Anda di halaman 1dari 5

Tugas Summary

Pengantar Pendidikan
Filsafat Pendidikan

Nama : Putra Ardi Hening W.P (190721637638)


Ranida Seviana (190721637681)

Kata “ filsafat “ berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos”
dan “shopia”. Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan sophia artinya
kearifan atau kebijakan. Secara harfiah filsafat adalah cinta yang sangat
mendalam terhadap kearifan atau kebijakan. Menurut Kneller (1971), filsafat
pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam lapangan pendidikan. Filsafat
pendidikan berusaha untuk mendalami konsep-konsep pendidikan dan
memahami sebab-sebab yang hakiki dari masalah pendidikan. Tegasnya,
filsafat mencari nilai atau norma yang paling baik, pendidikan bertugas
menanamkan nilai terbaik tersebut pada kepribadian manusia.

Filsafat pendidikan ini sangat besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan


pendidikan. Hal itu dikarenakan masalah-masalah pendidikan tidak hanya
menyangkut pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman.
Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, lebih
dalam, serta lebih kompleks yang tidak terbatasi oleh pengalaman maupun
faktor-faktor pendidikan yang faktual. Filsafat pendidikan tidak terbatas pada
fakta-fakta faktual, yang hanya dibatas oleh pengalaman inderawi, tetapi
filsafat pendidikan harus sampai pada penyelesaian secara tuntas tentang baik
dan buruk serta tentang bentuk kehidupan individual maupun kehidupan
sosial yang baik dan sempurna.

Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para


perencana pendidikan dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan.
Pemahaman akan filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan
meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-
masalah pendidikan. Intinya semua orang yang berkecimpung dalam bidang
pendidikan harus memahami filsafat pendidikan agar tidak salah langkah
dalam melakukan suatu hal. Contohnya jika hanya memecahkan masalah
kekurangan ruang kelas saja maka pengalaman guru atau kepala sekolah dapat
memecahkannya dengan mudah yaitu dengan penambahan ruang atau
menggabungkan kelompok belajar. Jika menghadapi pertanyaan metode
mengajar mana yang paling cocok untuk mengembangkan afektif siswa
melalui materi pembelajaran IPA bisa dijawab dengan dasar dalil ilmiah
misalnya dari psikologi.

Dalam filsafat pendidikan,ada beberapa aliran yang dikemukakan oleh


para ahli. Aliran tersebut ada karena para ahli merumuskan atau mengamati
kejadian-kejadian pada masa tersebut. Ada beberapa aliran filsafat pendidikan
yang akan dibahas antara lain

