Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LANDASAN PENDIDIKAN
Pendidikan diselenggarakan berdasarkan filsafat hidup serta berlandaskan sosiokultural
setiap masyarakat, termasuk di Indonesia. Apakah pendidikan itu ? Mengapa Pendidikan itu
diperlukan ? Apa yang menjadi tujuannya dan sebagainya.
 Landasan pendidikan filosofis pendidikan merupakan suatu gagasan tentang pendidikan
yang dijelaskan berdasarkan filsafat umum yang terdiri dari Metafisika, Epestimologi, dan
Asiologi. Sebagimana didalam filsafat umum, didalam landasan filosofis pendidikan juga
terdapat berbagai aliran yang dikenal dengan adanya landasan filosofis Idealisme, Realisme,
dan Pragmatisme. Selain ketiga landasan filosofis tersebut sebenarnya masih banyak jenis
landasan filosofis lainnya. Namun di Indonesia memiliki filosofi pendidikan tersendiri yaitu
filosofi pendidikan berdasarkan pancasila.
Dengan memahami landasan filosofis pendidikan diharapkan tidak terjadi kesalahan
konsep tentang pendidikan yang akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam praktek
pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian landasan filosofis?
2. Bagaimana landasan filosofis pendidikan?
3. Bagaimana landasan filosofis pendidikan Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme?
4. Apa tujuan dari landasan pendidikan filosofis ?

5. Apa manfaat dari landasan pendidikan filosofis ?


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN LANDASAN FILOSOFIS


Landasan dapat diartikan sebagai alas, dasar, atau tumpuan. Istilah landasan dapat
diartikan juga sebagai fundasi. Dengan mengacu arti dari istilah tersebut, dapat dipahami bahwa
landasan adalah suatu pijakan, titik tumpu atau titik tolak, suatu fundasi tempat berdirinya suatu
hal.
       Kata filosofis terbentuk dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu philo yang
artinya “cinta” dan  sophia yang artinya “kebijaksanaan”. Dengan demikian filosofis diartikan
sebagai cinta kebijaksanaan.  Secara maknawi filsafat dimaknai sebagai suatu pengetahuan yang
mencoba untuk memahami hakikat segala sesuatu untuk mencapai kebenaran atau
kebijaksanaan.
       Dengan demikian, dapat dipahami bahwa landasan filosofis merupakan landasan
berdasarkan filsafat yang menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh, dan konseptual yang
menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan dunia.

B. LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN


Filsafat pendidikan merupakan hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai
akar-akarnya mengenai pendidikan. Landasan filosofis pendidikan adalah seperangkat filosofi
yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Landasan filosofis pendidikan merupakan suatu
sistem gagasan tentang pendidikan dan dedikasi atau dijabarkan dari suatu sistem filsafat umum
yang dianjurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu.    
Landasan filosofis pendidikan tidak berisi konsep-konsep tentang pendidikan yang apa
adanya, melainkan berisi konsep-konsep pendidikan yang seharusnya atau yang dicita-citakan.
Dalam landasan filosofis pendidikan juga terdapat aliran pemikiran. Hal ini muncul sebagai
implikasi dari aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat. Sehingga dalam landasan filosofis
pendidikan dikenal dengan adanya landasan filosofis pendidikan Idealisme, Realisme, dan
Pragmatisme.
1. Landasan Idealisme
Plato adalah tokoh pertama yang mencetuskan ide idealisme. Idealisme memandang 
realitas sebagai hal yang ada dalam kehidupan alam bukanlah suatu kebenaran yang hakiki,
melainkan hanya sebatas gambaran dari ide-ide yang ada dalam jiwa. Idealisme merupakan
aliran filsafat yang berpendapat bahwa objek pengetahuan yang sebenarnya adalah ide.
Idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal atau jiwa.
a. Konsep Umum Filsafat Idealisme
- Metafisika-Idealisme: para filosof idealisme mengklaim bahwa realitas pada  
hakikatnya bersifat spiritual.
- Manusia: adalah mahluk spiritual, mahluk berfikir, memiliki tujuan hidup dan hidup di
dunia dengan suatu aturan dan moral yang jelas.
- Epestimolog-Idealismei: pengetahuan diperoleh dengan cara mengingat kembali atau
berfikir melalui intuisi.
- Aksiologi-Idealisme: manusia diperintah oleh nilai moral yang imperative yang
bersumber dari realitas yang absolute.
b. Implikasi Terhadap Pendidikan
- Tujuan pendidikan: untuk membantu pengembangan karakter, pengembangan bakat
manusia, dan kebijakan sosial.
- Kurikulum pendidikan: untuk mencapai tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan
idealisme berisikan pendidikan liberal dan pendidikan praktis (vokasional). Pendidikan
liberal dimaksudkan untuk pengembangan rasional dan moral. Adapun pendidikan
praktis untuk pengembangan kemampuan suatu kehidupan atau pekerjaan.
- Metode pendidikan: metode yang diutamakan adalah metode dialektik, namun tiap
metode yang mendorong belajar dapat diterima, dan cenderung mengabaikan dasa-
dasar fisiologis untuk belajar
- Peranan peserta pendidik dan peserta didik: penididik bertanggung jawab menciptakan
lingkungan bagi peserta didik. Sedangkan peserta didik bebas mengembangkan
keperibadian dan bakat-bakatnya.

