Anda di halaman 1dari 11

Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi untuk


menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian (Darmanah, 2019). Sedangkan
menurut Margono (2004), teknik sampling adalah cara menentukan sampel yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber daya sebenarnya,
dengan memperhatikan sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang
representatif. Dari kedua pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik
sampling adalah teknik yang dilakukan untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai
dengan ukuran sampel yang dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan
sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.
Terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan pengambilan sampel. Istilah-istilah
tersebut diantaranya yaitu:
1) Kerangka sampel (sampling frame) adalah daftar unit-unit yang ada pada populasi
yang akan diambil sampelnya. Sebagai contoh, jumlah ibu hamil di suatu daerah,
jumlah balita di suatu posyandu, dan daftar nomor telepon. Kerangka sampel harus
“up to date”. Untuk menjaga sifat “up to date” ada baiknya kerangka sampel dibuat
sendiri oleh peneliti sebelum melakukan sampling sehingga tidak akan mengalami
kesulitan pada saat penelitian dilaksanakan.
2) Rancangan sampel adalah rancangan yang meliputi cara pengambilan sampel dan
penentuan besar sampel. Rancangan sampel akan membantu peneliti dalam
memperoleh sampel yang memiiki sifat representatif terhadap populasinya. Dalam
menentukan teknik pengambilan sampel, penggunaannya harus sesuai dengan tujuan
penelitian. Jika tujuan penelitian adalah untuk membuktikan hipotesis dan melakukan
generalisasi, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan
sampel secara random. Namun, jika tujuan penelitian bukan untuk menguji hipotesis
dan tidak melakukan generalisasi, maka dapat digunakan teknik pengambilan sampel
non-random.
3) Random sampling adalah pengambilan sampel secara random atau acak pada suatu
populasi tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi itu. Sampel yang diambil
disebut sampel random.
Ada beberapa teknik yang sering digunakan dalam mengambil sampel penelitian.
Pada dasarnya, ada dua teknik yang digunakan dalam mengambil sampel penelitian yaitu
probability sampling dan non probability sampling. Probability sampling meliputi simple
random sampling, systematic random sampling, stratified random sampling, cluster
sampling, dan multistitage sampling. Nonprobability sampling meliputi purposive
sampling, insidental sampling, quota sampling dan judgement sampling (Kemenkes,
2017).

Teknik Sampling

Probability Sampling Non Probability Sampling

1. Simple random sampling


1. Purposive /judgement
2. Systematic random
sampling
sampling
2. Accidental sampling
3. Stratified random
3. Quota sampling
sampling
4. Snowball Sampling
4. Cluster sampling
5. Multistitage sampling

Gambar 1. Macam-Macam Teknik Sampling

a. Probability Sampling (Sampel Secara Acak)


Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap individu dalam suatu populasi untuk dijadikan sebagai sampel
(Hasnidar dkk, 2020). Didalam penarikan sampel secara acak, semua unsur yang ada di
populasi mempunyai peluang yang sama untuk terambil sebagai sampel. Teknik probability
sampling ini hanya dapat digunakan pada populasi homogen (karakteristik yang sama) atau
yang diasumsikan homogen. Kelebihan metode ini yaitu dapat mengurangi bias dan dapat
mengetahui standard error penelitian. Sementara kekurangannya yaitu tidak adanya jaminan
bahwa sampel yang terpilih benar-benar dapat merepresentasikan populasi yang dimaksud.
Dengan demikian, dalam rancangan ini tidak terdapat diskriminasi satu dengan yang lain. Hal
ini dikarenakan semua memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Siyoto &
Sodik, 2015). Berikut ini beberapa metode pengambilan sampel acak yaitu:
1) Simple Random Sampling (Acak Sederhana)
Simple random sampling dinyatakan sederhana karena pengambilan sampel
individu dalam suatu populasi tersebut dilakukan secara acak, tanpa memperhatikan
strata yang ada pada populasi tersebut. Artinya, setiap unit populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Cara pengambilan sampel ini dilakukan
apabila anggota populasi dianggap homogen, di samping itu harus ada daftar populasi
(sampling frame). Populasi dianggap homogen apabila unsur dari populasi yang diteliti
memiliki sifat yang relatif seragam antara satu sama lain. Contoh dari populasi yang
bersifat homogen antara lain seperti populasi yang memiliki usia yang sama, atau
bertempat tinggal di lokasi atau lingkungan yang sama.

Gambar 2. Simple Random Sampling

Cara pengambilan sampel dengan simple random sampling dapat dilakukan


dengan metode undian (lottery technique) ataupun tabel bilangan random.
Langkah dilakukannya Simple Random Sampling yakni:
1) Tentukan populasi studi
2) Buat sampling frame (N)
3) Tentukan besar sampel
4) Pilih sampel sejumlah N secara random

Contoh :
Penerapan prosedur teknik pengambilan sampel acak sederhana dengan cara undian
terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 3. Contoh Penggunaan Teknik Simple Random Sampling
(Sumber: Kementrian Kesehatan, 2018)

2) Systematic Random Sampling (Sampel Acak Sistematis)


Systematic Random Sampling adalah tenik modifikasi dari simple random
sampling. Teknik ini membagi jumlah anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel
yang diinginkan. Hasil dari pembagian tadi disebut interval sampel. Syarat penarikan
sampel secara sistematis ini adalah tersedianya kerangka sampling; populasinya
mempunyai pola beraturan seperti blok rumah; nomor urut pasien; dan populasi sedikit
homogeny. Keuntungan dari pengambilan teknik ini yaitu (Dwiastuti, 2012) :
a. Penggambaran sample mudah;
b. Mudah dalam mengadministrasikannya dilapangan;
c. Sebaran sampel lebih besar dari populasi;
d. Lebih tepat dari random sampling.
Pengambilan sampel secara acak dapat digunakaan ( Dwiastuti, 2012 ):
1) Jika penataan dari populasi merupakan prinsip random;
2) Jika terdapat ciri-ciri stratifikasi dalam populasi;
3) Ketika stratifikasi dengan banyak data digunakan.

Pada systematic random sampling, langkah pertama yang harus disiapkan adalah
daftar nama subjek yang akan dipilih untuk menjadi sampel. Sampel diambil dengan
membuat daftar anggota populasi secara acak, antara 1 sampai N (banyaknya anggota
populasi). Setelah itu, dibagi dengan jumlah n (sampel yang diinginkan). Hasilnya adalah
I (Interval Sample). Maka sampel yang terpilih adalah kelipatan dari I. Pengambilan
sampling dengan cara ini dapat dilaksanakan jika tersedia daftar subjek yang
dibutuhkan.

Contoh :
Dari 300 orang jumlah pasien yang dirawat di suatu rumah sakit akan diambil 30
orang untuk penelitian tentang kepuasan pelayanan di rumah sakit tersebut. Cara
pengambilan sampel dilakukan sebagai berikut :
N (jumlah populasi): 300 orang
n (sampel yang diinginkan): 30 orang
I (Interval sampel): 300 ÷ 30 = 10 orang
Untuk mengambil unsur I dilakukan secara acak sederhana dari nomor pertama sampai
tiga puluh. Misalnya, sudah terambil nomor 4, untuk selanjutnya diambil setiap jarak 10
satu sampel. Maka anggota populasi yang terkena sampel adalah setiap anggota populasi
(nama orang) yang mempunyai nomor kelipatan 10. Misalnya 4, 14, 24, 34, dst sampai
mencapai 30 sampel.

3) Stratified Random Sampling (Sampel Acak Strata)


Stratified artinya strata atau kedudukan subjek di masyarakat. Teknik sampling ini
digunakan apabila suatu populasi terdiri dari anggota populasi yang heterogen atau
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Contoh dari populasi yang heterogen misalnya
populasi dengan anggota yang memiliki pendidikan bervariasi (tinggi, sedang, kurang),
ekonomi (kaya, sedang, miskin).
Menurut Kasjono & Yasril (2009, him. 34) ada tiga syarat yang harus dipenuhi
untuk dapat menggunakan metode pengambillan sampel acak berstrata, yaitu (Tansiri,
2017) :
1) Harus ada kriteria yang jelas yang akan digunakan sebagai dasar untuk
menstratifikasi populasi ini dalam lapisan-lapisan. Kriteria untuk pembagian itu ialah
variabel-variabel yang menurut peneliti mempunyai hubungan yang erat dengan
variabel-variabel yang hendak diteliti.
2) Harus ada data pendahuluan dari populasi mengenai kriteria yang dipergunakan untuk
menstratifikasi.
3) Harus diketahui dengan tepat jumlah unit penelitian dari tiap strata dalam populasi itu

Sebelum dijadikan sampel, populasi dibagi menjadi strata. Penentuan strata ini
didasarkan atas bermacam-macam ketentuan, misalnya tingkatan ekonomi pasien, umur
penderita, tingkat ekonomi, dsb. Setelah menentukan strata, baru dari masing-masing
strata diambil sampel untuk mewakili strata tersebut.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menentukan stratified random
sampling antara lain:
1) Populasi dibagi menjadi suatu kelompok kecil atau yang disebut stratum
2) Pembentukan stratum ini dilakukan dengan sedemikian rupa hingga setiap stratumnya
homogen atau relatif homogen
3) Dari setiap stratum yang telah dibentuk tersebut, diambil sampel secara acak dan
dibuat perkiraan untuk mewakili stratum tersebut
4) Perkiraan secara menyeluruh didapatkan secara gabungan dari seluruh stratum

Contoh :
Dalam suatu penelitian tentang kepuasan pasien rawat inap RS X Januari 2017,
populasi pasien rawat inap pada bulan Januari 2017 adalah 300 dengan populasi tiap
strata berjumlah sama. Dari perhitungan besar sampel, didapatkan jumlah sampel yang
harus dipenuhi adalah 90 pasien. Ruang rawat inap di RS X terdiri dari ruang rawat kelas
1, kelas 2, dan kelas 3. Maka dengan menggunakan teknik stratifikasi, pengambilan
sampel adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Contoh Stratified Random Sampling


(Sumber : Kementrian Kesehatan, 2018)

4) Cluster Sampling (Klaster)


Cluster berarti pengelompokan sampel berdasarkan wilayah atau lokasi populasi.
Cluster Sampling atau area sampling adalah pengambilan sampel secara acak dari
beragam cluster di suatu populasi (Imam, 2020). Cara ini digunakan apabila populasi
tidak terdiri individu-individu, melainkan dari kelompok individu/gugusan (cluster). Jenis
sampling ini dapat dipergunakan dalam dua situasi, yaitu jika simple random sampling
tidak memungkinkan karena alasan jarak dan biaya, lalu jika peneliti tidak mengetahui
alamat dari populasi secara pasti dan tidak memungkinkan untuk menyusun sampling
frame.
Contoh gugusan adalah seperti unit geografis (desa, kecamatan, kabupaten), atau
unit organisasi (klinik, PKK). Cara ini digunakan apabila sulit ditemukannya kerangka
sampel, meski bisa juga dilakukan pada populasi yang kerangka sampel nya sudah ada.
Teknik sampling ini digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti
atau sumber data sangat luas. Terdapat keuntungan dan kelemahan pada sampel klaster
(Dwiastuti, 2012).
a. Keuntungan :
1) Daftar dari suatu populasi tidak dibutuhkan
2) Daftar biaya berkurang
3) Biaya transportasi berkurang

b. Kerugian :
1) Biaya dan masalah analisis statistik adalah yang terbesar
2) Sulitnya prosedur estimasi

Contoh :
Penelitian tentang pengkonsumsian tablet Fe oleh remaja di Kecamatan
Pamulang. Jumlah remaja menurut laporan Puskesmas Kecamatan Pamulang
adalah sebanyak 950 orang (N = 950) Sampel yang diambil adalah sebesar 30% (n
= 285) Teknik cluster adalah mengambil dari 3 kelurahan (Misal A, B, C) dari 8
kelurahan yang ada di Kecamatan Pamulang. Semua anak di kelurahan A, B, C
menjadi sampel.

5) Multistage Sampling (Sampel Bertingkat/Bertahap)


Multistage random sampling adalah cara pengambilan sampel dengan
menggunakan kombinasi dari 2 (dua) atau lebih metode pengambilan sampel yang
berbeda. Pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan berdasarkan tingkat wilayah
secara bertahap. Teknik ini dilaksanakan bila populasi terdiri dari bermacam tingkat
wilayah. Pelaksanaannya dilakukan dengan membagi wilayah populasi kedalam sub
wilayah, lalu sub wilayah dibagi kedalam bagian yang lebih kecil, dan seterusnya.
Kemudian ditetapkanlah sebagian dari wilayah populasi (sub wilayah) menjadi sampel.

Pengambilan Sampel Bertingkat dapat digunakan :


(1) jika tidak tersedia daftar populasi
(2) jika populasi mencakup wilayah yang luas (Dwiastuti, 2012).

Misalnya, kita akan meneliti puskesmas di Indonesia yang terdiri dari 27


provinsi. Tahap pertama diacak dulu 5 provinsi (tahap I) dari 27 provinsi itu, selanjutnya
di masing-masing provinsi diacak lagi kabupaten mana yang akan ditarik sebagai sampel
(tahap II). Setelah kabupaten ditarik, tahap II diacak lagi puskesmas mana yang akan
menjadi sampel penelitian itu.

Gambar 5. Contoh Teknik Multistage Sampling


(Sumber : Modul Riset dan Biostatistik, 2015)

b. Non Probability Sampling (Sampling Secara Tidak Acak)


Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi dimana
setiap anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai
sampel. Hal ini dikarenakan pengambilan sampel dalam teknik non-random tidak didasarkan
atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan aspek
kepraktisan saja. Teknik ini terdiri dari:
1) Purposive Sampling
Purposive Sampling yakni penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti. Unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria yang sudah
ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian atau permasalahan penelitian. Pelaksanaan
pengambilan sampel dengan teknik Purposive Sampling ini dimulai dengan
pengidentifikasian karakteristik populasi, misalnya melalui studi pendahuluan atau
mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan populasi tersebut. Kemudian,
peneliti melakukan pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti sendiri. Lalu sebagian
populasi menjadi sampel.
Sebagai contoh, jika kita hendak meneliti tentang hubungan pemberian tablet zat
besi pada ibu hamil dengan kenaikan kadar haemoglobin darah ibu hamil tersebut, maka
tidak perlu semua ibu hamil diteliti karena dampak pemberian zat besi akan terlihat
setelah beberapa waktu pemberian. Dengan demikian maka sampel yang dipilih dalam
penelitian tersebut adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 4 bulan atau lebih (trimester
ke-2 dan ke-3).

2) Accidental Sampling
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel yang didasarkan atas suatu
kebetulan. Yakni siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan dianggap
sesuai untuk dijadikan sumber data (Hidayat, 2017)
Contoh: Penelitian mengenai ASI oleh ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas
Pamulang. Sampel diambil dari ruang KIA di puskesmas tersebut selama periode waktu
tertentu (misal setiap hari Senin di bulan Mei 2019). Maka berapapun banyaknya jumlah
ibu yang ditemui pada hari tersebut, dijadikan sampel.

3) Quota Sampling
Sampling Kuota adalah teknik menentukan sampel dari populasi yang memiliki
ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Teknik untuk menentukan
sampel yang berasal dari populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota
yang diinginkan. Dalam teknik ini, jumlah populasi tidak diperhitungkan, melainkan
jumlah sampel yang dibutuhkan. Sampel tersebut diambil dengan memberikan jatah
kuota terhadap kelompok (Hidayat, 2017). Langkah pertama yakni menetapkan berapa
jumlah kuota yang diperlukan oleh peneliti, kemudian jumlah tersebutlah yang menjadi
dasar pengambilan sampel. Anggota manapun tidak menjadi masalah, yang penting kuota
nya terpenuhi.
Contoh: Seorang peneliti ingin mengetahui apakah masyarakat setuju dengan
kebijakan larangan merokok di tempat umum. Sebelum mengumpulkan data telah
ditentukan bahwa ia akan mewawancara sebanyak 1000 orang yang sedang mengunjungi
sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta. Kepada setiap orang yang hendak mengunjungi
sebuah pusat perbelanjaan ditanyakan apakah ia setuju dengan kebijakan larangan
merokok di tempat umum. Orang yang ditanya atau responden mungkin hanya menjawab
setuju atau tidak setuju. Peneliti tersebut akan berhenti setelah ia menanyai sebanyak
1000 orang dan akan menulis hasil temuannya.

4) Judgement Sampling
Memilih sampel dengan cara memakai proses seleksi bersyarat. Biasanya peneliti
menentukan sampel pada saat pengumpulan data dilapagan. Contoh, penelitian tentang
keberhasilan produk kecantikan, peneliti memilih sampel wanita dengan penilaiannya
sendiri.
5) Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang awal mula
jumlahnya kecil, lalu sampel ini memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel sampai
jumlah sampel semakin banyak. Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya
kecil atau sedikir, lalu kemudia membesar atau sampel berdasarkan penelusuran dari
sampel sebelumnya. Diibaratkan seperti bola salju yang menggelinding, karena semakin
lama semakin besar. Langkah pertama yang dilakukan adalah mencari sampel dari
populasi yang kita inginkan. Selanjutnya, sampel yang didapat dimintai partisipasinya
untuk memilih komunitasnya sebagai sampel lagi. Hal ini dilakukan hingga jumlah
sampel yang dibutuhkan terpenuhi. Contoh dari Snowball Sampling adalah seperti
penelitian narkoba atau penelitian sensitif lainnya. Contoh penelitian yang menggunakan
teknik snowball sampling dari bidang kesehatan masyarakat adalah “Gambaran
Penggunaan Napza Pada Anak Jalanan di Kota Semarang.”

Anda mungkin juga menyukai