Anda di halaman 1dari 29

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.

Untuk sampel yang akan


digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang dikelompokkan menjadi dua
yaitu Probability sampling dan Nonprobability sampling (Sugiyono,2011).

Probability Sampling

Probability sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih untuk menjadi anggota sampel.
Teknik ini antara lain sebagai berikut:

1. Simple random sampling

Dikatakan simple (sederhana) karean pengmbilan sampel dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada pada populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi
dianggap homogen.

2. Proportionate stratified random sampling

Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota /unsur yang tidak homogen dan berstrata
secara proposional

3. Disproportionate stratified random sampling

Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang
proposional.

4. Cluster sampling (Area sampling)

Teknik sampel daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau
sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu Negara, provinsi atau kabupaten. Untuk
menentukan penduduka mana yang akan dijadikaan sumber data, maka pengambilan sampelnya
didasarkan daerah populasi yang telah ditentukan.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan
sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada di daerah itu sacara
sampling juga.

Nonprobability Sampling

Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi


peluang/kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Tekniknya antara lain sebagi berikut:

1. Sampling Sistematis

Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi
yang telah diberi nomor urut.
2. Sampling Kuota

Sampling kuota adalah teknik untuk menetukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Bila pada pengambilan sampel dilakukan secara
kelompok maka pengambilan sampel dibagi rata sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.

3. Sampling Insidental

Sampling Insidental dalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

4. Sampling Purposive

Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel ini
lebih cocok untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melekukan
generalisasi.

5. Sampling Jenuh

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila anggota populasi digunakan sebagai
sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30 orang, atau
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain
sampling jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel.

6. Snowball Sampling

Snowball sampling dalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian
membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam
penetuan sampel pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini
belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencarai orang lain yang
dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya.
Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.

https://sugithewae.wordpress.com/2012/12/08/teknik-sampling/

Jenis-jenis teknik pengambilan Sampel

1)  Teknik sampling secara probabilitas


Teknik sampling probabilitas atau random sampling merupakan teknik sampling yang dilakukan
dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi 
sampel. Dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang
representatif.

Teknik sampling semacam ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
a) Teknik sampling secara rambang sederhana atau random sampling. Cara paling populer yang
dipakai dalam proses penarikan sampel rambang sederhana adalah  dengan undian.

b) Teknik sampling secara sistematis (systematic sampling). Prosedur ini berupa penarikan
sample dengan cara mengambil setiap kasus (nomor urut) yang kesekian dari daftar populasi.

c) Teknik sampling secara rambang proporsional (proporsional random sampling). Jika


populasi terdiri dari subpopulasi-subpopulasi maka sample penelitian diambil dari setiap
subpopulasi. Adapun cara peng-ambilannya  dapat dilakukan secara undian maupun sistematis.

d) Teknik sampling secara rambang bertingkat. Bila subpoplulasi-subpopulasi sifatnya


bertingkat, cara pengambilan sampel sama seperti pada teknik sampling secara proportional.

e) Teknik sampling secara kluster (cluster sampling) Ada kalanya peneliti tidak tahu persis
karakteristik populasi  yang ingin dijadikan subjek penelitian karena populasi tersebar di wilayah
yang amat luas. Untuk itu peneliti hanya dapat menentukan sampel wilayah, berupa kelompok
klaster yang ditentukan secara bertahap. Teknik pengambilan sample semacam ini disebut cluster
sampling atau multi-stage sampling.

2) Teknik sampling secara nonprobabilitas.


Teknik sampling nonprobabilitas adalah teknik pengambilan sample yang ditemukan atau
ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar. Beberapa jenis atau cara
penarikan sampel secara nonprobabilitas adalah sebagai berikut.

a) Purposive sampling   atau  judgmental sampling  Penarikan sampel secara purposif


merupakan cara penarikan sample yang dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik
yang dietapkan peneliti. 

b) Snow-ball sampling (penarikan sample secara bola salju).


Penarikan sample pola ini dilakukan dengan menentukan sample pertama. Sampel berikutnya
ditentukan berdasarkan informasi dari sample pertama, sample ketiga ditentukan berdasarkan
informasi dari sample kedua, dan seterusnya sehingga jumlah sample semakin besar, seolah-olah
terjadi efek bola salju. 

c) Quota sampling (penarikan sample secara jatah). Teknik sampling ini dilakukan dengan atas
dasar jumlah atau jatah yang telah ditentukan. Biasanya yang dijadikan sample penelitian adalah
subjek yang mudah ditemui sehingga memudahkan pula proses pengumpulan data.
d) Accidental sampling  atau convenience sampling Dalam penelitian bisa saja terjadi
diperolehnya sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu
unit atau subjek tersedia bagi peneliti saat pengumpulan data dilakukan. Proses diperolehnya
sampel semacam ini disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan.
http://expresisastra.blogspot.co.id/2013/11/macam-macam-teknik-pengambilan-sampel.html

Cara atau teknik pengambilan sampling

Teknik Sampling yaitu merupakan teknik pengambilan sampel. Terdapat berbagai macam teknik
sampling untuk menentukan sampel yang akan dipakai dalam penelitian. Teknik sampling pada
dasarnya bisa dikelompokkan menjadi 2 (dua) maca yaitu probability sampling dan non-
probability sampling. berikut dibawah ini penjelasannya:

Probability sampling adalah suatu teknik sampling yang memberikan peluang atau kesempatan
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, tekhnik
ini terdiri atas:

 Simple random sampling: dikatakan simple atau sederhana sebab pengambilan sampel
anggota populasi dilakukan secara acak, tanpa memperhatikan strata yang terdapat dalam
populasi tersebut. Cara ini dapat lakukan jika anggota populasi dianggap homogen.
 Dispropotionate Stratified Random Sampling: Suatu teknik yang digunakan untuk
menentukan jumlah sampel, jika populasi berstrata tetapi kurang proporsional.
 Proportionate stratified random sampling: salah satu teknik yang digunakan jika populasi
mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen serta berstrata secara proporsional.
 Area sampling (Cluster sampling): Teknik sampling daerah dipakai untuk menentukan
sampel jika objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, seperti misalnya
penduduk dari suatu negara, provinsi atau dari suatu kabupaten.

Non probability sampling adalah teknik yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel,  teknik ini terdiri atas:

 Sampling Sistematis: suatu teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota
populasi yang telah diberi nomor urut.
 Sampling Kuota: Teknik untuk menentukan sampel yang berasal dari populasi yang
memiliki ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan. Seperti misalnya, jumlah
sampel laki-laki sebanyak 70 orang maka sampel perempuan juga sebanyak 70 orang.
 Sampling aksidental: Sauatu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dipakai sebagai sampel, jika
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok untuk dijadikan sebagai sumber data.
 Purposive Sampling: Suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau
sleksi khusus. Seperti misalnya misalnya, kamu meneliti kriminalitas di Kota atau daerah
tertentu, maka kamu mengambil informan yaitu Kapolresta kota atau daerah tersebut,
seorang pelaku kriminal dan seorang korban kriminal yang ada di kota tersebut.
 Sampling Jenuh: Suatu teknik penentuan sampel jika semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering sekali dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil atau
sedikit, yaitu kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi
dengan kesalahan yang relatif kecil.
 Smpling Snowball: Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil atau
sedikit, lalu kemudian membesar. Atau sampel berdasarkan penelusuran dari sampel yang
sebelumnya. Seperti misalnya, penelitian mengenai kasus korupsi bahwa sumber
informan pertama mengarah kepada informan kedua lalu informn seterusnya.

http://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-populasi-dan-sampel-serta-teknik-sampling.html

Teknik Pengambilan Sampel : Nonprobability Sampling Pengertian Nonprobability Sampling atau Definisi
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik
Sampling Nonprobality ini meliputi :Sampling Sistematis, Sampling Kuota, Sampling Insidental, Purposive
Sampling, Sampling Jenuh, Snowball Sampling. 1. Sampling Sistematis Pengertian Sampling Sistematis
atau Definisi Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota
populasi yang telah diberi nomor urut.Contoh Sampling Sistematis, anggota populasi yang terdiri dari
100 orang, dari semua semua anggota populasi itu diberi nomor urut 1 sampai 100. Pengambilan sampel
dapat dilakukan dengan mengambil nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu,
misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor urut 1,
5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100. 2. Sampling Kuota Pengertian Sampling Kuota atau Definisi
Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu
sampai jumlah kuota yang diinginkan.Contoh Sampling Kuota, akan melakukan penelitian tentang Karies
Gigi, jumlah sampel yang ditentukan 500 orang, jika pengumpulan data belum memenuhi kuota 500
orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai. Bila pengumpulan data dilakukan secara
kelompok yang terdiri atas 5 orang pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus dapat
menghubungi 100 orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat mencari data dari 500
anggota sampel. 3. Sampling Insidental Pengertian Sampling Insidental atau Definisi Sampling Insidental
adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau
insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. 4. Purposive Sampling Pengertian Purposive Sampling
atau Definisi Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Contoh Purposive Sampling, akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber
datanya adalah orang yang ahli makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk Penelitian Kualitatif
atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi. 5. Sampling Jenuh (Sensus) Pengertian Sampling
Jenuh atau Definisi Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30
orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. 6. Snowball
Sampling Pengertian Snowball Sampling atau Definisi Snowball Sampling adalah teknik penentuan
sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding
yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang
sampel, tetapi karena dengan dua orang sampel ini belum merasa lengkap terhadap data yang
diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang
diberikan oleh dua orang sampel sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin
banyak. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel Purposive dan Snowball. Contohnya
akan meneliti siapa provokasi kerusuhan, maka akan cocok menggunakan Purposive Sampling dan
Snowball Sampling. Cara Pengambilan Sampel dengan Probabilitas Sampling Ada empat macam teknik
pengambilan sampel yang termasuk dalam teknik pengambilan sampel dengan probabilitas sampling.
Keempat teknik tersebut, yaitu cara acak, stratifikasi, klaster, dan sistematis. 1. Sampling Acak Ada
beberapa nama untuk menyebutkan teknik pemilihan sampling ini. Nama tersebut termasuk di
antaranya: random sampling atau teknik acak. Apa pun namanya teknik ini sangat populer dan banyak
dianjurkan penggunaannya dalam proses penelitian. Pada teknik acak ini, secara teoretis, semua
anggota dalam populasi mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi
sampel. Untuk mendapat responden yang hendak dijadikan sampel, satu hal penting yang harus
diketahui oleh para peneliti adalah bahwa perlunya bagi peneliti untuk mengetahui jumlah responden
yang ada dalam populasi. Teknik memilih secara acak dapat dilakukan baik dengan manual atau
tradisional maupun dengan menggunakan tabel random. a. Cara Tradisional Cara tradisional ini dapat
dilihat dalam kumpulan ibu-ibu ketika arisan. Teknik acak ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah
seperti berikut: tentukan jumlah populasi yang dapat ditemui; daftar semua anggota dalam populasi,
masukkan dalam kotak yang telah diberi lubang penarikan; kocok kotak tersebut dan keluarkan lewat
lubang pengeluaran yang telah dibuat; nomor anggota yang keluar adalah mereka yang ditunjuk sebagai
sampel penelitian; lakukan terus sampai jumlah yang diinginkan dapat dicapai. b. Menggunakan Tabel
Acak Pada cara kedua ini, proses pemilihan subjek dilakukan dengan menggunakan tabel yang dihasilkan
oleh komputer dan telah diakui manfaatnya dalam teori penelitian. Tabel tersebut umumnya terdiri dari
kolom dan angka lima digit yang telah secara acak dihasilkan oleh komputer. Dengan menggunakan
tabel tersebut, angka-angka yang ada digunakan untuk memilih sampel dengan langkah sebagai berikut:
identifikasi jumlah total populasi; tentukan jumlah sampel yang diinginkan; daftar semua anggota yang
masuk sebagai populasi; berikan semua anggota dengan nomor kode yang diminta, misalnya: 000-299
untuk populasi yang berjumlah 300 orang, atau 00-99 untuk jumlah populasi 100 orang; pilih secara acak
(misalnya tutup mata) dengan menggunakan penunjuk pada angka yang ada dalam tabel; pada angka-
angka yang terpilih, lihat hanya angka digit yang tepat yang dipilih. Jika populasi 500 maka hanya 3 digit
dari akhir saja. Jika populasi mempunyai anggota 90 maka hanya diperlukan dua digit dari akhir saja; jika
angka dikaitkan dengan angka terpilih untuk individual dalam populasi menjadi individu dalam sampel.
Sebagai contoh, jika populasinya berjumlah 500, maka angka terpilih 375 masuk sebagai individu
sampel. Sebaliknya jika populasi hanya 300, maka angka terpilih 375 tidak termasuk sebagai individu
sampel; gerakan penunjuk dalam kolom atau angka lain; ulangi langkah nomor 8 sampai jumlah sampel
yang diinginkan tercapai. Ketika jumlah sampel yang diinginkan telah tercapai maka langkah selanjutnya
adalah membagi dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sesuai dengan bentuk desain
penelitian. Contoh Memilih Sampel dengan Sampling Acak Seorang kepala sekolah ingin melakukan
studi terhadap para siswa yang ada di sekolah. Populasi siswa SMK ternyata jumlahnya 600 orang.
Sampel yang diinginkan adalah 10% dari populasi. Dia ingin menggunakan teknik acak, untuk mencapai
hal itu, dia menggunakan langkah-langkah untuk memilih sampel seperti berikut. Populasi yang
jumlahnya 600 orang diidentifikasi. Sampel yang diinginkan 10% x 600 = 60 orang. Populasi didaftar
dengan diberikan kode dari 000-599. Tabel acak yang berisi angka random digunakan untuk memilih
data dengan menggerakkan data sepanjang kolom atau baris dari tabel. Misalnya diperoleh sederet
angka seperti berikut: 058 710 859 942 634 278 708 899 Oleh karena jumlah populasi 600 orang maka
dua angka terpilih menjadi sampel yaitu: 058 dan 278. Coba langkah d sampai diperoleh semua jumlah
60 responden. 2. Teknik Stratifikasi Dalam penelitian pendidikan maupun penelitian sosial lainnya, sering
kali ditemui kondisi populasi yang ada terdiri dari beberapa lapisan atau kelompok individual dengan
karakteristik berbeda. Di sekolah, misalnya ada kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga. Mereka juga dapat
dibedakan menurut jenis kelamin responden menjadi kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Di
masyarakat, populasi dapat berupa kelompok masyarakat, misalnya petani, pedagang, pegawai negeri,
pegawai swasta, dan sebagainya. Keadaan populasi yang demikian akan tidak tepat dan tidak terwakili;
jika digunakan teknik acak. Karena hasilnya mungkin satu kelompok terlalu banyak yang terpilih sebagai
sampel, sebaliknya kelompok lain tidak terwakili karena tidak muncul dalam proses pemilihan. Teknik
yang paling tepat dan mempunyai akurasi tinggi adalah teknik sampling dengan cara stratifikasi. Teknik
stratifikasi ini harus digunakan sejak awal, ketika peneliti mengetahui bahwa kondisi populasi terdiri atas
beberapa anggota yang memiliki stratifikasi atau lapisan yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Ketepatan teknik stratifikasi juga lebih dapat ditingkatkan dengan menggunakan proporsional besar
kecilnya anggota lapisan dari populasi ditentukan oleh besar kecilnya jumlah anggota populasi dalam
lapisan yang ada. Seperti halnya teknik memilih sampel secara acak, teknik stratifikasi juga mempunyai
langkah-langkah untuk menentukan sampel yang diinginkan. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat
seperti berikut : Identifikasi jumlah total populasi. Tentukan jumlah sampel yang diinginkan. Daftar
semua anggota yang termasuk sebagai populasi. Pisahkan anggota populasi sesuai dengan karakteristik
lapisan yang dimiliki. Pilih sampel dengan menggunakan prinsip acak seperti yang telah dilakukan dalam
teknik random di atas. Lakukan langkah pemilihan pada setiap lapisan yang ada. Sampai jumlah sampel
dapat dicapai. Contoh menentukan sampel dengan teknik stratifikasi Seorang peneliti ingin melakukan
studi dari suatu populasi guru SMK yang jumlahnya 900 orang, sampel yang diinginkan adalah 10% dari
populasi. Dalam anggota populasi ada tiga lapisan guru, mereka adalah yang mempunyai golongan dua,
golongan tiga, dan golongan empat. Dia ingin memilih sampel dengan menggunakan teknik stratifikasi.
Terangkan langkah-langkah guna mengambil sampel dengan menggunakan teknik stratifikasi tersebut.
Jawabannya adalah sebagai berikut. Jumlah total populasi adalah 900 orang. Daftar semua anggota yang
termasuk sebagai populasi dengan nomor 000-899. Bagi populasi menjadi tiga lapis, dengan setiap lapis
terdiri 300 orang. Undilah sampel yang diinginkan 30% x 900 = 270 orang. Setiap lapis mempunyai
anggota 90 orang. untuk lapisan pertama gerakan penunjuk (pensil) dalam tabel acak. Dan pilih dari
angka tersebut dan ambil yang memiliki nilai lebih kecil dari angka 899 sampai akhirnya diperoleh 90
subjek. Lakukan langkah 6 dan 7 untuk Iapis kedua dan ketiga sampai total sampel diperoleh jumlah 270
orang. 3. Teknik Klaster Teknik klaster merupakan teknik memilih sampel lainnya dengan menggunakan
prinsip probabilitas. Teknik ini mempunyai sedikit perbedaan jika dibandingkan dengan kedua teknik
yang telah dibahas di atas. Teknik klaster atau Cluster Sam¬pling ini memilih sampel bukan didasarkan
pada individual, tetapi lebih didasarkan pada kelompok, daerah, atau kelompok subjek yang secara
alami berkumpul bersama. Teknik klaster sering digunakan oleh para peneliti di lapangan yang
wilayahnya mungkin luas. Dengan menggunakan teknik klaster ini, mereka lebih dapat menghemat biaya
dan tenaga dalam menemui responden yang menjadi subjek atau objek penelitian. Memilih sampel
dengan menggunakan teknik klaster ini mempunyai beberapa langkah seperti berikut. Identifikasi
populasi yang hendak digunakan dalam studi. b. Tentukan besar sampel yang diinginkan. Tentukan dasar
logika untuk menentukan klaster. Perkirakan jumlah rata-rata subjek yang ada pada setiap klaster.
Daftar semua subjek dalam setiap klaster dengan membagi antara jurnlah sampel dengan jumlah klaster
yang ada. Secara random, pilih jumlah angggota sampel yang diinginkan untuk setiap klaster. Jumlah
sampel adalah jumlah klaster dikalikan jumlah anggota populasi per klaster. Contoh terapan pemilihan
sampel dengan menggunakan teknik klasterMisalkan seorang peneliti hendak melakukan studi pada
populasi yang jumlahnya 4.000 guru dalam 100 sekolah yang ada. `Sampel yang diinginkan adalah 400
orang. Cara yang digunakan adalah teknik sampel secara klaster dengan sekolah sebagai dasar
penentuan logis klaster yang ada. Bagaimanakah langkah menentukan sampel tersebut? Jawabannya
adalah sebagai berikut. Total populasi adalah 4.000 orang. Jumlah sampel yang diinginkan 400 orang.
Dasar logis klaster adalah sekolah yang jumlahnya ada 100. Dalam populasi, setiap sekolah adalah
4.000/100 = 40 guru setiap sekolah. Jumlah klaster yang ada adalah 400/40 = 10. Oleh karena itu, 10
sekolah di antara 100 sekolah dipilih secara random. Jadi, semua guru yang ada dalam 10 sekolah sama
dengan jumlah sampel yang diinginkan. 4. Teknik Secara Sistematis Teknik memilih sampel yang
keempat adalah teknik sistematis atau systematic sampling. Teknik pemilihan ini menggunakan prinsip
proporsional. Caranya ialah dengan menentukan pilihan sampel pada setiap 1/k, di mana k adalah suatu
angka pembagi yang telah ditentukan misalnya 5,6 atau 10. Syarat yang perlu diperhatikan oleh para
peneliti adalah adanya daftar atau list semua anggota populasi. Untuk populasi yang didaftar atas dasar
urutan abjad pemakaian metode menggunakan teknik sistematis juga dapat diterapkan. Walaupun
mungkin saja terjadi bahwa suatu nama seperti nama yang berawalan su, sri dalam bahasa Indonesia
akan terjadi pengumpulan nama dalam awalan tersebut. Sisternatis proporsional k dapat memilih
dengan baik.

