PERTEMUAN VI
1. IDENTITAS
Nama : Yolanda H.I Pakereng
NIM : 200341864468
Mata Kuliah : Etika Keilmuwan
Dosen : Dr. Murni Sapta Sari, M.Si.
Kelas : Pendidikan Biologi Off. C 2020
Pertemuan : VI (13 November 2020)
Topik : Aliran Filsafat (Realisme, Idealisme, Positivisme,
Pragmatisme, Progresivisme, dan Perenialisme)
1
Tujuan pendidikan menurut kaum realisme adalah untuk memberikan siswa pengetahuan
esensial yang dibutuhkan untuk bertahan hidup di alam.
2. Kurikulum
Kaum realis percaya bahwa cara yang paling efisien dan efektif untuk mencari tahu
tentang realitas adalah mempelajarinya melalui mata pelajaran yang terorganisir, terpisah,
dan tersusun secara sistematis. Ini disebut pendekatan materi pelajaran pada kurikulum
yang terdiri dari dua komponen dasar, tubuh pengetahuan dan pedagogi yang tepat yang
sesuai dengan kesiapan peserta didik.
3. Metodologi
Guru diharapkan menjadi terampil baik dalam materi pelajaran yang diajarkan dan
metode mengajarnya untuk peserta didik. Peserta didik akan diminta untuk mengingat,
menjelaskan, membandingkan, menafsirkan dan membuat kesimpulan. Evaluasi sangat
penting, memanfaatkan ukuran objektif. Motivasi bisa dalam bentuk imbalan untuk
memperkuat apa yang telah dipelajari.
4. Hubungan guru - peserta didik.
Guru adalah orang yang memiliki tubuh pengetahuan dan yang harus mampu
mentransmisikannya kepada peserta didik. Ini semacam hubungan yang ditekankan
dalam realisme. Pengajaran tidak harus mengindoktrinasi dan proses belajar mengajar
harus berlangsung interaktif. Guru mengoptimalkan minat siswa dengan mengkaitkan
materi pelajaran dengan pengalaman mereka. Guru menjalankan disiplin dengan
memberikan imbalan (reward), dan mengontrol peserta didik dengan perbagai aktivitas
Ram Nat Syarma dalam Murtaufik (2014). Contoh materi pelajaran Biologi adalah
menerapkan aliran realisme adalah keanekaragaman hayati karena materi tersebut
mempelajari obyek yang realis atau nyata,ilmu botani, cabang ilmu zoology dan lain-
lain.
b. Aliran Filsafat Idealisme dan Implikasinya dalam Pendidikan.
Idealisme adalah filsafat yang menyatakan hakikat spiritual manusia dan alam semesta.
Sudut pandang dasarnya menekankan pada roh manusia, jiwa atau pikiran sebagai unsur
paling penting dalam hidup. Idealisme memandang bahwa baik, benar, dan indah secara
permanen adalah bagian dari struktur alam semesta yang koheren, tertib, dan tidak
berubah. Dalam idealisme, semua realitas direduksi menjadi satu substansi-roh yang
2
fundamental. Materi itu tidak nyata. Hanya pikiran yang nyata (Murtaufiq, 2014).
Idealisme sering menggunakan term-term yang meliputi hal-hal yang abstrak seperti ruh,
akal, nilai dan kepribadian. Idealisme percaya bahwa watak sesuatu objek adalah spritual,
non material dan idealistic (Rusdi, 2013).
Menurut Rusdi (2013) terdapat beberapa aspek pendidikan dalam tinjauan filsafat
idealism sebagai berikut:
1. Peserta Didik atau anak didik Bagi idealisme,
Kalangan idealisme melihat anak didik sebagai seseorang yang mempunyai potensi untuk
tumbuh, baik secara moral maupun kognitif. Para idealis cenderung melihat seorang anak
didik sebagai individu yang mempunyai nilai-nilai moralitas. Oleh karena itu, pendidikan
berfungsi untuk mengembangkannya kearah kepribadian yang sempurna. Potensi intelek
peserta didik dikembangkan sehingga memiliki pengetahuan yang benar, dan potensi
moral mereka diaktualkan agar memiliki kepnibadian yang utama sebagai manusia yang
bermoral.
