Anda di halaman 1dari 24

FILSAFAT PENDIDIKAN

(Drs. Anas Salahuddin, M.Pd.)

dan

The Philosophy of Education


Continuum Studies in Education
(Richard Pring)

Disusun Oleh:

Nama :
NIM :
Program Studi :
Kelas :

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
IDENTITAS BUKU
Isi Buku

Judul Buku : Filsafat Pendidikan


Pengarang : Drs. Anas Salahuddin, M.Pd.
Penerbit : CV. Pustaka Setia
Tahun Terbit : 2011
Jumlah Halaman Buku : 238 halaman
RINGKASAN BUKU

BAB 1. Pengertian Dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan

Kata filsafat berasal dari bahasa inggris dan bahasa yunani. Dalam bahasa inggris.
Yaitu fhilosophy. Sedangkan bahasa yunani philein atau philos dan shopi. Ada pula yang
mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa arab , yaitu falsafah yang artinya al-
hikma.philos artinya cinta . sedangkan shopia,artinya kebijaksanaan . dengan demikian .
filsafat dapat di artikan “ cinta kebijaksanaan atau al-hikma” orang yang mencintai atau
mencari kebijaksanaan atau kebenaran disebut filsuf
Menurut plato dan aristoteles kebenaran adalah apabila “ pernyataan yang di anggap
benar itu bersifat koheren atau konsisten dengan penyataan sebelumnya”. Dengan demikian
kebenaran berfungsi sebagai tolak ukur antara suatu peristiwa yang terjadi sebelum dan
sesudahnya , jika cocok di anggap benar dan tidak cocok tidak diterima sebagai kebenaran.
Kebenaran yang di demikian agakya cenderung mengandung pengertian yang relatif sebab
tergantung dari faktor ruang dan waktu . dari kutipan diatas dapat dipahami bahwa pengertian
filsafat dari segi ketatabahasaan adalah cinta teradap pengetahuan atau kebijaksanaan atau
kebenaran.
Beberapa definisi filsafat dapat di kemukakan sebagai berikut :
 Filsafat adalah proses pencarian kebenaran dengan cara menulusuri hakikat dan
sumber kebenaran secara sistematis , logis,kritis,rasional,dans spekulatif
 Filsafat ada;ah pencarian kebenaran dengan cara berfikir sistematis yang dilakukan
secara teratur mengikuti system yang berlaku sehingga tahapan_tahapannya mudah di
ikuti.
 Pengertian formal dari filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap yang di junjung tinggi.
 Filsafat adalah seni kritik dengan tidak membatasi diri dari destruksi pemikiran
tentang kebenaran . franz magnis suseno menegaskan bahwa kritis dalam filsafat
adalah kritis dalam arti bahwa filsafat tidak pernah puas diri,tidak pernah menganggap
suatu dianggap sudah selesai.
 Filsafat adalah pengetuan metodis , sistematis , dan koheren tentang seluruh
kenyataan (realitas).filsafat merupakan refleksi rasional atau keseluruhan realitas
untuk mencapai hakikat (kebenaran)dan memperoleh hikmat(kebijaksanaan)
 Filsafat adalah pencarian kebenaran tanpa mengenal batas dengan menggunakan rasio
secara sistemaris dan radikal yang diawali keraguan atas segala sesuatu
 Objek materi filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada ,
sedangkan objek formal filsafat adalah pencarian terhadap ada dan yang mungkin ada
yang dipiokirkan secara kontemplatif pada problematika yang tidak dapat di jangkau
oleh pendekatan empiris dan observatif yang biasanya berada dalam sains.
Kajian utama filsafat berkaitan dengan masalah ilmu pengetahuan dengan memikirkan
hakikat pengetahuan dan hakikat keberadaan segala sesuatu.kajiannya mengarahkan diri
dasar-dasar pengetahuan dalam bentuk penalaran,logika,sumber pengetahuan,dan criteria.
Hakikat filsafat memfokuskan pada batas-batas penjelajahan ilmu yang di lengkapi perspektif
epiistemologis tentang system berfikir dan struktur pengetahuan ilmiah.
Manfaat filsafat dalam kehidupan :
1) Dasar dalam bertindak.
2) Dasar dalam mengambil keputusan.
3) Mengurangi salah paham dan konflik.
4) Bersiap siaga mengatasi situasi dunia yang selalu berubah.
5) Mendalami konsep yang sudah baku dan dengan melihat substansinya.
6) Merumuskan teori atau kerangka pemikiran.
7) Membangun paham-paham yang mengindeologis.
8) Membangun sikap saling menghargai pendapat satu sama lain dan tidak truth claim.
9) Mengembangkan pemahaman berbagai persoalan

A. Pengertian pendidikan
W.J.S Poerwadarminta, menjelaskan arti pendidikan sebagai berikut:
1. Pendidikan sebagai kata benda, berarti proses perubahan sikap dan tingkah lau
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan. Pendidikan, yaitu pendewasaan diri melalui pengajaran dan
latihan.
2. Dalam dictionary of education, makna education adalah kumpulan semua proses yang
memungkinkan seseorang mengembangkan kemampuan,sikap,dan bentuk tingkah
laku yang bernilai positif di dalam masyarakat tempat ia hidup
3. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk
memotivasi,membina,membantu, dan membimbing seseorang untuk mengembangkan
segala potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih baik.
4. Pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh
orang lain maupun oleh dirinya sendiri, dalam arti tuntutan agar anak didik memiliki
kemerdekaan berffikir,merasa, berbicara, dan bertindak serta percaya diri dengan
penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan dan perilaku kehidupan sehari-hari.
5. Pendidikan merupakan usaha pengembangan kualitas diri manusia dalam segala
aspeknya. Pendidikan sebagai aktivitas yang disengaja untuk mencapai tujuan tertentu
dan melibatkan berbagai faktor yang saling berkaitan antara satu dan lainnya sehingga
mmbentuk satu sistem yang saling mempengaruhi.
6. Pendidikan adalah aktivitas bimbingan yang disengaja untuk mencapai kepribadian
yang luhur, baik yang berkaitan dengan dimensi jasmani,rohani,akal,maupun moral.
7. Pendidikan adalah proses bimbingan secara sadar seorang pendidik sehingga aspek
jasmani, rohani,dan akal anak didik tumbuh dan berkembang menuju terbentuknya
pribadi,keluarga, dan amsyarakat yang berbudi.
8. Pendidikan adalah pengembangan kedewasaan berpikir melalui proses transmisi ilmu
pengetahuan.

