Probability Sampling
Probability sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih untuk menjadi anggota sampel.
Teknik ini antara lain sebagai berikut:
Dikatakan simple (sederhana) karean pengmbilan sampel dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada pada populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi
dianggap homogen.
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota /unsur yang tidak homogen dan berstrata
secara proposional
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang
proposional.
Teknik sampel daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau
sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu Negara, provinsi atau kabupaten. Untuk
menentukan penduduka mana yang akan dijadikaan sumber data, maka pengambilan sampelnya
didasarkan daerah populasi yang telah ditentukan.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan
sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada di daerah itu sacara
sampling juga.
Nonprobability Sampling
1. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi
yang telah diberi nomor urut.
2. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menetukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Bila pada pengambilan sampel dilakukan secara
kelompok maka pengambilan sampel dibagi rata sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
3. Sampling Insidental
Sampling Insidental dalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
4. Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel ini
lebih cocok untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melekukan
generalisasi.
5. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila anggota populasi digunakan sebagai
sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30 orang, atau
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain
sampling jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel.
6. Snowball Sampling
Snowball sampling dalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian
membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam
penetuan sampel pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini
belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencarai orang lain yang
dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya.
Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.
https://sugithewae.wordpress.com/2012/12/08/teknik-sampling/
Teknik sampling semacam ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
a) Teknik sampling secara rambang sederhana atau random sampling. Cara paling populer yang
dipakai dalam proses penarikan sampel rambang sederhana adalah dengan undian.
b) Teknik sampling secara sistematis (systematic sampling). Prosedur ini berupa penarikan
sample dengan cara mengambil setiap kasus (nomor urut) yang kesekian dari daftar populasi.
e) Teknik sampling secara kluster (cluster sampling) Ada kalanya peneliti tidak tahu persis
karakteristik populasi yang ingin dijadikan subjek penelitian karena populasi tersebar di wilayah
yang amat luas. Untuk itu peneliti hanya dapat menentukan sampel wilayah, berupa kelompok
klaster yang ditentukan secara bertahap. Teknik pengambilan sample semacam ini disebut cluster
sampling atau multi-stage sampling.
c) Quota sampling (penarikan sample secara jatah). Teknik sampling ini dilakukan dengan atas
dasar jumlah atau jatah yang telah ditentukan. Biasanya yang dijadikan sample penelitian adalah
subjek yang mudah ditemui sehingga memudahkan pula proses pengumpulan data.
d) Accidental sampling atau convenience sampling Dalam penelitian bisa saja terjadi
diperolehnya sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu
unit atau subjek tersedia bagi peneliti saat pengumpulan data dilakukan. Proses diperolehnya
sampel semacam ini disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan.
http://expresisastra.blogspot.co.id/2013/11/macam-macam-teknik-pengambilan-sampel.html
Teknik Sampling yaitu merupakan teknik pengambilan sampel. Terdapat berbagai macam teknik
sampling untuk menentukan sampel yang akan dipakai dalam penelitian. Teknik sampling pada
dasarnya bisa dikelompokkan menjadi 2 (dua) maca yaitu probability sampling dan non-
probability sampling. berikut dibawah ini penjelasannya:
Probability sampling adalah suatu teknik sampling yang memberikan peluang atau kesempatan
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, tekhnik
ini terdiri atas:
Simple random sampling: dikatakan simple atau sederhana sebab pengambilan sampel
anggota populasi dilakukan secara acak, tanpa memperhatikan strata yang terdapat dalam
populasi tersebut. Cara ini dapat lakukan jika anggota populasi dianggap homogen.
Dispropotionate Stratified Random Sampling: Suatu teknik yang digunakan untuk
menentukan jumlah sampel, jika populasi berstrata tetapi kurang proporsional.
Proportionate stratified random sampling: salah satu teknik yang digunakan jika populasi
mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen serta berstrata secara proporsional.
Area sampling (Cluster sampling): Teknik sampling daerah dipakai untuk menentukan
sampel jika objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, seperti misalnya
penduduk dari suatu negara, provinsi atau dari suatu kabupaten.
Non probability sampling adalah teknik yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, teknik ini terdiri atas:
Sampling Sistematis: suatu teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota
populasi yang telah diberi nomor urut.
Sampling Kuota: Teknik untuk menentukan sampel yang berasal dari populasi yang
memiliki ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan. Seperti misalnya, jumlah
sampel laki-laki sebanyak 70 orang maka sampel perempuan juga sebanyak 70 orang.
Sampling aksidental: Sauatu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dipakai sebagai sampel, jika
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok untuk dijadikan sebagai sumber data.
Purposive Sampling: Suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau
sleksi khusus. Seperti misalnya misalnya, kamu meneliti kriminalitas di Kota atau daerah
tertentu, maka kamu mengambil informan yaitu Kapolresta kota atau daerah tersebut,
seorang pelaku kriminal dan seorang korban kriminal yang ada di kota tersebut.
Sampling Jenuh: Suatu teknik penentuan sampel jika semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering sekali dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil atau
sedikit, yaitu kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi
dengan kesalahan yang relatif kecil.
Smpling Snowball: Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil atau
sedikit, lalu kemudian membesar. Atau sampel berdasarkan penelusuran dari sampel yang
sebelumnya. Seperti misalnya, penelitian mengenai kasus korupsi bahwa sumber
informan pertama mengarah kepada informan kedua lalu informn seterusnya.
