Anda di halaman 1dari 20

JURNAL BELAJAR

PERTEMUAN VI
1. IDENTITAS
Nama : Yolanda H.I Pakereng
NIM : 200341864468
Mata Kuliah : Etika Keilmuwan
Dosen : Dr. Murni Sapta Sari, M.Si.
Kelas : Pendidikan Biologi Off. C 2020
Pertemuan : VI (13 November 2020)
Topik : Aliran Filsafat (Realisme, Idealisme, Positivisme,
Pragmatisme, Progresivisme, dan Perenialisme)

2. KONSEP PENTING YANG DIPELAJARI


Setelah mengikuti proses pembelajaran pada perkuliahan ini, ada beberapa konsep
penting yan telah saya pahami, diantaranya adalah :
a. Aliran Filsafat Realisme dan Implikasinya dalam Pendidikan. Aliran ini berpendapat
bahwa dunia rohani dan dunia materi merupakan hakikat yang asli dan abadi. Kneller
(1984) membagi realisme menjadi dua: 1). Realisme rasional, memandang bahwa dunia
materi adalah nyata dan berada di luar pikiran yang mengamatinya, terdiri dari realisme
klasik dan realisme religius. 2). Realisme natural ilmiah, memandang bahwa dunia yang
kita amati bukan hasil kreasi akal manusia, melainkan dunia sebagaimana adanya, dan
substansialitas, sebab akibat, serta aturan- aturan alam merupakan suatu penampakan dari
dunia itu sendiri. Selain realisme rasional dan realisme natural ilmiah, ada pula
pandangan lain mengenai realisme, yaitu neorealisme dan realisme kritis. Neo-realisme
adalah pandangan dari Frederick Breed mengenai filsafat pendidikan yang hendaknya
harmoni dengan prinsip-prinsip demokrasi, yaitu menghormati hak-hak individu.
Sedangkan realisme kritis didasarkan atas pemikiran Immanuel Kant yang
mensintesiskan pandangan berbeda antara empirisme dan rasionalisme, skeptimisme dan
absolutisme, serta eudaemonisme dengan prutanisme untuk filsafat yang kuat.
Adapun implikasi aliran Realisme pada pendidikan menurut Ram Nat Syarma dalam
Murtaufik (2014) sebagai berikut.
1. Tujuan pendidikan

1
Tujuan pendidikan menurut kaum realisme adalah untuk memberikan siswa pengetahuan
esensial yang dibutuhkan untuk bertahan hidup di alam.
2. Kurikulum
Kaum realis percaya bahwa cara yang paling efisien dan efektif untuk mencari tahu
tentang realitas adalah mempelajarinya melalui mata pelajaran yang terorganisir, terpisah,
dan tersusun secara sistematis. Ini disebut pendekatan materi pelajaran pada kurikulum
yang terdiri dari dua komponen dasar, tubuh pengetahuan dan pedagogi yang tepat yang
sesuai dengan kesiapan peserta didik.
3. Metodologi
Guru diharapkan menjadi terampil baik dalam materi pelajaran yang diajarkan dan
metode mengajarnya untuk peserta didik. Peserta didik akan diminta untuk mengingat,
menjelaskan, membandingkan, menafsirkan dan membuat kesimpulan. Evaluasi sangat
penting, memanfaatkan ukuran objektif. Motivasi bisa dalam bentuk imbalan untuk
memperkuat apa yang telah dipelajari.
4. Hubungan guru - peserta didik.
Guru adalah orang yang memiliki tubuh pengetahuan dan yang harus mampu
mentransmisikannya kepada peserta didik. Ini semacam hubungan yang ditekankan
dalam realisme. Pengajaran tidak harus mengindoktrinasi dan proses belajar mengajar
harus berlangsung interaktif. Guru mengoptimalkan minat siswa dengan mengkaitkan
materi pelajaran dengan pengalaman mereka. Guru menjalankan disiplin dengan
memberikan imbalan (reward), dan mengontrol peserta didik dengan perbagai aktivitas
Ram Nat Syarma dalam Murtaufik (2014). Contoh materi pelajaran Biologi adalah
menerapkan aliran realisme adalah keanekaragaman hayati karena materi tersebut
mempelajari obyek yang realis atau nyata,ilmu botani, cabang ilmu zoology dan lain-
lain.
b. Aliran Filsafat Idealisme dan Implikasinya dalam Pendidikan.
Idealisme adalah filsafat yang menyatakan hakikat spiritual manusia dan alam semesta.
Sudut pandang dasarnya menekankan pada roh manusia, jiwa atau pikiran sebagai unsur
paling penting dalam hidup. Idealisme memandang bahwa baik, benar, dan indah secara
permanen adalah bagian dari struktur alam semesta yang koheren, tertib, dan tidak
berubah. Dalam idealisme, semua realitas direduksi menjadi satu substansi-roh yang
2
fundamental. Materi itu tidak nyata. Hanya pikiran yang nyata (Murtaufiq, 2014).
Idealisme sering menggunakan term-term yang meliputi hal-hal yang abstrak seperti ruh,
akal, nilai dan kepribadian. Idealisme percaya bahwa watak sesuatu objek adalah spritual,
non material dan idealistic (Rusdi, 2013).
Menurut Rusdi (2013) terdapat beberapa aspek pendidikan dalam tinjauan filsafat
idealism sebagai berikut:
1. Peserta Didik atau anak didik Bagi idealisme,
Kalangan idealisme melihat anak didik sebagai seseorang yang mempunyai potensi untuk
tumbuh, baik secara moral maupun kognitif. Para idealis cenderung melihat seorang anak
didik sebagai individu yang mempunyai nilai-nilai moralitas. Oleh karena itu, pendidikan
berfungsi untuk mengembangkannya kearah kepribadian yang sempurna. Potensi intelek
peserta didik dikembangkan sehingga memiliki pengetahuan yang benar, dan potensi
moral mereka diaktualkan agar memiliki kepnibadian yang utama sebagai manusia yang
bermoral.
2. Pendidik atau guru
Idealisme menempatkan sosok guru menjadi posisi sentral yang selalu mengarahkan anak
didiknya. Menurut Knight (2004) peran guru adalah menjangkau pengetahuan tentang
realitas dan menjadi teladan keluhuran etis. Guru adalah pola panutan bagi peserta didik
untuk diikuti baik dalam kehidupan intelektual maupun social. Untuk menjalankan
fungsinya tersebut secara baik, maka menurut mazhab idealisme, guru harus memiliki
beberapa syarat untuk menjadi guru yang ideal. Menurut
J. Donald Butler, kriteria tersebut yaitu guru harus:
1) rnewujudkan budaya dan realitas dalam diri anak didik,
2) menguasai kepribadian manusia,
3) ahli dalam proses pembelajaran,
4) bergaul secara wajar dengan anak didik,
5) membangkitkan hasrat anak didik untuk belajar,
6) sadar bahwa manfaat secara moral dari pengajaran.