1. Aliran Progresivisme
Aliran filsafat yang berpandangan kebenaran segala sesuatu ada pada
kegunaan praktisnya. Aliran ini berpandangan bahwa pendidikan harus
membawa kemajuan, tidak konservatif, tidak otoriter. Selain itu aliran ini
berpandangan bahwa pendidikan harus memperhatikan kemampuan-
kemampuan dasar manusia yang merupakan motor penggerak bagi
kemajuan dirinya.
2. Aliran Esensialisme
Aliran yang berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan
lama yang memberikan kestabilan. Aliran ini berpandangan bahwa
kurikulum tidak perlu banyak menyajikan pengetahuan atau pengalaman.
Cukup diberikan yang merupakan esensi yang merupakan inti dari
berbagai pengetahuan/pengalaman, dan selanjutnya peserta didik harus
mengembangkan sendiri
3. Aliran Perenialisme
Aliran filsafat yang berpandangan bahwa perlu menggunakan kembali
nilai-nilai yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh pada masa
sebelumnya. Aliran ini berpandangan bahwa belajar adalah persoalan
latihan dan disiplin mental. Yang terpenting adalah pengembangan
kemampuan dasar, sedangkan materi ajar hanyalah alat untuk
mengembangkan kemampuan dasar tersebut.
4. Aliran Idealisme
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbangan
yang besar terhadap perkembanga teori pendidikan khususnya filsafat
pendidikan. Seorang guru yang menganut paham idealisme harus
membimbing atau didiskusikan bukan sebagai prinsip-prinsip eksternal
kepada siswa, melainkan sebagai kemungkinan-kemungkinan (batin) yang
perlu dikembangkan.
5. Aliran Realisme
1. Realisme Rasional
a. Realisme klasik
Realisme klasik berpandangan bahwa manusia pada hakikatnya
memiliki ciri rasional. Dunia dikenal melalui akal, dimulai dengan
prinsip self evident, dimana masnuia dapat menjangkau kebenaran
umum. Self evident merupakan asas untuk mengerti kebenaran dan
sekaligus untuk membuktikan kebenaran.
b. Realisme Religius
Menurut realisme religus keteraturan dan keharmonisan alam semesta
sebagai ciptaan tuhan, maka manusia harus mempelajari alam sebagai
ciptaan tuhan. Tujuan utama pendidikan mempersiapkan individu
untuk dunia dan akhirat. Tujuan pendidikan adalah mendorong siswa
memiliki keseimbangan intelektual yang baik bukan semata-mata
penyesuaian terhadap lingkungan fisik dan sosial saja.
2. Realisme Natural-Ilmiah
Realisme Natural-Ilmiah berpendapat bahwa manusia adalah
organisme biologis dengan sistem saraf yang kompleks dan secara
inhern berpembawaan sosial. Apa yang dinamakan berfikir merupakan
fungsi yang sangat kompleks dari organisme yang berhubuungan
dengan lingkungannya.
3. Neo-Realisme dan Realisme Kritis
Neo-Realisme menurut pandangan Frederick Breed, Pendidkan
sebagai pertumbuhan harus diartikan sebagai menerima arah tuntunan
sosail dan individual. Istilah demokrasi harus didefinisikan kembali
sebagai pengawasan dan kesejahteraan sosial. Realisme kritis menurut
Kant, pengalaman merupakan suatu interpretasi tentang benda-benda
yang kita terima melalui alat indra kita. Didalam interpretasi tersebut
kita mempergunakan suatu struktur tertentu untuk mengorganisasi
benda-benda.
6. Aliran Materialisme
Aliran materialisme terbagi menjadi dua cabang yaitu Aliran Positivisme
dan Behaviorisme. Menurut aliran positivisme, sains pendidikan adalah
yang utama. Sedangkan menurut aliran Behaviorisme, perilaku manuisa
adalah hasil pembentukan melalui kondisi lingkungan. Yang dimaksud
dengan perilaku adlah hal-hal yang berubah, dapat diamati, dan dapat
diukur. Hal ini mengandung implikasi bahwa proses pendidikan
menekankan pentingnya keterampilan dan pengetahuan akademis yang
empiris sebagai hasil kajian sanis, serta perilaku sosial sebagai hasil
belajar.
7. Aliran Pragmatisme
Menurut pragmastisme pendidikan bukan merupakan suatu proses
pembentukan dari luar, dan juga bukan merupakan suatu pemerkahan
kekuatan-kekuatan laten dengan sendirinya. Pendidikan menurut
pragmatisme, merupakan suatu proses reorgnisasi dan rekonstruksi dari
pengalaman-pengalaman individu.
8. Aliran Eksistensialisme
Secara umum eksistensisalisme menekankan pilihan kreatif, subjektifitas
pengalaman manusia, dan tindakan konkrit dari keberadaan manusia atas
setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Menurut
pandangan eksistensialisme, tidak ada satu mata pelajaran tertentu yang
lebih penting daripada yang lainnya. Mata pelajaran merupakan materi
dimana individu akan dapat menemukan dirinya dan akan kesadaran
duniannya.
9. Aliran Rekonstruksionalisme
Aliran ini berpendapat bahwa sekolah harus mendominasi atau
mengarahkan peruabahan atau rekonstruksi pada tatanan sosial saat ini.
Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun
oleh budaya yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai-nilai
yang berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.
Filsafat pendidikan di Indonesia adalah filsafat pendidikan yang
berdasarkan pancasila. Hal tersebut dikarenakan Pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum, maka seluruh hukum di Indonesia
harus berdasarkan Pancasila tak terkecuali hukum yang berkaitan dengan
pendidikan di Indonesia. Salah satu bidang pembangunan yang
menggunakan paradigma Pancasila adalah nation and character building ,
pembangunan bangsa dan pembentukan karakter bangsa.

Daftar Rujukan
Muis, Tamsil, Soegiono. 2012. Filsafat Pendidikan:Teori dan Praktik. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya
Sadulloh, Uyoh. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta CV

Anda mungkin juga menyukai