http://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-populasi-dan-sampel-serta-teknik-sampling.html
Teknik Pengambilan Sampel : Nonprobability Sampling Pengertian Nonprobability Sampling atau Definisi
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik
Sampling Nonprobality ini meliputi :Sampling Sistematis, Sampling Kuota, Sampling Insidental, Purposive
Sampling, Sampling Jenuh, Snowball Sampling. 1. Sampling Sistematis Pengertian Sampling Sistematis
atau Definisi Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota
populasi yang telah diberi nomor urut.Contoh Sampling Sistematis, anggota populasi yang terdiri dari
100 orang, dari semua semua anggota populasi itu diberi nomor urut 1 sampai 100. Pengambilan sampel
dapat dilakukan dengan mengambil nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu,
misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor urut 1,
5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100. 2. Sampling Kuota Pengertian Sampling Kuota atau Definisi
Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu
sampai jumlah kuota yang diinginkan.Contoh Sampling Kuota, akan melakukan penelitian tentang Karies
Gigi, jumlah sampel yang ditentukan 500 orang, jika pengumpulan data belum memenuhi kuota 500
orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai. Bila pengumpulan data dilakukan secara
kelompok yang terdiri atas 5 orang pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus dapat
menghubungi 100 orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat mencari data dari 500
anggota sampel. 3. Sampling Insidental Pengertian Sampling Insidental atau Definisi Sampling Insidental
adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau
insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. 4. Purposive Sampling Pengertian Purposive Sampling
atau Definisi Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Contoh Purposive Sampling, akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber
datanya adalah orang yang ahli makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk Penelitian Kualitatif
atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi. 5. Sampling Jenuh (Sensus) Pengertian Sampling
Jenuh atau Definisi Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30
orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. 6. Snowball
Sampling Pengertian Snowball Sampling atau Definisi Snowball Sampling adalah teknik penentuan
sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding
yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang
sampel, tetapi karena dengan dua orang sampel ini belum merasa lengkap terhadap data yang
diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang
diberikan oleh dua orang sampel sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin
banyak. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel Purposive dan Snowball. Contohnya
akan meneliti siapa provokasi kerusuhan, maka akan cocok menggunakan Purposive Sampling dan
Snowball Sampling. Cara Pengambilan Sampel dengan Probabilitas Sampling Ada empat macam teknik
pengambilan sampel yang termasuk dalam teknik pengambilan sampel dengan probabilitas sampling.
Keempat teknik tersebut, yaitu cara acak, stratifikasi, klaster, dan sistematis. 1. Sampling Acak Ada
beberapa nama untuk menyebutkan teknik pemilihan sampling ini. Nama tersebut termasuk di
antaranya: random sampling atau teknik acak. Apa pun namanya teknik ini sangat populer dan banyak
dianjurkan penggunaannya dalam proses penelitian. Pada teknik acak ini, secara teoretis, semua
anggota dalam populasi mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi
sampel. Untuk mendapat responden yang hendak dijadikan sampel, satu hal penting yang harus
diketahui oleh para peneliti adalah bahwa perlunya bagi peneliti untuk mengetahui jumlah responden
yang ada dalam populasi. Teknik memilih secara acak dapat dilakukan baik dengan manual atau
tradisional maupun dengan menggunakan tabel random. a. Cara Tradisional Cara tradisional ini dapat
dilihat dalam kumpulan ibu-ibu ketika arisan. Teknik acak ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah
seperti berikut: tentukan jumlah populasi yang dapat ditemui; daftar semua anggota dalam populasi,
masukkan dalam kotak yang telah diberi lubang penarikan; kocok kotak tersebut dan keluarkan lewat
lubang pengeluaran yang telah dibuat; nomor anggota yang keluar adalah mereka yang ditunjuk sebagai
sampel penelitian; lakukan terus sampai jumlah yang diinginkan dapat dicapai. b. Menggunakan Tabel
Acak Pada cara kedua ini, proses pemilihan subjek dilakukan dengan menggunakan tabel yang dihasilkan
oleh komputer dan telah diakui manfaatnya dalam teori penelitian. Tabel tersebut umumnya terdiri dari
kolom dan angka lima digit yang telah secara acak dihasilkan oleh komputer. Dengan menggunakan
tabel tersebut, angka-angka yang ada digunakan untuk memilih sampel dengan langkah sebagai berikut:
identifikasi jumlah total populasi; tentukan jumlah sampel yang diinginkan; daftar semua anggota yang
masuk sebagai populasi; berikan semua anggota dengan nomor kode yang diminta, misalnya: 000-299
untuk populasi yang berjumlah 300 orang, atau 00-99 untuk jumlah populasi 100 orang; pilih secara acak
(misalnya tutup mata) dengan menggunakan penunjuk pada angka yang ada dalam tabel; pada angka-
angka yang terpilih, lihat hanya angka digit yang tepat yang dipilih. Jika populasi 500 maka hanya 3 digit
dari akhir saja. Jika populasi mempunyai anggota 90 maka hanya diperlukan dua digit dari akhir saja; jika
angka dikaitkan dengan angka terpilih untuk individual dalam populasi menjadi individu dalam sampel.
Sebagai contoh, jika populasinya berjumlah 500, maka angka terpilih 375 masuk sebagai individu
sampel. Sebaliknya jika populasi hanya 300, maka angka terpilih 375 tidak termasuk sebagai individu
sampel; gerakan penunjuk dalam kolom atau angka lain; ulangi langkah nomor 8 sampai jumlah sampel
yang diinginkan tercapai. Ketika jumlah sampel yang diinginkan telah tercapai maka langkah selanjutnya
adalah membagi dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sesuai dengan bentuk desain
penelitian. Contoh Memilih Sampel dengan Sampling Acak Seorang kepala sekolah ingin melakukan
studi terhadap para siswa yang ada di sekolah. Populasi siswa SMK ternyata jumlahnya 600 orang.