2. Pendidik atau guru
Idealisme menempatkan sosok guru menjadi posisi sentral yang selalu mengarahkan anak
didiknya. Menurut Knight (2004) peran guru adalah menjangkau pengetahuan tentang
realitas dan menjadi teladan keluhuran etis. Guru adalah pola panutan bagi peserta didik
untuk diikuti baik dalam kehidupan intelektual maupun social. Untuk menjalankan
fungsinya tersebut secara baik, maka menurut mazhab idealisme, guru harus memiliki
beberapa syarat untuk menjadi guru yang ideal. Menurut
J. Donald Butler, kriteria tersebut yaitu guru harus:
1) rnewujudkan budaya dan realitas dalam diri anak didik,
2) menguasai kepribadian manusia,
3) ahli dalam proses pembelajaran,
4) bergaul secara wajar dengan anak didik,
5) membangkitkan hasrat anak didik untuk belajar,
6) sadar bahwa manfaat secara moral dari pengajaran.
3. Kurikulum
3
Materi pembelajaran (subject matter) idealisme dapat dilihat dari sudut pandang
epistemologinya. Jika kebenaran adalah ide gagasan, maka kurikulum harus disusun di
seputar materi-materi kajian yang mengantar anak didik bergelut langsung dengan ide
dan gagasan. Misalnya materi mengenai pencemaran lingkungan, maka peserta
didikharus memiliki gagasan atau ide untuk mengatasi pencemaran yang ada di
lingkungannya.
Bagi idealisme, kurikulum merupakan organ materi intelektual atau disiplin keilmuan
yang bersifat ideal dan konseptual. Sistem konseptual yang bervariasi tersebut
menjelaskan dan didasarkan pada manifestasi khusus dari yang Absolut.
4. Metodologi Pengajaran
Dalam proses pembelajaran, kata-kata tertulis maupun terucap merupakan metode yang
digunakan oleh penganut idealisme.
5. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut idealisme adalah mendorong anak didik untuk mencari
kebenaran, membentuk anak didik agar menjadi manusia yang sempurna yang berguna
bagi masyarakatnya.
c. Aliran Filsafat Positivisme. Positivisme memerupakan istilah umum untuk posisi
filosofis yang menekankan aspek faktual pengetahuan, khususnya pengetahuan ilmiah.
Positivisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu-ilmu alam (empiris)
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak nilai kognitif dari
suatu filosofis atau metafisik. Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif di sini
sama artinya dengan faktual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut
positivisme, pengetahuan kita tidak pernah boleh melebihi fakta-fakta. Dengan demikian,
maka ilmu pengetahuan empiris menjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan.
Maka filsafat pun harus meneladani contoh itu. Oleh karena itu, pulalah positivisme
menolak cabang filsafat metafisika. Menyakan “hakikat” benda-benda atau “penyebab
yang sebenarnya”, termasuk juga filsafat, hanya menyelidiki fakta-fakta dan hubungan
yang terdapat antara fakta-fakta. (Somantri, 2013). Sementara menurut kamus besar
bahasa Indonesia, positivisme berarti aliran filsafat yang beranggapan bahwa
pengetahuan itu semata-mata berdasarkan pengalaman dan ilmu yang pasti. Suatu yang
4
maya dan tidak jelas dikesampingkan, sehingga aliran ini menolak sesuatu seperti
metafisik dan ilmu gaib dan tidak mengenal adanya spekulasi.
