Anda di halaman 1dari 10

RESUME 2 LANDASAN DAN PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Nama : Bilqis Hanifah

NIM : 11210162000069

Kelas : Pendidikan Kimia 3C

Mata Kuliah : Kurikulum dan Pembelajaran Kimia

Tanggal : Jum’at, 23 September 2022

Dosen Pengampu : Dr. Burhanudin Milama, M.Pd

A. LANDASAN KURIKULUM
Agar kurikulum mampu berdiri tegak, kurikulum yang dikembangkan mampu
mengembangkan potensi peserta didik, menciptakan para siswa agar bisa sesuai
dengan harapan masyarakat, dapat menjadi inspirasi bagi pembaharuan (inovasi)
kearah yang lebih baik, maka kurikulum harus dikembangkan dengan menggunakan
landasan yang kuat dan tepat.

1. Landasan filosofis
Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “philos” dan “sophia”. Philos,
artinya cinta yang mendalam, dan Sophia adalah kearifan atau kebijaksanaan. Dari
arti harfiah ini, Filsafat diartikan sebagai cinta yang mendalam akan kearifan. Secara
popular filsafat sering diartikan sebagai pandangan hidup suatu masyarakat atau
pendirian hidup bagi individu. Dengan demikian maka jelas setiap individu atau setiap
kelompok masyarakat secara filosofis memiliki pandangan hidup yang mungkin
berbeda sesuai dengan nilai-nilai yang dianggapnya baik.
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama
halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat,
seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan
rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada
aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan
implementasi kurikulum yang dikembangkan. Di bawah ini diuraikan tentang isi dari-
dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum
a) Landasan idealisme
Ahmad Tafsir mengemukakan bahwa dalam kajian filsafat, idealisme
adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat
dipahami dalam ketergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (ruh). lstilah
ini diambil dari "idea", yaitu sesuatu yang hadir dalamjiwa. Arti falsafi dari
kata idealisme ditentukan lebih banyak oleh arti biasa dari kata ide daripada
kata ideal. W.F. Hocking, seorang idealis mengatakan bahwa kata-kata idea-
isme adalah lebih tepat dari pada idealisme. Dengan ringkas idealisme
mengatakan bahwa realitas terdiri atas ide-ide, fikiran-fikiran, akal (mind) atau
jiwa (selves) dan bukan benda material dan kekuatan. Idealisme menekankan
mind seagai hal yang lebih dahulu daripada materi. Idealisme mengandung
pengingkaran bahwa dunia ini pada dasarnya adalah sebuah mesin besar dan
harus ditafsirkan sebagai materi, mekanisme atau kekuatan saja.
Idealisme adalah suatu pandangan dunia atau metafisik yang
mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atas, atau sangat erat hubungannya
dengan ide, fikiran atau jiwa. Dunia mempunyai arti yang berlainan dari apa
yang tampak pada permukannya. Dengan begitu maka prinsip idealisme yang
pokok adalah kesatuan organik. Kaum idealis condong untuk menekankan
teori koherensi atau konsistensi dari percobaan kebenaran, yakni suatu putusan
(judgment) dipandang benar jika ia sesuai dengan putusan-putusan lain yang
telah diterima sebagai yang benar
b) Landasan realisme
Real berarti yang aktual atau yang ada, kata tersebut menunjuk kepada
benda-benda atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh, artinya yang
bukan sekadar khayalan atau apa yang ada dalam pikiran. Real menunjukkan
apa yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real atau yang ada,
yakni bertentangan dengan yang tampak. Dalam arti umum, realism berarti
kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada yang
diharapka atau yang diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realisme
dipakai dalam arti yang lebih teknis.
Dalam arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa
obyek indra kita adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas dari
kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada
hubungannya dengan pikiran kita.
c) Landasan pragmatism
Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa
kriteria kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi
kehidupan nyata. Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak
mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan
kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat
yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat yang kedua.
Corak paling kuat dari pragmatism adalah kuatnya pemikiran tentang
konsep kegunaan. Makna kegunaan dalam pragmatisme lebih ditetapkan pada
kebenaran sains, bukan pada hal-hal bersifat metafisik. Maka, dalam
pragmatisme pengetahuan tidak selalu mesti diidentikkan dengan kepercayaan,
tetapi kerap menjadi dua hal yang sama sekali terpisah. Kebenaran yang
mungkin dianggap perlu dipercayai (to believe) bagi para pragmatis selalu
menjadi sesuatu hal bersifat professional atau pribadi dan itu tidak perlu
dikabarkan pada public. Sedangkan, hal-hal yang diangap perlu diketahui
haruslah selalu dikabarkan atau didemonstrasikan pada pengamat yang
qualified dan tak berpihak. Kepercayaan memang ada dalam pengetahuan
meski banyak pula kepercayaan tidak akan ditemukan siapapun di banyak
pengetahuan.
d) Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan
keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan
dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari.
Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut ,
kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih
berorientasi ke masa lalu.
e) Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian
pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota
masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya
dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup
di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih
berorientasi pada masa lalu.
f) Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan
tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti
memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya
hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?
g) Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual,
berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses.
Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik
aktif.
h) Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada
rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di
samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada
progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan
masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk
apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut
aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.