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

http://gerrytri.blogspot.co.id/2013/06/teknik-pengambilan-sampel-dalam.html

PROBABILITY SAMPLING

Probability sampling adalah teknik sampling dimana setiap anggota populasi memiliki peluang
sama dipilih menjadi sampel. Dengan kata lain, semua anggota tunggal dari populasi memiliki
peluang tidak nol.

Teknik ini melibatkan pengambilan acak (dikocok) dari suatu populasi. Ada bermacam-macam
metode probability sampling dengan turunan dan variasi masing-masing, namun paling populer
sebagai berikut:

1. Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling)

Random sampling adalah metode paling dekat dengan definisi probability sampling.
Pengambilan sampel dari populiasi secara acak berdasarkan frekuensi probabilitas semua
anggota populasi.

2. Sampling Acak Sistematis (Systematic Random Sampling)

Pengambilan sampel melibatkan aturan populasi dalam urutan sistematika tertentu.


Probabilitas pengambilan sampel tidak sama terlepas dari kesamaan frekuensi setiap
anggota populasi.

3. Sampling Stratifikasi (Stratified Sampling)

Populasi dibagi ke dalam kelompok strata dan kemudian mengambil sampel dari tiap
kelompok tergantung kriteria yang ditetapkan. Misalnya, populasi dibagi ke dalam anak-
anak dan orang tua kemudian memilih masing-masing wakil dari keduanya.

4. Sampling Rumpun (Cluster Sampling)

Populasi dibagi ke dalam kelompok kewilayahan kemudian memilih wakil tiap-tiap


kelompok. Misalnya, populasi adalah Jawa Tengah kemudian sampel diambil dari tiap-
tiap kabupaten. Bisa juga batas-batas gunung, pulau dan sebagainya.

5. Sampling Bertahap (Multistage Sampling)

Pengambilan sampel menggunakan lebih dari satu teknik probability sampling. Misalnya,
menggunakan metode stratified sampling pada tahap pertama kemudian metode simple
random sampling di tahap kedua dan seterusnya sampai mencapai sampel yang
diinginkan.

6. Probabilitas Proporsional Ukuran Sampling (Probability Proportional to Size Sampling)

Probabilitas pengambilan sampel sebanding dengan ukuran sampling bahwa sampel


dipilih secara proporsional dengan ukuran total populasi. Ini adalah bentuk multistage
sampling di tahap pertama dan kemudian random sampling di tahap kedua, tapi jumlah
sampel sebanding dengan ukuran populasi.

NON-PROBABILITY SAMPLING
Teknik non-probability sampling bahwa setiap anggota populasi
memiliki peluang nol. Artinya, pengambilan sampel didasarkan kriteria tertentu seperti
judgment, status, kuantitas, kesukarelaan dan sebagainya.

Ada bermacam-macam metode non-probability sampling dengan turunan dan variasinya, tapi
paling populer sebagai berikut:

1. Sampling Kuota (Quota Sampling)

Mirip stratified sampling yaitu berdasarkan proporsi ciri-ciri tertentu untuk menghindari
bias. Misalnya, jumlah sampel laki-laki 50 orang maka sampel perempuan juga 50 orang.

2. Sampling Kebetulan (Accidental Sampling)

Pengambilan sampel didasarkan pada kenyataan bahwa mereka kebetulan muncul.


Misalnya, populasi adalah setiap pegguna jalan tol, maka peneliti mengambil sampel dari
orang-orang yang kebetulan melintas di jalan tersebut pada waktu pengamatan.

3. Sampling Purposive (Purposive or Judgemental Sampling)

Pengambilan sampel berdasarkan seleksi khusus. Peneliti membuat kriteria tertentu siapa
yang dijadikan sebagai informan. Misalnya, Anda meneliti kriminalitas di Kota
Semarang, maka Anda mengambil informan yaitu Kapolresta Semarang, seorang pelaku
kriminal dan seorang korban kriminal.

4. Sampling Sukarela (Voluntary Sampling)

Pengambilan sampel berdasarkan kerelaan untuk berpartisipasi dalam penelitian. Metode


ini paling umum digunakan dalam jajak pendapat.

5. Sampling Snowball (Snowball Sampling)

Pengambilan sampel berdasarkan penelusuran sampel sebelumnya. Misalnya, penelitian


tentang korupsi bahwa sumber informan pertama mengarah kepada informan kedua lalu
informan ke tiga dan seterusnya.
Metode Sampling
Dalam perencanaan suatu penelitian,peneliti dihadapkan pada pilihan untuk mempelajari
keseluruhan unsure populasi (manusia atau benda) atau mempelajari hanya sebagian unsure yang
diambil dari bagian atau populasi yang lebih besar.
Sampling terdiri dari berbagai jenis. Dalam perencanaan sampling akan ditentukan bagaimana
unsure diambil dari populasi yang lebih besar atau populasi induk dan berapa jumlah unsure
yang akan diambil.

Perencanaan sampling probabilitas

Perencanan yang menentukan probabilitas atau besarnya kemungkinan setiap unsure dijadikan
sampel. Faktor pengawasan yang mendasari semua perencanaan sampling probabilitas yang
utama ialah sifat keacakan. Perencanaan sampling probabilitas yang biasa digunakan mencakup :

• Sampling acak sederhana (simple random sampling)


Pengambilan sampel dalam teknik random ini, peneliti ini memperkirakan sampel dalam
populasi berkedudukan sama dari segi2 yang akan diteliti. Dengan cara mengambil acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Dengan syarat anggota populasi homogen.
Contoh:
Mahasiswa yang baru masuk Perguruan Tinggi Negeri, mereka sama2 tamatan SMA dan sama2
lulus ujian SPMB (seleksi penerimaan mahasiswa baru).
Disini dapat dikatakan bahwa populasi mahasiswa baru tersebut homogen dari asal sekolah dan
lulus ujian SPMB. Artinya kita mengambil beberapa saja diantara mereka untuk sampel
penelitian, dan yang mana saja, karena kita telah beranggapan bahwa mereka mempunyai
kedudukan yang sama dengan kriteria2 yang sama.