Menurut O’Connor,10 teori-teori semacam pendidikan hanya berdasarkan aktivitas atau
pekerjaan praktis manusia, yang dalam hal ini adalah guru (pendidik). Tidak jauh berbeda
dengan profesi lain, bahwa mereka memperolehnya lewat pengalaman semata. Teori dan
dasar pengetahuan seperti itu hingga masa modern ini, masih dipandang sebagai yang
primer dan dibutuhkan para pendidik. Padahal, idealnya, pendidikan membutuhkan lebih
dari itu. Sekarang, teori-teori yang dibangun lewat pengetahuan praktis manusia, apa lagi
yang bersifat rutinitas adalah tidak lagi merupakan teori yang mencukupi dan butuh
suplemen atau peninjauan ulang oleh para ilmuwan.
1. Tujuan positivisme
Di Indonesia tujuan positivisme dalam pendidikan tertera dalam Tujuan pendidikan
Nasional Indonesia yang bersumber dari nilai pancasila dirumuskan dalam Undang-
Undang No 20 Tahun 2003, pasal 3, yang merumuskan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yangMaha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, Kreatif, mandiri,
dan menjadi warga Negara demokratis serta bertanggungjawab.
2. Peserta didik dan guru
Para positivis berpandangan bahwa proses pendidikan yang ada di sekolah serupa dengan
perkembangan pengetahuan semua orang. Mereka memandang bahwa guru dan peserta
didik memperoleh pengengetahuan dari pengalaman yang mana teori- teori pendidikan
yang berkembang saat ini tidak lebih dari rasionalisasi kesuksesan pendidikan praktis.
3. Kurikulum
menurut D.J. O’Connor kurikulum positivisme tidak lebih dari sebuah idealisme yang
berwenang atas dasar pengalaman para guru di lapangan dan bukan berdasarkan sebuah
penelitian yang sistematis terhadap kebutuhan siswa. Sebagai contoh Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) di era pendidikan. Yang mana KBK merupakan konsep yang
menawarkan otonomi pada lembaga pendidikan (sekolah) untuk menentukan kebijakan
lembaga dalam rangka meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan yang dapat
5
mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat
antara sekolah.
d. Aliran Filsafat Pragmatisme dan Implikasinya dalam Pendidikan
Pragmatisme berasal dari kata Yunani pragma, artinya 'sesuatu yang dilakukan, sebuah
fakta yang dipraktekkan'. Doktrin ini menyatakan bahwa arti proposisi atau ide terletak
pada konsekuensi praktisnya. Filsafat ini menekankan bahwa pendidikan telah sia-sia jika
tidak melakukan fungsi sosial yang ditugaskan untuk itu (Dewey, 1991).
Kaum pragmatis mengklaim bahwa masyarakat tidak dapat memenuhi tugas pendidikan
tanpa sebuah lembaga yang dirancang untuk tujuan tersebut. Mereka juga menegaskan
bahwa sekolah harus bertujuan untuk institusi khusus dengan tiga sasaran:
(1) dirancang untuk mewakili masyarakat untuk anak dalam bentuk yang disederhanakan;
(2) selektif secara kualitatif, jika tidak etis, mengingat ia merepresentasikan masyarakat
untuk kaum muda; dan (3) bertanggung jawab dalam memberikan anak pemahaman
yang seimbang dan benar-benar representatif dengan masyarakat (Locke, 1990).
Implikasi aliran pragmatisme dalam pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Tujuan
Tujuan pendidikan menurut kaum pragmatis adalah pengembangan total anak baik
melalui pengalaman, kegiatan diri, atau belajar dengan melakukan (learning by doing).
2. Kurikulum
Kaum pragmatis menganggap bahwa kurikulum harus menawarkan pelajaran yang
memberikan kesempatan bagi berbagai proyek dan kegiatan yang relevan dengan
kebutuhan, kemampuan, dan minat serta kondisi sosial ekonomi peserta didik.
3. Metodologi Pengajaran
Kaum pragmatisme percaya bahwa peserta didik harus menjadi pusat dari semua proses
edukatif, suatu konsep berdasarkan prinsip Dewey bahwa pendidikan adalah kehidupan,
pendidikan adalah pertumbuhan, pendidikan adalah proses sosial, dan pendidikan adalah
konstruksi pengalaman manusia (Locke, 1990).
