Nim : 220101120315
Soal
1. Berikan penjelasan tentang hubungan dan keterkaitan antara filsafat, manusia dan
pendidikan? Bagaimana pelaksanaan dan pengembangannya dalam dunia kependidikan?
Jawab
1.Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala
sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau
sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.
Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam
memikirkan segala sesuatu secara mandalas dan ingin melihat dari segi yang luas dan
menyeluruh dengan segala hubungan.
Manusia berasal dari kata “manu” (sansekerta), “mens” (latin), yang berarti berpikir, berakal
budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep
atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok atau seorang individu.
Manusia merupakan makhluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang
tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, mati
dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah
hubungan timbal balik positif maupun negatif.
Menurut UU No.20 tahun 2003 pengertian pendidikan adalah sebuah usaha yang dilakukan
secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Hubungan antar filsafat dan manusia. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang telah
mencapai derajat sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah lainnya, termasuk
diantaranya malaikat, jin,binatang dan lain-lain. Diantara kesempurnaan itu terlihat dari ciri-
ciri manusia yang memiliki jasmani (fisik), ruh yang berfungsi untuk menggerakkan jasmani
dan jiwa yang didalamnya ada rasa dan perasaan. Filsafat adalah induk semua ilmu yang
dalam semesta ini, manusia berfilsafat guna mencari kebenaran dari sebuah ilmu. Berbicara
tentang pendidikan,berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan manusia. Sebaliknya,
berbicara tentang kehidupan manusia berarti harus mempersoalkan masalah kependidikan.
Jadi, antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas. Karena manusia,
pendidikan mutlak ada dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai
manusia yang manusiawi.
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu logika formal
yang dibangun atas prinsip koherensi, dan logika diakletis dibangun atas prinsip menerima
dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interaktif antara filsafat dan pendidikan
berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan yang disebut
dengan filsafat pendidikan.
Hubungan antara filsafat, manusia dan Pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar, terencana,
sistematis dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi-potensi bawaan manusia, dan
merupakan bagian dari suatu proses yang diharapkan untuk mencapai suatu tujuan. Melihat
pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa hubungan pendidikan dan manusia itu sangat
erat. Adanya pendidikan untuk mengembangkan potensi manusia, menuju manusia yang
lebih baik. Manusia merupakan subjek pendidikan, tetapi juga sekaligus menjadi objek
pendidikan itu sendiri. Pedagogic tanpa ilmu jiwa, sama dengan praktek tanpa teori.
Pendidikan tanpa mengerti manusia, berarti membina sesuatu tanpa mengerti untuk apa,
bagaimana dan mengapa manusia dididik. Tanpa mengerti sifat manusia, baik sifat
individual-individualitasnya yang unik, maupun potensi-potensi yang justru akan dibina.
Pendidikan akan salah arah bahkan tanpa pengertian yang baik, pendidikan akan merusak
moral, kodrat manusia, apabila digunakan secara negative. Jadi, hubungan antara filsafat,
manusia dan Pendidikan secara singkat adalah filsafat digunakan untuk mencari hakekat
manusia, sehingga diketahui apa saja yang ada dalam diri manusia. Hasil kajian dalam filsafat
tersebut oleh pendidikan dikembangkan dan dijadikannya (potensi) nyata berdasarkan esensi
keberadaan manusia.
Begitupun keterkaitan antara filsafat, manusia dan pendidikan yang pertama keterkaitan
filsafat antara manusia adalah membantu memahami bahwa sesuatu tidak selalu tampak
seperti apa adanya, membantu mengenali diri sendiri dan dunia serta mengajarkan melalui
pertanyaan pertanyaan pertanyaan yang mendasar dengan demikian filsafat membuat lebih
berpikir kritis, dan juga manusia sangat perlu filsafat guna mencari kebenaran dari sebuah
ilmu. Keterikatan filsafat antara pendidikan ialah mengajarkan dalam berpikir secara
sistematis dan teratur, dan juga pendidikan memerlukan adanya filsafat dikarenakan masalah
masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi
pengalaman, tetapi masalah masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks yang
tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan dan tidak memungkinkan dapat
dijangkau oleh sains Pendidikan. Jadi keterikatan antara filsafat manusia, dan pendidikan
sangat erat hubungannya. Manusia dilahirkan sebagai bayi yang tidak bisa melakukan tanpa
bantuan orang lain. Dalam proses kehidupan, manusia akan dihadapkan dengan berbagai
masalah kehidupan. Untuk dapat memilih dan melaksanakan cara hidup yang baik. Manusia
yang memerlukan pendidikan. Dengan pendidikan manusia akan menjadi lebih dewasa dan
bertanggung jawab peran filsafat dalam kehidupan manusia disini yaitu sebagai pola pikir
manusia yang bijaksana,sistematis, dan teratur dalam menjalani suatu kehidupan.
Peranan filsafat pendidikan dalam pengembangan teori belajar dapat diketahui melalui:
peranan antara filsafat dan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut sebagaimana
tersimpul dalam pandangan Kilpatnck bahwa peranan dan fungsi filsafat pendidikan adalah
menyelidiki perbandingan pengaruh filsafat-filsafat yang bersaing di dalam proses kehidupan,
serta kemungkinan proses-proses pendidikan dan pembinaan watak keduanya, mengusahakan
untuk menemukan pengelolaan pendidikan yang dikendaki untuk membina watak yang
paling konstruktif bagi golongan muda dan tua. Sementara pandangan-pandangan aliran-
aliran filsafat pendidikan menyebutkan sebagai berikut; Pragmatisme menyebutkan bahwa
peranannya adalah minimalisasi peran guru dari seorang guru dan memberikan banyak
keleluasaan kepada siswa untuk membuat penemuan, progressivisme tenatang asas belajar
menyebutkan bahwa anak didik memiliki akal dan kecerdasan sebagai potensi yang
merupakan kelebihan dibandingkan mahluk yang lain. Dengan demikian, anak didik pada
dasarnya merupakan insan yang kreatif dan dinamis dalam menghadapi tantangan
lingkungannya, eksistensialisme menyebutkan bahwa para siswa merupakan objek yang
harus diukur, dilacak rekornya, dan dibakukan kinerjanya, perenialisme menyebutkan bahwa
sekolah harus banyak mengajarkan berbagai konsep dan menjelaskannya agar bermakna bagi
siswa. Karena fakta-fakta selalu berubah setiap waktu, esensialisme menyebutkan bahwa
setelah siswa lulus dan meninggalkan sekolah mereka tidak sekedar menguasai pengetahuan
dan keketerampilan dasar, tetapi juga harus mampu mendisiplinkan diri, memiliki pemikiran
praktis, serta mampu mengaplikasikan hikmah pembelajaran yang dimiliki di dalam dunia
nyata, rekonstruksisme menyebutkan masyarakat secara terus menerus memerlukan
perubahan sosial yang melalui dunia pendidikan yang dimanfaatkan untuk melakukan
rekonstruksi masyarakat dalam dunia pendidikan.
c. Fungsi Kritik yaitu terutama untuk memberi dasar bagi pengertian kritis rasional dalam
pertimbangan dan menafsirkan data- data ilmiah. Misalnya, data pengukuran analisa evaluasi
baik kepribadian maupun achievement (prestasi). Fungsi kritik berarti pula analisis dan
aparatif atas sesuatu, untuk mendapatkan kesimpulan.
d. Fungsi Teori bagi Praktek, yaitu semua ide, konsepsi, analisa, dan kesimpulan-kesimpulan
filsafat pendidikan adalah berfungsi teori. Dan teori ini adalah dasar bagi pelaksanaan/praktek
pendidikan. Filsafat memberikan prinsip-prinsip umum bagi suatu praktek.
e. Fungsi Integratif, yaitu mengingat fungsi filsafat pendidikan sebagai asas kerohanian atau
rohnya pendidikan, maka fungsi interaktif filsafat pendidikan adalah wajar. Artinya bagi
pemandu fungsional semua nilai dan asas normatif dalam ilmu pendidikan sebagai ilmu
normatif.
Implementasi filsafat ilmu dalam pendidikan adalah penerapan filsafat ilmu dalam upaya
mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta,
rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan
hidupnya. Jadi proses implementasi ini diawali dengan pancasila yang merupakan awal dari
filsafat pendidikan Indonesia. Dari sinilah budaya bangsa Indonesia bermula. Pancasila
seharusnya menjadi jantung bangsa Indonesia, meginspirasi masyarakat untuk berkarya di
segala bidang, dan meresapi setiap aspek kehidupan sehari-hari. Secara konsep memang
benar, teteapi mempratekkannya cukup menantang. Hal ini dikarenakan kebutuhan untuk
menanamkan, mengembangkan, dan membiasakan diri dengan tingkah laku manusia sejak
dini serta demikianlah yang berkaitan dengan pendidikan.