• Sampling acak distratifikasi secara proposional (proportioned stratified random


sampling)
Jika penelitian kita memerlukan data bertingkat, berstrata atau bergelombang dan
berlapis2. Yang mungkin berbentuk kelas,umur,daerah dan kedudukan, atau sejenis maka kita
menggunakan sampel stratified dengan mengambil sampel pada strata2 tertentu sesuai dengan
penelitian yang dilakukan.
Contoh:
Populasi penelitian seluruh Mahasiswa UNIMED, sampelnya bisa pada strata tingkat I, tingkat
II,strata S1 dan seterusnya.
     Sampling acak distratifikasi secara tidak(kurang) proposional(disproportioned stratified
random sampling)

Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tapi kurang
proposional.
Contoh:
Tingkah laku militer, mungkin hanya sedikit jumlah jenderal dalam sampenya sehingga peneliti
memutuskan untuk menggunakan semua jenderal dalam sampelnya dan mengurangi proporsi
jabatan lain untuk mendapatkan jumlah komposisi sampel. Dengan menggunakan tabel peneliti
dapat menggunakan sampel acak pengelompokkan proposional. Dengan menggolongkan sesuai
dengan jenis kejahatan. Tetapi ia melihat bahwa populasi yang berisi kasus pemerasan hanya
1%. Akibatnya, sampel berubah menjadi tidak proposional, apabila sampelnya di hasilkan 100,
dengan menggunakan 10 kasus pemerasan.

       Sampling area atau gugus (area or cluster sampling)

Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau
sumber data sangat luas. Dalam penggunaan sampel cluster ini umumnya kesatuan2 yang diteliti,
merupakan kelompok2 yang lebih besar.
Contoh:
Kelompok remaja putus sekolah, kelompok kelas, atau sekolah2 dan sebagainya.

- Perencanaan sampling nonprobabilitas

Teknik pengambilan sampel tidak member peluang/kesempatan sama bagi setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Tujuan umum dari perencanaan sampling probabilitas
ialah memperoleh gambaran kasar dari sekumpulan unsure sampel.Dalam sampel non
probabilitas sukar untuk menentukan jumlah kesalahan sampling, sehingga peneliti tidak dapat
menggeneralisasikan secara langsung beberapa temuannya dengan populasi yang lebih besar. Ini
karena populasi yang ada sebagian besar tidak teridentifikasi dengan salah satu atau semua
variasi sampling nonprobabilitas. Perencanaan sampling non probabilitas yang biasa digunakan
mencakup:

• Sampling sistematik

Teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor
urut. Sampling sistematik biasanya digunakan dalam traffic survey atau marketing research.

Ada beberapa peneliti menganggap sampling sistematik bukan merupakan sampling acak,
padahal sampling sistematik merupakan sampling acak karena pemilihan pertama (menggunakan
random start) dilakukan secara acak. Beberapa peneliti menyebut sampling sistematik sebagai
Quasi random sampling atau Pseudo random sampling.

Contoh:
Jika peneliti ingin mengetahui orang2 yang berobat kerumah sakit di sebuah desa, kita telah
mengetahui syarat2 untuk berobat di rumah sakit, dengan mendaftar diri ke receptionist dan
mendapatkan nomor antrian,sehingga mereka dapat berobat.
• Sampling kuota

Teknik untuk menentukan sampel secara bebas dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu
sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Penggunaan teknis kuota sampel ini perlu menetapkan
strata populasi berdasarkan tanda2 yang mempunyai pengaruh terbesar terhadap variable yang
akan diselidikan.Sedangkan penetapan kuota tergantung kepada kepentingan peneliti dapat
berdasarkan factor social, factor ekonomi, factor geografis, atau factor politis.

-      Sampling aksidental


Teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui
itu cocok sebagai sumber data. Sampling purposive. Teknik penentuan sampel untuk tujuan
tertentu saja. Misalnya pada penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih
adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.• Sampling bola salju (snowball
sampling).Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini
disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah
sampel semakin banyak.

• Sampling saturasi

Sama sekali bukan sampling, karena metode tersebuit didefenisikan sebagai perolehan semua
unsure sampel dalam suatu populasi tertentu yang mempunyai karakteristik yang diinginkan
peneliti.

Contoh:
Jika kita ingin meneliti semua pemakai Honda Beat dalam sebuah komunitas kecil.

• Sampling dense

Sampling secara padat. Terletak diantara sampling acak sederhana dan sampling saturasi.
Dengan menaikkan fraksi sampling menjadi satu setengah dan mengambil mayoritas responden
yang memiliki sifat atau karakter yang diinginkan peneliti bisa dianggap sampling dense.

http://andiefendi05.blogspot.co.id/2013/11/tekhnik-sampling-probabilitas-dan-non.html

TEKNIK SAMPLING
1. Beberapa Pengertian Dasar
Sampling
Proses pengambilan atau memilih n buah elemen/objek/unsur dari
populasi yang berukuran N.
Populasi (N)
Kumpulan lengkap dari elemen-elemen yang sejenis akan tetapi
dapat dibedakan berdasarkan karekteristiknya.
Sample (n)
Merupakan bagian dari populasi. Elemen anggota sampel, merupakan
anggota populasi dimana sampel diambil. Jika N banyaknya elemen
populasi, dan n banyaknya elemen sampel, maka n < N.

2. Tipe Sampling Menurut Peluang Pemilihannya


Probability sampling biasa juga kita kenal dengan
random sampling. Pada saat memilih unit sampling, sangat
diperhatikan bahwa besarnya satuan sampling untuk terpilih ke
dalam sampel tidak boleh sama dengan nol.
Yang termasuk probability sampling antara lain:

SIMPLE RANDOM SAMPLING


Dalam Simple Random Sampling, satuan sampling dipilih secara acak. Besar peluang untuk
terpilih harus diketahui dan bernilai sama.
Namun, tidak setiap saat kita menggunakan random sampling. Semua tergantung pada populasi.
Jadi, semakin besar populasi, maka penggunaan Simple Random Sampling ini akan semakin
rumit dan memakan waktu.
Contoh: Misalnya ada sebuah penelitian mengenai “Kualitas Dosen Universitas Gunadarma”
dengan sampel adalah seluruh dosen yang ada di Universitas Gunadarma. Kemudian akan
dilakukan pengambilan sampel / pemilihan sampel secara acak tanpa melakukan
pengelompokkan. Dengan demikian, peluang masing-masing dosen untuk terpilih sebagai
sampel adalah sama.

STRATIFIED RANDOM SAMPLING


Kali ini, populasi yang ada di bagi ke dalam strata yang
merupakan sub populasi. Hal ini dilakukan untuk membentuk strata
yang di dalamnya terdapat satuan-satuan sampling yang mempunyai
nilai yang relatif sama atau homogen.
Contoh: Misalnya (masih menggunakan contoh di atas) semua dosen
yang ada kita klasifikasikan menjadi dosen untuk mahasiswa
tingkat pertama, kedua, ketiga, dan keempat (yang selanjutnya
akan disebut sebagai strata). Kemudian dari masing-masing strata
tersebut dilakukan teknik pengambilan sampel dengan Simple Random
Sampling seperti di atas.

CLUSTER RANDOM SAMPLING


Berbeda dengan Stratified Random Sampling, kali ini populasi
harus dikelompokkan ke satuan-satuan sampling yang lebih besar
yang disebut cluster. Berbeda dengan pembentukan strata,
pembentukkan cluster harus berbeda atau heterogen. Cara
pemilihannya dilakukan dalam beberapa tahap.
a)    Memilih cluster dengan cara simple random sampling.
b)    Memilih satuan sampling dalam cluster. Jika pemilihan
dilakukan lebih dari dua kali disebut Multi-stage Cluster
Sampling.
Contoh: Misalnya dalam penelitian yang sama seperti di atas,
karena Universitas Gunadarma memiliki beberapa cabang dengan
banyak dosen, maka dipilihlah salah satunya seperti Kelapa Dua.
Kemudian dari Kelapa Dua itu, di pilih lagi kampus mana yang akan
dicari misalnya E, G, atau H. Dan terakhir, dipilihlah dosen dari
salah satu kampus tersebut.
Non Probability Sampling adalah metode yang tidak
didasarkan pada mekanisme yang random dalam pemilihan sampel
penelitian. Pada Non Probability Sampling ini sampel dipilih
karena pertimbangan-pertimbangan tidak acak, seperti kesesuaian
sampel dengan kriteria-kriteria yang dirumuskan peneliti.
Contoh, penelitian yang ditujukan untuk mengetahui kualitas dosen
Universitas Gunadarma seperti di atas. Peneliti dalam hal ini
tidak memilih sampel secara random tetapi memilih bebrapa
mahasiswa yang diyakini peneliti mampu memberikan informasi yang
dibutuhkan.
Non Probability Sampling terdiri atas tiga bagian:

HAPHAZARD SAMPLING
Haphazard sampling disebut juga accidental atau convenient
sampling. Pada teknik sampling ini, kita akan mengambil sampling
tanpa memperhitungkan derajat kepresentatifannya tetapi lebih
kepada “kenyamanan peneliti”.
Contoh: adalah the person-on-the-street interview yang dilakukan
dalam suatu program TV. Reporter TV biasanya mewawancarai mereka
yang dijumpai di jalan, tetapi umumnya menghindari mereka yang
kelihatan tidak menarik, miskin, sangat tua, dan tidak
berpendidikan.
Pada contoh di atas, mereka yang diwawancarai oleh reporter TV
pada dasarnya tidak mewakili populasi manapun. Hasil dari
penelitian yang demikian tidak dapat digeneralisasikan.

SNOWBALL SAMPLING/QUOTA SAMPLING


Satuan sampling dipilih atau ditentukan berdasarkan informasi
dari responden sebelumnya.
Contoh: Misalnya ada penelitian yang bertujuan untuk mencari cara
yang efektif dalam mensosialisasikan program-program
kemahasiswaan. Sampel pertama barangkali bisa dipilih Ketua BEM,
kepada dia kita bertanya, siapa lagi (sebagai sampel ke-2) yang
kira-kira bisa diwawancara untuk ditanya pendapatnya. Demikian
seterusnya sehingga informasi dirasa sudah memadai.

PURPOSIVE SAMPLING
Disebut juga Judgment Sampling. Satuan sampling dipilih
berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh
satuan sampling yang memiliki karakteristik yang dikehendaki.
Contoh: Misalnya dalam sebuah penelitian pengelolaan pendidikan
yang bertujuan untuk melihat daya saing SMA dalam kerangka WTO,
barangkali untuk tahap awal akan lebih baik sampel dipilih dari
SMA yang memiliki nilai UAN baik, populer di masyarakat, serta
kelulusan siswa masuk PTN cukup tinggi.
http://beingsmartinafunway.blogspot.co.id/2009/11/teknik-sampling.html
Oktober 10, 2008

Filed under Uncategorized


Tag: cluster sampling, multi satge, non-probability, populasi, probability, sampling, simple
random sampling, single-stage, stratified sampling, systematic sampling

one response

Populasi dan sampel (PDF file)

Populasi dan sampel

Hakekat dari sampling adalah mengukur karakter asli (true character) dari populasi melalui anggota
(elemen, kasus atau unit) populasi yang diambil dari populasi tersebut berdasarkan suatu teknik
pengambilan sampel tertentu. Adapun populasi adalah keseluruhan kasus atau elemen yang memenuhi
kriteria tertentu, dan dapat berupa orang, tindakan sosial, kejadian, tempat, waktu atau sesuatu.

Contoh populasi, antara lain adalah: penduduk suatu kabupaten dalam periode waktu tertentu,
mahasiswa yang mengikuti kelas metodologi penelitian social, penduduk dengan rentang umur tertentu,
artikel tentang administrasi negara dalam periode waktu tertentu. Dari contoh populasi tersebut, kita
selanjutnya dapat mengenali elemen dari masing-masing populasi, yaitu: setiap anggota penduduk dari
kabupaten dalam periode waktu tertentu, setiap mahasiswa yang mengikuti kelas metodologi penelitian
social, setiap penduduk dengan rentang umur tertentu, dan setiap artikel tentang administrasi negara
dalam periode waktu tertentu.

Dalam proses pengukuran karakter dari suatu populasi, dapat saja peneliti menggunakan pengukuran
pada seluruh elemen dari populasi. Proses pengukuran yang demikian disebut dengan sensus ( census).
Sensus ini pada umumnya dilakukan terhadap populasi dengan jumlah elemen sedikit, yang
memungkinkan semua dapat dijangkau dengan biaya dan waktu yang tersedia. Sementara untuk
populasi dengan jumlah elemen banyak, sensus sangat jarang dilakukan kecuali untuk kepentingan
tertentu seperti sensus penduduk dari suatu negara. Untuk populasi dengan banyak elemen,
pengukuran karakter populasi dilakukan melalui sejumlah elemen yang dipilih dari populasi tersebut
dengan suatu metode tertentu. Cara pengambilan sejumlah elemen dari populasi ini disebut dengan
sampling, dan elemen yang dipilih melalui cara ini disebut sebagai sampel (sample).

Sebagai contoh, pada suatu Unit Kerja yang beranggotakan 200 orang karyawan akan digali informasi
tentang persepsi mereka tentang dukungan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan. Jika 200 orang
tersebut semuanya diminta mengisi kuesioner tentang data-data yang diperlukan, maka penelitian
tersebut dilakukan dengan cara sensus. Adapun sampling, hanya memilih beberapa orang saja dari 200
karyawan untuk diminta mengisi kuesioner atau diwawancarai. Selanjutnya, jika hasil sampling adalah
20 orang yang akan diukur, maka 20 orang tersebut disebut sebagai sampel penelitian.
Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dapat dibedakan dalam dua dimensi: probability versus non-probability dan
single-stage versus multi stage (Blaiki, 2000). Dimensi pertama, probability versus non-probability,
mencerminkan tingkat kerandoman dari proses pemilihan sampel. Sedangkan dimensi kedua, menunjuk
pada banyaknya tahap atau langkah dalam proses pengambilan sampel.

Single-stage probability sampling

pada single-stage probability sampling ini proses sampling dilakukan hanya satu tahap, dalam artian
hanya menggunakan metode probability sampling tertentu sekali untuk menghasilkan sampel
penelitian. Sebagai contoh, untuk mendapatkan 20 orang sampel dari populasi yang berjumlah 100
orang, peneliti menggunakan simple random sampling. Proses pengambilan sampel ini tidak
digabungkan dengan teknik pengambilan sampel yang lain.

Beberapa metode yang termasuk probability sampling adalah sebagai berikut:

S    Simple random sampling

Simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak
(random) sehingga setiap kasus atau elemen dalam populasi memiliki kesempatan yang sama
besar untuk dipilih sebagai sampel penelitian. Pada contoh pemilihan 20 orang sampel dari
populasi yang beranggotakan 100 orang, dengan teknik simple random sampling maka setiap
orang pada populasi tersebut memilki peluang yang sama untuk menjadi satu dari 20 sampel
yang dipilih.

Teknik ini memilki tingkat keacakan yang sangat tinggi, sehingga sangat efisien digunakan
untuk mengukur karakter populasi yang memiliki elemen dengan homoginitas tinggi. Sedangkan
untuk populasi yang memiliki elemen cukup hetergon, penggunaan teknik ini justru dapat
menimbulkan bias.

Syarat penggunaan teknik sampling ini adalah, bahwa setiap elemen dari populasi harus dapat
diidentifikasi. Elemen dari populasi tersebut kemudian disusun dalam suatu sampling frame,
yaitu suatu daftar yang dapat menggambarkan seluruh elemen dari populasi. Keberadaan
sampling frame ini sangat penting dalam teknik simple random sampling ini, karena proses
pemilihan sampel akan menjadi lebih sederhana, cepat dan murah.

Prosedur penggunaan simple random sampling, diawali dari pembentukan sampling frame oleh
peneliti. Selanjutnya, dari sampling frame tersebut dipilih sampel yang dilakukan secara acak
hingga terpenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan. Proses pemilihan sampel ini juga dapat
memanfaatkan a table of random numbers.

>   Systematic sampling


Teknik systematic sampling ini memiliki kemiripan prosedur dengan teknik simple random
sampling. Oleh karena itu, systematic sampling juga memerlukan sampling frame, dan proses
pemilihan sampel dilaksanakan secara random. Namun, berbeda dengan simple random
sampling, random dilakukan hanya untuk memilih sampel pertama. Sedangkan pemilihan sampel
kedua, ketiga dan seterusnya dilakukan secara sistematis berdasarkan interval yang telah
ditetapkan.

Penggunaan interval dalam pemilihan sampel ini merupakan metode quasi-random, karena
sebenarnya tidak dilaksanakan random secara murni. Namun, hasil penggunaan systematic
sampling dengan simple random sampling ternyata tidak jauh berbeda (Neuman, 1997). Oleh
karena itu, penggunaannya bisa saling menggantikan, kecuali untuk populasi dengan elemen
yang tersusun secara terpola atau membentuk siklus. Pada populasi dengan elemen yang
terorganisir membentuk pola atau siklus, systematic sampling justru menimbulkan bias.

Prosedur systematic sampling adalah, pertama, disusun sampling frame. Kedua, peneliti
menetapkan sampling interval (k) dengan menggunakan rumus N/n; dimana N adalah jumlah
elemen dalam populasi dan n adalah jumlah sampel yang diperlukan. Ketiga, peneliti memilih
sampel pertama (s1)secara random dari sampling frame. Keempat, peneliti memilih sampel
kedua (S2), yaitu S1 + k. selanjutnya, peneliti memilih sampel sampai diperoleh jumlah sampel
yang dibutuhkan dengan menambah nilai interval (k) pada setiap sampel sebelumnya.

Contoh penggunaan systematic sampling untuk memilih 20 sampel dari populasi yang berisi 100
elemen, adalah sebagai berikut. Pertama, susun sampling frame. Kedua, tetapkan nilai k = 5.
Ketiga, tentukan sampel pertama secara random, misal diperoleh 6. Selanjutnya kita dapat
menetukan sampel berikutnya adalah 11, 16, 21, 26, 31, 36, 41, 46, 51, 56, 61, 66, 71, 76, 81, 86,
91, 96, dan 1.

Stratified sampling

Jika peneliti memiliki informasi tambahan bahwa populasi sebenarnya terdiri dari beberapa
subpopulasi atau strata, maka stratified sampling lebih cocok untuk memilih sampel penelitian.
Sebagai contoh, penelitian akan dilakukan terhadap peserta kelas metodologi penelitian sosial
yang semuanya berjumlah 80 orang. Informasi tambahan bagi peneliti adalah bahwa dari 80
orang tersebut 60 orang adalah perempuan dan sisanya laki-laki. Jika peneliti menganggap
informasi ini penting untuk analisa, maka stratified sampling lebih cocok digunakan untuk
memilih sampel.

Prosedur penggunaan stratified sampling adalah sebagai berikut, pertama, peneliti membagi
populasi kedalam beberapa subpoplasi atau strata berdasarkan informasi yang didapat. Kedua,
peneliti merumuskan sampling frame pada masing-masing subpopulasi atau strata. Ketiga,
peneliti memilih sampel pada masing-masing subpopulasi atau strata dengan menggunakan
simple random atau systematic sampling. Dalam pemilihan sampel ini, proporsi jumlah sampel
antar strata adalah sama dengan proporsi jumlah elemen antar strata. Dengan demikian, jika telah
ditetapkan bahwa 20 orang akan dipilih sebagai sampel penelitian pada kelas metodologi
penelitian social yang jumlah elemennya adalah 80 orang, maka perbandingan jumlah sampel
antara perempuan dan laki-laki adalah 60:20. Berdasarkan proporsi tersebut, selanjutnya
diperoleh sampel untuk perempuan adalah 15 orang dan untuk laki-laki adalah 5 orang.

Terkadang seorang peneliti memilih sampel dengan tidak melihat proporsi tersebut, sebagai
contoh, pada kasus diatas ia memilih sampel laki-laki sejumlah 10 orang. Dalam kondisi
demikian, maka hasil analisis tidak dapat digeneralisasikan secara langsung terhadap populasi
tersebut. Selanjutnya, agar hasil analisis dapat digeneralisasikan, peneliti perlu melakukan
pembobotan (weighting). Dalam contoh tersebut, karena jumlah sampel laki-laki dilipatduakan,
maka jumlah sampel perempuan juga perlu dilipatduakan. Hasil akhir setelah pembobotan,
jumlah sampel perempuan adalah 30 orang dan jumlah sampel laki-laki adalah 10 orang.

Cluster sampling

Cluster sampling disebut juga dengan area sampling. Cluster sampling ini digunakan ketika
elemen dari populasi secara geografis tersebar luas sehingga sulit untuk disusun sampling frame.
Keuntungan penggunaan teknik ini adalah menjadikan proses sampling lebih murah dan cepat
daripada jika digunakan teknik simple random sampling. Akan tetapi, hasil dari cluster sampling
ini pada umumnya kurang akurat dibandingkan simple random sampling.

Adapun cluster adalah suatu unit yang berisi sekumpulan elemen-elemen populasi. Namun,
terhadap populasi yang lebih tinggi, Cluster sendiri berkedudukan sebagai elemen dari populasi
tersebut. Seoarang peneliti yang menggunakan cluster sampling, pertama-tama memilih sampel
yang berbentuk cluster dari suatu populasi. Selanjutnya, dari tiap-tiap cluster sampel tersebut,
diturunkan sampel yang berbentuk elemen. Sebagai contoh, pemilihan sampel pegawai pada
suatu departemen yang pegawainya tersebar pada berbagai unit kerja yang juga tersebar secara
geografis. Pada kasus ini, peneliti dapat menjadikan unit kerja sebagai cluster dan selanjutnya
secara random memilih beberapa unit kerja sebagai sampel. Pada setiap Unit kerja yang terpilih
tersebut kemudian seluruh pegawai dijadikan sampel  penelitian.

https://asropi.wordpress.com/tag/simple-random-sampling/

Metode Sampling

Dalam perencanaan suatu penelitian,peneliti dihadapkan pada pilihan untuk mempelajari


keseluruhan unsure populasi (manusia atau benda) atau mempelajari hanya sebagian unsure yang
diambil dari bagian atau populasi yang lebih besar.
Sampling terdiri dari berbagai jenis. Dalam perencanaan sampling akan ditentukan bagaimana
unsure diambil dari populasi yang lebih besar atau populasi induk dan berapa jumlah unsure
yang akan diambil.

Sifat perencanaan sampling Kebanyakan perencanaan sampling dapat dikategorikan menurut


Probability dan Non-probability.

Perencanaan sampling probabilitas


Perencanan yang menentukan probabilitas atau besarnya kemungkinan setiap unsure dijadikan
sampel. Factor pengawasan yang mendasari semua perencanaan sampling probabilitas yang
utama ialah sifat keacakan. Perencanaan sampling probabilitas yang biasa digunakan mencakup :

• Sampling acak sederhana (simple random sampling)

Pengambilan sampel dalam teknik random ini, peneliti ini memperkirakan sampel dalam
populasi berkedudukan sama dari segi2 yang akan diteliti. Dengan cara mengambil acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Dengan syarat anggota populasi homogen.

Contoh:
Mahasiswa yang baru masuk Perguruan Tinggi Negeri, mereka sama2 tamatan SMA dan sama2
lulus ujian SPMB (seleksi penerimaan mahasiswa baru).
Disini dapat dikatakan bahwa populasi mahasiswa baru tersebut homogen dari asal sekolah dan
lulus ujian SPMB. Artinya kita mengambil beberapa saja diantara mereka untuk sampel
penelitian, dan yang mana saja, karena kita telah beranggapan bahwa mereka mempunyai
kedudukan yang sama dengan kriteria2 yang sama.

• Sampling acak distratifikasi secara proposional (proportioned stratified random sampling)


Jika penelitian kita memerlukan data bertingkat, berstrata atau bergelombang dan berlapis2.
Yang mungkin berbentuk kelas,umur,daerah dan kedudukan, atau sejenis maka kita
menggunakan sampel stratified dengan mengambil sampel pada strata2 tertentu sesuai dengan
penelitian yang dilakukan.
Contoh:
Populasi penelitian seluruh Mahasiswa UNIMED, sampelnya bisa pada strata tingkat I, tingkat
II,strata S1 dan seterusnya.

• Sampling acak distratifikasi secara tidak(kurang) proposional(disproportioned stratified random


sampling) Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tapi
kurang proposional.
Contoh:
Tingkah laku militer, mungkin hanya sedikit jumlah jenderal dalam sampenya sehingga peneliti
memutuskan untuk menggunakan semua jenderal dalam sampelnya dan mengurangi proporsi
jabatan lain untuk mendapatkan jumlah komposisi sampel. Dengan menggunakan tabel peneliti
dapat menggunakan sampel acak pengelompokkan proposional. Dengan menggolongkan sesuai
dengan jenis kejahatan. Tetapi ia melihat bahwa populasi yang berisi kasus pemerasan hanya
1%. Akibatnya, sampel berubah menjadi tidak proposional, apabila sampelnya di hasilkan 100,
dengan menggunakan 10 kasus pemerasan. Tabel. Distribusi kejahatan populasi dalam militer
Jenis kejahatan Frekuensi Persentase dalam [populasi]
Perkosaan 50 5% pembongkaran 100 10% Pencurian mobil 500 50% Penyerangan 10 1%
Pencurian 140 14% Perampokan 50 15% Pembunuhan 50 5% Jumlah N= 100 100%

• Sampling area atau gugus (area or cluster sampling)

Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau
sumber data sangat luas. Dalam penggunaan sampel cluster ini umumnya kesatuan2 yang diteliti,
merupakan kelompok2 yang lebih besar.
Contoh:
Kelompok remaja putus sekolah, kelompok kelas, atau sekolah2 dan sebagainya.

Perencanaan sampling nonprobabilitas

Teknik pengambilan sampel tidak member peluang/kesempatan sama bagi setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Tujuan umum dari perencanaan sampling probabilitas
ialah memperoleh gambaran kasar dari sekumpulan unsure sampel.
Dalam sampel non probabilitas sukar untuk menentukan jumlah kesalahan sampling, sehingga
peneliti tidak dapat menggeneralisasikan secara langsung beberapa temuannya dengan populasi
yang lebih besar. Ini karena populasi yang ada sebagian besar tidak teridentifikasi dengan salah
satu atau semua variasi sampling nonprobabilitas. Perencanaan sampling non probabilitas yang
biasa digunakan mencakup:

• Sampling sistematik

Teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor
urut. Sampling sistematik biasanya digunakan dalam traffic survey atau marketing research.

Ada beberapa peneliti menganggap sampling sistematik bukan merupakan sampling acak,
padahal sampling sistematik merupakan sampling acak karena pemilihan pertama (menggunakan
random start) dilakukan secara acak. Beberapa peneliti menyebut sampling sistematik sebagai
Quasi random sampling atau Pseudo random sampling.

Contoh:
Jika peneliti ingin mengetahui orang2 yang berobat kerumah sakit di sebuah desa, kita telah
mengetahui syarat2 untuk berobat di rumah sakit, dengan mendaftar diri ke receptionist dan
mendapatkan nomor antrian,sehingga mereka dapat berobat.

 
 

• Sampling kuota

Teknik untuk menentukan sampel secara bebas dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu
sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Penggunaan teknis kuota sampel ini perlu menetapkan
strata populasi berdasarkan tanda2 yang mempunyai pengaruh terbesar terhadap variable yang
akan diselidikan.
Sedangkan penetapan kuota tergantung kepada kepentingan peneliti dapat berdasarkan factor
social, factor ekonomi, factor geografis, atau factor politis.
Contoh:
Jika kita ingin meniliti orang2 yang berambut kribo disebuah kota, kita telah mengetahui
ciri2nya yaitu rambutnya kribo dan kemudian kita menetapkan kuotanya sejumlah yang telah
kita tentukan.

Penggunaan sampel kuota ini dalam penelitian ilmu social sering digunakan oleh para peneliti,
karena dapat menentukan sampelnya dengan tidak terlalu ikat.

• Sampling aksidental

Teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui
itu cocok sebagai sumber data.

Contoh:
Jika kita ingin meneliti orang2 yang telah berambut putih diseluruh kota, sampelnya kita cari
disekeliling kota dan dimana dan kapan saja kita menemui orang2 yang berambut putih, kita
ambil sebagai sampelnya, jadi semua sampel tersebut hanya secara kebetulan saja dan tak
direncanakan.
Dalam suatu penelitian ilmiah biasanya cara sampel aksidental ini jarang digunakan, kecuali
dalam penelitian2 tertentu yang mungkin dapat menggunakap sampel ini, hal itu tentu sesuai
dengan tujuan penelitiannya. Dan bukan penelitian ilmiah.

• Sampling purposive

Teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Misalnya pada penelitian tentang disiplin
pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.

Contoh:
Jika penel;iti ingin mengetahui perbedaan sikap antara pemuda2 dikota besar terhadap kenekalan
remaja, dalam hal ini mestinya peneliti telah mengetahui lebih dulu ciri2 pemuda di perkotaan.

Berdasarkan ciri2 tersebut kemudian peneliti memilih daerah kelompok2 tertentu sebagai
inti/kuncinya sebagai sampel,sedangkan kelompok dibagian lain kota dapat ditinggalkan.
 

• Sampling bola salju (snowball sampling)

Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh
memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel
semakin banyak.

Contoh:
Jika peneliti ingin mengetahui penyebaran informasi medis diantara ahli medis, sampling
snowball dapat digunakan untuk menentukan bagaimana seorang ahli medis akhirnya
menggunakan obat2an dan peralatan tertentu. Metode tersebut dapat menggambarkan melalui
kelompok ahli medis yang mana informasi tentang obat baru yang beredar.

Apakah ahli medis tersebut membacanya dalm suatu jurnal medis atau mendengarkannya pada
suatu konferensi medis, dan kalau memang demikian, siapa yang dihubungi diantara teman2 ahli
medisnya mengenai hal tersebut? Bagainmana informasi diantara ahli medis menyebar dalam
suatu masyarakat tertentu? Sampling snowball dapat menjawab pertanyaan diatas.

• Sampling saturasi

Sama sekali bukan sampling, karena metode tersebuit didefenisikan sebagai perolehan semua
unsure sampel dalam suatu populasi tertentu yang mempunyai karakteristik yang diinginkan
peneliti.

Contoh:
Jika kita ingin meneliti semua pemakai Honda Beat dalam sebuah komunitas kecil.

• Sampling dense

Sampling secara padat. Terletak diantara sampling acak sederhana dan sampling saturasi.
Dengan menaikkan fraksi sampling menjadi satu setengah dan mengambil mayoritas responden
yang memiliki sifat atau karakter yang diinginkan peneliti bisa dianggap sampling dense.

Contoh:
Apabila komunitas Honda Beat terdapat 500 orang di medan, peneliti hanya mengambil setengah
dari 500 orang yang memiliki Honda Beat.

https://blogrendywahyu.wordpress.com/2013/11/07/teknik-sampling-probabilitas-dan-non-
probabilitas/
Teknikteknik pengambilan sampel:
1.      Sampling nonprobabilitas
Teknik non-probabilitas merupakan teknik yang tidak memberikan peluang atau kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Non-probability
sampling seringkali menjadi pilihan alternatif dengan pertimbangan yang terkait dengan
penghematan biaya, waktu dan tenaga serta keterandalan subjektifitas peneliti. Di samping itu
pertimbangan lainnya adalah walaupun probability sampling mungkin saja lebih unggul dalam
teori, tetapi dalam pelaksanaannya seringkali dijumpai adanya beberapa kesalahan akibat
kecerobohan dari si pelaksananya. Dalam penggunaan non-probability sampling, pengetahuan,
kepercayaan dan pengalaman seseorang seringkali dijadikan pertimbangan untuk menentukan
anggota populasi yang akan dipilih sebagai sampel. Pengambilan sampel dengan memperhatikan
factor-faktor tersebut menyebabkan tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang
sama untuk dipilih secara acak sebagai sampel. Dalam prakteknya terkadang ada bagian tertentu
dari populasi tidak dimasukkan dalam pemilihan sampel untuk mewakili populasi. Teknik ini
terdiri sampling seenaknya (kebetulan), sampling pertimbangan.
a)      Sampling Seenaknya (kebetulan)
Dalam sampling seenaknya peneliti memanfaatkan subjek-subjek yang ada atau tersedia
sebatas yang ditemukan oleh peneliti tanpa rencana terlebih dulu mengenai sampel yang diambil.
Begitu anggota populasi ditemukan, anggota populasi itulah yang diambil sebagai sampel dan
biasanya populasi tersebut diambil secara acak. Contoh, seorang peneliti berdiri di pintu gerbang
utama kampus, dan menanyai kepada setiap mahasiswa yang kebetulan lewat di pintu gerbang
tersebut antara jam 8.00 sampai jam 10.00 pagi. Pekerjaan tersebut diulang beberapa hari dengan
waktu dan tempat yang sama sampai akhirnya informasi yang dicari dirasakan telah dapat
dicapai untuk menjawab permasalahan penelitian yang direncanakan oleh para peneliti tersebut.
Teknik memilih dengan seenaknya ini keuntungan yang paling tampak adalah mudah
dilakukan dan mudah memperoleh informasi yang diinginkan. Walaupun teknik ini juga
mempunyai kelemahan, yaitu jaminan representatifnya rendah bahkan lebih-lebih dalam
penelitian sosial. Contohnya yaitu jika orang yang lewat adalah bukan mahasiswa atau orang
yang diharapkan dipilih secara sampel, sehingga terjadi bias responden dan bias informasi.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, maka diperlukan tindakan tambahan, misalnya dengan
menanyakan identitas orang yang lewat untuk meyakinkan bahwa mereka adalah orang-orang
yang diinginkan sebagai anggota sampel.
b)      Sampling Pertimbangan
Label sampling teknik pertimbangan didasarkan pada kenyataan bahwa sampel yang dipilih
peneliti didasarkan pada pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut biasanya adalah
pertimbangan masalah penelitian dan tujuan penelitian. Karena itu, teknik sampling
pertimbangan sering juga disebut teknik sampel bertujuan (purposive). Contoh memilih sampel
dengan bertujuan, misalnya para peneliti memilih para pedagang tertentu untuk memperoleh
informasi tentang macam-maam harga barang; seorang peneliti memilih guru SMK untuk
memperoleh informasi efektifitas praktik di sekolah. Mereka memilih orang-orang tersebut
sebagai sampel karena para peneliti mempunyai pertimbangan profesional yang kuat, misalnya
merekalah orang-orang yang terlibat langsung dengan interes peneliti.
Dalam penelitian bahasa lazim diterapkan teknik sampling pertimbangan. Penutur atau
informan yang digunakan menjadi sampel antara lain adalah penutur asli, jujur, menggunakan
bahasa yang diteliti sebagai bahasa sehari-hari, dewasa, banyak bicara, tidak memiliki cacat
organ tubuh, dan lain-lain.
Teknik sampel kuota termasuk kategori teknik sampling pertimbangan karena dalam teknik
sampling kuota dipertimbangkan perwakilan secara kuota. Untuk meneliti kredibilitas guru
misalnya, peneliti dapat menetapkan siswa-siswa yang bersangkutan; guru, pengusaha, petani,
dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan.

2.      Sampling Probabilitas


Teknik sampling probabilitas (probability) merupakan teknik yang memberikan peluang
atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Selain itu probability sampling merupakan pemilihan sampel tidak dilakukan secara
subjektif, dalam arti sampel yang terpilih tidak didasarkan semata-mata pada keinginan si
peneliti sehingga setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama (acak) untuk terpilih
sebagai sampel. Dengan demikian diharapkan sampel yang terpilih dapat digunakan untuk
menduga karakteristik populasi secara objektif. Teknik Probilitas ini bertujuan mendapatkan data
seakurat mungkin agar diketahui jarak pasti dari kondisi ideal. (Asep, 2005). Sampling
probabilitas terdiri dari sampling random sederhana, sampling sistematik, sampling random
bertingkat, sampling kelompok.
a)      Sampling random sederhana
Penggunaan teknik random bertolak dari prinsip bahwa setiap subjek dalam populasi
memiliki kemungkinan yang sama menjadi anggota sampel. Teknik sampling random sederhana
ini lazim pula disebut teknik sampling random tak terbatas.
Teknik undian lazim digunakan dalam penerapan teknik random sederhana ini. Dengan
teknik undian, setiap subjek populasi diberi nomor pada kertas undian dan kertas yang bernomor-
nomor digulung lalu tempatkan pada pengocok. Setelah dikocok, dipungut nomor gulungan
kertas undian untuk mendapatkan sampel dengan tanpa penempatan kembali.
Disamping teknik undian, lazim pula digunakan table bilangan random. Dengan table
bilangan random setiap subjek populasi diberi nomor pada table. Jika ada 100 anggota populasi,
akan ada nomor 001 sampai dengan nomor 100 pada table. Sampel pertama diambil dengan
undian. Bertolak dari nomor sampel pertama itulah sampel-sampel berikutnya ditentukan dengan
membaca nomor-nomor lain secara sistematis ke arah kanan, kiri, atas, bawah, atau cara-cara
sistematis yang lain sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi.
Teknik random sederhana ini akan memberikan hasil yang baik jika populasi tidak terlalu
besar dan benar-benar homogen. Hal itu berarti bahwa karakteristik subjek dalam populasi sudah
teridentifikasi dengan baik. Contoh: misal ada “pembiayaan pembangunan pendidikan Dasar di
Jawa Barat”, sampelnya adalah seluruh SD dan SMP yang ada di Jawa Barat. Terhadap seluruh
SD dan SMP itu dilakukan pemilihan secara random tanpa pengelompokan terlebih dahulu,
dengan demikian peluang SD maupun SMP untuk terpilih sebagai sampel sama.

b)      Teknik sampling sistematik


Teknik sampling ini lazim disebut dengan teknik random terbatas. Sampel diambil dengan
mengikutsertakan subjek ke-k (kelas interval) dari deretan subjek dan populasi. Cara yang lazim
digunakan adalah menentukan sampel pertama dengan undian lalu menentukan sampel-sampel
berikutnya dengan menggunakan hitungan jarak tertentu. Simbol k tersebut untuk menunjukkan
jarak antara subjek dan subjek berikutnya melahirkan sampling rasio, yakni sampling yang
ditentukan oleh angka yang menunjukkan perbandingan antara sampel dan populasi. Jika dari
1000 subjek anggota populasi akan diambil 100 subjek sebagai sampel, maka k=1000:100.
Dalam contoh tersebut perbandingan sampel terhadap populasinya adalah 1:10. Sampel
dikenakan pada subjek ke-20 dari subjek sebelumnya. Jika sampel yang yang pertama adalah
subjek nomor 5, sampel berikutnya adalah nomor 15, 25, 35 dan seterusnya. Misalnya seorang
peneliti hendak melakukan studi pada populasi yang jumlahnya 4000 pekerja. Sampel yang
diinginkan adalah 400 orang. Cara yang digunakan adalah teknik sampel secara sistematis, maka
caranya adalah seperti berikut :
1)      Jumlah populasi yang teridentifikasi adalah 4000 orang.
2)      Sampel yang diinginkan besarnya 400 orang.
3)      Daftar semua anggota populasi sesuai dengan urutan abjad. Misalnya, Agus untuk A; Bagus
untuk B, Cahyono menjadi C, dan seterusnya.
4)      Proporsional sistematis k = 4000/400 = 10.
5)      Tentukan titik awal nama secara random sebagai awal dimulainya pemilihan pada urutan nama
populasi.
6)      Dari titik awal tersebut, setiap 10 langkah terpilih sebagai sampel.
7)      Lakukan terus sampai akhirnya dapat dipilih semua anggota total sampel yang diperlukan.

c)      Teknik sampling random bertingkat


Teknik ini berlaku jika populasi berada dalam kelompok-kelompok yang disebut strata.
Dalam setiap kelompok terdapat sekumpulan subjek yang kurang lebih homogennya. Misalnya,
anak usia prasekolah dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok, yakni usia 1 tahun, 2 tahun,
3 tahun , 4 tahun, dan 5 tahun. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa pengetahuan akan strata
beserta sifat-sifatnya sangat diperlukan.
Praktik pengambilan sampel dengan teknik sampling random bertingkat bermacam-macam.
Dengan bertolak dari kenyataan bahwa setiap kelompok strata populasi bersifat homogen,
sampel dapat diambil dengan teknik random sederhana. Sampel akhir diperoleh dengan
menggabungkan sub-sub sampel dari semua strata.
Dalam teknik sampling random bertingkat berlaku juga penggunaan sampling ratio untuk
menghasilkan proposisi yang diperlukan. Sampel yang diambil dengan cara ini terkenal dengan
nama “Sampel berstrata proposional”. Sampel berstrata proposional adalah jumlah sampel
dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut. Misalnya,
untuk stratum manajer tingkat atas (I) terdapat 15 manajer, tingkat menengah ada 45 manajer
(II), dan manajer tingkat bawah (III) ada 100 manajer. Artinya jumlah seluruh manajer adalah
160. Kalau jumlah sampel yang akan diambil seluruhnya 100 manajer, maka  untuk stratum I
diambil (15:160)x100 = 9 manajer, stratum II = 28 manajer, dan stratum 3 = 63 manajer.
Di samping itu, ada juga penelitian yang menggunakan standar deviasi dari setiap strata
sebagai petunjuk untuk menentukan subjek yang diikutsertakan sebagai sampel. Sampel yang
diperoleh dengan cara demikian disebut “Sampel berstrata tidak proposional”. Jumlah dalam
setiap stratum tidak proposional, hal ini terjadi jika jumlah unsur atau elemen di salah satu atau
beberapa stratum sangat sedikit atau terlalu besar. Misalnya, Suatu perusahaan memiliki pegawai
dengan pendidikan berstrata lulus (S1 = 50 orang; S2 = 30 orang; SMK = 800 orang; SMA = 400
orang; dan SD = 300 orang). Maka pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan secara
bebas (seenaknya) yaitu S1 diambil 50 orang dan S2 diambil 30 orang. Sementara kelompok
strata yang lain diabaikan karena jumlah populasinya terlalu besar. Sehingga total sampel yang
digunakan adalah 50 + 30 = 80 orang.
d)     Teknik sampling kelompok
Teknik ini berlaku jika subjek dalam kelompok-kelompok (tak berstrata) atau kluster dengan
langkah-langkah berikut. Langkah pertama adalah pemilihan sampel secara random dari
kelompok-kelompok subjek dalam populasi. Langkah berikutnya adalah mengambil semua
subjek yang tercakup dalam kelompok yang terpilih sebagai anggota sampel.
Pada teknik ini berlaku prinsip bahwa perbedaan antara kelompok atau kluster dibuat
seminimal mungkin, sedangkan perbedaan subjek dalam kelompok atau kluster dibuat
semaksimal mungkin. Dengan kata lain, kelompok atau kluster merupakan miniature-miniatur
dari populasi. Jika keadaan itu terpenuhi, pengambilan sebuah kluster saja dapat dianggap cukup
mewakili seluruh populasi. Misalkan seorang peneliti hendak melakukan studi pada populasi
yang jumlahnya 400 orang guru dalam 100 sekolah yang ada. Sampel yang diinginkan adalah
400 orang. Catatan yang digunakan adalah teknik sampel secara kluster dengan sekolah sebagai
dasar penentuan logis klaster yang ada, yaitu sebagai berikut :
1)      Total populasi adalah 4.000 orang.
2)      Jumlah sampel yang diinginkan adalah 400 orang.
3)      Dasar logis klaster adalah sekolah yang jumlahnya ada 100.
4)      Dalam poupasi, setiap sekolah ada 4.000/100 = 40 guru setiap sekolah.
5)      Jumlah kluster yang ada, adalah 400/40 = 10.
6)      Oleh karena itu, 10 sekolah dipilih secara random.
7)      Jadi, semua guru yang ada dalam 10 sekolah sama dengan jumlah sampel yang diinginkan.
Jika semua subjek yang terdapat di dalam kluster diikutsertakan sebagai sampel, prosedur
demikian disebut dengan sampling satu tahap. Jika dari semua subjek dalam kluster masih
diperlukan randomisasi, prosedur demikin disebut sampling dua tahap. Jika diperlukan lebih
dari dua tahap untuk menentukan sampel, prosedur demikian disebut dengan sampling banyak
tahap.
Penggunaan sampling kluster sangat menguntungkan dari segi penghematan energi dan biaya
penelitian. Untuk melihat kehidupan petani di daerah Madura, mislanya, cukup dipilih satu atau
dua kabupaten tempat populasi. Dari setiap kabupaten dipilih satu atau dua kecamatan tempat
populasi. Semua pemilihan itu dilakukan secara random. Semua subjek dalam desa terpilih itulah
yang dijadikan sampel penelitian.
http://catatanpenghayal03.blogspot.co.id/2014/04/metodologi-penelitian-teknik-teknik.html

Anda mungkin juga menyukai