Jawaban Penyaji :
a. Jamilatul Laili & Wa Ode Nurhawa (Penyaji Materi) : Idealisme adalah filsafat yang
menyatakan hakikat spiritual manusia dan alam semesta. Sudut pandang dasarnya
menekankan pada roh manusia, jiwa atau pikiran sebagai unsur paling penting dalam
hidup. Idealisme memandang bahwa baik, benar, dan indah secara permanen adalah
bagian dari struktur alam semesta yang koheren, tertib, dan tidak berubah. selain itu,
Aspek epistemologi dari idealisme adalah pengetahuan hendaknya bersifat ideal dan
spritual yang dapat menuntun kehidupan manusia pada kehidupan yang lebih mulia.
Pengetahuan tersebut tidak semata-mata terikat pada hal-hal fisik, tetapi nengutamakan
yang bersifat spritual. Sedangkan aspek aksiologi pada idealisme menempatkan nilai
pada dataran yang bersifat tetap dan idealistik. Artinya pendidik hendaknya tidak
menjadikan peserta didik terombang ambing oleh sesuatu yang bersifat relatif atau
temporer (Barnadib, 2002).
Menurut George R. Knight menguiaikan bahwa idealisme pada mulanya, adalah suatu
penekanan pada realitas ide gagasan, pemikiran, akal pikir daripada suatu penekanan
pada objek-objek dan daya-daya materi. Idealisme menekankan akal pikir (mind) sebagai
hal dasar atau lebih dulu ada bagi materi dan bahkan menganggap bahwa akal pikir
16
adalah sesuatu yang nyata, sedangkan materi adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal
pikir. Platolah yang sering dihubungkan dengan filsafat idealisme. Pandangan seperti ini
muncul, mengingat bahwa pada dasarnya Plato merupakan bapak filsafat idealisme atau
pencetus filsafat idealisme. Menurut Plato hakekat segala sesuatu tidak terletak pada yang
bersifat materi atau bendawi, tetapi sesuatu yang ada dibalik materi itu, yakni ide. Ide
bersifat kekal, immaterial dan tidak berubah. lahirnya idealisme sebagai mazhab atau
aliran filsafat bukanlah pada zaman Plato masih hidup. Istilah idealisme untuk
menunjukkan suatu aliran filsafat, baru dipakai pada abad ke-19 M.
b. Jamilatul Laili & Wa Ode Nurhawa (Penyaji Materi) : Idealisme adalah filsafat yang
menyatakan hakikat spiritual manusia dan alam semesta. Sudut pandang dasarnya
menekankan pada roh manusia, jiwa atau pikiran sebagai unsur paling penting dalam
hidup. Idealisme memandang bahwa baik, benar, dan indah secara permanen adalah
bagian dari struktur alam semesta yang koheren, tertib, dan tidak berubah. Dalam
idealisme, semua realitas direduksi menjadi satu substansi-roh yang fundamental.
Materi itu tidak nyata. Hanya pikiran yang nyata (Murtaufiq, 2014). Idealisme sering
menggunakan term-term yang meliputi hal-hal yang abstrak seperti ruh, akal, nilai dan
kepribadian. Idealisme percaya bahwa watak sesuatu objek adalah spritual, non
material dan idealistic. Maksud materi itu tidak nyata adalah tentang spiritualnya.
Spiritual itu ada hubungannya dengan kenyakinan. Misalnya kita bahas tentang materi
hukum Pascal, penerapannya adalah manusia menemukan dongkrak hidrolik yang
dapat digunakan untuk membantu saat memcuci mobil. Spiritual nya adalah kita
bersyukur dapat ditemukan mengenai teori hukum Pasca sehingga mempermudah
manusia.
Idealisme berpandangan yang terfokus pada dunia ide yang bersifat abstrak, namun ia
tidak menafikan unsur materi yang bersifat empiris indrawi. Pandangan idealisme
tidak memisahkan antara sesuatu yang bersifat abstrak yang ada dalam tataran ide
dengan dunia materi. Namun menurutnya, yang ditekankan adalah bahwa yang utama
adalah dunia ide, karena dunia materi tidak akan pernah ada tanpa terlebih dulu ada
dalam tataran ide. pada aliran idealisme ini menekankan pendidikan itu bersifat idealis
namun mengutamakan spiritualnya.
17
c. Jamilatul Laili dan Wa Ode Nurhawa (Penyaji Materi) : Bisa menggunakan Aliran
progresivisme karena tujuan pendidikan menurut aliran ini adalah harus memberikan
keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk berintraksi dengan lingkungan yang
berada dalam proses perubahan secara terus menerus. Siswa diharapkan memiliki
keterampilan pemecahan masalah yang dapat digunakkan untuk menentukan,
menganalisis, dan memecahkan masalah. Pendidikan bertujuan agar siswa memilki
kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun
kehidupan sosial, atau dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam
proses perubahan. Hal tersebut sesuai dengan keterampilan abad-21 yaitu berpikir kritis.
selain itu, Proses belajar mengajar terpusatkan pada siswa dalam prilaku dan disiplin diri.
Tujuan keseluruhan pendidikan sendiri adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja,
bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Hal tersebut
sesuai dengan pembentukan karakter yang diharapkan pada abad-21.
Lebih ke aliran Pragmatisme karena lairan ini artinya 'sesuatu yang dilakukan, sebuah
fakta yang dipraktekkan'. Doktrin ini menyatakan bahwa arti proposisi atau ide terletak
pada konsekuensi praktisnya. Yang mana memiliki tujuan pendidikan menurut kaum
pragmatis adalah pengembangan total anak baik melalui pengalaman, kegiatan diri, atau
belajar dengan melakukan (learning by doing). Menurut Locke, (1990)pendidikan adalah
proses sosial, dan pendidikan adalah konstruksi pengalaman manusia. dan juga aliran
progresivisme karena Aliran progresivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan yang meliputi: ilmu hayat, bahwa manusia untuk mengetahui semua
masalah kehidupan. Aliran ini mengharapkan Siswa memiliki keterampilan pemecahan
masalah yang dapat digunakkan untuk menentukan, menganalisis, dan memecahkan
masalah. Yang mana Proses belajar mengajar terpusatkan pada siswa dalam prilaku dan
disiplin diri.
5. REFLEKSI DIRI
Pertemuan ke V ini dilakukan dengan diskusi kelompok yang membahas tentang aliran
filsafat Realisme, Idealisme, Positivisme, Pragmatisme, Progresivisme, dan Perenialisme
serta implementasinya dalam pendidikan .Dimana adanya pandangan yang berbeda dari
masing-masing aliran filsafat serta implikasinya dalam pendidikan. Pada dasarnya filsfat
berperan penting bagi dunia pendidikan terutama untuk menjawab tantangan pendidikan
18
abad ke-21. Pembelajaran ini dilakukan secara daring melalui Google Class Room.
Beberapa konsep bidang ilmu terus berkembang sehingga ada berbagai aliran filsafat
yang dapat mempengaruhi konsep-konsep tersebut. Saya perlu merefleksikan diri saya
untuk mengetahui apakah saya sudah memahami penjelasan dari materi tersebut. Karena
sejujurnya berbicara tentang filsafat merupakan materi yang abstrak atau cakupannya luas
sehingga diperlukan budaya membaca untuk dapat memahami konsep dari filsafat
tersebut.
6. RENCANA KEDEPAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini, rencana ke depan saya adalah mengimplementasikan
aliran filsafat diatas pada proses pembelajaran terutama untuk mempersiapkan diri
menjawab tantangan pendidikan abad ke-21.
IV. Lain-lain
19
10 Ketepatan dalam mengumpulkan jurnal 10 10
Penilai : Lianto
20