2. Landasan Realisme
Aliran filsafat realisme merupakan pemikiran murid Plato yang bernama Aristoteles.
Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi diluar kesadaran ada
sebagai suatu yang nyata dan penting untuk dikenal dengan mempergunakan kemampuan
intelektual yang dimiliki manusia. Menurut realisme hakikat kebenaran itu berada pada
kenyataan alam ini, bukan pada ide atau jiwa.
a. Konsep Umum Filsafat Realisme
- Metafisika-Realisme: kenyataan yang sebenarnya hanyalah kenyataan fisik
(materialisme).
- Manusia: hakekat manusia terletak pada apa yang dikerjakan. Jiwa merupakan
organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berfikir.
- Epistemologi-Realisme: pengetahuan diperoleh manusia melalui pengalaman diri dan
menggunakan akal. Pengetahuan dapat diperoleh melaui penginderaan. Kebenaran
pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa keseuaiannya dengan fakta.
- Aksiologi-Realisme: tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang
diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-
kebiasaan atau adat-istiadat  yang telah teruji dalam kehidupan.
b. Implikasi Terhadap Pendidikan
- Tujuan pendidikan:  pendidikan bertujuan untuk penyesuaian diri dalam hidup dan
mampu melaksanakan tanggung jawab sosial. Dengan jalan memberikan pengetahuan
esensial kepada para siswa, maka mereka akan dapat bertahan hidup didalam
lingkungan alam dan sosialnya.
- Kurikulum pendidikan: harus bersifat komprehensif yang berisi sains, matematika,
ilmu-ilmu kemanusiaan, dan ilmu sosial, serta nilai-nilai.
- Metode pendidikan: metode penyajian hendaknya bersifat logis dan psikologis.
- Peranan pendidik dan peserta didik: pendidik adalah pengelola kegiatan belajar-
mengajar (classroom is teacher-centered). Sedangkan peserta didik berparan untuk
menguasai pengetahuan, taat pada aturan dan berdisiplin.

3. Landasan Pragmatisme
  Aliran pragmatisme berpandangan bahwa kreteria kebenaran sesuatu ialah apakah
sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Aliran ini bersedia menerima segala
sesuatu, pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis bisa diterima sebagai kebenaran
dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang prakits yang bermanfaat. Dengan demikian
patokan pragmatisme adalah manfaat bagi hidup praktis.
a. Konsep Umum Filsafat Pragmatisme
- Metafisika-Pragmatisme: hakikat realitas suatu teori umum tentang kenyataan tidaklah
mungkin dan tidak diperlukan. Menurut aliran ini hakikat realitas adalah segala sesuatu
yang dialami manusia, bersifat prural, dan terus menerus berubah.
- Manusia : manusia adalah hasil evolusi biologis, psikologis, dan sosial. Sejalan dengan
perubahan yang terus menerus terjadi tentunya akan muncul berbgai permasalahan
dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Sebab itu, manusia yang ideal adalah manusia
yang mampu memecahkan masalah baru baik dalam kehidupan pribadi maupun
masyarakat.
- Epestimologi-Pragmatisme: pengetahuan yang benar diperoleh melalui pengalaman dan
berfikir. Pengetahuan adalah relatif, pengetahuan dikatakan bermakna apabila dapat
diaplikasikan.
- Aksiologi-Pragmatisme: nilai tidak bersifat esklusif, tidak berdiri sendiri, melainkan ada
dalam suatu proses yaitu tindakan atau perbuatan manusia. Ukuran tingkah laku
individual dan sosial di tentukan secara eksperimental dalam hidup.
b. Implikasi Terhadap Pendidikan
- Tujuan pendidikan: memperoleh pengelaman yang berguna untuk memecahkan
masalah-masalah dalam kehidupan individual maupun sosial. Pendidikan harus
mengajarkan seseorang bagaimana berfikir dan menyasuaikan diri terhadap perubahan
yang terjadi didalam masyarakat. Menurut pragmatisme, pendidkan hendaknya 
menyadiakan pengalaman untuk memecahkan atau menemukan hal-hal baru dalam
kehidupan pribadi dan sosialnya.
- Kurikulum pendidikan: kurikulum mungkin berubah, warisan-warisan sosial dari masa
lalu tidak menjadi fokus perhatian. Pendidikan terfokus pada kehidupan yang baik pada
saat ini dan masa yang akan datang bagi individu, dan secara bersamaan masyarakat
dikembangkan.
- Metode pendidikan: mengutamakan metode pemecahan masalah, penyelidikan, dan
penemuan. Dalam prakteknya, metode ini membutuhkan seorang pendidik yang
memiliki sifat: permissive (pemberi kesempatan), friendly (bersahabat), a guide
(seorang pembimbing), open minded (berpandangan terbuka), enthusiastic (bersifat
antusias), creative (kreatif), sosialy aware (sadar bermasyarakat), aler (siap siaga),
patien (sabar), cooperative and sincere (bekerjasama dan ikhlas atau bersungguh-
sungguh).
- Peranan pendidik dan peserta didik: pendidik yaitu memimpin dan membimbing peserta
didik belajar tanpa ikut campur terlalu atas minat dan kebutuhan siswa. Peserta didik
sebagai organisme yang rumit yang mampu tumbuh. Dalam pragmatisme, belajar selalu
dipertimbangkan untuk menjadi seorang individu, dalam pembelajaran peranan
pendidik bukan menuangkan pengetahuannya pada peserta didik sebab ini merupakan
usaha yang tak berubah. Untuk membantu peserta didik, pendidik harus berperan:
~ Menyediakan berbagai pengalaman yang akan memunculkan motivasi.
~ Membimbing peserta didik untuk merumuskan batasan masalah secara spesifik.
~ Membimbing merencanakan tujuan-tujuan individual dan kelompok.
~ Membantu para peserta didik dalam mengumpulkan informasi berkenaan dengan
masalah.
~ Bersama-sama mengevaluasi apa yang telah dipelajari.