2. Landasan psikologis
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, sedangkan
kurikulum adalah upaya menentukan program pendidikan untuk mengubah prilaku
manusia. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus berdasarkan psikologi
sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagiamana prilaku itu dikembangkan,
seperti perkembangan fisik, intelektual, sosial, dan moral. Perbedaan psikologis dari
masing-masing individu dalam kegiatan pembelajaran juga mendasari arah dan isi
dalam pengembangan kurikulum. Landasan ini bertujuan untuk menyesuaikan
masing-masing perbedaan secara psikologis dari materi dan isi kurikulum yang
dikembangkan.
Berikut ini akan dikemukakan keterkaitan psikologi dengan kurikulum dan
pembelajaran.
A. Psikologi Behaviorisme
Menurut aliran ini, psikologi adalah pengetahuan yang mempelajari tingkah
laku (behavior) manusia. Aliran ini timbul pada abad ke-20. Dipopilerkan oleh Mac
Daougall. Behaviorisme tidak menyelediki kesadaran dan peristiwa-peristiwa psikis
karena hal ini adalah abstrak, tidak dapat dilihat sehingga tidak dapat diperiksa dan
dipercayai. Oleh karena itu, faham ini memegang teguh prinsipprinsip: (1) objek
psikologis adalah behavior, yaitu gerak lahir yang nyata, atau reaksi-reaksi manusia
terhadap perangsang-perangsang tertentu. (2) unsur behavior adalah refleksi, yaitu
reaksi tak sadar atas perangsang dari luar tubuh, maka psikologi ini terkenal dengan
nama behaviourisme (Fauzi, 1999: 19).
Prinsip belajar behaviorisme mengutamakan tes hasil belajar (testing),
pengawasan (monitoring), pembiasaan (drilling), dan umpan balik (feedback), ini
sebagai ciri khas behaviorisme.Metode belajar behoviorisme mengutamakan belajar
individu, intruksi, latihan, penguasaan materi, dan penguasaankompetensi. Kaum
behavioris menempatkan guru pada posisi sentral, artinya guru sebagai instruktor
yang menentukan seluruh kebutuhan balajar siswa, sementara siswa menerima apa
saja yang diajarkan oleh guru (Juanda, 2012: 103).
B. Psikologi perkembangan
Psikologi perkembangan adalah salah satu bidang kajian psikologi yang di
dalamnya melibatkan banyak pihak untuk mempelajari dan juga mengkajinya. Di
dalam psikologi perkembangan, kita dapat memahami berbagai perkembangan
individu dan dapat mengetahui fase-fase di dalam dunia pendidikan.
Dengan adanya pedoman psikologi perkembangan, maka orang tua juga akan
bisa memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. Harapannya, materi psikologi
anak ini mampu memberi berbagai model pelayanan kepada anak dari segi
psikologisnya hingga usia si anak beranjak dewasa. Selain itu, anak tersebut juga
diharapkan mampu menjalani berbagai tugas mengenai perkembangan dengan baik,
salah satunya perkembangan psikologis berdasarkan berbagai tahapannya.
Anak juga diharapkan mampu beradaptasi dengan lingkungan dan pola yang
baik sehingga tujuan perkembangan tersebut dapat dijadikan acuan dan tumpuan
mengenai gagasan-gagasannya dapat diolah dan diterapkan dengan sebaik mungkin.
C. Psikologi kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum
kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis),
sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut
kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal) (Depdiknas, 2005:
126).
Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh
sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada
aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons
terhadap stimulus yang datang kepada dirinya (Mukhlis, 2010: 32).
D. Psikologi humanistik
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik sangat cocok untuk diterapkan
pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena social. Indikator keberhasilan
implementasi adalah siswa merasa senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar dan
terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa
diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang
lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi
hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
Bagi penganut teori humanistik, proses belajar harus berhulu dan bermuara
pada manusia itu sendiri. Artinya, teori belajar humanistik berbeda dengan tori belajar
behaviorisme (siswa belajar atas dasar stimulus dan respon), berbeda dengan teori
belajar kogntif Piaget (siswa belajar yang aktif hanya kognitifnya saja). Teori ini
belajar adalah mengembangkan aktualisasi diri siswa secara optimal.