B. Pengertian Filsafat Pendidikan


Ada beberapa pengertian filsafat pendidikan, di antaranya sebagai berikut:
1. Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yag menyelidiki substansi pelaksanaan
pendidikan yang berkaitan dengan tujuan.latar belakang cara,hasil,dan hakikat ilmu
pendidikan yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan
kegunaannya .
2. Filsafat penmdidikan adalah pengetahuan yang memikirkan hakikat pendidikan secara
konfrehensif dan kontemplatif tentang sumber , seluk beluk pendidikan , fungsi,dan
tujuan pendidikan
3. Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang mengaji proses pendidikan dan teori
pendidikan.
4. Filsafat pendidikan mengaji hakikat guru dan anak didik dalam proses pembelajaran
di kelas dan diluar kelas.
5. Filsafat pendidikan mengaji berbagai teori pendidikan,metode,dan pedekatan dalam
pendidikan.
6. Filsafat pendidikan mengaji strategi pembelajaran alternative.
7. Filsafat pendidikan mengaji hakikat tentang kurikulum pendidikan.
8. Filsafat pendidikan mengaji hakikat evaluasi pendidikan dan evaluasi pembelajaran.
9. Filsafat pendidikan mengaji hakikat alat-alat dan media pendidikan.

Metode yang dipergunakan oleh filsafat pendidikan adalah sebagai berikut:

 Ontologi pendidikan yaitu substansi dalam semua perspektif .sebagaimana melihat


pendidikan dan tujuan esensialnya sebagai pencapaian maksimal dari pendidikan
 Epistomologi pemndidikan yaitu menyelidiki sumber ajaran atau perinsip yang
terdapat dalam pendidikan serta dasar atau akses yang di gunakan untuk pendidikan
yang dimaksudkan.
 Aksiologi pendidikan yaitu penyelidikan mengenai kegunaan fundamental dalam
pendidikan baik secara jasmani dan rohani.
 Filsafat pendidikan yaitu merumuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan hakikat
pendidikan dan pelaksanaannya.

C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan adalah sebagai berikut :


1. Pendidik
2. Murid
3. Meteri pendidikan
4. Perbuatan mendidik
5. Metode pendidikan
6. Evaluasi pendidikan
7. Tujuan pendidikan
8. Alat-alat pendidikan
9. Lingkungan pendidikan
BAB 2: Seluk Beluk Dan Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan
 Dorongan sejarah filsafat yunani terhadap filsafat pendidikan
Sejarah perkembangan filsafat pada umumnya dimulai dari mitologi yang berkembang di
masyarakat yunani kuno . sebelum filsafat berdiri dengan jati dirinya yang asli sebagai
filsafat , mitos merupakan filsafat itu sendiri yang menurut penciptanya sama sekali bukan
mitos , melainkan cara berfikir empiris ,logis , dan realistis . yunani memiliki kesusastraan
yang sangat tinggi mulai personifikasi dan legenda ,dongen-dongeng dan teka-teki kehidupan
.karya puitis homerus yang berjudul IIIias dan odeysea menduduki tempat yang istimewah
dalam yunani dan dapat disebut sebagai kesusastraan tertua di dunia.
Perkembangan filsafat semakin memuncak setelah pemikiran trio filsuf diterima oleh
pemikiran barat atau atau timur . perkembangan filsafat dapat di piodesikan dalam berapa
zama , yaitu :
1.zaman purba
2.zaman yunani kuno
3.zaman patrisik dan pertengahan
4.zaman modern
5.zaman baru dan
6.zaman pasca modernisme
 Perkembangan Metodologi Filsafat Pendidikan
Pada dasarnya, metodologi filsafat ada tiga, yaitu:
1. Metode deduksi
2. Metode induksi
3. Metode dialetika
Ada juga yang mengatakn metode filsafat adalah:
1. Ontologi
2. Epistimologi
3. Aksiologi
Metode lainnya yang diterapkan oleh filsusf, antara lain sebagai berikut:
a. Aristoteles (384-322 SM) menjadi terkenal karena metode silogisme atau logikanya
b. Plato (427-347 SM) membahas filsafat dengan metode dialtika, yaitu metode dialogis.
c. Metode Cartesian memiliki kelemahan yang bersifat historis.
d. Edmand Hussend(1895- 1939) merumuskan metode fenomenologis yang mampu
menempatkan filsafat dalam ajaran ilmu-ilmu lain.
Adapun pendekataan-pendekatan yang dapat digunakan dalam filaFt pendidikan adalah
sebagai berikut:
a. Pendekatan naturalistik
b. Pendekatan supranatunal
c. Pendekatan relativistik

 Manusia dan Ilmu Pengetahuan


Beberapa aliran filsafat pendiddikan:
a. Filsafat pendidikan progresivisme, yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
b. Filsafat pendidikan esensialisme, yang didukung oleh idealisme dan realisme, dan
c. Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme

Pendidikan adalah upaya menghubungkan potensi manusiawi peserta didik, baik potensi
didik, potensi cipta,rasa maupun karsanya agar potensi tersebut menjadi nyata dan berfungsi
dalam perjalanan hidupnya. Dasar manusiawi adalah cita-cita kemanusian universal.
Pendidikan bagi manusia merupakan kebutuhan dasar dan hak asasi yang paling fundamental.

BAB 3: Filsafat Pendidikan Positivisme Dan Empirisme


a. Filsafat pendidikan positivisme
Permikiran manusia terus berkembang, kepercayaan terhadap mitosmulai berkurang.
Manusia mulai bertambah ilmu pengetahuannya dan cara berpikirnya pun lebih
rasional.Positivisme yang dikembangkan oleh August Conte berpandangan bahwa
pengetahuan tidak boleh lebih dari fakta-fakta. Dengan demikian, ilmu pengetahuan empiris
menjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan.Oleh karena itu, positivisme menolak
pemahaman mitos-mitos irasional.
b. Filsafat Pendidikan Empirisme
Penganut empirisme berpandangan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan bagi
manusia.

BAB 4 : Filsafat Pendidikan Tentang Manusia Dan Alam Semesta


a. Filsafat Pendidikan Tentang Manusia
Dalam perpektif pendidikan, manusia adalah sumber pengetahuan karena dari manusialah
pendidikan dilahirkan pertama kali.
Dalam perpektif filsafat pendidikan, emempelajari jati diri manusia saangat penting,
karena alasan berikut:
 Semua manusia tercipta dalam keaadan tidak memiliki pengetahuan , manusia bagian
dari alam.
 Manusia terlahir dalam keadaan fitrah, diciptakan dengan fitrah-Nya.
 Manusia diwajibkan mencari ilmu, sumber ilmu berasal dari ALLAH SWT. Pencipta
manusia.
 Belajar dan mengamati jiwa manusia merupakan metode mengesankan Tuhan.
Adapaun fungsi filsafat pendidikan tentang manusia adalah:
 Meningkatkan pola hidup manusia di muka bumi.
 Meningkatkan budaya masyarakat dalam merekayasa dan mengekplontasi alam.
 Meningkatkan kemandirian manusia dalam bertahan hidup.
 Memelihara kelangsungan reproduksi.
 Sarana pengabdian pada Tuhan.
 Beradaptasi dengan kondisi alam yang berubah-ubah.
Tujuan filsafat pendidikan tentang manusia adalah mengarahkan pembentukan tingkah laku
manusia yang rasional, adaptif dengan alam, selektif dengan perubahan, kritis dan progresif.
Manusia diarahkan pada pembentukan pola kehidupan yang mandiri dengan moralitas yang
tinggi dan universal, yang kebaikan yang tidak mengenai batas, ruang dan waktu.
b. Filsafat Pendidikan Tentang Alam
Lahirnya filsafat pendidikan tentang alam berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan alam
yang dilandasi oleh hal-hal berikut:
 Sebelum manusia dilahirkan, ALLAH SWT telah menciptakan alam semesta dengan
segala isinya.
 Manusia adalah sebagian dari alam.
 Manusia diberi akal untuk mengekploiatsi alam
 Manusia tidak pernah merasa puas dengan apa yang diperoleh.

c. Filsafat Pendidikan Tentang Kehidupan.


Beberapa teori, antara lain:
 Teori Generatio Spontenea
 Omne vivum ex vivo
 Teori cosmozoa
 Ommo ovo ex vivo
 Omme vivum ex ovo
Kehidupan berwujud melalui suatu evolusi artinya perubahan pada sifat-sifat terwariskan
suatu populasi organisme dari suatu generasi ke generasi berikutnya, Perubahan ini
disebutkan oleh kombinasi 3 proses utama yaitu:
1. Variasi
2. Reproduksi
3. Seleksi

BAB 5: Ontologi, Epitismologi, Dan Aksiologi Pendidikan


a. Ontologi Pendidikan
Ssecara Ontologis, filsafat pendidikan berusaha mengkaji secara mendalam hakikat
pendidikan terhadap manusia dan semua unsur yang berhubungan perubahan manusia kearah
yang lebih memanusiakan manusia
b. Epitismologi Pendidikan
Epitismologi adalah kata lain dari filsafat ilmu, atau dalam bahasa latinnya epitisme yakni
knowladge yaitu pengetahuan dan logos, yang berarti theory. Jadi, epitismologi berarti “teori
pengetahuan” atau teori tentang metode, cara dan dasar dari ilmu pengetahuan. Epitismologi
adalah analisis filosofis sumber-sumber pengetahuan .
c. Aksiologi Pendidikan
Aksiologi Pendidikan adalah berkaitan dengan masalah ilmu dan pengetahuan, maksudnya
adalahmemikirkan segala hakikat pengetahuan atau hakikat keberadaan segala sesuatu yang
bersifat fisikal dan metafisikal, baik yang umum maupun yang khusus.

BAB 6: Filosofi Tentang Hakikat Pendidikan


A. Hakikat Pendidikan Masyarakat
Adanya individu dan kelompok yang ebrbeda yang diharapkan akan mendorong terjadinya
perubahan masyarakat dan kebudayaanya secara progresif. Tidak ada perbedaan yang hakiki
dalam menilai seseorang karena interaksi antarpribadi (interpersonal) merupakan perluasan
dari interaksi internal dari seseorang dengan dirinya sebagai orang lain.

Beberapa aliran filsafat pendidikan:


 Filsafat pendidikan Progresivisme, yang didukung oleh filsafat progmatisme.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realitas yang umum. Pengalaman menurut
progresivisme bersifat dinamis dan temporal.
Menurut Progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman
baru antara individu dan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan.
 Filsafat pendidikan Esensialisme, yang didukung oleh idealisme dan realisme
Esensialisme berpandangan bahwa pendidika n didalam kehidupan masyarakat diarahkan
pada tujuan yang substantif dan sejati.
 Filsafat pendidikan Perenialisme, yang didukung oleh isialisme.
Perenialisme adalah suatu aliran yang berpandangan bahwa sesungguhnya kebutuhan
masyarakat yang paling bershis, asli, dan tidak dikembangkan dengan sistem yang
komprehensif dan integral untuk mencapai kebutuhan batiniah manusia.
Pemetaan aliran paradigman pendidikan dari Giroux dan Aronowitz yang terbagi pada 3
aliran yaitu:
1. Paham Konservatif
2. Paham Liberaslistik
3. Paham Radikalistik
Paradigma sengat berpengaruh dalam menentukan arah dan wujud penyelenggaraan
sistem pendidikan. Oleh karena itu, dalam upaya pendidikan, langkah dalam merumuskan
dan menegaskan kembali kerangka paradigma pendidikan tidak boleh berhenti dalam upaya
mengembangkan pendidikan. Akhlak yang dibentuk oleh pendidikan dapat berupa tindakan
yang berhubungan dengan 3 unsur penting, yaitu:
1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomotorik

B. Hakikat Pengembangan Kurikulum Pendidikan


Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan pendidikan atau pengajaran
dan hasil pendidikan atau pengajaran yang harus dicapai oleh anak didik. Kegiatan belajar
mengajar, perbedayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sendiri.
C. Hakikat Tujuan Pendidikan Berbasis Fitrah Manusia
Fitrah artinya bersih tanpa dosa dan noda, baik dalam akal maupun nafsunya. Manusia yang
masih fitrah adalah manusia yang bersih dari dosa. Fitrah sebagai seorang manusia adalah
menerima segala hal dimuka bumi, termasuk juga yang namanya pendidikan yang pada
hakikatnya semua manusia mempunyai kesempatan mendapatkan pendidikan (education)
Secara filosopi konsep fitrah manusia adalah:
 Manusia telah ditetapkan oleh Allah Swt lahir dalam keaadan fitrah terbebas dari
segala bentuk dosa.
 Kebutuhan fitrah manusia tidaka akn dapat diubah oleh siapa pun.
 Sesuai dengan kesuciannya, dalam struktur manusia. ALLAH SWT telah memberi
seperangkat kemampuan dasar memilih kecenderungan berkembang.

D. Hakikat Pengembangan Metode Pendidikan


 Pengembangan metode pendidikan berhubunagn dengan alat-alat pendidikan yang
sangat penting digunakan dalam pendidikan, di antaranya adalah sebagai berikut:
 Pendidikan merupakan alat pendidikan karena tanpa pendidik, pendidikan tidak akan
berjalan dengan baik.
 Lembaga pendidikan yang memberikan tempat untuk pelaksanaan pendidikan formal
atau informal.
 Sarana dan prasarana pendidikan yang membantu kelancaran pelaksanaan pendidikan,
terutama dalam proses belajar dan mengajar.
 Kecakapan atau kopetensi pendidik sheingga memberikan pengajaran yang
profesional dan sesuai dengan kepabilitasnya.
 Metodologi pendidikan dan pendekatan sistem pengajaran yang digunakan, misalnya
menggunakan metode ceramah,diskusi, tanya jawab, penugasan atau pengajaran
dengan pola rekreatif.

BAB 7 : Epistimologi System Pengembangan Kepemimpinan Dalam Pendidikan


A. Pengertian system pendidikan
System pendidikan merupakan himpunan unsur pendidikan yang saling berhubungan
untuk mencapai yang di sepakati dalam visi dan misi kependidikan . salah satu sifat pokok
sitem pendidikan adalah orientasi objektifnya dan prilakuyang memiliki tujuan pendidikan .
yaitu menciptakan nilai dengan memfungsikan dengan sumber daya secara kombinatif dalam
memperdayakan masyarakat . sistem pendidikan dapat diartikan sebagai himpunan berbagai
komponen san sub komponen yang saling berhubungan dan integral . komponen pendidikan
memiliki hubungan timbal balik dan hubungan fungsional yang menyeluruh .
B. Sistem kepemimpinan pendidikan
Pemimpin yang di dalam bahasa inggrisnya leader adalah orang yang membawahi
para pekerja dalam suatu organisasi . pemimpin memiliki orang-orang yang pimpin .
pemimpin di artikan pula sebagai orang yang mempunyai wewenang dalam pengambilan
keputusan suatu organisasi . pemimpin juga dapat di artikan sebagai orang yang mampu
mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu yang menjadi harapan dan
tujuan sang pemimpin .
Pemimpin adalah subjek atau pelaku dari unsur-unsur yang terdapat dalam
kepemimpinan , yaiu adanya kekuasaan , pengaruh, kekuatan , dan pemegang tanggung
jawab utama bagi seluruh kegiatan yang di lakukan oleh bawahannya . meskipun tidak semua
pemimpin memiliki jiwa kepimpinan yang sama , secara timbal balik dan fungsional kedua
konsep tersebut tidak dapat dipisahkan
Dari pengertian di atas , terdapat unsur-unsur penting dari makna pemimpin , yaitu
sebagai berikut:
1. Unsur kekuasaan , yaitu menguasai dan mengendalikan struktur organisasi
2. Unsur instruksional , yaitu berwenang memberikan perintah , tugas , dan segala hal
yang harus dilaksanakan oleh bawahannya
3. Unsur responsibility , yang bertanggung jawab penuh terhadap seluruh kinerja
organisasi
4. Unsur pendelegasian yaitu memiliki hak dan wewenang memindahkan tugas kepada
bawahannya
5. Unsur supervis yaitu berkewajiban membina dan mengarahkan anak buahnya
6. Unsur strategi yaitu sebagai konseptor yang menyiasati berbagai upaya
mengembangkan organisasi
7. Unsur budaya yaitu yang membentuk model dan pola perilaku dalam berorganisasi
8. Unsur kharismatika yaitu yang memiliki kewibawaan yang sifatnya di bentuk secara
formal structural maupun secara cultural.

C. Pendidikan karaktek
Dengan pendidikan karakter di harapkan individu yang menjadi berprilaku sopan
sehingga mampu menghadapi konflik yang berbasis pada ras,suku,dan keagamaan.
Kesimpulan sistem pendidikan sangat berhubungan dengan sistem sosial . dengan pendidikan
maka karakter seorang individu berperilaku baik dan sopan. Dengan pendidikan pula tiap
individu mampu melakukan fungsi sosialnya dalam masyarakat . tiap pribadi merupakan
bagian dari sistem sosial dimana dia harus mampu menyesuaikan dengan segala kondisi dan
konsekuensinya . semakin baik tingkat pendidikan suatu masyarakat maka sistem sosialnya
juga semakin baik .sistem sosial akan tertata tanpa harus melewai konflik yang
berkepanjangan

BAB 8 : Filsafat Pendidikan Tentang Tanggung Jawab Pendidikan


Pada hakikatnya , tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab yang besar dan
penting karena pada tatanan operasionalnya . pendidikan merupakan pemberian bimbingan ,
pertolongan ,dan bantuan dari orang dewasa atau orang yang bertanggung jawab atas
pendidikan kepada anak yang belum dewasa . pendidikan merupakan bagian dari proses
pendewasaan rohaniah dan jasmaniah .
Kewajiban mendidik di arahkan pada ruang lingkup objek pendidikan yang jelas yaitu ;
1. Pendidikan dalam keluarga
2. Pendidikan di sekolah
3. Pendidikan di lingkungan masyarakat
Pokok-pokok pendidikan yang baik dalam keluarga harus membantu anak-anak memahami
posisi dan perannya masing-masing , membantu anak-anak memngenal san memahami
norma-norma kehidupan yang layak diaplikasikan
Peranan orang tua sebagai pendidikan adalah :
 Korektor , yaitu bagi perbuatan yang baik dan yang buruk agar anak memiliki
kemampuan memilih yang terbaik bagi kehidupannya
 Inspirator yaitu memberikan ragam informasi dan kemajuan ilmu pengetahuan kepada
anak agar ilmu pengetahuan anak didik semakin luas dan mendalam
 Indormator yaitu memberikan ragam informasi dan kemajuan ilmu pengetahuan
kepada anak agar ilmu pengetahuan anak didik semakin luas dan mendalam
Tanggung jawab pendidik dan pemerintah dalam pendidikan
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualisifikasi sebagai guru,dosen,konselor,
pamong belajar , widyaiswara,tutor,instruktur , fisilitator,dan menyelenggaran pendidikan .
dalam undang-undang sistem pendidikan nasional bab XI tentang pendidikan dan tenaga
kependidikan pada pasal 39 dikatakan sebagai berikut:
o Tenaga kependidikan
bertugas melaksanakan administrasi,pengolaan,pengembangan,pengawasan,dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan .
o Pendidik
merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran ,menilai hasil pembelajaran,melakukan pembimbingan dan
pelatihan,serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat , terutama
bagi pendidikan pada perguruan tinggi.

BAB 9 : Filsafat Pendidikan Tentang Peneltian Tindakan Kelas


 Pengertian penelitian tindakan kelas
Penelitian tindakan kelas berhubungan dengan praktik dan proses pembelajaran para
pendidik , guru maupun dosen . penilaian tindakan kelas merupakan bentuk reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik
pembelajaran di kelas secara lebih professional . penelitian tindakan kelas berupaya
meningkatkan dan mengembangkan profesionalisme guru dalam menunaikan tugasnya
,penelitian tindakan kelas di kenal dengan istilah dasroom sction research , yang di singkat
CAR,PTK atau CAR
classroom action research (CAR) adalah action research yang di laksanakan oleh guru di
dalam kelas , action research pada hakikatnya merupakan rangkaian riset-tindakan yang
dilakukan secara siklik , dalam rangka memecahkan masalah , sampai masalah tersebut
terpecahkan . ada beberapa jenis action research dua di antaranya adalah:
1) Individual action research
2) Collaborative acion research (CAR)
PTK mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan
professionalisme gur dalam proses belajar mengajar di kelas . kelas yang di maksud tidak
hanya ruang tertutup bias saja ketika anak sedang mengikuti karya wisuda.
Kegiatan di laboratotium , atau dimana saja ketika siswa mengajarkan tugas yang di
berikan oleh guru . semua komponen dalam sebuah kelas dapat di kaji melalui penelitian
tindakan lkelas ini . komponen tersebut , diantaranya siswa , guru , materi pelajaran ,
peralatan , hasil pembelajaran , lingkungan dan pengelolaan pembelajaran dan sebagainya
1 Karakteristik penelitian tindakan kelas
Karakteristik penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut :
 Masalah penelitian berangkat dari masalah pembelajaran yang di pandang pendidik
sebagai masalah yang menghambat tercapainya tujuan pembelajaran
 Problem pembelajaran dapat berupa metode belajar mengajar yang kurang efektif .
siswa yang kurang konsentrasi, buku bacaan yang kurang menarik , dan sebagainya
 Para pendidik harus memiliki kemampuan menelitian masalah-masalah yang terjadi
dalam proses pembelajaran sehingga pendidik akan mencari solusinya
 Tindakan-tindakan tertentu yang di lakukan pendidik bertujuan memperbaiki proses
belajar mengajar di kelas

Manfaat penelitian tindakan kelas (PTK) adalah :


 Membuat guru peka dan tanggap terhadap pembelajaran di kelasnya
 Guru menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang dilakukan siswanya
 Meningkatkan kinerja guru
 Dengan tahapan-tahapan PTK , guru mampu memperbaiki proses pembelajarannya
melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelas (actual maupun
factual )
 Secara filosofis , penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari epistemology
pendidikan karena penelitian tindakan kelas merupakan usaha para pendidik untuk
memperbaiki pendidikan , terutama menjawab permasalahan yag terjadi dalam proses
pembelajaran .
IDENTITAS BUKU
Isi Buku

Judul Buku : Philosophy of Education


Pengarang : Richard Pring
Penerbit : Bloomsbury Academic
Tahun Terbit : 2005
Jumlah Halaman Buku : 290 halaman
RINGKASAN BUKU

Bab I. Tujuan Pendidikan. Standar dan Nilai

Karya Kohlberg dan rekan2 nya memunculkan pemikiran baru mengenai posisi
filosofi pada pengembangan moral. Melihat adanya hubungan yang erat antara upaya
individu guru (secara hati-hati diinformasikan oleh pedagogi berbasis penelitian) dan konteks
sosial yang lebih luas serta etos sekolah. Di zaman di mana hubungan semakin berkurang, di
mana guru disalahkan karena kegagalan pendidikan, atau seperti iklim moral sekolah yang
tidak memiliki relevansi atau ketika efektivitas diwujudkan tanpa adanya tujuan moral dan
idealisme, maka akan menjadi satu hal yang mencerahkan ketika filsafat, psikologi dan
sosiologi dikaji secara bersama di dalam suatu pokok bahasan interdisipliner.
Kritik terhadap karya Kholberg dianggap sebagai pelengkap bukan sebagai upaya
untuk menentangnya. Konsep mengenai tahapan pengembangan moral sebagai suatu logika
moral berpikir yang menandai kebebasan berpikir di kalangan anak muda pada berbagai
rentang usia, pandangan mengenai sulitnya upaya mencari indikator keadilan dan prinsip
yang universal merupakan suatu bentuk titik tolak bagi pengembangan teori, riset, dan
praktek pengembangan lebih lanjut. Ilmu pada dasarnya bersifat sementara tetapi menjadi
pertanda kekuatan dari suatu dasar studi yang harus senantiasa dipelajari kembali untuk
meningkatkan pemahaman lebih lanjut.
Dengan mengacu pada semangat tersebut, penulis menyajikan ceramahnya ini. Tema
karya ini adalah tujuan dan praktek pendidikan moral yang didasarkan pada pemikiran
Kohlberg dan rekan2 nya tidak harus dijadikan bagian dari kurikulum tetapi merupakan
sesuatu yang lebih tinggi tingkatannya.tujuan seperti dan praktek semacam itu menjadi dasar
apa yang disebut sebagai praktek pendidikan. Pendidikan sendiri merupakan praktek moral
bagian dari studi mengenai manusia atau kemanusiaan, bukan ilmu sosial.
Idealnya praktek berada di tangan pendidik moral bukan di tangan manajer, pelatih
atau instruktur kurikulum. Kenyataan bahwa meningkatnya bahasa pendidikan dalam artian
mengelola, melatih, dan menyampaikan merupakan alasan utama karya ini disajikan. Ada dua
masalah yang akan timbul jika hal ini tidak dipahami dengan benar. Pertama, praktek aktual
dari pendidikan menjadi terpisah dari perspektif moral. Tidak akan ada gagasan pendorong
dan yang menyatukan, tidak ada keseragaman nilai untuk mengikat moral atas kekuatan
pihak yang mencari pemahaman pendidikan dari sudut pandang mereka sendiri atau dari
sudut pandang politis. Kedua, yang juga masih terkait dengan poin di atas adanya perbedaan
yang nyata antara tujuan pendidikan dan cara mencapai tujuan tersebut. Memahami
pendidikan dari sekedar ceramah moral menghasilkan teori efektivitas yang mengabaikan
pertanyaan ‘efektif untuk apa?’. Aktivitas moral tidak memerlukan justifikasi di luar diri
mereka sendiri. Konsep keadilan bisa saja diadopsi atau diterapkan untuk mendapatkan
dukungan, tetapi itu bukan merupakan suatu hal positif dari keadilan. Praktek pendidikan
menyatukan serangkaian kegiatan yangmengandung nilai dan tujuan moral. Sasaran akhir
terpisah dari cara mencapai sasaran. Pengembangan konsep rasionalitas sebagai sesuatu yang
membedakan kualitas manusia digabungkan pada prosedur dan materi pembelajaran.

Bab. II. Tujuan Pendidikan. Teori dan Praktis


Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi dilahirkan dan berlangsung
seumus hidup.pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang banyak
dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam
kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.
Pendidikan merupakan kegiatan yang hanya dilakukan oleh manusia dengan lapangan yang
sangat luas, yang mencakup semua pengalaman serta pemikiran manusia tentang pendidikan.
Pendidikan sebagai suatu praktik dalam kehidupan, seperti halnya dengan kegiatan-kegiatan
lain. Pendidikan dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: (1) pendidikan sebagai praktik dan (2)
pendidikan sebagai teori. Diantara keduanya memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan.
Praktik pendidikan seyogyanya berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-
teori pendidikan seyogyanya bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi
dalam praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan
dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik pendidikan.

A. Praktik Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi
pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam
yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama
pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi. Praktik pendidikan adalah
seperangkat kegiatan bersama yang bertujuan membantu pihak lain agar mengalami
perubahan tingkah laku yang diharapkan. Praktik pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek,
yaitu aspek tujuan, aspek proses kegiatan, dan aspek dorongan(motivasi).
Tujuan praktik pendidikan adalah membantu pihak lain mengalami perubahan tingkah
laku fundamental yang diharapkan.Proses kegiatan merupakan seperangkat kegiatan
sosial/bersama, usaha menciptakan peristiwa pendidikan dan mengarahkannya, serta
merupakan usaha secara sadar atau tidak sadar melaksanakan prinsip-prinsip
pendidikan.Dorongan atau motifasi untuk melaksanakan praktik pendidikan muncul karena
dirasakan adanya kewajiban untuk menolong orang lain.

B. Teori Pendidikan
Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah
tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan
dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari
pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang
mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas. Mengapa kita
harus mempelajari teori pendidikan? Karena yang kita hadapi dalam dunia pendidikan adalah
manusia. Karena mendidik itu merupakan perbuatan yang harus betul-betul didasari dan
disadari dalam rangka membimbing manusia pada suatu tujuan yang akan dicapai.
Dalam pendidikan tidak dikenal suatu resep yang pasti (mutlak), karena yang utama dalam
pendidikan adalah kreativitas dan kepribadian pendidik.
Pendidikan memerlukan teori pendidikan, karena teori pendidikan akan memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Teori pendidikan dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui arah dan tujuan yang
akan dicapai.
2. Teori pendidikan berfungsi untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktik
pendidikan. Dengan begitu kita dapat mengetahui mana yang boleh dan mana yang
tidak boleh dilakukan.
3. Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai tolak ukur sampai dimana kita telah berhasil
dalam melaksanakan tugas dalam pendidikan.
BAB III. Tujuan Pendidikan dan Persiapan Pengajaran.
A. Tujuan Pendidikan
Apa yang sekarang kita anggap sebagai pendidikan adalah bukan hasil dari kesatuan awal
yang telah terversifikasi tapi pertemuan dan tumpang tindih beberapa praktik. Banyak pikiran
telah diberikan kepada daya meyakinkan dan legitimasi dari berbagai sekolah, perguruan
tinggi, dan lembaga-lembaga lain yang sekarang umum., dan efek sosial dan budaya yang
mengikuti dari ini. Banyak diskusi di sini mengaktifkan perbedaan antara pendidikan
kejuruan dan liberal. Ini, bagaimanapun, adalah kurang jelas daripada mungkin tampak.
Perbedaan terlalu cepat semakin terikat dengan dikotomi antara intrinsik dan
ekstrinsik tersebut. identifikasi kejuruan dengan ujung eksternal memiliki masuk akal
dangkal dan dalam beberapa kegiatan tampaknya sepenuhnya masuk akal. Belajar pengolah
kata seemsto memiliki sedikit titik selain dari kegunaannya. Jika misalnya menimbulkan
keraguan, bagaimanapun, mempertimbangkan mengetik, pendahulu pengolah kata, di mana
lebih dari satu generasi perempuan dilatih. Mungkin beberapa mendapatkan kepuasan dari
kegiatan tersebut, tetapi akan aneh untuk menemukan pemenuhan itu,jika terlepas dari
kegunaannya. Sebaliknya, studi kejuruan seperti obat atau teknik menggabungkan potensi
untuk penyelidikan dan pemahaman yang memiliki bentuk sendiri kepuasan, tidak pernah
berakhir kemungkinan dari pertumbuhan. Studi dalam bidang kedokteran dan biologi
tumpang tindih dalam sedemikian rupa sehingga siswa atau peneliti yang bekerja di disiplin
ilmu masing-masing dapat terlibat dalam kegiatan yang sama. Oleh karena itu, tidak ada
alasan untuk menganggap bahwa kegunaan utama dari kegiatan tertentu harus membuat
mereka kurang intrinsik kaya. Selain itu, tidak berguna jelas studi seperti Yunani kuno atau
Latin menyembunyikan kemungkinan bahwa mereka mungkin melatih pikiran dengan cara
yang berguna dalam berbagai bidang pekerjaan.
Dalam The Wealth of Nations Adam Smith menyajikan gambaran masyarakat sebagai
sistem yang efisien di mana lembaga-lembaga pendidikan memainkan peran penting,
dibenarkan dalam hal utilitas mereka. Smith mengakui bahwa pembagian kerja yang
diperlukan untuk kemajuan ekonomi dan kreatifitas masyarakat yang beradab. Namun
consewuence dari ini adalah bahwa pikiran pekerja akan tumpul oleh keberulangan dan
kisaran sempit tugas mereka, tumpul dengan cara yang tidak terjadi dalam masyarakat yang
lebih primitif: ini adalah dasar dari pembusukan moral dan intelektual. Jadi masyarakat
beradab di dirusak oleh sangat langkah dibentuk untuk membawa sekitar. Sebagai paliatif
dengan kondisi terasing dari mayoritas di masyarakat seperti itu. Namun, Smith ternyata lagi
untuk pendidikan, dan sekarang pelatihan dalam geometri dan mekanika pikir persiapan yang
tepat untuk pekerjaan ini dilengkapi dengan pengantar "luhur" pengejaran berguna. Karena
cara degenerasi adalah, karena itu, dibangun ke dalam sistem utilitas, kita memiliki paradoks
yang berguna menjadi berguna bagi masyarakat itu dirancang untuk menciptakan.
Sebaliknya, mengejar pengetahuan luhur berguna menjadi berguna dalam mengatasi efek-
efek terburuk dari utilitas, dan karenanya dalam mempertahankan masyarakat. Pertentangan
antara manfaat dan tidak berguna mulai berantakan.
Intrinsik / ekstrinsik dikotomi ini kemudian jelas kurang stabil daripada telah banyak
seharusnya. Tapi intinya di sini adalah lebih umum dan mendalam: dikotomi mungkin itu
sendiri terikat ke sarana-ujung berpikir bahwa aturan-aturan dari muka cara tertentu berpikir
tentang pendidikan. Yang jelas adalah bahwa hubungan sarana untuk tujuan berbeda dengan
praktek-praktek yang berbeda. Mengetik merupakan sarana untuk produksi huruf cetak, di
mana proses alternatif akan melayani sama baiknya. Teknik ini tidak dibuang dengan cara ini.
Kisaran praktik tertutup bt istilah ini adalah jauh lebih besar daripada yang terjadi dengan
mengetik, meliputi desain dan penguasaan mesin, namun mereka dapat berkembang. Manusia
dengan sifatnya hidup dalam dunia yang semakin dibentuk oleh desain dan manufaktur
praktek sehingga, sementara mengetik mungkin usang, teknik itu sendiri tidak bisa. Rekayasa
melibatkan penguasaan sarana teknis yang menggabungkan beberapa rasa etika yang lebih
besar dari tujuan dan efek. Aspek teknik mungkin dikejar di lembaga pendidikan di jauh lebih
terbatas, dan memang usang, cara, tetapi siapa saja yang dilatih hanya dalam teknik tertentu
tanpa mengacu pada pertimbangan-pertimbangan yang lebih besar hampir melakukan
rekayasa sama sekali, lagi, yaitu, dari adalah juru ketik.
Dengan mengubah praktek dalam pendidikan kejuruan pertimbangan etis yang lebih
besar yang datang untuk diakui dalam kurikulum. Setelah periode di mana istilah "kejuruan"
memiliki aura yang kuat, kepraktisan keras kepala, dan mengikuti pengakuan kesia-siaan
banyak pelatihan kejuruan, telah ada beberapa pemikiran ulang dari lapangan pada umumnya.
Tapi kecenderungan telah menggabungkan etika dipahami pertama dan terutama dalam hal
isu-isu. Dengan demikian, program dalam etika kedokteran atau bisnis telah burgeoned.
Isolasi etika dalam komponen diskrit program mungkin memiliki efek memperkuat
keyakinan bahwa ada objektivitas kasar, bisnis nyata kejuruan, untuk yang pertimbangan ini
melekat. Yang kurang jelas adalah memperhatikan cara-cara di mana beberapa rasa yang baik
harus mencirikan praktik seperti itu, harus memberi mereka arti yang sangat mereka. wacana
saat ini tentang pendidikan kejuruan hampir benar-benar tanpa rasa kaya apa panggilan yang
mungkin. Hilangnya rasa panggilan bukanlah pengganti idealisme dengan down-to-earth
kepraktisan. Bahwa panggilan mungkin memberikan arti hidup seseorang secara keseluruhan
dipahami hanya tingkat paling terbatas.

B. Persiapan Pengajaran
Mengajar berarti terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menghasilkan pembelajaran.
Dengan demikian, saya bisa saja mengajar dengan menggunakan contoh, dengan instruksi,
melalui penjelasan, dengan berbagi pengalaman, dengan menulis bahan yang sesuai.
Kesamaannya adalah; a) maksud pembelajaran, b) adanya hubungan antara apa yang
dikatakan dan dikerjakan guru dengan apa yang diharapkan oleh siswa untuk dipelajari, dan
c) hubungan antara apa yang dikatakan dan dilakukan guru dengan kondisi mental pelajar.
Dengan demikian, seseorang tidak bisa dikatakan mengajar jika materi yang disampaikan
mengenai fisika nuklir tidak ada hubungannya dengan tingkat pemahaman pembelajar.
Guru adalah bagian dari sebuah profesi. Mereka telah dikenalkan pada praktek sosial
sesuai dengan prinsip sendiri perilaku dan nilai-nilai. Mereka mewujudkan komitmen untuk
membantu kaum muda untuk belajar hal-hal yang yang dinilai berharga.
Pengajaran, mencerminkan pembagian moral masyarakat yang lebih luas - dan guru,
dalam membuat pilihan tentang isi pembelajaran atau tentang cara-cara untuk
mempromosikan pembelaran mau tidak mau bisa terjebak dalam perdebatan moral. Meskipun
kegiatan mengajar mencerminkan pembagian moral dalam masyarakat, kegiatan tersebut
berhubungan dengan konsep-konsep, ide-ide, prinsip, pemahaman yang memungkinkan
siswa memahami dunia. Mungkin ada banyak hal yang berharga lainnya yang harus
dilakukan dalam hidup, akan tetapi nilai-nilai bahwa mengajar adalah membuat orang-orang
menjadi pemahaman atau bisa mengerti belum terlalu dipahami.
Istilah pemahaman memiliki banyak dimensi. orang dari ilmu fisika akan mempelajari
mengenai konsep dasar ilmu pengetahuan. orang dari ilmu sosial dan beraliran moral akan
memahami nilai dan gagasan yang menjadi dasar suatu tindakan. Evaluasi atas pemahaman
tersebut akan menganggap serius bentuk pemahaman, persepsi, penilaian dari orang lain -
baik melalui literatur, sejarah, teologi atau dari ilmu lain. Evaluasi ini tertanam dalam tradisi
dan terus menerus disempurnakan melalui kritik dan pengalaman baru. Profesi mengajar
menjaga tradisi tersebut melalui keterlibatan kritis. Guru, dalam membantu pelajar untuk
memahami, baik untuk menghargai apa yang diwariskan dan juga membantu mereka agar
bersikap kritis dengan tradisi.
Pengajaran lebih dari serangkaian tindakan yang spesifik dimana seseorang dibantu
untuk mempelajari suatu pengetahuan. Penajaran adalah Kegiatan dimana guru berbagi dalam
suatu kondisi moral, berisikan proses inisiasi siswa untuk menjadi orang yang bisa melihat
dunia lebih luas dan lebih manusiawi. Dengan demikian, pengajaran adalah transaksi antara
ide yang diwujudkan dalam teks-teks tertentu dan artefak serta dunia pribadi siswa yang
sedang berusaha untuk memahami, mencari nilai, terlibat dalam penemuan, menemukan cita-
cita yang layak diperjuangkan, serta ide-ide baru. Transaksi ini dilakukan melalui hubungan
interpersonal guru dengan peserta didik. Apapun rencana pemerintah untuk mengelola
pembelajaran (berpikir dengan istilah bisnis '), tidak bisa menghindari jenis hubungan moral
seorang guru atas apa yang patut diajarkan dan bagaimana cara mengajarkannya.

Anda mungkin juga menyukai