Anda di halaman 1dari 6

STRATEGI SAMPLING

Kata sampel untuk pendapatan penelitian kualitatif sering kali di perdebatkan di


antara pa ra ahli meteodologi penelitian. Sampel hanya ada dan di gunakan dalam
penelitian kuantitatif dan berfungsi mewakili populasi (yang mana populasi hanya ada dalam
penelitian kuantitatif). Artinya, sampel itu bermakna sebagai komponen-komponen dan
yang memawakili populasi. Sementara dalam penelitian kualitatif tidak ada sampel karena
memang tidak ada populasi. Dalam penelitian kualitatif yang di kenal adalah subjek,
informan, atau responden (responden biasa di gunakan dalam penelitian kuantitatif).
Informan atau responden dalam penelitain kualititaf tidak tidak berfungsi dalama mewakili
populasi, tetapi mewakili informasi sehingga dalam penelitian kualitatif cenderung
menggunakan purposeful sampling. Adapun sampling di gunakan dalam penelitan kualitatif
maupun kuantitatif yang artinya adalah teknik pengambilan subjek penelitian.

Purposeful sampling merupakan jenis sampling yang diterima untuk situasi khusus.
Purpose sampling menggunakan keputusan ( judgment ) ahli dalam memmilih kasus-kasus
dengan tujuan khusus di dalam pikiran. Contohnya di gunakan untuk memilih “ibu rumah
tangga biasa” atau “sekolah khusus”. Dengan purposeful sampling, peneliti belum pernah
tau apakah kasus-kasus yang di pilih itu mewakili populasi. Sampling ini digunakan dalam
penlitian lapangan. (Babbie, 1998).

Purposeful sampling cocok di gunakan dalam tiga kasus.

1. kasus pertama, seorang peneliti menggunakannya untuk memilih kasus-kasus unik,


khususnya yang bersifat informatif. Misalnya peneliti yang ingin mengkaji
majalah-majalah guna menemukan tema-tema kultural. Dia memilih majalah wanita
popular khusus untuk d kaji karena merupakan merupakan latar yang menjadi
kecenderungan.
2. kasus kedua, peneliti bisa menggunakan purposeful sampling untuk memilih
anggota-anggota yang sulit untuk di capai, populasi khusus. Misalnya peneliti ingin
mengkaji WTS (wanita tuna susila). Ini mungkin mendaftar seluruh WTS dan
menyampel secara acak dari daftar itu. Malahan, dia menggunakan informasi
subjektif (misalnya, lokasi dimana para WTS itu berkumpul dan kelompok sosial
dengan siapa berhubungan dan seterusnya). Atau misalnya Harper (1982) membuat
dalam studi penelitian lapangannya tentang gelandangan dan gembel di Amerika
serikat pada 1970 dengan berlaku seperti sahabat “para ahli” (misalnya, orang-orang
gelandangan) dan tinggal dengan merka di kereta api dan di kawasan deretan selip.
3. kasus ketiga, untuk purposeful sampling terjadi ketika seorang peneliti ingin
mengidentifikasi tahapan-tahapan khusus kasus-kasus untuk investigasi mendalam.
Tujuannya adalah kurang lebih sedikit untuk menyeratakan pada suatu populasi yang
lebih luas daripada untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam tipe-tipe.
Misalnya, Hochchild mewawancarai seacar intensif 28 orang tentang kepercayaan
mereka.
Dia memilih beberapa karena mereka memiliki pendapatan yang tinggi dan pendapatan
rendah, beberapa laki-laki dan perempuan (Neuman, 2009: 198). Purposeful sampling di
maksudkan untuk menentukan informan-informan yang memang mewakili sejumlah
informasi yang di butuhkan dalam penelitian. Informan yang yang ditentukan dengan jumlah
purposeful sampling bukanlah informan-informan yang mewakili populasi, tetapi melainkan
mewakili informasi. Orang-orang yang menjadi pelaku peristiwa adalah yang memeliki
pengalaman lebih banyak.

Di dalam paradigma konvensional tujuan hampir selalu adalah menentukan suatu sampel
suatu sampel yang representatif dari suatu populasi yang ingin di generalisasikan. Bahkan,
suatu sampel acak sederahana adalah representatif dalam arti bahwa setiap unsur setiap
unsur did dalam populasi mempunyai suatu kesempatan yang sama untuk di pilih.

