Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FILSAFAT IDEALISME
DOSEN PENGAMPU
BAHRAN TAIB S.Pd., M. Pd

DISUSUN OLEH
RETNO HARDIYANTI WULANDARI
03332311021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah filsafat idealisme.

Penulis mengakui bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang senantiasa dengan tulus memberikan do’a, saran, serta kritiknya sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik. Semoga dengan adanya makalah ini, dapat memberikan
pengetahuan serta manfaat yang dapat diambil oleh pihak yang membaca makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan segala bentuk kritik dan saran serta masukan yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Ternate, 25 November 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PEMDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalahl
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pegertian Filsafat Idealisme


B. Makna Idealisme
C. Pandanga Filaosofi Idealisme
D. Implekasi Filsafat Idealisme Dalam Pendidikan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. latar belakang
Pendidikan ialah suatu usaha sadar serta terencana yang memiliki fungsi sebagai
pengembangan sebuah potensi yang dimiliki oleh manusia supaya dapat berguna untuk
kelangsungan hidup di masa yang akan datang. Dapat di lihat dari segi islam filsafat ialah
suatu cara untuk menjadikan manusia sebagai manusia yang seutuhnya serta filsafat dapat
di akui sebagai masyarakat yang ideal di masa yang akan datang. Filsafat diakui sebagai
induk ilmu pengetahuan (the mother of knowledge) yang mampu menjawab segala
pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang berhubungan dengan alam
semesta hingga masalah manusia dan segala problematika dan kehidupanya termasuk dunia
pendidikan Islam. Peran filsafat dalam dunia pendidikan adalah memberikan acuan bidang
filsafat pendidikan guna mewujudkan cita-cita pendidikan yang diharapkan oleh suatu
masyarakat atau bangsa. Salah satu aliran filsafat adalah aliran idealisme. Idealisme adalah
aliran yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide atau akal
pemikiran manusia. Sehingga sesuatu itu dapat terwujud atas dasar pemikiran manusia.
Dalam konteks pendidikan, idealisme merupakan suatu aliran yang berkontribusi besar
terhadap kemajuan pendidikan.

Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the mother of knowledge) yang mampu
menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang
berhubungan dengan alam semesta hingga masalah manusia dan segala problematik dan
kehidupannya termasuk dunia pendidikan Islam. Peran filsafat dalam dunia pendidikan
adalah memberikan acuan bidang filsafat pendidikan guna mewujudkan cita-cita pendidikan
yang diharapkan oleh suatu masyarakat atau bangsa (Yanuarti, 2016).

Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang
membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem
ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah
kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu (Abdulhak, 2008).

Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah. Dalam hidup ini kita
menghadapi banyak masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah masalah itu
dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang
sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana maka
biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas. Penyelesaian yang detail itu biasanya
dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupanmanusia. Pendidikan
sering dipahami sebagai suatu hal yang sifatnya normatif atau berorientasi pada nilai-nilai
tertentu. Dengan kata lain, pada pendidikan melekat hal-hal yang dipandang sebagai suatu
hal yang berharga atau bernilai (Nuzulah, 2017).
Paham pemikiran idealisme meyakini bahwa pada hakekatnya dunia ini hanya spritual
dan tidak meyakini pengaruh material atau fisik. Bahwa dibalik semua kejadian fisik atau
material itu merupakan aktualisasi dari spritual yang ada. Filsafat idealisme memandang
bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Hakikat manusia adalah
rohaninya, yakni apa yang disebut ‘mind’.

B. Rumusan masalah

1. Jelaskan sepetri apa itu filsafat idealisme ?


2. Jelaskan makna dari filsafat idealisme?
3. Seperti apa itu pandangan filosofi filsafat idealisme ?
4. Jelaskan implekasi filsafat idealisme dalam pendidikan ?

C. Tujuan

1. Dapat memahami seperti apa itu filsafat ideaisme


2. Untuk mengetahui seperti apa itu makna dari filsafat idelisme
3. Dapat mengatahui dan memahami seperti apa itu pandangan filosofi filsafan
idealisme
4. untuk mengetahu seperti apa itu implekasi flsafat idealisme dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian filsafat idealisme

Filsafat Idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya keunggulan


akal (mind), jiwa (spirit) atau ruh (soul) di atas materi atau benda material. Esensi
manusia adalah jiwanya, rohnya, yang disebut "pikiran". Pikiran adalah makhluk yang
mampu memahami dunianya, bahkan sebagai penguasa dan pemandu semua perilaku
manusia. Salah satu aliran filsafat yang berkaitan dengan bidang ilmu pendidikan yaitu
aliran filsafat idealisme. Aliran filsafat ini sebenarnya pertama kali diperkenalkan oleh
Plato. Aliran filsafat idealisme membahas bahwa hakikat dunia dapat dipahami dengan
jiwa (mind) dan spirit (ruh) (Rusdi, 2013). Alim (2019) mengartikan ruh sebagai jiwa;
mental dan akal sedangkan jasmani adalah jiwa untuk menjalankan tujuan; keinginan dan
dorongan jiwa manusia. Filsafat aliran idealisme berasumsi bahwa yang menggerakkan
tubuh manusia adalah ruh atau jiwa, apabila tidak adanya ruh maka jiwa manusia akan
tidak memiliki daya. Dalam kamus filsafat (Wahyuningsih, 2012) idealisme dapat
didefinisikan sebagai pengetahuan yang sebenarnya adalah ide atau pikiran dan bukanlah
benda di luar pikiran. Benda-benda di luar pikiran dianggap tidak nyata. Berdasarkan
pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa aliran filsafat idealisme lebih
mementingkan ide atau pikiran daripada hal-hal yang bersifat material untuk
melaksanakan suatu tujuan (Purwati, 2022). Menurut aliran filsafat idealisme tujuan
pendidikan tasawuf bertujuan untuk mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata untuk
ilmu pengetahuan itu sendiri sebagai ibadah kepada Allah, dan tujuan utamanya adalah
pembentukan karakter akhlaq karimah, serta mengantarkan pada santri mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat. Aliran idealisme melihat santri merupakan seorang
pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Bagi yang menganut paham idealisme
senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari
keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual
(Yanuarti, 2016).
Terdapat implikasi filsafat pendidikan idealisme yang dapat disebutkan
diantaranya sebagai berikut:
1. Tujuan: untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau
kemampuan dasar, serta kebaikan sosial;
2. Kurikulum: pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan rasional
dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan;
3. Metode: diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif
dapat pula dimanfaatkan;
4. Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan
kemampuan dasarnya;
5. Pendidik bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan
melalui kerja sama dengan semua unsur yang ada di alam.

Dari sisi ini wajarlah ketika filsafat idealisme mempunyai harapan yang tinggi
dari para pendidik. Olah karenanya, selain kecakapan-kecakapan di atas, pendidik harus
mempunyai keunggulan lain yakni keunggulan secara moral dan intelektual. Mungkin
tidak salah kalau penulis cantumkan sebuah motto hidup pendidik: “Unggul Dalam Ilmu,
Mulia Dalam Akhlak”. Agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik dan berhasil
mencapai tujuannya, maka peran pendidik sangatlah penting. Didalam sistem
pembelajaran yang menganut aliran idealisme, pendidik berfungsi sebagai berikut
(Rachman, 2010):

1. pendidik adalah personifikasi dari kenyataan si peserta didik;


2. pendidik berperan sebagai spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari
peserta didik;
3. pendidik berperan sebagai aktor yang harus menguasai teknik mengajar
secara baik;
4. pendidik berperan menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh peserta
didik;
5. pendidik berperan menjadi teman dari peserta didik dan bukan menjadi
teman selingkuh;
6. pendidik berperan menjadi pembangkit gairah peserta didik dalam belajar;
7. pendidik berperan menjadi “artis idola” peserta didik;
8. pendidik berperan menjadi figur dalam beribadah, sehingga menjadi insan
kamil yang bisa menjadi teladan para peserta didiknya;
9. pendidik berperan sebagai komunikator dengan peserta didik;
10. pendidik adalah siswa yang tak pernah berhenti belajar;
11. pendidik sebagai bagian yang merasa bahagia jika anak didiknya berhasil;
12. pendidik haruslah moderat dalam mengembangkan demokrasi berpikir
(Mubin, 2019).

Implikasi filsafat idealisme pada sebuah bidang pendidikan bisa dilihat


berdasarkan modus hubungan antara filsafat dengan pendidikan. Di mana ada beberapa
contoh aliran filsafat memiliki kaitannya dengan filsafat pada pendidikan. Realisme dan
pendidikan menjadi filsafat pendidikan realisme. Pragmatisme dengan pendidikan dapat
dikatakan filsafat pendidikan pragmatisme. Idealisme dengan pendidikan dapat dikatakan
filsafat pendidikan Idealisme. Berdasarkan dari keterkaitan hal tersebut maka filsafat
idealisme dapat memiliki kesesuaian dan cocok apabila juga dikaitkan dengan
permasalahan pendidikan (Hartono, 2022).

Pengembangan karakter ini membutuhkan peran guru, yang tidak cukup hanya
mengajarkan siswa cara berpikir, tetapi lebih, yaitu membangun karakter dengan
pendekatan tasawuf modern. Dengan demikian, guru membutuhkan keunggulan moral
dan intelektual. Aliran idealisme melihat peran guru dalam kerjasama dengan alam dalam
proses pembangunan manusia, terutama sebagai orang yang bertanggung jawab untuk
menciptakan lingkungan belajar bagi siswa. (Afianto, 2022). Jadi peran guru dalam
pendidikan tasawuf adalah upaya guru untuk membimbing, memperbaiki, melengkapi
dan mensucikan hati peserta didik agar dapat lebih mendekatkan diri kepada Sang
Pencipta. Peran ini didasarkan pada anggapan bahwa manusia adalah makhluk yang
mulia.
B. Makna idealisme

Herman Horne mengatakan idealisme merupakan pandangan yang menyimpulkan


bahwa alam merupakan ekspresi dari pikiran, juga mengatakan bahwa subtansi dari dunia
ini adalah dari alam pikiran serta berpandangan bahwa hal-hal yang bersifat materi dapat
dijelaskan melalui jiwa. Senada dengan itu, Ahmad Tafsir mengemukakan bahwa dalam
kajian filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik
hanya dapat dipahami dalam ketergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (ruh). lstilah
ini diambil dari "idea", yaitu sesuatu yang hadir dalamjiwa.

Lebih lanjut George R. Knight menguiaikan bahwa idealisme pada mulanya,


adalah suatu penekanan pada realitas ide gagasan,pemikiran, akal pikir daripada suatu
penekanan pada objek-objek dan daya-daya materi. Idealisme menekankan akal pikir
(mind) sebagai hal dasar atau lebih dulu ada bagi materi dan bahkan menganggap bahwa
akal pikir adalah sesuatu yang nyata, sedangkan materi adalah akibat yang ditimbulkan
oleh akal pikir. Menurutnya, ini sangat berlawanan dengan materialisme yang berpendapat
bahwa materi adalah nyata ada, sedangkan akal pikir (mind) adalah sebuah fenomena
pengiring.

Dari ketiga pengertian di atas dapat dipahami bahwa idealisme merupakan suatu
aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa hakekat segala sesuatu ada pada tataran
ide. Realitas yang berwujud sebenarnya lebih dulu ada dalam realitas ide dan pikiran dan
bukan pada hal-hal yang bersifat materi. Meskipun demikian, idealisme tidak mengingkari
adanya materi. Materi merupakan bagian luar dari apa yang disebut hakekat terdalam,
yaitu akal atau ruh, sehingga materi merupakan bungkus luar dari hakekat, pikiran, akal,
budi, ruh atau nilai. Dengan demikian, idealisme sering menggunakan term-term yang
meliputi hal-hal yang abstrak seperti ruh, akal, nilai dan kepribadian. Idealisme percaya
bahwa watak sesuatu objek adalah spritual, non material dan idealistik.

Pemikiran idealisme ini selalu identik dengan Plato. Platolah yang sering
dihubungkan dengan filsafat idealisme. Pandangan seperti ini muncul, mengingat bahwa
pada dasarnya Plato merupakan bapak filsafat idealisme atau pencetus filsafat idealisme.
Menurut Plato hakekat segala sesuatu tidak terletak pada yang bersifat materi atau
bendawi, tetapi sesuatu yang ada dibalik materi itu, yakni ide. Ide bersifat kekal,
immaterial dan tidak berubah. Walaupun materi hancur, ide tidak ikut musnah.Dalam
mencari kebenaran, Plato berpendapat bahwa kebenaran tidak dapat ditemukan dalam
dunia nyata, sebab dunia nyata ternyata tidak permanen dan selalu mengalami perubahan.
Artinya bahwa dunia materi bukanlah dunia yang sebenarnya, tetapi hal itu merupakan
analogi atau ilusi semata yang dihasilkan oleh panca indera.

Walaupun idealisme selalu dihubungkan dengan Plato, lahirnya idealisme sebagai


mazhab atau aliran filsafat bukanlah pada zaman Plato masih hidup. Istilah idealisme
untuk menunjukkan suatu aliran filsafat, baru dipakai pada abad ke-19 M.
Aliran filsafat idealisme dalam abad ke-19 M, merupakan kelanjutan dan
pemikiran filsafat rasionalisme yang berkembang pada abad ke- 17 M. Para pengikut
aliran idealisme ini pada umumnya, filsafatnya bersumber dari filsafat kritisismenya
Immanuel Kant. Fichte (1762-1814) yang dijuluki sebagai penganut idealisme subjektif5
adalahmerupakan murid Kant. Demikian juga dengan Schelling yang filsafatnya disebut
dengan idealisme objektif6 Kemudian kedua filsafat idealisme ini (subjektif dan objektif)
disintesiskan dalam filsafat idealisme mutlaknya Hegel (1770-1831).

C. Pandangan filosofi idealisme

Pandangan filosofis idealisme dapat dilihat pada cabang-cabang filsafat yaitu


ontologi, epistemologi dari aksiologi.

1. Realitas Akal Pikiran (Kajian Ontologi)

George Knight mengemukakan bahwa realitas bagi idealisme adalah dunia


penampakan yang ditangkap dengan panca indera dan dunia realitas yang ditangkap
melalui kecerdasan akal pikiran (mind). Dunia akal pikir terfokus pada ide gagasan yang
lebih dulu ada dan lebih penting daripada dunia empiris indrawi. Lebih lanjut ia
mengemukakan bahwa ide gagasan yang lebih dulu ada dibandingkan objek-objek
material, dapat diilustrasikan dengan kontruksi sebuah kursi. Para penganut idealisme
berpandangan bahwa seseorang haruslah telah mempunyai ide tentang kursi dalam akal
pikirannya sebelum ia dapat membuat kursi untuk diduduki. Metafisika idealisme
nampaknya dapat dirumuskan sebagai sebuah dunia akal pikir kejiwaan.

2. Kebenaran sebagai Ide dan Gagasan (Kajian Epistemologi)

Kunci untuk mengetahui epistemologi idealisme terletak pada metafisika mereka.


Ketika idealisme menekankan realitas dunia ide dan akal pikiran dan jiwa, maka dapat
diketahui bahwa teori mengetahui (epistemologi)nya pada dasarnya adalah suatu
penjelajahan secara mental mencerap ide-ide, gagasan dan konsep-konsep. Dalam
pandangannya, mengetahui realitas tidaklah melalui sebuah pengalaman melihat,
mendengar atau meraba, tetapi lebih sebagai tindakan menguasai ide sesuatu dan
memeliharanya dalam akal pikiran.

D. Implekasi filsafat idealisme dalam pendidikan

Untuk melihat implikasi filsafat idealisme dalam bidang pendidikan, dapat ditinjau
dari modus hubungan antara filsafat dan pendidikan. Imam Barnadib mengemukakan
bahwa pada hakikatnya, hubungan antara filsafat dan pendidikan merupakan hubungan
keharmonisan, bukan hanya hubungan insidental semata. Lebih lanjut Imam Barnadib
mengemukakan bahwa untuk memahami filsafat pendidikan, perlu dilihat pendekatan
mengenai apa dan bagaimana filsafat pendidikan. Menurutnya, pendekatan itu dapat
dilihat melaluibeberapa sudut pandang.

Salah satu sudut pandang tersebut adalah bahwa filsafat pendidikan dapat tersusun
karena adanya hubungan linier antara filsafat dan pendidikan. Sebagai contoh, sejumlah
aliran filsafat dapat dihubungkan sedemikian rupa menjadi filsafat pendidikan. Realisme
dan pendidikan menjadi filsafat pendidikan realisme. Pragmatisme dan pendidikan
menjadi filsafat pendidikan pragmatisme. Idealisme dan pendidikan menjadi filsafat
pendidikan idealisme.

Untuk melihat implikasi idealisme lebih lanjut, maka berikut ini akan ditelaah
aspek-aspek pendidikan dalam tinjauan filsafat idealisme,meliputi peserta lidik, pendidik,
kurikulum, metode pendidikan, tujuan pendidikan dan pandangannya terhadap sekolah.

1. Peserta Didik atau anak didik

Bagi idealisme, peserta didik dipandang sebagai suatu diri mikrokosmis


jagat kecil yang berada dalam proses "becoming" menjadi lebih mirip dengan Diri
Absolut. Dengan kata lain bahwa diri individual, dalam hal ini peserta didik,
adalah suatu eksistensi dari Diri Absolut. Oleh karenanya Ia mempunyai sifat-
sifat yang sama dalam bentuk yang belum teraktualkan atau dikembangkan.
Aspek yang paling penting dari peserta didik adalah inteleknya yang
merupakan akal pikir mikrokosmik. Pada dataran akal pikirlah, usaha serius
pendidikan harus diarahkan, karena pengetahuan yang benar dapat dicapai hanya
melalui akal pikir.

2. Pendidik atau guru.

Guru menempati posisi yang sangat krusial, sebab gurulah yang melayani
murid sebagai contoh hidup dari apa yang kelak bisa dicapainya. Sang guru berada
pada posisi yang lebih dekat dengan yang Absolut dibandingkan murid, karena ia
mernpunyai pengetahuan lebih tentang dunia. la punya pengetahuan lebih tentang
realitas sehingga mampu bertindak sebagai perantara antar diri anak didik dan diri
yang Absolut. Peran guru adalah rmenjangkau pengetahuan tentang realitas dan
menjadi teladan keluhuran etis. la adalah pola panutan bagi para murid untuk diikuti
baik dalam kehidupan intelektual maupun sosial.

3. Kurikulum

Materi pembe!ajaran (subject matter) idealisme dapat dilihat dari sudut


pandang epistemologinya. Jika kebenaran adalah ide gagasan, maka kurikulum
harus disusun di seputar materi-materi kajian yang mengantar anak didik bergelut
langsung dengan ide dan gagasan. Karena itu, kurikulum bagi penganut idealisme
menekankan pandangan humanitis. Bagi banyak penganut idealisme, kajian tepat
tentang "kemanusiaan" adalah manusia.

Bagi idealisme, kurkulum merupakan organ materi intelektual atau


disiplin keilmuan yang bersifat ideal dan konseptual. Sistem konseptual yang
bervariasi tersebut menjelaskan dan didasarkan pada manifestasi khusus dari yang
Absolut.

4. Metodologi Pengajaran
Dalam proses pembelajaran, kata-kata tertulis maupun terucap merupakan
metode yang digunakan oleh penganut idealisme. Melalui kata-katalah ide dan
gagasan dapat beralih dari suatu akal pikir menuju akal pikir lainnya. Tujuan dan
metode ini dapat dirumuskan sebagai penyerapan ide dan gagasan. Metodologi guru
di ruang kelas sering kali dilihat dalam bentuk lecturing (penyampaian kuliah)
dengan pengertian pengetahuan ditansfer dari guru ke murid. Guru juga
menyelenggarakan. diskusi kelas sehingga ia dan muridnya dapat menangkap
ide-ide dan gagasan dari berhagai bacaan dan perkuliahan.

5. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan menurut idealisme adalah mendorong anak didik untuk


mencari kebenaran. Mencari kebenaran dan hidup dalam kebenaran tersebut berarti
bahwa individu-individu pertama kali harus mengetahui kebenaran tersebut.
Pendidikan idealisme mempunyai tujuan yaitu merubah pribadi untuk menuju
Tuhan, bersikap benar dan baik.

Sementara itu Ali Maksum mengatakan bahwa tujuan pendidikan


Idealisme adalah membentuk anak didik agar menjadi manusia yang sempurna
yang berguna bagi masyarakatnya.la mengutip Brameld bahwa pendidikan adalah
self development of mind as spritual subtance. Pendidikan dalam pandangan ini
lebih menekankan pada pengkayaan pengetahuan (transfer of knowladge) pada
anak didik. Lembaga pendidikan harus membekali pengetahuan, teori-teori dan
konsep-konsep tanpa harus memperhitungkan tuntutan dunia praktis (kerja dan
industri). Idealisme yakni, kalau anak didik itu menguasai berbagai pengetahuaan
maka mereka tidak akan kesulitan menghadapi hidup.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Idealisme ialah aliran filsafat yang menganggap atau memandang ide itu primer
dan materi adalah sekundernya, dengan kata lain menganggap materi berasal dari idea
atau diciptakan dari ide. Pada bagian ini dikemukakan bahwa idelisme adalah suatu aliran
filsafat yang berpandangan bahwa dunia ide dan gagasan merupakan hakikat dari realitas.
Realitas sesungguhnya tidak terdapat pada objek materi, tetapi terdapat dalam alam
pikiran ide. Meskipun idealisme menganggap bahwa yang hakikat adalah ide. ia tetap
mengakui adanya materi. Namun menurutnya, yang utama adalah dunia ide. karena ide
terlebih dulu ada sebelum materi. Aliran filsafat ini, kemudian berimplikasi dalarn bidang
pendidikan. Bangunan filsafat tersebut membentuk sebuah pemahaman bahwa
pendidikan dikonstruk berdasarkan ide-ide yang bersifat abstrak yang lebih
mengedepankan akal pikiran dan moral.

Menurut tujuan pendidikan menurut pahan idealisme lebih mengarah kepada


pengembangan pemikiran dan diri pribadi siswa, yang berkesinambungan dengan tujuan
untuk pribadi, masyarakat, dan kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan. Kedudukan
peserta adalah individu yang bebas dalam mengembangkan kepribadian dan kemampuan
dasarnya sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing-masing sesuai jenjang
usianya. Materi yang digunakan guna mengembangkan pendidikan intelektual adalah
ilmu-ilmu kealaman, sosial, pendidikan teknologi, matematika, dan pendidikan bahasa.
Materi pendidikan moral dalam mengembangkan kebajikan yaitu sikap berusaha
mencapai kesempurnaan diri, sikap adil, sikap jujur, tidak memihak, sikap mengetahui
kesamaan antar sesama manusia. Metode pembelajaran menurut paham idealisme
diantaranya metode dialektika, dialog, diskusi serta metode yang lainnya yang dapat
digunakan guna mengembangkan pikiran siswa.

Implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut: (1) Tujuan Pendidikan.


Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter dan mengembangkan
bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial; (2) Kedudukan Siswa. Siswa bebas
untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/bakatnya; (3) Peranan
Guru. Guru bekerjasama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama
bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa; (4) Kurikulum.
Pendidikan liberal untuk mengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis
untuk memperoleh pekerjaan; (5) Metode. Diutamakan metode dialektika, tetapi metode
lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
B. Saran

Dari penjelasan diatas kami menyadari masih banyak kekurangan dan untuk itu
kami selaku penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam penulisan makalah ini. Kami mengharapkan
semoga penulisan makalah ini dapat bemanfaat bagi pembaca dan menjadi motivasi bagi
kita semua. Oleh karena itu kita semua harus menambah wawasan kita lagi agar memiliki
pengetahuan lebih.
DAFTRA PUSTAKA

Anwar, Fathul. (2022). Kebijakan Merdeka Belajar dan Implikasi Pada Pendidikan Agama Islam
Sebuah Analisis. Jurnal Ar Rahmah. Vol. 1 (1): 37-50.

Abdulhak, I. (2008). Filsafat ilmu pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Afianto, Muhammad. (2022). Pemikiran Idealisme dalam Filsafat Pendidikan. Gugusan Aksara
Edukasi, 73. Yanuarti, Eka. (2016). Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat Idealisme.
BELAJEA: Jurnal Pendidikan Islam, 1(2).

Alim, A. S. (2019). Hakikat Manusia, Alam Semesta, Danmasyarakat Dalam Konteks


Pendidikan Islam. Jurnal Penelitian Keislaman, 15(2), 144–160

https://jurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/jpl/article/download/2025/989/

Anda mungkin juga menyukai