C. TUJUAN FILOSOFIS PENDIDIKAN


1. Dengan berfikir filsafat seseorang bisa menjadi manusia, lebih mendidik dan membangun
diri sendiri.
2. Seseorang dapat menjadi orang yang dapat berfikir sendiri.
3. Memberikan dasar-dasar pengetahuan, memberikan pandangna yang sintesis pula sehingga
seluruh pengetahuan merupakan satu kesatuan.
4. Hidup seseorang tersebut dipimpin oleh pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang
tersebut. Sebab itu mengetahuai pengetahuan-pengetahuan terdasar berarti mengetahui
dasar-dasar hidup diri sendiri.
5. Bagi seorang pendidik filsafat mempunyai kepentingan istimewa karena filsafatlah yang
memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang mengenai manusia
seperti misalnya ilmu mendidik.
D.  MANFAAT PENDIDIKAN FILOSOFIS
Filsafat, mungkin bagi banyak orang nama ilmu filsafat terlalu berat untuk dipelajari,
karena hubungannya sangat erat dengan ilmu mengenai rasionalisme. Filsafat sendiri pada
awalnya diyakini berasal dari jaman Yunani kuno, dimana para filsafat yunani pada kala itu
seperti Plato dan Aristoteles mengungkapkan pandangan mereka mengenai hakikat atau inti
dari segala sesuatu yang ada di dunia ini.
Pendidikan filosofis, meskipun tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk
mempelajarinya, namun ternyata  memiliki manfaat yang banyak. Apa saja manfaat filsafat
pendidikan? Berikut ini adalah beberapa manfaat dari filsafat pendidikan :
1. Menjadi salah satu landasan dalam perkembangan ilmu pendidikan.
2. Menjadi landasan dari kebijakan mengenai program pendidikan.
3. Menjadi landasan untuk berkarya dan juga mengabdi di bidang pendidikan.
4. Menentukan kurikulum dan juga materi yang harus diajarkan dalam bidang pendidikan.
5. Memberikan pemahaman menyeluruh mengenai dunia pendidikan.
6. Membuat para pelaku di bidang pendidikan mampu memberikan materi pendidikan lebih
baik lagi.
7. Menciptakan generasi pendidik dan tenaga pengajar yang berkualitas.
8. Membuat para peserta didik dapat memahami apa saja yang sebenarnnya harus diketahui
dan juga dipelajari selama menempuh jalur pendidikan tertentu.
9. Meningkatkan kualitas pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat mencoba
merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha
mewujudkan citra itu. Rumusan tentang harkat dan martabat manusia beserta masyarakatnya ikut
menentukan tujuan dan cara-cara penyelenggaraan pendidikan dan dari sisi lain pendidikan
merupakan proses memanusiakan manusia.
Landasan pendidikan filosofis merupakan jawaban secara kritis dan mendasar berbagai
pertanyaan pokok sekitar pendidikan, seperti apa, mengapa, kemana, bagaimana, dan sebagainya
dari pendidikan itu. Kejelasan berbagai hal itu sangat perlu untuk menjadi landasan berbagai
keputusan dan tindakan yang dilakukan dalam pendidikan. Hal itu sangat pentig karena hasil
pendidikan itu akan segera tampak, sehingga setiap keputusan dan tindakan itu harus diyakini
kebenaran dan ketepatannya meskipun hasilnya belum dapat dipastikan.

B. SARAN DAN KRITIK


Untuk kesempurnaan dan perbaikan dari makalah ini maka disarankan kepada kita semua
untuk memberikan tanggapan dan kritik terhadap pembahasan dalam makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai