebas dengan
memperoleh keuntungan karena punya kaitan dengan filsafat umum.

Di samping itu filsafat pendidikan juga mempunyai aliran-aliran tertentu:

1. ALIRAN FILSAFAT IDEALISME

A. Latar Belakang Aliran Idealisme

Idealisme diambil dari Bahasa Latin yaitu idea, yang berarti pikiran, ide, gagasan.
Sedangkan dalam KBBI idealisme merupakan sebuah aliran filsafat yang menganggap
pikiran atau cita – cita sebagai satu – satunya hal yang benar yang dapat dicamkan dan
dipahami. Dan ada yang mengartikan ide sebagi sesuatu yang hadir dalam jiwa manusia.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa aliran idealisme adalah aliran dalam filsafat
yang mengedepankan akal pikiran manusia, dan terwujud atau tidaknya sesuatu itu
tergantung oleh pemikiran manusia itu sendiri.
Idealisme merupakan filsafat tertua dengan tokoh aliran ini adalah Plato (427-347
SM) yang dianggap sebagai Bapak Idealisme di dunia Barat. Sejarah idealisme berawal dari
pemikiran Plato tentang kebenaran empiris yang dilihat dan dirasakan dalam alam ideal
(esensi) atau ide. Aliran filsafat Idealisme menekankan moral dan realitas spiritual sebagai
sumber-sumber utama di alam ini.

3
4

Idealis adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat
dipahami dalam ketergantungan pada jiwa dan roh. Idealis diambil dari “idea” yaitu sesuatu
yang hadir dalam jiwa. Idealis mempunyai argumen efistimologis tersendiri dan aliran ini
memandang dan menganggap yang nyata hanya idea. Idea tersebut selalu tetap atau tidak
mengalami perubahan dan pergeseran.
Jika dihubungkan dengan dunia pendidikan, idealisme merupakan aliran yang dapat
membawa pengaruh besar terhadap dunia pendidikan, terlebih dalam pendidikan di
Indonesia. Mengapa? Karena dalam aliran idealisme ini terdapat suatu metode yang sangat
efisien untuk diterapkan dalam dunia pendidikan. Yaitu metode dialektik. Apa itu metode
dialektik?
Metode dialektik merupakan suatu metode untuk memecahkan masalah yang
melibatkan tiga unsur, yaitu tesis (persoalan / permasalahan), antitesis ( tanggapan/pendapat),
dan sintesis (kesimpulan). Nah, apabila metode yang seperti ini diterapkan dalam pendidikan
maka akan sangat efektif. Karena dengan metode ini mengajarkan bahwa proses berpikir
harus disiplin, ketika berpendapat harus dengan pertimbangan yang sangat matan, dan masih
banyak lagi. Selanjutnya, karena di dalam aliran idealisme ini menggunakan kurikulum
pendidikan praktis. Bagaimana pendidikan praktis itu, pendidikan praktis merupakan adanya
sebuah praktik dalam pendidikan yang bertujuan untuk memudahkan memahami ilmu
pengetahuan. Jadi dalam pendidikan tidak hanya tentang teori saja, namun juga
membutuhkan praktik didalamnya. Apabila kurikulum yang seperti ini diterapkan dalam
pendidikan, maka itu akan berpengaruh baik terhadap pendidikan, karena dengan adanya
kurikulum yang seperti ini, peserta didik lebih mudah memahami suatu materi. Lalu dalam
aliran model evaluasi yang digunakan yaitu dengan cara essay. Dengan memberikan evaluasi
dengan model seperti ini, mampu mengetahui seberapa pemahaman para peserta didik
terhadap materi yang diajarkan, dan dengan cara ini dapat memberi kesempatan peserta didik
untuk menjawab pertanyaan dengan bahasa yang ia mengerti.

 Tokoh – tokoh dalam aliran Idealisme

1. Plato. Plato merupakan murid dari Socrates. Dan semua pemikiran plato tentang aliran
ini itu berdasarkan ajaran yang diajarkan oleh Socrates. Plato ini merupakan seorang
pria yang salah satu dari keluarga Aristokrasi pada tahun 427 SM. Plato berpendapat
bahwa ide adalah suatu realitas yang sebenarnya dari segala sesuatu yang ada di alam
semesta. Dan ide itu bukan sekedar gagasan yang ada di akal pikiran manusia namun
ide merupakan realitas yang sebenar – benarnya. Aliran idealisme dalam pengetahuan
berpendapat bahwasanya pengetahuan tidak dapat diperoleh melalui panca indera
karena dunia itu Maya atau menyamping dari dunia kenyataan. Hal ini juga
dikemukakan oleh Plato bahwasanya kita itu tidak dapat memiliki pengetahuan sejati
kalau kita melihatnya dari segala sesuatu yang dapat berubah. Menurutnya jika kita
memiliki pengetahuan sejati apabila kita dapat memahami dari akal apa yang dipahami
oleh akal. Yaitu secara universal juga dipahami orang lain.
Contohnya dalam ilmu matematika yang perkalian bahwa jika orang ditanya tentang
perkalian maka jawabannya akan sama tetapi berbeda dengan ketika orang ditanya
warna pelangi apa yang paling bagus maka hampir setiap jawabannya pasti berbeda
karena setiap panca indera menghasilkan bentuk karya seni sendiri yang menurutnya
bagus. Jadi, panca indera tidak bisa dipercaya dalam aliran ini.

2. Madzab Elea, madzhab ini mengajarkan bahwa sesuatu yang ada itu hanya satu, dan
tidak berubah – ubah. Dan apa yang dilihat oleh indra manusia itu hanyalah rupa/
5

bentuknya saja, karena sesuatu “yang ada” hanya dapat diketahui melalui pikiran
manusia saja.
3. Hegel, yang bernama lengkap George William Fredric. Seorang filsuf Jerman yang
sangat terkenal. Pemikiran ia tentang aliran ini yaitu ia menganggap bahwa ide adalah
sesuatu yang tidak terbatas. Dan sesuatu yang terbatas berarti tidak meiliki eksistensi
didalamnya. Dan Hegel merupakan tokoh yang mengagas metode dialektika.
4. Immanuel Kant, ia merupakan filsuf yang berasal dari Rusia. Immanuen Kant
terinspirasi oleh Hegel dalam pemikirannya. Ini berawal dari pemikiran Hegel yang
mencetuskan teori dialektik, sehingga Kant mencetuskan pure reason (sifat bawaaan
manusia dalam dunia pengetahuan disamping dari orang lain), practical reason
(berperilaku sesuai prinsip yang rasional), dan moral judgement.
5. David Hume. Ia adalah filsuf dari Scotlandia. Pemikirannya tentang filsafat yaitu ia
menyatakan bahwa semua kebenaran dari realitas itu dapat diperoleh melalui berbagai
pengalaman yang dialami oleh manusia.
6. Al – Ghazali. Bernama lengkap Abu Hamid Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu
Muhammad Al – Ghazali, dilahirkan di Thusi, yang bergelar Hujjatul Islam. Dia
merupakan tokoh tokoh sentral dikalangan muslim, bahkan ia diberi gelar hujatul
Islam. Ia berasal dari kota khurasan. Pemikiran Al Ghazali terhadap pendidikan yaitu
beliau menjunjung tinggi moral agama sebagai pengetahuan yang paling tinggi serta
harus diterapkan dalam kehidupan sehari – hari. Dan nilai – nilai moral yang seperti
ini seharusnya diterapkan juga dalam dunia pendidikan.

Metode yang digunakan oleh seorang pendidik di dalam aliran idealisme ada dua
yaitu metode dasar dan metode tinggi. Metode Dasar adalah suatu metode yang
menggunakan cara penyampaiannya dengan bermain. metode ini sering digunakan untuk
peserta didik tingkat PAUD,TK,SD. sedangkan yang dimaksud metode tinggi ialah, metode
yang menggunakan cara berfikir kritis. metode ini biasa digunakan untuk peserta didik
tingkat SMP,SMA, dan Perguruan tinggi. Filsafat idealisme sangat penting dalam dunia
mendidikan karena meletakkan manusia atau peserta didik sebagai subjek memiliki
pengetahuan yang tersimpan dalam dirinya, baik pengetahuan umum maupun agama. oleh
karena itu, pendidikan harus mampu mengeluarkan seluruh potensi dalam diri anak didik,
baik secara rasional dan nyata.

Sebagaimana Plato mengungkapkan bahwa rasio itu nyata dan yang nyata itu rasio.
Hal ini maksudnya adalah bahwa segala yang dipikirkan manusia itu selalu bersentuhan
dengan yang terlihat yang selalu berubah-ubah. Dialektika ini yang menginspirasi pemikiran
Kant sehingga memunculkan pure reason, practical reasion dan moral judgement. Pure
reasion merupakan sifat bawaan manusia dalam dunia pengetahuan, disisi lain telah banyak
praktek2 sifat bawaan orang lain. Oleh karena itu kreatifitas dan inovatif menjadi sangat
penting dalam setiap perubahan dalam dunia pendidikan. Kreatif itu daya cipta, sedangkan
inovasi daya pengembangan. Disinilah tugas seorang pendidik memunculkan kedua daya dari
dalam ana didiknya, baik melalui pengetahuan, keterampilan, pelatihan dan penelitian.
Namun semua itu tidak bisa lepas dari kaidah2 moral dan akhlak. Menurut Hegel, moralitas
tertinggi di semesta ini moralitas pemikiran yang menjelma menjadi ucapan dan tindakan.
6

B. Ciri-ciri Aliran Idealisme

Ciri aliran idealisme yaitu mengevaluasi. Aliran ini menggunakan evaluasi esai
dikarenakan evaluasi ini lebih efektif untuk di gunakan dalam pembelajaran sehingga
dapat meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengerjakan soal ujian. Jadi, inti
dari aliran ini yaitu aliran yang mengedepankan akal pikiran manusia sehingga suatu ide
itu bisa terwujud dari dasar pemikiran manusia itu sendiri bukan dari orang lain.
Idealisme dalan pendidikan berkontribusi dalam memajukan atau mewujudkan cita-cita
pendidikan itu melalui metode dan kurikulum yang sudah diterapkan oleh sekolah
tersebut

C. Contoh Aliran Idealisme

Contoh idealisme dalam pendidikan yaitu guru harus memandang anak sebagai tujuan,
bukan sabagai alat. Guru harus bertanya pada dirinya sendiri, apakah ia merupakan
contoh yang baik untuk diterima oleh siswanya. Idealisme memiliki tujuan pendidikan
yang pasti dan abadi, dimana tujuan itu berada di luar kehidupan sekarang ini. Tujuan
pendidikan idealisme akan berada di luar kehidupan manusia itu sendiri, yaitu manusia
yang mampu mencapai dunia cita, manusia yang mampu mencapai dan menikmati
kehidupan abadi, yang berasal dari Tuhan.

2. ALIRAN FILSAFAT PERENIALISME

A. Latar Belakang Perenialisme

Latar Belakang Perenialisme memandang pendidikan itu sebagai jalan kembali yaitu
sebagai suatu proses mengembalikan kebudayaan sekarang (zaman modern) ini terutama
pendidikan zaman sekarang ini perlu dikembalikan kemasa lampau. Perenialisme
merupakan aliran filsafat yang susunannya mempunyai kesatuan, dimana susunannya itu
merupakan hasil pikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk bersikap
yang tegas dan lurus.
Karena itulah perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah tujuan
yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat khususnya filsafat pendidikan. Dari
uraian di atas, maka yang menjadi batasan kajian dalam masalah ini diantaranya
membahas pengertian aliran perenialisme, tokoh-tokoh aliran perenialisme, dan konsep
dasar pandangan perenialisme.Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan
kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam
kebudayaan ideal. Perenialisme tidak melihat jalan yang menyakinkan selain, kembali
pada prinsip prinsip yang telah sedemikian rupa membentuk suatu sikap kebiasaan,
bahwa kepribadian manusia yaitu kebudayaan dahulu (Yunani Kuno).
Perenialisme diambil dari kata perennial, yang diartikan sebagai continuing
throughout the whole yearatau lasting for a very long time, yang bermakna abadi atau
kekal. Dari makna tersebut mempunyai maksud bahwa Perenialisme mengandung
kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal
dan abadi.
Perenialisme yaitu segala sesuatu yang ada sepanjang sejarah, melihat bahwa teradisi
perkembangan intelektual yang ada pada zaman yunani kuno dan abad pertengahan yang
telah terbukti dapat memberikan solusi bagi berbagai problem kehidupan masyarakat perlu
7

digunakan dan diterapkan dalam menghadapi alam modern yang sarat dengan problem
kehidupan. Dalam hal pendidikan, perenialisme memandang bahwa tujuan utama
pendidikan adalah untuk membantu siswa dalam memperoleh dan merealisasikan
kebenaran abadi. Aliran ini menilai bahwa kebenaran itu bersifat universal dan konstan.
Maka jalan untuk mencapainya adalah melatih intelek dan disiplin mental. Tujuan
pendidikan tersebut terurai dalam format kurikulum yang berpusat pada materi (contend
based, subject-centered) dan mengutamakan disiplin ilmu sastra, matematika, bahasa,
humaniora, sejarah dan lain-lain.

Perennialisme adalah filosofi pendidikan yang berpusat pada guru yang berfokus pada
ide-ide abadi dan kebenaran universal. Untuk memperjelas, Perennialisme menyarankan
bahwa fokus pendidikan haruslah pada ide-ide yang telah bertahan selama berabad-abad
yang meyakini bahwa ide-ide tersebut relevan dan bermakna saat ini seperti ketika mereka
ditulis. Filosofi pendidikan ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk hidup dengan
mengembangkan kualitas intelektual dan moral mereka melalui penekanan pada
pengetahuan dan makna pengetahuan, melayani untuk meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa dalam pencarian mereka akan kebebasan individu, hak asasi manusia
dan tanggung jawab melaluialam.

 Perenialisme dalam Pendidikan

Tujuan Perenialisme dalam Pendidikan adalah untuk mengembangkan kekuatan


pemikiran, menginternalisasi kebenaran yang universal dan konstan, dan untuk
memastikan bahwa siswa memperoleh pemahaman tentang ide-ide hebat peradaban Barat.
Ini adalah filosofi yang paling konservatif, tradisional, dan fleksibel. Perennailisme
merangsang siswa untuk berpikir kritis dan penuh pertimbangan; menumbuhkan pikiran
rasional.

Peran Guru – perennailism adalah filosofi yang berpusat pada guru, di mana guru
kurang mementingkan minat siswa dan lebih mementingkan transfer pengetahuan dari
generasi yang lebih tua ke generasi yang lebih muda. Guru akan fokus pada pentingnya
membaca dan akan sering menggunakan pelajaran membaca yang mendasarinya untuk
membuat poin moral. Guru menggunakan sejarah, agama, sastra, dan hukum sains untuk
memperkuat gagasan universal yang berpotensi memecahkan masalah apa pun di era apa
pun.

Kurikulum dan Metode – Perenialisme adalah kelas difokuskan pada kurikulum dan
kebutuhan alam. Kurikulum akan fokus pada pencapaian literasi budaya, menekankan
pertumbuhan siswa dalam mempertahankan disiplin ilmu. Mereka menekankan belajar
dengan membaca dan menganalisis karya para pemikir dan penulis terbaik sejarah.
Perenialis percaya bahwa membaca harus dilengkapi dengan penyelidikan timbal balik
dengan guru dan diskusi yang diarahkan minimal melalui metode Socrates untuk
mengembangkan pemahaman konsep yang berorientasi historis. Kurang penekanan pada
pendidikan kejuruan dan teknis dan lebih banyak pada humaniora.
8

 Tokoh-tokoh perenialisme

1. Plato

Ia berasal dari keluarga aritrokasi yang turun-temurun memegang politik penting


dalam atena. Plato memiliki kedudukan yang istimewa sebagai seorang filosof. Ia pandai
menyatukan puisi, ilmu, seni dan filosofi. Pandangan yang abstrak sekalipun dapat di
lukiskan dengan gaya bahasa yang indah. Menurut Plato, pendidikan adalah membina
yang sadar dalam melaksanakan aspek kehidupan. Pendidikan yang ideal harus di
dasarkan pada faham, kemauan dan akal.

2. Aristoteles

Ia merupakan murid dari Plato. Menurut Aristoteles pendidikan adalah bentuk


kebiasaan pada tingkat pendidikan usia muda dalam menanamkan kesadaran menurut
aturan moral. Pendidikan perkembangan merupakan titik pusat perhatian dengan filsafat
sebagai alat untuk pencapaiannya.

3. Thomas Aqueness

Menurutnya tujuan pendidikan sebagai usaha untuk merealisasikan kapasitas dalam


setiap individu manusia sehingga menjadi aktualitas. Tugas seorang pendidik adalah
untuk mempersiapkan peserta didik ke arah kematangan intelektualnya. Dengan
pengembangan akal, maka fikirannya dapat tinggi kemampuannya.

4. Robert Menahertin

Ia adalah seorang filusuf pendidikan Amerika, ia adalah presiden pada tahun 1929-
1945. Ia mengemukakan bahwa manusia pada hakikatnya ialah makhluk rasiaonal.
Tujuan pendidikan yaitu untuk mencapai kebajikan. Menurutnya pendidikan yang ideal
yaitu pendidikan yang menumbuhkan intelektual.

5. Artimatler

Ia seorang penulis pelopor pendidikan filusuf Amerika serikat. Ia adalah seorang


filusuf yang menafsirkan manusia adalah makhluk rasionalitas yang memiliki
kemampuan intelektual yang mana melalui tindakan-tindakan seperti berfikir, menulis,
membaca dan lain-lain. Pandangannya yaitu peserta didik akan aktif jika guru
mengajarkan dan menerapkan perilakunya yang baik.

 Terdapat tiga konsep filsafat pendidikan aliran perenialisme

1. Hakikat pendidikan
Kaum perenialisme memandang pendidikan sebagai proses mengembalikan keadaan
manusia sekarang seperti dahulu yang dianggap sebagai kebudayaan yang ideal. Tugas
pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti,
absolut dan abadi. Penganut perenialisme percaya bahwa prinsip-prinsip pendidikan juga
benar.
9

2. Guru
Guru memiliki peran yang dominan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar
di kelas. Guru hendaknya adalah orang yang mempunyai cabang ilmu yang bertugas
membimbing diskusi yang akan memudahkan bagi siswanya dan guru dipandang
memiliki otoritas dalam suatu bidang pengetahuan dan keahliannya tidak diragukan.
3. Hakikat murid
Murid dalam aliran perenialisme merupakan makhluk yang dipimpin oleh prinsip-
prinsip utama kebenaran-kebenaran abadi. Hakikat pendidikan upaya proses transformasi
pengetahuan dan nilai pada subjek pendidik.

 Kurikulum pendidikan dalam aliran penerialisme


Dalam filsafat ini, kurikulum pendidikan yang harus dipelajari ialah tentang subjek
atau mata pelajaran yang sulit dipahami oleh murid. Dan pengaruh aliran perenialisme
dalam dunia pendidikan, berpandangan bahwa dunia pendidikan yang tidak menentu dan
penuh kekacuan. Seperti kita rasakan dimasa ini, tidak ada yang baik kecuali kepastian
tujuan pendidikan dan kestabilan peserta didik. Tujuan pendidikan adalah untuk
membantu peserta didik menyiapkan nilai-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai
kebaikan hidup.

 Aliran ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan

a) Kelebihan
1. Perenialisme mengangkat kembali nilai-nilai umum yang menjadi pandangan hidup
yang kokoh pada zaman kuno.
2. Kurikulum menekankan pada perkembangan intelektual siswa pada seni dan sains
untuk menjadi terpelajar.

b) Kelemahan
1. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari.
2. Perenialisme kurang menerima adanya perubahan karena menurut mereka perubahan
banyak menimbulkan kekacauan dan ketidak teraturan terutama dalam kehidupan
moral.

B. Ciri-Ciri Aliran Perenialisme

Perenialisme berakar pada tradisi filosofis klasik yang dikembangkan oleh plato,
Aristoteles dan Santo Thomas Aquines. Sasaran pendidikan ialah kemampuan menguasai
prinsip kenyataan, kebenaran dan nilai-nilai abadi dalam arti tak terikat oleh ruang dan
waktu.

C. Contoh Aliran Perenialisme

Contoh penerapan perenialisme dalam pendidikan yaitu berdirinya sekolah-sekolah


berbasis agama seperti muhammadiyah, sekolah kristen, pondok pesantren. Sekolah-
sekolah ini mengedepankan ilmu agama karena dianggap sebagai sesuatu yang memiliki
nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang menjadi pandangan hidup serta dapat menumbuhkan
intelektual peserta didik.
10

3. ALIRAN FILSAFAT ESENSIALISME

A. Latar Belakang Esensialisme

Essensialisme berasal dari kata essensial yang berarti sifat-sifat dasar atau dari kata
asesnsi (pokok). Essensialisme mempunyai pandangan bahwa pendidikan sebagai
pemelihara kebudayaan. Aliran ini ingin kembali kepada kebudayaan lama, warisan
sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikan bagi kehidupan manusia. Aliran ini
berpedoman pada peradaban sejak zaman Renaissance. Pada zaman Renaissance telah
berkembang dengan megahnya usaha-usaha untuk menghidupkan kembali ilmu
pengetahuan dan kesenian serta kebudayan purbakala, terutama dizaman Yunani dan
Romawi. Dalam zaman Renaissance muncul tahap-tahap pertama dari pemikiran
essensialis yang berkembang selanjutnya sepanjang perkembangan zaman Renaissance
itu sendiri, yang mempunyai ciri-ciri utama yang berbeda dengan aliran progresifisme.
Perbedaannya yang utama adalah memberikan dasar berpijak kepada pendidikan yang
penuh fleksibel, dimana serba terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan
dengan doktrin tertentu.

Essensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak kepada nilai-nilai yang


memiliki kejelasan dan tahan lama, yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai tertinggi
yang tata dan jelas. Paham filsafat idialisme Plato dan faham idialisme Aristoteles adalah
dua aliran pikiran yang membetuk konsep-konsep berpikir golongan isensialisme. Jadi
pandangan filsafat essensialisme meramu dan menampung dua aliran filsafat itu (tetapi
tidak lebur jadi satu dan tidak melepaskan sifat yang utama pada masing-masing), yang
kemudian mereka terapkan pula dalam bidang pendidikan. Essesnsialisme didasari atas
pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah
keduniawian, serba ilmiah dan materialistik. Selain itu juga diwarnai oleh pandangan-
pandangan dari paham penganut idialisme yang bersifat spiritual dan realisme yang titik
berat tujuannya adalah mengenai alam dan dunia fisik.

 Tokoh-Tokoh Filsafat Pendidikan Esensialisme

1. William C. Bagley

William C Bagley berpendapat bahwa filsafat pendidikan esensialisme mempunyai ciri-


ciri yaitu, minat yang kuat dan tahan lama pada peserta didik itu tumbuh dari proses
belajar yang menarik perhatiannya, pengawasan, pengarahan dan bimbingan orang
dewasa itu melekat pada masa balita yang panjang, kemampuan dalam mendisiplinkan
diri harus menjadi tujuan pendidikan. Maka kedisiplinan adalah salah satu cara yang
sangat diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan.
11

2. Johan Frederich Herbart

Johan Frieddrich Herbart berpendapat bahwa tujuan pendidikan itu menyesuaikan


dengan jiwa seseorang dengan kebijaksanaan dari Tuhan. Sedangkan proses
tercapainya tujuan pendidikan menurutnya yaitu dengan cara pengajaran, pembelajaran.

3. William T. Haris

William T. Haris berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menjadikan


terbentuknya realitas berdasarkan susunan yang tidak terelakkan dan bersindikat ke
kesatuan spiritual. Sekolah adalah lembaga yang memelihara nilai-nilai turun temurun
dan menjadi penuntun penyesuaian orang pada masyarakat.

4. Johan Frederich Frobel

Johan Frederich Frobel berpendapat bahwa anak sebagai makhluk yang berekspresi
kreatif, dan tugas pendidikan adalah memimpin peserta didik ke arah kesadaran diri
yang murni dan sesuai dengan citra dirinya.

 Konsep Pendidikan
1. Gerakan Back to Basic
Gerakan back to basic yang dimulai dipertengahan tahun 1970-an adalah
dorongan skala besar yang mutakhir untuk menerapkan program-program sesnsialis
di sekolah-sekolah. Yang terpenting lainnya, yang dikemukakan kaum esensialis,
bahwa sekolah-sekolah harus melatih/ mendidik siswa untuk berkomunikasi dengan
jelas dan logis. Keterampilan-keterampilan inti dalam kurikulum haruslah berupa
membaca, menulis, berbicara, dan berhitung, serta sekolah memiliki tanggungjawab
untuk memperhatikan apakah semua siswa menguasai keterampilan- keterampilan
tersebut.
Ahli pendidikan esensialis tidak memandang anak sebagai orang yang jahat, dan
tidak pula memandang anak sebagai orang yang secara alamiah baik. Anaka-anak
tersebut taka akan menjadi anggota masyarakat yang berguna., kecuali kalau anak-
anak secara aktif dan penuh semangat diajarkan secara disiplin, kerja keras, dan rasa
hormat pada pihak berwenang/punya otoritas. Kemudian, para guru adalah
membentuk para siswa, menangani isntiling-instiling alamiah dan nonproduktif
mereka (seperti agresi, kepuasan indera tanpa nalar, dll.) di bawah pengawasan
sampai pendidikan mereka selesai.
Menurut filsafat esensialisme, pendidikan sekolah harus bersifat praktis dam
memberi anak-anak pengajaran yang logis yang mempersiapkan mereka untuk
hidup, sekolah tidak boleh mencoba mempengaruhi atau menetapkan kebijakan
kebijakan sosial. Walaupun mereka kritik-kritik terhadap esensialisme mendakwa
bahwa orientasi yang terikat tradisi pada pendidikan sekolah akan mengindoktrinasi
siswa dan mengesampingkan kemungkinan perunbahan. Kaum esensialis menjawab
bahwa dengan tanpa suatu pendekatan esensialis, para siswa akan terindoktrinasi
pada kurikulum humanistik dan/atau behavioral yang menjalankan perlawanan pada
standar-standar kebutuhan yang diperlukan masyarakat untuk ditata.
12

Para pemikir esesnsialisme pada umumnya tidak memiliki kesatuan garis karena
mereka berpandangan pada filsafata yang berbeda. Namun, diantara mereka ada
kesepakatan tentang prinsip dasar filsafat esensilaisme yang berkaitan dengan
pendidikan.

2. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah untuk meneruskan warisan budaya dan warisan budaya
melalui pengetahuan inti yang terakumulasi dan telah bertahandalam kurun waktu yang
lama, serta merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu dana dikenal oleh
semua orang. Pengetahuan tersebut bersama dengan skill,sikap, dan nilai-nilai yang
memadai, akan mewujudkan elemen-elemen pendidikan yang esensial. Tugas siswa
adalah menginternalisasikan atau menjadikan milik pribadi elemen-elemen tersebut.

Selain merupakan warisan budaya, tujuan pendidikan esensialisme adalah


mempersiapkan manusia untuk hidup. Namun, hidup tersbut sangat kompleks dan luas,
sehingga kebutuhan-kebutuhan untuk hidup tersebut berada di luar wewenang sekolah.
Hal ini tidak berarti bahwa sekolah tidak dapat memberikan konstribusi untuk
mempersiapkan hidup tersebut. Konstribusi sekolah terutama bagaimana merancang
sasaran mata pelajaran sedemikian rupa, terutama tujuan pelajaran yang dapat
dipertanggungjawabkan, yang pada akhirnya memadai untuk mempersiapkan manusia
hidup.

3. Kurikulum

Kurikulum pada aliran essensialisme yaitu kurikulum yang berpusat pada mata
pelajaran. Pengusaan materi kurikulum tersebut merupakan dasar yang esensialisme
general education (filsafat, matematika, IPA, sejarah, bahasa, seni dan sastra) yang
diperlukan dalam hidup belajar dengan tepat berkaitan dengan disiplin tersebut akan
mampu mengembangkan pikiran (kemampuan nalar) siswa.

4. Pandangan Essensialisme mengenai belajar

Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu


dengan menitik beratkan pada aku. Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada taraf
permulaan adalah memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami
dunia obyektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos. Pandangan Immanuel Kant,
bahwa segala pengetahuan yang dicapai oleh manusia melalui indera merperlukan unsur
apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu.

Bila orang berhadapan dengan benda-benda, tidak berarti bahwa mereka itu sudah
mempunyai bentuk, ruang dan ikatan waktu. Bentuk, ruang dan waktu sudah ada pada
budi manusia sebelum ada pengalaman atau pengamatan. Jadi, apriori yang terarah
bukanlah budi kepada benda, lelapi benda-benda itu yang terarah kepada budi. Budi
membentuk, mengatur dalam ruang dan waktu. Dengan mengambil landasan pikir
13

tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya
sebagai substansi spiritual. Jiwa membina dan menciptakan diri sendiri.

Seorang filosuf dan ahli sosiologi yang bernama Roose L. Finney menerangkan tentang
hakikat sosial dari hidup mental. Dikatakan bahwa mental adalah keadaan rohani yang
pasif, yang berarti bahwa manusia pada umumnya menerima apa saja yang telah tertentu
yang diatur oleh alam. Berarti pula bahwa pendidikan itu adalah sosial. Jadi belajar
adalah menerima dan mengenal secara sungguh-sungguh nilai-nilai sosial angkatan baru
yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan di teruskan kepada angkatan berikutnya.

Dengan demikian pandangan-pandangan realisme mencerminkan adanya dua jenis


determinasi mutlak dan determinasi terbatas:

1. Determiuisme mutlak, menunjukkan bahwa belajar adalah mengalami hal-hal yang


tidak dapat dihalang-halangi adanya, jadi harus ada, yang bersama-sama membentuk
dunia ini. Pengenalan ini perlu diikuti oleh penyesuaian supaya dapat tercipta suasana
hidup yang harmonis.
2. Determinisme terbatas, memberikan gambaran kurangnya sifat pasif mengenai
belajar. Bahwa meskipun pengenalan terhadap hal-hal yang kausatif di dunia ini
berarti tidak dimungkinkan adanya penguasaan terhadap mereka, namun kemampuan
akan pengawas yang diperlukan.

5. Prinsip-prinsip pendidikan

Prinsip-prinsip pendidikan esensialisme dapat dikemukakan sebagai berikut :

 Pendidikan harus dilakukan melalui usaha yang keras tidak begitu saja timbul
dari dalam diri siswa
 Inisiatif dalam pendidikan yaitu pada guru bukan pada murid, karena murid
hanya mengikuti perintah dari guru dan guru merupakan pemimpin atau orang
yang berpengaruh di dalam kelas.
 Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan
dengan disiplin mental.

 PANDANGAN UMUM FILSAFAT ESSENSIALISME

1. Pandangan Ontologi

Ontologi filsafat pendidikan idealisme menyatakan bahwa kenyataan dan kebenaran


itu pada hakikatnya adalah ide-ide atau hal-hal yang berkualitas spiritual. Oleh karena
itu, hal pertama yang perlu ditinjau pada peserta didik adalah pemahaman sebagai
makhluk spiritual dan mempunyai kehidupan yang bersifat teleologis dan idealistik.
Pendidikan bertujuan untuk membimbing peserta didik menjadi makhluk yang
berkepribadian, bermoral, serta mencita-citakan segala hal yang serba baik dan
bertaraf tinggi.
14

2. Pandangan Epistomologi

Aspek aksiologi menempatkan nilai pada dataran yang bersifat tetap dan idealistik.
Artinya, pendidik hendaknya tidak menjadikan peserta didik terombang-ambing oleh
hal-hal yang bersifat relative atau temporer. Dalam bidang epistemologi, bahwa
pengetahuan adalah hasil yang dicapai oleh proses mana subjek dan objek
mengadakan pendekatan. Oleh karena itu, epistemologi dalam filsafat pendidikan
realisme adalah proses dan produk dari seberapa jauh pendidik dapat mempelajari
secara ilmiah emperis mengenai peserta didiknya.
Epistemologi Idealisme. Pandangan mengenai pengetahuan bersendikan pada
pengertian bahwa manusia adalah makhluk yang adanya merupakan refleksi dari
Tuhan. Karena itu, dalam diri manusia tercermin suatu harmoni dari alam semesta,
khususnya pikiran manusia (human mind). Manusia memperoleh pengetahuan melalui
berpikir, intuisi, atau introspeksi.
Epistemologi Realisme. Sumber pengetahuan menurut Realisme adalah dunia luar
subyek, pengetahuan diperoleh melalui pengalaman, atau pengamatan. Kriteria
kebenaran menurut epistemologi realisme adalah suatu pengetahuan diakui benar jika
pengetahuan itu sesuai dengan realitas eksternal (yang objektif) dan independen.
Sebab itu, uji kebenaran pengetahuan dilakukan melalui uji korespondensi
pengetahuan dengan realitas.

2. Pandangan Aksiologi

Sedangkan dalam bidang aksiologi, faktor peserta didik perlu dipandang sebagai
agen yang ikut menentukan hakikat nilai. Esensialisme didasari atas pandangan
humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah pada keduniaan,
serba ilmiah dan materialistis. Selain itu juga diwarnai oleh pandangan-pandangan
dari paham penganut aliran idealisme dan realisme. Tujuan umum aliran esensialisme
adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat.
Aksiologi Idealisme. Para filsuf Idealisme sepakat bahwa nilai hakikatnya
diturunkan dari realitan absolut. Realitan absolut merupakan hal nyata yang benar-
benar ada yang bersifat mutlak. Karena itu nilai-nilai adalah abadi atau tidak berubah.
Dalam kehidupan sosial, kualitas spiritual seperti kesadaran cinta bangsa dan
patriotism merupakan nilai-nilai sosial yang perlu dijunjung tinggi, dan Hegel
menyimpulkan bahwa karena Negara adalah manifestasi Tuhan, maka wajib bagi
warga negara untuk setia dan menjunjung negara.
Aksiologi Realisme. Para filsuf realisme percaya bahwa standar nilai tingkah laku
manusia diatur oleh hukum alam, dan pada taraf yang lebih rendah diatur melalui
konvensi atau kebiasaan, adat istiadat di dalam masyarakat ( Edward J. Power, 1982).
Sejalan dengan konsep di atas, bahwa moral berasal dari adat istiadat, kebiasaan, atau
dari kebudayaan masyarakat.
15

B. Ciri-Ciri Aliran Esensialisme

Adanya Sebuah minat tahan Lama dalam proses pembelajaran, pengawasan, Dan
bimbingan dari orang dewasa,teori Yang kuat Dan kokoh dalam pendidikan.
Berpendapat bahwa aliran esensialisme ini adalah pergerakan Yang progresif.

C. Contoh Aliran Esensialisme

Esensialisme adalah suatu pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai kebudayaan yg


telah ada.Contohnya antara lain:
→ Orang tua menerapkan kedisiplinan terhadap anaknya
→ Guru sebagai contoh keteladan berdasarkan pengetahuan 
→ Siswa sebagai makhluk yg nasional yg mmlki prestasi dan keterampilan, dll.

4. ALIRAN FILSAFAT PROGRESIVISME

A. Latar Belakang Progresivisme

Aliran Progresivisme, progress (maju) adalah sebuah fahan filsafat yang lahir dan
sangat berpengaruh dalam abad ke-20. Aliran filsafat ini kelahiran Amerika dan pengaruhnya
terasa di seluruh dunia yang mendorong usaha pembaharuan di dalam lapangan pendidikan.
Aliran ini bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri,
melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918.
Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar
di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru
atau bidang muatan.

Pada dasarnya aliran ini memandang bahwa pendidikan adalah sebagai wadah untuk
menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus maju (progress) sebagai generasi
yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru. Melalui pandangannya “the liberal
road culture”, maksudnya ialah pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat fleksibel,
curious, toleran dan open-minded, serta menolak segala otoritarisme dan absolutism seperti
yang terdapat dalam agama, politik, etika dan epistimologi. Dan pandangannya tentang
menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah dari manusia yang diwarisi sejak lahir,
sehingga manusia merupakan makhluk biologis yang utuh dan menghormati harkat dan
martabat manusia sebagai pelaku/subjek di dalam hidupnya. Dengan pandangan-
pandangannya tersebut, aliran progresivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan, yang memliputi: ilmu hayat (manusia untuk mengetahui semua masalah
kehidupan), antropoli (manusia mempunyai pengalaman, pencipta budaya, dengan demikian,
dapat mencari hal baru), psikologi (manusia akan berpikir tentang dirinya sendiri, lingkungan
dan pengalaman-pengalamannya, dan dapat mengusai serta mengatur sifat-sifat alam).

Aliran ini menyadari dan mempraktekan asas progresivisme dalam semua realita
kehidupan. Agar manusia dapat bisa selamat menghadapi semua tantangan hidup. Dinamakan
‘intrumentalisme’ , karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia
16

sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadian
manusia. Dinamakan ‘’eksperimentalisme’’, untuk menguji kebenaran suatu teori.
Dinamakan “enviromentalisme’’, karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu
mempengaruhi pembinaan kepribadian. Aliran progresivisme memiliki kemajuan dalam
bidang ilmu pengetahuan meliputi ilmu hayat, antropologi, dan juga psikologi

 Tokoh-tokoh dalam aliran Progresivisme

1. John dewey
Tokoh aliran filsafat progresivisme yang bernama john dewey ini merupakan tokoh
yang terkenal dan sangat populer baik dari segi filsafat maupun dari segi
sosial. Pendapat john dewey tentang progresivisme adalah ia menekankan pada anak
didik dan minatnya dari pada mata pelajarannya sendiri. Ia menerangkan pada
bukunya adalah bahwa pendidikan itu adalah proses kehidupan bukan persiapan pada
masa yang akan datang.
2. William james
Tokoh filosof terkenal yang berasal dari amerika ini mengemukakan pendapatnya
tentang aliran filsafat progresivisme bahwa dia berkeyakinan otak dan fikiran harus
mempunyai fungsi biologis dan nilai kegunaan hidup maka, dia menegaskan bahwa
fungsi otak dan fikiran itu dipelajari sebagian dari mata pelajaran pokok di bidang
ilmu pengetahuan alam.
3. Hans vaihinger
Tokoh progresivisme ini berpendapat bahwasanya tahu atau mengetahui itu hanya
mempunyai arti praktis. Persesuaian dengan objeknya tidak mungkin di buktikan satu-
satunya ukuran berfikir itulah gunanya
4. Georges Santayana
Georges santayana ini dilibatkan dalam aliran pragmatisme. Tokoh filosof
progresivisme ini sangat sulit untuk membagi hasil pemikirannya, dikarrnakan banyak
pengaruh betentangan terhadap apa yang dialaminya. 

Menurut progresivisme, pendidikan selalu dalam proses pengembangan,


penekanannya adalah perkembangan individu, masyarakat, dan kebudayaan. Pendidikan
harus siap memperbaharui metode, kebijaksanaannya, berhubungan dengan perkembangan
sains danteknologi, serta perubahan lingkungan. Untuk memperoleh pengetahuan yang benar,
kaum progresif sepakat dengan pandangan Dewey, yaitu menekankan pengalaman indera,
belajar sambil bekerja, dan mengembangkan intelegensi, sehingga anak dapat menemukan
dan memecahkan masalah yang dihadapi. Kualitas atau hasil dari pendidikan, tidak
ditentukan dengan menentukan atau menetapkan suatu ukuran yang berlaku secaa mulak dan
abadi. Norma atau nilai kebenaran yang abad tidak dapat dijadikan ukuran untuk menentukan
berhasil tidaknnya usaha pendidikan. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu rekonstruksi
pengalaman yang berlaku secara terus menerus.
17

B. Ciri-Ciri Aliran Progresivisme

Ciri-ciri utama aliran progresivisme : Pendidikan dianggap mampu merubah dalam arti
membina kebudayaan baru yang dapat menyelamatkan manusia bagi masa depan.
Percaya bahwa manusia sebagai subyek yang memiliki kemampuan untuk menghadapi
dunia dengan skill dan kekuatan mandiri.

Ciri implementasi pada aliran progresivisme ialah menekankan pendidikan demokratis


dan menghargai berbagai potensi yang dimiliki oleh anak, serta pembelajarannya lebih
berpusat pada peserta didik, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing, dan
pengarah bagi perkembangan peserta didik.

C. Contoh Aliran Progresivisme

Contoh: Progresivisme menolak pendidikan yang bersifat otoriter,menolak penekanan


atas disiplin yang keras, menolak cara-cara belajar yang bersifat pasif, menolak konsep
dan cara-cara pendidikan yang hanya berperan untuk mentransfer kebudayaan
masyarakat kepada generasi muda, dan berbagai hal lainnya.

5. ALIRAN FILSAFAT PRAGMATISME

A. Latar Belakang Pragmatisme

Pragmatisme berasal dari kata bahasa yunani yaitu pragma yang berarti tindakan,
perbuatan. Pragmatisme adalah aliran filsafat yang berpandangan bahwa kriteria
kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.
Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menhadi relatif tidak mutlak. Suatu konsep atau
peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi
terbukti berguna bagi masyarakat.

Aliran pragmatisme adalah aliran yang bersedia menerima segala hal, asalkan hal
tersebut berakibat baik atau berguna. Aliran ini mementingkan kegunaan suatu
pengetahuan dan bukan kebenaran objektif dari pengetahuan. Pragmatisme akan
menguji suatu pengetahuan dan akan mengetahui kebenaran pengetahuan tersebut
melalui konsekuensi dari pelaksanaan pengujiannya. Dengan demikian, aliran
pragmatisme tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyan seputar kebenaran
yang bersifat metafisik.

Pragmatisme merupakan segala sesuatu hal yang membuktikan dirinya sebagai


sebagai sesuatu hal yang benar dengan melihat hasik yang bermanfaat secara Praktis,
salah satu dasar dalam aliran ini ialah logika pengamatan, dimana apa yang
ditampilkan manusia dalam dunia nyata merupakan fakta individual, konkret dan juga
terpisah antara satu dengan yang lainnya.
18

 Tokoh-tokoh dalam aliran Pragmatisme

1. Charles sandre piere (1839) Charlesberpendapat bahwa apapun yang berpengaruh


bila dikatan praktis. Dibeberapa waktu yang lain ia juga mengutarakan bahwa
pragmatisme bukanlah sebuah filsafat, bukan teori kebenaran, dan bukan
metafisika, melainkan adalah suatu cara untuk manusia dalam memecahkan
masalah. Dari dua pendapat diatas bisa disimpulkan bahwasannya pragmatisme
bukan hanya sekedar teori pembelajaran filsafat dan mencari kebenaran, akan
tetapi pragmatism lebih kearah pada tataran ilmu kepraktisan guna membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi manusia.
2. John Dewey (1859-1952) Dewey berpendapat bahwasannya berfilsafat guna
memperbaiki kehidupan manusia dan lingkungannya atau mengatur kehidupan
manusia. Ia juga menyatakan bahwa filsafat memberikan pengarahan dan filsafat
tidak diperkenankan kebawa arus dalam ide-ide metafisis yang tidak praktis.
3. William James Dia mengatakan secara singkat bahwa pragmatism adalah realitas
yang sudah kita ketahui berguna untukmengukur suatu kebenaran konsep
seseorang yang harus mempertimbangkan konsekuensi yang akan diterapkan paa
konsep tersebut.

 Pandangan Pragmatisme

1. Metafisika Pragmatisme seluruhnya berbeberkan pada pendekatan empiris yaitu


semua apa apa yang dapat dirasakan itu benar artinya akal, jiwa, dan materi
adalah hal yang tidak dapat di pisahkan. Karena itu para cendekiawan
pragmatism tidak pernah mendasarkan satu hal kebenaran. Dan menurut mereka
pengalaman yang di alami di setiap manusia akan berubah juka realita manusia
itu berubah. Realita bukanlah hal yang abtrak dan hanya pengalaman biasa yang
dapat berubah ubah dan terus berubah seiring berjalannya waktu.setiap manusia
mempunyai tanggung jawab atas lingkungan dan realitas hidup akan lebih indah
jika kita sebagai manusia banyak mempelajari isu makna yang terkan dung
dalam realitas kehidupan.
Tema pokok filsafat pragmatisme :
1. Esensi realitas adalah perubahan
2. Hakikat social dan biologis manusia yang esensial
3. Realitas value
4. Penggunaan intergrasi secara terus menerus
Pragmatisme menyetujui pendapat- pendapat manusia adalah tolak ukur segala
tujuan dan alat pendukung harus terbuka untuk diperbaiki secara terus
menerus.

2. Epistimologi Corak dari pragmatisme adalah konsep kegunaan. Mengarah


kepada sains dan bukan metafisik. Dan pragmatism cenderung kepada
kepercayaan. Hal yang perlu di ketahui oleh pragmatism adalah bersifat pribadi
dan tidak diberitakan, dan jika ada hal yang sangat dibutuhkan untuk di
19

beritakan, maka harus diberitakan akan tetapj tidak ada yang sepihak hingga
kebenaran akan selalu bersifat valid dan jujur. Pragmatism mengklaim
bahwasannya manusia selalu mempunyai rasa keinginan untuk meneliti dan
tidak mau menerima suatu produk yang belum teruji. Untuk memecahkan
masalah manusia harus memiliki penagalam pengalaman dalam meneliti dan
meliki alat guna mencari sebuah solusi dari akar masalah-masalah penelitian.
Pragmatism menunjukkan kedapa kita bahwa tujuan berfikir adalah kemajuan
hidup, yaitu untuk memajukan dan memperbanyak capital dengan cara sepragtis
mungkin. metode intelegen adalah guna memperoleh informasi, dan ketika kita
mengetahui informasi maka kita dapat menyelesaikan masalah. Intelegensi
nengacu pada hipotesa yang dimana hipotesa untuk memecahkan masalah, dan
hipotesa ini menjelaskan masalah masalah terkait.

Untuk memecahkan masalah itu, ada lima cara menurut dewey dalam wini
rosyidin yaitu:
1. Indeterminate situation, atau situasi tegang
2. Diagnosis, mencari penyebab timbulnya masalah
3. Hypothesis, gagasan atau ide ide informasi untuk dikumpulkan
4. Hypothesis testing, membandingkan informasi untuk di praktikkan atau di uji
5. Evalution ialah mengkaji ulang apakah ada kesalahan pada point sebelumnya
Dari konsep di atas, dewey sangat berusaha membuat konsep,pertimbangan, dan
kesimpulan dalam rupa yang beragam dan gampang. Menurut dewey, yang benar
berate di setujui dan di terima dikalangan semua orang.

3. Aksiologi Pandangan pragmatisme tentang nilai itu adalah relatif atau


situasional. Kaidah moral dan etika itu tidak tetap, selalu berubah sesuai situasi,
waktu , tempat, persepsi masyarakat dan juga pengaruh kemajuan IPTEK.
Pendekatan pragmatisme terhadap nilai benar salah, baik buruk itu didasarkan
pada kemanfaatan dalam kehidupan masyarakat dan bukan didasarkan pada
teori.

 Implementasi pragmatisme dalam pendidikan Proses pendidikan

Dalam pragmatisme bertujuan memberikan pengalaman empiris kepada anak


didik sehingga terbentuk suatu pribadi yang belajar, berbuat (learning by doing).
Proses demikian berlangsung sepanjang hayat. Dalam pandangan filsafat
pragmatisme, anak didik memiliki akal dan kecerdasan. Artinya anak didik secara
naluriah dan amaliah memiliki kecenderungan untuk tetus berkreatif dan dinamis
dalam perkembangan zaman. Anak didik memiliki bekal untuk menghadapi dan
memecahkan problematika-problematika. Maka dalam pembelajarannya,
pendidikan pragmatisme selalu menekankan pada pengalaman hidup dan cara
menghadapi masalah dimanapun peserta didik itu tinggal, agar nantinya peserta
didik dapat berfikir kritis dan berhasil beradaptasi dengan perubahanperubahan
kehidupan dunia. Peranan guru dalam pendidikan pragmatisme adalah sebagai
20

pengawas dan pembimbing dalam pembelajaran pengalaman tanpa mengganggu


minat kebutuhan siswa. Dan sekolah harus mampu menyesuaikan segala aspek,
karena perannya sebagai tempat untuk mengajarkan pengalaman kehidupan yang
terus berubah-ubah dan seharusnya sekolah juga lebih mengedepankan muatan
penglaman pembelajaran dibanding muatan materi dan nilai akhir.

B. Ciri –Ciri Aliran Pragmatisme

Pragmatisme memiliki tiga ciri, yaitu:

(1) memusatkan perhatian pada hal-hal dalam jangkauan pengalaman indera manusia,
(2) apa yang dipandang benar adalah apa yang berguna atau berfungsi, dan
(3) manusia bertanggung jawab atas nilai-nilai dalam masyarakat

C. Contoh Aliran Pragmatisme

Contoh Pragmatis Dalam Kehidupan Sehari-Hari :


 Pahami bahwa tidak semua orang bisa mengerti
 Jangan takut untuk tampil berbeda
 Jadilah sadar diri
 Ingat bahwa orang lain itu sama dengan anda
 Tenang
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari materi diatas adalah bahwa Filsafat pendidikan ialah ilmu yang
mempelajari sekaligus bisa melahirkan pengetahuan baru, sains dan melahirkan cabang
ilmu baru. Dari proses kerjanya, filsafat Pendidikan sebagai proses berfikir manusia
yang bertujuan untuk memperoleh kearifan dan kebijakan. Didalam Filsafat Pendidikan
ada beberapa aliran yang sering atau bahkan tanpa kita sadari kita telah melakukan
aliran tersebut, idealisme aliran yang mengedepankan akal pikiran manusia sehingga
suatu ide itu bisa terwujud dari dasar pemikiran manusia itu sendiri bukan dari orang
lain, perenialisme kemampuan menguasai prinsip kenyataan, kebenaran dan nilai-nilai
abadi dalam arti tak terikat oleh ruang dan waktu. Esensialisme minat tahan Lama
dalam proses pembelajaran, pengawasan, Dan bimbingan dari orang dewasa, dan bisa
disebut juga dengan pergerakan Yang progresif. Progresivisme yaitu membina
kebudayaan baru yang dapat menyelamatkan manusia bagi masa depan. Progmatisme
segala sesuatu hal yang membuktikan dirinya sebagai sebagai sesuatu hal yang benar
dengan melihat hasik yang bermanfaat secara Praktis, salah satu dasar dalam aliran ini
ialah logika pengamatan, dimana apa yang ditampilkan manusia dalam dunia nyata
merupakan fakta individual, konkret dan juga terpisah antara satu dengan yang lainnya.

B. SARAN

Dengan diselesaikannya makalah ini tim penulis berharap makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca. Selanjutnya tim penulis juga
mengharapkan kritik dan saran guna peningkatan kualitas dalam penulisan makalah
ini.

21
22

DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/baitinurfitria/5e832b36d541df754b10ec92/aliran-
idealisme-dalam-filsafat-pendidikan-dan-tokoh-tokohnya?page=all

https://www.kompasiana.com/bangkhothib8673/5e852c57d541df7f3a204332/aliran-
idealisme-filsafat-pendidikan?page=2&page_images=1

https://www.kompasiana.com/nurrosyidah/5ed3e34d097f36148a78b072/filsafat-
perenialisme-dan-tokoh-filusufnya

https://www.kompasiana.com/friskytwinzasihnurjanah/5ebb7dfdd541df155903cd02/
filsafat-pendidikan-esensialisme-dan-tokoh-tokoh-filsafat-pendidikan-esensialisme?
page=all#section1

https://lms.untad.ac.id/mod/page/view.php?id=11639

https://www.kompasiana.com/cinderaindah/5db5e9b4d541df1efe72ee42/penerapan-
aliran-filsafat-pendidikan-essensialisme-dalam-dunia-pendidikan?page=all#section2

https://lms.untad.ac.id/mod/page/view.php?id=11637

http://eprints.umsida.ac.id/7571/1/Makalah-Filsafat-A2-Pragmatisme.pdf

Anda mungkin juga menyukai