3. Landasan sosial dan budaya


Perbedaan sosial budaya dalam masyarakat yang berbeda, yang beragam dan
bervariasi menjadikan pengembangan kurikulum harus disesuikan dengan kondisi
yang ada. Landasan sosial budaya dalam pengembangan kurikulum bertujuan untuk
menyesuaikan masing-masing perbedaan, baik dari segi sosial maupun dari segi
budaya dan kultur yang ada dimasyarakat sehingga akan terjalin keseimbangan dalam
kegiatan pembelajaran.
Jika dipandang dari sosiologi, pendidikan adalah proses mempersiapkan
individu agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan, pendidikan adalah proses
sosialisasi, dan berdasarkan pandangan antrofologi, pendidikan adalah “enkulturasi”
atau pembudayaan. Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-
manusia yang lain dan asing terhadap masyarakatnya, tetapi manusia yang lebih
bermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakat.
Asas sosiologi mempunyai peranan penting dalam dalam mengembangkan
kurikulum pendidikan pada masyarakat dan bagsa di muka bumi ini krena suatu
kurikulum prinsipnya mencerminkan keinginan, cita-cita tertentu dan dan kebutuhan
masyarakat. Sehingga lembaga pendidikan harus relevan dan berusaha menjawab
serta memenuhi kebutuhan peserta didik, utamanya terkai masa depan mereka
ditengah dinamika masyarakat dan dunia kerja. Selain itu masyarakat mempunyai
norma-norma, adat kebiasaan yang mau tidak mau harus dikenal dan diwujudkan
peserta didik dalam prilkunya karena peserta didik pada gilirannya harus hidup dalam
masyarakat itu maka masyarakat harus dijadikan suatu faktor yang harus
dipertimbangkan dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara
sistematis yang dihasilkan melalui penelitian ilmiah sedangkan teknologi adalah
aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam
kehidupan
Ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakikatnya adalah hasil kebuadayaan
manusia yang berkembang dengan pesat seiring dengan lajunya perkembangan
masyarakat. Teknologi merupakan aplikasi dari ilmu pengetahuan dan ilmu-ilmu
lainya yang berfungsi untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Perkembangan
ilmu pengetahuan di dunia ini semakin pesat berkembang serta arus transformasi ilmu
teknologi yang tak mungkin terelakkan lagi, menjadikan kurikulum pendidikan harus
disesuikan dengan kondisi modern sekaran ini.
Perkembangan IPTEK terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi
telah mengubah tatanan kehidupan manusia Kegiatan pendidikan membutuhkan
media produk teknologi dalam menujang pendidikah sehingga perkembangan IPTEK
menjadi salah satu landasan pengembangan kurikulum.

5. Landasan organisatoris
Landasan in berkenan dengan pengorganisasian materi yakni acuan ruang
lingkup materi dan perurtan masing-masing materi serta materi sebagai keseluruhan
disusun dan di atus secara sistematis sesuai dengan fase-fase pertumbuhan dan
perkembangan fisik-psikis peserta didik berdasarkan pemikiran yang mendalam dan
cukup komprenhensif. Kemudian yang tak kalah pentingnya adalah tentang
pengorganisasian bahan ajar seperti pengorganisasin berdasarkan : topik, tema,
kronolgi, konsep, isu, logika dan proses disiplin.
Pengorganisasin kurikulum memiliki tiga tipe, memperhatikan tiga hal dan
memilki tiga kecenderungan

Tipe Kurikulum Hal-hal yang perlu Kecenderungan yang harus


(Menurut Sholeh diperhatikan dalam diperhatikan dalam
Hidayat) pengorganisasian pengornaginasasin kurikulum
kurikulm

1. Kurikulum dengan 1. Tujuan bahan 1. Kekinian


pendekatan mata pelajaran 2. Kemas-depanan
pelajaran 2. Sasaran beban 3. Kepentingan satuan
2. Kurikulum korelasi pelajaran pendidikan
3. Kurikulum integrasi 3. Pengorganisasian
bahan

B. PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM


1. Relevansi
a) Relevansi pendidikan dengan lingkungan kehidupan peserta didik dalam hal ini,
pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan kehidupan nyata di sekitar
peserta didik, sehingga peserta didik tidak merasa asing dengan kehidupan di
sekitarnya.
b) Relevansi pendidikan dengan kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan
datang dalam kegiatan pengembangan kurikulum harus memperhatikan bahwa apa
yang diajarkan kepada peserta didik pada saar ini bermanfaat baginya untuk
menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang, atau dengan kata lain
kurikulum harus bersifat anticipatory.
c) Relevansi pendidikan dengan tuntutan dunia kerja, hasil pendidikan juga harus
sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Dalam hal ini tidak saja terkait dengan segi
bahan atau isi tetapi juga menyangkut segi belajar dan pengalaman belajar.
d) Relevansi pendidikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan
yang berjalan sangat cepat dan dapat memberi sumbangan terhadap
perkembangan tersebut. Pendidikan harus menyiapkan peserta didik baik sebagai
produsen ilmu pengetahuan, tidak hanya sebagai konsumen iptek.

2. Fleksibilitas
Prinsip Fleksibilitas berarti Kurikulum harus memberikan ruang gerak yang
memberikan kebebasan guru dalam mengembangkan program pengajaran. Guru
dalam hal ini memiliki otoritas dalam pengembangan kurikulum yang sesuai
dengan minat, kebutuhan peserta didik dan kebutuhan daerah lingkungannya.
Disamping itu, peserta didik harus diberi kebebasan dalam memilih program
pendidikan yang sesuai dengan minat, bakat, kebutuhan dan lingkungan dengan
membuka program-program pendidikan pilihan misalnya jurusan, program
spesialisasi, atau program keterampilan Subandijah (1993; 48).

3. Kontinuitas
Terkait dengan perkembangan dan proses belajar anak yang berlangsung secara
berkesinambungan, maka pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga
hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan kelas lainnya,
antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, serta antara jenjang
pendidikan dengan pekerjaan.

4. Praktis/efisiensi
Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana
dan biayanya murah. Dalam hal ini, kurikulum dan pendidikan selalu
dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya,
alat, maupun personalia. karena pada dasarnya waktu, tenaga dan biaya tersebut
digunakan untuk menyelesaikan program pengajaran yang merealisasikan hasil
yang optimal.

5. Efektifitas
Efektifitas berkenaan dengan keberhasilan pelaksanaan kurikulum baik secara
kuantitas maupun kualitasnya. Kurikulum merupakan penjabaran dari
perencanaan pendidikan dari kebijakan-kebijakan pemerintah. Dalam
pengembangannya, harus diperhatikan kaitan antara aspek utama kurikulum yaitu
tujuan, isi, pengalaman belajar, serta penilaian dengan kebijakan pemerintah
dalam bidang pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir, 2004. Filsafat Umum, Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Anda Juanda, 2014. Landasan Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Cv.
Confident
Baderiah, 2018. Buku Ajar Pengembangan Kurikulum. Palopo : IAIN Palopo
Idi, Abdullah, 2010. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Iskandar Wiryokusumo dan Usman Mulyadi, 1988. Dasar-dasar Pengembangan
Kurikulum, Jakarta : PT. Bina Aksara,
Rahmat Raharjo, 2012. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Yogyakarta:
Baituna Publishing.
Riza Zahriyal F, 2017. LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN PERSPEKTIF
FILSAFAT PRAGMATISME DAN IMPLIKASINYA DALAM METODE
PEMBELAJARAN. STAIN Kudus
Safaruddin, 2015. Landasan Pengembangan Kurikulum. Al-Qalam Jurnal Kajian
Islam dan Pendidikan. Hal 99-106
Sholeh Hidayat, 2013. Pengembangan Kurikulum Baru, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai