Anda di halaman 1dari 7

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

OLEH:

Desi Emasari Sirait


NIM. 5173144007

UNIVERSITAS
NEGERI
MEDAN
FAKULTAS
TEKNIK
PENDIDIKAN TATA RIAS
2019

MACAM-MACAM TEKNIK SAMPLING

Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian ruapa sehingga diperoleh sampel


(contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat menggambarkan keadaan
populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain sampel harus representatif. Dalam contoh air the,
agar populasi menjadi homogen harus kita aduk dulu agar manisnya sama. (Arikunto, 2010: 176)

Agar mendapatkan hasil sampel yang representative itulah maka diperlukan cara atau
teknik dalam memperoleh sampel dari populasi.

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan


sampel yang akan digunakan dalam penelitan, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan. Secara skematis, teknik macam-macam sampling ditunjukkan pada gambar di bawah
ini :

Teknik Sampling

Probability Sampling Non Probability


Sampling

1. simple random 1. Sampling


sampling. sistematis
2. Proportionate 2. Sampling kuota
stratified random 3. Sampling
sampling incidental
3. Disproportionate 4. Purposive
stratified random sampling
sampling 5. Sampling jenuh
4. Area (cluster) 6. Snowball sampling
sampling (sampling
menurut daerah)
Gambar 1. Macam macam teknik sampling (Sugiyono, 2010: 81)

Dari pemaparan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa teknik sampling dibagi atas dua
yaitu :

1. Probability Sampling
Perobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik ini meliputi :
a. Simple Random Rampling, Pengambilan sample dari teknik ini dilakukan secara
acaktanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian bisa
dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.

Populasi
Homogen Diambil Secara Sampel
atau Relatif represent
Homogen Random/Acak atif

Gambar 2. Teknik Simple Random Sampling (Sugiyono, 2010: 82)

Syarat utama agar teknik ini dapat digunakan menurut Bambang Prasetyo
(2005) adalah :
1. Jika populasi suatu penelitian homogen,
2. Jumlah populasi tidak memiliki jumlah yang banyak,
3. Jika jumlah populasi banyak digunakan table angka acak.

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menarik sampel ini adalah :


1. Membentuk kerangka sampel dan kemudian member nomor urut seluruh
unsur yang ada dalam kerangka sampel.
2. Memilih unsur yang akan dijadikan sampel dengan cara undian atau
menggunakan tabel acak.

Contoh penggunaan Teknik ini adalah semisal terdapat 125 anggota


Pramuka. Akan diambil 10 orang sampel. Maka ktahap pertama adalah
memberikan nomor untuk setiap anggota populasi mulai dari 001-125. Sehingga
kita menggunakan tiga digit nomor pada table angka acak. Dengan memilih satu
angka (contoh terpilih pada baris 13 kolom 3) kemudian bergerak ke kiri atas.

Untuk mempermudah kita dapat mengantisipasinya dengan menggunakan


kelipatan angka maksimum. Kelipatan angka maksimum dibuat dengan berdasar
pada jumlah populasi dan kelipatannya tertinggi sampai batasan digit populasi.

Maka diperoleh kelipatan dari angka maksimum populasi N=125 adalah


sebagai berikut : 125, 250, 375, 500, 625, 750, 875. Angka 875 adalah kelipatan
tertinggi dari 125 pada tiga digit nomor populasi. Kemudian nomor yang sudah
terpilih (nomor diatas populasi) dikurangi dengan kelipatan angka maksimum
yang terdekat. Maka akan diperoleh :

830-750 = 080

162-125 = 037

692- 625 = 067

546-500 = 046

736- 625 = 111

607- 500 = 107

115 (sudah menjadi sampel)

639- 625 = 014

262- 250 = 012

865- 750 = 115,

Jadi Nomor sampel dari populasi yang kita miliki sekarang adalah 080, 037,
067, 046, 111, 107, 115, 014, 012, 116 (115 digantikan oleh nomor sampel 116 hal ini
dikarenakan terdapat dua nomor sampel yang sama, maka peneliti menggantinya
dengan nomor berikutnya sesuai dengan angka acak yang ada pada table angka acak.
(Prasetyo, 2005: 127)

b. Proportionate Stratified random Sampling, Teknik ini digunakan populasi


mempunyai anggota/unsur yang homogen dan berstrata secara proporsional.
Contoh penggunaan teknik sampling ini adalah : Misalnya jumlah pegawaiyang
lulus S1 = 45, S2= 30, STM = 300, ST = 900, SMEA= 400, SD = 300, jumlah
sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling. teknik ini digunakan untuk
menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional.
Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S3, 4
Oranglulusan S2, 90 Orang lulusan S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka
tiga orang lulusan S3, dan empat orang S2 itu diambil semua sebagai
sampel.karena kedua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan
kelompok S1, SMU dan SMP.

d. Cluster Sampling (Area Sampling), teknik sampling daerah digunakan untuk


menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas.
Misalnya penduduk dari suatu Negara, propinsi ataupun kabupaten.

Misalnya di Indonesia terdapat 30 Propinsi,dan sampelnya menggunakan 15


Propinsi, maka pengambilan 15 propinsi tersebut dilakukan secara random. Tetapi
perlu peneliti ingat bahwa propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata (tidak sama)
jadi perlu menggunakan teknik Stratified Random Sampling.karakteristik yang
berbeda-beda dari tiap propinsi harus menjadi perhatian sehingga pengambilan
sampel menurut strata populasi dapat dtetapkan.

Teknik sampling daerah menggunakan duatahap, yaitu :

1. Penentuan Sampel Daerah,


2. Menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.

2. Nonprobability Sampling
Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang / kesempatan sama bagi satiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel.
Teknik ini meliputi :
a. Sampling Sistematis, sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
Misalnya anggota populasi terdiri dari 100 Orang. Dari semua anggota itu diberi
nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan 100. Pengambilan sampel dapat
dilakukan dengan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan kelipatan
dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu diambil
sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai dengan 100.

b. Sampling Kuota, sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempunyai cirri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan.
Sebagai contoh jumlah sampel 500 orang kalau pengumpulan data belum
didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian diapandang belum selesai,
karena belum memenuhi kuota yang ditentukan.

c. Sampling Insedental, Sampling Insedental adalah teknik penentuan sampel


berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/ isnsidental bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang tersebut
yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data.

d. Sampling Purposive, sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan


pertimbangan tertentu. Misalnya akan melkukan penelitiantentang kualitas
makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, teknik
sampel ini cocok untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak
melakukan generalisasi.

e. Sampling Jenuh, sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebgai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasi relatif kecil, kurang dari 30 Orang, atau penelitian yang ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilahlain sampel jenuh adalah
sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

f. Snowball Sampling, adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula sampelnya


kecil kemudian membesar. Dalam penentuan sampel dipilih satu atau dua orang,
tetapi karena dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan,
maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat
melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya,
sehingga jumlah sampel semakin banyak. Pada penelitian kualitatif banyak
menggunakan sampel purposive dan snowball. Misalnya peneliti akan meneliti
siapa provokator kerusuhan, maka akan cocok menggunakan teknik sampling
Purposive dan Snowball Sampling.

Banyaknya sampel didasarkan pada perhitungan prosentase dari jumlah populasi


terjangkau. Merujuk pada Suharsimi Arikunto (2006: 131) mengemukakan, apabila subjek
populasi lebih dari 100, maka sampel diambil antara 10% sampai 15% . sebagai contoh jika
sebuah populasi jumlahnya 1070, maka peneliti mengambil jumlah sampel yang dibutuhkan
sebagai sumber data penelitian adalah 10% x 1070, diperoleh 107 orang. Agar memperoleh
sampel dengan jumlah yang sesuai kebutuhan, maka dapat digenapkan besaran sampel yakni
110 responden.(Kasmadi, 2013: 66).

Mengenai berapa banyaknya subjek yang diambil, atau dengan kata lain berapa besar
sampel, maka peneliti perlu mempertimbangkan hal-hal berikut :

1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana.


2. Sempit luasnya wilayah pengamatan darisetiap subjek. Karena hal ini menyagkut banyak
sedikitnya data.
3. Besar kecilnya resiko yangditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar,
tentu saja jika sampelnya besar, hasilnya akan lebih baik.

Sumber Referensi :

Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Kasmadi, dan Nia Siti Sunariah. 2013. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfa
Beta.

Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfa Beta

Anda mungkin juga menyukai