dan
Disusun Oleh:
Nama :
NIM :
Program Studi :
Kelas :
Kata filsafat berasal dari bahasa inggris dan bahasa yunani. Dalam bahasa inggris.
Yaitu fhilosophy. Sedangkan bahasa yunani philein atau philos dan shopi. Ada pula yang
mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa arab , yaitu falsafah yang artinya al-
hikma.philos artinya cinta . sedangkan shopia,artinya kebijaksanaan . dengan demikian .
filsafat dapat di artikan “ cinta kebijaksanaan atau al-hikma” orang yang mencintai atau
mencari kebijaksanaan atau kebenaran disebut filsuf
Menurut plato dan aristoteles kebenaran adalah apabila “ pernyataan yang di anggap
benar itu bersifat koheren atau konsisten dengan penyataan sebelumnya”. Dengan demikian
kebenaran berfungsi sebagai tolak ukur antara suatu peristiwa yang terjadi sebelum dan
sesudahnya , jika cocok di anggap benar dan tidak cocok tidak diterima sebagai kebenaran.
Kebenaran yang di demikian agakya cenderung mengandung pengertian yang relatif sebab
tergantung dari faktor ruang dan waktu . dari kutipan diatas dapat dipahami bahwa pengertian
filsafat dari segi ketatabahasaan adalah cinta teradap pengetahuan atau kebijaksanaan atau
kebenaran.
Beberapa definisi filsafat dapat di kemukakan sebagai berikut :
Filsafat adalah proses pencarian kebenaran dengan cara menulusuri hakikat dan
sumber kebenaran secara sistematis , logis,kritis,rasional,dans spekulatif
Filsafat ada;ah pencarian kebenaran dengan cara berfikir sistematis yang dilakukan
secara teratur mengikuti system yang berlaku sehingga tahapan_tahapannya mudah di
ikuti.
Pengertian formal dari filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap yang di junjung tinggi.
Filsafat adalah seni kritik dengan tidak membatasi diri dari destruksi pemikiran
tentang kebenaran . franz magnis suseno menegaskan bahwa kritis dalam filsafat
adalah kritis dalam arti bahwa filsafat tidak pernah puas diri,tidak pernah menganggap
suatu dianggap sudah selesai.
Filsafat adalah pengetuan metodis , sistematis , dan koheren tentang seluruh
kenyataan (realitas).filsafat merupakan refleksi rasional atau keseluruhan realitas
untuk mencapai hakikat (kebenaran)dan memperoleh hikmat(kebijaksanaan)
Filsafat adalah pencarian kebenaran tanpa mengenal batas dengan menggunakan rasio
secara sistemaris dan radikal yang diawali keraguan atas segala sesuatu
Objek materi filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada ,
sedangkan objek formal filsafat adalah pencarian terhadap ada dan yang mungkin ada
yang dipiokirkan secara kontemplatif pada problematika yang tidak dapat di jangkau
oleh pendekatan empiris dan observatif yang biasanya berada dalam sains.
Kajian utama filsafat berkaitan dengan masalah ilmu pengetahuan dengan memikirkan
hakikat pengetahuan dan hakikat keberadaan segala sesuatu.kajiannya mengarahkan diri
dasar-dasar pengetahuan dalam bentuk penalaran,logika,sumber pengetahuan,dan criteria.
Hakikat filsafat memfokuskan pada batas-batas penjelajahan ilmu yang di lengkapi perspektif
epiistemologis tentang system berfikir dan struktur pengetahuan ilmiah.
Manfaat filsafat dalam kehidupan :
1) Dasar dalam bertindak.
2) Dasar dalam mengambil keputusan.
3) Mengurangi salah paham dan konflik.
4) Bersiap siaga mengatasi situasi dunia yang selalu berubah.
5) Mendalami konsep yang sudah baku dan dengan melihat substansinya.
6) Merumuskan teori atau kerangka pemikiran.
7) Membangun paham-paham yang mengindeologis.
8) Membangun sikap saling menghargai pendapat satu sama lain dan tidak truth claim.
9) Mengembangkan pemahaman berbagai persoalan
A. Pengertian pendidikan
W.J.S Poerwadarminta, menjelaskan arti pendidikan sebagai berikut:
1. Pendidikan sebagai kata benda, berarti proses perubahan sikap dan tingkah lau
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan. Pendidikan, yaitu pendewasaan diri melalui pengajaran dan
latihan.
2. Dalam dictionary of education, makna education adalah kumpulan semua proses yang
memungkinkan seseorang mengembangkan kemampuan,sikap,dan bentuk tingkah
laku yang bernilai positif di dalam masyarakat tempat ia hidup
3. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk
memotivasi,membina,membantu, dan membimbing seseorang untuk mengembangkan
segala potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih baik.
4. Pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh
orang lain maupun oleh dirinya sendiri, dalam arti tuntutan agar anak didik memiliki
kemerdekaan berffikir,merasa, berbicara, dan bertindak serta percaya diri dengan
penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan dan perilaku kehidupan sehari-hari.
5. Pendidikan merupakan usaha pengembangan kualitas diri manusia dalam segala
aspeknya. Pendidikan sebagai aktivitas yang disengaja untuk mencapai tujuan tertentu
dan melibatkan berbagai faktor yang saling berkaitan antara satu dan lainnya sehingga
mmbentuk satu sistem yang saling mempengaruhi.
6. Pendidikan adalah aktivitas bimbingan yang disengaja untuk mencapai kepribadian
yang luhur, baik yang berkaitan dengan dimensi jasmani,rohani,akal,maupun moral.
7. Pendidikan adalah proses bimbingan secara sadar seorang pendidik sehingga aspek
jasmani, rohani,dan akal anak didik tumbuh dan berkembang menuju terbentuknya
pribadi,keluarga, dan amsyarakat yang berbudi.
8. Pendidikan adalah pengembangan kedewasaan berpikir melalui proses transmisi ilmu
pengetahuan.
Pendidikan adalah upaya menghubungkan potensi manusiawi peserta didik, baik potensi
didik, potensi cipta,rasa maupun karsanya agar potensi tersebut menjadi nyata dan berfungsi
dalam perjalanan hidupnya. Dasar manusiawi adalah cita-cita kemanusian universal.
Pendidikan bagi manusia merupakan kebutuhan dasar dan hak asasi yang paling fundamental.
C. Pendidikan karaktek
Dengan pendidikan karakter di harapkan individu yang menjadi berprilaku sopan
sehingga mampu menghadapi konflik yang berbasis pada ras,suku,dan keagamaan.
Kesimpulan sistem pendidikan sangat berhubungan dengan sistem sosial . dengan pendidikan
maka karakter seorang individu berperilaku baik dan sopan. Dengan pendidikan pula tiap
individu mampu melakukan fungsi sosialnya dalam masyarakat . tiap pribadi merupakan
bagian dari sistem sosial dimana dia harus mampu menyesuaikan dengan segala kondisi dan
konsekuensinya . semakin baik tingkat pendidikan suatu masyarakat maka sistem sosialnya
juga semakin baik .sistem sosial akan tertata tanpa harus melewai konflik yang
berkepanjangan
Karya Kohlberg dan rekan2 nya memunculkan pemikiran baru mengenai posisi
filosofi pada pengembangan moral. Melihat adanya hubungan yang erat antara upaya
individu guru (secara hati-hati diinformasikan oleh pedagogi berbasis penelitian) dan konteks
sosial yang lebih luas serta etos sekolah. Di zaman di mana hubungan semakin berkurang, di
mana guru disalahkan karena kegagalan pendidikan, atau seperti iklim moral sekolah yang
tidak memiliki relevansi atau ketika efektivitas diwujudkan tanpa adanya tujuan moral dan
idealisme, maka akan menjadi satu hal yang mencerahkan ketika filsafat, psikologi dan
sosiologi dikaji secara bersama di dalam suatu pokok bahasan interdisipliner.