Sampel yang diinginkan adalah 10% dari populasi. Dia ingin menggunakan teknik acak, untuk mencapai
hal itu, dia menggunakan langkah-langkah untuk memilih sampel seperti berikut. Populasi yang
jumlahnya 600 orang diidentifikasi. Sampel yang diinginkan 10% x 600 = 60 orang. Populasi didaftar
dengan diberikan kode dari 000-599. Tabel acak yang berisi angka random digunakan untuk memilih
data dengan menggerakkan data sepanjang kolom atau baris dari tabel. Misalnya diperoleh sederet
angka seperti berikut: 058 710 859 942 634 278 708 899 Oleh karena jumlah populasi 600 orang maka
dua angka terpilih menjadi sampel yaitu: 058 dan 278. Coba langkah d sampai diperoleh semua jumlah
60 responden. 2. Teknik Stratifikasi Dalam penelitian pendidikan maupun penelitian sosial lainnya, sering
kali ditemui kondisi populasi yang ada terdiri dari beberapa lapisan atau kelompok individual dengan
karakteristik berbeda. Di sekolah, misalnya ada kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga. Mereka juga dapat
dibedakan menurut jenis kelamin responden menjadi kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Di
masyarakat, populasi dapat berupa kelompok masyarakat, misalnya petani, pedagang, pegawai negeri,
pegawai swasta, dan sebagainya. Keadaan populasi yang demikian akan tidak tepat dan tidak terwakili;
jika digunakan teknik acak. Karena hasilnya mungkin satu kelompok terlalu banyak yang terpilih sebagai
sampel, sebaliknya kelompok lain tidak terwakili karena tidak muncul dalam proses pemilihan. Teknik
yang paling tepat dan mempunyai akurasi tinggi adalah teknik sampling dengan cara stratifikasi. Teknik
stratifikasi ini harus digunakan sejak awal, ketika peneliti mengetahui bahwa kondisi populasi terdiri atas
beberapa anggota yang memiliki stratifikasi atau lapisan yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Ketepatan teknik stratifikasi juga lebih dapat ditingkatkan dengan menggunakan proporsional besar
kecilnya anggota lapisan dari populasi ditentukan oleh besar kecilnya jumlah anggota populasi dalam
lapisan yang ada. Seperti halnya teknik memilih sampel secara acak, teknik stratifikasi juga mempunyai
langkah-langkah untuk menentukan sampel yang diinginkan. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat
seperti berikut : Identifikasi jumlah total populasi. Tentukan jumlah sampel yang diinginkan. Daftar
semua anggota yang termasuk sebagai populasi. Pisahkan anggota populasi sesuai dengan karakteristik
lapisan yang dimiliki. Pilih sampel dengan menggunakan prinsip acak seperti yang telah dilakukan dalam
teknik random di atas. Lakukan langkah pemilihan pada setiap lapisan yang ada. Sampai jumlah sampel
dapat dicapai. Contoh menentukan sampel dengan teknik stratifikasi Seorang peneliti ingin melakukan
studi dari suatu populasi guru SMK yang jumlahnya 900 orang, sampel yang diinginkan adalah 10% dari
populasi. Dalam anggota populasi ada tiga lapisan guru, mereka adalah yang mempunyai golongan dua,
golongan tiga, dan golongan empat. Dia ingin memilih sampel dengan menggunakan teknik stratifikasi.
Terangkan langkah-langkah guna mengambil sampel dengan menggunakan teknik stratifikasi tersebut.
Jawabannya adalah sebagai berikut. Jumlah total populasi adalah 900 orang. Daftar semua anggota yang
termasuk sebagai populasi dengan nomor 000-899. Bagi populasi menjadi tiga lapis, dengan setiap lapis
terdiri 300 orang. Undilah sampel yang diinginkan 30% x 900 = 270 orang. Setiap lapis mempunyai
anggota 90 orang. untuk lapisan pertama gerakan penunjuk (pensil) dalam tabel acak. Dan pilih dari
angka tersebut dan ambil yang memiliki nilai lebih kecil dari angka 899 sampai akhirnya diperoleh 90
subjek. Lakukan langkah 6 dan 7 untuk Iapis kedua dan ketiga sampai total sampel diperoleh jumlah 270
orang. 3. Teknik Klaster Teknik klaster merupakan teknik memilih sampel lainnya dengan menggunakan
prinsip probabilitas. Teknik ini mempunyai sedikit perbedaan jika dibandingkan dengan kedua teknik
yang telah dibahas di atas. Teknik klaster atau Cluster Sam¬pling ini memilih sampel bukan didasarkan
pada individual, tetapi lebih didasarkan pada kelompok, daerah, atau kelompok subjek yang secara
alami berkumpul bersama. Teknik klaster sering digunakan oleh para peneliti di lapangan yang
wilayahnya mungkin luas. Dengan menggunakan teknik klaster ini, mereka lebih dapat menghemat biaya
dan tenaga dalam menemui responden yang menjadi subjek atau objek penelitian. Memilih sampel
dengan menggunakan teknik klaster ini mempunyai beberapa langkah seperti berikut. Identifikasi
populasi yang hendak digunakan dalam studi. b. Tentukan besar sampel yang diinginkan. Tentukan dasar
logika untuk menentukan klaster. Perkirakan jumlah rata-rata subjek yang ada pada setiap klaster.
Daftar semua subjek dalam setiap klaster dengan membagi antara jurnlah sampel dengan jumlah klaster
yang ada. Secara random, pilih jumlah angggota sampel yang diinginkan untuk setiap klaster. Jumlah
sampel adalah jumlah klaster dikalikan jumlah anggota populasi per klaster. Contoh terapan pemilihan
sampel dengan menggunakan teknik klasterMisalkan seorang peneliti hendak melakukan studi pada
populasi yang jumlahnya 4.000 guru dalam 100 sekolah yang ada. `Sampel yang diinginkan adalah 400
orang. Cara yang digunakan adalah teknik sampel secara klaster dengan sekolah sebagai dasar
penentuan logis klaster yang ada. Bagaimanakah langkah menentukan sampel tersebut? Jawabannya
adalah sebagai berikut. Total populasi adalah 4.000 orang. Jumlah sampel yang diinginkan 400 orang.