3. Kurikulum

3
Materi pembelajaran (subject matter) idealisme dapat dilihat dari sudut pandang
epistemologinya. Jika kebenaran adalah ide gagasan, maka kurikulum harus disusun di
seputar materi-materi kajian yang mengantar anak didik bergelut langsung dengan ide
dan gagasan. Misalnya materi mengenai pencemaran lingkungan, maka peserta
didikharus memiliki gagasan atau ide untuk mengatasi pencemaran yang ada di
lingkungannya.
Bagi idealisme, kurikulum merupakan organ materi intelektual atau disiplin keilmuan
yang bersifat ideal dan konseptual. Sistem konseptual yang bervariasi tersebut
menjelaskan dan didasarkan pada manifestasi khusus dari yang Absolut.
4. Metodologi Pengajaran
Dalam proses pembelajaran, kata-kata tertulis maupun terucap merupakan metode yang
digunakan oleh penganut idealisme.
5. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut idealisme adalah mendorong anak didik untuk mencari
kebenaran, membentuk anak didik agar menjadi manusia yang sempurna yang berguna
bagi masyarakatnya.
c. Aliran Filsafat Positivisme. Positivisme memerupakan istilah umum untuk posisi
filosofis yang menekankan aspek faktual pengetahuan, khususnya pengetahuan ilmiah.
Positivisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu-ilmu alam (empiris)
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak nilai kognitif dari
suatu filosofis atau metafisik. Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif di sini
sama artinya dengan faktual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut
positivisme, pengetahuan kita tidak pernah boleh melebihi fakta-fakta. Dengan demikian,
maka ilmu pengetahuan empiris menjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan.
Maka filsafat pun harus meneladani contoh itu. Oleh karena itu, pulalah positivisme
menolak cabang filsafat metafisika. Menyakan “hakikat” benda-benda atau “penyebab
yang sebenarnya”, termasuk juga filsafat, hanya menyelidiki fakta-fakta dan hubungan
yang terdapat antara fakta-fakta. (Somantri, 2013). Sementara menurut kamus besar
bahasa Indonesia, positivisme berarti aliran filsafat yang beranggapan bahwa
pengetahuan itu semata-mata berdasarkan pengalaman dan ilmu yang pasti. Suatu yang

4
maya dan tidak jelas dikesampingkan, sehingga aliran ini menolak sesuatu seperti
metafisik dan ilmu gaib dan tidak mengenal adanya spekulasi.
Menurut O’Connor,10 teori-teori semacam pendidikan hanya berdasarkan aktivitas atau
pekerjaan praktis manusia, yang dalam hal ini adalah guru (pendidik). Tidak jauh berbeda
dengan profesi lain, bahwa mereka memperolehnya lewat pengalaman semata. Teori dan
dasar pengetahuan seperti itu hingga masa modern ini, masih dipandang sebagai yang
primer dan dibutuhkan para pendidik. Padahal, idealnya, pendidikan membutuhkan lebih
dari itu. Sekarang, teori-teori yang dibangun lewat pengetahuan praktis manusia, apa lagi
yang bersifat rutinitas adalah tidak lagi merupakan teori yang mencukupi dan butuh
suplemen atau peninjauan ulang oleh para ilmuwan.
1. Tujuan positivisme
Di Indonesia tujuan positivisme dalam pendidikan tertera dalam Tujuan pendidikan
Nasional Indonesia yang bersumber dari nilai pancasila dirumuskan dalam Undang-
Undang No 20 Tahun 2003, pasal 3, yang merumuskan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yangMaha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, Kreatif, mandiri,
dan menjadi warga Negara demokratis serta bertanggungjawab.
2. Peserta didik dan guru
Para positivis berpandangan bahwa proses pendidikan yang ada di sekolah serupa dengan
perkembangan pengetahuan semua orang. Mereka memandang bahwa guru dan peserta
didik memperoleh pengengetahuan dari pengalaman yang mana teori- teori pendidikan
yang berkembang saat ini tidak lebih dari rasionalisasi kesuksesan pendidikan praktis.
3. Kurikulum
menurut D.J. O’Connor kurikulum positivisme tidak lebih dari sebuah idealisme yang
berwenang atas dasar pengalaman para guru di lapangan dan bukan berdasarkan sebuah
penelitian yang sistematis terhadap kebutuhan siswa. Sebagai contoh Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) di era pendidikan. Yang mana KBK merupakan konsep yang
menawarkan otonomi pada lembaga pendidikan (sekolah) untuk menentukan kebijakan
lembaga dalam rangka meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan yang dapat
5
mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat
antara sekolah.
d. Aliran Filsafat Pragmatisme dan Implikasinya dalam Pendidikan
Pragmatisme berasal dari kata Yunani pragma, artinya 'sesuatu yang dilakukan, sebuah
fakta yang dipraktekkan'. Doktrin ini menyatakan bahwa arti proposisi atau ide terletak
pada konsekuensi praktisnya. Filsafat ini menekankan bahwa pendidikan telah sia-sia jika
tidak melakukan fungsi sosial yang ditugaskan untuk itu (Dewey, 1991).
Kaum pragmatis mengklaim bahwa masyarakat tidak dapat memenuhi tugas pendidikan
tanpa sebuah lembaga yang dirancang untuk tujuan tersebut. Mereka juga menegaskan
bahwa sekolah harus bertujuan untuk institusi khusus dengan tiga sasaran:
(1) dirancang untuk mewakili masyarakat untuk anak dalam bentuk yang disederhanakan;
(2) selektif secara kualitatif, jika tidak etis, mengingat ia merepresentasikan masyarakat
untuk kaum muda; dan (3) bertanggung jawab dalam memberikan anak pemahaman
yang seimbang dan benar-benar representatif dengan masyarakat (Locke, 1990).
Implikasi aliran pragmatisme dalam pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Tujuan
Tujuan pendidikan menurut kaum pragmatis adalah pengembangan total anak baik
melalui pengalaman, kegiatan diri, atau belajar dengan melakukan (learning by doing).
2. Kurikulum
Kaum pragmatis menganggap bahwa kurikulum harus menawarkan pelajaran yang
memberikan kesempatan bagi berbagai proyek dan kegiatan yang relevan dengan
kebutuhan, kemampuan, dan minat serta kondisi sosial ekonomi peserta didik.
3. Metodologi Pengajaran
Kaum pragmatisme percaya bahwa peserta didik harus menjadi pusat dari semua proses
edukatif, suatu konsep berdasarkan prinsip Dewey bahwa pendidikan adalah kehidupan,
pendidikan adalah pertumbuhan, pendidikan adalah proses sosial, dan pendidikan adalah
konstruksi pengalaman manusia (Locke, 1990).

e. Aliran Filsafat Progresivisme dan Implikasinya dalam Pendidikan.


Filsafat pendidikan progresiv lahir di Amerika Serikat. Filsafat ini sejalan dengan jiwa
bangsa Amerika pada waktu itu, sebagai bangsa yang dinamis berjuang mencari hidup
6
baru di negeri seberang. Bagi mereka tidak ada hidup yang tetap, apalagi nilai- nilai yang
abadi. Yang ada adalah perubahan. Mereka sangat menekankan kehidupan sehari-hari,
maka segala tindakan mereka diukur dari kegunaan praktisnya.
Karena tujuan tidak pasti, maka cara atau alat untuk mencapai tujuan itu pun tidak pasti
pula. Tujuan dan alat bagi mereka adalah satu, artinya bila tujuan berubah maka alat pun
berubah pula. Tokoh filsafat pendidikan progresivisme ini adalah John Dewey (Pidarta,
2007:92).
Menurut penganut aliran ini bahwa kehidupan manusia berkembang terus menerus dalam
suatu arah positif. Apa yang dipandang benar sekarang belum tentu benar pada masa
yang akan dating. Oleh sebab itu, peserta didik bukan dipersiapkan untuk menghidupi
kehidupan masa kini, melainkan mereka harus dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan
masa datang. Permasalahan hidup kini tidak akan sama dengan permasalahan hidup masa
yang akan dating. Untuk itu, peserta didik harus diperlengkapi dengan strategi-strategi
menghadapi kehidupan masa dating dan pemecahan masalah yang memungkinkan
mereka mengatasi permasalahan-permasalahn baru dalam kehidupan dan untuk
menemukan kebenaran-kebenaran yang relevan pada masa itu (Edward dan Yusnadi,
2015:28).
Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progresivisme dalam
semua realita, terutama dalam kehidupan untuk tetap survive terhadap semua tantangan
hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi keagungannya.
Progresivisme dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa
kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan, untuk
mengembangkan kepribadian manusia. Dinamakan eksperimental atau empirik karena
aliran tersebut menyadari dan mempraktekkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran
suatu teori. Progresivisme dinamakan environtalisme karena aliran ini menganggap
lingkungan hidup ini mempengaruhi pembinaan kepribadian (Imam Muis, 2004).
Penerapan filsafat pendidikan progresivisme dalam praktik pelaksanaan pndidikan seperti
berikut ini :
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut aliran ini adalah harus memberikan keterampilan dan alat-
alat yang bermanfaat untuk berintraksi dengan lingkungan yang berada dalam proses
7
perubahan secara terus menerus. Siswa diharapkan memiliki keterampilan pemecahan
masalah yang dapat digunakkan untuk menentukan, menganalisis, dan memecahkan
masalah. Pendidikan bertujuan agar siswa memilki kemampuan memecahkan berbagai
masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam berinteraksi
dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses perubahan. Selain itu, pendidikan
juga bertujuan membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang demokratis
yang mampu mengemukakan pendapatnya sesuai minat yang dimilikinya melalui
pengalamannya
Proses belajar mengajar terpusatkan pada siswa dalam prilaku dan disiplin diri. Tujuan
keseluruhan pendidikan sendiri adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja
secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai
tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan
minat setiap anak. Agar dapat bekerja siswa diharapkan memiliki keterampilan, alat dan
pengalaman sosial, dan memiliki pengalaman memecahkan masalah.
2. Kurikulum Pendidikan
Kalangan progresif menempatkan subjek didik pada titik sumbu sekolah (child-
centered). Mereka lalu berupaya mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran
yang berpangkal pada kebutuhan, kepentingan, dan inisiatif subjek didik. Jadi,
ketertarikan anak adalah titik tolak bagi pengalaman belajar. Imam Barnadib menyatakan
bahwa kurikulum progresivisme adalah kurikulum yang tidak beku dan dapat direvisi,
sehingga yang cocok adalah kurikulum yang berpusat pada pengalaman.
Kurikulum disusun dengan pengalaman siswa, baik pengalaman pribadi maupun
pengalaman sosial, selain sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam
pengalaman-pengalaman siswa dan dalam pemecahan masalah serta dalam suatu kegiatan
kelompok. Sekolah dapat memberi jaminan kepada para siswanya selama belajar, yaitu
dengan membantu dan menolong siswanya untuk tumbuh dan berkembang serta memberi
keleluasaan tempat untuk para siswanya dalam mengembangkan bakat dan minatnya
melalui bimbingan guru dan tanggung jawab kepala sekolah. Kurikulum dikatakan baik
apabila bersifat fleksibel dan eksperimental (pengalaman) dan memiliki keuntungan-
keuntungan untuk diperiksa setiap saat. Sikap progressvisme, memandang segala sesuatu
berasaskan fleksibilitas, dinamika dan sifat-sifat yang sejenis, tercermin dalam
8
pandangannya mengenai kurikulum sebagai pengalaman yang edukatif, bersifat
eksperimental dan adanya rencana dan susunan yang teratur.
3. Metode Pendidikan
Metode pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran progresivisme diantaranya
adalah :
a. Metode Pendidikan Aktif. Pendidikan progresif lebih berupa penyediaan
lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas
pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
b. Metode Memonitor Kegiatan Belajar. Mengikuti proses kegiatan anak belajar
sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya
memperlancar berlangsung kegiatan belajar tersebut.
c. Metode Penelitian Ilmiah Pendidikan progresif merintis digunakannya metode
penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep.
d. Pemerintahan Pelajar. Pendidikan progresif memperkenalkan pemerintahan
pelejar dalam kehidupan sekolah dalam rangka demokratisasi dalam kehidupan sekolah.
e. Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga. Pendidikan Progresif mengupayakan
adanya kerjasama antara sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan
yang seluas-luasnya bagi anak untuk mengekspresikan secara alamiah semua minat dan
kegiatan yang diperlukan anak.
f. Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan Pendidikan Sekolah tidak hanya
tempat untuk belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratoriun dan pengembangan
gagasan baru pendidikan.
4. Belajar
Proses belajar terpusat pada anak dengan memberikan perhatian anak. Namun guru tidak
membiarkan anak mengikuti apa yang ia inginkan, karena anak belum cukup matang
untuk menentukan tujuan yang memadai. Anak membutuhkan bimbingan dan arahan dari
guru dalam melaksanakan aktifitasnya. Anak didik adalah subjek aktif, bukan pasif,
sekolah adalah dunia kecil (miniatur) dari masyarakat besar, aktifitas ruang kelas
difokuskan pada praktik pemecahan masalah, serta atmosfer sekolah diarahkan pada
situasi yang kooperatif dan demokratis. Mereka menganut prinsip pendidikan perpusat
pada anak (child-centered). Mereka menganggap bahwa anak itu unik. Anak adalah anak
9
yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak mempunyai alur pemikiran sendiri,
mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan kecemasan sendiri yang
berbeda dengan orang dewasa.
5. Peranan Guru
Guru menurut pandangan filsafat progresivisme adalah sebagai penasihat, pembimbing,
pengarah dan bukan sebagai orang pemegang otoritas penuh yang dapat berbuat apa saja
(otoriter) terhadap muridnya. Sebagai pembimbing karena guru mempunyai pengetahuan
dan pengalaman yang banyak di bidang anak didik maka secara otomatis semestinya ia
akan menjadi penasihat ketika anak didik mengalami jalan buntu dalam memecahkan
persoalan yang dihadapi. Oleh karena itu peran utama pendidik adalah membantu peserta
didik atau murid bagaimana mereka harus belajar dengan diri mereka sendiri, sehingga
pesrta didik akan berkembang menjadi orang dewasa yang mandiri dalam suatu
lingkungannya yang berubah.
Teori progresivisme mengatakan bahwa tugas pendidik sebagai pembimbing aktivitas
anak didik dan berusaha memberikan kemungkinan lingkungan terbaik untuk belajar.
Sebagai Pembimbing ia tidak boleh menonjolkan diri, dia harus bersikap demokratis dan
memperhatikan hak-hak alamiah peserta didik secara keseluruhan. Salah satu pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan psikologis dengan keyakinan bahwa memberi
motivasi lebih penting dari pada hanya memberi informasi. Pendidik atau guru dan anak
didik atau murid bekerja sama dalam mengembangkan program belajar dan dalam
aktualisasi potensi anak didik dalam kepemimpinan dan kemampuan lain yang
dikehendaki. Dengan demikian dalam teori ini pendidik/guru harus jeli, telaten,
konsisten, luwes, dan cermat dalam mengamati apa yang menjadi kebutuhan anak didik,
menguji dan mengevaluasi kepampuan-kemampuannya dalam tataran praktis dan
realistis. Hasil evaluasi menjadi acuan untuk menentukan pola dan strategi pembelajaran
ke depan. Dengan kata lain guru harus mempunyai kreatifitas dalam mengelola peserta
didik, kreatifitas itu akan berkembang dan berfariasi sebanyak fariasi peserta didik yang
ia hadapi.
6. Peserta Didik
Teori progresivisme menempatkan pesrta didik pada posisi sentral dalam melakukan
pembelajaran. karena murid mempunyai kecenderungan alamiah untuk belajar dan
10
menemukan sesuatu tentang dunia di sekitarnya dan juga memiliki kebutuhan-kebutuhan
tertentu yang harus terpenuhi dalam kehidupannya. Kecenderungan dan kebutuhan
tersebut akan memberikan kepada murid suatu minat yang jelas dalam mempelajari
berbagai persoalan. Secara institusional sekolah harus memelihara dan manjamin
kebebasan berpikir dan berkreasi kepada para murid, sehingga mereka memilki
kemandirian dan aktualisasi diri, namun pendidik tetap berkewajiban mengawasi dan
mengontrol mereka guna meluruskan kesalahan yang dihadapi murid khusunya dalam
segi metodologi berpikir. Dengan demikian prasyarat yang harus dilakukan oleh peserta
didik adalah sikap aktif, dan kreatif, bukan hanya menunggu seorang guru mengisi dan
mentransfer ilmunya kepada mereka. Murid tidak boleh ibarat “botol kosong” yang akan
berisi ketika diisi oleh penggunanya. Jika demikian yang terjadi maka proses belajar
mengajar hanyalah berwujud transfer of knowledge dari seorang guru kepada murid, dan
ini tidak akan mencerdasakan sehingga dapat dibilang tujuan pendidikan gagal.
Prinsip-prinsip pendidikan menurut pandangan progresivisme menurut Kneller (dalam
Uyoh Sadullah, 2010:148) meliputi:
a. Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup.
b. Pendidikan harus berhubungan secara langsung dengan minat anak, minat
individu yang dijadikan sebagai motivasi belajar.
c. Belajar melalui pemecahan masalah akan menjadi presenden terhadap pemberian
subject matter. Jadi, belajar harus dapat memecahkan masalah yang penting dan
bermanfaat bagi kehidupan anak. Dalam memecahkan suatu masalah, anak dibawa
berpikir melewati beberapa tahapan yang disebut metode berpikir ilmiah, sebagai berikut:
• Anak menghadapi keraguan, merasakan adanya masalah
• Menganalisis masalh tersebut dan menduga atau menyusun hipotesis-hipotesis
yang mungkin
• Mengumpulkan data yang akan membatasi dan memperjelas masalah
• Memilih dan menganalisis hipotesis
• Mencoba, menguji, dan membuktikan
d. Peranan guru tidak langsung, melainkan memberi petunjuk kepada siswa
e. Sekolah harus memberi semangat bekerjasama, bukan
mengembangkan persaingan.
11
f. Kehidupan yang demokratis merupakan kondisi yang diperlukan bagi
pertumbuhan.
Contoh penerapan aliran filsafat progresivisme dapat terlihat dari perubahan sistem
mengajar di sekolah. Dulu sekolah-sekolah di Indonesia menerapkan pembelajaran
Teacher Learning Centre (TLC), dimana guru menjadi pusat pembelajaran. Namun
karena perkembangan zaman dan kesadaran akan perlunya mempersiapkan peserta didik
yang mampu mengatasi masalah-masalah baru yang muncu di kehidupan yang akan
datang maka diterapkanlah Student Learning Centre (SLC), diman peserta didik memiliki
kesempatan luas untuk bereksplorasi, menemukan hal-hal baru, serta mengembangkan
pendapat dan pikiran mereka. Pada pembelajaran SLC, guru hanya berperan sebagai
pembimbing dan fasilitator untuk peserta didik.
f. Aliran Filsafat Perenialisme dan Implikasinya dalam Pendidikan
Filsafat ini muncul pada abad pertengahan pada zaman keemasan agama Katolik-
Kristen. Pada zaman itu tokoh-tokoh agam menguasai hampir semua bidang
kemasyarakatan, Sehingga sangat logis kalau sekolah-sekolah yang berintikan ajaran
agama muncul di sana-sini. Ajaran agama itulah merupakan suatu kebenaran yang patut
dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh filsafat ini ialah Agustinus
dan Thomas Aquino. Ajaran Plato tentang dunia ide dalam filsafat Idealis, yang muncul
lebih dahulu dari perenialis, mirip dengan paham Agustinus. Sebab menurut Plato
kebenaran hanya ada di dunia ide, diluar itu adalah semu saja. Sebab itu Plato sering
dimasukkan sebagai penganut perenialis. Pengaruh filsafat ini menyebar ke seluruh
dunia. Bukan saja di kalangan Katolik dan Protestan, tetapi juga pada agama-agama lain.
Demikianlah kita lihat di Indonesia banyak sekolah diwarnai keagaam seperti
Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama di samping sekolah-sekolah Katolik dan Kristen
(Pidarta, 2007:91-92).
Berikut ini ada beberapa prinsip pendidikan perenialisme, sebagai berikut:
a. Pada hakekatnya manusia adalah sama dimanapun dan kapanpun ia berada, yang
walau lingkungannya berbeda. Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup,
yaitu untuk mencapai kebijakan dan kebajikan, untuk memperbaiki manusia sebagai
manusia atau dengan kata lain pemuliaan manusia. Oleh karena itu maka pendidikan
harus sama bagi semua orang kapanpun dan dimanapun.
12
b. Bagi manusia, pikiran adalah kemampuan yang paling tinggi. Karena itu manusia
harus menggunakan pikirannya untuk mengembangkan bawaannya sesuai dengan
tujuannya.manusia memiliki kebebasan namun harus belajar untuk mempertajam pikiran
dan dapat mengintrol hawa nafsunya. Kegagalan yang dialami peserta didik jangan
dengan cepat menyalahkan lingkungan yang kurang menguntungkan atau nuansa
psikologis yang kurang menyenangkan, namun guru hendaknya dapat mengatasinya
dengan pendekatan intelektual yang sama bagi semua peserta didik.
c. Fungsi utama pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran
yang pasti dan abadi. Pengetahuan yang penting diberikan kepada peserta didik adalah
mata pelajaran pendidikan umum atau general education, bukan mata pelajaran yang
hanya penting sesaat atau menarik minat pada saat tertentu saja atau seketika. Mata
pelajaran yang esensi adalah pelajaran bahasa, sejarah, matematika, IPA, filsafat dan seni,
dan 3 R’s; membaca, menulis, dan menghitung.
d. Pendidikan adalah persiapan untuk hidup bukan peniruan untuk hidup.
e. Peserta didik harus mempelajari karya-karya besar dalam literature yang
menyangkut sejarah, filsafat, seni, kehidupan sosial terutama politik dan ekonomi
(Edward dan Yusnadi, 2015).
Penerapan filsafat pendidikan perenialisme terhadap praktik pelaksanaan pendidikan,
sebagai berikut ini:
1. Pendidikan
Perenialisme memandang education as cultural regresion: pendidikan sebagai jalan
kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam
kebudayaan masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan yang ideal. Tugas
pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti,
absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang dipandang
kebudayaan ideal tersebut. Sejalan dengan hal diatas, perenialist percaya bahwa prinsip-
prinsip pendidikan juga bersifat universal dan abadi. Robert M. Hutchins mengemukakan
”Pendidikan mengimplikasikan pengajaran, pengajaran mengimplikasikan pengetahuan.
Pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran dimana pun dan kapan pun adalah sama”.
Selain itu, pendidikan dipandang sebagai suatu persiapan untuk hidup, bukan hidup itu
sendiri.
13
2. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk memastikan bahwa siswa memperoleh pemahaman
tentang ide-ide besar dari peradaban Barat. Ide-ide ini memiliki potensi untuk
memecahkan masalah di era apapun (Murtaufiq, 2014). Robert Hutchins, juru bicara
perenialisme yang paling artikulatif berpendapat bahwa pendidikan harus menumbuhkan
kecerdasan serta pengembangan harmoni dari semua daya manusia. Tujuan utama
pendidikan harus mengembangkan kekuatan pikiran. Dia juga menggambarkan
pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang mengembangkan daya intelektual.
3. Peranan Sekolah
Peranan sekolah adalah melatih pribadi-pribadi intelektual yang suatu hari akan menjadi
pelita harapan di masanya mendatang. Sekolah merupakan lembaga tempat latihan elite
intelektual yang mengetahui kebenaran dan suatu waktu akan meneruskannya kepada
generasi pelajar yang baru. Sekolah adalah lembaga yang berperan mempersiapkan
peserta didik atau orang muda untuk terjun kedalam kehidupan. Sekolah bagi perenialist
merupakan peraturan-peraturan yang artificial dimana peserta didik berkenalan dengan
hasil yang paling baik dari warisan sosial budaya.
4. Kurikulum
Fokusnya adalah untuk mengajarkan ide-ide yang kekal, untuk mencari kebenaran abadi
yang konstan, yang tidak berubah, sebagaimana dunia alam dan manusia sebagai yang
paling penting, yang tidak berubah. Mengajar prinsip-prinsip yang tidak berubah ini
adalah penting. Manusia adalah makhluk rasional, dan pikiran mereka perlu
dikembangkan. Dengan demikian, Pengembangan intelek adalah prioritas tertinggi dalam
pendidikan. Kurikulum berfokus pada pencapaian melek budaya, menekankan
pertumbuhan siswa dalam disiplin abadi. Prestasi paling mulia dari manusia harus
ditekankan - karya besar sastra dan seni, hukum atau prinsip-prinsip ilmu pengetahuan
(Murtaufiq, 2014). Kurikulum harus memuat pelajaran kognitif yang menumbuhkan
rasionalitas dan studi moral, estetika, dan prinsip-prinsip agama untuk mengembangkan
dimensi sikap. Kaum perenialis lebih memilih kurikulum materi pelajaran yang meliputi
sejarah, bahasa, matematika, logika, sastra, humaniora, dan ilmu pengetahuan (Rosalina
dalam Murtaufiq, 2014).
5. Metode
14
Kurikulum pendidikan perenialis berpusat pada materi, menggambarkan pentingnya pada
disiplin sastra, matematika, bahasa, sejarah dan humaniora. Kaum perenialis
menunjukkan bahwa cara terbaik untuk mencapai pengetahuan abadi adalah melalui studi
tentang karya-karya besar Peradaban Barat. Metode bisa dengan membaca dan
mendiskusikan karya-karya besar yang, pada gilirannya, disiplin, disiplin pikiran. Guru
dengan demikian, harus menjadi orang yang sudah menguasai disiplin/materi, seorang
guru master dalam hal mengarahkan pada kebenaran dan tidak memiliki karakter tercela.
Guru harus dilihat sebagai otoritas dan keahliannya tidak lagi dipertanyakan.
6. Peranan guru dan peserta didik
Peran guru bukan hanya sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan
guru juga sebagai “murid” yang mengalami proses belajar serta mengajar. Guru
mengembangkan potensi-potensi self-discovery, dan ia melakukan moral authority
(otoritas moral) atas murid-muridnya karena ia seorang profesional yang qualifiet dan
superior dibandingkan muridnya. Guru harus mempunyai aktualitas yang lebih, dan
perfect knowladge.
Contoh aliran perenialisme pada pendidikan di Indonesia yaitu berdirinya sekolah-
sekolah yang berbasis agama seperti Muhammdiyah, Nahdatul Ulama, sekolah- sekolah
Kristen, dan Pondok Pesantren. Sekolah-sekolah seperti ini biasanya memiliki kurikulum
yang sedikit berbeda dan lebih mengedepankan ilmu agama karena agama dianggap
sebagai sesuatu yang memiliki nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi
pandangan hidup.
3. KONSEP YANG BELUM DIPAHAMI
Beberapa konsep yang belum saya pahami, diantaranya :
a. Bagaimana Pandangan Aliran Filsafat Realisme, Idealisme, Positivisme,
Pragmatisme, Progresivisme, dan Perenialisme terhadap tantangan pendidikan abad
ke-21 terutama bagi peserta didik dan pendidik?
4. PERMASALAHAN BESERTA PEMECAHANNYA
Pertanyaan :
a. Ariadna Safitri : Idealisme merupakan sebuah pemikiran filosofis yang telah
memberikan pengaruh besar terhadap dunia pendidikan selama beberapa abad. Sebagai
sebuah filsafat, mengapa dan bagaimana ideaIisme kurang memberikan pengaruh
15
secara langsung terhadap pendidikan pada abad ke-20 dibandingkan dengan masa-
masa sebelumnya? Mohon dijelaskan perbedaan penggunaan filsafat idealis di abad
sebelumnya dan di abad skrg ini.
b. Feni Eka Wulandari : Menurut Murtaufiq (2014), aliran realisme menyatakan bahwa
materi itu tidak nyata dan hanya pikiran yang nyata. Apa maksud dari "materi" pada
pernyataan tersebut?
Kemudian, aliran idealisme menyatakan bahwa suatu objek adalah spritualis dan
nonmaterial, lalu bagaimana aliran idealisme dapat mempengaruhi ilmu sains?
c. Lianto : Aliran filsafat mana yang paling tepat untuk diterapkn dalam rangka menguasai
keterampilan abad-21 bagi peserta didik ? karena menurut saya terdapat beberapa aliran
filsafat yang dalam penerapannya di pembeljaran hampir sama.

Jawaban Penyaji :
a. Jamilatul Laili & Wa Ode Nurhawa (Penyaji Materi) : Idealisme adalah filsafat yang
menyatakan hakikat spiritual manusia dan alam semesta. Sudut pandang dasarnya
menekankan pada roh manusia, jiwa atau pikiran sebagai unsur paling penting dalam
hidup. Idealisme memandang bahwa baik, benar, dan indah secara permanen adalah
bagian dari struktur alam semesta yang koheren, tertib, dan tidak berubah. selain itu,
Aspek epistemologi dari idealisme adalah pengetahuan hendaknya bersifat ideal dan
spritual yang dapat menuntun kehidupan manusia pada kehidupan yang lebih mulia.
Pengetahuan tersebut tidak semata-mata terikat pada hal-hal fisik, tetapi nengutamakan
yang bersifat spritual. Sedangkan aspek aksiologi pada idealisme menempatkan nilai
pada dataran yang bersifat tetap dan idealistik. Artinya pendidik hendaknya tidak
menjadikan peserta didik terombang ambing oleh sesuatu yang bersifat relatif atau
temporer (Barnadib, 2002).
Menurut George R. Knight menguiaikan bahwa idealisme pada mulanya, adalah suatu
penekanan pada realitas ide gagasan, pemikiran, akal pikir daripada suatu penekanan
pada objek-objek dan daya-daya materi. Idealisme menekankan akal pikir (mind) sebagai
hal dasar atau lebih dulu ada bagi materi dan bahkan menganggap bahwa akal pikir
16
adalah sesuatu yang nyata, sedangkan materi adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal
pikir. Platolah yang sering dihubungkan dengan filsafat idealisme. Pandangan seperti ini
muncul, mengingat bahwa pada dasarnya Plato merupakan bapak filsafat idealisme atau
pencetus filsafat idealisme. Menurut Plato hakekat segala sesuatu tidak terletak pada yang
bersifat materi atau bendawi, tetapi sesuatu yang ada dibalik materi itu, yakni ide. Ide
bersifat kekal, immaterial dan tidak berubah. lahirnya idealisme sebagai mazhab atau
aliran filsafat bukanlah pada zaman Plato masih hidup. Istilah idealisme untuk
menunjukkan suatu aliran filsafat, baru dipakai pada abad ke-19 M.
b. Jamilatul Laili & Wa Ode Nurhawa (Penyaji Materi) : Idealisme adalah filsafat yang
menyatakan hakikat spiritual manusia dan alam semesta. Sudut pandang dasarnya
menekankan pada roh manusia, jiwa atau pikiran sebagai unsur paling penting dalam
hidup. Idealisme memandang bahwa baik, benar, dan indah secara permanen adalah
bagian dari struktur alam semesta yang koheren, tertib, dan tidak berubah. Dalam
idealisme, semua realitas direduksi menjadi satu substansi-roh yang fundamental.
Materi itu tidak nyata. Hanya pikiran yang nyata (Murtaufiq, 2014). Idealisme sering
menggunakan term-term yang meliputi hal-hal yang abstrak seperti ruh, akal, nilai dan
kepribadian. Idealisme percaya bahwa watak sesuatu objek adalah spritual, non
material dan idealistic. Maksud materi itu tidak nyata adalah tentang spiritualnya.
Spiritual itu ada hubungannya dengan kenyakinan. Misalnya kita bahas tentang materi
hukum Pascal, penerapannya adalah manusia menemukan dongkrak hidrolik yang
dapat digunakan untuk membantu saat memcuci mobil. Spiritual nya adalah kita
bersyukur dapat ditemukan mengenai teori hukum Pasca sehingga mempermudah
manusia.
Idealisme berpandangan yang terfokus pada dunia ide yang bersifat abstrak, namun ia
tidak menafikan unsur materi yang bersifat empiris indrawi. Pandangan idealisme
tidak memisahkan antara sesuatu yang bersifat abstrak yang ada dalam tataran ide
dengan dunia materi. Namun menurutnya, yang ditekankan adalah bahwa yang utama
adalah dunia ide, karena dunia materi tidak akan pernah ada tanpa terlebih dulu ada
dalam tataran ide. pada aliran idealisme ini menekankan pendidikan itu bersifat idealis
namun mengutamakan spiritualnya.

17
c. Jamilatul Laili dan Wa Ode Nurhawa (Penyaji Materi) : Bisa menggunakan Aliran
progresivisme karena tujuan pendidikan menurut aliran ini adalah harus memberikan
keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk berintraksi dengan lingkungan yang
berada dalam proses perubahan secara terus menerus. Siswa diharapkan memiliki
keterampilan pemecahan masalah yang dapat digunakkan untuk menentukan,
menganalisis, dan memecahkan masalah. Pendidikan bertujuan agar siswa memilki
kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun
kehidupan sosial, atau dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam
proses perubahan. Hal tersebut sesuai dengan keterampilan abad-21 yaitu berpikir kritis.
selain itu, Proses belajar mengajar terpusatkan pada siswa dalam prilaku dan disiplin diri.
Tujuan keseluruhan pendidikan sendiri adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja,
bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Hal tersebut
sesuai dengan pembentukan karakter yang diharapkan pada abad-21.
Lebih ke aliran Pragmatisme karena lairan ini artinya 'sesuatu yang dilakukan, sebuah
fakta yang dipraktekkan'. Doktrin ini menyatakan bahwa arti proposisi atau ide terletak
pada konsekuensi praktisnya. Yang mana memiliki tujuan pendidikan menurut kaum
pragmatis adalah pengembangan total anak baik melalui pengalaman, kegiatan diri, atau
belajar dengan melakukan (learning by doing). Menurut Locke, (1990)pendidikan adalah
proses sosial, dan pendidikan adalah konstruksi pengalaman manusia. dan juga aliran
progresivisme karena Aliran progresivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan yang meliputi: ilmu hayat, bahwa manusia untuk mengetahui semua
masalah kehidupan. Aliran ini mengharapkan Siswa memiliki keterampilan pemecahan
masalah yang dapat digunakkan untuk menentukan, menganalisis, dan memecahkan
masalah. Yang mana Proses belajar mengajar terpusatkan pada siswa dalam prilaku dan
disiplin diri.
5. REFLEKSI DIRI
Pertemuan ke V ini dilakukan dengan diskusi kelompok yang membahas tentang aliran
filsafat Realisme, Idealisme, Positivisme, Pragmatisme, Progresivisme, dan Perenialisme
serta implementasinya dalam pendidikan .Dimana adanya pandangan yang berbeda dari
masing-masing aliran filsafat serta implikasinya dalam pendidikan. Pada dasarnya filsfat
berperan penting bagi dunia pendidikan terutama untuk menjawab tantangan pendidikan
18
abad ke-21. Pembelajaran ini dilakukan secara daring melalui Google Class Room.
Beberapa konsep bidang ilmu terus berkembang sehingga ada berbagai aliran filsafat
yang dapat mempengaruhi konsep-konsep tersebut. Saya perlu merefleksikan diri saya
untuk mengetahui apakah saya sudah memahami penjelasan dari materi tersebut. Karena
sejujurnya berbicara tentang filsafat merupakan materi yang abstrak atau cakupannya luas
sehingga diperlukan budaya membaca untuk dapat memahami konsep dari filsafat
tersebut.

6. RENCANA KEDEPAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini, rencana ke depan saya adalah mengimplementasikan
aliran filsafat diatas pada proses pembelajaran terutama untuk mempersiapkan diri
menjawab tantangan pendidikan abad ke-21.

RUBRIK PENILAIAN JURNAL BELAJAR

No. Elemen Skor Penilaian Penilaian


Maks Teman Dosen
I. Identitas
1 Nama dicantumkan 5 5
2 Seluruh masukan dibubuhi tanggal 5
3 Konsep yang dipelajari dicantumkan

II. Isi Jurnal


4 Mengeksplorasi beragam konsep penting yang dipelajari 15 15
5 Menyajikan konsep yang belum dipahami 15 14
6 Mengidentifikasi permasalahan/pertanyaan beserta peme- 15 14
cahannya
7 Jurnal menunjukkan bahwa mahasiswa dapat melihat dirinya 20 18
sendiri sebagai pebelajar, menemukan dan menyelesaikan
masalah serta bekerja untuk meningkatkan kebiasaan
belajarnya
8 Menyusun rencana ke depan berdasarkan hasil lesson 10 10
learned
III. Sistematika
9 Jurnal terorganisasi dengan baik dan lengkap 10 10

IV. Lain-lain

19
10 Ketepatan dalam mengumpulkan jurnal 10 10

Jumlah Skor Maksimal 100


96

Penilai : Lianto

20

Anda mungkin juga menyukai