Kritik terhadap karya Kholberg dianggap sebagai pelengkap bukan sebagai upaya
untuk menentangnya. Konsep mengenai tahapan pengembangan moral sebagai suatu logika
moral berpikir yang menandai kebebasan berpikir di kalangan anak muda pada berbagai
rentang usia, pandangan mengenai sulitnya upaya mencari indikator keadilan dan prinsip
yang universal merupakan suatu bentuk titik tolak bagi pengembangan teori, riset, dan
praktek pengembangan lebih lanjut. Ilmu pada dasarnya bersifat sementara tetapi menjadi
pertanda kekuatan dari suatu dasar studi yang harus senantiasa dipelajari kembali untuk
meningkatkan pemahaman lebih lanjut.
Dengan mengacu pada semangat tersebut, penulis menyajikan ceramahnya ini. Tema
karya ini adalah tujuan dan praktek pendidikan moral yang didasarkan pada pemikiran
Kohlberg dan rekan2 nya tidak harus dijadikan bagian dari kurikulum tetapi merupakan
sesuatu yang lebih tinggi tingkatannya.tujuan seperti dan praktek semacam itu menjadi dasar
apa yang disebut sebagai praktek pendidikan. Pendidikan sendiri merupakan praktek moral
bagian dari studi mengenai manusia atau kemanusiaan, bukan ilmu sosial.
Idealnya praktek berada di tangan pendidik moral bukan di tangan manajer, pelatih
atau instruktur kurikulum. Kenyataan bahwa meningkatnya bahasa pendidikan dalam artian
mengelola, melatih, dan menyampaikan merupakan alasan utama karya ini disajikan. Ada dua
masalah yang akan timbul jika hal ini tidak dipahami dengan benar. Pertama, praktek aktual
dari pendidikan menjadi terpisah dari perspektif moral. Tidak akan ada gagasan pendorong
dan yang menyatukan, tidak ada keseragaman nilai untuk mengikat moral atas kekuatan
pihak yang mencari pemahaman pendidikan dari sudut pandang mereka sendiri atau dari
sudut pandang politis. Kedua, yang juga masih terkait dengan poin di atas adanya perbedaan
yang nyata antara tujuan pendidikan dan cara mencapai tujuan tersebut. Memahami
pendidikan dari sekedar ceramah moral menghasilkan teori efektivitas yang mengabaikan
pertanyaan ‘efektif untuk apa?’. Aktivitas moral tidak memerlukan justifikasi di luar diri
mereka sendiri. Konsep keadilan bisa saja diadopsi atau diterapkan untuk mendapatkan
dukungan, tetapi itu bukan merupakan suatu hal positif dari keadilan. Praktek pendidikan
menyatukan serangkaian kegiatan yangmengandung nilai dan tujuan moral. Sasaran akhir
terpisah dari cara mencapai sasaran. Pengembangan konsep rasionalitas sebagai sesuatu yang
membedakan kualitas manusia digabungkan pada prosedur dan materi pembelajaran.
A. Praktik Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi
pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam
yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama
pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi. Praktik pendidikan adalah
seperangkat kegiatan bersama yang bertujuan membantu pihak lain agar mengalami
perubahan tingkah laku yang diharapkan. Praktik pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek,
yaitu aspek tujuan, aspek proses kegiatan, dan aspek dorongan(motivasi).
Tujuan praktik pendidikan adalah membantu pihak lain mengalami perubahan tingkah
laku fundamental yang diharapkan.Proses kegiatan merupakan seperangkat kegiatan
sosial/bersama, usaha menciptakan peristiwa pendidikan dan mengarahkannya, serta
merupakan usaha secara sadar atau tidak sadar melaksanakan prinsip-prinsip
pendidikan.Dorongan atau motifasi untuk melaksanakan praktik pendidikan muncul karena
dirasakan adanya kewajiban untuk menolong orang lain.
B. Teori Pendidikan
Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah
tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan
dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari
pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang
mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas. Mengapa kita
harus mempelajari teori pendidikan? Karena yang kita hadapi dalam dunia pendidikan adalah
manusia. Karena mendidik itu merupakan perbuatan yang harus betul-betul didasari dan
disadari dalam rangka membimbing manusia pada suatu tujuan yang akan dicapai.
Dalam pendidikan tidak dikenal suatu resep yang pasti (mutlak), karena yang utama dalam
pendidikan adalah kreativitas dan kepribadian pendidik.
Pendidikan memerlukan teori pendidikan, karena teori pendidikan akan memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Teori pendidikan dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui arah dan tujuan yang
akan dicapai.
2. Teori pendidikan berfungsi untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktik
pendidikan. Dengan begitu kita dapat mengetahui mana yang boleh dan mana yang
tidak boleh dilakukan.
3. Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai tolak ukur sampai dimana kita telah berhasil
dalam melaksanakan tugas dalam pendidikan.
BAB III. Tujuan Pendidikan dan Persiapan Pengajaran.
A. Tujuan Pendidikan
Apa yang sekarang kita anggap sebagai pendidikan adalah bukan hasil dari kesatuan awal
yang telah terversifikasi tapi pertemuan dan tumpang tindih beberapa praktik. Banyak pikiran
telah diberikan kepada daya meyakinkan dan legitimasi dari berbagai sekolah, perguruan
tinggi, dan lembaga-lembaga lain yang sekarang umum., dan efek sosial dan budaya yang
mengikuti dari ini. Banyak diskusi di sini mengaktifkan perbedaan antara pendidikan
kejuruan dan liberal. Ini, bagaimanapun, adalah kurang jelas daripada mungkin tampak.
Perbedaan terlalu cepat semakin terikat dengan dikotomi antara intrinsik dan
ekstrinsik tersebut. identifikasi kejuruan dengan ujung eksternal memiliki masuk akal
dangkal dan dalam beberapa kegiatan tampaknya sepenuhnya masuk akal. Belajar pengolah
kata seemsto memiliki sedikit titik selain dari kegunaannya. Jika misalnya menimbulkan
keraguan, bagaimanapun, mempertimbangkan mengetik, pendahulu pengolah kata, di mana
lebih dari satu generasi perempuan dilatih. Mungkin beberapa mendapatkan kepuasan dari
kegiatan tersebut, tetapi akan aneh untuk menemukan pemenuhan itu,jika terlepas dari
kegunaannya. Sebaliknya, studi kejuruan seperti obat atau teknik menggabungkan potensi
untuk penyelidikan dan pemahaman yang memiliki bentuk sendiri kepuasan, tidak pernah
berakhir kemungkinan dari pertumbuhan. Studi dalam bidang kedokteran dan biologi
tumpang tindih dalam sedemikian rupa sehingga siswa atau peneliti yang bekerja di disiplin
ilmu masing-masing dapat terlibat dalam kegiatan yang sama. Oleh karena itu, tidak ada
alasan untuk menganggap bahwa kegunaan utama dari kegiatan tertentu harus membuat
mereka kurang intrinsik kaya. Selain itu, tidak berguna jelas studi seperti Yunani kuno atau
Latin menyembunyikan kemungkinan bahwa mereka mungkin melatih pikiran dengan cara
yang berguna dalam berbagai bidang pekerjaan.
Dalam The Wealth of Nations Adam Smith menyajikan gambaran masyarakat sebagai
sistem yang efisien di mana lembaga-lembaga pendidikan memainkan peran penting,
dibenarkan dalam hal utilitas mereka. Smith mengakui bahwa pembagian kerja yang
diperlukan untuk kemajuan ekonomi dan kreatifitas masyarakat yang beradab. Namun
consewuence dari ini adalah bahwa pikiran pekerja akan tumpul oleh keberulangan dan
kisaran sempit tugas mereka, tumpul dengan cara yang tidak terjadi dalam masyarakat yang
lebih primitif: ini adalah dasar dari pembusukan moral dan intelektual. Jadi masyarakat
beradab di dirusak oleh sangat langkah dibentuk untuk membawa sekitar. Sebagai paliatif
dengan kondisi terasing dari mayoritas di masyarakat seperti itu. Namun, Smith ternyata lagi
untuk pendidikan, dan sekarang pelatihan dalam geometri dan mekanika pikir persiapan yang
tepat untuk pekerjaan ini dilengkapi dengan pengantar "luhur" pengejaran berguna. Karena
cara degenerasi adalah, karena itu, dibangun ke dalam sistem utilitas, kita memiliki paradoks
yang berguna menjadi berguna bagi masyarakat itu dirancang untuk menciptakan.
Sebaliknya, mengejar pengetahuan luhur berguna menjadi berguna dalam mengatasi efek-
efek terburuk dari utilitas, dan karenanya dalam mempertahankan masyarakat. Pertentangan
antara manfaat dan tidak berguna mulai berantakan.
Intrinsik / ekstrinsik dikotomi ini kemudian jelas kurang stabil daripada telah banyak
seharusnya. Tapi intinya di sini adalah lebih umum dan mendalam: dikotomi mungkin itu
sendiri terikat ke sarana-ujung berpikir bahwa aturan-aturan dari muka cara tertentu berpikir
tentang pendidikan. Yang jelas adalah bahwa hubungan sarana untuk tujuan berbeda dengan
praktek-praktek yang berbeda. Mengetik merupakan sarana untuk produksi huruf cetak, di
mana proses alternatif akan melayani sama baiknya. Teknik ini tidak dibuang dengan cara ini.
Kisaran praktik tertutup bt istilah ini adalah jauh lebih besar daripada yang terjadi dengan
mengetik, meliputi desain dan penguasaan mesin, namun mereka dapat berkembang. Manusia
dengan sifatnya hidup dalam dunia yang semakin dibentuk oleh desain dan manufaktur
praktek sehingga, sementara mengetik mungkin usang, teknik itu sendiri tidak bisa. Rekayasa
melibatkan penguasaan sarana teknis yang menggabungkan beberapa rasa etika yang lebih
besar dari tujuan dan efek. Aspek teknik mungkin dikejar di lembaga pendidikan di jauh lebih
terbatas, dan memang usang, cara, tetapi siapa saja yang dilatih hanya dalam teknik tertentu
tanpa mengacu pada pertimbangan-pertimbangan yang lebih besar hampir melakukan
rekayasa sama sekali, lagi, yaitu, dari adalah juru ketik.
Dengan mengubah praktek dalam pendidikan kejuruan pertimbangan etis yang lebih
besar yang datang untuk diakui dalam kurikulum. Setelah periode di mana istilah "kejuruan"
memiliki aura yang kuat, kepraktisan keras kepala, dan mengikuti pengakuan kesia-siaan
banyak pelatihan kejuruan, telah ada beberapa pemikiran ulang dari lapangan pada umumnya.
Tapi kecenderungan telah menggabungkan etika dipahami pertama dan terutama dalam hal
isu-isu. Dengan demikian, program dalam etika kedokteran atau bisnis telah burgeoned.
Isolasi etika dalam komponen diskrit program mungkin memiliki efek memperkuat
keyakinan bahwa ada objektivitas kasar, bisnis nyata kejuruan, untuk yang pertimbangan ini
melekat. Yang kurang jelas adalah memperhatikan cara-cara di mana beberapa rasa yang baik
harus mencirikan praktik seperti itu, harus memberi mereka arti yang sangat mereka. wacana
saat ini tentang pendidikan kejuruan hampir benar-benar tanpa rasa kaya apa panggilan yang
mungkin. Hilangnya rasa panggilan bukanlah pengganti idealisme dengan down-to-earth
kepraktisan. Bahwa panggilan mungkin memberikan arti hidup seseorang secara keseluruhan
dipahami hanya tingkat paling terbatas.
B. Persiapan Pengajaran
Mengajar berarti terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menghasilkan pembelajaran.
Dengan demikian, saya bisa saja mengajar dengan menggunakan contoh, dengan instruksi,
melalui penjelasan, dengan berbagi pengalaman, dengan menulis bahan yang sesuai.
Kesamaannya adalah; a) maksud pembelajaran, b) adanya hubungan antara apa yang
dikatakan dan dikerjakan guru dengan apa yang diharapkan oleh siswa untuk dipelajari, dan
c) hubungan antara apa yang dikatakan dan dilakukan guru dengan kondisi mental pelajar.
Dengan demikian, seseorang tidak bisa dikatakan mengajar jika materi yang disampaikan
mengenai fisika nuklir tidak ada hubungannya dengan tingkat pemahaman pembelajar.
Guru adalah bagian dari sebuah profesi. Mereka telah dikenalkan pada praktek sosial
sesuai dengan prinsip sendiri perilaku dan nilai-nilai. Mereka mewujudkan komitmen untuk
membantu kaum muda untuk belajar hal-hal yang yang dinilai berharga.
Pengajaran, mencerminkan pembagian moral masyarakat yang lebih luas - dan guru,
dalam membuat pilihan tentang isi pembelajaran atau tentang cara-cara untuk
mempromosikan pembelaran mau tidak mau bisa terjebak dalam perdebatan moral. Meskipun
kegiatan mengajar mencerminkan pembagian moral dalam masyarakat, kegiatan tersebut
berhubungan dengan konsep-konsep, ide-ide, prinsip, pemahaman yang memungkinkan
siswa memahami dunia. Mungkin ada banyak hal yang berharga lainnya yang harus
dilakukan dalam hidup, akan tetapi nilai-nilai bahwa mengajar adalah membuat orang-orang
menjadi pemahaman atau bisa mengerti belum terlalu dipahami.
Istilah pemahaman memiliki banyak dimensi. orang dari ilmu fisika akan mempelajari
mengenai konsep dasar ilmu pengetahuan. orang dari ilmu sosial dan beraliran moral akan
memahami nilai dan gagasan yang menjadi dasar suatu tindakan. Evaluasi atas pemahaman
tersebut akan menganggap serius bentuk pemahaman, persepsi, penilaian dari orang lain -
baik melalui literatur, sejarah, teologi atau dari ilmu lain. Evaluasi ini tertanam dalam tradisi
dan terus menerus disempurnakan melalui kritik dan pengalaman baru. Profesi mengajar
menjaga tradisi tersebut melalui keterlibatan kritis. Guru, dalam membantu pelajar untuk
memahami, baik untuk menghargai apa yang diwariskan dan juga membantu mereka agar
bersikap kritis dengan tradisi.
Pengajaran lebih dari serangkaian tindakan yang spesifik dimana seseorang dibantu
untuk mempelajari suatu pengetahuan. Penajaran adalah Kegiatan dimana guru berbagi dalam
suatu kondisi moral, berisikan proses inisiasi siswa untuk menjadi orang yang bisa melihat
dunia lebih luas dan lebih manusiawi. Dengan demikian, pengajaran adalah transaksi antara
ide yang diwujudkan dalam teks-teks tertentu dan artefak serta dunia pribadi siswa yang
sedang berusaha untuk memahami, mencari nilai, terlibat dalam penemuan, menemukan cita-
cita yang layak diperjuangkan, serta ide-ide baru. Transaksi ini dilakukan melalui hubungan
interpersonal guru dengan peserta didik. Apapun rencana pemerintah untuk mengelola
pembelajaran (berpikir dengan istilah bisnis '), tidak bisa menghindari jenis hubungan moral
seorang guru atas apa yang patut diajarkan dan bagaimana cara mengajarkannya.