Dasar logis klaster adalah sekolah yang jumlahnya ada 100. Dalam populasi, setiap sekolah adalah
4.000/100 = 40 guru setiap sekolah. Jumlah klaster yang ada adalah 400/40 = 10. Oleh karena itu, 10
sekolah di antara 100 sekolah dipilih secara random. Jadi, semua guru yang ada dalam 10 sekolah sama
dengan jumlah sampel yang diinginkan. 4. Teknik Secara Sistematis Teknik memilih sampel yang
keempat adalah teknik sistematis atau systematic sampling. Teknik pemilihan ini menggunakan prinsip
proporsional. Caranya ialah dengan menentukan pilihan sampel pada setiap 1/k, di mana k adalah suatu
angka pembagi yang telah ditentukan misalnya 5,6 atau 10. Syarat yang perlu diperhatikan oleh para
peneliti adalah adanya daftar atau list semua anggota populasi. Untuk populasi yang didaftar atas dasar
urutan abjad pemakaian metode menggunakan teknik sistematis juga dapat diterapkan. Walaupun
mungkin saja terjadi bahwa suatu nama seperti nama yang berawalan su, sri dalam bahasa Indonesia
akan terjadi pengumpulan nama dalam awalan tersebut. Sisternatis proporsional k dapat memilih
dengan baik.
http://gerrytri.blogspot.co.id/2013/06/teknik-pengambilan-sampel-dalam.html
PROBABILITY SAMPLING
Probability sampling adalah teknik sampling dimana setiap anggota populasi memiliki peluang
sama dipilih menjadi sampel. Dengan kata lain, semua anggota tunggal dari populasi memiliki
peluang tidak nol.
Teknik ini melibatkan pengambilan acak (dikocok) dari suatu populasi. Ada bermacam-macam
metode probability sampling dengan turunan dan variasi masing-masing, namun paling populer
sebagai berikut:
Random sampling adalah metode paling dekat dengan definisi probability sampling.
Pengambilan sampel dari populiasi secara acak berdasarkan frekuensi probabilitas semua
anggota populasi.
Populasi dibagi ke dalam kelompok strata dan kemudian mengambil sampel dari tiap
kelompok tergantung kriteria yang ditetapkan. Misalnya, populasi dibagi ke dalam anak-
anak dan orang tua kemudian memilih masing-masing wakil dari keduanya.
Pengambilan sampel menggunakan lebih dari satu teknik probability sampling. Misalnya,
menggunakan metode stratified sampling pada tahap pertama kemudian metode simple
random sampling di tahap kedua dan seterusnya sampai mencapai sampel yang
diinginkan.
NON-PROBABILITY SAMPLING
Teknik non-probability sampling bahwa setiap anggota populasi
memiliki peluang nol. Artinya, pengambilan sampel didasarkan kriteria tertentu seperti
judgment, status, kuantitas, kesukarelaan dan sebagainya.
Ada bermacam-macam metode non-probability sampling dengan turunan dan variasinya, tapi
paling populer sebagai berikut:
Mirip stratified sampling yaitu berdasarkan proporsi ciri-ciri tertentu untuk menghindari
bias. Misalnya, jumlah sampel laki-laki 50 orang maka sampel perempuan juga 50 orang.
Pengambilan sampel berdasarkan seleksi khusus. Peneliti membuat kriteria tertentu siapa
yang dijadikan sebagai informan. Misalnya, Anda meneliti kriminalitas di Kota
Semarang, maka Anda mengambil informan yaitu Kapolresta Semarang, seorang pelaku
kriminal dan seorang korban kriminal.
Perencanan yang menentukan probabilitas atau besarnya kemungkinan setiap unsure dijadikan
sampel. Faktor pengawasan yang mendasari semua perencanaan sampling probabilitas yang
utama ialah sifat keacakan. Perencanaan sampling probabilitas yang biasa digunakan mencakup :
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tapi kurang
proposional.
Contoh:
Tingkah laku militer, mungkin hanya sedikit jumlah jenderal dalam sampenya sehingga peneliti
memutuskan untuk menggunakan semua jenderal dalam sampelnya dan mengurangi proporsi
jabatan lain untuk mendapatkan jumlah komposisi sampel. Dengan menggunakan tabel peneliti
dapat menggunakan sampel acak pengelompokkan proposional. Dengan menggolongkan sesuai
dengan jenis kejahatan. Tetapi ia melihat bahwa populasi yang berisi kasus pemerasan hanya
1%. Akibatnya, sampel berubah menjadi tidak proposional, apabila sampelnya di hasilkan 100,
dengan menggunakan 10 kasus pemerasan.
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau
sumber data sangat luas. Dalam penggunaan sampel cluster ini umumnya kesatuan2 yang diteliti,
merupakan kelompok2 yang lebih besar.
Contoh:
Kelompok remaja putus sekolah, kelompok kelas, atau sekolah2 dan sebagainya.
Teknik pengambilan sampel tidak member peluang/kesempatan sama bagi setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Tujuan umum dari perencanaan sampling probabilitas
ialah memperoleh gambaran kasar dari sekumpulan unsure sampel.Dalam sampel non
probabilitas sukar untuk menentukan jumlah kesalahan sampling, sehingga peneliti tidak dapat
menggeneralisasikan secara langsung beberapa temuannya dengan populasi yang lebih besar. Ini
karena populasi yang ada sebagian besar tidak teridentifikasi dengan salah satu atau semua
variasi sampling nonprobabilitas. Perencanaan sampling non probabilitas yang biasa digunakan
mencakup:
• Sampling sistematik
Teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor
urut. Sampling sistematik biasanya digunakan dalam traffic survey atau marketing research.
Ada beberapa peneliti menganggap sampling sistematik bukan merupakan sampling acak,
padahal sampling sistematik merupakan sampling acak karena pemilihan pertama (menggunakan
random start) dilakukan secara acak. Beberapa peneliti menyebut sampling sistematik sebagai
Quasi random sampling atau Pseudo random sampling.
Contoh:
Jika peneliti ingin mengetahui orang2 yang berobat kerumah sakit di sebuah desa, kita telah
mengetahui syarat2 untuk berobat di rumah sakit, dengan mendaftar diri ke receptionist dan
mendapatkan nomor antrian,sehingga mereka dapat berobat.
• Sampling kuota
Teknik untuk menentukan sampel secara bebas dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu
sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Penggunaan teknis kuota sampel ini perlu menetapkan
strata populasi berdasarkan tanda2 yang mempunyai pengaruh terbesar terhadap variable yang
akan diselidikan.Sedangkan penetapan kuota tergantung kepada kepentingan peneliti dapat
berdasarkan factor social, factor ekonomi, factor geografis, atau factor politis.