Menurut Patton (1980: 100), puposeful sampling di gunakan sebagai strategi apabila
seseorang ingin memplajari sesuatu dan datang untuk memahami sesuatu tentang
kasus-kasus terpilih terpilih tertentu tanpa perlu menggeneralisasi pada semua kasus yang
demikian. Untuk melakukan purposeful sampling, informasi tertentu harus di ketahui
tentang variasi-variasi di antara kasus-kasus. Para pengambil keputusan telah memilki kesan
dasar (basic sense) variasi program apa yang mungkin. Pertnayaan yang lebih kritis bisa jadi
bagi mereka untuk memahami kasus ekstream. Dengan waktu terbatas dan sumber yang
terbatas bisa belajar lebih contoh-contoh program yang jelek (poor program) dan satu atau
lebih contoh program yang unggul (excellent program). Fokusnya kemudian menjadi
pertanyaan dan memahami di bwah kondisi-kondisi apa program menjadi unggul.

Michael Quinn Patton (1980: 105) menggambarkan bahwa, melebihi di atas random
sampling (atau representatif), ada enam jenis lagi yang berperan sbagai tujuan-tujuan
(purposes) selain mempermudah generelisasi. Keenam jenis ini sebagai berikut:

1. Sampling ekstrem atau kasus-kasus yang menyimpang (sampling extream or deviant


case) untuk memperoleh informasi tentang kasus-kasus yang luar biasa yang
mungkin mengganggu atau memperjelas.
2. Kasus-kasus sampling tipikal (sampling typical case) untuk menghindari penolakan
informasi di lapangan yang diketahui timbul atau muncul dadri kasus-kasus khusus
atau menyimpang.
3. Sampling variasi maksimum (maximum variaton sampling) untuk
mendokumentasikan keragaman unik yang telah muncul dalam mengadaptasikan
pada kondisi-kondisi yang berbeda.
4. Sampling kasus-kasus kritis (sampling critical case) untuk memungkinkan aplikasi
atau penerapan informasi pada kasus-kasus lain karena jika informasi adalah valid
bagi kasus-kasus kritis,karena ada kecenderungan benar dari semua kasus lain.
5. Sampling penting secara politis atau kasus-kasus sensitif (sampling politically
important or sensitive case) untuk menarik perhatian baji kajian (atau
kadang-kadang untuk mengalihkan perhatian)
6. Sampling yang menyenangkan ( convinience sampling) untuk menghemat waktu,
uang atau usaha.

Tujuan sampling akan paling sering untuk memasukkan sebanyak mungkin informasi,
pada semua dari berbagai keadaan dan bentukan-bentukan yang bercabang-cabang. Oleh
karena itu, sampling keragaman maksimal (maximum variation sampling) biasanya menjadi
model sampling pilihan. Objek dari permainan ini tidak memfokuskan pada
kesamaan-kesamaan yang dapat di kembangkan ke dalam generalisasi, tetapi banyak nya
kekhususan yang memberikan keunikan di dalam konteks. Tujuan yang kedua adalah untuk
menggeneralisasikan informasi dimana rancangan yang muncul dan grounded theory dapat
di dasarkan. Seperti yang di nyatakan Glaser dan Strauss (1967: 48) di dalam pembahasan
meraka tentang sampling “teoritis” sebuah istilah yang kurang lebih sinonim dengan istilah
kita sampling “bertujuan” (“purposeful” sampling), yaitu kriteria tentang sampling teoritis di
desain untuk di terapkan di dalama pengumpulan berdam yangberlangsung dan analisis
data yang berkenaan dengan generalisasi teori. Kriteria itu di sesuaikan dengan data dan
diaplikasikan secara bijaksana pada maksud dan ssat yang tepat dalam analisis.

Pertimbangan-pertimbangan di atas menggambarkan bahwa purposeful sampling


mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu sebagaimana di jabarkan dalam urian
berikut:

1. Desain sampling darurat (emrgen sampling design). Seharusnya tidak ada spesifikasi
sampel secara a priori; sampel tidak dapat ditarik sebelumnya (catat bagaimana
istilah “ditarik” mencerminkan atau menggambarkan suatu bias terharap sampling
acak yang berorientasi pada generalisasi (generalization oriented random).
2. Seleksi serial tentang unit-unit sampel (serial selection sampling). Tujuan dari
keragaman maksimal di peroleh dengan sebaik-baiknya dengan menyeleksi unit-unit
sampelhanya setelahunit sebelumnya telah tersedia dan dan di analisis.
Masing-masing unit berikutnya dapat di pilih untuk mengembangkan informasi yang
di peroleh, untuk memperoleh informasi yang lainnya yang berbeda dengan
informasi tersebut, atau mengisi kesenjangan di dalam informasi sejauh itu.
3. Penyesuain atau memfokuskan sampel secara terus-menerus. Pada mulanya setiap
unit sampel di kerjakan seperti yang lainnya, tetapi ketika wawasan-wawasan dan
informasi telah terkumpul dan investigator mulai mengembangkan hipotesis yang
berjalan tentang situasi tersebut, sampel bisa di perbaiki untuk memfokuskan secara
khusus pada unit-unit tersebut yang sepertinyapaling sesuai.
4. Seleksi terhadap hal redundansi ( atau pengulangan). Dalam sampling tradisional N
biasanya di tentukan dengan menentukan pada tingkat konfiden secara statistik
yang diinginkan agar dapat menempakan di dalam generilasasi yang hasilkan. Di
dalam purposeful sampling ukuran sampel di tentukan dengan pertimbangan
informasional. Jika tujuannya untuk memaksimalkan informasi, sampling di
terminologikan. Namun jika tidak ada informasi yang baru datang unit-unit yang
baru di sampelkan; redundansi merupakan kriteria utama.

Snowball Sampling

Neuman (2000: 198) mengatakan bahwa para peneliti sosial seringkali tertarik pada
jaringan antar-hubungan orang-orang atau organisasi. Jaringan itu dapat berupa para
ilmuwan seluruh dunia yang sedang meneliti masalah yang sama.

Snowbaal sampling juga di sebut jaringan, penyerahn berantai (chain referall) atau sampling
reputasional adalah suatu metode untuk mengidentifikasi dan menyampel atau memilh
kasus-kasus dalam suatu jaringan. Ini di dasarkan pada suatu analog bola salju yang di mulai
dari kecil menajdi lebih besar ketika menggelinding dia atas salju yang bsah dan menambah
salju lagi. Snowball sampling merupakan teknik multitahap. Teknik ini di mulai dengan satu
atau sedikit orang atau kasus dan menyebar pada basis-basis hubungan pada kasus-kasus
pertama. Misalnya, seorang peneliti mengaksaminasi jaringan persahabatan di antara
pemuda-pemuda di suatu masyarakat. Di mulai dengan tiga pemuda yang tidak tahu sama
lain. Masing-masing pemuda menyebut teman akrabnya, peneliti kemudian pergi ke empat
teman akrabnya itu kemudian meminta masing-masing menyebut nama empat teman
akrabnya,kemudian pergi ke ke empat teman itu dan begitu seterusnya. Setiap orang dalam
sampel terikat secara langsung dan tidak langsung dengan pemuda asli, dan beberapa orang
bisa menyebutkan nama ynag sama. Peneliti akhirnya berhenti, baik karena tidak ada anama
baru yang di berikan,megindentifikasikan jaringan yang dekat atau jaringan terlalu besar
sehingga merupakan batas apa yang ia studi. Sampel termasuk orang-orang yang di
sebutkan oleh palng tidak satu orang lain dalam jaringan itu sebagai seorang teman dekat.

Memilih Informan yang Baik

Informan atau aktor kunci dalam penelitian lapangan merupakan anggota yang di
hubungi peneliti dan yang menjelelaskan atau menginformasikan tentang lapanagan.
Walaupun setiap orang dapat menjadi informan, tidak setiap orang dapat menjadi informan
yang baik (spradley, 1979: 45)

Para informan adalah individu yang memiliki pengetahuan khusus, status, keterampilan
komunikasi yang kemauan untuk membagi pengetahuan dan yang memiliki akses pada
perspektife serta observasi yang meniadakan peneliti (Goetz dan LaComte, 1984). Menurut
Morse ( dalam Denzin & lincoln, 1998: 73), informan yang baik adalah informan yang
memiliki kemampuan untuk merefleksikan,pandai berbicara,memeliki waktu untuk di
wawancarai dan memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam studi.

Peneliti lapangan bisa mewawancarai berbagai jenis informan. Tipe informan yang
berlawanan memberiakan sudut pandang penting termasukremeja dewasa, orang yang
terlibat d tengah- tengah kejadian penting dan mereka yang ada di luarnya, mereka yang
berubah status misalnya karena di promosikan. Peneliti lapangan berharap memperoleh
berbagai macam pesan ketika di wawancarai serangkaian informan yang beragam.

Anda mungkin juga menyukai