• Sampling saturasi
Sama sekali bukan sampling, karena metode tersebuit didefenisikan sebagai perolehan semua
unsure sampel dalam suatu populasi tertentu yang mempunyai karakteristik yang diinginkan
peneliti.
Contoh:
Jika kita ingin meneliti semua pemakai Honda Beat dalam sebuah komunitas kecil.
• Sampling dense
Sampling secara padat. Terletak diantara sampling acak sederhana dan sampling saturasi.
Dengan menaikkan fraksi sampling menjadi satu setengah dan mengambil mayoritas responden
yang memiliki sifat atau karakter yang diinginkan peneliti bisa dianggap sampling dense.
http://andiefendi05.blogspot.co.id/2013/11/tekhnik-sampling-probabilitas-dan-non.html
TEKNIK SAMPLING
1. Beberapa Pengertian Dasar
Sampling
Proses pengambilan atau memilih n buah elemen/objek/unsur dari
populasi yang berukuran N.
Populasi (N)
Kumpulan lengkap dari elemen-elemen yang sejenis akan tetapi
dapat dibedakan berdasarkan karekteristiknya.
Sample (n)
Merupakan bagian dari populasi. Elemen anggota sampel, merupakan
anggota populasi dimana sampel diambil. Jika N banyaknya elemen
populasi, dan n banyaknya elemen sampel, maka n < N.
HAPHAZARD SAMPLING
Haphazard sampling disebut juga accidental atau convenient
sampling. Pada teknik sampling ini, kita akan mengambil sampling
tanpa memperhitungkan derajat kepresentatifannya tetapi lebih
kepada “kenyamanan peneliti”.
Contoh: adalah the person-on-the-street interview yang dilakukan
dalam suatu program TV. Reporter TV biasanya mewawancarai mereka
yang dijumpai di jalan, tetapi umumnya menghindari mereka yang
kelihatan tidak menarik, miskin, sangat tua, dan tidak
berpendidikan.
Pada contoh di atas, mereka yang diwawancarai oleh reporter TV
pada dasarnya tidak mewakili populasi manapun. Hasil dari
penelitian yang demikian tidak dapat digeneralisasikan.
PURPOSIVE SAMPLING
Disebut juga Judgment Sampling. Satuan sampling dipilih
berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh
satuan sampling yang memiliki karakteristik yang dikehendaki.
Contoh: Misalnya dalam sebuah penelitian pengelolaan pendidikan
yang bertujuan untuk melihat daya saing SMA dalam kerangka WTO,
barangkali untuk tahap awal akan lebih baik sampel dipilih dari
SMA yang memiliki nilai UAN baik, populer di masyarakat, serta
kelulusan siswa masuk PTN cukup tinggi.
http://beingsmartinafunway.blogspot.co.id/2009/11/teknik-sampling.html
Oktober 10, 2008
one response
Hakekat dari sampling adalah mengukur karakter asli (true character) dari populasi melalui anggota
(elemen, kasus atau unit) populasi yang diambil dari populasi tersebut berdasarkan suatu teknik
pengambilan sampel tertentu. Adapun populasi adalah keseluruhan kasus atau elemen yang memenuhi
kriteria tertentu, dan dapat berupa orang, tindakan sosial, kejadian, tempat, waktu atau sesuatu.
Contoh populasi, antara lain adalah: penduduk suatu kabupaten dalam periode waktu tertentu,
mahasiswa yang mengikuti kelas metodologi penelitian social, penduduk dengan rentang umur tertentu,
artikel tentang administrasi negara dalam periode waktu tertentu. Dari contoh populasi tersebut, kita
selanjutnya dapat mengenali elemen dari masing-masing populasi, yaitu: setiap anggota penduduk dari
kabupaten dalam periode waktu tertentu, setiap mahasiswa yang mengikuti kelas metodologi penelitian
social, setiap penduduk dengan rentang umur tertentu, dan setiap artikel tentang administrasi negara
dalam periode waktu tertentu.
Dalam proses pengukuran karakter dari suatu populasi, dapat saja peneliti menggunakan pengukuran
pada seluruh elemen dari populasi. Proses pengukuran yang demikian disebut dengan sensus ( census).
Sensus ini pada umumnya dilakukan terhadap populasi dengan jumlah elemen sedikit, yang
memungkinkan semua dapat dijangkau dengan biaya dan waktu yang tersedia. Sementara untuk
populasi dengan jumlah elemen banyak, sensus sangat jarang dilakukan kecuali untuk kepentingan
tertentu seperti sensus penduduk dari suatu negara. Untuk populasi dengan banyak elemen,
pengukuran karakter populasi dilakukan melalui sejumlah elemen yang dipilih dari populasi tersebut
dengan suatu metode tertentu. Cara pengambilan sejumlah elemen dari populasi ini disebut dengan
sampling, dan elemen yang dipilih melalui cara ini disebut sebagai sampel (sample).
Sebagai contoh, pada suatu Unit Kerja yang beranggotakan 200 orang karyawan akan digali informasi
tentang persepsi mereka tentang dukungan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan. Jika 200 orang
tersebut semuanya diminta mengisi kuesioner tentang data-data yang diperlukan, maka penelitian
tersebut dilakukan dengan cara sensus. Adapun sampling, hanya memilih beberapa orang saja dari 200
karyawan untuk diminta mengisi kuesioner atau diwawancarai. Selanjutnya, jika hasil sampling adalah
20 orang yang akan diukur, maka 20 orang tersebut disebut sebagai sampel penelitian.
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dapat dibedakan dalam dua dimensi: probability versus non-probability dan
single-stage versus multi stage (Blaiki, 2000). Dimensi pertama, probability versus non-probability,
mencerminkan tingkat kerandoman dari proses pemilihan sampel. Sedangkan dimensi kedua, menunjuk
pada banyaknya tahap atau langkah dalam proses pengambilan sampel.
pada single-stage probability sampling ini proses sampling dilakukan hanya satu tahap, dalam artian
hanya menggunakan metode probability sampling tertentu sekali untuk menghasilkan sampel
penelitian. Sebagai contoh, untuk mendapatkan 20 orang sampel dari populasi yang berjumlah 100
orang, peneliti menggunakan simple random sampling. Proses pengambilan sampel ini tidak
digabungkan dengan teknik pengambilan sampel yang lain.
Simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak
(random) sehingga setiap kasus atau elemen dalam populasi memiliki kesempatan yang sama
besar untuk dipilih sebagai sampel penelitian. Pada contoh pemilihan 20 orang sampel dari
populasi yang beranggotakan 100 orang, dengan teknik simple random sampling maka setiap
orang pada populasi tersebut memilki peluang yang sama untuk menjadi satu dari 20 sampel
yang dipilih.
Teknik ini memilki tingkat keacakan yang sangat tinggi, sehingga sangat efisien digunakan
untuk mengukur karakter populasi yang memiliki elemen dengan homoginitas tinggi. Sedangkan
untuk populasi yang memiliki elemen cukup hetergon, penggunaan teknik ini justru dapat
menimbulkan bias.
Syarat penggunaan teknik sampling ini adalah, bahwa setiap elemen dari populasi harus dapat
diidentifikasi. Elemen dari populasi tersebut kemudian disusun dalam suatu sampling frame,
yaitu suatu daftar yang dapat menggambarkan seluruh elemen dari populasi. Keberadaan
sampling frame ini sangat penting dalam teknik simple random sampling ini, karena proses
pemilihan sampel akan menjadi lebih sederhana, cepat dan murah.
Prosedur penggunaan simple random sampling, diawali dari pembentukan sampling frame oleh
peneliti. Selanjutnya, dari sampling frame tersebut dipilih sampel yang dilakukan secara acak
hingga terpenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan. Proses pemilihan sampel ini juga dapat
memanfaatkan a table of random numbers.
Penggunaan interval dalam pemilihan sampel ini merupakan metode quasi-random, karena
sebenarnya tidak dilaksanakan random secara murni. Namun, hasil penggunaan systematic
sampling dengan simple random sampling ternyata tidak jauh berbeda (Neuman, 1997). Oleh
karena itu, penggunaannya bisa saling menggantikan, kecuali untuk populasi dengan elemen
yang tersusun secara terpola atau membentuk siklus. Pada populasi dengan elemen yang
terorganisir membentuk pola atau siklus, systematic sampling justru menimbulkan bias.
Prosedur systematic sampling adalah, pertama, disusun sampling frame. Kedua, peneliti
menetapkan sampling interval (k) dengan menggunakan rumus N/n; dimana N adalah jumlah
elemen dalam populasi dan n adalah jumlah sampel yang diperlukan. Ketiga, peneliti memilih
sampel pertama (s1)secara random dari sampling frame. Keempat, peneliti memilih sampel
kedua (S2), yaitu S1 + k. selanjutnya, peneliti memilih sampel sampai diperoleh jumlah sampel
yang dibutuhkan dengan menambah nilai interval (k) pada setiap sampel sebelumnya.
Contoh penggunaan systematic sampling untuk memilih 20 sampel dari populasi yang berisi 100
elemen, adalah sebagai berikut. Pertama, susun sampling frame. Kedua, tetapkan nilai k = 5.
Ketiga, tentukan sampel pertama secara random, misal diperoleh 6. Selanjutnya kita dapat
menetukan sampel berikutnya adalah 11, 16, 21, 26, 31, 36, 41, 46, 51, 56, 61, 66, 71, 76, 81, 86,
91, 96, dan 1.
Stratified sampling
Jika peneliti memiliki informasi tambahan bahwa populasi sebenarnya terdiri dari beberapa
subpopulasi atau strata, maka stratified sampling lebih cocok untuk memilih sampel penelitian.
Sebagai contoh, penelitian akan dilakukan terhadap peserta kelas metodologi penelitian sosial
yang semuanya berjumlah 80 orang. Informasi tambahan bagi peneliti adalah bahwa dari 80
orang tersebut 60 orang adalah perempuan dan sisanya laki-laki. Jika peneliti menganggap
informasi ini penting untuk analisa, maka stratified sampling lebih cocok digunakan untuk
memilih sampel.
Prosedur penggunaan stratified sampling adalah sebagai berikut, pertama, peneliti membagi
populasi kedalam beberapa subpoplasi atau strata berdasarkan informasi yang didapat. Kedua,
peneliti merumuskan sampling frame pada masing-masing subpopulasi atau strata. Ketiga,
peneliti memilih sampel pada masing-masing subpopulasi atau strata dengan menggunakan
simple random atau systematic sampling. Dalam pemilihan sampel ini, proporsi jumlah sampel
antar strata adalah sama dengan proporsi jumlah elemen antar strata. Dengan demikian, jika telah
ditetapkan bahwa 20 orang akan dipilih sebagai sampel penelitian pada kelas metodologi
penelitian social yang jumlah elemennya adalah 80 orang, maka perbandingan jumlah sampel
antara perempuan dan laki-laki adalah 60:20. Berdasarkan proporsi tersebut, selanjutnya
diperoleh sampel untuk perempuan adalah 15 orang dan untuk laki-laki adalah 5 orang.
Terkadang seorang peneliti memilih sampel dengan tidak melihat proporsi tersebut, sebagai
contoh, pada kasus diatas ia memilih sampel laki-laki sejumlah 10 orang. Dalam kondisi
demikian, maka hasil analisis tidak dapat digeneralisasikan secara langsung terhadap populasi
tersebut. Selanjutnya, agar hasil analisis dapat digeneralisasikan, peneliti perlu melakukan
pembobotan (weighting). Dalam contoh tersebut, karena jumlah sampel laki-laki dilipatduakan,
maka jumlah sampel perempuan juga perlu dilipatduakan. Hasil akhir setelah pembobotan,
jumlah sampel perempuan adalah 30 orang dan jumlah sampel laki-laki adalah 10 orang.
Cluster sampling
Cluster sampling disebut juga dengan area sampling. Cluster sampling ini digunakan ketika
elemen dari populasi secara geografis tersebar luas sehingga sulit untuk disusun sampling frame.
Keuntungan penggunaan teknik ini adalah menjadikan proses sampling lebih murah dan cepat
daripada jika digunakan teknik simple random sampling. Akan tetapi, hasil dari cluster sampling
ini pada umumnya kurang akurat dibandingkan simple random sampling.
Adapun cluster adalah suatu unit yang berisi sekumpulan elemen-elemen populasi. Namun,
terhadap populasi yang lebih tinggi, Cluster sendiri berkedudukan sebagai elemen dari populasi
tersebut. Seoarang peneliti yang menggunakan cluster sampling, pertama-tama memilih sampel
yang berbentuk cluster dari suatu populasi. Selanjutnya, dari tiap-tiap cluster sampel tersebut,
diturunkan sampel yang berbentuk elemen. Sebagai contoh, pemilihan sampel pegawai pada
suatu departemen yang pegawainya tersebar pada berbagai unit kerja yang juga tersebar secara
geografis. Pada kasus ini, peneliti dapat menjadikan unit kerja sebagai cluster dan selanjutnya
secara random memilih beberapa unit kerja sebagai sampel. Pada setiap Unit kerja yang terpilih
tersebut kemudian seluruh pegawai dijadikan sampel penelitian.
https://asropi.wordpress.com/tag/simple-random-sampling/
Metode Sampling
Pengambilan sampel dalam teknik random ini, peneliti ini memperkirakan sampel dalam
populasi berkedudukan sama dari segi2 yang akan diteliti. Dengan cara mengambil acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Dengan syarat anggota populasi homogen.
Contoh:
Mahasiswa yang baru masuk Perguruan Tinggi Negeri, mereka sama2 tamatan SMA dan sama2
lulus ujian SPMB (seleksi penerimaan mahasiswa baru).
Disini dapat dikatakan bahwa populasi mahasiswa baru tersebut homogen dari asal sekolah dan
lulus ujian SPMB. Artinya kita mengambil beberapa saja diantara mereka untuk sampel
penelitian, dan yang mana saja, karena kita telah beranggapan bahwa mereka mempunyai
kedudukan yang sama dengan kriteria2 yang sama.
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau
sumber data sangat luas. Dalam penggunaan sampel cluster ini umumnya kesatuan2 yang diteliti,
merupakan kelompok2 yang lebih besar.
Contoh:
Kelompok remaja putus sekolah, kelompok kelas, atau sekolah2 dan sebagainya.
Teknik pengambilan sampel tidak member peluang/kesempatan sama bagi setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Tujuan umum dari perencanaan sampling probabilitas
ialah memperoleh gambaran kasar dari sekumpulan unsure sampel.
Dalam sampel non probabilitas sukar untuk menentukan jumlah kesalahan sampling, sehingga
peneliti tidak dapat menggeneralisasikan secara langsung beberapa temuannya dengan populasi
yang lebih besar. Ini karena populasi yang ada sebagian besar tidak teridentifikasi dengan salah
satu atau semua variasi sampling nonprobabilitas. Perencanaan sampling non probabilitas yang
biasa digunakan mencakup:
• Sampling sistematik
Teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor
urut. Sampling sistematik biasanya digunakan dalam traffic survey atau marketing research.
Ada beberapa peneliti menganggap sampling sistematik bukan merupakan sampling acak,
padahal sampling sistematik merupakan sampling acak karena pemilihan pertama (menggunakan
random start) dilakukan secara acak. Beberapa peneliti menyebut sampling sistematik sebagai
Quasi random sampling atau Pseudo random sampling.
Contoh:
Jika peneliti ingin mengetahui orang2 yang berobat kerumah sakit di sebuah desa, kita telah
mengetahui syarat2 untuk berobat di rumah sakit, dengan mendaftar diri ke receptionist dan
mendapatkan nomor antrian,sehingga mereka dapat berobat.
• Sampling kuota
Teknik untuk menentukan sampel secara bebas dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu
sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Penggunaan teknis kuota sampel ini perlu menetapkan
strata populasi berdasarkan tanda2 yang mempunyai pengaruh terbesar terhadap variable yang
akan diselidikan.
Sedangkan penetapan kuota tergantung kepada kepentingan peneliti dapat berdasarkan factor
social, factor ekonomi, factor geografis, atau factor politis.
Contoh:
Jika kita ingin meniliti orang2 yang berambut kribo disebuah kota, kita telah mengetahui
ciri2nya yaitu rambutnya kribo dan kemudian kita menetapkan kuotanya sejumlah yang telah
kita tentukan.
Penggunaan sampel kuota ini dalam penelitian ilmu social sering digunakan oleh para peneliti,
karena dapat menentukan sampelnya dengan tidak terlalu ikat.
• Sampling aksidental
Teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui
itu cocok sebagai sumber data.
Contoh:
Jika kita ingin meneliti orang2 yang telah berambut putih diseluruh kota, sampelnya kita cari
disekeliling kota dan dimana dan kapan saja kita menemui orang2 yang berambut putih, kita
ambil sebagai sampelnya, jadi semua sampel tersebut hanya secara kebetulan saja dan tak
direncanakan.
Dalam suatu penelitian ilmiah biasanya cara sampel aksidental ini jarang digunakan, kecuali
dalam penelitian2 tertentu yang mungkin dapat menggunakap sampel ini, hal itu tentu sesuai
dengan tujuan penelitiannya. Dan bukan penelitian ilmiah.
• Sampling purposive
Teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Misalnya pada penelitian tentang disiplin
pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.
Contoh:
Jika penel;iti ingin mengetahui perbedaan sikap antara pemuda2 dikota besar terhadap kenekalan
remaja, dalam hal ini mestinya peneliti telah mengetahui lebih dulu ciri2 pemuda di perkotaan.
Berdasarkan ciri2 tersebut kemudian peneliti memilih daerah kelompok2 tertentu sebagai
inti/kuncinya sebagai sampel,sedangkan kelompok dibagian lain kota dapat ditinggalkan.
Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh
memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel
semakin banyak.
Contoh:
Jika peneliti ingin mengetahui penyebaran informasi medis diantara ahli medis, sampling
snowball dapat digunakan untuk menentukan bagaimana seorang ahli medis akhirnya
menggunakan obat2an dan peralatan tertentu. Metode tersebut dapat menggambarkan melalui
kelompok ahli medis yang mana informasi tentang obat baru yang beredar.
Apakah ahli medis tersebut membacanya dalm suatu jurnal medis atau mendengarkannya pada
suatu konferensi medis, dan kalau memang demikian, siapa yang dihubungi diantara teman2 ahli
medisnya mengenai hal tersebut? Bagainmana informasi diantara ahli medis menyebar dalam
suatu masyarakat tertentu? Sampling snowball dapat menjawab pertanyaan diatas.
• Sampling saturasi
Sama sekali bukan sampling, karena metode tersebuit didefenisikan sebagai perolehan semua
unsure sampel dalam suatu populasi tertentu yang mempunyai karakteristik yang diinginkan
peneliti.
Contoh:
Jika kita ingin meneliti semua pemakai Honda Beat dalam sebuah komunitas kecil.
• Sampling dense
Sampling secara padat. Terletak diantara sampling acak sederhana dan sampling saturasi.
Dengan menaikkan fraksi sampling menjadi satu setengah dan mengambil mayoritas responden
yang memiliki sifat atau karakter yang diinginkan peneliti bisa dianggap sampling dense.
Contoh:
Apabila komunitas Honda Beat terdapat 500 orang di medan, peneliti hanya mengambil setengah
dari 500 orang yang memiliki Honda Beat.
https://blogrendywahyu.wordpress.com/2013/11/07/teknik-sampling-probabilitas-dan-non-
probabilitas/
Teknikteknik pengambilan sampel:
1. Sampling nonprobabilitas
Teknik non-probabilitas merupakan teknik yang tidak memberikan peluang atau kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Non-probability
sampling seringkali menjadi pilihan alternatif dengan pertimbangan yang terkait dengan
penghematan biaya, waktu dan tenaga serta keterandalan subjektifitas peneliti. Di samping itu
pertimbangan lainnya adalah walaupun probability sampling mungkin saja lebih unggul dalam
teori, tetapi dalam pelaksanaannya seringkali dijumpai adanya beberapa kesalahan akibat
kecerobohan dari si pelaksananya. Dalam penggunaan non-probability sampling, pengetahuan,
kepercayaan dan pengalaman seseorang seringkali dijadikan pertimbangan untuk menentukan
anggota populasi yang akan dipilih sebagai sampel. Pengambilan sampel dengan memperhatikan
factor-faktor tersebut menyebabkan tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang
sama untuk dipilih secara acak sebagai sampel. Dalam prakteknya terkadang ada bagian tertentu
dari populasi tidak dimasukkan dalam pemilihan sampel untuk mewakili populasi. Teknik ini
terdiri sampling seenaknya (kebetulan), sampling pertimbangan.
a) Sampling Seenaknya (kebetulan)
Dalam sampling seenaknya peneliti memanfaatkan subjek-subjek yang ada atau tersedia
sebatas yang ditemukan oleh peneliti tanpa rencana terlebih dulu mengenai sampel yang diambil.
Begitu anggota populasi ditemukan, anggota populasi itulah yang diambil sebagai sampel dan
biasanya populasi tersebut diambil secara acak. Contoh, seorang peneliti berdiri di pintu gerbang
utama kampus, dan menanyai kepada setiap mahasiswa yang kebetulan lewat di pintu gerbang
tersebut antara jam 8.00 sampai jam 10.00 pagi. Pekerjaan tersebut diulang beberapa hari dengan
waktu dan tempat yang sama sampai akhirnya informasi yang dicari dirasakan telah dapat
dicapai untuk menjawab permasalahan penelitian yang direncanakan oleh para peneliti tersebut.
Teknik memilih dengan seenaknya ini keuntungan yang paling tampak adalah mudah
dilakukan dan mudah memperoleh informasi yang diinginkan. Walaupun teknik ini juga
mempunyai kelemahan, yaitu jaminan representatifnya rendah bahkan lebih-lebih dalam
penelitian sosial. Contohnya yaitu jika orang yang lewat adalah bukan mahasiswa atau orang
yang diharapkan dipilih secara sampel, sehingga terjadi bias responden dan bias informasi.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, maka diperlukan tindakan tambahan, misalnya dengan
menanyakan identitas orang yang lewat untuk meyakinkan bahwa mereka adalah orang-orang
yang diinginkan sebagai anggota sampel.
b) Sampling Pertimbangan
Label sampling teknik pertimbangan didasarkan pada kenyataan bahwa sampel yang dipilih
peneliti didasarkan pada pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut biasanya adalah
pertimbangan masalah penelitian dan tujuan penelitian. Karena itu, teknik sampling
pertimbangan sering juga disebut teknik sampel bertujuan (purposive). Contoh memilih sampel
dengan bertujuan, misalnya para peneliti memilih para pedagang tertentu untuk memperoleh
informasi tentang macam-maam harga barang; seorang peneliti memilih guru SMK untuk
memperoleh informasi efektifitas praktik di sekolah. Mereka memilih orang-orang tersebut
sebagai sampel karena para peneliti mempunyai pertimbangan profesional yang kuat, misalnya
merekalah orang-orang yang terlibat langsung dengan interes peneliti.
Dalam penelitian bahasa lazim diterapkan teknik sampling pertimbangan. Penutur atau
informan yang digunakan menjadi sampel antara lain adalah penutur asli, jujur, menggunakan
bahasa yang diteliti sebagai bahasa sehari-hari, dewasa, banyak bicara, tidak memiliki cacat
organ tubuh, dan lain-lain.
Teknik sampel kuota termasuk kategori teknik sampling pertimbangan karena dalam teknik
sampling kuota dipertimbangkan perwakilan secara kuota. Untuk meneliti kredibilitas guru
misalnya, peneliti dapat menetapkan siswa-siswa yang bersangkutan; guru, pengusaha, petani,
dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan.